• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN TITIK BERAT PADA DAERAH TINGKAT II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN TITIK BERAT PADA DAERAH TINGKAT II"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

NOMOR 4 5 TAHUN 1 9 9 2

TENTANG

PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN TITIK BERAT PADA DAERAH

TINGKAT II

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa unt uk melaksanakan Ot onomi Dacrah secara berdayaguna dan berhasilguna dalam upaya meningkat kan penyelenggaraan pemerint ahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat , maka t it ik berat Ot onomi Daerah perlu dilet akkan di Daerah Tingkat II yang kedudukannya lebih langsung berhubungan dengan masyarakat ;

b. bahwa asas desent ralisasi dalam penyclenggaraan pemerint ahan di Daerah dilaksanakan dengan penyerahan urusan pemerint ahan kepada Daerah dengan memperhat ikan kemampuan, keadaan dan kebut uhan masing-masing daerah unt uk mewuj udkan Ot onomi Daerah yang nyat a, dinamis dan bert anggungj awab;

c. bahwa berhubung dengan it u dan sesuai dengan ket ent uan Pasal 11 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok Pemerint ahan Di Daerah, maka pelet akkan t it ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II perlu diat ur dengan Perat uran Pemerint ah;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;

(2)

3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041);

MEMUTUSKAN :

Menet apkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN TITIK BERAT PADA DAERAH TINGKAT II.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan:

1. Pemerint ah, Pemerint ah Daerah, Daerah, Dewan Pert imbangan Ot onomi Daerah, Ot onomi Daerah, Desent ralisasi, Dekonsent rasi, Tugas Pembant uan, Inst ansi Vert ikal, Ot onomi yang nyat a dan bert anggungj awab adalah sama dengan yang t ermuat dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok Pemerint ahan Di Daerah.

2. Tit ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II adalah t erwuj udnya sebagian besar penyel enggaraan urusan ot onomi pada Daerah Tingkat II, dengan perimbangan yang dinamis ant ara hak, wewenang dan kewaj iban bagi Pemerint ah, Pemerint ah Daerah Tingkat I dan Pemerint ah Daerah Tingkat II.

(3)

II, dan oleh Pemerint ah Daerah Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II di lingkungannya.

4. Penarikan kembali urusan adalah t indakan yang mengubah st at us urusan rumah t angga Daerah Tingkat II menj adi urusan rumah t angga Daerah Tingkat I at au urusan Pemerint ah, dan at au urusan rumah t angga Daerah Tingkat I menj adi urusan Pemerint ah berdasarkan perat uran perundang-undangan.

5. Urusan rumah t angga Daerah adalah urusan dan at au kegiat an pemerint ahan t ert ent u yang dengan perat uran perundang-undangan diserahkan oleh Pemerint ah kepada Pemerint ah Daerah Tingkat I dan at au Pemerint ah Daerah Tingkat II, at au oleh Pemerint ah Daerah Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II dalam rangka pemberian ot onomi kepada Daerah.

6. Kemampuan Daerah adalah kenyat aan yang didasarkan kepada f akt or-f akt or dan perhit ungan-perhit ungan yang meyakinkan bahwa suat u Daerah benar-benar t elah mampu menerima penyerahan urusan pemerint ahan t ert ent u sebagai urusan rumah t angga.

7. Keadaan Daerah adalah karakt erist ik suat u Daerah dit inj au dari kondisi geograf is, sosial budaya, polit ik dan pert ahanan keamanan dalam rangka menent ukan j enis urusan pemerint ahan yang akan diserahkan.

(4)

BAB II

TITIK BERAT OTONOMI DAERAH

Pasal 2

Tit ik berat ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II dilaksanakan dengan menyerahkan sebagian besar urusan pemerint ahan oleh Pemerint ah dan at au Pemerint ah Daerah Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II secara bert ahap dan berkelanj ut an.

Pasal 3

(1) Penyerahan sebagian urusan pemerint ahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, didasarkan pada hasil penelit ian dan penilaian t erhadap f akt or-f akt or yang mempengaruhi t ingkat kemampuan, keadaan dan kebut uhan Daerah set elah mendengar pert imbangan Ment eri at au Pimpinan Lembaga Pemerint ah Non Depart emen, Pemerint ah Daerah Tingkat I, dan Pemerint ah Daerah Tingkat II yang bersangkut an, sert a pendapat Dewan Pert imbangan Ot onomi Daerah.

(5)

BAB III

PENYELENGGARAAN URUSAN RUMAH TANGGA DAERAH

Bagian Pert ama Penyerahan, Penambahan

dan Penarikan

Pasal 4

(1) Dalam rangka pemberian ot onomi kepada Daerah, Pemerint ah menyerahkan sebagian urusan pemerint ahan kepada Pemerint ah Daerah dengan mengut amakan penyerahannya kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II unt uk diat ur dan diselenggarakan sebagai urusan rumah t angganya.

(2) Urusan-urusan yang dapat diserahkan adalah semua urusan pemerint ahan, kecuali:

a. Bidang pert ahanan keamanan; b. Bidang peradilan;

c. Bidang luar negeri; d. Bidang monet er;

e. Sebagian urusan pemerint ahan umum yang menj adi wewenang, t ugas dan kewaj iban Kepala Wilayah; dan

f . Urusan pemerint ahan lainnya yang secara nasional lebih berdayaguna dan berhasilguna j ika t et ap diurus oleh Pemerint ah.

(6)

Pasal 5

(1) Dalam hal sesuat u urusan pemerint ahan t elah menj adi urusan rumah t angga Daerah Tingkat I, Pemerint ah Daerah Tingkat I menyerahkan lebih lanj ut kepada Daerah Tingkat II di lingkungannya.

