• Tidak ada hasil yang ditemukan

Segala puji syukur kepada TUHAN YANG MAHA ESA, yang telah menganugerahkan. nikmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan buku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Segala puji syukur kepada TUHAN YANG MAHA ESA, yang telah menganugerahkan. nikmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan buku"

Copied!
240
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada TUHAN YANG MAHA ESA, yang telah menganugerahkan

nikmat dan karunia-NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan buku

“RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN ACEH TIMUR”

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Aceh Timur ditujukan

untuk mewadahi perkembangan dan pembangunan yang selama ini berlangsung,

sehingga rencana tata ruang tetap dapat berfungsi sebagai pedoman bagi agenda

pembangunan.

Dengan selesainya penyusunan Laporan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang ikut membantu, sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat

pada waktunya.

Idi Rayeuk, 2012

Pemerintah daerah RTRW KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2012– 2032

(3)

Materi Teknis ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... I DAFTAR ISI ... II DAFTAR TABEL ... V DAFTAR GAMBAR ... VI

BAB I PENDAHULUAN ... I-1

1.1 Dasar Hukum Penyusunan ... I-1

1.2 Pengertian ... I-9

1.3 Azas, Manfaat, Fungsi dan Kedudukan RTRW ... I-19

1.3.1 Azas RTRW Kabupaten ... I-19

1.3.2 Manfaat RTRW Kabupaten ... I-19

1.3.3 Fungsi dan Kedudukan RTRW Kabupaten ... I-19

1.4 Profil Wilayah Kabupaten Aceh Timur ... I-20

1.4.1 Batas dan Administrasi ... I-20

1.4.2 Kondisi Fisik Dasar ... I-27

1.4.2.1 Geologi dan Jenis Tanah ... I-27

1.4.2.2 Topografi dan Morfologi ... I-28

1.4.2.3 Klimatologi dan Hidrologi ... I-29

1.4.3 Penggunaan Lahan ... I-29

1.4.4 Kependudukan dan Sumber Daya Manusia ... I-32

1.4.4.1 Jumlah dan Sebaran Penduduk ... I-32

1.4.4.2 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk ... I-34

1.4.4.3 Komposisi Penduduk ... I-35

1.4.4.4 Mobilitas Penduduk ... I-37

1.4.5 Potensi Bencana Alam ... I-37

1.4.5.1 Konsep Mitigasi Bencana Banjir ... I-37

1.4.5.2 Konsep Mitigasi Bencana Tsunami dan

Gempa Bumi ... I-41

1.4.6 Potensi Sumber Daya Alam ... I-47

(4)

1.4.6.1 Potensi Kehutanan ... I-47

1.4.6.2 Potensi Pertambangan dan Energi ... I-47

1.4.6.3 Potensi Peternakan dan Perikanan ... I-50

1.4.6.4 Potensi Pertanian dan Perkebunan ... I-53

1.4.6.5 Potensi Pariwisata ... I-55

1.4.7 Potensi Ekonomi Wilayah ... I-57

1.4.7.1 Perkembangan dan Struktur Ekonomi ... I-57

1.4.7.2 Keuangan Daerah ... I-58

1.5 Isu-Isu Strategis ... I-61

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG .. II -1

2. 1 Tujuan Penataan Ruang ... II-1

2. 2 Kebijakan Penataan Ruang ... II-1

2. 3 Strategi Penataan Ruang ... II-2

BAB III STRUKTUR RUANG WILAYAH ... III-1

3.1 Rencana Pusat Kegiatan ... III-1

3.2 Rencana Sistem Jaringan Prasarana ... III-5

3.2.1 Rencana Sistem Prasarana Utama ... III-5

3.2.1.1 Rencana Jaringan Transportasi Darat ... III-5

3.2.1.2 Rencana Jaringan Transportasi Perkretaapian ... III-10

3.2.1.2 Rencana Jaringan Transportasi Udara ... III-11

3.2.1.2 Rencana Jaringan Transportasi Perkretaapian ... III-10

3.2.2 Rencana Sistem Prasarana Lainnya ... III-11

BAB IV POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN ACEH TAMIANG ... IV-1

4.1 Rencana Kawasan Lindung ... IV-1

4.2 Rencana Kawasan Budi Daya ... IV-6

BAB V KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN ... V-1

(5)

Materi Teknis iv

BAB VI ARAHAN PEMANFAATAN RUANG ... VI-1

BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG ... VII-1

7. 1. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ruang Wilayah Kabupaten ... VII-1

7. 2. Ketentuan Perizinan ... VII-20

7. 3. Ketentuan Insentif dan Disinsentif ... VII-21

7. 4. Sanksi ... VII-21

(6)

DAFTAR TABEL

HALAMAN ... TABEL

Tabel 1.1 Nama Kecamatan dan Luas Wilayah Tahun ... I-9

Tabel 1.2 Kondisi Kelerengan ... I-12

Tabel I.3 Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan ... I-19

Tabel 1.4 Kondisi Tutupan Lahan ... I-28

Tabel 1.5 Jumlah Dan Perkembangan Penduduk ... I-32

Tabel 1.6 Sebaran Dan Kepadatan Penduduk ... I-33

Tabel 6.1 Indikasi Program ... VI-2

(7)

Materi Teknis vi

DAFTAR PETA

PETA

... ………..HALAMAN

Peta 1.1 Orientasi Kabupaten Aceh Tamiang ... I-10

Peta 1.2 Administrasi Kabupaten Aceh Tamiang ... I-11

Peta 1.3 Kondisi Kelerengan ... I-13

Peta 1.4 Kondisi Geologi ... I-16

Peta 1.5 Kondisi Jenis Tanah ... I-25

Peta 1.6 Kondisi Daerah Aliran Sungai ... I-27

Peta 1.7 Peta Curah Hujan ... I-20

Peta 1.8 Potensi Gempa Bumi ... I-22

Peta 1.9 Potensi Gerakan Tanah ... I-24

Peta 1.10 Potensi Gerakan Tanah ... I-24

Peta 1.10 Potensi Banjir ... I-25

Peta 1.11 Rawan Bencana Angin Puting Beliung ... I-29

Peta 1.12 Peta Rawan Bencana Kekeringan ... I-30

Peta 1.13 Tutupan Lahan ... I-31

Peta 1.14 Kepadatan Penduduk Bersih ... I-34

Peta 3.1 Rencana Struktur Ruang ... III-23

Peta 4.1 Rencana Pola Ruang ...

