• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN DAYA INGAT JANGKA PENDEK LANSIA DENGAN PERMAINAN PUZZLE DI POSYANDU LANSIA DESA SEPANDE SIDOARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN DAYA INGAT JANGKA PENDEK LANSIA DENGAN PERMAINAN PUZZLE DI POSYANDU LANSIA DESA SEPANDE SIDOARJO"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN DAYA INGAT JANGKA PENDEK LANSIA DENGAN

PERMAINAN PUZZLE DI POSYANDU LANSIA DESA SEPANDE

SIDOARJO

Oleh: FACHRUDIN YUSUF

Senam otak adalah serangkaian gerak sederhana menyenangkan di gunakan untuk memadukan semua bagian otak yang berfungsi meningkatkan kemampuan belajar. Ingatan adalah tempat penyimpanan data fisik dalam otak kita. Tujuan Menganalisis pengaruh pemberian senam otak terhadap peningkatan daya ingat jangka pendek lansia dengan permainan puzzle

Desain penelitian ini menggunakan rancangan desain Pre-experimntal design dengan pendekatan teknik static group comparison. Pengambilan data Menggunakan teknik simple random sampling, dengan jumlah populasi sebanyak 50 orang dan sampel 34 responden yaitu lansia yang mengikuti POSYANDU. Data dianalisa menggunakan Wilcoxon.

Hasil penelitian daya ingat jangka pendek lansia kelompok kontrol yang tidak diberikan senam otak tidak terjadi pengingkatan daya ingat yang signifikan. Tetapi pada kelompok perlakuan yang diberikan senam otak terdapan peningkatan daya ingat yang signifikan. Dari hasil uji Wilcoxon yang menunjukkan bahwa senam otak memiliki pengaruh terhadap peningkatan daya ingat jangka pendek lansia. Didapatkan nilai ρ = 0,317 pada kelompok kontrol dan didapatkan nilai ρ = 0,000 pada kelompok perlakuan , maka hal ini menunjukkan terdapat pengaruh senam otak terhadap peningkatan daya ingat jangka pendek lansia.

Implikasi dari penelitian bahwa senam otak bagus untuk meningkatkan daya ingat jangka pendek dan dapat digunakan pada semua umur sehingga tepat dilakukan pada lansia. Di POSYANDU lansia Ds. Sepande Sidoarjo.

Kata kunci: senam otak, peningkatan daya ingat, lansia

ABSTRACT

EFFECT OF BRAIN EXERCISE TO INCREASE SHORT-TERM MEMORY IN ELDERLY PEOPLE WITH A PUZZLE

GAME POSYANDU VILLAGE SEPANDE SIDOARJO

OLEH : FACHRUDIN YUSUF

Brain gymnastics is a series of simple fun motion is used to include all parts of the brain that functions to enhance learning, build self-esteem and a sense of community memory is a physical data storage in our brain. Memory is a physical data storage in our brand. The purpose of analyzing the perfect of brand exercise to increase short-term memory elderly puzzle game.

(2)

This study design using pre-experimtal static engineering apporoach to design with comparison group. Retrieving data using simple random sampling technique with a total population of 50 people and a sample of 34 respondens are elderly people who follow POSYANDU. Data were analyzed using the Wilcoxon.

Results of research on short-term memory elderly control group not given brain exercise intervention did not occur significant memory enhancement. But in the treatment group were given intervention are brain exercises significant memory enhancement wilcoxon test results showing that brain exercises had an influence on the increase in short-trem memory of elderly p=0,37 valver obtained the valve of p=0,000 in the treatment group, it indicates there is a brain exercise influence on the increase in short-term memory of elderly.

The implications of the research that great brain exercises to improve short-term memory and can be used at all ages so it is appropriate for the POSYANDU elderly Ds. Sepande Sidoarjo. Key words : brain gym, memory enhancement, elderly

Latar belakang

Ingatan atau memori adalah kemampuan manusia untuk menyimpan, memelihara, dan memanggil kembali informasi dan pengalamannya (Paramitasari, 2011 : 29). Usia yang semakin tua menyebabkan seorang mengalami kurangnya keefektifan proses mengingat (Giriwijoyo 2013). Gejalanya berupa proses berfikir menjadi lambat, kurang menggunakan strategi memori kurang baik, kesulitan memusatkan perhatiaanya terhadap sesuatu yang akan di ingat. Di POSYANDU Lansia Desa Sepande Kecamatan Candi masih banyak sekali lansia yang mengeluhkan menurunnya daya ingat akan suatu hal yang sedang dikerjakannya.

