• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP

PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KARET

(

Hevea brasiliensis

)

Oleh : H E N D R I NIM: 070 500 104

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(2)

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP

PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KARET

(

Hevea brasiliensis

)

Oleh : H E N D R I NIM: 070 500 104

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya

Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Karet (Hevea brasiliensis).

Nama : Hendri

NIM : 070 500 104

Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Pengelolaan Hutan

Lulus ujian pada tanggal 31 Agustus 2010.

Dosen Penguji, Jamaluddin, SP, M.Si NIP. 19720612 200112 1 003 Dosen Pembimbing, Nurlaila, SP, MP NIP. 19711030 200112 1 001 Mengesahkan Direktur,

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Ir. Wartomo, MP NIP. 19631028 198803 1 003

(4)

ABSTRAK

HENDRI. Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis). Dibawah bimbingan NURLAILA.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui komposisi media tanam yang tepat bagi pertumbuhan bibit tanaman karet.

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu sejak tanggal 2 Maret 2010 sampai pada tanggal 2 Juni 2010. Terhitung dari persiapan alat dan bahan hingga pengolahan data. Penelitian ini dilaksanakan di areal kampus Politekik Pertanian Negeri Samarinda Jl. Samratulangi RT 34. Kelurahan Sungai Keledang Kecamatan Samarinda Seberang.

Penelitian ini terdiri dari tiga taraf perlakuan komposisi media yaitu media tanah topsoil 75% dan pasir 25% (m1), media tanah topsoil 50% dan pasir 50% (m2) dan media tanah topsoil 25% dan pasir 75% (m3).

Perlakua n media tanah topsoil 50% dan pasir 50% menunjukan hasil lebih baik pada pertambahan tinggi yaitu sebesar 1,75 cm dan pertambahan jumlah daun tanaman yaitu sebesar 0,60 helai dibandingkan dengan perlakuan komposisi media lainnya yaitu tanah topsoil 75% dan pasir 25% (1,38 cm dan 0,50 helai) dan media tanah topsoil 25% dan pasir 75% (1,47 cm dan 0,50 helai).

(5)

RIWAYAT HIDUP

HENDRI, lahir di desa Pagar Kecamatan Sembakung Kabupaten Nunukan pada tanggal 16 Juli 1987 anak pertama dari lima bersaudara. Ayah bernama Lata dan Ibu bernama Kupung.

Jenjang pendidikan dimulai dari SD Negeri 007 Pagar Kecamatan Sembakung Kabupaten Nunukan lulus pada tahun 1999. Melanjutkan ke SMP Negeri 1 Sembakung lulus pada tahun 2004. Melanjutkan ke SMA Katolik Tarakan jurusan IPS kemudian pindah sekolah pada tahun 2006 di SMA Sembakung dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 diterima sebagai mahasiswa di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Pengelolaan Hutan. Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.

Pada tanggal 2 Maret sampai pada tanggal 2 Mei 2010 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Karangjuang Hijau Lestari Sebuku, Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan tuntunan-Nya, sehinga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang bertema ”Pengaruh Komposisi Media Terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis).

Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayah dan Ibu yang telah memberikan motivasi dan do’a kepada penulis selama ini.

2. Bapak Ir. Wartomo, MP. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

3. Ibu Ir. Budi Winarni, M.Si. selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.

4. Bapak Rusli Anwar, SP, M.Si. selaku dosen pembimbing yang memberikan bantuan berupa arahan dan bimbingan kepada penulis di awal penelitian. 5. Ibu Nurlaila. SP, MP selaku dosen pembimbing yang melanjutkan

memberikan pemahaman dan arahan kepada penulis. 6. Bapak Jamaluddin, SP, M.Si selaku dosen penguji.