(8)

1.1 DASAR HUKUM PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN ACEH TIMUR

asar hukum penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) adalah peraturan perundang-undangan yang secara umum dapat dibedakan atas 2 kelompok, yaitu: peraturan perundang-undangan yang secara ekplisit menetapkan ketentuan yang berkaitan langsung dengan penyusunan rencana tata ruang, dan peraturan perundang-undangan yang akan menjadi acuan dalam penyusunan rencana tata ruang tersebut. Kelompok peraturan perundang-undangan yang dengan eksplisit menetapkan ketentuan yang berkaitan langsung dengan rencana tata ruang meliputi:

1. Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4725). Pada Ketentuan Penutup Pasal 78 ayat (4) huruf b ditetapkan bahwa: “Dengan berlakunya undang-undang ini semua peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang wilayah provinsi disusun atau disesuaikan paling lambat dalam waktu 2 (dua) tahun sejak undang-undang ini diberlakukan”.

2. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4437), sebagaimana telah diubah/diamandemen beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4844). Dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b ditetapkan bahwa: “Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang.”

D

(9)

Materi Teknis

3. Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara RI Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4633). Dalam Bab XX Perencanaan Pembangunan dan Tata Ruang Pasal 141 sampai Pasal 150, dikemukakan serangkaian penetapan yang berkaitan dengan: pembangunan, penataan ruang, pengelolaan lingkungan hidup, dan secara khusus pengelolaan kawasan ekosistem Leuser di wilayah Aceh.

Kelompok peraturan perundang-undangan yang lain yang akan akan menjadi acuan dalam penyusunan rencana tata ruang meliputi:

1. Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara RI Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1103).

2. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara RI Tahun 1960 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 2043).

3. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara RI Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3274).

4. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara RI Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3419).

5. Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3469).

6. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3470). 7. Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman

(Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3478).

8. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati.

9. Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara RI Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3647).

(10)

10. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 129, Tanbahan Lembaran Negara RI Nomor 3881). 11. Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara RI

Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3888); sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4412).

12. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3893).

13. Undang-Undang RI Nomor 37 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 525, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4054).

14. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4145). 15. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran

Negara RI Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4169). 16. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi (Lembaran Negara RI

Tahun 2003 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4327).

17. Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4377). 18. Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4380).

19. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4411).

(11)

Materi Teknis

20. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4421).

21. Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4433).

22. Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4438).

23. Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4441).

24. Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2005 tentang Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara Menjadi Undang-Undang. 25. Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Pidie

Jaya (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4683).

26. Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Subulussalam (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4684).

27. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4700).

28. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4722). 29. Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

(Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4723).

30. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4724).

(12)

31. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4739).

32. Undang-Undang RI Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4746).

33. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4849).

34. Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4925). 35. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara

RI Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4956).

36. Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4959).

37. Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4966). 38. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan

Hewan (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4974).

39. Undang-Undang RI Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5052). 40. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5059).

41. Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5068).

42. Peraturan Pemerintah RI Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara RI Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3445).

43. Peraturan Pemerintah RI Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan

(13)

Materi Teknis

Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3660).

44. Peraturan Pemerintah RI Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara RI Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3776).

45. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3816).

46. Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3838).

47. Peraturan Pemerintah RI Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3934).

48. Peraturan Pemerintah RI Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4146).

49. Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4163).

50. Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2002 tentang Keadaan Geografis Titik-Titik Garis Pangkal (Lembaran Negara RI Tahun 2002 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4211).

51. Peraturan Pemerintah RI Nomor 37 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2002 Tentang Daftar Koordinat Goegrafis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia (Lembar Negara RI Tahun 2008 Nomor 77, Tambahan Lembar Negara RI Nomor 4854).

52. Peraturan Pemerintah RI Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara RI Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4242).

(14)

53. Peraturan Pemerintah RI Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan (Lembaran Negara RI Tahun 2002 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4254).

54. Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4385).

55. Peraturan Pemerintah RI Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4452).

56. Peraturan Pemerintah RI Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4453).

57. Peraturan Pemerintah RI Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara RI Tahun 2006 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4624).

58. Peraturan Pemerintah RI Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara RI Tahun 2006 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4638).

59. Peraturan Pemerintah RI Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4696).

60. Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4737).

61. Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4741).

62. Peraturan Pemerintah RI Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4777).

63. Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4833).

(15)

Materi Teknis

64. Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4858).

65. Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4859). 66. Peraturan Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri

(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4987).

67. Peraturan Pemerintah RI Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5004).

68. Peraturan Pemerintah RI Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5070). 69. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan

Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan (Lembaran Negara RI Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5097).

70. Peraturan Pemerintah RI Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5103).

71. Peraturan Presiden RI Nomor 30 Tahun 2005 tentang Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara.

72. Peraturan Presiden RI Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.

73. Keputusan Presiden RI Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

74. Keputusan Presiden RI Nomor 33 Tahun 1991 tentang Penggunaan Tanah Bagi Kawasan Industri.

75. Keputusan Presiden RI Nomor 52 Tahun 1992 tentang Pengelolaan Kawasan Budidaya.

(16)

76. Keputusan Presiden RI Nomor 33 Tahun 1998 tentang Pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser.

77. Keputusan Presiden RI Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional.

78. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang Di Daerah.

79. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.

80. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi.

81. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor.

82. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 40 Tahun 2007 tentang Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai.

83. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya.

84. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan.

85. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

86. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah.

87. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2008 tentang Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh di Daerah.

88. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota beserta Rencana Rinciannya.

(17)

Materi Teknis

89. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.28/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Pelaksanaan Konsultasi Dalam Rangka Pemberian Persetujuan Substansi Kehutanan atas Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah.

90. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi.

91. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

92. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.

93. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41/Permentan/OT.140/9/2009 tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian.

94. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 630 / KPTS / M / 2009 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya Sebagai Jalan Arteri dan Jalan Kolektor 1.

95. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 631 / KPTS / M / 2009 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Menurut Statusnya sebagai Jalan Nasional.

96. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 14 Tahun 2002 tentang Kehutanan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

97. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 20 Tahun 2002 tentang Konservasi Sumber Daya Alam.

98. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 21 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam.

99. Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan Qanun.