(2) Urusan-urusan yang dapat t et ap menj adi urusan rumah t angga Daerah Tingkat I adalah:

a. Urusan-urusan yang dalam penyelenggaraannya bersif at lint as Daerah Tingkat II;

b. Urusan-urusan yang kurang menent ukan bagi pert umbuhan dan perkembangan suat u Daerah Tingkat II;

c. Urusan-urusan yang penyelenggaraannya lebih berdayaguna dan berhasilguna apabila diurus oleh Pemerint ah Daerah Tingkat I.

(3) Penyerahan urusan dan penambahan penyerahan urusan kepada Pemerint ah Dacrah Tingkat II sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dit et apkan dengan Perat uran Daerah Tingkat I.

Pasal 6

(1) Selambat -lambat nya dua t ahun set elah suat u urusan dit erima secara nyat a oleh Daerah Tingkat I, Pemerint ah Daerah Tingkat I yang bersangkut an, menyerahkan lebih lanj ut semua at au sebagian urusan t ersebut kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II dilingkungannya.

(2) Apabila penyerahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum at au t idak dilaksanakan, Pemerint ah Daerah Tingkat I waj ib menyampaikan alasan-alasan dan hambat an-hambat an yang dihadapinya kepada Ment eri Dalam Negeri.

(7)

ayat (1), Pemerint ah Daerah Tingkat I t ernyat a t idak melaporkan dan t idak menyampaikan alasan-alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) maka Ment eri Dalam Negeri mengambil langkah-langkah unt uk dapat t erlaksananya penyerahan urusan pemerint ahan t ersebut dari Pemerint ah Daerah Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II.

Pasal 7

(1) Penyerahan urusan dan penambahan penyerahan urusan dari Pemerint ah dan at au dari Pemerint ah Daerah Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II disert ai dengan perangkat , alat perlengkapan dan sumber pembiayaannya.

(2) Dalam penyerahan dan penambahan penyerahan urusan dari Pemerint ah kepada Pemerint ah Daerah Tingkat I at au kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II, t at a cara pengalihan perangkat , alat perlengkapan dan sumber pembiayaannya diat ur oleh Ment eri at au Pimpinan Lembaga Pemerint ah Non Depart emen yang membidangi urusan dimaksud bersama-sama dengan Ment eri Dalam Negeri dan Ment eri Keuangan, sert a dilaksanakan sesuai dengan perat uran pcrundang-undangan yang berlaku.

(8)

Pasal 8

(1) Pemerint ah dapat menarik kembali sesuat u urusan yang t elah discrahkan kepada Pemerint ah Daerah Tingkat I at au Pemerint ah Daerah Tingkat II dengan perat uran perundangan yang set ingkat set elah mendengar pendapat Dewan Pert imbangan Ot onomi Daerah.

(2) Pemerint ah Daerah Tingkat I dapat menarik kembali sesuat u urusan pemerint ahan yang t elah diserahkan oleh Pemerint ah Daerah Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II dengan Perat uran Dacrah Tingkat 1.

(3) Perat uran Daerah Tingkat I sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berlaku set elah mendapat pengesahan dari Ment eri Dalam Negari.

Pasal 9

Penarikan kembali sesuat u urusan hanya dapat dilakukan apabila: a. Dalam rangka menj alankan suat u kebij aksanaan nasional;

b. Berdasarkan penilaian, bahwa set elah dibina dan diberi kesempat an secukupnya, Pemerint ah Daerah yang bersangkut an benar-benar t idak mampu lagi mengat ur dan mengurus urusan pemerint ahan t ersebut ;

(9)

Pasal 10

(1) Tat a cara penyerahan at au penambahan penyerahan urusan dari Pemerint ah kepada Pemerint ah Daerah, at au penarikan kembali urusan oleh Pemerint ah dari Pemerint ah Dacrah, dit et apkan dengan Keput usan Presiden;

(2) Tat a cara penyerahan at au penambahan urusan pemerint ahan dari Pemerint ah Dacrah Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II at au penarikan kembali urusan pemerint ahan oleh Pemerint ah Daerah Tingkat I dari Pemerint ah Daerah Tingkat II diat ur dengan Perat uran Ment eri Dalam Negeri.

Bagian Kedua Dinas Daerah

Pasal 11

(1) Unt uk melaksanakan urusan pemerint ahan yang sudah diserahkan menj adi urusan rumah t angga Daerah, Pemerint ah Daerah dapat membent uk Dinas Daerah.

(2) Pembent ukan, Susunan Organisasi, Tat a Kerj a dan Formasi Kepegawaian Dinas Daerah diat ur dengan Perat uran Daerah berdasarkan pedoman yang dit et apkan oleh Ment eri Dalam Negari.

Pasal 12

(1) Guna meningkat kan mut u pelayanan dan pembangunan Daerah Tingkat II, suat u Dinas Daerah yang melaksanakan lebih dari sat u j enis kegiat an dapat dimekarkan menj adi dua at au lebih Dinas Daerah.

(10)

dilaksanakan set elah mendapat perset uj uan Ment eri Dalam Negeri.

Bagian Ket iga Sumber Pembiayaan

Pasal 13

(1) Set iap penyerahan urusan kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II disert ai dengan penyerahan sumber pembiayaan dan anggaran sekurang-kurangnya sebesar anggaran yang disediakan unt uk urusan it u dalam APBN/ APBD Tingkat I t ahun yang bersangkut an. (2) Penyerahan sumber pembiayaan dan anggaran unt uk

melaksanakan urusan yang t elah diserahkan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) diat ur oleh Ment eri Keuangan dan Ment eri Dalam Negeri.