Berdasarkan laporan data penduduk Internasional yang dikeluarkan Bureau of Census Amerika Serikat, peningkatan jumlah penduduk terjadi secara global termasuk di Indonesia. Dalam kurun waktu 1990-2025 Indonesia akan mengalami kenaikan jumlah penduduk lansia sekitar 414%, artinya ini yang paling tertinggi di dunia. Diduga pada tahun 2015, jumlah lansia di Indonesia akan mencapai 24,4 juta orang atau 10% dari seluruh penduduk Indonesia saat itu (Hutapea, 2005). Angka kesakitan penduduk lansia tahun 2012 sebesar 26,93% artinya dari setiap 100 orang lansia terdapat 27 orang diantaranya

mengalami sakit (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan wawancara peneliti terhadap salah satu kader posyandu lansia di Desa Sepande pada tanggal 23 februari 2015 ternyata dari 50 lansia yang ikut serta dalam posyandu lansia didapatkan hampir 80% mengatakan bahwa mereka sudah sering lupa dengan apa yang sedang dilakukan tetapi saat di tanya tentang kenangan masa lalu mereka mampu mengingat dengan baik dan mereka juga memiliki riwayat penyakit hipertensi sebanyak 60%. Mengeluh gangguan penglihatan sebesar 50%, sering pusing-pusing 30%.

Seiring penuaan selain terjadi penurunan fungsi fisik, umumnya terjadi kemunduran daya ingat dan kecerdasan. Akibatnya, proses berpikir menjadi lamban, sulit konsentrasi, dan kemampuan daya ingat menurun. Pada lansia, penurunan kemampuan otak dan tubuh membuat tubuh mudah jatuh sakit, pikun, frustrasi. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan terus menstimulasi otak (Paula Angelina 2010). Gangguan psikologi lebih menekan pada penyimpanan informasi. Penyimpanan informasi itu sendiri akan disertai barbagai perubahan fisik otak yang disebut dengan engram. Gangguan pada hal ini mengakibatkan lupa, yang pada saat paling parah menjadikan manusia menjadi amnesia. Lupa pada kasus gangguan

(3)

fisiologis biasanya terjadi karena adanya ketidak seimbangan faktor biokimiawi otak. Gangguan fisiologis misalnya terjadi pada mereka yang mengalami kecelakaan atau benturan dengan benda yang sangat keras, sehingga mengalami amnesia. Gangguan ini menyebabkan seseorang bisa lupa akan keadaan dirinya, keluarganya dan bahkan nama serta tempat tinggalnya.

Salah satu cara mengaktifasi dan menyeimbangkan kedua belahan otak tersebut adalah dengan senam otak. Senam otak menjadi suatu alat bantu pembelajaran yang sangat efektif serta dapat memberikan pengaruh positif pada peningkatan daya ingat, peningkatan kecakapan, matematik, atensi, kewaspadaan dan kemampuan fungsi otak untuk melakukan perencanaan respon dan membuat keputusan (Adriani 2010:20).

Metode Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan rancangan desain Pre-experimntal design dengan pendekatan teknik static group comparison. Pengambilan data

Menggunakan teknik simple random sampling, dengan jumlah populasi sebanyak 50 orang dan sampel 34 responden yaitu lansia yang mengikuti POSYANDU. Data dianalisa

menggunakan Wilcoxon.

Instrumen data pada penelitian ini adalah berupa puzzle yang terdiri dari 20 potong. Permainan ini dimulai dengan membongkar dan menyusun kembali kepingan puzzle menjadi bentuk utuh dalam waktu 10 menit. Kita dapat mengetahui daya ingat lansia dengan menghitung jumlah potongan puzzle yang telah di susun dengan benar dan di hutung sesuai rumus dibawah dengan daya ingat baik apabila dapat nilai 76-100%, daya ingat cukup apabila mendapatkan nilai cukup 56-75%, sedangkan daya ingat kurang apabila mendapatkan nilai <55%.

