• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH YANG DAPAT MEMBANTU SISWA MEMAHAMI MATERI BARISAN DAN DERET GEOMETRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH YANG DAPAT MEMBANTU SISWA MEMAHAMI MATERI BARISAN DAN DERET GEOMETRI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

62

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS

MASALAH YANG DAPAT MEMBANTU SISWA MEMAHAMI

MATERI BARISAN DAN DERET GEOMETRI

Tatiek Ismiasri dan I Nengah Parta

Guru SMA Negeri 3 Blitar, Dosen Matematika Universitas Negeri Malang

E-mail: labawil@yahoo.co.id , nengahparta@yahoo.com

ABSTRAK:

Pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa terlibat secara aktif, siswa mengkonstruk pemahaman, mampu memecahkan masalah merupakan pem-belajaran yang disarankan oleh para ahli pendidikan. Dengan demikian guru harus mampu menyiapkan bahan ajar yang dibutuhkan, alternatifnya adalah modul. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul pembelajaran yang dapat membantu siswa memahami materi barisan deret geometri. Model pengembangan yang digunakan adalah 4D dari Thiagarajan, tetapi yang digunakan hanya 3D, untuk tahap penyebaran tidak dilakukan karena penilitian tidak bertujuan membuat gener-alisasi. Proses validasi dilakukan untuk mendapatkan tingkat kevalidan instrumen yang disusun. Saran dari validator dapat digunakan untuk menyempurnakan modul dan RPP. Hasil validasi diperoleh bahwa semua instrumen masuk kategori valid. Dari hasil uji coba lapangan diperoleh bahwa keterlaksanaan modul dengan sintak PBL kategori baik, akitivitas guru kategori aktif dua aspek ini terkait dengan keprak-tisan. Keefektifan dilihat dari ketuntasan belajar yang mencapai tuntas secara klasikal, aktivitas siswa masuk kategori aktif dan siswa memberi respon positif ter-hadap modul sebagai hasil pengembangan. Sehingga modul hasil pengembangan dapat membantu siswa memahami materi barisan dan deret geometri.

Kata kunci

:

pengembangan modul, pembelajaran berbasis masalah

Upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktivistik untuk kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan perubahan paradigma tersebut terjadi pe-rubahan pusat pembelajaran dari belajar berpusat pada guru kepada belajar ber-pusat pada siswa. Dengan demikian guru harus dapat menciptakan kondisi yang dapat melibatkan siswa pada pembelaja-ran. Untuk meningkatkan kualitas pem-belajaran matematika salah satunya dil-akukan dengan membiasakan siswa bela-jar untuk mengkonstruk pemahaman dan pengetahuan dari materi yang dipelajari.

Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, guru hendaknya mengguna-kan bahan ajar sesuai dengan kebutuhan

dan karakteristik siswa. Salah satu bahan ajar yang dapat dimaksudkan adalah mod-ul.

Apabila di sekolah belum tersedia bahan belajar yang dimaksudkan maka guru dituntut dapat membuat bahan ajar. Modul merupakan salah satu bentuk media cetak yang berisi satuan unit pembelaja-ran, dilengkapi komponen pendahuluan, isi dan akhir sehingga memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan belajar secara mandiri dengan sedikit mungkin bantuan guru, dan dapat mengevaluasi kemampu-annya sendiri.

Dalam penelitian ini akan dikem-bangkan modul pembelajaran berbasis ma-salah yang dapat membantu siswa me-mahami konsep Barisan dan Deret Geome-tri. Pembelajaran berbasis masalah

(2)

(Prob-lem based learning) yang selanjutnya dis-ingkat PBL merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat mengkondisikan siswa aktif dalam belajar, melibatkan siswa dalam memecahkan ma-salah sehingga dapat memahami materi yang dipelajari.

Tujuan pengembangan ini untuk menghasilkan modul pembelajaran ber-basis masalah yang dapat membantu siswa memahami materi barisan dan deret ge-ometri. Modul dikatakan membantu bila memenuhi: valid, praktis dan efektif.

Modul ini dikembangkan mengi-kuti model yang dikemukakan Thiagarajan yaitu 4 D, meliputi: tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop) dan tahap penyebaran (disseminate). Tahap penyeba-ran tidak dilakukan karena penelitian ini tidak bertujuan membuat generalisasi.