(3) Apabila Pemerint ah Daerah belum sepenuhnya mampu membiayai urusan yang t elah diserahkan, maka kepada Daerah yang bersangkut an diberikan subsidi yang dicant umkan dalam APBN/ APBD sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 14

(11)

Pasal 15

Pemerint ah dapat membat alkan at au mencabut sumber-sumber pendapat an yang t elah digali at au dikembangkan oleh Daerah Tingkat I dan at au Daerah Tingkat II, apabila:

a. Pungut an it u dinilai t idak sej alan lagi dengan kebij aksanaan nasional;

b. Sumber pembiayaan it u dinilai lebih berdayaguna dan berhasilguna j ika dipungut oleh Pemerint ah.

Pasal 16

Terhadap pembat alan at au pencabut an sumber-sumber pendapat an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Pemerint ah memberikan konpensasi berdasarkan pert imbangan kelayakan dit inj au dari kemampuan keuangan Negara.

Bagian Keempat Kepegawaian

Pasal 17

(1) Pemerint ah Daerah Tingkat II mempunyai wewenang mengat ur dan mengurus Pegawai Negeri Sipil Dacrah Tingkat II.

(12)

Pasal 18

(1) Penempat an dan penugasan Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah Tingkat I pada Daerah Tingkat II dengan st at us diperbant ukan at au dipekerj akan, disesuaikan dengan kebut uhan Dacrah Tingkat II.

(2) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan at as permint aan at au set elah memperoleh perset uj uan Kepala Daerah Tingkat II bersangkut an.

Pasal 19

Pembinaan Pegawai Daerah Tingkat II Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Daerah Tingkat I yang diperbant ukan at au dipekerj akan kepada Daerah Tingkat II, dilaksanakan oleh Kepala Daerah Tingkat II sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kelima Pembinaan

Pasal 20

(1) Pembinaan umum penyclenggaraan urusan rumah t angga Daerah Tingkat II, dilakukan oleh Ment eri Dalam Negeri dan pembinaan t eknis oleh Ment eri/ Pimpinan Lembaga Pemerint ah Non Depart emen yang bersangkut an.

(2) Pembinaan operasional penyel enggaraan urusan rumah t angga Daerah Tingkat II dilakukan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I selaku Kepala Wilayah sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

(13)

Pasal 21

(1) Unt uk dapat melaksanakan pembinaan penyelenggaraan urusan rumah t angga Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 secara berdayaguna dan berhasilguna, Daerah Tingkat II dikelompokkan berdasarkan t ingkat kemampuan masing-masing. (2) Krit eria pengelompokan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dan pelaksanaannya diat ur oleh Ment eri Dalam Negeri, dan pembinaan lebih lanj ut dilakukan olch Ment eri Dalam Negeri bersama Ment eri/ Pimpinan Lembaga Pemerint ah Non Depart emen yang bersangkut an.

(3) Pedoman umum t ent ang t at a cara pembinaan t erhadap Daerah-daerah Tingkat II yang t elah dikelompokkan dit et apkan dengan Keput usan Presiden.

BAB IV

TUGAS PEMBANTUAN

Pasal 22

(1) Pemerint ah at au Pemerint ah Daerah Tingkat I dapat menugaskan Pemerint ah Daerah Tingkat II unt uk melaksanakan sesuat u urusan sebagai t ugas pembant uan.

(2) Pemberian suat u t ugas pembant uan dari Pemerint ah kepada Pemerint ah Dacrah Tingkat I dan at au Pemerint ah Daerah Tingkat II dilakukan dengan Keput usan Ment eri/ Pimpinan Lembaga Pemerint ah Non Depart emen dengan perset uj uan Ment eri Dalam Negeri set elah mendengar pendapat Pemerint ah Daerah yang bersangkut an.

(14)

mendengar pendapat Pemerint ah Daerah Tingkat II yang bersangkut an dan diat ur dengan Perat uran Daerah Tingkat I.

(4) Pembiayaan unt uk pelaksanaan urusan t ugas pembant uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diberikan oleh Pemerint ah at au Pemerint ah Daerah Tingkat I sesuai dengan kebut uhan yang nyat a.

Pasal 23

Selambat -lambat nya empat t ahun sej ak berlakunya pemberian sesuat u urusan sebagai t ugas pembant uan, pemberi t ugas mempert imbangkan pengubahan st at us urusan it u menj adi urusan rumah t angga Daerah apabila Daerah yang bersangkut an dilihat dari kemampuan, keadaan dan kebut uhannya t elah memungkinkan unt uk it u.

Pasal 24

(1) Syarat -syarat dan t at a cara pembinaan t ugas pembant uan diat ur oleh Ment eri Dalam Negeri bersama Ment eri at au Pimpinan Lembaga Pemerint ah non Depart emen yang memberikan t ugas. (2) Syarat -syarat penarikan t ugas pembant uan adalah sama dengan

syarat -syarat penarikan kembali urusan rumah t angga Daerah sebagaimana diat ur dalam Pasal 9 Perat uran Pemerint ah ini.

(3) Penarikan suat u t ugas pembant uan dapat dilakukan oleh Ment eri/ Pimpinan Lembaga Pemerint ah Non Depart emen pemberi t ugas dengan perset uj uan Ment eri Dalam Negeri.

Pasal 25

(15)

Non Depart emen yang memberikan t ugas dan Ment eri Dalam Negeri.

(2) Pert anggungj awaban Pemerint ah Daerah Tingkat II t erhadap pelaksanaan urusan t ugas pembant uan yang dit erima dari

Pemerint ah Daerah Tingkat I disampaikan kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1.