Hasil nilai = jumlah benar penyusunan potongan puzzle x 100%

jumlah potongan puzzle

Hasil dan Pembahasan 1. Data Khusus

Tabel 1 Karakteristik Responden pre-test pada kelompok kontrol yang tidak diberi senam otak senam otak di POSYANDU lansia Ds. Sepande Sidoarjo tanggal 26 mei 2015.

Nilai Kelompok

kontrol Pre-test

Frekuensi(f) Prosentase (%) Daya ingat tinggi

(76-100%)

0 0

Daya ingat sedang (56-75%)

7 41.2

Daya ingat rendah (0-55%)

10 58.8

Total 100.0 100.0

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 17 responden di POSYANDU lansia Ds. Sepande Sidoarjo, daya ingat pada permainan puzzle yang tidak diberikan senam otak pada kelompok kontrol dengan kategori daya ingat rendah (0-55%) sebanyak 10 responden (58.8%), daya ingat sedang (56-75%) sebanyak 7 responden (41.2%), dan tidak ada responden yang memiliki daya ingat tinggi.

Tabel 2 Karakteristik Responden pre-test pada kelompok perlakuan yang diberi senam otak senam otak di POSYANDU lansia Ds. Sepande Sidoarjo tanggal 26 mei 2015.

Nilai Kelompok

perlakuan Pre-test

Frekuensi(f) Prosentase (%) Daya ingat tinggi

(76-100%)

0 0

Daya ingat

sedang (56-75%)

14 82.4

Daya ingat rendah (0-55%)

3 17.6

Total 100.0 100.0

Tabel 2 Menunjukkan bahwa dari 17 responden di POSYANDU lansia Ds. Sepande Sidoarjo, daya ingat pada permainan puzzle sebelum dilakukan senam otak pada kelompok perlakuan dengan kategori daya ingat sedang

(4)

(56-75%) sebanyak 14 responden (82.4%), daya ingat rendah (0-55%) sebanyak 3 responden (17.6%), dan tidak ada responden yang memiliki daya ingat tinggi.

Tabel 3 Karakteristik Responden post-test pada kelompok kontrol yang tidak diberi senam otak senam otak di POSYANDU lansia Ds. Sepande Sidoarjo tanggal 26 mei 2015.

Nilai Kelompok

kontrol Post-test

Frekuensi(f) Prosentase (%) Daya ingat tinggi

(76-100%) 0 0 Daya ingat sedang (56-75%) 10 58.8 Daya ingat rendah (0-55%) 7 41.2 Total 100.0 100.0

Tabel 3 Menunjukkan bahwa dari 17 responden di POSYANDU lansia Ds. Sepande Sidoarjo, pada post-test kelompok kontrol dengan kategori daya ingat tinggi (76-100%) sebanyak 0 orang (0%), daya ingat sedang (56-75%) sebanyak 10 responden (58.8% ), dan lansia berdaya ingat rendah(0-55%) sebanyak 7 responden (41.2%).

Tebel 4 Karakteristik Responden post-test pada kelompok perlakuan yang diberi senam otak senam otak di POSYANDU lansia Ds. Sepande Sidoarjo tanggal 26 mei 2015.

Nilai Kelompok

perlakuan Post-test

Frekuensi(f) Prosentase (%) Daya ingat tinggi

(76-100%)

14 82.4

Daya ingat

sedang (56-75%)

3 17.6

Daya ingat rendah (0-55%)

0 0

Total 100.0 100.0

Tabel 4 Menunjukkan bahwa dari 17 responden di POSYANDU lansia Ds.

Sepande Sidoarjo, pada post-test kelompok perlakuan setelah diberi senam otak dengan kategori daya ingat tinggi (76-100%) sebanyak 14 responden, daya ingat sedang (56-75%) sebanyak 3 responden, dan tidak ada lansia berdaya ingat rendah.

Tabel 5 Hasil nilai pre test dan post-test menyusun permainan puzzle pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberikan senam otak di POSYANDU lansia Ds. Sepande Sidoarjo tanggal 26 mei 2015.