1.2 PENGERTIAN

Dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Aceh Timur ini terdapat beberapa pengertian pokok yang antara lain :

1. Pemerintah Pusat disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

(18)

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah;

4. Kepala Daerah adalah Bupati Aceh Timur yang dibantu oleh seorang Wakil Bupati; 5. Kecamatan adalah suatu wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten

dalam penyelenggaraan pemerintahan kecamatan;

6. Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum di bawah kecamatan yang terdiri atas gabungan beberapa gampong yang mempunyai batas wilayah tertentu yang dipimpin oleh imum mukim atau nama lain dan berkedudukan langsung di bawah camat;

7. Gampong adalah kesatuan masyarakat hukum yang berada di bawah mukim dan dipimpin oleh keuchik atau nama lain yang berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri;

8. Qanun Kabupaten adalah peraturan perundang-undangan sejenis peraturan daerah kabupaten yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan masyarakat Kabupaten di Aceh;

9. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang;

10. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya;

11. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang;

12. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang selanjutnya disingkat RTRW Kabupaten adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Timur yang mengatur rencana struktur dan pola tata ruang wilayah kabupaten;

13. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional;

14. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya; 15. Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan

pengendalian pemanfaatan ruang;

16. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang;

17. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya;

(19)

Materi Teknis

18. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang; 19. Pengawasan Penataan Ruang adalah upaya agar upaya penyelenggaraan penataan

ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 20. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur

terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional;

21. Wilayah Kabupaten adalah seluruh wilayah Kabupaten Aceh Timur yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

22. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan;

23. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kota kecamatan yang mempunyai potensi untuk berfungsi sebagai pusat jasa, pusat koleksi dan distribusi, dan simpul transportasi dengan skala pelayanan gampong-gampong dalam satu kecamatan yang merupakan kota kecil/ibukota kecamatan;

24. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar gampong;

25. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagilalu-lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/ atau air, serta di atas permukaan air, kecuali kereta api, jalan lori, dan jalan kabel; 26. Sistem Jaringan Jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarki;

27. Sistem jaringan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. Di dalam implementasi penysunansistem jaringan jalan primer mengacu pada RTRWN.

28. Jalan kolektor adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan cirri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

(20)

29. Jalan Lokal Primer yang selanjutnya disingkat JLP adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusatkegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan lingkungan;

30. Ruas Jalan adalah bagian atau penggal jalan di antara dua simpul/persimpangan sebidang atau tidak sebidang baik yang dilengkapi dengan alat pemberi isyarat lalu lintas ataupun tidak;

31. Terminal bus adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum;

32. Tatanan Kepelabuhanan adalah sistem kepelabuhanan yang memuat peran, fungsi, jenis, hirarki pelabuhan, rencana induk pelabuhan dan lokasi pelabuhan serta keterpaduan intra dan antar moda serta keterpaduan dengan sektor lain;

33. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi;

34. Pelabuhan Pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan dalam provinsi;

35. Kawasan Alur Pelayaran adalah wilayah perairan yang dialokasikan untuk alur pelayaran bagi kapal;

36. Wilayah Sungai yang selanjutnya disebut WS adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2;

37. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau

(21)

Materi Teknis

atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan; 38. Air Baku (sumber Air Minum Rumah Tangga) adalah Air yang dapat berasal dari sumber

air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum;

39. Wilayah Pelayanan Air Bersih adalah Wilayah yang layak medapatkan suplai air minum dengan sistem perpipaan maupun non perpipaan, dikelola oleh suatu badan tertentu, dan cakupan palayanan sesuai dengan periode perencanaan;

40. Drainase Perkotaan adalah Sistem drainase dalam wilayah administrasi kota dan daerah perkotaan (urban) yang berfungsi untuk mengendalikan atau mengeringkan kelebihan air permukaan didaerahpemukiman yang berasal dari hujan lokal, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan hidup manusia;

41. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) adalah Tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan;

42. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) adalah Seperangkat bangunan yang digunakan untuk mengolah tinja yang berasal dari suatu bangunan pengolah air limbah rumah tangga individual maupun komunal yang diangkut dengan mobil tinja;

43. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya;

44. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan serta nilai sejarah dan budaya bangsa, guna kepentingan pembangunan berkelanjutan;

45. Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sunga;

46. Sempadan Pantai adalah kawasan perlindungan setempat sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian dan kesucian pantai, keselamatan bangunan dan tersedianya ruang untuk lalu lintas umum;

47. Konservasi adalah pengelolaan pemanfaatan oleh manusia terhadap biosfer sehingga dapat menghasilkan manfaat berkelanjutan yang terbesar kepada generasi sekarang sementara mempertahankan potensinya untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi generasi akan datang (suatu variasi defenisi pembangunan berkelanjutan);

(22)

48. Manggrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis yang tumbuh dan berkembang pada daerah air payau atau daerah pasang surut dengan substrat berlumpur dicampur dengan pasir, biasanya berada di mulut sungai;

49. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disebut RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam;

50. Kawasan Rawan Bencana adalah kawasan dengan kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis dan geografis pada satu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu;

51. Kawasan Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan;

52. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan, dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat;

53. Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat;

54. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit dan/atau bakalan, pakan, alat dan mesin peternakan, budi daya ternak, panen, pascapanen, pengolahan, pemasaran, dan pengusahaannya;

55. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan, mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan;

56. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang;

(23)

Materi Teknis

57. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu;

58. Pertambangan Mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah;

59. Wilayah Pertambangan, yang selanjutnya disebut WP, adalah wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari tata ruang nasional;

60. Kawasan Peruntukan Pertambangan adalah wilayah yang memiliki potensi sumberdaya bahan tambang dan merupakan tempat dilakukannya sebagian atau seluruh tahapan kegiatan pertambangan, baik di wilayah daratan maupun perairan, serta tidak dibatasi oleh penggunaan lahan, baik kawasan budidaya maupun kawasan lindun

61. Wilayah Pencadangan Negara, yang selanjutnya disebut WPN, adalah bagian dari WP yang dicadangkan untuk kepentingan strategis nasional;

62. Wilayah Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut WUP, adalah bagian dari WP yang telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan /atau informasi geologi;

63. Wilayah Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut WIUP, adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang IUP;

64. Wilayah Pertambangan Rakyat, yang selanjutnya disebut WPR, adalah bagian dari WP tempat dilakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat;

65. Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan;

66. Kawasan Perkotaan adalah kawasan dengan kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi;

67. Kawasan Pergampongan adalah kawasan dengan kegiatan utama pertanian dan pengelolaan sumberdaya alam dengan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi; 68. Kawasan Agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan

pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarkis keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis;

(24)

69. Kawasan Minapolitan adalah kawasan pengembangan ekonomi berbasis usaha penangkapan ikan yang dikembangkan secara terintegrasi oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk menciptakan iklim usaha yang lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah; 70. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi

dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri;

71. Kawasan Pesisir adalah wilayah pesisir tertentu yang ditunjukkan dan atau ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kriteria tertentu, seperti karakter fisik, biologi, sosial dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya;

72. Kawasan Strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan /atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia;

73. Kawasan Strategis Aceh yang selanjutnya disebut KSA adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara regional dalam aspek pertahanan keamanan negara, ekonomi, sosial budaya, lingkungan, dan/atau pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi;

74. Kawasan Strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan /atau lingkungan;

75. Kawasan Pertahanan Keamanan adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk kepentingan kegiatan pertahanan dan keamanan, yang terdiri dari kawasan latihan militer, kawasan pangkalan TNI Angkatan Udara, kawasan pangkalan TNI Angkatan Laut, dan kawasan militer lainnya;

76. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah;

77. Kawasan peruntukan pariwisata adalah kawasan yang didominasi oleh fungsi kepariwisataan, mencakup sebagian areal dalam kawasan lindung atau budidaya yang lain yang di dalamnya terdapat konsentrasi daya tarik dan fasilitas penunjang pariwisata;

(25)

Materi Teknis

78. Kawasan peruntukan pertanian adalah kawasan yang diperuntukkan bagi ketahanan pangan nasional, juga dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri dan penyediaan lapangan kerja;

79. Kawasan peruntukan perikanan adalah kawasan budidaya perikanan yang ditetapkan dengan kriteria wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budidaya perikanan, industri pengolahan hasil perikanan, dan tidak mengganggu kelestarian hidup lingkungan;

80. Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan;

81. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap;

82. Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah; 83. Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya

mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alam;

84. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi dan sebagai tempat serta ruang di sekitar situs purbakala dan kawasan yang memiliki bentukan geologi alami yang khas;

85. Kawasan sekitar mata air adalah kawasan sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk kelestarian fungsi mata air;

86. Kawasan Pantai Berhutan Bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau yang berfungsi memberi perlindungan kepada kehidupan pantai dan laut;

87. Kawasan Perlindungan Setempat adalah kawasan lindung yang berfungsi untuk melindungi dan menjaga fungsi utama kawasan sempadan sungai, waduk, pantai dan mata air termasuk ruang terbuka hijau;

88. Kawasan Resapan Air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber air;

(26)

89. Kawasan Rawan Bencana Alam adalah kawasan yang diidentifikasikan berpotensi tinggi mengalami bencana alam, antara lain banjir, longsor, gelombang pasang dan merupakan kawasan dari jarak tertentu yang memiliki pengaruh langsung dari tempat kejadian bencana;

90. Kawasan Lindung Geologi adalah kawasan lindung nasional dengan fungsi utama untuk melindungi kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah;

91. Peraturan Zonasi adalah pedoman yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam perencanaan rinci tata ruang;

92. Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

93. Insentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan rangsangan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang;

94. Disinsentif adalah perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi pelaksanaan kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang. 95. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum

adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan nonpemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang;

96. Peran Serta Masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang; dan

97. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disebut BKPRD adalah badan bersifat adhoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi dan Kabupaten/ Kota dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Gubernur dan Bupati/ Walikota dalam koordinasi penataan ruang di kabupaten.

1.3 AZAS, MANFAT, FUNGSI DAN KEDUDUKAN RTRW

1.3.1 Azas RTRW Kabupaten

RTRW Kabupaten didasarkan atas 4 (empat) azas, yaitu:

1. Manfaat yaitu menjadikan wilyah kabupaten melalui pemanfaatan ruang secara optimal yang tercermin pola pemanfaatan ruang.

(27)

Materi Teknis

2. Keseimbangan dan Keserasian yaitu menciptakan keseimbangan dan keserasian fungsi dan intensitaas pemnafaatan ruang.

3. Kelestarian yaitu menciptakan hubungan yang serasi antar manusia dan lingkungan yang tercermin dari pola intensitaas pemanfaatan ruang.

4. Keterbukaan yaitu bahwa setiap orang/pihak dapat memperoleh keterangan mengenai produk perencanaan tat ruang guna berperan serta dalam proses penataan ruang.

1.3.2 Manfaat RTRW Kabupaten

Manfaat RTRW kabupaten adalah untuk:

1. Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kabupaten.

2. Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah kabupaten dengan wilayah sekitarnya. 3. Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah kabupaten yang berkualitas.

1.3.3 Fungsi dan Kedudukan RTRW Kabupaten

Fungsi RTRW kabupaten adalah RTRW Kabupaten berfungsi sebagai arahan struktur dan pola ruang, pemanfaatan sumber daya, dan pembangunan daerah serta penyelaras kebijakan penataan ruang Nasional, Propinsi, dan Kabupaten/Kota yang berbatasan. RTRW Kabupaten juga berfungsi sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten dan pedoman penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten.

Kedudukan RTRW Kabupaten adalah berikut:

1 sebagai dasar pertimbangan dalam menyusun rencana program jangka panjang nasional, propinsi dan kabupaten; penyelaras bagi kebijakan rencana tata ruang nasional, propinsi, kabupaten dan pedoman bagi pelaksanaan perencanaan, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Kabupaten Aceh Timur sampai pada Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kawasan;

2 sebagai dasar pertimbangan dalam menyusunan peraturan zonasi kawasan, RTBL kawasan dan Masterplan Kawasan; dan

3 sebagai dasar pertimbangan dalam penyelarasan penataan ruang antar wilayah lain yang berbatasan; dan kebijakan pemanfaatan ruang kabupaten, lintas kecamatan, dan lintas ekosistem serta kawasan strategis Kabupaten Aceh Timur.

(28)

3.1 PROFIL WILAYAH KABUPATEN ACEH TIMUR 3.1.1 Batas dan Administratif

Berdasarkan aspek administrasi maupun menurut SK Gubernur No. 19 Tahun 1999 mencakup wilayah daratan Kabupaten Aceh Timur memiliki luas wilayah 6.040,60 Km2. Berdasarkan Perhitungan sistem informasi geografis Seluas 5.427,26 Km2 yang terdiri dari 24 Kecamatan, 51 Mukim dan 512 Gampong, wilayah laut kewenangan sejauh 4 mil sejauh garis pangkal seluas 719,01 Km2, wilayah udara di atas daratan dan laut kewenangan, dimana Kabupaten Aceh Timur berbatasan dengan :

 Sebelah Utara : dengan Kabupaten Aceh Utara dan Selat Malaka.  Sebelah Timur : dengan Selat Malaka, Kota Langsa dan Aceh Tamiang.

 Sebelah Selatan : dengan Kabupaten Gayo Lues, Aceh Tamiang dan Kota Langsa.  Sebelah Barat : dengan Kabupaten Aceh Utara, Aceh Tengah dan Bener Meriah. Kabupaten Aceh Timur di bagian barat-selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Aceh Tengah. Perbatasan wilayah ini secara fisik merupakan kawasan Gunung Leuser, sehingga tidak dapat digunakan sebagai kawasan budidaya sepenuhnya tetapi digunakan sebagai kawasan budidaya terbatas, maka hal tersebut harus diperhatikan dalam perencanaan.

