• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI DASAR PENGISI DINDING. Secara umum definisi dari pengisi dinding adalah suatu elemen pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TEORI DASAR PENGISI DINDING. Secara umum definisi dari pengisi dinding adalah suatu elemen pada"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TEORI DASAR PENGISI DINDING

2.1 Umum

Secara umum definisi dari pengisi dinding adalah suatu elemen pada bangunan teknik sipil yang berfungsi untuk menutupi ruangan atau sebagai pemisah ruangan. Sedangkan definisi pengisi dinding secara teknik adalah suatu struktur vertikal yang dibuat untuk mengisi ruangan kosong antara struktur balok atau kolom. Jadi, pengisi dinding ini tidak berfungsi sebagai struktur yang menopang beban pada bangunan tetapi hanya menopang beratnya sendiri (merupakan materi non struktural). Pada perencanaan penggunaan materi pengisi dinding ini harus diperhatikan beberapa hal yang menunjang keberhasilan pelaksanaan pekerjaan, yaitu :

1. Tepat guna; dimana pemilihan jenis material dan metode pelaksanaannya disesuaikan dengan konstruksi bangunan.

2. Tepat mutu; dimana pengisi dinding yang dihasilkan harus sesuai dengan spesifikasi atau persyaratan yang telah ditentukan.

3. Tepat waktu; dimana perencanaan jadwal pekerjaan disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia sehingga dalam pelaksanaannya nanti dapat berjalan dengan efektif.

4. Tepat biaya; dimana anggaran yang telah ditentukan dapat digunakan sebagaimana mestinya dan seefisien mungkin, tanpa mengorbankan standar mutu hingga pekerjaan selesai.

(2)

Pengisi dinding memiliki beberapa fungsi utama yaitu : 1. Sebagai penutup atau penyekat ruangan.

2. Sebagai tempat dudukan alat-alat akses ruangan seperti pintu dan jendela. 3. Sebagai tempat dudukan alat-alat lainnya seperti telepon, lampu, AC dan

lain-lain.

4. Untuk memberikan rasa aman dari gangguan-gangguan dari luar yang mungkin timbul seperti cuaca, kebisingan, pencurian dan sebagainya. 5. Sebagai penghias ruangan yang memiliki nilai estetika/keindahan.

Dan untuk memenuhi fungsi-fungsi diatas, pengisi dinding hendaknya dapat memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Bersifat permanen. 2. Kuat dan tahan lama.

3. Tidak terlalu mudah untuk dibongkar. 4. Memiliki ketebalan tertentu.

Berdasarkan penempatannya, pengisi dinding terbagi menjadi : 1. Dinding eksterior

Yaitu pengisi dinding yang menutupi bagian luar (membungkus) bangunan.

2. Dinding interior

Yaitu pengisi dinding sebelah dalam yang berfungsi sebagai pembatas dan pemisah antara ruangan didalam suatu bangunan.

(3)

2.2 Jenis Material Pengisi Dinding

Dengan semakin majunya teknologi konstruksi dewasa ini, maka semakin banyak cara atau teknik yang dapat diterapkan untuk pembangunan gedung-gedung bertingkat tinggi. Hal ini mengakibatkan banyak produsen bahan bangunan yang berlomba untuk melakukan inovasi-inovasi baru untuk menghasilkan produk bermutu yang efektif, efisien dan mudah digunakan untuk membuat suatu produk konstruksi. Pekerjaan dinding juga mengalami perkembangan dengan ditemukannya berbagai jenis produk yang dapat digunakan sebagai dinding interior maupun eksterior.