BAB V

KOORDINASI DAN PENGAWASAN

Pasal 26

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan Bupat i/ Walikot amadya Kepala Dacrah Tingkat II mengkoordinasikan dan mengawasi penyelenggaraan urusan rumah t angga Dacrah dan t ugas pembant uan agar pelet akan t it ik berat ot onomi pada Dacrah Tingkat II dapat t erlaksana sebagaimana diat ur dalam Perat uran Pemerint ah ini.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27

Pada saat berlakunya Perat uran Pemerint ah ini segala ket ent uan yang bert ent angan dan at au t idak sesuai dengan Perat uran Pemerint ah ini dinyat akan t idak berlaku lagi.

Pasal 28

(16)

Pasal 29

Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan. Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Dit et apkan di Jakart a

pada t anggal 19 Agust us 1992

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

t t d

SOEHARTO

Diundangkan di Jakart a pada t anggal 19 Agust us 1992

MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

t t d

(17)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1992

TENTANG

PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN TITIK BERAT PADA DAERAH TINGKAT II

I. UMUM

Perat uran Pemerint ah ini merupakan pelaksanaan dari ket ent uan Pasal 11 ayat (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok Pemerint ah Di Daerah, yang menet apkan bahwa t it ik berat Ot onomi Daerah dilet akkan pada Daerah Tingkat II.

Tit ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II mengandung art i bahwa sebagian besar dari j umlah dan j enis urusan ot onomi berada pada Daerah Tingkat II unt uk diat ur dan diurus sebagai urusan rumah t angganya.

Kebij aksanaan unt uk melet akkan t it ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II didasarkan pada pert imbangan bahwa Daerah Tingkat II merupakan Daerah Ot onom yang lebih langsung berhubungan dengan masyarakat , sehingga dapat diharapkan lebih mengert i dan memenuhi aspirasi-aspirasi masyarakat di daerahnya.

Adanya keselarasan dan keserasian ant ara kegiat an-kegiat an pemerint ahan di Daerah t erut ama dalam penyelenggaraan urusan Ot onomi Daerah dengan kebut uhan masyarakat , merupakan landasan bagi penyelenggaraan pemerint ahan dan pembangunan yang berorient asi pada peningkat an kesej aht eraan masyarakat .

(18)

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok Pemerint ahan Di Daerah, maka pengat uran dan pelaksanaan kebij aksanaan unt uk melet akkan t it ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II, harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip yang menj adi dasar penyelenggaraan pemerint ahan di daerah yait u:

a. Pelaksanaan pemberian ot onomi kepada Daerah harus menunj ang aspirasi perj uangan rakyat , yakni memperkokoh negara kesat uan dan mempert inggi kesej aht eraan rakyat Indonesia seluruhnya; b. Pemberian ot onomi kepada Daerah harus merupakan ot onomi

yang nyat a dan bert anggungj awab;

c. Asas desent ralisasi dilaksanakan bersama-sama dengan asas dekonsent rasi, dengan memberikan kemungkinan pula bagi pelaksanaan asas t ugas pembant uan;

d. Pemberian ot onomi kepada Daerah mengut amakan aspek keserasian dengan t uj uan di samping aspek pendemokrasian;

e. Tuj uan pemberian ot onomi kepada Daerah adalah unt uk meningkat kan pembinaan kest abilan polit ik dan kesat uan bangsa.

(19)

bert ingkat oleh Pemerint ah Daerah Tingkat I. Sebagai konsekuensi dari prinsip ot onomi yang nyat a dan bert anggungj awab, maka di samping penambahan penyerahan urusan pemerint ahan menj adi urusan rumah t angga Daerah, j uga dimungkinkan penarikan kembali urusan yang t elah diserahkan kepada Daerah dengan syarat -syarat dan krit eria t ert ent u. Dengan demikian, maka kebij aksanaan pelet akan t it ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II t idak t erhambat .

Dalam penyelenggaraan pemerint ahan di Daerah, asas desent ralisasi dan asas dekonsent rasi dilaksanakan secara bersama-sama, karena kedua asas it u sama pent ingnya. Di samping it u unt uk kesempurnaan penyelenggaraan pemerint ahan di Daerah, dimungkinkan pula pelaksanaan asas t ugas pembant uan. Dalam pelaksanaannya, diant ara ket iga asas t ersebut akan t erj alin suat u hubungan yang sangat erat dan harus diarahkan ke dalam pola hubungan yang saling menunj ang dan saling melengkapi secara dinamis. Unt uk melaksanakan kebij aksanaan pelaksanaan t it ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II, ket erkait an diant ara ket iga asas t ersebut harus menempuh langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pelaksanaan asas desent ralisasi akan lebih banyak diarahkan ke Daerah Tingkat II, sehingga pelaksanaan asas dekonsent rasi lebih dit ekankan pada wilayah Propinsi. Unt uk wilayah Kabupat en/ Kot amadya, pelaksanaan asas dekonsent rasi perlu dibat asi;

(20)

c. Penyerahan urusan pemerint ahan dari Pemerint ah sej auh mungkin dilakukan secara serent ak, baik kepada Pemerint ah Daerah Tingkat I maupun kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II, disert ai dengan, perincian kegiat an yang j elas bagi masing-masing Pemerint ah Daerah;

d. Penyerahan urusan pemerint ahan oleh Pemerint ah. Daerah Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II t idak semat a-mat a didasarkan kepada kesepakat an. Penyerahan dan penerimaan it u harus lebih banyak didasarkan kepada hasil penelit ian dan penilaian t erhadap t ingkat kemampuan, keadaan dan kebut uhan Daerah Tingkat II;

e. Pemberian t ugas pembant uan, oleh Pemerint ah dan at au Pemerint ah Daerah, Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II harus dij adikan suat u mekanisme yang mampu mendorong perluasan Ot onomi Daerah bagi Daerah Tingkat II.