(5)

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 17 responden di POSYANDU lansia Ds. Sepande Sidoarjo, daya ingat pada permainan puzzle yang tidak diberikan senam otak pada kelompok kontrol dengan kategori daya ingat rendah (0-55%) sebanyak 10 responden (58.8%), daya ingat sedang (56-75%) sebanyak 7 responden (41.2%), dan tidak ada responden yang memiliki daya ingat tinggi. Sedangkan pada post-test kelompok kontrol dengan kategori daya ingat sedang (56-75%) sebanyak 10 responden (58.8% ), dan lansia berdaya ingat rendah(0-55%) sebanyak 7 responden (41.2%), dan kategori daya ingat tinggi (76-100%) sebanyak 0 responden atau tidak ada responden kontrol berdaya ingat tinggi.

Sedangkan pada kelompok perlakuan menunjukkan bahwa dari 17 responden di POSYANDU lansia Ds. Sepande Sidoarjo, daya ingat pada permainan puzzle sebelum dilakukan senam otak pada kelompok perlakuan dengan kategori daya ingat sedang (56-75%) sebanyak 14 orang (82.4%), daya ingat rendah (0-55%) sebanyak 3 orang (17.6%), dan tidak ada responden yang memiliki daya ingat tinggi. Sedangkan setelah diberi senam otak responden dengan kategori daya ingat tinggi (76-100%) sebanyak 14 orang, daya ingat sedang (56-75%) sebanyak 3 orang, dan tidak ada lansia berdaya ingat rendah.

Berdasarkan uji statistik dengan Wilcoxon menunjukkan nilai ρ = 0,000 (ρ value <0,05), berarti secara statistik ada hubungan yang bermakna antara senam

otak terhadap peningkatan daya ingat jangka pendek lansia dengan permainan puzzle.

Pembahasan

Daya ingat jangka pendek lansia dengan permainan puzzle sebelum dilakukan senam otak di POSYANDU lansia Ds. Sepande Sidoarjo.

Seiring penuaan selain terjadi penurunan fungsi fisik, umumnya terjadi kemunduran daya ingat dan kecerdasan. Akibatnya, proses berpikir menjadi lamban, sulit konsentrasi, dan kemampuan daya ingat menurun. Pada lansia, penurunan kemampuan otak dan tubuh membuat tubuh mudah jatuh sakit, pikun, frustrasi (Paula Angelina 2010 dalam Azizah, L.M 2011).

Berdasarkan hasil pengumpulan data awal (pre-test) menunjukkan dari 17 responden di POSYANDU lansia Ds. Sepande Sidoarjo, bahwa daya ingat lansia pada permainan puzzle sebelum dilakukan senam otak pada kelompok kontrol yang tidak diberi senam otak kategori responden berdaya ingat sedang (56-75%) sebanyak 7 responden (41.2%), responden dengan daya ingat rendah(0-55%) sebanyak 10 responden (58.4%), dan tidak ada responden yang masuk pada kategori responden berdaya ingat tinggi. Pada kelompok perlakuan lebih dari separuh responden dengan kategori daya ingat sedang (56-75%) sebanyak 14 responden (82.4%), daya ingat rendah (0-55%) Nilai Pre-test Post-test Nilai Pre-test Post-test Kelompok kontrol (f) (%) (f) (%)  value Kelompok perlakuan (f) (%) (f) (%)  value Daya ingat tinggi (76-100%) 0 0 0 0 Daya ingat tinggi (76-100%) 0 0 14 82.4 Daya ingat sedang (56-75%) 7 41.2 10 58.4 0.317 Daya ingat sedang (56-75%) 14 82.4 3 17.6 0.000 Daya ingat rendah (0-55%) 10 58.4 7 41.2 Daya ingat rendah (0-55%) 3 17.6 0 0 Total 100. 0 100. 0 100.0 100.0 Total 100. 0 100. 0 100.0 100.0

(6)

sebanyak 3 responden (17.6%), dan tidak ada responden yang memiliki daya ingat tinggi untuk merangkai puzzle.

Data tersebut menunjukkan bahwa pada awal memulai permainan puzzle di kedua kelompok terdapat sedikit sekali perbedaan hasil yang signifikan yakni sama-sama berada di kategori daya ingat sedang dan daya ingat rendah tidak ada yang berdaya ingat tinggi. Hal tersebut dapat terjadi karena pada kedua kelompok tidak diberikan senam otak sesuai dengan teori dari Paula Anggelina(2010) Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan terus menstimulasi otak.