7. Rekan-rekan mahasiswa/i yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan karya ilmiah ini.

Semoga apa yang diberikan kepada penulis baik doa maupun dukungan moral semoga dapat dibalas oleh Tuhan Yesus Kristus. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan, maka dari itu penulis sangat mengarapkan kritik dan saran dari pembaca yang guna untuk menyempurnakan karya ilmiah ini

Penulis berharap semoga hasil dari penelitian ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR LAMPIRAN... vi I. PENDAHULUAN... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA... 2

A. Tinjauan Umum Tanaman Karet ... 2

B. Botani Tanaman Karet... 2

C. Syarat Tumbuh Tanaman Karet... 4

D. Pembibitan Tanaman Karet ... 6

E. Media Tanam ... 9

III. METODE PENELITIAN A.Tempat dan Waktu... 12

B.Alat dan Bahan ... 12

C.Prosudur Kerja ... 12

D.Pengambilan dan Analisia Data ... 15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 16

B. Pembahasan ... 17

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 19

B.Saran ... 19

DAFTAR PUSTAKA... 20

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Data pengamatan tinggi bibit tanaman dengan komposisi media

tanam terhadap pertumbuhan bibit tanaman karet ... 23

2. Data pengamatan tinggi bibit tanaman dengan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan bibit tanaman karet ... 23

3. Data pengamatan jumlah daun bibit tanaman dengan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan bibit tanaman karet ... 23

4. Data pengmatan jumlah daun bibit tanaman dengan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan bibit tanaman karet ... 23

5. Data pengmatan diameter batang dengan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan bibit tanaman karet ... 23

6. Gambar penyiangan bibit tanaman karet umur 1 bulan... 24

7. Gambar bibit tanaman karet umur 1 bulan... 24

(9)

I.

PENDAHULUAN

Tanaman karet adalah tanaman perkebunan yang me rupakan komoditas dengan nilai ekonomis tinggi, apabila dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan sebagai pemasok devisa negara. Telah banyak upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi antara lain ekstensifikasi maupun meningkatkan produksi sub sektor yaitu melalui program intensifikasi, eksentifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi.

Untuk meningkatkan produksi diperlukan bibit dalam jumlah besar dan sehat dengan teknik budidaya yang benar dalam penyediaan bibit tanaman karet, karena pembibitan merupakan bagian awal yang sangat menentukan keberhasilan dalam setiap usaha perkebunan. Oleh sebab itu pembibitan harus benar-benar diperhatikan dan dikelola dengan baik (Anonim, 2008).

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuai pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan bibit tanaman karet.

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada pihak-pihak yang memerlukan pengetahuan tentang penyediaan bibit karet dengan menggunakan komposisi media tanam yang tepat.

(10)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A.Tanaman Karet.

1. Taksonomi tanaman karet

Spesies tanaman karet di Indonesia pada umumnya adalah Havea

Brasiliensis dan famili Euphorbiaceae ordo Tricocaea. Tanaman ini

pertama kali ditanam di Sumatra Utara pada tahun 1903. Sedangkan di Jawa pertama kali ditanam di sekitar Garut pada tahun 1906. Sehingga lama kelamaan perkebunan karet meluas mulai dari Jawa, Sumatera sampai di Kalimantan (Yusuf dan Sulaiman, 1983).

Menurut Anonim (1999), dalam dunia tumbuhan tanaman karet tersusun dalam sistematika sebagi berikut :

Division : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotylidoneae Family : Euphorbiaceae Genus : Havea

Spesies : Havea Brasiliensis

B.Botani Tanaman Karet.

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon tanaman dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan tinggi diatasnya. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.

(11)

1. Daun Karet

Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai anak daun mencapai 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun membentuk ellips, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul serta tidak tajam.

2. Bunga Karet

Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang terdapat dalam ma lai payung tamabahan yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonjong. Pada ujungnya terdapat lima tajuk yang sempit, panjang tenda bunga 4-8 mm. Bunga betina berambut vilt, ukurannya sedikit lebih besar dari yang jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dib uahi dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah.