Komponen modul diadaptasi dari Degeng (2005:192) yang disesuaikan dengan sintak PBL, yang meliputi: Per-tama Pendahuluan, terdiri atas judul modul, kata pengantar, daftar isi, petunjuk pengelolaan pembelajaran dengan modul, petunjuk penggunaan modul untuk siswa, deskripsi singkat materi, SK, KD, manfaat modul. Kedua isi, terdiri atas kegiatan belajar, indikator pembelajaran, tujuan pembelajaran, waktu penyajian, masalah pembuka, pengetahuan prasyarat, masalah dengan penyajian yang dapat membantu siswa memahami materi, pemantapan. Ke-tiga bagian akhir, terdiri atas uji kompe-tensi, kunci jawab, umpan balik dan tindak lanjut.

Teori belajar yang mendasari PBL antara lain teori belajar konstruktivis, menurut pandangan ini, belajar merupakan proses pembentukan pengetahuan. Penge-tahuan bukanlah sesuatu yang sudah diten-tukan, melainkan suatu proses pemben-tukan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa sehingga mereka harus aktif

melakukan kegiatan, aktif berfikir, me-mahami konsep dan materi.

Sesuai dengan hasil penelitian oleh Cazzola dalam (2010) Problem-based learning (PBL) is a constructivist learner-centred instructional approach based on the analysis, resolution and dis-cussion of a given problem. It can be ap-plied to any subject, indeed it is especially useful for the teaching of mathematics. Dengan demikian pembelajaran dengan modul yang bercirikan PBL ini diharap-kan mampu mengubah pembelajaran ber-pusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada siswa. Pembelajaran dengan modul ini siswa tidak sekedar menerima konsep, materi dan rumus yang “siap pa-kai” akan tetapi ia harus beraktivitas untuk menkonstruk pemahaman melalui tahapan tertentu sampai ia menemukannya.

Sintak PBL dalam penelitian ini mengadaptasi dari Barret (2005) yang meliputi: (1) dimana awal pembelajaran siswa disajikan masalah (kontekstual) dengan menuliskan informasi kunci, (2) mendiskusikan ide-ide berdasarkan ke-mampuan sebelumnya: (2.1) mencari fak-ta, (2.2) merencanakan penyelesian masa-lah dengan menghubungkan materi pada isu pembelajaran, (3) belajar mandiri, pada penelitian ini tetap ada “intervensi” guru dalam pembelajaran untuk: (3.1) menguji jawaban masalah, (3.2) menyimpulkan, (4) kembali pada kelompok untuk medis-kusikan hasil keja, (5) mempresentasikan solusi dari masalah, (6) mereview pema-haman siswa dengan: menyempurnakan, mengecek kembali, menelaah bersama hasil kerja.

Kemampuan tahap mereview menunjukkan pemahaman terhadap materi yang sedang dipelajari. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ong dengan istilah refleksi (2011) menyatakan Reflection as a culmination of the problem solving cycle enables the learner to sort out the

(3)

process-es that work and also the information that can help to make meaning out of the con-text.

Dengan memperhatikan penger-tian modul, PBL serta sintaknya, maka produk yang dikembangkan ini meliputi komponen: pendahulan, isi dan akhir. Pada bagian isi dimasukkan sintak PBL sehing-ga dalam pembelajarannya siswa mengerjakannya mengikuti tahapan yang diberikan. Hal ini akan membantu siswa mengkonstruk pemahaman dan penge-tahuan dari materi yang dipelajari.

Pemahaman merupakan kemam-puan untuk menangkap makna dari bahan yang dipelajari. Oleh karena itu pemaham-an merupakpemaham-an aspek ypemaham-ang mendasar dalam belajar matematika. Pembelajaran dengan modul bebasis masalah ini siswa dirancang untuk mengkonstruksi sendiri akan penge-tahuan dan pemahaman dari materi yang dipelajari.