Daya ingat jangka pendek lansia dengan permainan puzzle setelah dilakukan senam otak di POSYANDU lansia Ds. Sepande Sidoarjo.

Ingatan adalah tempat penyimpanan data fisik dalam otak kita. Ingatan bersifat pribadi dan menyimpan sejarah hidup kita. Ingatan memberitahukan kita apa yang kita lakukan kemarin, sepuluh tahun lalu atau apa yang akan kita lakukan besok (Iddon, 2006). Lupa merupakan suatu gejala ketika kita tidak menemukan informasi yang di simpan sebelumnya untuk di pergunakan saat kita memerlukannya (Murtie, 2013). Hal ini dapat dilihat dari hasil pengolahan data post-test yang menunjukkan bahwa responden kelompok kontrol yang berjumlah 17 orang yang masuk kategori daya ingat sedang (56-75%) sebanyak 10 responden (58.4%), kategori daya ingat rendah (0-55%) sebanyak 7 responden (41.2%), dan tidak ada lansia yang masuk kategori daya ingat tinggi.

Menurut Giriwijoyo (2013) mengatakan bahwa Faktor yang mempengaruhi penuaan salah satunya dalah status kesehatan. Pada lansia penting untuk memperhatikan satus kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengolahan data yang menunjukkan bahwa dari 17 responden di POSYANDU lansia Ds. Sepande Sidoarjo, bahwa daya ingat lansia pada permainan puzzle pada kelompok kontrol berdasarkan data crosstabs tentang

adanya riwayat hipertensi pada post-test kelompok kontrol dengan daya ingat sedang (56-75%) yang menyatakan yang tidak memiliki riwayat hipertensi sebanyak 10 responden. Sedangkan pada kategori daya ingat rendah(0-55%) yang memiliki riwayat hipertensi sebanyak 2 responden dan 5 responden tidak memiliki riwayat hipertensi. Berdasarkan data crosstabs tentang riwayat insomnia pada post-test kelompok kontrol dengan daya ingat sedang(56-75%) yang menyatakan tidak memiliki riwayat insomnia sebanyak 10 responden. Sedangkan pada kategori daya ingat rendah (0-55%) yang tidak memiliki riwayat insomnia sebanyak 6 responden dan yang memiliki riwayat insomnia sebanyak 1 responden.

Dari data tabulasi silang tersebut peneliti berasumsi bahwa status kesehatan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kategori daya ingat responden kelompok kontrol dalam ketepatan menyusun potongan permainan puzzle selama 10 menit. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menjelaskan bahwa pada hasil dari post-test kelompok perlakuan menunjukkan dari 17 responden, yang masuk kedalam kategori daya ingat tinggi dengan nilai (76-100%) sebanyak 14 responden (82.4%), yang mendapat kategori daya ingat sedang sebanyak 3 responden (17.6%), dan tidak ada responden yang masuk kedalam kategori daya ingat rendah.

Dari data tersebut peneliti mengasumsikan bahwa gerakan senam otak pada lansia dapat mempengatuhi terdapat adanya perbedaan sebaran kategori daya ingat dalam menyusun puzzle, peningkatan daya ingat tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang di peroleh dari pemberian senam otak pada lansia terhadap

peningkatan daya ingat menyususn puzzle. Pengaruh senam otak terhadap penigkatan daya ingat jangka pendek lansia dengan permainan puzzle di POSYANDU lansia Ds. Sepande Sidoarjo.

(7)

Senam otak merupakan salah satu cara untuk meningkatkan aspek kognitif manusia, baik dalam memori jangka panjang maupun jangka pendek, hitungan matematika, peningkatan kemampuan membaca, menulis, berfikir kreatif dan masih banyak lagi yang bisa di dapat dari senam otak (Dennison, 2009).

