Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, Cetakan ke-9. 13 Abstrak: The main objective of this
research is to describe and to express the psychological problems of the main figures in the novel ‘Gadis Tangsi’ by
Suparto Brata, by applying the
psychoanalysis theory of Sigmund
Freud. This Research applied a
qualitative descriptive method with the technique of content analysis. The approaches used in analyzing the novel ‘Gadis Tangsi’ are structural approach and an art psychology approach.
According to Freud’s personality structure, it is found that Id is more dominant in the personalities of the main figures. Meanwhile main figures have compatibility between theirs Id’s, Egos’s and Superegos’s. By way of conclusion, the structures in the novel show that the personalities of the main figures tend to pursue pleasure and avoid pain
Kata-kata kunci: Karakter, Id, Ego,
Super Ego, Sigmund Freud.
PENDAHULUAN
Gadis Tangsi adalah novel karya
Suparto Brata yang diterbitkan oleh penerbit buku Kompas Jakarta pada bulan Februari tahun 2004. Sesuai d
engan judulnya ‘Gadis Tangsi’, maka cerita dalam novel ini memberikan gambaran tentang kehidupan sebuah keluarga prajurit KNIL Jawa di masa kolonial Belanda. Teyi merupakan cerminan seorang gadis yang coba untuk memberontak terhadap kehidupan tangsi beserta nilai-nilainya yang serba longgar dalam menjalani hidup termasuk dalam urusan seks. Novel ini merupakan satu dari sedikit novel Indonesia yang mengungkap sisi lain kehidupan tangsi di zaman kolonial Belanda.
Analisis tokoh dan perwatakan novel Gadis Tangsi karya Suparto Brata ini dipergunakan dua langkah yaitu
pertama, analisis struktur kepribadian
Sigmund Freud (id, ego, superego).
Kedua, analisis urutan teks berdasarkan
makna dan urutan kalimat untuk mengetahui alur dan pengaluran novel yang ditelaah.
KAJIAN TEORI Perwatakan
Perwatakan merupakan salah satu yang sangat penting dalam karangan fiksi. Tanpa adanya perwatakan, maka tidak akan jelas watak para tokoh pendukung cerita dalam suatu karya sastra. Cerita dapat
KAJIAN KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL GADIS TANGSI KARYA SUPARTO BRATA
Oleh Sylvia Irene Persulessy
Dosen Bahasa Inggris Politeknik Negeri Ambon
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, Cetakan ke-9. 14 ditelusuri dan dipahami jika pembaca
mengikuti perkembangan cerita lewat alur, penokohan atau perwatakan tokoh-tokohnya.
Rahmanto (1988:71) berpendapat bahwa sebuah novel tanpa perwatakan nyaris mustahil. Daya tarik sebuah novel terpancar lewat imajinasi kreatif si pengarang. Melalui imajinasi itulah pembaca dapat berkenalan dengan sejumlah variasi tipe manusia beserta alasannya. Stanton dan Nurgiyantoro 1995:15) mengatakan bahwa perwatakan (Character) mempunyai dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut. Perwatakan lebih merujuk pada sifat dan sikap para tokoh.
Dapat disimpulkan bahwa perwatakan adalah gambaran atau lukisan tentang watak tokoh yang dapat dilihat dari segi fisik, psikologis, dan social tokoh tersebut. Suatu peristiwa dalam novel terjadi karena aksi atau reaksi tokoh-tokohnya. Tokoh menunjuk pada orangnya atau pelaku cerita.
Mursal Eten (1987:27) berpendapat bahwa, penokohan dalam cerita dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara analitik dan secara dramatic. Penggambaran tokoh secara analitik, yaitu pengarang menggambarkan secara langsung karakter tokoh-tokohnya, misalnya baik, bijaksana, sopan dan sebagainya. Penggambaran secara dramatic, yaitu penggambaran secara tidak langsung. Penggambaran ini dapat melalui
percakapan atau dialog tokoh melalui bentuk lahir atau fisik tokoh, dan melalui penggambaran latar (tempat) dan lingkungan dimana tokoh itu tinggal. Teknik dramatic tidak mendeskripsikan karakter secara langsung tetapi melalui verbal dan non verbal.
Mendeskripsikan watak tokoh melalui verbal yaitu lewat kata-kata, dan mendeskripsikan watak tokoh melalui nonverbal yaitu lewat tingkah laku dan melalui peristiwa yang terdapat dalam cerita. Teknik ini memiliki kelebihan, yaitu lebih sesuai dengan situasi kehidupan nyata. Kelemahannya yaitu, penggambaran secara dramatic ini bersifat tidak ekonomis karena menggunakan banyak kata dalam setiap penampilannya dan juga memerlukan waktu yang cukup panjang. Dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah cara pengarang dalam menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam cerita. Penokohan atau perwatakan dalam suatu cerita memiliki peran yang penting karena dapat membuat cerita menjadi lebih menarik dan memudahkan pembaca memahami dan mengerti isi cerita.