Kemampuan yang perlu diperha-tikan dalam penilaian pembelajaran ma-tematika antara lain adalah pemahaman konsep dan pemahaman prosedur (al-gortima). Siswa dikatakan memahami konsep apabila mampu mendefinisikan dan memberikan contoh atau bukan contoh dari konsep, dan siswa dikatakan mema-hami prosedur jika mampu mengenali prosedur atau proses menghitung yang benar. Dalam pembelajaran matematika, pemahaman konsep adalah hal yang men-dasar yang harus dikuasai siswa, tanpa memperoleh pemahaman matematis dalam suatu konsep maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang bersifat rutin maupun non rutin yang berkaitan dengan konsep tersebut.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Hal ini sesuai dengan tujuan pengembangan yaitu menghasilkan modul pembelajaran yang

dapat membantu siswa memahami materi barisean dan deret geometri.

Sesuai dengan model pengemba-ngan yang digunakan yaitu 4D, maka tahap pengembangan akan dilakukan vali-dasi oleh validator ahli dan validator prak-tisi. Selanjutnya apabila semua instrumen dinyatakan valid maka selanjutnya dil-akukan uji coba untuk mengetahui keprak-tisan dan keefektifan modul. Uji coba dil-aksanakan di kelas XII-IPA-2 dengan 18 siswi dan 6 siswa SMA Negeri 3 Blitar, pembelajaran dilaksanakan sebanyak 5 (lima) kali dan sekali untuk TPBA (Tes Penguasaaan Bahan Ajar).

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah: RPP sebagai pe-doman pelaksanaan uji coba di kelas. Lembar validasi digunakan untuk mem-validasi semua instrumen yang akan digunakan pada uji coba, kecuali rubrik penilaian unjuk kerja siswa pada modul hanya melalui pembimbingan. Lembar observasi yang terdiri lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi keterlaksanaan modul untuk mengetahui tingkat kepraktisan modul. Untuk menge-tahui tingkat keefektifan modul digunakan lembar observasi aktivitas siswa tes pen-guasaan bahan ajar (TPBA) dan angket respon siswa.

Tingkat kevalidan modul diguna-kan penilaian dari validator. Kepratisan modul diukur dengan: (1) keterlaksanaan modul pada pembelajaran, (2) aktivitas guru dalam pembelajaran. Keefektifan modul diukur dengan: (1) ketuntasan bela-jar siswa dengan aspek: (i) skor TPBA, (ii) skor unjuk kerja siswa pada modul, dan (iii) skor rata-rata tugas rumah (PR) , (2) akitivitas siswa dalam pembelajaran, dan (3) respon siswa terhadap modul.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebagai hasil tahap pendefinisian diperoleh: bahan ajar kurang sesuai de-ngan karakteristik dan kebutuhan siswa, sutiasi pembelajaran didominasi oleh guru dan siswa kurang terlibat dalam pembela-jaran, pembelajaran hanya menekankan pada pengetahuan prosedural dan kurang pengetahuan konseptual, siswa sering mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah.

Tahap perancangan dihasilkan prototipe: modul, RPP, TPBA, instumen penelitian. Setelah disusun semua proto-tipe selanjutnya divalidasi, saran dari vali-dator digunakan untuk menyempurnakan modul.

Tahap pengembangan meliputi: validasi untuk mengetahui tingkat kevali-dan instrumen yang dikembangkan kevali-dan uji coba untuk mengetahui kepraktisan dan keefektifan modul pada pembelaja-ran.Hasil validasi dari modul dengan skor rata-rata seluruh aspek ( ) 2.60, RPP skor rata-rata seluruh aspek ( ) adalah 2.74, lembar observasi keterlaksanaan modul dengan skor rata-rata seluruh aspek ( ) adalah 2.42, lembar observasi aktifitas guru dengan skor rata-rata seluruh aspek ( ) adalah 2.81, tes penguasaan bahan ajar dengan skor rata-rata seluruh aspek ( ) adalah 2.82, angket respon siswa dengan skor rata-rata seluruh aspek ( ) adalah 2.77. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan semua instrumen memen-uhi kevalidan.

Selanjutnya dilakukan uji coba lapangan yang melibatkan 2 (dua) observ-er untuk mengamati ketobserv-erlaksanaan modul, akitivitas guru dan akivitas siswa dalam pembelajaran. Uji coba lapangan ini dil-akukan untuk mengetahui kepraktisan dan keefektifan modul yang dihasilkan.