Kabupaten Aceh Timur terletak di bagian timur Provinsi Aceh berdekatan langsung dengan Sumatera Utara. Kabupaten Aceh Timur memiliki akses yang dekat ke Medan yang memiliki fasilitas sarana yang lebih lengkap dengan fasilitas prasarana bertaraf internasional. Hal ini menguntungkan bagi perkembangan wilayah ini. Keuntungan lain dari Kabupaten Aceh Timur berdasarkan letak geografis adalah berbatasan langsung dengan Selat Malaka, sehingga dapat memiliki akses langsung ke negara lain terutama Malaysia.

(29)

Materi Teknis

Tabel I.1

Luas Wilayah Kabupaten Aceh Timur Menurut Kecamatan Tahun 2009

No. Kecamatan / IKK Jumlah Gampong/Gampong Pusat Jml

Mukim

Luas

(km2) tase (%) Persen

1 Serbajadi

(Lokop) 16 Gampong (Lokop, Tualang, Gampong Terujak, Leles, Ujung Karang, Umah taring, Sunti, Sekualan, Loot, Nalon, Jering, Rampah, Mesir, Selemak, Sembuang, Bunin)

2 2.165,66 35,85

2 Simpang Jernih

(Simpang Jernih) 7 Gampong (Tampur Boor, Tampur Paloh, Melidi, Batu Sumbang, Simpang Jernih, Pante Kera, Rantau Panjang) 1 844,63 13,98 3 Peunaron

(Alur Pinang) 6 Gampong (Arul Pinang, Peunaron Baru, Peunaron Lama, Bukit Tiga, Sumber Mulya, Sri Mulya) 1 79,74 1,32 4 Birem Bayeun

(Birem Rayeuk) 27 Gampong (Buket Tiga, Kenteng, Afd II Bukit, Alue Drien, Alue Canang, Jambo Labu, Alue Buloh, Peutow, Kemuning Hulu, Alue Teh, Paya Tambah, Paya Bili II, Paya Rambong, Perk Alue Gading I, Birem Rayeuk, Keude Birem, Aramiyah, Paya Bili I, Merbau Dua, Paya Peulawi, Bayeun, Alue Gadeng, Perk Alue Gading II, Buket Seuleumak, Blang Tualang, Alue Sentang, Alue Nyamok)

3 253,68 4,20

5 Rantau Selamat

(Bayeun) 14 Gampong (Alue Tuwi, Alue Kool, Alue Punti, Dama Sipot, Simpang Peut, Sarah Kayee, Alue Seuleumak, Simpang Aneuh, Gampong Bayeun, Sarah Tubee, Ranto Panjang, Alue Raya, Seuneubok Dalam, Alue Kumba)

2 159,80 2,65

6 Sungai Raya (Labuhan Keude)

13 Gampong

(Gajah Mentah, Seuneubok Aceh, Seuneubok Pase, Sungai Simpang, Paya Keutapang, Alue Itam, Bukit Drien, Bukit Selamat, Kuala Parek, Labuhan Keude, Krueng Lingka, Geulumpang Payong, Alue Rangan)

1 189,00 3,13

7 Peureulak

(Peureulak) 38 Gampong (Cek Embon, Seuneubok Pidie, Kuala Leuge, Seuneubok Peusangan, Lubuk Pempeng, Dama Tutong, Bale Buya, Matang Gleum, Alue Nibong, Buket Pala, Blang Simpo, Paya Kalui, Alue Dua Paya Gajah, Seuneubok Aceh, Uteun Dama, Paya Meuligoe, Punti, Keumuneng, Bangka Rimueng, Leuge, Lhok Dalam, Bandrong, Tanah Rata, Tualang, Keude Peurelak, Cot Muda Itam, Pasir Putih, Blang Bitra, Beusa Meuranoe, Seumatang Muda Itam, Blang Balok, Kuala Bugak, Paya Lipah, Cot Geulumpang, Cot Keh, Blang Batee, Alue Rambong, Matang Peulawi).

3 318,02 5,26

8 Peureulak Timur

(Alue Tho) 20 Gampong (Buket Meuriam, Seuneubok Punti, Alue Bugeng, Seuneubok Tengoh, Seuneubok Teupin, Alue Bu Alue Lhok, Alue Gureb, Alue Bu Alue Nireh, Seuneubok Paya, Seuneubok Rawang, Alue Tho, Seuneubok Lapang, Seuneubok Jalan, Geulanggang Meurak, Seumatang Keude, Babah Krueng, Kruet Lintang, Jeungki, Seuneubok Dalam,Tualang Pateng).

(30)

No. Kecamatan / IKK Jumlah Gampong/Gampong Jml Pusat Mukim Luas (km2) Persen tase (%) 9 Peureulak Barat

(Beusa Seberang) 15 Gampong (Kabu, Beringin, Teumpeun, Kebun Teumpeun, Paya Sengat, Tanjung Tualang, Beusa Seberang, Paya Gajah, Mon Geudong, Alue Bu Tuha, Alue Bu Jalan, Paya Biek, Beusa Baroh, Alue Bu Tunong, Alue Bu Jalan Baroh).

2 92,30 1.53

10 Rantau Peureulak

(Rantau Panjang) 23 Gampong (Beurandang, Alue Geunteng, Kliet, Gampong Tampak, Paya Palas, Alue Batee, Bhom Lama, Pasir Putih, Alue Dua, Bukit Pala BSP, Punting Payong, Seumaly, Kp. Pertamina, Blang Barom, Pulo Blang, Seuneubok Johan, Paya Unou, Seuneubok Baro, Seuneubok Dalam, Seulamak Muda, Mata Ie, Alue Udep, Seumanah Jaya).

3 129,00 2,14

11 Idi Rayeuk

(Idi Rayeuk) 35 Gampong (Dama Pulo, Gureb Blang, Seuneubok Tutong, Sam Pai Mah, Seuneubok Tuha, Buket Langa, Buket Juara, Bukit Pala, Meunasah Puuk, Keude Blang, Bantayan Timur, Gampong Aceh, Keude Aceh, Kuta Blang, Seuneubok Bacee, Titi Baru, Seuneubok Tengoh (PR), Seuneubok Rambong, Tanah Anoe, Gampong Tanjong, Kuala Pdw. Puntung, Gampong Jawa, Blang Guelumpang, Gampong jalan, Buket Meulinteung, Buket Jok, Teupin Batee, Alue Dua Muka S, Tanjong Kapai, Gampong Baro, Kuala Idi, Keutapang Mameh, Ulee Blang, Alue Dua Muka O, Kuta Lawah,

3 79,60 1,32

12 Peudawa (Seuneubok Punteut)

17 Gampong

(Asan Ramphak, Buket Kuta, Blang Kuta, Alue Batee, Paya Bili Sa, Blang Buket, Kuta Baro, Seuneubok Teungoh, Seuneubok Punteut, Sama Dua, Gampong Keude, Meunasah Krueng, Paya Bili Dua, Paya Dua, Gampong Kuala, Alue Ie Itam, Matang Rayeuk).