Teori Kepribadian Sigmund Freud
Psikoanalisis pertama kali diperkenalkan oleh Sigmund Freud. Freud menemukan teori ini pada saat praktek menyembuhkan pasien, ia berkesimpulan bahwa kehidupan psikis manusia terdiri dari tiga bagian yaitu wilayah tak sadar, prasadar dan sadar. Kemudian Freud mengembangkan teori ini, sehingga ketiga pembagian tersebut berubah menjadi id (das es), yaitu
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, Cetakan ke-9. 15 aspek biologis, ego (das ich) yaitu
aspek psikologi dan superego (das
ueber ich) yaitu aspek sosiologis. Ketiga
aspek ini masing-masing mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dan dinamika sendiri-sendiri, namun ketiganya sangat berhubungan erat sehingga sukar untuk dipisahkan pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia.
Id adalah aspek biologis dan merupakan system yang original di dalam kepribadian, dari aspek inilah kedua aspek yang lain tumbuh. Di dalam id terdapat naluri-naluri bawaan seperti seksual dan agresivitas. Id berasal dari dalam dunia batin atau objektif manusia, dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia objektif. Id berfungsi untuk memuaskan apa yang tidak dicapai manusia pada keadaan yang sesungguhnya. Manusia yang mengalaminya akan bekerja berdasarkan prinsip kenikmatan yaitu prinsip yang berusaha menghindarkan diri dari ketidaksenangan dan mengejar kesenangan. Kehidupan orang yang dikuasai oleh id penuh dengan fantasi, khayalan dan halusinasi.
Ego adalah aspek psikologis dari struktur kepribadian Sigmund Freud, dan timbul karena kebutuhan organism untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata. Dengan demikian, prinsip kerja ego bersifat realistis, artinya dia memenuhi kebutuhan organism berdasarkan objek-objek yang sesuai dan dapat ditentukan dalam kenyataan. Aspek ini terletak antara id dan superego. Ciri orang yang dikuasai ego adalah sikapnya yang tenang dan
berpikiran objektif. Tugas ego adalah mempertahankan kepribadian sendiri dan menjamin penyesuaian diri dengan alam sekitar, serta untuk memecahkan konflik-konflik dengan realitas keinginannya.
Super ego adalah aspek sosiologi kepribadian yang mempunyai kekuatan untuk menuntut manusia hidup dengan sempurna. Fungsi lain dari super ego adalah menghalangi id yang banyak ditentang masyarakat dan mendorong ego untuk mengejar nilai moralitas daripada realitas serta untuk mengejar kesempurnaan. Jadi super ego cenderung untuk menentang baik id maupun ego dan membuat menurut konsepsi yang ideal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ditemukan hasil analisis yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Tokoh Teyi
Dilihat dari fungsi tokoh dalam cerita, Teyi adalah Tokoh utama yang protagonis. Tokoh Teyi yang paling banyak dimunculkan secara intensif oleh penulis dari awal cerita hingga akhir cerita. Perkembangan tokoh Teyi dalam cerita Gadis Tangsi masuk dalam kategori tokoh yang dinamis dan ditampilkan sebagai tooh bulat.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Teori Struktur Kepribadian Freud, maka watak Teyi yang sering tampak adalah pencemas, ingin tahu, pemarah, percaya diri, suka mengeluh, pemberani, penghayal, jujur, penyayang, rasional, pemberontak, cepat bosan, benci, perasa, waspada, pegang prinsip, mengakui kesalahan, iri
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, Cetakan ke-9. 16 hati, cerdas, curiga, genit, tidak mudah
percaya, pendendam dan tidak sabar. Menurut struktur kepribadian Freud, ternyata id lebih dominan dalam kepribadian tokoh utama yaitu sebanyak 11 watak, ego 4 watak, dan super ego 8 watak. Sedangkan keselarasan id, ego dan super ego meliputi 1 watak. Dengan demikian kepribadian Teyi cenderung untuk mengejar kesenangan dan menghindarkan ketidaksenangan untuk memenuhi hasratnya.
1. Pencemas
Kecemasan moral terjadi karena pengaruh super ego yang mempunyai kekuatan untuk menunut manusia hidup dengan sempurna sesuai kaidah yang dibuat oleh masyarakat. Namun kenyataan (ego) tidak memenuhi. Teyi telah menempuh cara yang menyimpang untuk meraih yang ia cita-citakan dan menceraikan Sapardal yang baru satu hari menikahinya, untuk mengejar Kus Bandarkum demi mencapai tingkat kehidupan yang lebih layak.