3. Buah Karet

Buah karet memiliki ruang yang jelas. Masing- masing ruang berbentuk setenga h bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai enam ruang, garis tengah buah 3-5 cm. Bila buah sudah masak, maka akan pecah sendirinya. Pemecahan terjadi dengan kuat menurut ruang-ruangnya. Pemecahan biji ini berhubung dengan pengembangbiakan tanaman karet secara alami.

(12)

4. Biji Karet

Biji karet terdapat dalam ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya tiga kadang enam, sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras, warna coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas.

5. Akar Karet

Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar (Setjamidjaja, 1993).

C.Syarat Tunbuh Tanaman Karet. 1. Iklim

Tanaman karet tumbuh dengan baik di daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15° LS dan 15° LU. Bila ditanam di luar zone tersebut, pertumbuhannya agak lambat, sehingga memulai produksinya pun lebih lambat. Tanaman karet tumbuh optimal di dataran rendah, yakni pada ketinggian sampai 200 meter di atas permukaan laut. Makin tinggi letak tempat, pertumbuhannya makin lambat dan hasilnya lebih rendah. Ketinggian lebih dari 600 meter dari permukaan laut tidak cocok lagi untuk tanaman karet.

(13)

2. Curah Hujan

Curah hujan tahunan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet minimal 2.000 mm/tahun dan optimal antara 2.500-4.000 mm/tahun yang terbagi dalam 100-150 hari hujan, pembagian hujan dan waktu jatuhnya hujan rata-rata setahunnya mempengaruhi produksi, daerah yang sering mengalami hujan pada pagi hari prouksinya akan berkurang. Tanaman karet tumbuh optimal di daerah, dengan ketinggian 200 m diatas permukaan laut. Keadaan iklim di Indonesia yang cocok untuk tanaman adalah daerah Indonesia bagian barat, yaitu Sumatra, Jawa dan Kalimantan sebab iklimnya lebih basah.

3. Suhu

Untuk pertumbuhan tanaman karet yang baik memerlukan suhu antara 25-35°C dengan suhu optimum rata-rata 28°C.

4. Angin

Angin juga dapat mempengaruhi pertumbuhan pertanaman karet, angin yang kencang dapat mematahkan tajuk tanaman. Di daerah berangin kencang dianjurkan untuk ditanamai penahan angin di sekeliling kebun. Selain itu angin menyebabkan kelembaban udara di sekitar tanaman menipis. Dengan keadaan demikian akan memperlemah turgor tanaman. Tekanan turgor yang lemah berpengaruh terhadap keluarnya lateks pada waktu sadap, walaupun tidak berpengaruh nyata, tetapi angin akan berpengaruh terhadap jumlah produksi yang diperoleh.

(14)

5. Tanah

Tanaman karet dapat tunbuh pada berbagai jenis tanah, baik tanah vulkanis tua, alluvial dan bahakan tanah gambut.

Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet adalah sebagai berikut:

1) Solum cukup dalam, sampai 100 m atau lebih, tidak terdapat batu-batuan. 2) Aerasi dan drainase baik.

3) Remah, porus dan dapat menahan air. 4) Tekstur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir.

5) Tidak bergambut dan jika ada tidak lebuh tebal dari 30 cm. 6) Kandungan unsur hara cukup dan tidak kekurangan unsur mikro. 7) Kemiringan tidak lebih dari 16%.

8) pH 4,5 - 6,6.

9) Permukaan air tanah tidak kurang dari 100 cm (Setyadmidjaja, 1993). D.Pembibitan Tanaman Karet.

1. Pengumpulan Biji

Untuk pengumpulan biji, terlebuh dahulu kebun harus dibersihkan dari gulma. Penyiangan gulma biasa dilakukan secara mekanis maupun secara kimiawi, paling lambat satu bulan sebelum biji berjatuhan. Dua hari sebelum pengumpulan biji yang sebenarnya dilakukan pengumpulan atau melakukan pemungutan biji pendahuluan. Hal ini dianggap perlu karena biji hasil pemungutan pendahuluan tidak dikertahui pasti sejak kapan biji itu jatuh. Biji hasil pemungutan pemungutan pendahuluan jangan dipakai

(15)

sebagai bibit pemungutan biji dalam satu areal paling lambat dua hari sekali. Biji dari setiap pengumpulan ditakar lalu diserahkan kepada petugas yang menampung keseluruhan biji. Setelah biji terkumpul, dilakukan pengambilan contoh menurut kesegarannya.