1 78,90 1,31

13 Banda Alam (Panton Rayeuk M)

16 Gampong

(Ulee Jalan, Jambo Reuhat, Blang Rambong, Seuneubok Benteng, Jalan Dua, Panton Rayeuk, Seuneubok Bayu, Panton Rayeuk A, Panton rayeuk B, Seunebok Pangou, Seunebok Kandang, Paya Laman, Buket Drien, Uram Jalan, Panton Rayeuk M, Seuneubok Simpang).

1 90,95 1,51

14 Idi Tunong

(Buket Teukuh) 25 Gampong (Alue Lhok, Padang Kasah, Seuneubok Buya, Paya Awe, Paya Gapoh, Seuneubok Drien, Keude Keumuneng, Gp Keumuneng, Snb Meurudu, Seunubok Punti, Seunubok Dalam, Seunubok Jalan, Buket Teukuh, Keumuneng Lhok, Bukit Rumiya, Alue Kumbang M, Alue Kumbang A, Seunubok Baro, Buket Puuk, Seunubok Buloh, Blang Minjei, Blang Si Guci, Bantayan Barat, Snb Teupin Panah, Teupin Panah).

1 74,70 1,24

15 Darul Ihsan

(Keude Dua) 16 Gampong (Seuneubok Aceh Baro, Lhok Leumak, Seuneubok Teungah (KD II), Meunasah Aron, Lhok Dalam, Lhok Meureu, Panton Meureubo, Lhok Panjou, Alue Jangat, Medang Ara, Seuneubok Kulam, Gunong Putoh, Seuneubok Lapang, Keude Dua, Buket Peulawi, Pulo Blang).

(31)

Materi Teknis

No. Kecamatan / IKK Jumlah Gampong/Gampong

Jml Pusat Mukim Luas (km2) Persen tase (%) 16 Idi Timur

(Keude Reudeup) 13 Gampong Keutapang Dua, Matang Rayeuk, Meunasah Jeumpa, Lhok Asahan, Tualang Dalam, Seuneubok Kuyun, Ulee Glee, Seuneubok Barat, Seuneubok Teungoh (SMK), Seuneubok Timur, Matang Bungong, Matang Rayeuk (PP), Seuneubok Dalam SMK.

2 55,15 0,91

17 Darul Aman

(Idi Cut) 45 Gampong (Seuneubok Simpang, Alue Lhok, Alue Merbo, Meunasah Keutapang, Alue Dalam, Dama Pulo II, Alue Luddin Dua, Jungka Gajah, Buket Rumiya, Buket Raya, Gaseh Sayang, Seuneubok Buloh, Kapai Baro, Kemuneng Sa, Seuneubok Tuha Sa, Alue Gadeng, Trieng Gadeng, Buket Kulam, Seuneubok Teungoh, Dama Pulo I, Gampong Beunot, Teupin Drum, Kuala Idi Cut, Gampong Baro, Alue Luddin Sa, Lhok Geulumpang, Blang Buket, Seuneubok Tuha Dua, Keumuneng Dua, Buket Tualang, Bagok Panah Peut, Bagok Panah Lhee, Keumuneng Limong, Keumuneng Lhee, Keumuneng Peut, Grong-grong, Gampong Keude, Keude Idi Cut, Seuneubok Baroh, Meunasah Blang, Seuneubok Aceh, Matang Geutou, Matang Pineung, Bagok Panah Sa, Bagok Panah Dua).

4 131,50 2,18

18 Nurussalam (Bagok)

31 Gampong

(Alue Siwah Serdang, Gampong Lhee, Beurandang, Seuneubok Rambong, Gampong Jalan, Buket Meurak, Seuneubok Dalam, Gampong Mesjid, Paya Enjee, Seuleumak Muda, Cot Asan, Matang Panyang, Buket Panjou, Matang Panyang, Meunasah Hagu, Matang Kunyet, Matang Neuheun, Teupin Pukat, Pulo-U, Matang Seuleumak, Bantayan, Blang Panjou, Seumatang Aron, Meudang Ara, Meunasah Teungoh, Gampong Keude Bagok, Keude Bagok, Gampong Kuala Bagok, Asan Tanjong, Baroh Bugeng, Peulawi)

4 137,07 2,27

19 Darul Falah (Tunong Ulee Gajah)

11 Gampong

(Tunong Bugeng, Gampong Cempedak, Buket Tufah, Tunong Ulee Gajah, Keudondong, Seuneubok Panton, Buket Teumpen, Keude Blang, Paya Kreub, Tunong Paya Krueb, Alue Siwah Dua).

1 42,40 0,70

20 Julok

(Kuta Binjei) 37 Gampong (Keumuneng, Ladang Baro, Seunebuk Baro, Seunebok Rambong, Teupin Raya, Buket Panyang, Blang Keumahang, Buket Makmur, Buket Dindeng, Lhok Rambong, Blang Mideun, Blang Jambe, Paya Bakong, Buket Seuraja, Blang Paoh Sa, Ulee Ateung, Mane Rampak, Ujong Tunong, Paya Pasi, Blang Gleum, Alue Cek Doy, Tumpok Teungoh, Matang, Julok Tunong, Blang Paoh Dua, Keude Kuta Binjei,

Ulee Tanoh, Kuala Geulumpang, Blang Uyok, Ulee Blang, Naleung, Labohan, Gampong Baro, Seumatang, Tanjong Tok Blang, Simpang Lhee, Lhok Seuntang).

4 234,36 3,88

21 Indra Makmur (Seuneubok Bayu)

13 Gampong

(Alue Ie Itam, Seuneubok Bayu, Blang Nisam, Bandar Baro, Alue Patong, Seuneubok Cina, Pelita Sagop Gaya, Perk Julok Rayeuk Utara, Perk Julok Rayeuk Timur, Jambo Balee, Alue Ie Mirah, Jambo Lubok, Suka Makmur)

(32)

No. Kecamatan / IKK Jumlah Gampong/Gampong Jml Pusat Mukim Luas (km2) Persen tase (%) 22 Pante Bidari

(Lhok Nibong) 23 Gampong (Blang Seunong, Pante Labu, Pante Rambong, Alue Ie Mirah, Seuneubok Tuha, Seuneubok Saboh, Buket Kareung, Buket Bata, Grong-Grong, Meunasah Tunong, Matang Peureulak, Meunasah Leubok, Meunasah Teungoh, Keude Baro, Pante Panah, Matang Pudeng, Gampong Putoh Dua, Matang Kruet, Paya Deumam Sa, Paya Deumam Lhee, kecamatan Madat, Putoh Sa, Suka Damai).

