• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu (Thursan Hakim, 2001:26).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu (Thursan Hakim, 2001:26)."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan

1. Hakikat Motivasi

Studi motivasi telah menyita lebih kurang dua puluh lima persen dari studi psikologis olahraga. Studi mengenai motivasi manusia pada hakekatnya merupakan studi tentang tindakan manusia (Sudibyo Settyobroto, 1989:19). Yang dimaksud dengan motivasi : “Motivasi didefinisikan sebagai suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu” (Thursan Hakim, 2001:26). Menurut Prasetyo Irawan, Suciati dan IGK Wardani (2001:26), istilah motivasi adalah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu “movere” yang berarti menggerakkan. Senada dengan teori lainnya Slameto (2003:170) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:80) motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dan insentif. Keadaan inilah yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. Senada seperti teori di atas Bimo Walgito (1997:149) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu

(2)

kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat.

Menurut Oemar Hamalik (2005:106), motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Hal ini dikemukakan juga oleh Sardiman A. M. (2006:73), motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Istilah motivasi mengacu kepada faktor dan proses yang mendorong seseorang untuk bereaksi dalam berbagai situasi.

Setelah mengetahui beberapa teori di atas dapat disimpulkan, motivasi terdapat dari dalam diri sendiri yang ditandai oleh munculnya reaksi untuk mencapai suatu tujuan. Untuk memunculkan reaksi agar mecapai tujuan perlu adanya perhatian, relevan, kepercayaan diri dan kepuasan seperti yang dikemukakan Prasetya irawan, Suciati, dan IGK Wardani (1996:55-60) model ARCS (Attention, Relevance, Confidance, and Satisfaction).

a. Attention (Perhatian)

Perhatian siswa didorong oleh rasa ingin tahu. Oleh sebab itu rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan sehingga siswa akan memberikan perhatian, dan perhatian tersebut terpelihara selama proses beljar mengajar, bahkan lebih lama lagi. Rasa ingin tahu ini dapat dirangsang atau dipancing melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain

(3)

dalam rancangan pembelajaran, hal itu akan menstimulir rasa ingin tahu siswa. Namun yang perlu diperhatikan stimulir tersebut jangan terlalu berlebihan, sebab akan menjadikan hal yang biasaan dan kurang keefektifannya.

b. Relevance (Relevan)

Relevan menunjukkan adanya hubungan antara materi pelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi akan terpelihara apabila mereka menganggap apa yang dipelajari memnuhi kebutuhan pribadi, atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang. Kebutuhan pribadi dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu motivasi pribadi, motif instuental, dan motif cultural.

c. Confidance (Kepercayaan Diri)

Merasa diri kompeten atau atau mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan linkungan. Kopnsep tersewbut berhubunhgan dengan keyakinan pribadi siswa bahwa dirinya memiliki untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Hal ini seringkali dipengaruhi oleh pengalaman sukses dimasa yang lampau. Dengan demikian ada hubungan spiral antara pengalaman sukses dengan motivasi. Motivasi dapat menghasilkan ketekunan yang membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas berikutnya.

(4)

d. Satisfacation (Kepuasan)

Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan serupa. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa. Untuk memelihara dan meningkatkan motivasi siswa, duru dapat menggunakan pemberian penguatan berupa pujian, kesempatan dan lain-lain.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas sudah sangat jelas sekali bahwa, seseorang di dalam melakukan sesuatu tindakan pasti mempunyai suatu alasan yang dijadikan dasar, atas sebab apa dia melakukan tindakan tersebut. Pengertian motif tidak bisa dipisahkan dengan kebutuhan. Seseorang yang mempunyai kebutuhan dan motif akan melakukan suatu tindakan dan pasti ada tujuan yang ingin dicapai.

Setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang secara sadar maupun tidak, berusaha untuk mewujudkannya. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan merupakan awal timbulnya suatu perilaku, diperlukan adanya suatu dorongan (motivasi) yang mampu menggerakkan atau mengarahkan perilaku tersebut. Setiap manusia berbeda antara satu dengan lainnya, perbedaan itu selain pada kemampuannya dalam bekerja juga tergantung pada keinginannya untuk bekerja atau tergantung kepada keinginan, dorongan dan kebutuhannya untuk bekaerja. Keinginan untuk bekerja dalam hal ini disebut motivasi.