2. Seleksi Biji

Metode pemilihan biji yang baik berdasarkan atas penilaian kemurnian klon, ukuran biji dari masing- masing klon, kementalan kesegaran biji dan daya kecambah biji. Cara yang paling sederhana dan paling tua, yang dianggap baik untuk menilai biji karet adalah dengan cara membelah. Pelaksanaan penilaian kesegaran ini cukup dengan mengambil contoh 100 biji karet dari setiap 200 liter biji lalu dipecahkan dengan palu atau batu.

Penilaian kesegaran ditentukan atas dasar warna penampakan dan keadaan belahan biji seperti dibawah ini:

1) Biji yang baik adalah biji yang tampak mengkilat kulit luarnya.

2) Belahan biji karet yang masih berwarna putih murni sampai kekunung-kuningan dinilai baik.

3) Sedangkan belahan yang suda berwarna kekuningan berminyak atau kekuningan kecoklatan sampai hitam dan berkeriput dinilai kurang baik atau jelek.

Dari kriteria diatas disimpulkan, biji yang baik adalah biji yang persentase baiknya mencapai minimum 80% sedangkan kurang dari 80%

(16)

merupakan biji yang jelek. Persentase baik merupakan biji yang memiliki kesegaran dan dapat dipertanggung jawabkan (Anonim, 1998).

3. Persemaian

a. Syarat bibit tanaman karet

Lokasi harus dekat dengan air, dekat dengan lokasi peremaian tanaman. Jika perlu kantong plakstik diletakkan di areal perema ian.

Media tanam harus mengunakan tanah yang subur dan bercampur pasir denga n ketebalan 0-20 cm, dan tidak bercampur dengan pupuk atau yang lainnya. Tanah hendaknya bertekstur galuh berat dan bertekstur sempurna.

b. Pengisian tanah ke polybag dan peletakan dilokasi pembibitan. Tanah dimasukan ke dalam polybag yang berukuran 25 x 20 cm yang menampung media seberat 3 kg dan bagian kantong bawah polybag dilubangi.

Setelah polybag terisi kemudian diletakan ditempat teduh tetapi terkena sinar matahari pagi dan sore. Sebelum polybag diletakkan terlebih dahulu diratakan tempat agar tidak rebah. Setelah rata kemudian letakkan polybag dengan jarak antara barisan 30 cm dalam barisan 20 cm dan setiap dua baris polybag dibuat jalan selebar 75 cm (Anonim, 1998).

(17)

E.Media Tanam

Media tanam merupakan salah satu syarat apabila kita ingin bercocok tanam. Kondisi media tanam yang meliputi sifat fisik, kimia dan biologis sangat mempengaruhi hasil bercocok tanam baik kualitas. Menurut Dina (1994), media tanam dapat didefinisikan sebagai tempat tinggal bagi tanaman. Tempat tinggal yang baik adalah yang dapat mendukung pertumbuhan dan kehidupan tanaman. Oleh karenanya media tanam harus memenuhi berbagai persyaratan antara lain :

1. Dapat dijadikan tempat berpijak tanaman.

2. Mampu mengikat air dan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.

3. Mempunyai drainase dan aerasi yang baik.

4. Dapat mempertahankan kelembaban disekitar akar tanaman. 5. Tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman.

6. Tidak mudah lapuk.

7. Mudah didapat dan harganya relative murah. 1. Topsoil.

Topsoil adala h tanah lapisan atas yang banyak mengandung unsur hara, tanah ini sangat cocok untuk media tumbuh suatu tanaman, tanah ini didapat pada permukaan tanah paling atas, rata-rata tanah ini berwarna hitam dan terbuat dari proses dekomposisi pada dedaunan yang telah jatuh dan membusuk (Hanafiah, 2005).