Karena adanya ket erkait an yang sangat erat ant ara asas desent ralisasi dengan asas t ugas pembant uan dalam kerangka kebij aksanaan pelet akan t it ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II, maka Perat uran Pemerint ah ini mengat ur pula beberapa segi penerapan asas t ugas pembant uan.

(21)

a. Ket erbat asan kemampuan perangkat Pemerint ah dan at au Pemerint ah Daerah Tingkat I di Daerah Tingkat II;

b. Sif at sesuat u urusan yang sulit dilaksanakan dengan baik t anpa mengikut -sert akan Pemerint ah Daerah Tingkat II;

c. Urusan rumah t angga Daerah Tingkat I yang sebagian besar kegiat annya t elah diserahkan menj adi urusan rumah t angga Daerah Tingkat II;

d. Perkembangan dan kebut uhan masyarakat , sesuat u urusan, sehingga pemerint ah akan lebih berdayaguna dan berhasilguna apabila dit ugaskan kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II;

e. Masih t erbat asnya t ingkat kemampuan Daerah Tingkat II at au adanya sif at -sif at yang melekat pada sesuat u urusan, sehingga urusan pemerint ahan t ersebut belum wakt unya at au t idak t epat diserahkan menj adi urusan rumah t angga Daerah Tingkat II.

Pelet akan t it ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II, harus senant iasa dilandaskan kepada prinsip ot onomi yang nyat a dan bert anggungj awab. Unt uk merealisasikan prinsip t ersebut , f akt or-f akt or kemampuan, keadaan dan kebut uhan Daerah

harus diperhit ungkan dan dipert imbangkan sebelum penyerahan urusan dilakukan.

(22)

Tingkat II.

Baik kemampuan, keadaan maupun kebut uhan Daerah harus diukur dan dit ent ukan melalui upaya penelit ian dan penilaian secara obyekt if , sehingga penyerahan urusan kepada Daerah Tingkat II benar-benar disert ai dengan keyakinan bahwa urusan yang diserahkan it u dapat diselenggarakan dengan penuh t anggung-j awab, yang berorient asi kepada dayaguna dan hasil guna.

Kebij aksanaan dan proses pelet akan t it ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II akan menimbulkan perubahan dalam imbangan hak, wewenang dan kewaj iban ant ara Pemerint ah Daerah Tingkat I dengan Pemerint ah Daerah Tingkat II;

Sepert i t elah dij elaskan sebelumnya, bahwa penyerahan urusan pemerint ahan kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II didahului dengan perhit ungan dan pert imbangan t erhadap kemampuan, keadaan dan kebut uhan masing-masing Daerah Tingkat II. Di samping it u, sif at yang melekat pada sesuat u urusan yang akan diserahkan perlu pula diperhat ikan dengan seksama.

Dengan demikian, meskipun dit inj au dari segi kemampuan, keadaan dan kebut uhan Daerah Tingkat II sesuat u urusan t elah layak diserahkan, namun urusan it u lebih t epat j ika t et ap menj adi urusan rumah t angga Daerah Tingkat I, karena adanya sej umlah sif at yang melekat pada urusan t ersebut . Dengan adanya ket ent uan sepert i ini kiranya menj adi j elas pula bahwa kebij aksanaan pelet akkan t it ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II sama sekali t idak dimaksudkan unt uk mengurangi keberadaan dan peranan Pemerint ah Daerah Tingkat I.

(23)

pembinaan t erhadap masing-masing Daerah Tingkat II t idak diseragamkan.

Unt uk meningkat kan dayaguna dan hasilguna pembinaan, maka Daerah-daerah Tingkat II perlu dikelompokkan menurut t ingkat kemampuannya. Pengelompokan ini t idak berkait an dengan st at us at au j enj ang kedudukan dalam susunan Daerah-daerah ot onom, akan t et api semat a-mat a unt uk menent ukan ket epat an bobot pembinaan t erhadap Daerah-daerah Tingkat II.

Terhadap Daerah-daerah Tingkat II yang t ingkat kemampuannya sama, bobot pembinaannya harus disamakan, sedangkan t erhadap Daerah-daerah Tingkat II yang t ingkat kemampuannya berbeda, bobot pembinaannyapun harus dibedakan j uga.

Melalui pola hubungan pembinaan sepert i it u, Daerah-daerah Tingkat II berpeluang unt uk berprakarsa dalam penyelenggaraan pemerint ahan dan pelaksanaan pembangunan, sehingga perkembangan pemerint ahan dan laj u pembangunan diseluruh Daerah dapat dit ingkat kan secara seimbang, t anpa meninggalkan ciri-ciri khas yang dimiliki oleh set iap Daerah Tingkat II.

Pelet akan t it ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II merupakan kebij aksanaan yang sangat st rat egis dihubungkan dengan f ungsi dan peranan Pemerint ah di t engah-t engah masyarakat .

(24)

t ingkat an.

Sesuai dengan ruang lingkup dan aspek-aspek yang t erkait dengan upaya pelet akan t it ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II, maka di dalam Perat uran Pemerint ah ini diat ur mengenai penyelenggaraan urusan rumah t angga Daerah, pembinaan dan pert anggungj awaban t ugas pembant uan di Daerah Tingkat II, sert a pembinaan, koordinasi dan pengawasan at as penyelenggaraan urusan rumah t angga Daerah Tingkat II.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Pasal ini dimaksudkan unt uk menyamakan pengert ian t ent ang ist ilah-ist ilah pokok yang digunakan dalam Perat uran Pemerint ah ini.