(5)

Menurut Sardiman A.M (1996:75) Motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka tersebut. Jadi motivasi itu dapat dirangkai oleh faktor dari luar tetapi motivasi adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Motivasi yang tumbuh dalam diri seseorang, yang sering kita kenal sebagai motivasi internal yang tumbuh karena adanya kebutuhan dan keinginan. Sedangkan motivasi yang tumbuh di luar diri seseorang disebut motivasi eksternal yang harus diciptakan dan diarahkan supaya dapat membantu tumbuhnya motivasi internal.

Kata motif disamakan artinya dengan kata-kata motive, motif, dorongan, alasan, dan driving force. Motif adalah daya pendorong atau suatu tenaga di dalam diri manusia yang menyebabkan menusia bertindak dengan cara tertentu. Motif berasal dari kata “movere” yang berarti menggerakan atau mendorong untuk berbuat (Singgih D Gunarsa, 1989:90). Karena itu motif diartikan sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat menurut Bimo Walgito, (1989:149). Motif inilah yang memiliki peranan sangat penting dalam mewujudkan tingkah laku seseorang. Dimana terdapat motif, disitu pula manusia akan terdorong untuk berbuat, bertindak, dan bertingkah laku untuk memenuhi tuntutan yang dikehendaki. Dengan demikian, dapat dikatakan motif sebagai suatu kondisi. Kondisi ini merupakan kekuatan atau dorongan yang

(6)

menggerakkan organisme untuk mencapai suatu tujuan atau seberapa tujuan tingkat tertentu. Jadi, dengan kata lain motif menyebabkan timbulnya suatu kekuatan agar individu itu berbuat dan bertingkah laku. Motif merupakan sumber kekuatan pendorong yang tidak akan pernah terlepaskan dari kehidupan manusia dalam bertingkah laku dan mendorong untuk berbuat, bertindak, bertingkah laku, untuk memenuhi tuntutan atau tujuan yang dikehendaki.

Menurut Sardiman A,M (1996:72), motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, motif dapat diartikan sebagai pengerak dalam diri subjek, untuk melakukan aktivitas - aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Sedangkan Martin Handoko (1992:2), motif dapat diartikan sebagai penggerak dalam diri subyek, untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencpai suatu tujuan. Sedangkan Martin Handoko (1992:2), mengatakan bahwa dalam suatu motif umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu unsur dorongan atau kebutuhan dan unsur tujuan. Kaitannya antara motif dengan motivasi sangat erat, seperti yang dikemukakan E kast dan E Rosenzwig (1970:15) motive adalah suatu dorongan yang datang dari dalam diri seseorang untuk melakukan atau sedikitnya suatu kecenderungan menyumbangkan perbuatan atau tingkah laku tertentu untuk mencapai hasil yang di inginkan. Menurut Hamzah B.Uno (2008:3), isitlah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dari dalam individu yang menyebabkan bertindak atau

(7)

berbuat. Jadi sangat erat kaitannya antara motif dan motivasi dan sama sama mengandung arti suatu dorongan untuk mencapai hasil yang di inginkan atau dicapai.

Motivasi lebih cenderung menjelaskan hal - hal yang bersifat umum dan menunjukkan proses secara keseluruhan termasuk situasi yang mendorong seseorang dalam bertindak. Motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan dan memberikan kekuatan yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberikan kepuasan, ataupun mengurangi ketidak seimbangan.

Dari pendapat beberapa pakar di atas dapat disimpulkan bahwa, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Makin kuat dorongan tersebut maka makin optimal pula berupaya agar sesuatu yang dituju dapat tercapai, di mana kalau sesuatu yang diinginkan itu dapat tercapai maka akan merasa berhasil dan juga akan merasa puas.

Secara umum dikenal motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Menurut Thonbung yang dikutip dari Elida Prayitno, (1989 : 2 ) dapat dijabarkan sebagai berikut: motivisi intinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri individu atau dengan kata lain individu terdorong untuk bertingkah laku kearah tujuan tertentu tanpa adanya faktor dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya karena pengaruh rangsangan dari luar,

(8)

motivasi bukan merupakan perasaan atau keinginan yang sebenarnya yang ada pada diri orang tua.

a. Motivasi Intrinsik

Menurut Oemar Hamalik (2001: 162), “Motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar fungsional”.