(18)

Topsoil pada umumnya hanya memiliki ketebalan sekitar 15 cm - 35 cm atau kurang lebih sejengkal. Selain itu, pada lapisan tanah ini

hidup mikroflora dan mikrofauna atau jasad renik biologis seperti bakteri, cacing tanah, serta berbagai serangga tanah, yang masing- masing dapat menguntungkan dan menyuburkan tanah (Wuianto, 2005).

Topsoil biasanya berwarna coklat muda, lebih kehitam- hitaman atau lunak, lapisan ini adalah tempat tumbuh tanaman bahkan tanah ini disebut juga sebagai tanah olahan atau tanah pertanian, pada lapisan tanah topsoil ini banyak mengandung jasad hidup mokroorganisme (Darmawijaya, 1975).

2. Pasir

Pasir adalah tanah lepas- lepas, dapat dilihat dengan rabaan bila kering dia terurai bila basah ia menggumpal namun remah.

Pasir adalah butir tanah yang lebih kecil daripada kerikil juga berasal dari pecahan batuan yang beraneka bentuknya; kebulat-bulatan, bersudut berkeping. Butir-butir pasir yang dibawa air hujan kesungai berwarna abu-abu tidak mengkilat karena bercampur dengan tanah atau butir-butir yang lain. Menurut besar kecilnya butir tanah. Tanah pasir adalah tanah yang banyak mengandung pasir, kandungan pasirnya kurang lebih 70% sedang lain- lainnya adalah tanah (Anonim, 1988).

Pasir adalah tanah yang berbentuk butiran-butiran kecil apabila digenggam akan lepas- lepas, dapat pula dilihat dengan rabaan bila kering terurai bila basah ia menggumpal namun remah. Pasir dapat dipilih sebagai

(19)

media tanam untuk menggantikan fungsi tanah karena pasir masih dianggap memadai oleh karena itu penggunaan pasir sebagai media tanam jauh lebih baik bila dikombinasikan dengan bahan lainnya (Dina, 1994).

(20)

III.

METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu

Tempat penelitian dilaksanakan di areal persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan dilaksanakan selama 3 bulan sejak tanggal 2 Maret sampai 2 Juni 2010.

B.Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam pene litian antara lain : alat tulis, ember, parang, cangkul, kertas buram, gembor, mikrokalifer, meteran, ayakan.

Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu: biji tanaman karet, polybag berukuran 25 x 20 cm, tanah topsoil, pasir, plastik label, air.

C.Prosedur Kerja

1. Pers iapan tempat persemaian dan bibit a. Persiapan Are al

Areal yang digunakan dalam penelitian ini memiliki pencahayaan optimal, dekat dengan sumber air, jauh dari ganguan hama dan penyakit serta mudah diawasi. Areal kemudian dibersihkan dan tanahnya diratakan agar mempermudah proses penyusunan polybag.

b. Penyiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah tanah topsoil dan pasir dari areal kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda yang sebelumnya sudah diayak serta dibersihkan dari kotoran dan gulma, tanah dan pasir

(21)

tersebut dicampur sesuai dengan perbandingan perlakuan kemudian dimasukkan ke dalam polybag.

c. Penyiapan Benih

Benih yang digunakan adalah benih yang berumur satu bulan, berasal dari Hutan Tanaman Industri (HTI) di areal kampus Politeknik Pertanian Negeri. Benih diambil sebanyak 100 butir yang sudah diseleksi dengan cara melihat warna kulit, membantingkan ke lantai dan memecakan dengan menggunakan batu kemudian disemaikan dalam bak semai

d. Penyemaian Benih

Penyemaian benih dilakukan di bak semai dengan ukuran 100 x 50 cm, jarak semai 2 x 1 cm, lebar papan bak 15 cm, dengan media tanam pasir. Penyemaian dengan cara membenamkan benih sampai rata dengan permukaan pasir bagian dada kearah bawah, dilakukan penyiraman sampai pasir menjadi lembab hingga benih berkecambah setelah sudah berumur satu bulan siap disapih untuk dipindah ke polybag.