Alternatif-alternatif yang kini banyak digunakan sebenarnya bertujuan untuk memperbaiki mutu, mempercepat waktu pekerjaan dan mungkin bisa juga menghemat biaya pelaksanaan proyek secara keseluruhan. Karena waktu penyelesaian yang cepat dengan mutu yang baik, akan menguntungkan pemilik (owner) karena bangunan tersebut bisa segera dimanfaatkan dan bernilai ekonomi. Material-material untuk dinding eksterior yang dewasa ini digunakan disamping sistem konvensional seperti bata adalah beton composite, Precast, Glassfibre

Reinforced Cement (GRC) dan lain sebagainya. Dan material-material ini

memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk pembahasan dalam tugas akhir ini, penyusun hanya akan membahas keuntungan dan kerugian penggunaan jenis material GRC yang akan dibandingkan dengan pasangan bata.

(4)

2.2.1 Glassfibre Reinforced Cement (GRC)

Kita mengetahui bahwa beton merupakan bahan yang lemah dan getas terhadap gaya tarik, sehingga agar dapat digunakan sebagai bagian dari struktur maka dipasanglah sejumlah tulangan pada beton yang mengalami gaya tarik yang diharapkan dapat bekerja monolit dangan beton. Adapun tulangan-tulangan yang ditambahkan dapat berupa serat, jerami, bambu, besi beton dan juga fiberglass dengan ketentuan sesuai persyaratan dan spesifikasi teknis.Glassfibre Reinforced

Cement (GRC) adalah nama suatu bahan inorganik dari matrix hydraulic cement

dan pasir halus yang diperkuat dengan fiberglass khusus yang tahan terhadap alkali (alkali resistance fibreglass). Bahan GRC terlihat seperti beton pada umumnya, akan tetapi GRC ini dapat dibuat dengan ketebalan yang cukup tipis karena tidak ada butiran agregat kasar dan tidak ada tulangan besi beton.

Penggunaan fiberglass ini berawal pada tahun 1969 saat dilaksanakan percobaan oleh BRE (Building Research Establishment) yang bekerja sama dengan Pilkington Brother Ltd., sebuah perusahaan fiberglass terbesar di Inggris pada saat itu. Dengan diadakannya percobaan tersebut, mereka berharap dapat menciptakan suatu materi non struktural (tidak memikul beban) dengan menggunakan bahan yang mirip dengan beton, ringan dan mudah dibuat. Hasil yang didapatkan dari percobaan ini adalah terciptanya produk Glassfibre

Reinforced Cement (GRC), yang merupakan suatu produk yang mirip dengan

beton dengan menggunakan tulangan fiberglas. Namun GRC tersebut mengalami penurunan kekuatan setelah berumur 20 tahun. Saat dilakukan penelitian lebih lanjut, ternyata fiberglass yang digunakan dalam produk tersebut tidak tahan

(5)

terhadap semen. Hingga akhirnya ditemukan sejenis fiberglass yang tahan terhadap semen, yaitu fiberglass dengan kandungan ZrO2 (oksida zirkonia) yang dipergunakan untuk pembuatan GRC pada tahun 1971 dan akhirnya mulai dikomersialkan pada tahun 1983.

Bahan-bahan pembentuk panel dinding GRC yaitu semen, pasir, serat fiberglass dan air, harus memenuhi persyaratan-persyaratan dari :

 British Standart – 476 (Non Combustible & Fire Resistance Material)  ISO R – 376 (Water Resistance)

 Standar insternasional lainnya yang berlaku saat ini

Komposisi yang digunakan untuk membuat panel GRC adalah sebagai berikut :  Perbandingan antara semen dan pasir = 1 : 1

 Air sebanyak ± 30% dari berat semen

 Serat fiberglass sebanyak ± 5% dari berat keseluruhan

Sifat mekanis GRC antara lain :

 Berat panel 8 mm = 17,6 kg/m² (tanpa rip)

 Berat panel 10 mm = 20,2 kg/m² (tanpa rip)

 σ et = 6 N/mm² = 60 Kg/cm²

 σ et = 3 N/mm² = 30 Kg/cm²

 Benturan 15-30 N/mm²

 Tekanan hancur 60-100 N/mm²

 Modulus Young 1,5-2 N/mm²

(6)

 Batas patah 35-45 N/mm²

 Tarik, batas elastis 35-45 N/mm²

 Batas putus 14-17 N/mm²  Geser pons 30-55 N/mm² Dengan catatan : 1 kg = 9,807 Newton 1 N = 0,102 kg BJ = 2,2 Ton/m³

Dalam pembuatan suatu material GRC meliputi beberapa tahapan pekerjaan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Pembuatan cetakan GRC yang biasa di sebut dengan Bekisting.