Selanjutnya sering disebut motivasi murni karena timbul dari dalam diri sendiri, misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan, memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, sumbangan terhadap usaha kelompok, keinginan diterima oleh orang lain dan sebagainya, (Oemar Hamalik, 2001: 162).

b. Motivasi Ekstrinsik

Menurut Oemar Hamalik (2001: 162), “motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar”. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi motivasi seseorang. Menurut pendapat Muljarto Tjokrowinoto dalam Sriawan (2001: 8), sebagai berikut: Motif yang dapat bergerak menjadi penggerak bagi seseorang untuk berbuat sesuatu merupakan produk dari berbagai situasi khusus yang melatar belakangi kehidupan seseorang seperti pengalaman pribadi, lingkungan sosial maupun fisik, keturunan dan sebagainya.

(9)

c. Karakteristik motivasi

Karakteristik umum motivasi menurut Thonburgh yang dikutip oleh Elida Prayitno (1989 : 26), ada lima yaitu:

1. Tingkahlaku yang bermotivasi adalah digerakan, pendorongnya mungkin kebutuhan dasar dan mungkin kebutuhan yang dipelajari.

2. Tingkahlaku yang bermotivasi memberi arah apabila seseorang memilih sumber yang dapat menimbulkan perilaku seseorang, maka berati sedang mencari tujuan untuk diharapkannya.

3. Motivasi menimbulkan intensitas bertindak, apabila seseorang individu hebat dibidang akademik, maka individu tersebut akan termotivasi untuk membuktikannya.

4. Motivasi itu selektif, karena tingkahlaku mempunyai arti dan terarah kepada tujuan, maka seseorang akan memilih tingkahlaku yang tepat untuk mencapai tujuan atau memuaskan kebutuhan. 5. Motivasi merupakan kunci untuk pemuasan kebutuhan dengan

merasa adanya kekurangan pada diri seseorang, maka ia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan itu.

2. Hakikat Motivasi Belajar

Menurut Oemar Hamalik (2005:36) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotor, maupun sikap. Agar kegiataan ini

(10)

terwujud, harus ada motivasi, yang disebut motivasi belajar (Max Darsono, 2000:64). Di dalam kehidupan sehari-hari, kebanyakan motif dan motivasi itu dipelajari, termasuk dalam motivasi belajar. Oleh karena itu motivasi dapat timbul tenggelam atau berubah, disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi belajar siswa.

Setelah mengetahui beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar sangat berpengaruh dengan beberapa faktor agar kegiatan bisa terwujud. Motivasi sangat erat mempengaruhi belajar siswa, jika motivasi siswa dalam pembelajaran itu rendah maka besar kemungkinan terjadi kemalasan atau kurang nya prestasi dalam pelajaran dan jika motivasi siswa itu tinggi dalam pelajaran maka siswa akan selalu rajin dalam proses pembelajaran serta prestasi akan mudah di dapat. Untuk itulah seorang pendidik memunculkan motivasi pada diri siswanya.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Salah satunya seperti yang dikemukakan Slameto (2003:54-72), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut :

1) Faktor Intrinsik a. Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh

(11)

terhadap belajarnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.

b. Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda atau hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.

c. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu dikuti dengan perasaan senang dan dari itu diperoleh kepuasan.

(12)

d. Bakat

Bakat atau “aptitude” menurut Hilgard adalah : ”the city to learn”. Dengan perkata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Bakat itu mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena senang belajar.