e. Pengisian Polybag

Media yang digunakan untuk pengisian polybag dalam penelitian ini adalah topsoil dan pasir lempung yang dibersihkan dari sisa-sisa perakaran, daun dan ranting tanaman. Tanah dan pasir lempung dimasukkan hingga tiga cm dari permukaan polybag. Polybag yang telah diisi dengan media tanam kemudian disusun pada areal yang telah dipilih

(22)

dengan jarak 60 x 60 cm dan dilakukan penyiraman setiap pagi dan sore atau disesuaikan dengan kondisi dilapangan.

f. Penanaman Bibit Tanaman Karet umur satu bulan

Sebelum penanaman bibit terlebih dahulu polybag yang telah berisi media disiram kemudian bibit di tanam pada polybag yang sudah disiapkan dengan cara menanam bibit pada lubang yang dibuat di tengah-tengah polybag.

2. Perlakuan

Perlakuan penelitian adalah komposisi media pembibitan dengan tiga taraf perlakuan yaitu :

m1 = Tanah topsoil 75% dan pasir 25% m2 = Tanah topsoil 50% dan pasir 50% m3 = Tanah topsoil 25% dan pasir 75% 3. Pemeliharaan

a. Penyiraman

Penyiraman bibit dilakukan sebanyak dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari atau disesuaikan pada kondisi di lapangan.

b. Penyiangan

Dalam penelitian ini penyiangan gulma dilakukan secara manual disekitar dan didalam polybag dengan interval dua minggu sekali.

(23)

c. Konsolidasi bibit

Kegiatan konsolidasi bibit dilakukan dengan menambah tanah atau lempung pasir yang kurang pada polybag dengan interval satu kali sebulan dan menegakkan polybag yang miring.

D.Pengambilan dan Analisis Data 1. Pengambilan data

Pengambilan data dilakukan sebanyak dua kali terhadap parameter pengamatan yaitu pada saat bibit berumur 60 dan 90 hari setelah tanam masing- masing parameter dilakukan sebanyak sepuluh ulangan.

Adapun parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Tinggi tanaman (cm)

Diukur dari pangkal tiap-tiap batang tanaman yang sudah diberi tanda hingga ujung tanaman.

b. Jumlah daun (helai)

Dengan menghitung jumlah daun pada tiap tangkai daun. 2. Analisis Data

Menurut Nugroho (1995), untuk mengetahui parameter yang diamati dari penelitian ini adalah dengan menggunakan rataan hitung sederhana.

Keterangan :

x : Rata-rata hitungan

? x : Jumlah nilai hasil pengamatan n : Banyaknya data x _ d ? x n ___ =

(24)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan perlakuan komposisi media terhadap pertumbuhan bibit tanaman karet dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Rata-rata pertambahan tinggi bibit tanaman karet (cm) dan pertambahan jumlah daun (helai) bibit tanaman karet dengan perlakuan komposisi media yang berbeda

Rata-rata Pertambahan parameter pengamatan Perlakuan Tinggi bibit tanaman

(cm) Jumlah daun (helai) m1 1,38 0,50 m2 1,75 0,60 m3 1,47 0,50

Tabel 1 menunjukan bahwa rata-rata pertambahan tinggi bibit tanaman karet dengan perlakuan komposisi media tanah topsoil 50% dan pasir 50% (m2) menunjukkan hasil lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya, yaitu dengan rata-rata tinggi tanaman 1,75 cm, sedangkan rata-rata pertambahan tinggi bibit tanaman karet pada komposisi media tanah topsoil 75% dan pasir 25% (m1) sebesar 1,38 cm dan komposisi media tanah topsoil 25% dan pasir 75% (m3) sebesar 1,47 cm.

