BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek objek tertentu.Pengindraan terjadi
melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kongnitif
mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali(recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum hukum, rumus, metode,
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria kriteria yang telah ada.
Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.ii
2.2 Definisi Sikap
Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.Manifestasi sikap itu tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat langsung ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih
merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku
lingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek. Manifestasi sikap dapat
dilihat pada Gambar 2.1 di bawah :2
Gambar 2.1. Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi.2
Dalam bagian lain Allport, menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen
utama, yaitu:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek, artinya
bagaimana keyakinan , pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, artinya bagaimana
penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.
Stimulus rangsangan proses stimulus reaksi tingkah laku (terbuka), sikap
(tertutup). Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude).
Stimulus
Rangsangan
Proses Stimulus Reaksi
TingkahLaku(terbu
ka)
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:
a) Menerima (receiving)
Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek).Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari
kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah ceramah tentang gizi.
b) Menanggapi (responding)
Memberikan jawapan apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.Karena dengan suatu usaha
untuk pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide
tersebut.
c) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2.2.1 Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak
langsung.Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan
responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.2
2.3 Definisi Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap untuk menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain
adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung
a. Tindakan terpimpin (guided respon)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan
tuntutan atau panduan. Misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan
benar, mulai dari cara mencuci dan memotong-motongnya, lama memasak,
menutup pancinya, dan sebagainya.
b. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai
praktek. Misalnya, seorang ibu selalu membawa anaknya ke posyandu untuk
ditimbang, tanpa harus menunggu dari kader atau petugas kesehatan.
c. Adopsi (adoption)
Suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik.Artinya, tindakan
itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran. Misalnya
menggosok gigi, bukan sekedar gosok gigi, melainkan dengan teknik-teknik
yang benar.2
2.4 TB Paru
2.4.1 Definisi
TB paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium Tuberculosis kompleks yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis
jaringan.iiiMycobacteriumTuberculosis adalah kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai
kandungan lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga menyebabkan
bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan dari kumannya
berlangsung dengan lambat.Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet, karena
2.4.2 Etiologi
Penyebab TB adalah Mycobacterium Tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan panjang 1-4 mikron, lebar kuman 0,3-0,6 mikron.
Kuman akan tumbuh optimal 6,4-7. Sebagian besar kuman terdiri atas asam
lemak. Lipid inilah yang menyebabkan kuman lebih tahan dan lebih kuat
terhadap gangguan kimia dan fisik.Kuman dapat hidup pada udara kering dan
dingin. Hal ini terjadi karena kuman dapat berada dalam keadaan dorman
(‘tidur’)yang dapat bangkit kembali dan menjadi tuberkulosis aktif pada keadaan tertentu. Di dalam jaringan kuman hidup dalam sitoplasma makrofag sebagai
parasit intraselular.Makrofag yang semula memfagositosis kuman menjadi
disukai karena mengandung banyak lipid. Sifat lain kuman ini adalah aerob yang
menunjukkan bahwa kuman lebih menyukai jaringan yang tinggi kadar
oksigennya.7
Kuman Mycobacterium Tuberculosis ini terbagi atas empat kelompok populasi yaitu :
a. Populasi A : Kuman tumbuh dan berkembang terus dan cepat, kuman
banyak terdapat pada dinding kaviti atau dalam lesi pH netral.
b. Populasi B : Kuman tumbuh sangat lambat dan berada dalam lingkungan
asam. Lingkungan asam inilah yang melindungi kuman terhadap obat
anti tuberkulosis tertentu.
c. Populasi C : Kuman berada dalam keadaan dorman hampir sepanjang
waktu. Hanya kadang-kadang saja kuman mengalami metabolisme
secara aktif dalam waktu yang singkat, kuman jenis ini banyak terdapat
pada dinding kaviti.
