• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Karbon Aktif Dari Ampas Teh Sebagai Adsorben Dalam Proses Adsorpsi α-Tokoferol Yang Terkandung Dalam Minyak Kelapa Sawit Mentah (Crude Palm Oil)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Karbon Aktif Dari Ampas Teh Sebagai Adsorben Dalam Proses Adsorpsi α-Tokoferol Yang Terkandung Dalam Minyak Kelapa Sawit Mentah (Crude Palm Oil)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN A

DATA HASIL PENELITIAN

LA.1 Kadar Abu Karbon Aktif

Penentuan Kadar abu karbon aktif dilakukan dengan cara menimbang 1 gram karbon aktif ke dalam cawan, selanjutnya cawan dimasukkan ke dalam furnace dengan suhu 850 C selama 4 jam. Data kadar abu karbon aktif ditunjukkan pada Tabel LA.1.

Tabel LA.1 Data Kadar Abu Karbon Aktif

Berat

LA.2 Kadar Volatil Matter

Penentuan kadar Volatil Matter karbon aktif dilakukan dengan cara menimbang 1 gram karbon aktif kedalam cawan, selanjutnya cawan ditutup dan dimasukkan ke dalam furnace dengan suhu 950 C selama 7 menit. Data kadar zat menguat karbon aktif ditunjukkan pada Tabel LA.2

Tabel LA.2 Data Kadar Zat Menguap Karbon Aktif

Berat

LA.3 Karakterisai Karbon Aktif Dengan Metode BET

(2)

Tabel LA.3 Data Karakteristik Karbon Aktif dari Ampas Teh Sebelum dan Sesudah Proses Pirolsis Dengan Metode BET

No Perlakuan

pirolisis 717,460 411,227 306,233

LA.4 Kajian Model Kinetika Adsorpsi

Hasil analisa α-tokoferol pada bahan baku CPO menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) menunjukkan bahwa konsentrasi awal

α-tokoferol adalah sebesar 261,23 ppm.

Penentuan model kinetika adsorpsi dilakukan dengan mengadsorpsi α-tokoferol pada kecepatan pengadukan 180 rpm dengan rasio 1: 6 dengan interval waktu tertentu. Data konsentrasi pencuplikan sampel pada berbagai waktu ditunjukkan pada Tabel LA.4.

Tabel LA.4 Data Konsentrasi α-Tokoferol pada Penentuan Model Kinetika Adsorpsi dengan Kecepatan Pengadukan 180 rpm

Waktu

LA.5 Kajian Model Isoterm Adsorpsi

(3)

yang konstan. Data konsentrasi akhir α-tokoferol pada kecepatan pengadukan 140, 160 dan 180 rpm ditampilkan pada Tabel LA.5, LA.6, dan LA.7 secara berturut turut.

Tabel LA.5 Data Konsentrasi α-Tokoferol Pada Kecepatan Pengadukan 140 rpm

Karbon

Tabel LA.6 Data Konsentrasi α-Tokoferol Pada Kecepatan Pengadukan 160 rpm

Karbon

Tabel LA.7 Data Konsentrasi α-Tokoferol Pada Kecepatan Pengadukan 180 rpm

(4)

LAMPIRAN B

HASIL PERHITUNGAN

LB.1 KADAR ABU KARBON AKTIF

Penentuan kadar abu dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.1. Data yang akan diolah adalah seperti yang tertera pada Tabel LA.1. Nilai kadar abu karbon aktif dari ampas teh yang diaktivasi dengan aktivator asam posfat (H3PO4) ditentukan dengan cara sebagai berikut:

Data percobaan:

Berat abu (A) = 0,0617 g Berat sampel (B) = 1,00 g

AB (LB.1)

, 617 1

% Abu = 6,17 %

LB.2 KADARVOLATILE MATTER KARBON AKTIF

Penentuan kadar Volatile Matter dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.2. Data yang akan diolah adalah seperti yang tertera pada Tabel LA.2. Nilai kadar zat menguap karbon aktif dari ampas teh yang diaktivasi dengan aktivator asam posfat (H3PO4) ditentukan dengan cara sebagai berikut:

Data percobaan:

Berat awal (Wo) = 1,00 g Berat cawan kosong = 21,42 g Berat cawan + sampel = 21,96 g

(5)

at Menguap w -w1

w x 1 (LB.2)

at Menguap 1 ,541 x1

% Zat Menguap = 46 %

LB.3 PERSENTASE ADSORPSI DAN KAPASITAS ADSORPSI

Persentase adsorpsi dihitung menggunakan Persamaan LB.3. Data yang akan diolah adalah seperti yang tertera pada Tabel LA.5 sampai LA.7. Persentase adsorpsi