Bekisting ini di gunakan untuk mencetak GRC sesuai dengan gambar panel yang di butuhkan dan sesuai dengan ukuran di lapangan.

2. Pembuatan Beton GRC

Pembuatan Beton mencetak GRC sesuai dengan gambar panel yang di butuhkan dan sesuai dengan ukuran di lapangan.

3. Pemasangan Panel Beton GRC

Sebelum pemasangan panel GRC ini di lakukan , maka terlebih dulu dilakukan pengelasan siku, dimana siku ini yang akan memegang Panel GRC sekaligus sebagai tumpuan GRC. Setelah pegelasan siku selesai maka bisa di lakukan Pemasangan Panel Beton GRC sesuai dengan gambar panel yang di butuhkan dan sesuai dengan ukuran di lapangan.

(7)

Ada beberapa keuntungan dan kerugian material GRC dibandingkan dengan dinding bata. Keuntungannya antara lain :

1. Tahan terhadap cuaca, korosi, api, jamur dan serangga.

2. Karena memiliki kandungan fiberglass yang tahan terhadap alkali dengan titik leleh 860°C, maka GRC tahan terhadap api dan tidak mudah terbakar. 3. Memiliki kepekatan yang tinggi sehingga tingkat porositnya(pori-pori)

rendah.

4. Ketebalan yang cukup tipis antara 8 mm hingga 20 mm, yang berarti mengurangi beban yang ditopang oleh pondasi.

5. Mudah dalam pemeliharaan atau bahkan bebas pemeliharaan (free maintenance).

6. Tahan terhadap benturan.

7. Mudah dibentuk jika diperlukan bentuk-bentuk yang rumit.

8. Memiliki keuletan yang tinggi dan tidak mudah retak sehingga menjadikannya kedap air.

9. Mudah ditangani. 10. Aman untuk dipakai.

Adapun kerugian penggunaan GRC dibandingkan beton biasa yakni sebagai berikut :

1. Perlu ketelitian dan kecermatan yang baik terutama pada sambungan untuk memperoleh hubungan yang kuat antara panel GRC.

2. Bagian dalam gedung harus ditutup kembali karena akan tampak rangka-rangka penahan GRC tersebut.

(8)

3. Jika jumlah panel yang digunakan cukup banyak dan berukuran besar, maka diperlukan alat bantu untuk proses pengangkatan dan pemasangan seperti tower crane atau mobile crane.

4. Jika fabrikasi dilakukan diluar proyek, maka akan muncul biaya transportasi untuk membawa hasilnya ke lokasi proyek.

2.2.2 Pasangan Bata

Penggunaan pasangan bata untuk konstruksi pengisi dinding merupakan hal yang umum dilakukan karena batu bata merupakan komponen konstruksi yang mudah didapatkan. Pasangan bata digunakan sebagai pengisi dinding yang biasanya ditutup dengan pelapis dinding (plesteran, acian, keramik dan lain-lain). Batu bata merah merupakan material konstruksi yang dicetak dari adukan tanah liat dengan atau tanpa bahan campuran lainnya yang kemudian dibakar pada suhu tinggi. Tidak semua jenis tanah liat dapat digunakan untuk pembuatan batu bata merah. Jenis tanah liat yang dipergunakan dalam pembuatan batu bata merah adalah yang memiliki cukup kandungan pasir dan terasa berlemak saat dipegang. Terdapat banyak macam bata merah dengan berbagai macam ukuran. Tetapi umumnya ukuran bata adalah tebal antara 3-5 cm, lebar 7-11 cm dan panjang antara 17-23 cm dengan berat sekitar 3 kg per buah. Dimensi bata tersebut tergantung dari daerah asal dan mereknya.