Pada dasarnya senam otak merupakan suatu kegiatan menggerakkan tubuh yang memfokuskan diri dalam 3 bidang yaitu, menyebrangi garis tengah, peregangan otot, serta meningkatkan energi dan sikap penguatan. Dalam setiap masing-masing fungsi tersebut mempunyai gerakan yang beragam. Senam otak sangat berbeda sekali dengan senam jasmani, jika senam jasmani berorientasi pada kekuatan dan kebugaran jasmani sehingga seorang tersebut diharapkan memiliki fisik yang sehat maka senam otak ditujukan pada peningkatan dan pengoptimalan kembali fungsi otak (Dennison, 2009).

Semua lansia pada dasarnya mempunyai kemampuan yang relatif sama, bergantung bagaimana lansia tersebut menyikapi dan memaksimalkan kondisinya, mulai dari stimululs, nutrisi, faktor genetis, dan peran keluarga juga penting dalam membentuk perkembangan kognitif lansia yang didalamnnya juga bagaimana kemampuan mengingat pada lansia itu sendiri. Senam otak yang dikerjakan dengan benar dan dengan waktu yang berkesinambungan akan meningkatkan kemampuan mengingat pada lansia. Pada bagian ini yang bertanggung jawab terhadap ingatan akan meningkatkan fungsinya.

Dalam penelitian ini, responden diberikan 5 macam gerakan senam otak antara lain: gerakan 8 tidur, gerakan gajah, gerakan pasang kuda-kuda, pasang telinga, dan titik positif.

(Dennison, 2008. 334).

Hal ini dibuktikan dari 17 responden kelompok kontrol didapatkan hasil pre-test responden yang masuk kategori daya ingat sedang(56-75%) 7 responden (41.2%),

yang masuk dalam kategori daya ingat rendah (0-55%) 10 responden (58.8%). Pada saat post-test didapatkan responden yang masuk kategori daya ingat sedang(56-75%) 10 responden (58.8%), yang masuk dalam kategori daya ingat rendah (0-55%) 7 responden (41.2%). Saat pelaksanaan pre-test dan post-pre-test pada kelompok kontrol tidak didapatkan responden yang masuk kedalam kategori daya ingat tinggi (76-100%). Hasil tersebut dapat dikarenakan adanya faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi penuaan seperti status kesehatan. Dalam hal ini pada data crosstab kelompok kontrol terdapat 2 responden yang memiliki riwayat hipertensi, 1responden memiliki riwayat insomnia, dan juga dapat dikarenakan faktor yang menyebabkan lupa (Azizah, L.M. 2011) seperti kesibukan yang menyita perhatian bisa mmenyebabkan seorang tidak sempat memikirkan hal lain. Hal ini dibuktikan dengan adanya gangguan-gangguan dari luar penelitian pada saat lansia sedang menyusun puzzle.

Sedangkan hasil yang didapatkan peneliti pada kelompok perlakuan dengan responden 17 orang didapatkan hasil pre-test kategori daya ingat sedang (56-75%) 14 responden (82.4%), yang masuk dalam kategori daya ingat rendah (0-55%) 3 responden (17.6%). Dan tidak ada responden yang masuk dalam kategori daya ingat tinggi (76-100%) . pada saat setelah diberikan senam otak pada semua responden lansia didapatkan hasil post test responden yang masuk dalam kategori daya ingat tinggi (76-100%) 14 responden (82.4%), kategori daya ingat sedang (56-75%) 3 responden (17.6%) dan tidak ada lagi responden yang masuk kedalam kategori daya ingat rendah (0-55%).

Dapat dilihat dari sebaran nilai terjadi peningkatan daya ingat pada lansia terhadap permainan penyusunan puzzle pada saat setelah diberikan senam otak. Terjadinya peningkatan pada ketegori daya ingat pada kelompok kontrol dan perlakuan merupakan hasil dilakukannya intervensi senam otak. Pada kelompok perlakuan yang

(8)

diberikan senam otak selama 7-15 menit pada tanggal 26 mei 2015 terjadi peningkatan daya ingat yang signifikan. Peningkatan daya ingat pada kelompok perlakuan dapat dikarenakan hasil dari gerakan-gerakan yang di dapat dari senam otak, seperti yang tertulis pada buku Dennison stimulus pada gerakan senam otak dapat meningkatkan kemampuan kognitif, misalnya kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan dalam proses belajar, serta memori, pemecahan masalah, ataupun kreativitas (Dennison, 2009). Simpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan di POSYANDU lansia Ds. Sepande pada tanggal 26 Mei 2015, dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Tidak ada perbedaan peningkatan daya ingat jangka pendek lansia yang signifikan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan saat sebelum dilakunan senam otak pada penyusunan permainan puzzle di POSYANDU lansia Ds. Sepande Sidoarjo.