d. Populasi D : Kuman-kuman sepenuhnya bersifat dorman sehingga sama
sekali tidak dapat dipengaruhi oleh obat antituberkulosis. Jumlah
populasi jenis ini tidak jelas dan hanya bisa dimusnahkan oleh
2.4.3 Patogenesis
Penularan kuman terjadi melalui udara dan diperlukan hubungan yang
intim untuk penularannya.Selain itu jumlah kuman yang terdapat pada saat batuk
adalah lebih banyak pada tuberkulosis laring dibanding dengan tuberkulosis
pada organ lainnya. Tuberkulosis yang mempunyai kaverna dan tuberkulosis
yang belum mendapat pengobatan mempunyai angka penularan yang tinggi.8
Berdasarkan penularannya maka tuberkulosis dapat dibagi menjadi 3 tipe, yakni
:
1. Tipe Tuberkulosis Primer
Terdapat pada anak anak.Setelah tertular 6-8 minggu kemudian mulai
dibentuk mekanisme imunitas dalam tubuh, sehingga tes tuberculin menjadi
positif.
2. Tipe Reaktifasi
10% dari infeksi tuberkulosis primer akan mengalami reaktifasi, terutama
setelah 2 tahun dari infeksi primer. Reaktifasi ini disebut juga dengan
tuberkulosis postprimer. Kuman akan disebarkan melalui hematogen ke
bagian segmen apical posterior. Reaktifasi dapat juga terjadi melalui
metastasis hematogen ke berbagai jaringan tubuh.
3. Tipe Reinfeksi
Infeksi yang baru terjadi setelah infeksi primer adalah jarang terjadi.
Mungkin dapat terjadi apabila terdapat penurunan dari imunitas tubuh atau
terjadi penularan secara terus menerus oleh kuman tersebut dalam suatu
2.4.4 Klasifikasi
TB paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk
pleura
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)
a. TB paru BTA (+)
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif
Hasil satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan
radiologis menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
Hasil satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif.
b. TB paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3x menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis
dan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif.
Hasil pemeriksaan dahak 3x menunjukkan BTA negatif, dan biakan
MycobacteriumTuberculosis positif.
2. Berdasarkan tipe pasien, ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya.
a. Kasus baru
Pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT kurang dari 1
bulan.
b. Kasus kambuh (relaps)
Pasien yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan OAT dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat
dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
c. Kasus defaulted atau drop out
Pasien yang telah menjalani pengobatan lebih atau sama dengan 1 bulan dan
tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih, sebelum masa
d. Kasus gagal
Pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif
pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir
pengobatan.
e. Kasus Kronis
Pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori dua dengan pengawasan yang
baik.
f. Kasus Bekas TB
Gejala klinis tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru yang
ditinggalkan.Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negative bila ada).
Gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB tidak aktif atau foto serial
menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat
akan lebih mendukung.
3. Tuberkulosis Ekstraparu
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru misalnya pleura,
kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal dan lain-lain.
Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau PA dari tempat lesi
bila memungkinkan.7
2.4.5 Faktor Risiko
Individu yang rentan atau memiliki faktor risiko tinggi untuk menderita TB paru
adalah :
a. Berasal dari negara berkembang
b. Anak-anak dibawah umur 5 tahun
c. Orang tua pecandu alcohol atau narkotik
d. Terinfeksi HIV
f. Penghuni rumah beramai-ramai
g. Imunosupresi
h. Hubungan intim dengan pasien yang mempunyai sputum positif
i. Kemiskinan dan malniturisi.7
2.4.6 Gambaran Klinis a) Demam
Biasanya timbul pada sore hari disertai dengan keringat mirip demam influenza
yang segera mereda.Demam seperti ini dapat hilang timbul dan makin lama
makin panjang masa serangannya, sedangkan masa bebas serangan makin
pendek.Demam dapat mencapai suhu tinggi 40 derajat celcius.
A. Gejala Sistemik
Gejala siskemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksi dan berat badan
menurun.
B. Gejala Ekstraparu
Gejala ekstraparu tergantung dari organ yang terlihat, misalnya pada pleuritis
TB terdapat gejala sesak dan nyeri dada pada sisi yang terlibat, pada limfadentis
TB terdapat pembesaran kelenjar getah bening yang lambat dan tidak nyeri.