Ada tiga cara pemasangan batu bata merah yaitu :

a. pasangan setengah bata; dimana lebar bata diggunakan sebagai tebal dinding.

(9)

b. pasangan satu bata; dimana panjang bata digunakan sebagai tebal dinding. c. pasangan roolag; pasangan bata secara miring melintang dengan fungsi

sebagai pasangan resapan air dan dapat dijadikan seperti sloof atau pondasi dudukan sloof bila sulit mendapatkan batu belah.

Untuk semua dinding luar, semua dinding lantai dasar mulai dari permukaan sloof sampai ketinggian 30cm diatas permukaan lantai dasar, dinding di daerah basah setinggi 160cm dari permukaan lantai, serta semua dinding yang kedap air digunakan adukan rapat air dengan perbandingan campuran 1 PC : 3 pasir pasang sebagai perekat antara bata yang dipasangkan. Sedangkan untuk dinding ruangan dalam yang berada pada daerah kering biasanya menggunakan perbandingan campuran 1 PC : 5 pasir pasang. Contoh perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Contoh perbandingan adukan semen dan pasir pasang

Perbandingan Kebutuhan bahan

Semen Pasir Semen (zak) Pasir (m³)

1 3 0.29 0.043

1 5 0.19 0.048

Catatan :

- ukuran semen 50 kg/zak

- ukuran bata merah 23 cm x 11 x 5 - kebutuhan bata merah 70 buah/m²

(10)

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari penggunaan pasangan bata sebagai pengisi dinding dibandingkan dengan penggunaan bahan lainnya. Kelebihan batu bata merah antara lain :

a. batu bata merah kedap air sehingga jarang terjadi rembesan pada tembok akibat hujan.

b. keretakan relatif jarang terjadi. c. lebih kuat dan tahan lama.

d. penggunaan rangka beton pengakunya lebih luas yaitu 9-12 m². e. mudah untuk didapatkan.

Kekurangan dibanding material pengisi dinding lainnya :.

a. Terjadi kesulitan pemasangan apabila pemasangan tersrbut dilakukan pada bagian luar bangunan tinggi atau pada daerah-daerah tertentu.

b. Perlu diberikan penutup misalnya dengan plesteran, acian atau keramik agar hasilnya terlihat baik.

c. Pemilihan batu bata yang akan digunakan harus cermat agar mutu dinding menjadi lebih baik.

Dalam pemasangan dinding bata, ada beberapa persyaratan penggunaan bahan-bahan yang sebaiknya dipenuhi oleh kontraktor yaitu :

- Batu bata kekerasannya harus memenuhi NI-10 - Semen portland harus memenuhi NI-18

- Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2 - Air harus memenuhi P.U.B NI-2 Bab 3.6

(11)

2.3 Bahan-Bahan Pembentuk Panel Dinding GRC dan Pasangan Bata 2.3.1 Portland Cement (PC)

Dalam ilmu bahan bangunan, Portland Cement termasuk dalam golongan bahan pengikat hidraulic, yaitu bahan yang bisa mengeras jika bercampur dengan air. Portland Cement jika dicampur dengan air akan menyatukan butiran-butiran pasir dan fiberglass menjadi satu kelompok. Agar campuran tersebut menjadi solid, maka sebaiknya menggunakan Portland Cement dengan kualitas terbaik agar kualitas hasil campuran yang didapatkan dari tersebut menjadi baik.