Kepraktisan modul dengan aspek: keterlaksanaan modul dengan skor rata-rata keterlaksanaan seluruh sintak PBL

adalah 79.29% dengan kategori baik. Ak-tivitas guru dalam pembelajaran mencapai skor 82,17% masuk pada kategori aktif. Aktivitas guru sebagai salah satu indikator kepraktisan dengan rasional bahwa seba-gus, sehebat apapun modul itu disusun apabila tidak dapat dilaksanakan di kelas artinya modul tersebut tidak praktis. Dengan demikian maka modul yang dikembangkan memenuhi aspek keprakti-san.

Aspek keefektifan dengan indi-kator: ketutasan belajar mencapai men-capai 95.83%, secara klasikal kelas uji coba tuntas, aktivitas siswa mencapai skor 79,47% masuk pada kategori aktif, dan respon siswa pada modul yang bercirikan PBL mencapai skor 1.66, secara kese-luruhan siswa memberi respon positif. Dengan indikator tersebut maka modul yang dikembangkan memenuhi aspek keefektifan.

Berdasarkan hasil validasi dan uji coba lapangan terhadap modul, RPP dan instrumen, semua aspek mencapai kriteria yang ditetapkan. Untuk menghasilkan ba-han ajar yang sesuai dengan kebutuba-han dan karakteristik siswa berupa modul pembelajaran berbasis masalah telah me-menuhi kriteria valid, praktis dan efektif. Aspek kepraktisan yang diukur dari keterlaksanaan modul pada pembelajaran, siswa beraktivitas mengerjakan modul. Keefektifan yang diukur dari ketuntasan belajar, aktivitas siswa, dan respon siswa terhadap modul.

Pada bagian awal dari modul ter-dapat masalah kontekstual yang berguna untuk memberi motivasi pentingnya mempelajari materi barisan dan deret ge-ometri. Masalah yang diberikan tentang menghitung uang di bank dalam jangka waktu tertentu, selanjutnya diingatkan ma-teri prasyarat tentang pola bilangan.

Modul pembelajaran berbasis ma-salah hasil pengembangan ini terdiri dari 5

(5)

(lima) kegiatan belajar, dimana masing kegiatan belajar memuat komponen pent-ing yang membeda dengan modul-modul lain pada umumnya. Kegiatan belajar 1 memuat materi barisan geometri, kegiatan belajar 2 memuat materi sisipan pada barisan geometri, kegiatan belajar 3 memuat penerapan barisan geometri pada bunga majemuk. Kegatan belajar 4 mem-bahas deret geometri, dan kegikatan bela-jar 5 memuat deret geometri tak hingga. Bagian terakhir dari modul ini diberikan glosarium yang bertujuan membantu siswa yang kan mencari mencari pengertian/ istilah baru yang terdapat pada modul yang dikembangkan.

Pada setiap kegiatan belajar disajikan masalah, selanjutnya siswa harus beraktivitas untuk memahami materi dengan melakukan beberapa tahap, antara lain:

1. Penyajian masalah untuk menuliskan informasi kunci. Pada tahap ini siswa harus memahami isi yang disajikan pa-da masalah untuk melakukan aktifitas berikutnya.

2. Mendiskusikan masalah untuk: A.2.1.

mencari fakta dari masalah, pada

tahap ini siswa dipandu untuk menemukan fakta-fakta dari masalah yang diberikan. Selanjutnya A.2.2

me-rencanakan penyelesaian, pada tahap

ini siswa dipandu untuk merancang penyelesaian berdasarkan tahap sebe-lumnya.

3. Melajar mandiri untuk A.3.1

menduga jawaban, pada tahap ini

dipandu untuk menguji jawaban ber-dasarkan rancangan sebelumnya. Setelah itu A.3.2 Menguji jawaban, dimana siswa harus mengkonstruks pemahaman dan pengetahuan untuk menguji jawaban yang diperoleh pada tahap sebalumnya. Kemudian tahap A.3.3 Menyimpulkan hasil, yaitu

siswa dipandu untuk menyimpulkan hasil yang diperolehnya.

4. Kembali pada kelompok, aktifitas yang dirancang pada tahap adalah siswa mendiskusikan hasil kerja secara mandiri dengan kelompoknya.

5. Mempresentasikan hasil diskusi, pa-da tahap ini salah satu perwakilan pa-dari anggota kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.

6. Mereview hasil diskusi, tahap terakhir dari PBL ini siswa dipandu untuk men-gecek dan menelaah kembali hasil ker-janya.