Pasal 2

Dalam pemberian ot onomi kepada Daerah, t it ik berat nya dilet akkan pada Daerah Tingkat II dengan maksud agar sebagian besar Ot onomi Daerah berada pada Daerah Tingkat II, baik menyangkut j umlah maupun j enis-j enis kegiat an yang ada didalamnya. Hal ini diwuj udkan dengan mengut amakan penyerahan urusan pemerint ahan kepada Daerah Tingkat II yang dilaksanakan secara bert ahap dan berkelanj ut an.

Pasal 3 Ayat (1)

(25)

t ingkat kemampuan dan keadaan Daerah. Mengingat perkembangan penyelenggaraan pemerint ahan Daerah, maka f akt or kebut uhan Daerah perlu dipert imbangkan pula. Unt uk dapat mempert imbangkan ket iga f akt or it u secara obyekt if , diperlukan penelit ian yang seksama.

Ayat (2) Cukup j elas

Pasal 4 Ayat (1)

Penyerahan urusan pemerint ahan menj adi urusan rumah t angga Daerah Tingkat II dapat dit empuh melalui cara:

a. Bert ingkat :

Pemerint ah menyerahkan sesuat u urusan kepada Pemerint ah Daerah Tingkat I dan Pemerint ah Daerah Tingkat I menyerahkan lebih lanj ut urusan it u kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II.

b. Langsung :

Pemerint ah menyerahkan sesuat u urusan pemerint ahan kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II, t anpa melalui Pemerint ah Daerah Tingkat I.

Ayat (2)

Pemerint ah t idak dapat menyerahkan urusan-urusan unt uk menj adi urusan rumah t angga Daerah yang menyangkut bidang-bidang pert ahanan keamanan, peradilan, luar negeri, monet er dan sebagian urusan pemerint ahan umum yang menj adi wewenang, t ugas dan kewaj iban Kepala Wilayah. Selain daripada it u, urusan-Urusan yang dapat diserahkan menj adi urusan rumah t angga Daerah adalah:

(26)

b. Urusan-urusan yang menyangkut kepent ingan langsung dari masyarakat , dan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan Daerah;

c. Urusan-urusan yang dapat menumbuhkan part isipasi masyarakat at au menurut sif at nya merupakan t anggungj awab masyarakat ;

d. Urusan-urusan yang dalam pelaksanaannya banyak mempergunakan sumber daya manusia;

e. Urusan-urusan memberikan penghasilan bagi Daerah, dan pot ensial unt uk dikembangkan dalam rangka penggalian sumber-sumber pendapat an asli yang baru bagi Daerah yang bersangkut an;

f . Urusan-urusan yang di dalam penyelenggaraannya memerlukan penanganan dan pengambilan keput usan segera.

Ayat (3) Cukup j elas

Pasal 5 Ayat (1)

Cukup j elas Ayat (2)

Urusan rumah t angga Daerah yang t idak t ermasuk ke dalam krit eria t ersebut , harus diserahkan menj adi urusan rumah t angga Daerah Tingkat II, unt uk mencapai dayaguna dan hasilguna dalam penyelenggaraannya.

Ayat (3) Cukup j elas

(27)

Ayat (1)

Pada dasarnya, sesuat u urusan yang diserahkan oleh Pemerint ah kepada Pemerint ah Daerah Tingkat I harus dilanj ut kan seluruhnya at au sebagian dari urusan it u kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II. Unt uk urusan-urusan yang pada saat berlakunya Perat uran Pemerint ah ini masih berada pada Daerah Tingkat I, maka bat as wakt u selambat -lambat nya dua t ahun yang dimaksud dalam ayat ini t erhit ung sej ak t anggal diundangkannya Perat uran Pemerint ah ini.

Ayat (2) Cukup j elas Ayat (3)

Cukup j elas

Pasal 7 Ayat (1)

Pemerint ah at au Pemerint ah Daerah Tingkat I selain dapat menambah j umlah, urusan bagi Daerah Tingkat II, j uga dapat menambah j enis kegiat an dalam urusan yang t elah menj adi urusan rumah t angga Daerah Tingkat II. Dalam rangka penyerahan t ersebut , harus disert ai pula penyerahan perangkat , alat perlengkapan dan sumber pembiayaannya.

Ayat (2) Cukup j elas Ayat (3)

Cukup j elas

Pasal 8 Ayat (1)

Cukup j elas Ayat (2)

Cukup j elas Ayat (3)

(28)

Pasal 9

Penarikan kembali sesuat u urusan yang t elah menj adi urusan rumah t angga Daerah sej auh mungkin dihindari. Penarikan t ersebut hanya dimungkinkan set elah melalui penelit ian dan penilaian berdasarkan pert imbangan-pert imbangan yang cukup mendasar. Penilaian at as sesuat u urusan yang akan dit arik dari Daerah Tingkat I ke Pusat dilakukan oleh Dewan Pert imbangan Ot onomi Daerah; dan penilaian at as sesuat u urusan yang akan dit arik dari Daerah Tingkat II ke Daerah Tingkat I dilakukan oleh Ment eri Dalam Negeri.

Adapun yang dimaksud dengan kebij aksanaan nasional adalah kebij aksanaan yang t ert uang dalam GBHN, Undang-undang, Perat uran Pemerint ah dan Keput usan Presiden.