3 233,25 3,86

23 Simpang Ulim

(Pucok Alue Dua) 23 Gampong (Matang Weng, Alue Mulieng, Pucok Alue Barat, Pucok Alue Sa, Matang Kumbang, Titi Baroeh, Ara Kundo, Alue Buloh Dua, Matang Rayeuk, Teupin Breuh, Blang Nie, Pucok Alue Dua, Peulalu. Alue Buloh Sa, Kuala Simpang Ulim, Gampong Baro, Nicah Awe, Bantayan, Keude Tuha, Gampong Blang, Lampuh Rayeuk, Teupin Mamplam, Matang Seupeng).

3 123,80 2,05

24 Madat

(Madat) 26 Gampong (Paya Deumam Peut, Paya Naden, Tanjong Ara, Tanjong Minjei, Seuneubok Pidie, Rambong Lop, Matang Jrok, Matang Nibong, Madat, Abeuk Geulanteu, Matang Keupula Sa, Ulee Ateung, Blang Andam, Bintah, Blang Awe, Pante Meureubo, Lueng Sa, Matang Keupula Lhee, Matang Keupula Dua, Blang Ubit, Lueng Peut, Lueng Dua, Matang Guru, Pante Bayam, Meunasah Tingkeum, Meunasah Asan).

3 200,84 3,32

Total 53 6.040,60 100.00

Sumber : Kabupaten Aceh Timur Dalam Angka, Tahun 2010 Kecamatan Dalam Angka Tahun 2010

(33)

Materi Teknis

(34)
(35)

Materi Teknis

3.1.2 Kondisi Fisik Dasar 3.1.2.1 Geologi dan Jenis Tanah

Kondisi geologi Kabupaten Aceh Timur terdiri dari beberapa jenis batuan yang sebagian besar terdiri dari batuan sedimen dengan lapisan horizontal, yang luasnya 490.882 Ha dan hampir tersebar merata di beberapa kecamatan di wilayah perencanaan. Jenis batuan yang ada di Kabupaten Aceh Timur antara lain yaitu sebagai berikut :

1. Batuan endapan baru dan endapan jaman quarter seluas 241.263 Ha yang penyebarannya hampir di semua kecamatan di Kabupaten Aceh Timur, kecuali di Kecamatan Serbajadi dan Kecamatan Ranto Peureulak.

2. Batuan resen seluas 3.264 Ha hanya terdapat di Kecamatan Serbajadi.

3. Batuan vulkanik tersier dan quarter serta batuan beku dalam seluas 22.080 Ha terdapat di Kecamatan Serbajadi.

4. Batuan sedimen terlipat seluas 63.580 Ha terdapat di Kecamatan Serbajadi.

Kabupaten Aceh Timur terdapat 7 jenis tanah yang struktur kimianya berbeda-beda. Jenis tanah aluvium/organosol dan gley humus terdapat pada bagian wilayah perencanaan yang relatif rendah (datar) merupakan jenis tanah yang dominan, yaitu seluas 266.656 Ha. Jenis tanah di Kabupaten Aceh Timur adalah sebagai berikut :

1. Podsolik Merah Kuning, Jenis tanah ini terbentuk pada tipe iklim basah dengan curah hujan 2.500-3.500 mm/thn tanpa bulan kering. Terletak pada topografi bergelombang sampai berbukit-bukit pada elevasi 10-100 m dpl, salumnya agak tebal (1-2 m) dengan warna merah hingga kuning. Reaksi tanah sangat masam (pH 3,4-5,0) dan sangat peka terhadap erosi, mempunyai tingkat kesuburan rendah. Tanah ini sangat luas. Jenis tanah ini relatif luas dan terdapat hampir di semua kecamatan.

2. Mediteran, Tanah ini terbentuk pada iklim dengan curah hujan 800-2.500 mm/thn. Tersebar pada elevasi 0-400 m dpl. Salumnya agak tebal (1-2 m), erosi sedang hingga besar. Jenis tanah ini cocok untuk persawahan, rerumputan, tegalan, dan kebun buah-buahan.

3. Organosol/Alluvial, Terbentuknya tanah ini tidak dipengaruhi iklim. Terletak pada topografi datar sampai sedikit bergelombang di dataran rendah. Warna tanah kelabu tua atau hitam. Reaksi tanah sangat masam (pH 3,5-5). Cocok untuk persawahan, ladang, tambak, palawija dan kebun kelapa. Jenis tanah ini tersebar di semua kecamatan.

(36)

4. Latosol, Tanah ini terletak pada iklim basah dengan curah hujan 2.000-7.000 mm/thn, dengan bulan kering kurang dari 3 bulan. Terletak pada topografi bergelombang. Salumnya dalam (1,5-10 m) dengan warna merah coklat hingga kuning. Reaksi tanah masam sampai agak masam (pH 4,5-6,5) dan kepekaan terhadap erosi kecil. Jenis tanah ini cocok untuk persawahan, tanaman palawija, sayur-mayur dan buah-buahan, kebun karet, lada dan tegalan. Tersebar di Kecamatan Idi Rayeuk, Kecamatan Rantau Selamat, Kecamatan Rantau Peureulak, Kecamatan Birem Bayeun, dan Kecamatan Serbajadi. 5. Podsolik Coklat Kelabu, Tanah ini berkembang pada iklim dengan curah hujan di atas

1.500 mm/thn. Tanpa bulan kering tersebar pada topografi datar, bergelombang, landai dan berbukit pada elevasi 10-2.000 mdpl, berwarna kelabu, kehitaman, coklat tua hingga kekuningan. Reaksi tanah masam hingga netral (pH 5,0-7,0). Jenis tanah ini tersebar di Kecamatan Idi Rayeuk, Kecamatan Rantau Selamat, Kecamatan Rantau Peureulak, Kecamatan Birem Bayeun, dan Kecamatan Serbajadi.

3.1.2.2 Topografi dan Morfologi

Topografi Kabupaten Aceh Timur dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Lereng 0-2 derajat merupakan dataran rendah dan landai, daerah ini meliputi 34,14% dari luas Kabupaten Aceh Timur.

2. Lereng 2-15 derajat merupakan daerah landai sampai agak miring, luas daerah ini 13,66 % dari luas Kabupaten Aceh Timur.

3. Lereng 15,40 derajat merupakan daerah yang agak miring sampai curam dan pada umumnya tidak terdapat perkampungan/pemukiman, luas daerah ini 26,56 % dari Kabupaten Aceh Timur.

4. Lereng yang lebih dari 40 derajat merupakan lereng yang curam sekali, luasnya 25,64 % dari luas daerah Kabupaten Aceh Timur.