Permulaan pengikatan dapat dianggap sama dengan permulaan pengerasan walaupun proses kimia kearah pengerasan ini sudah dimulai sejak semen tersebut dicampur dengan air. Permulaan pengikatan tergantung dari kehalusan butir-butir semen, karena semakin halus butiran semen tersebut maka akan semakin aktif reaksinya dengan air. Butiran semen yang halus, memiliki permukaan yang relatif lebih besar dari pada butiran semen kasar. Hal ini menyebabkan daya ikat yang lebih baik dan waktu yang lebih cepat. Proses kimia yang terjadi pada saat semen terkena air terdiri atas dua jenia, yaitu hidrolasi dan hidratasi. Hidrolasi adalah adalah perubahan dari suatu komponen menjadi komponen yang lain akibat pengaruh kimia dengan air. Sedangkan hidratasi adalah pembentukan persenyawaan baru dengan air yang disertai dengan pelepasan panas. Adapun unsur-unsur kimia yang terdapat dalam Portland Cement antara lain :

 CaO = Kalsium Oksida atau batu kohar (± 60% sampai 67%)  SiO2 = Silikon Dioksida atau silika (± 17% sampai 25%)  AlO3 = Alumunium Trioksida atau tawas (± 3% sampai 8%)

(12)

 Fe2O3 = Ferri Trioksida (± 0,5% sampai 6%)  MgO = Magnesium Oksida (± 0,1% sampai 4%)  SO3 = Sulfur Trioksida

 TiO2 = Titan Dioksida  MnO2 = Mangaan Dioksida  P = Fosfor

2.3.2 Agregat

Agregat yang juga disebut juga dengan pasir, dibedakan menjadi dua macam yaitu agregat halus dan agregat kasar. Agregat halus memiliki ukuran dibawah 5 mm, sedangkan agregat kasar memiliki ukuran antara 5 mm sampai dengan 70 mm. Agregat terbuat dengan cara alami yaitu disintegrasi alami dari bebatuan alam (pasir alam) ataupun dibuat dari pemecahan bebatuan alam (pasir pecah). Walaupun ada berbagai macam jenis pasir, namun yang biasa digunakan sebagai bahan dasar pembuatan beton adalah pasir alam. Sedangkan pasir pecah biasanya hanya digunakan untuk campuran tambahan saja.

Penggunaan agregat halus yang mengandung terlalu banyak senyawa organik, sebaiknya dihindari. Karena dalam senyawa organik terdapat kandungan asam yang dapat mencegah terjadinya proses hidrasi semen. Untuk megetahui kadar dari senyawa ini, biasanya digunakan larutan NaOH 3% yang diteteskan pada

sample. Jika terbukti terlalu banyak mengandung senyawa organik, maka agregat

(13)

Agregat kasar biasanya digunakan dengan gradasi ukuran yang tidak seragam. Karena dengan demikian hasil pengikatan beton menjadi lebih baik. Dan sebaiknya dihindari menggunakan agregat kasar yang mengandung kadar lumpur lebih dari 1% dari berat kering agregat. Jika kadar lumpur yang terkandung lebih dari 1%, maka agregat tersebut harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan.

2.3.3 Air

Air dalam proses pembuatan beton berfungsi sebagai bahan pelumas dan sebagai bahan untuk proses pengikatan semen dengan pasir dan bahan lainnya. Untuk pembuatan beton, sangat dianjurkan untuk menghindari air yang mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat-zat lain yang dapat merusak beton. Air pencampur ini diberikan sebanyak 20% dari berat semen dan dapat dilebihkan sedikit untuk melicinkan butiran semen sehingga bahan-bahan beton tersebut bisa diaduk dengan mudah dan merata. Akan tetapi air lebihan tersebut jangan terlalu banyak karena air dapat meninggalkan pori-pori pada beton yang dapat mengurangi keteguhan dan dapat memudahkan timbulnya retak-retak pada beton karena susutnya beton tersebut terjadi terlalu cepat.