C. Gejala Respiratorik
i. Batuk lebih dari 2 minggu
Batuk baru timbul apabila proses penyakit ini telah melibatkan bronkus.
Batuk mula-mula terjadi karena iritasi bronkus yang selanjutnya akibat
peradangan pada bronkus, batuk menjadi produktif.Batuk produktif ini
berguna untuk membuang produk eksresi peradangan. Dahak dapat
bersifat mukoid atau purulen.
ii. Batuk darah
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah.Berat ringannya tergantung dari
timbul akibat pecahnya aneurisme pada dinding kaviti, juga dapat terjadi
karena ulserasi pada mukosa bronkus.
iii. Sesak nafas
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru
yang cukup luas.Pada awal penyakit gejala ini tidak pernah didapat.
iv. Nyeri dada
Gejala ini timbul apabila system persarafan yang terdapat di pleura
terkena, gejala ini dapat bersifat lokal atau pleuritik.7
2.4.7 Diagnosis
A. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, kelainan pada keterlibatan yang akan dijumpai sangat
tergantung pada organ yang terlibat.
Pada TB paru kelainan yang didapat tergantung pada keterlibatan dan kelainan
struktural paru serta bronkus oleh proses tuberkulosis :
Tanda-tanda infiltrat (redup, bronkial, ronki basah, dll)
a. Tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum
b. Sekret di saluran nafas serta ronki
c. Suara amforik berhubungan dengan kavitas yang berhubungan langsung
dengan bronkus
Pada pleuritis TB kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari banyaknya
cairan di rongga pleura.Pada perkusi ditemukan pekak, auskultasi suara napas
melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.Pada limfadenitis
TB terlihat pembesaran KGB paling sering di daerah leher (pikirkan juga
kemungkinan metastasis tumor).Pembesaran KGB tersebut dapat menjadi cold abses.iv
B. Pemeriksaan Penunjang
Batuk yang lebih dari 2 minggu setelah dicurigai terkontrak dengan
pasien tuberkulosis dapat diduga sebagai tuberkulosis. Pemeriksaan yang dapat
a. Radiologi
i. Infiltrat atau nodular, terutama pada lapangan atas paru
ii. Kavitas
iii. Klasifikasi
iv. Efek Ghon
v. Atelektasis
vi. Miliar
vii. Tuberkulom (bayangan seperti coin lesion)
b. Mikrobiologi
Spesimen yang dipakai adalah sputum pada pagi hari, bilasan lambung dan
cairan pleura, serta biakan dari cairan bronkoskopi.Diagnosa pasti ditegakkan
berdasarkan atas adanya BTA pada pengecatan.Tes resistensi dikerjakan sebagai
bahan pertimbangan dalam penanganan tuberkulosis.Pada anak-anak dapat
dilakukan pemeriksaan dari cairan lambung. Cairan pleura, cairan bilasan
bronkoskopi, serebrospinal, urin, dan cairan sendi dapat mengeluarkan sputum
maka dapat diberikan aerosol, terutama larutan garam,yakni dengan cara aerasi.
Pada prinsipnya diperlukan waktu selama 3-8 minggu untuk menumbuhkan
kuman tuberkulosis pada pembiakan dan waktu lebih lama untuk menilai tes
resistensi.8
c. Tes Tuberkulosis
Tes mantoux diberikan dengan penyuntikan 0,1cc PPD(Purified Protein
Derivative)secara intradermal. Kemudian diameter indurasi yang timbul dibaca
48-72 jam setelah tes.Dikatakan positif jika diameter indurasi lebih besar dari 10
mm.Test Heaf dipakai secara luas untuk servei. Satu tetes dari 100.000 IU
tuberkulin/cc melalui 6 jarum dipungsikan ke kulit. Hasilnya dibaca setelah 3-7
hari maka didapat gradasi tes sebagai berikut :
Gradasi 1 : 1-6 indurasi papula yang halus.