α-tokoferol untuk rasio Karbon aktif : CPO = 1:3 pada kecepatan pengadukan 180 rpm, waktu 20 menit dan jumlah adsorben 10 gram adalah sebagai berikut:

% Adsorpsi = Co-Ce

Persamaan LB.4 digunakan untuk menghitung kapasitas karbon aktif dalam

menjerap α-tokoferol. Maka untuk contoh perhitungan jumlah α-tokoferol yang dijerap diambil karbon aktif : CPO (1:3), jumlah karbon aktif sebesar 10 gram, volume CPO sebesar 33,53 mL, pada konsentrasi awal α-tokoferol sebesar 261,23 ppm, konsentrasi akhir α-tokoferol sebesar 40,69 ppm.

(6)

Maka:

W = β61,βγ mg L-4 ,69 mg L

gram x 0,03353 L

= 0,7394 mg/gr

Dengan cara yang sama dilakukan perhitungan untuk data yang lain dan hasil perhitungannya ditampilkan pada Tabel LB.1 sampai Tabel LB.3.

Tabel LB.1 Persentase Adsorpsi dan Kapasitas Adsorpsi pada Kecepatan Pengadukan 140 rpm

Rasio Karbon

Aktif : CPO % Adsorpsi Kapasitas Adsorpsi

1:3 51,58 0,4517

1:4 50,18 0,5860

1:5 36,01 0,5256

1:6 29,48 0,5164

Tabel LB.2 Persentase Adsorpsi dan Kapasitas Adsorpsi Pada Kecepatan Pengadukan 160 rpm

Rasio Karbon

Aktif : CPO % Adsorpsi Kapasitas Adsorpsi

1:3 84,36 0,7388

1:4 81,79 0,9551

1:5 67,17 0,9806

1:6 56,18 0,9841

Tabel LB.3 Persentase Adsorpsi dan Kapasitas Adsorpsi Pada Kecepatan Pengadukan 180 rpm

Rasio Karbon

Aktif : CPO % Adsorpsi Kapasitas Adsorpsi

1:3 84,42 0,7394

1:4 84,32 0,9846

1:5 71,19 1,0392

(7)

LB.4 MODEL KINETIKA ADSORPSI

Data yang tertera pada Tabel LA.4 selanjutnya diolah untuk mendapatkan model kinetika adsorpsi yang sesuai dengan data percobaan. Model kinetika yang digunakan adalah kinetika orde satu dan dua semu dengan persamaan seperti yang tercantum pada Persamaan 2.5 dan 2.7.

Kesesuaian data penelitian dengan model kinetika orde satu semu dapat dilihat dengan membuat grafik hubungan antara waktu (t) dan log (qe-qt) sedangkan kesesuaian data percobaan dengan model kinetika orde dua semu dapat ditentukan dengan membuat grafik hubungan antara waktu (t) dan t/qt. Data - data yang diperlukan untuk membuat kedua grafik tersebut ditampilkan pada Tabel LB.4.

Tabel LB.4 Data Penentuan Model Kinetika Adsorpsi α-tokoferol Kecepatan Pengadukan 180 rpm

Rasio Karbon Aktif : CPO

(W/W)

Kinetika Orde Satu Kinetika Orde Dua

t Log (qe-qt) t t/qt

 Model Kinetika Orde Satu Semu.

(8)

Gambar LB.1 Kinetika Orde Satu Semu.

Pencocokan kurva untuk data percobaan dengan model kinetika orde satu semu menghasilkan persamaan linier y = -0,0692x - 0,1676 dengan R² = 0,7874 sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar LB.1. Berdasarkan persamaan linier tersebut dapat ditentukan nilai parameter kinetika k1 dan qe. Nilai k1 dapat ditentukan berdasarkan nilai slope

dan nilai qe dapat ditentukan berdasarkan nilai instersep

 Model Kinetika Orde Dua Semu.

Berdasarkan data pada Tabel LB.4 maka dibuat grafik hubungan t vs t/qt yang ditampilkan pada Gambar LB.2.

(9)

Gambar LB.2 Kinetika Orde Dua Semu.

Dari Gambar LB.2 diperoleh persamaan kinetika orde dua adalah y = 0,6335x + 1,0179 dengan R² = 0,9934. Maka untuk mencari nilai dari k2 dan qe dapat dilakukan dengan cara berikut :

(10)

LB.5 MODEL ISOTERM ADSORPSI

Data yang tertera pada Tabel LA.5 kemudian diolah untuk mendapatkan model isoterm yang sesuai. Data percobaan diuji kesesuaiannya dengan model isoterm Langmuir dan Freundlich yang mengikuti Persamaan 2.1 dan 2.3. Data-data yang diperoleh untuk menentukan kesesuaian data dengan kedua model isoterm tersebut ditunjukkan pada Tabel LB.5.