2.3.4 Fiberglass

Untuk menghasilkan produk Glassfibre Reinforced Cement (GRC) maka diperlukan serat fiberglass sebagai bahan utamanya. Penggunaan fiberglass sebagai campuran beton mulai dipergunakan setelah produk tersebut dikomersialkan pada tahun 1983. Dan hingga saat ini, bahan tersebut telah dipergunakan dalam pembangunan gedung-gedung di banyak negara seperti

(14)

Amerika Serikat, seluruh negara di kawasan Eropa, Jepang, Australia, Malaysia, Selandia Baru dan di Indonesia. Seperti yang disebutkan oleh A. L. Landau (Direktur Operasional International Fibremesh Company-AS) pada bulan Agustus 1993 dalam seminar nasional dengan tema “Teknologi Stabilisasi Beton Semen dengan Bahan Tambahan Fiberglas”, yang diselenggarakan oleh Departemen Pekerjaan Umum di Jakarta, pada dasarnya ada 6 keunggulan penggunaan fiberglass yaitu :

1. Mengurangi retak-retak akibat susut dalam kondisi plastis. 2. Meningkatkan ketahanan bentur (Impact Resistance).

3. Meningkatkan daktilitas, suatu pengujian menunjukkan bahwa daktilitas bertambah ± 40%.

4. Meningkatkan ketahanan terhadap kehancuran dan abrasi. 5. Mengurangi ruang pori dan permeabilitas.

6. Mencegah korosi pada tulangan.

Fiberglass yang digunakan dalam produk GRC adalah jenis Cem-Fil Alkali

Resistant Glassfibre yang dapat menghasilkan GRC yang memiliki daya tahan

tinggi, tahan terhadap panas dan tidak menjalarkan api. Fiberglass ini tersedia dalam bentuk panjang seperti tali, dimana dalam proses pembuatannya fiberglass ini akan terpotong-potong dengan ukuran 12 mm sampai 38 mm oleh sebuah alat yang dinamakan spray gun. Alat ini memiliki tiga lubang yaitu sebuah lubang untuk keluarnya udara, sebuah lubang untuk memotong fiberglas, dan sebuah lubang lagi untuk mengeluarkan matrix (pasta semen). Karena fiberglass dan

(15)

spray gun tersebut masih harus di impor hingga saat ini, maka harga GRC

sekarang ini masih cukup mahal karena biaya produksi yang cukup besar. Sifat dari serat fiberglass alkali resistance adalah sebagai berikut :

 Kekuatan tarik elemen 3.500 MPa

 Kekuatan tarik benang 1.700 MPa

 Modul elasitisitas young 72.000 MPa

 Berat jenis 2,68

 Strain pada titik panas 2 H%

 Peresapan air < 0,1 %

 Suhu luluh 860°C

 Tahan api

2.3.5 Bata Merah

Terdapat banyak macam bata merah dengan berbagai macam ukuran. Tetapi umumnya ukuran bata adalah tebal antara 3-5 cm, lebar antara 7-11 cm dan panjang antara 17-23 cm dengan berat sekitar 3 kg per buah. Dimensi bata tersebut tergantung dari daerah asal dan mereknya. Bata merah yang dipergunakan dalam proyek konstruksi sebaiknya kekerasannya memenuhi persyarata NI-10. Pada saat akan digunakan biasanya bata merah ini direndam terlebih dahulu kedalam air sekurang-kurangnya selama satu jam agar batu bata lebih kedap air dan tidak mudah patah saat dipasang.

(16)

2.3.6 Bahan Aditif

Bahan-bahan tambahan ini diperlukan karena sebagai dinding interior maupun eksterior, maka GRC dan pasangan bata ini harus memiliki sifat

waterproof (tahan air). Serta diperlukan juga bahan tambahan untuk mengurangi

retak-retak rambut (hair cracks) karena susut yang berlebihan. Dan ada hal-hal lain yang juga harus dipertimbangkan sehingga bahan-bahan tambahan tersebut diperlukan dalam produksi GRC dan pasangan bata ini.