Gradasi 2 : adanya cincin indurasi yang dibentuk oleh sekelompok papula
Gradasi 4 : Indurasi dengan lebar lebih dari 10mm
c. Biopsi Jaringan
Terdapat gambaran perkijuan dengan sel langerhans bukanlah merupakan
suatu diagnosis dari tuberkulosis oleh karena dasar dari diagnosa yang
positif adalah ditemukannya kuman Mycobacterium tuberculosis.8
d. Bronkoskopi
Bilasan transbronkial dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa
tuberkulosis, baik melalui pemeriksaan langsung maupun melalui biakan.
Hasil dari biopsi pleura dapat memperlihatkan suatu gambaran
tuberkulosis dan dapat digunakan untuk bahan pemeriksaan BTA (basil
tahan asam).8
2.4.8 Penatalaksaan
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap
(Fixed DoseCombination-FCD) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung DOTS oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO). Boleh dilihat
Tabel 2.1 Pengelompokan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Golongan dan Jenis
Obat
Golongan Obat
Golongaan-1Obat Isoniazid (H) Pyrazinamid (Z)
Lini Pertama Ethambutol (E) Rifampisin (R)
Golongan-2 Obat ` Kanamycin (K) Amikicin (A)
suntik/Suntikan
Lini Kedua
Golongan-3 Ofloxacin (Ofx)Moxifloxacin (Mfx)
Golongan
FloroquinoloneLevofloxacin (Lfx)
Golongan-4 Obat Ethionamide (Eto) Para amino salisilat
bakteriostatik Prothinamide (Pto) (PAS)
Lini Kedua
Golongan -5 Obat yang Clofazimine (Cfz) Thiozcetazone (Thz)
belum terbuktiefikasinya Linezolid (Lzd)Clarithromycin (Clr)
dan tidak direkomendasikan Amoxilin-Clavulanat Imipenem (Ipm)
oleh WHO(Amx-Clv)
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu insentif dan lanjutan.7
A. Tahap awal (insentif)
i. Pada tahap insentif pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
ii. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
iii. Sebagian besar pasien TB BTAmenjadi BTA negatif (konversif) dalam 2
B. Tahap Lanjutan
i. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama.
ii. Pada tahap lanjutan pasien untuk membunuh kuman persisten sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.
Panduan Obat Anti Tuberkulosis yang Digunakan
Panduan OAT menurut WHO dan IUATLD (International Against Tuberkulosis and Lung Disease) ada 3 kategori, yaitu :
a. Kategori 1 : 2(HRZE) / 4(HR)3
b. Kategori 2 : 2(HRZE)S /(HRZE) / 5(HR)3E3
Di samping kedua kategori ini, disediakan obat sisipan (HRZE)
c. Kategori Anak : 2HRZ/ 4HR
d. Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten putus obat di
Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamycin, Capreomisin,
Levofloksasin, Ethionamide, Sikloserin dan PAS, serta OAT lini 1 yaitu
Pirazinamid dan Ethambutol.
Kemasan OAT dapat berupa obat tunggal yang disajikan secara terpisah,
masing-masing INH, rifampisin, pirazinamid, ethambutol atau berupa obat
kombinasi dosis tetap (Fixed Dosed Combination-FCD) yang terdiri dari tiga atau empat obat dalam satu tablet.7
a. Panduan OAT kategori 1 dan kategori 2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-FDC). Tablet OAT ini terdiri
dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien. Panduan ini dikemas dalam satu
paket untuk satu pasien.7
b. Paket Kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari isoniazid,
rifampisin, pirazinamid, etambutol, yang dikemas dalam bentuk blister.
Panduan OAT ini disediakan dalam program untuk digunakan dalam
c. Panduan OAT disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan pengobatan.7
Keuntungan kombinasi dosis tetap :
a. Penatalaksanaan sedehana dengan kesalahan pembuatan resep minimal.
b. Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan penurunan
kesalahan pengobatan yang tidak disengaja.
c. Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan yang
benar dan standart.
d. Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit.
e. Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR akibat
penurunan penggunaan monoterapi.
Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut bila
mengalami efek samping serius harus dirujuk ke rumah sakit/ dokter spesialis/
fasilitas yang mampu menangani.7Pada kasus gagal, dapat disebabkan oleh tiga
hal yaitu faktor obat, faktor dropout dan faktor penyakit.Faktor obat misalnya paduan obat tidak adekuat, dosis tidak adekuat, minum obat tidak teratur, jangka
waktu pengobatan tidak sesuai atau terjadi resistensi obat.7
Drop out dapat disebabkan karena kondisi ekonomi kurang, pendidikan yang rendah menyebabkan tidak tahu persoalan penyakit sehingga merasa sudah
sembuh dan malas berobat, jarak geografik yang jauh dari pusat pelayanan atau
transportasi yang sulit, serta lamanya pengobatan sering membuat pasien bosan
Tabel 2.2 Nama Obat Anti Tuberkulosis serta Dosis dan Efek Samping
Nama Obat Dosis Obat Efek Samping
Isoniazid Dewasa : 300mg/hari Reaksi Sensitif
Anak-anak : Neuropati
10-20mg/kg/BB/hari Hepatitis
Rifampisin Dewasa <55kg :450mg/hari Hepatitis
>55kg :600mg/hari Antagonis dengan
Anak-anak : obat KB
10-20mg/kg/BB/hari Optik
Para amino Dewasa : 12gr/hari Intolerasi traktus
Salisilik (PAS), dibagi dalam 2 dosis digestivus
seperti sodium Anak-anak : Reaksi hipersensitif
amino-salisilat 200mg/kg/BB/hari
Isoniazid Dewasa (tua)
dengan 3 kali sehari
Rifampisin Total dosis perharinya :
Isoniazid 300mg
Rifampisin 450mg
Dewasa : 2 kali sehari
Total dosis per hari :
Isoniazid 300mg
Rifampisin 600mg
Isoniazid Hanya untuk dewasa
dengan Dosis Etambutol yang
Rifampisin bervariasi diperlukan
untuk pengobatan.
Isoniazid 300mg/hari
Isoniazid 0,75-1,0 gr/hari/
dengan intramuscular
Etambutol
Streptomisin Hanya untuk dewasa
20-35mg/kg/hari
dibagi 3 dosis
*maksimum 3gr/hari
Table 2.3Efek Samping Obat, Interaksi dan Kontraindikasi
Obat Efek samping Kontraidikasi
Isoniazid a. Neuritis perifer Pasien dengan riwayat
b. ikterus penyakit hati
c. hipersensitivitas Pasien hipersensitif
d. lain – lain: mulut kering,
nyeri epigastrik, tinitus,
methemoglobulinemia,
retensi urin.
Rifampisin a. Ikterus Pasien dengan
b. flue like syndrome gangguan fungsi hati c. sindrom Redman Pasien hipersensitif d. lain-lain : nyeri epigastrik,
reaksi hipersensitivitas,
Pirazinamid a. Gangguan hati Pasien dengan
b. gout (pirai) gangguan fungsi hati
c. lain – lain : atralgia, Pasien yang muntah,
anoreksia, mual hipersensitif disuria
Etambutol a. Neuritis Pasien hipersensitif
b. gout (pirai)
c. lain-lain : gatal, nyeri sendi,
nyeri epigastrik, nyeri perut,
malaise, sakit kepala,
bingung, halusinasi
Hampir semua obat antituberkulosis mempunyai efek samping.Efek
samping pada hati didapat pada pemberian isoniazid, rifampisin, pirazinamide,
etionamide dan PAS dan mempunyai efek samping neuritis adalah isoniazid,
streptomisin (nervus vestibularis) dan etambutol (nervus optikus), bahkan
sikloserin mempunyai efek psikosis sampai ke konvulsi.Oleh karena itu,
pengawasan terhadap adanya efek samping pada pengobatan tuberkulosis perlu
dilakukan.
Tatalaksana Pasien TB Paru Putus Berobat
Bila pasien menghentikan pengobatan kurang dari 2 minggu maka pengobatan
dilanjutkan sesuai jadwal.