Tahap berikutnya untuk me-mamahi lebih lanjut tentang materi yang baru saja dipelajari disajikan soal-soal yang dikemas dalam Pemantapan pada bagian ini juga diberikan Petunjuk

jawa-bannya. Selanjutnya untuk setiap kegiatan

belajar disajikan Uji Kompetensi dan

kuci jawaban dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat pemahaman siswa akan materi yang dipelajari dalam satu kegiatan belajar. Pada bagian akhir kegiatan belajar ada Umpan Balik dan

Tindak Lanjut yang digunakan untuk

mengetahui tingkat pemahaman siswa dari materi yang dipelajari.

Berikut ini akan dipaparkan aktivitas pemahaman siswa dalam mempelajari ma-teri barisan dan deret geometri dengan modul yang bercirikan PBL. Pemahaman ini dimulai dari tahap paling sederhana meningkat ke tahap yang semakin rumit, yaitu:

1. Penyajian masalah, dengan disajikan masalah yang kontekstual siswa dipan-du untuk menuliskan informasi kunci, siswa yang telah mampu menangkap isi cerita yang disajikan akan dapat menu-liskan sesuai dengan rancangan. Dari hasil pengamatan selama pembelajaran dengan modul secara keseluruhan ak-tivitas ini mencapai skor 86.67%, dengan kategori sangat baik.

(6)

2. Mendiskusikan masalah, adapun ak-tivitas pada tahap ini dimulai dari: i) Mencari fakta dari masalah, tahap

berikutnya pada aktivitas ini siswa dipandu untuk mencari fakta-fakta berdasarkan masalah yang disajikan. Apabila siswa belum memahami masalah yang disajikan maka akan kesulitan mencari fakta itu, secara keseluruhan tahap ini mencapai skor 76.67% sehingga termasuk pada kategori baik.

ii) Merencanakan penyelesaian,

tahap ini siswa diarahkan untuk menemukan rumus atau aturan yang berlaku untuk beberapa kondisi, yang mana sesuai dengan hasil ob-servasi selama 5 (lima) pertemuan mencapai skor 80.00%, yang artinya siswa sudah mampu melakukan ak-tivitas ini dengan baik.

Secara keseluruhan aktivitas mendiskusikan masalah mencapai skor rata-rata 80.00%, dengan kata lain siswa sudah dapat beraktivitas pada tahap mendiskusikan

masa-lah dengan baik. Mendiskusikan

masalah berjalan dengan baik apabi-la siswa memahami materi yang diskusikan.

3. Belajar mandiri, pada tahap ini siswa dipandu untuk:

i) Menduga jawaban, pada sintak ini

siswa beraktivitas menduga jawaban berdasarkan fakta dari masalah yang disajikan. Sehingga siswa dituntut lebih memahami permasalahan, agar dapat membuat dugaan terhadap ja-waban. Pada awal pembelajaran siswa banyak kesulitan untuk mengerjakan modul pada tahap ini. Untuk pertemuan berikutnya siswa dapat mengerjakan aktivitas modul sesuai yang dirancang meskipun ada beberapa siswa yang masih memer-lukan bantuan. Aktivitas pada tahap

sintak ini secara keseluruhan men-capai 73.33%.dan masuk pada kate-gori baik.

ii) Menguji jawaban, tahap

beri-kutnya siswa dipandu untuk men-guji jawaban, oleh karenanya mere-ka harus memahami apa yang amere-kan diuji. Pada pertemuan pertama siswa banyak yang mengalami kesu-litan untuk mengerjakan aktivitas ini, sehingga guru perlu mengarahkan pembelajaran kepada siswa. Secara keseluruhan tahap ini mencapai skor 83.33% sesuai dengan pada kategori baik.

iii) Menyimpulkan hasil kerja, ini

merupakan tahap akhir pada belajar mandiri. Setelah siswa menguji ja-waban mereka dipandu untuk mem-buat kesimpulan hasil kerja. Secara keseluruhan pada sintak ini men-capai skor 80.00% dengan kategori

baik

Ada cacatan pada sintak ini, bahwa siswa pada awalnya mereka belum mengerti belajar secara mandiri, da-lam hal ini guru harus memberikan penjelasan bahwa belajar mandiri ini tetap dalam posisi duduk berke-lompok, tetapi bekerja secara indi-vidu. Apabila kerja mandiri sudah selesai mereka kembali pada aktivi-tas kerja kelompok. Hasil pengama-tan belajar mandiri selama 5 (lima) pertemuan mencapai skor rata-rata 78.89% dengan kategori baik. 4. Kembali pada kelompok, pada sintak

ini siswa kembali pada kelompok untuk mendiskusikan hasil kerjanya, aktivitas yang dilakukan menukarkan hasil kerja dengan temannya, sharing hasil kerja. Secara keseluruhan sintak ini mencapai skor 78.33% dan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan masuk kategori baik. 5. Presentasi hasil kerja, siswa yang