2.4 Keberhasilan Suatu Pekerjaan Konstruksi

Keberhasilan suatu proyek konstruksi biasanya didasarkan atas beberapa faktor utama yakni mutu, waktu dan biaya. Dan penggunaan dinding eksterior dalam sebuah pekerjaan konstruksi harus dipertimbangkan karena dia juga merupakan bagian dari pekerjaan konstruksi secara keseluruhan. Peggunaan dinding eksterior tersebut dapat dikatakan baik jika mutu yang dihasilkan, waktu pekerjaan dan biaya yang digunakan sesuai dengan yang telah direncanakan. Oleh karena itulah diperlukan perencanaan dan pengendalian yang baik agar hasil yang didapatkan dapat memuaskan semua pihak. Perencanaan (planning) dan pengendalian (controlling) merupakan bagian dari fungsi manajemen konstruksi disamping pengorganisasian (organizing), pengisian jabatan (staffing), dan pengarahan (directing).

Pada sebuah pekerjaan konstruksi, perencanaan yang baik sangatlah penting karena dengan perencanaan yang baik, maka pekerjaan dapat terlaksana dengan baik. Dan yang tak kalah pentingnya adalah peranan pengendalian atau pengawasan. Dengan pengendalian yang baik, maka apabila terjadi

(17)

penyimpangan-penyimpangan dari rencana akan dapat segera terdeteksi dan dapat ditanggulangi atau dikoreksi dengan cepat pula.

2.4.1 Mutu

Pada pekerjaan konstruksi, mutu dari hasil pekerjaan harus benar-benar diperhatikan. Karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kredibilitas kontraktor. Dengan perencanaan yang matang dan pengendalian yang baik, bukannya tidak mungkin hasil pekerjaan konstruksi tersebut bermutu tinggi sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan oleh owner. Hal-hal yang berkaitan dengan mutu pekerjaan secara garis besar meliputi :

1. Ukuran, dimensi dan bentuk

Pada saat perencanaan, semua gambar rencana harus dibuat selengkap dan sedetail mungkin. Detil yang harus tercantum meliputi ukuran, dimensi dan bentuk sesuai dengan persyaratan owner.

2. Bahan baku/material, peralatan dan sumber daya manusia

Semua bahan baku/material dan peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi harus merupakan bahan baku dan peralatan terbaik mutunya. Demikian juga dengan sumber daya manusia yang terlibat didalamnya, haruslah orang-orang yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang dinilai memenuhi kriteria untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap hasil pekerjaan konstruksi nantinya.

(18)

3. Proses pengerjaannya

Proses pengerjaan juga harus direncanakan dan diperhatikan dengan baik sehingga hasil yang didapatkan akan sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan.

Dengan perencanaan dan pengendalian beberapa hal tersebut maka diharapkan hasil dari pekerjaan konstruksi tersebut akan baik mutunya.

2.4.2 Waktu

Sebuah pekerjaan konstruksi pastilah memiliki rentang waktu tertentu yang telah disepakati antara owner dengan kontraktor. Karena kegiatan-kegiatan dalam suatu pekerjaan konstruksi dapat berhubungan antara satu dengan lainnya. Oleh karena itu, kontraktor harus dapat merencanakan dan mengendalikan waktu antara kegiatan yang harus dilaksanakan. Dengan perencanaan dan pengendalian yang baik, maka pekerjaan konstruksi tersebut dapat berjalan dengan baik dan selesai dalam waktu yang telah disepakati. Biasanya kontraktor menggunakan beberapa cara untuk mendeskripsikan dan memperkirakan rentang waktu yang diperlukan dalam suatu pekerjaan konstruksi, diantaranya dengan menggunakan Bar Chart atau Gant Chart.