Tabel LB.5 Isoterm Adsorpsi Kecepatan Pengadukan 180 rpm

Isoterm Langmuir Isoterm Freundlich Ce Ce/qe Log Ce Log qe 40,69 55,0307 1,6095 -0,1311 40,97 41,6099 1,6125 -0,0067 75,26 72,4231 1,8766 0,0167 97,58 88,9241 1,9894 0,0403

 Model Isoterm Langmuir

(11)

Pada Gambar LB.3 ditunjukkan persamaan isoterm adalah y = 0,712x + 19,195. Maka dapat dihitung nilai qm dan KL seperti cara berikut :

0,712 = 1

 Model Isoterm Freundlich

Berdasarkan data pada Tabel LB.5 maka dibuat grafik hubungan log Ce Vs loq qe yang ditampilkan pada Gambar LB.4

Gambar LB.4 Kurva Isoterm Freundlich.

Pada Gambar LB.4 ditunjukkan persamaan isotherm adalah y = 0,2989x - 0,5499. Dari persamaan tersebut dapat dihitung nilai n dan k seperti cara berikut :

(12)

-0,5499 = log KF KF = 10 -0,5499 KF = 0,282

0,2989 = 1

n

n = 1

,β989

(13)

LAMPIRAN C

FOTO PENELITIAN

LC.1 PENGERINGAN AMPAS TEH MENGGUNAKAN TRAY DRIER

Gambar LC.1 Foto Pengeringan Ampas Teh Menggunakan Tray Drier

LC.2 PENGHALUSAN AMPAS TEH MENGGUNAKAN BALLMILL

(14)

LC.3 RANGKAIAN PERALATAN PIROLISIS

Gambar LC.3 Foto Rangkaian Peralatan Pirolisis

LC.4 PENCUCIAN KARBON AKTIF

(15)

LC.5 PENGHALUSAN KARBON AKTIF DENGAN MORTAR

Gambar LC.5 Foto Penghalusan karbon Aktif dengan Mortar

LC.6 KARBON AKTIF

(16)

LC.7 MINYAK KELAPA SAWIT (CRUDE PALM OIL)

Gambar LC.7 Foto Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil) Sebelum Diadsorpsi

(17)

LC.9 MINYAK KELAPA SAWIT SETELAH DIADSORPSI

Gambar LC.9 Foto Minyak Kelapa Sawit Setelah Diadsorpsi

LC.10 HASIL KINETIKA ADSORPSI

Gambar

Tabel LA.4 Data Konsentrasi α-Tokoferol pada Penentuan Model Kinetika Adsorpsi
Tabel LA.5 Data Konsentrasi α-Tokoferol Pada Kecepatan Pengadukan 140 rpm
Tabel LB.4 Data Penentuan Model Kinetika Adsorpsi α-tokoferol Kecepatan
Gambar LB.1 Kinetika Orde Satu Semu.
+7

Referensi

Dokumen terkait

ChiVMV dan CMV dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) Cairan perasan tanaman yang mengandung ChiVMV terlebih dahulu diinokulasikan pada daun tanaman cabai yang diuji, tiga

Mengikut Hidayat itu lagi, polemik makna kebudayaan berlaku di Malayonesia dalam tahun 1935-1940-an antara mereka yang mahu kebudayaan ditakrifkan secara profan (oleh itu

 Makan : tidak napsu makan, porsi makan tidak habis, mual, muntah 1x / lebih7.

Berdasarkan data hasil penelitian tindakan kelas tersebut maka dapat disimpulkan bahwa melalui metode proyek menghias kelas kreasi kolase dan hiasan diding dapat

Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan, makan ia akan mudah menerima hal baru dan akan mudah menyesuaikan dengan hal baru tersebut. Responden yang

Seperti pada penyakit autoimun lainnya, tidak ada yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya myasthenia gravis, karena bukan disebabkan oleh sesuatu yang bisa kita

Beberapa kegiatan guru yang diamati oleh teman sejawat/observer yang mendapat nilai baik adalah menyampaikan materi pembelajaran, menyampaikan kompetensi dan tujuan

Jika di kontektualisasikan mengenai tidak syrik ini, yaitu orang muslim yang mempercayai bahwa taida tuhan yang pantas disembah selain Allah Swt, siapakah orang