2. Ingin Tahu
Menurut struktur kepribadian Freud, watak ingin tahu yang tampak pada diri Teyi disebabkan oleh ego yang bekerja berdasarkan prinsip realitas untuk mencari dan mengamati dunia luar. Disini ego didesak oleh id untuk memenuhi hasrat ingin tahu Teyi.
3. Pemarah
Menurut struktur kepribadian Freud, kemarahan yang muncul pada diri Teyi disebabkan oleh kekuatan Id.
Hal yang kecil dapat menjadi sesuatu yang besar, sehingga kemarahan pada diri Teyi muncul. Kemarahan Teyi terhadap ketimpangan social dan ketidakadilan, merupakan sikap moral Teyi terhadap lingkungan sekitanya yang menunjukan adanya dorongan super ego dan ego terhadap id.
4. Percaya Diri
Menurut struktur kepribadian Freud, sikap percaya diri yang tampak dalam diri Teyi karena jiwa Teyi dikuasai oleh super ego yang mendorong ego sehingga Teyi mampu bertindak membuat keputusan dengan mantap dalam menghadapi kenyataan.
5. Pemberani
Menurut struktur kepribadian Freud, sikap berani yang tampak pada diri Teyi disebabkan oleh dominasi super ego yang bekerja untuk mengejar kesempurnaan dan moralitas. Id yang mengejar kenikmatan mendesak super ego sehingga keberanian Teyi tampak untuk memenuhi tuntutan id.
6. Penghayal
Menurut Struktur kepribadian Freud, menghayal dilakukan Teyi karena id yang mengejar kenikmatan, mendominasi jiwa. Kekuatan id yang besar tidak bisa dikalahkan oleh super ego. Ego telah mendesak id sehingga Teyi dapat mewujudkan seluruh khayalannya.
7. Jujur
Menurut struktur kepribadian Freud, sikap jujur yang diperlihatkan Teyi karena jiwa didominasi oleh Super ego.
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, Cetakan ke-9. 17 Super ego mendesak ego sehingga
Teyi dapat bersikap dan berkata jujur pada orang lain.
8. Pengeluh
Menurut struktur kepribadian Freud, sikap Teyi yang suka mengeluh terjadi karena kepribadiannya dikuasai oelh id. Ketimpangan social dan ketidakadilan dalam menjalani hidup membuat Teyi sering bersikap demikian. Hal ini merupakan sikap moral Teyi terhadap lingkungan sekitarnya yang menunjukan adanya dorongan super ego fan ego terhadap id.
9. Rasional
Menurut struktur kepribadian Freud, watak berpikir yang tampak pada diri Teyi karena dominasi super ego yang bekerja untuk mengejar kesempurnaan hidup. Kekuatan id yang bekerja untuk mengejar kesenangan mendesak super ego yang mengejar moralitas. Ego berusaha mempengaruhi super ego sehingga Teyi berpikir tentang hal-hal baru yang ia temui dan memikirkan keadilan sekelilingnya.
10. Pemberontak
Menurut struktur kepribadian Freud, watak pemberontak yang dimiliki Teyi merupakan suatu sikap yang dikuasai oleh id yang berusaha mengejar kesenangan. Kekuatan id yang besar tidak bisa dikalahkan oleh super ego. Ego telah mendesak id, sehingga Teyi berusaha mewujudkan apa yang diinginkannya.
11. Pembosan
Menurut kepribadian Freud, sikap cepat bosan yang dimiliki Teyi karena didominasi oleh ego. Ego yang didukung super ego telah membuat Teyi jenuh dengan rutinitas yang ada di sekelilingnya.
12. Penyayang
Menurut struktur kepribadian Freud, watak penyayang yang tampak dari Teyi disebabkan oleh kekuatan super ego yang sangat mendominasi jiwa Teyi untuk melakukan yang terbaik. Super ego yang mengejar kesempurnaan hidup telah mendorong ego yang ada di dalam diri Teyi untuk memberikan kasih sayang pada orang tuanya.
13. Pembenci
Menurut struktur kepribadian Freud, kekuatan id yang banyak ditentang oleh masyarakat mendominasi jiwa Teyi pada saat itu. Super ego yang mengejar moralitas tidak mampu membendung id sehingga kebencian Teyi begitu mendalam.
14. Perasa
Menurut struktur kepribadian Freud, sikap perasa yang tampak dalam diri Teyi diakibatkan karena dominasi id yang bekerja di dunia subjektif manusia. Keuatan id yang menimbulkan watak perasa didukung oleg ego yang bekerja berdasarkan prinsip realitas atau kenyataan. Ego berusaha mempengaruhi id sehingga apapun yang menyentuh hati akan membuat Teyi terharu dan menangis.