2) Faktor Ekstrinsik a. Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Akibatnya siswa menjadi malas untuk belajar. Guru yang progesif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang tepat, efisien dan efektif.

b. Alat pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang

(13)

diajarkan. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa.

c. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri siswa. Lingkungan siswa, sebagaimana juga lingkungan individu pada umumnya, ada tiga, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Guru harus berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menampilkan diri secara menarik, dalam rangka membantu siswa termotivasi dalam balajar. Lingkungan fisik sekolah, sarana dan prasarana, perlu ditata dan dikelola, supaya menyenangkan dan membuat siswa betah belajar. Kecuali kebutuhan siswa terhadap sarana dan prasarana, kebutuhan emosional psikologis juga perlu mendapat perhatian. Kebutuhan rasa aman misalnya, sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Kebutuhan berprestasi, dihargai, diakui, merupakan contoh-contoh kebutuhan psikologis yang harus terpenuhi, agar motivasi belajar timbul.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik.

(14)

Yang termasuk dalam faktor instrinsik adalah kesehatan, perhatian, minat, dan bakat. Sedangkan yang termasuk dalam faktor ekstrinsik adalah metode mengajar, alat pelajaran, dan kondisi lingkungan. Oleh karena itu bagi para guru pendidikan jasmani hendaklah memperhatikan faktor-faktor ini sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

4. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses dalam pendidikan, proses pendidikan adalah proses tranformasi perubahan kemampuan potensi individu peserta didik menjadi kemampuan nyata untuk meningkatkan taraf hidupnya lahir dan batin. Proses pembelajaran adalah suatu sistem yang meliputi komponen yang membentuk suatu kesatuan. Adapun komponen yang membentuk satu kesatuan tersebut adalah tujuan pengajaran, bahan atau materi pengajaran, kegiatan pembelajaran, alat dan fasilitas pembelajaran, dan evaluasi atau penilaian.

Adapun kajian mengenai proses pembelajaran seperti yang dikemukakan Jhon Latu Here (1988 : 4) proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam pendidikan. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara siswa dan guru. Guru aktif menerangkan dalam proses pembelajaran dan siswa juga aktif memperhatkan guru saat menerangkan.

Senada dengan teori di atas Wawan Rachman (1999 : 1 - 10), pembelajaran adalah perlakuan yang bertujuan untuk mengingatkan

(15)

peeserta didik dengan metode, media, dan pendekatan tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Banyak metode untuk meningkatkan belajar siswa agar siswa tidak jenuh dalam proses pembelajaran. Dengan metode-metode tersebut dapat mengurangi kejenuhan dalam proses pembelajaran.

Dari pengertian di atas, maka dapat ditegaskan bahwa pembelajaran merupakan aktifitas interaksi antara guru dengan siswa mengenai materi yang menggunakan metode dan alat bantu pembelajaran. Untuk memberikan rasa senang dan tidak jenuh hendakklah guru lebih kreatif dalam memberikan pengajaran, bagaimana metode pengajaran yang senang dan tetap serius.

5. Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani adalah pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup aktif, dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani (Depdikbud, 2003:2). Segala aktifitas jasmani memengaruhi keterampilan motorik dan perilaku, untuk itulah penjas mengajarkan sikap perilaku sportif agar mengajarkan siswa untuk tidak curang atau mencurangi. Serta penjas mengajarkan perilaku disiplin.

Pendidikan jasmani merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan aktivitas otot-otot besar hingga proses pendidikan yang berlangsung tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan. Selain otot besar yang digunakan kerja otak juga berperan serta

(16)

dalam meningkatkan mutu penjas. Mengikuti penjas dapat mengurangi kejenuhan belajar di dalam kelas. Menurut Eddy Suparman (1994: VII) tujuan pendidikan jasmani di sekolah umum ialah membantu siswa dalam peningkatan kesegaran jasmani dan kesehatan melalui pengalaman dan penanaman sikap positif, serta kemampuan gerak dasar dan berbagai aktifitas jasmani.

Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan meliputi Pengembangan aspek fisik, pengembangan psikomotor, pengembangan kognitif dan pengembangan afektif. Untuk memunculkan semua itu maka perlu termotivasinya siswa dalam mengikuti pembelajaran jasmani.