Pasal 10 Ayat (1)

Cukup j elas Ayat (2)

Cukup j elas

Pasal 11 Ayat (1)

Pelaksana t eknis urusan rumah t angga Daerah adalah Dinas Daerah yang susunan organisasi, t at a kerj a, dan f ormasi kepegawaiannya harus disesuaikan dengan beban kerj a, keadaan personil, pembiayaan dan geograf is Daerah yang bersangkut an. Ayat (2)

Cukup j elas

Pasal 12 Ayat (1)

(29)

dipandang pot ensial unt uk dikembangkan, dapat dimekarkan demi meningkat kan mut u pelayanan dan pembangunan Daerah. Pemekaran ini disesuaikan pula dengan perkembangan kemaj uan suat u Daerah.

Ayat (2) Cukup j elas

Pasal 13 Ayat (1)

Prinsip ini j uga berlaku bagi penyerahan urusan dari Pemerint ah kepada Pemerint ah Daerah Tingkat I.

Ayat (2) Cukup j elas Ayat (3)

Cukup j elas

Pasal 14

Penggalian dan peningkat an sumber-sumber pendapat an asli Daerah, dapat dit empuh melalui int ensif ikasi dan ekst ensif ikasi sesuai dengan pot ensi ef ekt if yang t erdapat di wilayah masing- masing Daerah Tingkat II.

Upaya t ersebut dilaksanakan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku, dan t idak bert ent angan dengan kepent ingan nasional dan kepent ingan umum, dalam rangka meningkat kan pendapat an asli Daerah guna membiayai penyelenggaraan urusan rumah t angga Daerah, dan sej auh mungkin t idak digunakan unt uk membiayai penyelenggaraan urusan yang belum diserahkan.

(30)

Tingkat II. Dalam hubungan ini, sumber pendapat an yang diserahkan kepada Daerah Tingkat II harus memperhit ungkan pot ensi ef ekt if yang t erkandung di dalamnya.

Di samping it u, dalam rangka penyerahan urusan pemerint ahan menj adi urusan rumah t angga Daerah Tingkat II, baik dari Pemerint ah maupun dari Pemerint ah Daerah Tingkat I, harus mengut amakan penyerahan urusan-urusan yang memberikan penghasilan bagi daerah, dan pot ensial unt uk dikembangkan.

Pasal 15

Yang dimaksud kebij aksanaan nasional adalah sama dengan yang dimaksud penj elasan pada Pasal 9.

Sumber pendapat an yang dimaksud dalam pasal ini adalah sumber pendapat an yang resmi dan sah.

Pasal 16

Kompensasi diberikan oleh Pemerint ah kepada Pemerint ah Daerah yang bersangkut an, sekurang-kurangnya sama besar dengan pendapat an yang dibat alkan at au, dicabut selama 2 (dua) t ahun bert urut -t urut . Unt uk t ahun-t ahun berikut nya kompensasi diberikan berdasarkan pert imbangan keadaan keuangan Daerah yang bersangkut an.

Pasal 17 Ayat (1)

(31)

Ayat (2) Cukup j elas

Pasal 18 Ayat (1)

Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah Tingkat I yang melaksanakan urusan yang diserahkan kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II, dapat dialihkan st at usnya menj adi Pegawai Daerah Tingkat II, yang pelaksanaannya diat ur bersama oleh Ment eri Dalam Negeri, Ment eri/ Pimpinan Lembaga Non Depart emen yang membidangi urusan t ersebut dan Kepala Badan Administ rasi Kepegawaian Negara.

Ayat (2) Cukup j elas

Pasal 19

Kebij aksanaan pembinaan t erhadap pegawai negeri pada dasarnya merupakan wewenang Presiden dan yang penyelenggaraannya dilakukan oleh Badan Administ rasi Kepegawaian Negara, Lembaga Administ rasi Negara dan Badan-badan lain yang dit ugaskan membant u Presiden di bidang ini.

Pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Daerah Tingkat II dit uj ukan dalam rangka peningkat an kemampuan dan karier pegawai. Pendayagunaan pegawai-pegawai yang t elah mengikut i pendidikan dan lat ihan dalam berbagai j enj ang harus lebih dit ingkat kan, dalam art i dit empat kan pada bidang t ugas yang sesuai dengan pendidikan dan lat ihan yang diperolehnya.

Pasal 20 Ayat (1)

(32)

t uj uan penyerahannya, sepert i peningkat an dayaguna dan hasilguna, keut uhan Negara Kesat uan, st abilit as polit ik sert a peningkat an pelayanan dan pembangunan Daerah.

Pembinaan t eknis adalah pembinaan yang dit uj ukan agar penyelenggaraan suat u urusan rumah t angga Daerah benar-benar mengarah kepada peningkat an mut u pelayanan dan kelancaran pembangunan di Daerah secara berkeahlian dan prof esional. Ayat (2)

Dalam aspek operasionalnya, urusan rumah t angga Daerah dibina oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I sebagai penanggungj awab penyelenggaraan urusan pemerint ahan umum di Daerah, t ermasuk di dalamnya dalam bent uk pembinaan bimbingan dan pengawasan dalam pelaksanaan sesuai dengan kebij aksanaan Pemerint ah.

Ayat (3) Cukup j elas

Pasal 21 Ayat (1)

Pembinaan-t erhadap Daerah-daerah Tingkat II t idak dilakukan secara seragam, karena t ingkat kemampuan Daerah-daerah Tingkat II berbeda-beda. Unt uk melakukan pembinaan yang sesuai dengan kemampuannya, maka Daerah-daerah Tingkat II t erlebih dahulu dikelompokkan, sehingga Daerah-daerah Tingkat II yang sama t ingkat kemampuannya akan dimasukkan ke dalam sat u kelompok.