2. Terdapat perbedaan peningkatan daya ingat jangka pendek lansia yang signifikan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan saat setelah dilakunan senam otak pada penyusunan permainan puzzle di POSYANDU lansia Ds. Sepande Sidoarjo.

3. terdapat pengaruh senam otak terhadap peningkatan daya ingat jangka pendek lansia pada penyusunan permainan puzzle di POSYANDU lansia Ds. Sepande Sidoarjo.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat memberikan beberapa saran yang dapat

disampaikan kepada pihak yang terkait adalah sebagai berikut :

1. Bagi Responden

Diharapkan para lansia dengan usia 60-70 tahun yang sering mengalami lupa sesaat dapat melakukan senam otak dan dapat pula dengan permainan puzzle untuk meningkatkan ingatan di rumah bersama keluarga.

2. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan terapi tambahan bagi lansia dengan penggunaan senam otak dan permainan puzzle bagi seluruh lansia.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan desain, intrumen, dan variabel yang lebih respresentif. Judul penelitian yang ditawarkan “Pengaruh senam otak terhadap peningkatan daya ingat jangka panjang lansia usia 60-80 tahun”. DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu Yunus. (2011). Menjadi Lansia Sehat

Bahagia dan Produktif. Surabaya: Insan Cendekia

Dennison, P. E. dan Gail E. Dennison. (2009). Brain gym. Jakarta: Grasindo Greene, L. J. (2005). Membangun

Kecerdasan Otak. Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Giriwijoyo, santosa. (2013). Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung: Remaja Rosdakarya

Hagwood, Scoot. (2008). Rahasia Melejitkan Daya Ingat. Jogjakarta: Think

Halim, Sahda. (2011). Senam Otak. Yogyakarta: Cakrawala

(9)

http://www.depkes.go.id/index.php tgl 5 jam 12.00

Muhammad, As’adi. (2011). Dahsyatnya Senam Otak. Jogjakarta: DIVA Press Paramita, Dyah Retno. 2011. Cara Instan

Melatih Daya Ingat. Jakarta: Agobos Publising

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan: edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu

Gambar

Tabel 1  Karakteristik  Responden  pre-test  pada kelompok kontrol yang tidak  diberi  senam  otak  senam  otak  di  POSYANDU  lansia  Ds
Tabel 3  Karakteristik  Responden  post-test  pada kelompok kontrol yang tidak  diberi  senam  otak  senam  otak  di  POSYANDU  lansia  Ds
Tabel 5  menunjukkan bahwa dari 17  responden  di  POSYANDU  lansia  Ds.

Referensi

Dokumen terkait

The syntax for creating the Raphael object, which is the base for all other Raphael methods and functions, is as follows:.. var raphaelObj

This chapter presents literature review of pempek, squid, tapioca, salt, water, the recipe for making pempek, and tips how to make delicious pempek.. Pempek is made of sago flour

sangat berbeda dengan array yang hanya memiliki satu buah tipe data untuk

Besarnya reaktansi induktif berbanding langsung dengan perubahan frekuensi dan nilai induktansi induktor, semakin besar frekuensi arus bolak-balik dan semakin

Penelitian yang telah dilakukan dengan survay pada follower instagram @kulinerdisolo dengan cara menyebarkan kuisioner sebanyak 122 sebagai sampel dalam penelitian ini

orang akan merasa semakin rileks dan mudah terjaga. Tahap ini berlangsung 10-20 menit yang ditandai dengan fungsi tubuh terus melambat. Seseorang akan sulit untuk dibangunkan

-al-Quran menganjurkan agar manusia sentiasa menyelidik, mengkaji dan memahami kejadian alam ini yang menjadi bukti keagungan Allah S.W.T -menolak semua yang tidak

Menurut Kelly dan Hansen (dalam Hapsari, 2010) terbinanya hubungan yang baik dengan teman sebaya membuat remaja dapat memperoleh fungsi positif, diantaranya adalah