Demikian pula pada rata-rata pertambahan jumlah daun tanaman karet pada perlakuan komposisi media tanah topsoil 50% dan pasir 50% (m2) menunjukkan hasil lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya, yaitu dengan rata-rata pertambahan jumlah daun bibit tanaman sebesar 0,60 helai, sedangkan rata-rata pertambahan jumlah daun tanaman karet pada komposisi

(25)

media tanah topsoil 75% dan pasir 25% (m1) sebesar 0,50 helai, dan komposisi media tanah topsoil 25% dan pasir 75% (m3) 0,50 helai..

B. Pembahasan

Dari hasil pengamatan perbandingan komposisi media tanam pada pertumbuhan bibit karet terhadap pertumbuhan tinggi tanaman karet menunjukkan bahwa perlakuan media tanam tanah topsoil 50% dan pasir 50% lebih baik dalam mempengaruhi pertambahan tinggi dan jumlah daun tanaman hal ini disebabkan oleh komposisi media tanam tanah topsoil 50% dan pasir 50% merupakan komposisi yang ideal bagi media pembibitan karet. Sesuai dengan pendapat Sunanto (1992), yang menyatakan bahwa media tanam untuk pembib itan yang baik adalah tanah topsoil yang dicampur dengan pasir dengan perbandingan 1 : 1.

Ditambahkan Dina (1994), bahwa pasir mempunyai pori-pori lebih banyak dibandingkan tanah liat sehingga mudah menjadi basah dan cepat pula kering karena proses penguapan dan konsisten (ketahanan partikel terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air dan angin oleh karena itu penggunaan pasir sebagai media tanam jauh lebih baik bila dikombinasikan dengan bahan lain. Susanto (1994), juga menambahkan bahwa tanah ringan atau tanah berpasir walaupun draenasenya baik, tetapi jika kapasitas menyimpan air dan kation basa sangat rendah, maka tanaman akan mengalami kekeringan dan kurus karena kekurangan unsur hara. Sebaliknya, pada tanah lempung yang berat dan draenasenya jelek, maka aerasi tanah juga tidak baik.

(26)

Aerasi sangat penting bagi perakaran karet yaitu untuk proses respirasi dan penyerapan unsur hara tanaman. Tanah topsoil merupakan tanah yang mengandung sisa-sisa tanaman dan terdapat unsur mikro dan makro sehingga banyak mengandung humus. Tanah topsoil umumnya berwarna kelam muda hingga tua sehingga tanah topsoil baik untuk pertumbuhan tanaman (Rismunandar, 2003).

(27)

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ditarik kesimpulan bahwa perlakuan komposisi media tanam topsoil 50% dan pasir 50% memberikan hasil lebih baik terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun dibandingkan dengan perlakuan komposisi media tanam lainnya, yaitu komposisi media topsoil 75% dan pasir 25% dan perlakuan media tanam topsoil 25% dan pasir 75%.

B.Saran

1. Untuk meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman karet dapat digunakan media tanam dengan komposisi topsoil 50% dan pasir 50%.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui kandungan unsur hara pada media tanam denga n melakukan analisis tanah.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1988. Budidaya Tanaman Kopi. Kanisius. Yogyakarta.

Anonim. 2008. Indonesia akan menjadi produsen karet terbesar di dunia.http://Bkpn. Go.id Tahun 2020. Diakses pada tanggal 16 Agustus 2010.

Anonim. 2009. Petunjuk tehknik karet. http://pustaka-deptan.go.id. Diakses pada tanggal 16 Agustus 2010.

Anonim. 1999. Karet strategi pemasaran tahun 2000 budidaya dan pengolahan. http://pustaka-deptan.go.id. Diakses pada tanggal 16 Agustus 2010.

Dina. A. 1994. Aneka Jenis Media Tanah dan Penggunaannya. PT. Pemberswadaya, Jakarta.