Bila pasien menghentikan pengobatan lebih dari 2 minggu, maka pengobatan
sebagai berikut :
1. Bila pengobatan lebih dari 4 bulan, pemeriksaan BTA negatif, klinis dan
2. Bila pengobatan lebih dari 4 bulan, pemeriksaan BTA positif, maka
pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan
jangka waktu pengobatan lebih lama (lebih dari 6 bulan).
3. Bila pengobatan kurang dari 4 bulan, BTA positif, maka pengobatan
dimulai dari awal dengan paduan obat yang sama.
4. Bila pengobatan kurang dari 4 bulan dan berhenti berobat lebih dari 1
bulan tetapi BTA negatif, klinis dan radiologis positif maka pengobatan
dimulai dari awal lagi dengan paduan obat yang sama.
5. Bila pengobatan kurang dari 4 bulan, BTA negatif dan berhenti beronbat
kurang dari 1 bulan maka pengobatan diteruskan kembali sesuai jadwal.
Terapi Pembedahan
A. Indikasi operasi :
1. Indikasi mutlak
a. Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetapi dahak tetap
positif.
b. Pasien batuk darah masif yang tidak dapat diatasi dengan cara
konservatif.
c. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiama yang tidak dapat diatasi
secara konservatif.
2. Indikasi relatif
a. Pasien dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang.
b. Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan.
c. Sisa kaviti yang menetap.
B. Tindakan invasif (selain pembedahan) :
i. Bronkoskopi, dilakukan bila dicurigai terdapat fistel bronkopleura, batuk
darah-masif, atau untuk mengambil sediaan dari bilasan bronkus.
ii. Punksi Pleura
Pencegahan
Vaksinasi BCG dapat melindungi anak yang berumur kurang dari 15 tahun
sampai 80%, akan tetapi dapat mengurangi makna dari pemeriksaan tes
tuberkulin.8
Indikasi dari vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin)adalah :
i. Pada negara maju vaksinasi BCG ditujukan pada orang dengan tes
tuberkulin yang negative dan pada orang-orang yang mempunyai risiko
tinggi, misalnya perawat atau pekerja sukarela.
ii. Pada negara berkembang maka vaksinasi BCG hanya efektif diberikan
pada neonatus.
Ada beberapa catatan yang perlu diketahui :
a. Pada anak anak harus dilakukan tes tuberkulin. Selain neonatus maka
anak yang dengan tes tuberkulin negatif perlu juga divaksinasi BCG.
b. Tidak diberikan pada pasien yang mempunyai immunocompromised,
termasuk kehamilan dan dermatitis yang luas.
c. Billa kemungkinan mempunyai risiko tuberkulosis yang tinggi maka
semua neonatus harus diberikan vaksinasi.
d. Pada negara dimana angka prevalensi tuberkulosisnya rendah maka
vaksinasi BCG dapat dijadikan program, akan tetapi tidak boleh
diberikan pada penderita dengan HIV positif.8
Indikasi pencegahan :
i. Kasus dengan sputum positif harus diobati secara efektif agar tidak
menularkan orang lain.
ii. Untuk orang yang telah kontak dengan pasien tuberkulosis
(contact-tracing) maka harus dibuktikan bahwa ia telah terkena tuberkulosis,
Dilakukan pemeriksaan dan pengawasan pada pasien yang dicuragai menderita
tuberkulosis, yakni :
a. Pada etnis kulit putih dan bangsa asia dengan tes Heaf positif dan pernah
berkontak dengan pasien yang mempunyai sputum positif harus diawasi.
b. Walaupun pemeriksaan BTA langsung negatif, namun tes Heafnya
positif dan pernah berkontak dengan pasien penyakit paru.
c. Pasien yang belum pernah mendapat kemoterapi dan mempunyai
kemungkinan terkena.
d. Bila tes tuberkulin negatif maka harus dilakukan tes ulang setelah 8
minggu dan bila tetap negatif maka dilakukan vaksinasi BCG. Apabila
tuberkulin sudah mengalami konversi, maka pengobatan harus diberikan.