(7)

mempresentasikan/menyajikan hasil kerja dengan bahasanya sendiri. Pada sintak ini mencapai skor 76.67% dan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan masuk kategori baik.

6. Mereview hasil kerja, siswa me-mahami materi ini akan berusaha men-gecek dan menelaah kembali hasil ker-janya. Sintak terakhir PBL ini men-capai skor 73.33 dan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan masuk kategori

baik.

7. Setelah semua sintak dilakukan, secara kelompok siswa mengerjakan soal pada “Pemantapan” dan hasilnya dipresenta-sikan sedangkan soal yang belum selesai dikerjakan sebagai tugas rumah (PR) secara individu dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Secara keseluruhan skor rata-rata PR yang diberikan sebanyak 4 (empat) kali mencapai 94.22, dari data ini tampak semua siswa berusaha mengerjakan semua PR dengan baik.

8. Sebagai akhir pembelajaran dengan modul diadakan TPBA yang dilakukan pada pertemuan ke-6, dari hasil uji co-ba diperoleh data skor tertinggi 100 dan terendah 58 dengan rata-rata mencapai 92.25. Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa digunakan: (

) mencapai 95.83%

siswa tuntas belajar, arti secara klasikal kelas XII-IPA-2 sudah tuntas dan dengan demikian siswa pada kelas uji coba telah memahami materi barisan

dan deret geometri.

KESIMPULAN

Dari hasil catatan selama pembela-jaran menyatakan bahwa ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari modul ini. Adapun kelebihan yang diutarakan ada-lah:

i. Pembelajaran dengan menggunakan modul hasil pengembangan ini dapat mengubah pembelajaran ber-pusat pada siswa.

ii. Pembelajaran dengan modul ini siswa tidak langsung menerima sesuatu yang “siap pakai”, tetapi siswa harus melakukan aktivitas un-tuk menemukan sendiri konsep, ma-teri dan rumus yang akan digunakan.

iii. Pengalaman belajar mengunakan modul mengakibatkan pengetahuan yang diperoleh siswa mempunyai retensi tinggi atau meningkat iv. Penggunaan modul pada

pembelaja-ran memberikan pengalaman bela-jar, bagaimana antar siswa dalam satu kelompok saling membatu un-tuk memahami materi dengan men-jelaskan kepada anggota kelompok yang belum bisa. Hal ini akan membentuk pedulian sesama te-mannya.

v. Pengalaman belajar siswa pada pembelajaran dengan modul ini akan membentuk sikap keberanian dalam mengungkapkan gagasannya sesuai pemahaman mereka dalam menangkap masalah yang disajikan. vi. Pembelajaran dengan modul ini

siswa akan terbiasa menggunakan konsep yang telah dipelajari untuk menyelesaikan masalah dalam ke-hidupan sehari-hari.

Berikut ini akan dipaparkan

kelemahan dari modul pembelajaran

ber-basis masalah, antara lain:

i. Memerlukan waktu penyam-paian/kegiatan belajar yang cukup lama sehingga guru harus memper-hatikan pengelolaan waktu pada pembelajaran.

ii. Tidak setiap materi dapat disam-paikan dengan pembelajaran ber-basis masalah.

(8)

iii. Bagi siswa berkemampuan dan berkemauan rendah, mendapat pen-galaman belajar kurang baik atau kurang menyenangkan. Siswa ini enggan melakukan aktivitas yang dipandu pada modul. Hasil uji coba, terdapat 1 (satu) siswa dengan skor TPBA 58, skor rata-rata unjuk kerja 57.14 dan respon yang diberikan terhadap pembelajaran dengan modul negatif.

iv. Dalam pelaksanaan uji coba modul hasil pengembangan ini siswa membawanya dan dapat dipelajari di sekolah atau di rumah, karena itu ada kemungkinan siswa juga

mempelajari materi barisan dan deret geometri dari sumber lain. Hal ini akan berakibat pemahaman siswa tentang materi ini bukan se-mata-mata dari modul ini akan teta-pi dapat juga berasal dari sumber belajar lain yang dimiliki siswa.