Darmawijaya. 1975. Klasifikasi Tanah, Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah Dan Pelaksanaan Pertanian di Indonesia. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Hanafi. A. K, Napoleon, Nuni. G, 2002. Biologi Tanah Ekologi dan Makroboiologi Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta .

Nugroho. 1995. Rumus-rumus Statistik Serta Penerapannya. CV Rajawali. Jakarta.

Rismunandar. 2003. Tanah seluk beluknya bagi pertanian. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Setyamidjaja. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Sumiarsih N. 1999. Pengaruh media terhadap pertumbuhan setek buluh bambu kuning. Duta Farming. Bandung.

Susanto. FX. 1994. Tanaman Kakao, Budidaya dan Pengolahan Hasil. Kanisius. Yogyakarta.

Sunanto. H. 1992. Kakao, Budidaya dan Pengolahan Hasil dan Aspek Ekonominya.Kanisius. Yogyakarta.

Wuianto, E. 2005. Peningkatan produksi Tanaman Perkebunan. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Yusuf dan Sulaiman. 1983. Penyuluhaan Lembaran Karet Menjadi Bahan Bakar, Minyak Care. Genap Jaya Baru, Jakarta.

(29)
(30)
(31)

Lampiran 1. Data pengamatan tinggi tanaman dengan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan bibit tanaman karet pada umur 60 HST.

Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 m1 43,0 60,0 52,0 39,0 48,0 43,0 35,0 58,0 65,0 33,0 m2 36,0 34,0 59,0 32,0 32,0 27,0 38,0 44,0 39,0 53,0 m3 23,0 43,0 39,0 57,0 43,0 47,0 57,0 44,0 41,0 38,0

Lampiran 2. Data pengamatan tinggi tanaman dengan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan bibit tanaman karet pada umur 90 HST

Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 m1 44,3 61,5 53,4 41,1 48,4 44,0 36,0 58,8 66,4 35,9 m2 32,5 35.0 59,8 33,8 35,5 30,4 39,6 46,0 47,4 54,5 m3 26,2 44,3 40,8 58,3 43,8 48,9 58,1 45,9 41,3 39,1

Lampiram 3. Data pengamatan jumlah daun dengan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan bibit tanaman karet pada umur 60 HST

Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 m1 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 m2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 m3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3

Lampiran 4. Data pengamatan jumlah daun dengan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan bibit tanaman karet pada umur 90 HST

Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 m1 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 m2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 m3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3

(32)

Lampiran 5. Gambar pengukuran tinggi bibit tanaman karet umur 1 bulan

(33)

Gambar

Tabel 1.  Rata-rata pertambahan tinggi bibit  tanaman karet (cm) dan  pertambahan  jumlah daun (helai)  bibit  tanaman karet  dengan  perlakuan komposisi media yang berbeda

Referensi

Dokumen terkait

Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari topik yang dipersoalkan maka pembahasan dalam tulisan ini lebih di fokuskan bagaimana upaya pengusaha souvenir mata

Pneumatisasi didefinisikan sebagai suatu proses pembentukan atau perkembangan rongga-rongga udara didalam tulang temporal, dan sel-sel udara yang terdapat di dalam

Untuk memberikan motivasi dan menyalurkan bakat serta minat siswa terhadap Seni dan Budaya di sekolah sesuai amanat tersebut di atas, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas

dalam konteks ini, guru dan administrator perlu menentukan hasil penilaian baik proses maupun hasil pembelajaran siswa yang dapat dijadikan sebagai evaluasi kurikulum

Hasil dari penelitian ini bahwa Pined Wearhouse Perigee merupakan sebuah toko yang memiliki konsep yang ingin tampil beda dengan toko pakaian lain di kota Solo

Kuten edellisessäkin tapauksessa, olen sitä mieltä, että neiti toimii hyvin, mutta panin tytär olisi parempi vaihtoehto.

Secara otomatis komutator membalik hubungan antara angker dinamo dan catu daya DC sehingga konduktor berputar pada arah yang tepat terhadap medan magnet,