6. Karakteristik Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)

Tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak atau siswa akan selalu mengalami perubahan peningkatan terhadap pembentukan karakteristik, baik sejak dari lahir, masa anak-anak, remaja, hingga menuju dewasa. Siswa tingkat SMA, kira-kira berumur antara 16-18 tahun mempunyai karakteristik yang khas baik secara jasmani, psikis atau mental, dan sosial. Tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, dimana setiap individu memiliki karakteristik pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain dari bawaan atau faktor keturunan, lingkungan dan sebagainya. Karakteristik anak SMA menurut Sukintaka (1992:45-46)

(17)

yaitu Jasmani, kekuatan otot dan daya tahan otot berkembang dengan baik, senang kepada keterampilan yang baik, bahkan mengarah pada gerak akrobatik, anak laki-laki keadaan jasmani sudah cukup matang, anak putri proporsi tubuhnya masih menjadi baik, mampu menggunakan energi dengan baik. Psikis atau mental, banyak memikirkan dirinya sendiri, mental menjadi stabil dan matang, sangat senang terhadap hal-hal yang ideal. Sosial, sadar dan peka terhadap lawan jenis, lebih bebas, senang kepada kebebasan diri berpetualang, pandangan kelompoknya sangat menentukan sikap pribadinya.

a. Perkembangan Motorik

Karena anak telah mencapai petumbuhan dan pekembangan menjelang masa dewasanya, keadaan tubuhpun menjadi lebih kuat dan lebih baik, maka kemampuan motorik dan keadaan psikisnya juga telah siap menerima latihan-latihan peningkatan keterampilan gerak menuju prestasi olahraga yang lebih tinggi. Oleh sebab itu mereka siap dilatih secara intensif.

Masa usia menegah bertepatan dengan masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khususnya dan peranan yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa, (Syamsu Yusuf, 2000:26 -27) masa ini dapat diperinci lagi menjadi beberapa masa, yaitu :

(18)

Masa pra remaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat, masa ini disebut masa negatif dengan gejalanya seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, pesimistik dan sebagainya. Secara garis besar sifat-sifat negatif tersebut dapat diringkas, yaitu : a) negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun mental dan, b) negatif dalam sikap sosial, baik dalam bentuk menarik diri dalam masyarakat (negatif positif) maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat (negatif aktif).

2) Masa remaja

Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, temen yang dapat turut merasakan suka dan dukanya. Pada masa ini, sebagai masa mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja-puja sehingga masa ini disebut masa merindu puja (mendewasakan), yaitu sebagai gejala remaja.

Proses terbentuknya pendidikan atau pandangan hidup atau cita-cita hidup itu dapat dipandang sebagai penemuan nilai-nilai kehidupan. Proses penemuan nilai-nilai-nilai-nilai kehidupan tersebut adalah pertama, karena tidak adanya pedoman, remaja merindukan sesuatu yang dianggap bernilai, pantas dipuja walaupun sesuatu yang dipujanya belum mempunyai bentuk

(19)

tertentu, bahkan sering kali remaja hanya mengetahui apa yang diinginkan. Kedua, objek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas yaitu pribadi-pribadi yang dipandang mendukung nilai-nilai tertentu. Pada anak laki-laki sering aktif meniru, sedangkan pada anak perempun kebanyakan pasif, mengagumi, dan memujanya dalam khayalan.

3) Masa remaja akhir

Setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhinya tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup dan masuklah individu ke dalam masa dewasa.

Kaitannya teori di atas dengan penelitian ini adalah dimaksudkan dengan karakteristik siswa kelas XI SMA diKota Yogyakarta yang mempunyai kriteria umur 15-17 tahun. Keadaan anak pada masa ini terjadi kemurungan dan fantasi yang berlebihan. Keadaan ini rasa tidak mampu sehingga enggan untuk bergerak. Selain itu ada beberapa keburukan dari karakteristik siswa SMA antara lain : mudah gelisah, emosi kurang terkontrol, dan takut untuk gagal. Dengan kondisi seperti ini maka siswa memerlukan dorongan atau motivasi agar tidak terjadi hal tersebut. Dalam hal ini seorang guru pendidikan jasmani berperan dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa di sekolah baik pada saat pembelajaran maupun di luar pembelajaran.