Bar Chart atau Gant Chart adalah suatu diagram yang digunakan untuk

menunjukkan hubungan antara kegiatan-kegiatan yang dikerjakan dan jangka waktu yang diperlukan oleh kegiatan-kegiatan tersebut untuk dilaksanakan. Dengan bentuk diagram yang digunakan maka diharapkan dapat dengan mudah untuk dibaca dan dipahami oleh khalayak umum.

(19)

2.4.3 Biaya

Kontraktor harus melakukan penaksiran harga dari suatu pekerjaan konstruksi baik secara keseluruhan maupun tiap item pekerjaan. Hal ini bertujuan agar kontraktor dapat menawar dengan harga yang terendah dan terbaik. Terendah dan terbaik yang dimaksudkan disini adalah harga dimana kontraktor masih mendapatkan keuntungan tetapi harga tersebut dapat bersaing dengan harga dari kontraktor lain yang mengikuti pelelangan pekerjaan itu. Penaksiran biaya konstruksi tersebut merupakan penyusunan dari analisa tiap item pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk menyelesaikan proyek konstruksi tersebut. Yang harus dilakukan untuk menyusun taksairan biaya adalah memeriksa gambar, memperhatikan spesifikasi yang dipersyaratkan dalam RKS dan memeriksa daftar kuantitas pekerjaan (Bill of Quantities).

Dalam perkiraan biaya, kita mengenal harga Lump Sum dan Unit Price. Perbedaan antara keduanya adalah :

1. Pada Lump Sum, daftar kuantitas pekerjaan tidak diberikan oleh owner, sehingga pihak penawar (kontraktor) harus membuat daftar kuantitas berikut harganya dan bertanggung jawab penuh atas harga yang telah ditawarkan.

2. Untuk Unit Price, daftar kuantitas pekerjaan dibuat oleh owner, sehingga penawar (kontraktor) hanya menghitung harga satuan dan mengalikannya dengan kuantitas yang ada kemudian dijumlahkan seluruhnya. Jumlah tersebut merupakan harga kontrak yang nantinya dapat berubah mengikuti jumlah kuantitas yang sebenarnya saat pelaksanaan pekerjaan dengan

(20)

adanya penghitungan tambah kurang. Jadi yang mengikat disini adalah harga satuan yang tercantum dalam kontrak.

Gambar

Tabel 2.1 Contoh perbandingan adukan semen dan pasir pasang

Referensi

Dokumen terkait

1) Berdasarkan observasi tingkat kebersihan yang terdapat di SMP Negeri 10 Magelang sudah relatif bersih karena para siswa di sekolah tersebut sudah dibiasakan

Dalam Meningkatkan Kinerja Aparatur Desa adalah kemampuan yang di miliki oleh seorang pemimpin dalam hal ini adalah Kepala Desa dalam mempengaruhi perilaku

Menurut (Astuti, 2018:75) Basis data (Database) dapat dipahami sebagai “suatu kumpulan data terhubung (interrelated data) yang disimpan secara berama-sama

Variabel Debt to Asset Ratio (DAR) secara parsial memiliki pengaruh tidak signifikan negatif terhadap Return on Equity (ROE) pada perusahaan porperti dan real estate tahun

Model pembelajaran kooperatif hasil pengembangan memiliki kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran biasa (ekspositori) dalam dua aspek yang menjadi sasaran

Hasil penelitian menunjukan bahwa pada penyelenggaraan makanan di SD/SMP IT Al-fahmi Kota Palu adalah melayani 1027 orang konsumen, dengan 5 hari siklus menu, terdapat

Jika mendeklarasikan pernyatan dengan Public,maka variabel tersebut akan bersifat global artinya tidak dapat dikenali dalam seluruh modul,form atau Procedure yang terdapat

- Lebih kurang 40% lebih tinggi daripada Gandul dan 60% lebih tinggi daripada Josapine. - Rintang kepada penyakit reput teras. - Lebih mudah sesuai dengan pelbagai keadaan