Dengan memperhatikan paparan di atas maka modul yang dikembangkan dapat membantu siswa memahami mate-ri bamate-risan dan deret geometmate-ri yang me-menuhi valid, praktis dan efektif. Hasil pengembangannya adalah modul pembela-jaran berbasis masalah pada materi barisan dan deret geometri.

DAFTAR RUJUKAN

Barret, Terry, 2005. Understanding

Prob-lem -Based Learning

Cazzola, Marina, 2010. Problem-Based

Learning and Mathemat-ics:Possible Synergical Actions (http://www.formazione.unimib.i

t/ DATA/personale/.../madrid08-ok) diakses tanggal 14 Pebruari 2013.

Degeng, I Nyoman S, 2005. Teori

Pem-belajaran II, Malang:

Universi-tas Kanjuruhan Malang.

Hobri, 2010. Metodologi Penelitian Pengembangan Aplikasi Pada Penelitian Pendidikan Matemat-ika, Jember: Pena Salsabila.

Ibrahim, Muslimin, 2005. Pembelajaran

Berdasarkan Masalah.

Suraba-ya: Unesa University Press. Muslich, Masnur, 2007. KTSP

Pembelaja-ran Berbasis Masalah. Jakarta;

Bumi Aksara.

Nur, Muhamad, 2011. Model

Pembelaja-ran Berbasis Masalah. Suraba-ya: Unesa

Ong, Rachel, 2011 The role of reflection in

student learning: a study of its effectiveness in complementing problem-based learning

envi-ronments.(http://www.myrp.

sg/ced/rsearch/papers/role_of_ref lection_in_student_learning) di-akses tanggal 16 Pebruari 2013) Prastowo, Andi, 2011. Panduan Kreatif

Membuat Bahan Ajar Inovatif,

Yogyakarta: DIVA Press.

Suyono & Hariyono, 2011. Belajar dan

Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: Rosda.

Thiagarajan, S. Semmel,D.S,&Semmel, M.I. 1974. Instructional

Devel-opment for Training Teachers of Exceptional Children.

Minnepo-lis, Minnesota; Leadersgip train-ing Institut/special education, University of Minnesota.

Yamin, Martinas, 2008. Paradigma

Pen-didikan Konstruktivistik. Jakarta:

Gaung Persada Press.

Warsono & Hariyanto, 2012.

Pembelaja-ran Aktif Teori dan Asesmen.

Bandung: Rosda.

Wena. Made, 2008. Strategi Pembelajaran

Inovatif Kontemporer Suatu Tin-jauan Konseptual Operasional.

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Risa (2014) dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu pada variabel penelitian penerimaan diri, namun

Dari Tabel 4 dapat diketahui terdapat 4 item pernyataan dari dimensi daya tanggap, dari nilai kepuasan pernyataan prosedur pelayanan keseluruhan cepat adalah yang paling tinggi

pengelolaan sumber daya air pada Wilayah Sungai lintas.. provinsi guna perumusan bahan pertimbangan

RPJMD Kabupaten Bandung Barat 2008-2013 | 2-39 Pengembangan kawasan lindung yang meliputi luas 48.334,40 ha (36,95%) diarahkan dengan mengembangkan kawasan lindung yang

Perangkat Desa yang diberhentikan sementara dimaksud Pasal 26 ayat (1) dan Pasal 27 ayat (1), setelah melalui proses peradilan ternyata tidak terbukti bersalah

At 77 K, the yield strength increases about 24% (Table II) and the strain- hardening rate was higher than that at room temperature.. The higher strain-hardening rate at 77 K may

Biro perjalanan umrah yang belum memiliki izin akan menghadapi masalah ketika ia tidak mampu melayani jemaah dengan baik atau gagal memberangkatkan jemaah akibat visa umrah yang

Penelitian yang dilakukan terhadap 24 orang subyek dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 25 Kg/m 2, diketahui bahwa pemberian konseling gizi mampu mengubah perilaku