(20)

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Yoga Purwono tahun 2009 dengan judul “Motivasi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Mlati Sleman dalam mengikuti Pembelajaran Pendidikan Jasmani“. Penelitian ini bertujuan mengetahui tinggi rendahnya motivasi siswa kelas VII dalam mengikuti penjas. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan teknik pengambilan datanya berupa angket. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Mlati Sleman, dengan jumlah 110 siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi kelas VII SMP Negeri 1 Mlati dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani berkategori sedang 48(43,64%). Faktor motivasi instrinsik dan ekstrinsik siswa kelas VII SMP Negeri 1 Mlati yaitu: Intrinsik 35(31,82%) tinggi, sedangkan ekstrinsik 51(46.36%) sedang.

2. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Nur Huda tahun 2007 dengan judul “Motivasi Siswa Kelas XI dalam Mengikuti Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SMA Muhammadiyah 1 Semarang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi motivasi yang Mempengaruhi Siswa Kelas XI Dalam Mengikuti Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SMA Muhammadiyah 1 Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi intrinsik pada diri siswa kelas XI SMA Muhammadiyah I Semarang tahun 2006 / 2007 mampu mempengaruhi motivasinya dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani dan dalam kategori tinggi (72,27%), factor eksentrik dalam

(21)

kategori tinggi pula (67,19%). Tingginya pengaruh factor intrinsic terhadap motivasi siswa disebabkan siswa telah memiliki derajat kesehatan yang tinggi (80,46%), selain itu memiliki perhatian yang tinggi pada mata pelajaran pendidikan jasmani (72,56%), minat dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani (68,59%), bakat dalam bidang olahraga (66,98%). Sedangkan tingginya pengaruh factor eksentrik disebabkan karena metode mengajar guru memiliki variasi yang tinggi (73,52%), alat pembelajaran dan kelengkapan pembelajaran pendidikan jasmani tinggi (61,30%), Waktu pembelajaran memiliki kesesuaian dengan kondisi siswa yang sedang (59,51%), kondisi lingkungan memiliki dukungan yang tinggi (70,74%).

C. Kerangka Berpikir SISWA MOTIVASI EKSTRINSI K INTRINSIK  PRESTASI  KEBERHASILAN  PELAJARAN

(22)

Siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani dipengaruhi oleh motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan siswa itu sendiri. Motivasi ini sering disebut motivasi murni yang timbul dari dalam diri peserta didik, misalnya keinginan untuk mendapatkan ketrampailan tertentu, mengembangkan sikap untuk berhasil dan keinginan untuk diterima dikelompok lain. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti : ijazah, hadiah, medali, pertentangan dan persaingan yang bersifat negatif adalah ejekan (ridicule) dan hukuman. Motivasi ekstrinsik tetap diperlukan di sekolah, Karena pelajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat atau tidak sesuai kebutuhan peserta didik. Ada kemungkinan peserta didik belum menyadari pentingnya bahan pelajaran yang disampaikan guru. Dalam keadaan ini peserta didik perlu dimotivasi agar belajar. Guru berupaya membangkitkan motivasi belajar peserta didik sesuai dengan keadaan peserta didik itu sendiri.

Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal. Oleh karena itu motivasi begitu berarti, dengan motivasi belajar siswa akan mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Sehingga siswa kelas XI SMA diKota Yogyakarta dapat termotivasi dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani dan tujuan pendidikan bisa tercapai secara maksimal.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang akan dilakukan adalah terfokus pada implementasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/MENKES/PER/X/2011 Tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

Dilihat dari prinsip kesantunan, dalam tuturan ini Arsene Wenger mematuhi maksim kebijaksanaan, karena dengan mengatakan bahwa dia tidak melihat insiden

Berdasarkan keseluruhan hasil perhitungan dari pengolahan data yang telah dilakukan dan pengujian hipotesis maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa mahasiswa memberikan respon

a) Definisi Konseptual : motivasi adalah suatu dorongan yang berasal dari diri individu untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. b) Definisi

Tidak jarang kemudian, pendekatan ”iming-iming” yang dilakukan oleh faskel untuk menarik minat perempuan terlibat dalam P2KP pada akhirnya justru melemahkan program

Kesulitan lain yang ditemukan adalah kemampuan dalam mengembangkan indikator pencapaian kompetensi; materi yang disusun hanya dari buku guru saja; sulit mencapai

Tetapi hasil penelitian di atas bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utamie (2009) dan Warsidi (2004) dimana dalam hasil penelitiannya