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, Cetakan ke-9. 18
15. Waspada
Menurut struktur kepribadian Freud, kewaspadaan Teyi tampak karena dikuasai ego yang cukup kuat. Keadaan lingkungan (ego) yang menurut Teyi tidak menguntungkan baginya memaksa super ego untuk memilih objek yang lebih sempurna untuk tetap bertahan yaitu bersikap waspada.
16. Pemegang Prinsip
Menurut struktur kepribadian Freud, sikap Teyi tersebut tampak karena kepribadiannyayang dikuasai oleh super ego. Super ego mendorong ego sehingga Teyi bertindak untuk membuat keputusan dengan mantap dalam menghadapi kenyataan.
17. Mengakui Kesalahan
Menurut struktur kepribadian Freud, sikap mengakui kesalahan pada diri Teyi tampak karena jiwa Teyi didominasi oleh super ego. Super ego yang mengejar moralitas untuk menebus kesalahan mampu mengalahkan id yang selalu menghindar dari ketidaksenangan.
18. Pengiri
Menurut struktur kepribadian Freud, iri hati yang timbul dari dalam diri Teyi karena didominasi oleh id yang berasal dari subjektifitas manusia. Kekuatan ego tidak mampu mengatasi rasa iri dari id agar menerima kenyataan.
19. Cerdas
Menurut struktur kepribadian Freud, kecerdasan yang dimiliki oleh
Teyi karena adanya keselarasan id, ego dan super ego sehingga kecerdasan Teyi bernilai positif.
20. Pencuriga
Menurut struktur kepribadian Freud, perasaan curiga Teyi tampak karena kepribadiannya dikuasai id yang berasal dari subjektifitas manusia. Ego yang berfungsi untuk mengatasi konflik dengan realitas tidak mampu mendesak id.
21. Genit
Menurut struktur kepribadian Freud, sikap genit yang muncul dari dalam diri Teyi disebabkan samata-mata karena id yang bekerja berdasarkan prinsip kenikmatan.
22. Tidak Mudah Percaya
Menurut struktur kepribadian Freud, sikap tidak mudah percaya pada omongan orang lain sebelum ada kejelasan karena dominasi super ego. Super ego yang mengejar moralitas berpijak pada ego yang bekerja berdasarkan objektifitas.
23. Pendendam
Menurut struktur kepribadian Freud, watak dendan yang tampak dari dalam diri Teyi karena kepribadiannya yang didominasi oleh id. Super ego yang mengejar moralitas tidak mampu membendung hasrat dari id untuk balas dendam.
24. Tidak Sabar
Menurut struktur kepribadian Freud, sikap tidak sabar yang muncul tersebut diakibatkan karena kepribadian
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, Cetakan ke-9. 19 Teyi yang dikasai oleh id. Kesabaran
Teyi akan ahbis apabila ia tidak dapat mencapai yang ia inginkan, ini menunjukan bahwa kekuatan id yang mengindari ketidaksenangan, tidak bisa diatasi oleh ego yang memecahkan konflik-konflik dengan realitas.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan kesimpulan berikut ini:
1. Novel Gadis Tangsi karya Suparto Brata merupakan novel yang ditulis berdasarkan pengamatan penulis terhadap kenyataan yang ada dalam dunia nyata. Tokoh utama yang diceritakan memiliki kesamaan sifat dan karakter seperti pada manusia umumnya. Oleh karena itu, tokoh utama dalam novel ini dapat dikaji berdasarkan teori kepribadian. 2. Perwatakan tokoh dengan menggunakan teori kepribadian Sigmund Freud untuk menganalisis watak tokoh utama, sehingga dihasilkan pemahaman kejiwaan tokoh serta wataknya secara lebih mendalam melalui ketiga unsur (id, ego dan super ego).
SUMBER RUJUKAN
Brata, Suparto. Novel Gadis Tangsi, Jakarta: KOMPAS. 2004.
Cloninger, C. Susan. Theories of
Personality-Understanding
Persons. New Jersey: Prentice
Hall, Engelwood Cliffts 1993. Djojosuroto, Kinayati. Dasar-Dasar
Teori Apresiasi Prosa Fiksi.,
Jakarta:Manasco. 2000
Esten, Mursal. Kesusasteraan Pengantar Teori dan Sejarah.
Bandung:Angkasa 1987
Hall, S. Calvin. Pengantar ke dalam
Ilmu Jiwa Sigmund Freud.
Terjemahan S. Tasrip. Jakarta: Pembangunan.
Monte, F. Christopher dan Sollod N. Robert. Beneath The Mask – An
Introduction to Theories of
Personality Seventh Edition.
United States of America: John Wiley & Sons, Inc. 2003
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian
Fiksi., Yogyakarta:Kanisius 1988
Rahmanto, B. Metode Pengajaran
Sastra. Yogyakarta: Kanisius