Morfologi wilayah Aceh Timur terbagi atas tiga Karakteristik wilayah, yaitu :

1. Morfologi pegunungan dan perbukitan terdiri dari Kecamatan Serbajadi, Simpang Jernih dan Peunaron yang merupakan wilayah yang berada pada kawasan lindung Leuser

2. Morfologi dataran sampai perbukitan terdiri dari Kecamatan Birem Bayeun, Ranto Selamat, Banda Alam, Indra Makmur, Pante Bidari dimana wialayahnya sebagian termasuk dalam kawasan lindung Leuser.

(37)

Materi Teknis

3. Morpologi pesisir yang terdiri dari Kecamatan Birem Bayeum, Ranto Selamat, Sungai Raya, Peureulak, Peureulak Barat, Peureulak Timur, Peundawa, Idi Rayeuk, Idi Timur, Darul Aman, Nurussalam, Darul Falah, Julok, Simpang Ulim dan Madat

3.1.2.3 Klimatologi dan Hidrologi

Klasifikasi iklim Schmidt Fergusson (1952) menempatkan Kabupaten Aceh Timur tipe iklim A dan B seperti daerah tropis lainnya, iklim ini sangat dipengaruhi oleh arah angin yang senantiasa bertukar setiap tahunnya, sehingga terdapat dua musim yang berbeda yaitu musim hujan dan musin kemarau. Musim hujan terjadi dari bulan September s/d bulan Februari, sedangkan musim kemarau mulai bulan Maret s/d bulan Agustus. Curah hujan rata-rata setiap tahunnya diantara 1.500 sampai 3.000 mm, sedangkan suhu udara berkisar antara 260 – 300 C dengan kelembaban relatif (RH) rata-rata 75 %.

Hidrologi Aceh Timur memiliki banyak aliran sungai yang tersebar dari hulu hingga ke muara selat Malaka. Penyebaran aliran sungai di Kabupaten Aceh Timur yang terdiri dari 7 buah sungai berikut luasan daerah tangkapan airnya (catchment area) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel I.2

Sungai dan Cathment Area Kabupaten Aceh Timur

No. Daerah Aliran Sungai Cacthment Area (Km2) 1 Kr. Arakundo 5.595 2 Kr. Idi 146 3 Kr. Peurelak 1.260 4 Kr. Bayeun 365 5 Kr. Langsa 210

6 Kr. Sikajang/ Paya Ketenggar 99

7 Kr. Serbajadi/Kr.Tamiang 4.683

Sumber : Dinas PU Kabupaten Aceh Timur

3.1.3 Penggunaan Lahan

Berdasarkan data Badan Geologi Bandung Kabupaten Aceh Timur Tahun 2011, maka pola penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Aceh Timur dibedakan berdasarkan penggunaannya, yaitu cagar alam, hutan lindung,h produksi, perkebunan HGU, sawah, pertanian lahan kering, kebun campuran, tambak, permukiman dan pertambangan. Luas hutan lindung memiliki luasan dominan sebesar 166.593,07 Ha, dan cagar alam memiliki luas sebesar 184,42. Adapun rincian penggunaan lahan Kabupaten Aceh Timur Tahun 2011 adalah sebagai berikut :

(38)

Tabel I.3

Penggunaan Lahan Eksisting Tahun 2012 Sumber : Badan Geologi Bandung 2011

(39)

Materi Teknis

Peta 1.3 : Tutupan Lahan Eksisting

(40)

3.1.4 Kependudukan dan Sumber Daya Manusia 3.1.4.1 Jumlah dan Sebaran Penduduk

Penduduk di Kabupaten Aceh Timur pada tahun 2009 berjumlah 360.475 jiwa dengan kepadatan penduduk 60 jiwa/km2 sehingga kepadatan penduduk di kabupaten ini termasuk kepadatan sedang (51 – 250 jiwa/km2). Kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Idi Rayeuk yaitu 421 jiwa/km2, sedangkan kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Serbajadi yaitu 3 jiwa/km2.

Tabel I.4

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Aceh Timur Tahun 2010

No. Kecamatan Luas Wilayah (km2) Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk (jiwa/km²) 1 Banda Alam 90,95 7296 40,4 2 Birem Bayeun 253,68 25330 49,7 3 Darul Aman 131,50 17043 129,6 4 Darul Ihsan 54,50 5447 99,9 5 Idi Rayeuk 79,80 33136 415,2 6 Idi Tunong 74,70 8895 119,1 7 Indra Makmur 89,05 15772 177,1 8 Julok 234,36 23884 101,9 9 Madat 200,84 23218 115,6 10 Nurussalam 138,54 15038 108,5 11 Pante Bidari 233,25 21490 92,1 12 Peudawa 78,90 10247 129,9 13 Peureulak 318,02 39691 124,8 14 Peureulak Barat 92,30 13633 147,7 15 Peureulak Timur 182,70 12601 69,0 16 Rantau Peureulak 129,00 21945 170,1 17 Rantau Selamat 159,80 11223 70,2 18 Serbajadi 2.165,66 5766 2,7 19 Simpang Jernih 844,63 3397 4,0 20 Simpang Ulim 123,80 18136 146,5 21 Sungai Raya 189,00 10672 56,5 22 Idi Timur 54,95 5210 94,8 23 Darul Falah 40,93 2902 70,9 24 Peunaron 79,74 8206 102,9 Jumlah/Total 6.040,60 360.475 59,6 Sumber : Kabupaten Aceh Timur Dalam Angka Tahun 2011

(41)

Materi Teknis Peta 1.4

Gambar

Tabel III.1

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan penyusunan dokumen “Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman

Laporan Tahunan 2020 merupakan gambaran pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan pada tahun sebelumnya oleh Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat,

Sebelum pulang, penulis mengucapkan terima kasih dan menyampaikan bahwa penulis akan kembali untuk melakukan wawancara dengan kedua guru Pendidikan Agama Islam (PAI) tersebut.

Guru menerapkan model pembelajaran “ular tangga PAI ( SKI dan Fiqih )” untuk memahami konsep materi sistem yang akan diberikan dengan tahapan sebagai berikut :. • Permainan ini

Dalam proses penyusunannya, Rencana Kerja (Renja) Bappeda Kabupaten Klaten Tahun 2020, juga mempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang

Nutrisi yang harus dipenuhi mencakup senyawa anorganik, sumber energy (sucrose atau gula pasir), vitamin (misalnya asam.. nikotinat), pH yang tepat dan agar

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Korporasi dapat dikenakan sebagai pelaku turut serta atau penyertaan terhadap perbuatan organ-organ yang ada didalamnya,

Presentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Kabupaten/Kota dan Lapangan Pekerjaan Utama di Jawa Barat Percentage Population Aged 10 Years and Over Who