Ayat (2)

(33)

sert a pert ahanan dan keamanan, akan diat ur oleh Ment eri Dalam Negeri. Dengan adanya pengelompokan Daerah-daerah Tingkat II, maka Ment eri Dalam Negeri bersama Ment eri/ Pimpinan Lembaga Pemerint ah Non Depart emen dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I melakukan pembinaan lebih lanj ut t erhadap Daerah-daerah Tingkat II yang bersangkut an.

Ayat (3) Cukup j elas

Pasal 22 Ayat (1)

Cukup j elas Ayat (2)

Apabila Ment eri at au Pimpinan Lembaga Pemerint ah non Depart emen akan menugaskan Pemerint ah Daerah Tingkat I dan at au Daerah Tingkat II unt uk melaksanakan urusan t ugas pembant uan t erlebih dahulu memint a pert imbangan dari Ment eri Dalam, Negeri. Dalam hubungan ini, pert imbangan dari Ment eri Dalam Negeri diberikan dengan memperhat ikan kemampuan, keadaan dan pendapat dari Pemerint ah Daerah yang bersangkut an. Dalam Keput usan Ment eri at au Pimpinan Lembaga Pemerint ah Non Depart emen yang bersangkut an ant ara lain harus memuat t ent ang pet unj uk pelaksanaan, pelaporan, pembiayaan dan t at a cara pembinaan sert a pert anggungj awabannya.

Ayat (3)

Pendapat dari Pemerint ah Daerah Tingkat II, ant ara lain menyangkut kesanggupan unt uk melaksanakan urusan-urusan t ugas pembant uan dimaksud.

Perat uran Daerah Tingkat I yang mengat ur penugasan ini, memuat pet unj uk pelaksanaan, t at a cara pelaporan, pembiayaan dan pert anggungj awaban yang berlaku set elah mendapat pengesahan Ment eri Dalam Negeri.

(34)

Jumlah biaya yang harus diserahkan unt uk pelaksanaan suat u urusan t ugas pembant uan, sekurang-kurangnya sama besarnya dengan biaya yang disediakan dalam Anggaran Pendapat an Belanj a Negara/ Anggaran Pendapat an Belanj a Daerah Tingkat I unt uk pelaksanaan urusan it u dalam t ahun anggaran pada saat penugasan diberikan.

Pasal 23

Semua urusan t ugas pembant uan dari Pemerint ah at au Pemerint ah Daerah Tingkat I yang menurut sif at nya layak menj adi urusan rumaht angga Daerah, pada suat u saat , harus dinilai oleh pemberi t ugas unt uk dipert imbangkan menj adi urusan rumah t angga Daerah Tingkat II. Pert imbangan t ersebut didasarkan pada kemampuan, keadaan, kebut uhan dan dayaguna sert a hasilguna penyelenggaraan pemerint ahan di Daerah.

Hal it u perlu dilakukan dalam rangka mewuj udkan pelet akan t it ik berat ot onomi pada Daerah Tingkat II. Sesudah empat t ahun t ugas pembant uan diberikan kepada Daerah Tingkat II, pemberi t ugas sudah harus dapat memut uskan apakah sesuat u t ugas pembant uan t et ap sebagai t ugas pembant uan, at au dapat diserahkan menj adi urusan rumah t angga Daerah Tingkat II. Keput usan t ersebut dilakukan sesudah pemberi t ugas melakukan usaha pembinaan t eknis unt uk meningkat kan kemampuan Daerah Tingkat II dalam pelaksanaan t ugas pembant uan.

Pasal 24 Ayat (1)

(35)

t ugas pembant uan yang t elah diberikannya. Ayat (2)

Meskipun penarikan kembali t ugas pembant uan dimungkinkan, namun sej auh mungkin dihindari. Penarikan it u dapat menimbulkan t anggapan yang berbeda-beda dalam masyarakat di daerah. Oleh karena it u syarat -syarat yang diperlukan bagi penarikan urusan rumah t angga Daerah diberlakukan j uga bagi penarikan t ugas pembant uan.

Ayat (3) Cukup j elas

Pasal 25 Ayat (1)

Cukup j elas Ayat (2)

Cukup j elas

Pasal 26

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan Bupat i/ Walikot amadya Kepala Daerah Tingkat II selaku Kepala Wilayah adalah penanggungj awab penyelenggaraan Pemerint ahan Daerah, yang berkewaj iban melakukan koordinasi dan pengawasan guna kelancaran pelaksanaan urusan rumah t angga Daerah sert a t ugas pembant uan.

Pasal 27

Cukup j elas

Pasal 28

Cukup j elas

Pasal 29

(36)

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi persyaratan akademis untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma IV pada Jurusan Teknik Sipil Program Studi

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku kurang sebanyak 11 orang (57,89%) sebelum dilakukannya pendidikan kesehatan dan

1) Pertama, pergi ke Lobi UPT Lab Pusat UNS. Silahkan ambil form bebas lab yang ada di rak pamflet di depan ruang kaca. 2) Anda akan melihat ada 3 buah tanda tangan Lab yang

Keadaan hubungan latar belakang yang berbeda sering menjadi penyebab hubungan antar siswa yang kurang harmoni. Siswa cenderung membuat kelompok bermain.. yang

Penyebab Blue Screen of Deat (BSOD) biasanya disebabkan adanya masalah dengan hardware atau software driver pada komputer kamu!. Software biasa tidak akan menyebabkan komputer

Berkaitan dengan teori budaya konsumen, respon orang tua terhadap biaya pendidikan tidak terlepas dari ekspetasi pada sekolah yang membawa pada harapan-harapan cemerlang

Game SL juga disukai karena ia dapat menjadi sarana untuk bertemu dan berkum- pul dengan komunitas, baik komunitas sesa- ma pemain di dunia nyata (misalkan teman- teman bermain

[r]