• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. menjadi batas dari daerah Teluk Baru. Penduduk Teluk Baru dulunya hanya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. menjadi batas dari daerah Teluk Baru. Penduduk Teluk Baru dulunya hanya"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Sejarah, Letak dan Kondisi Geografis.

Desa Lalang dahulu bernama Teluk Baru yang terletak lebih kurang satu km dari pekan Desa Lalang yang mengarah ke barat. Dahulu daerah ini banyak ditumbuhi pohon ilalang sehingga di namakan Desa Lalang. Teluk Baru diapit oleh dua sungai yaitu sungai Kuba Padang dan sungai Desa Lalang yang sekaligus menjadi batas dari daerah Teluk Baru. Penduduk Teluk Baru dulunya hanya sekitar 10 KK. Masyarakat asli Desa Lalang merupakan suku bangsa Melayu. Daerah Teluk Baru juga dihuni oleh masyarakat pendatang dari Tanjung Limasipurut. Hal ini terjadi karena pada tahun 1942 daerah Limasipurut tenggelam sehingga masyarakatnya bermigrasi ke daerah Teluk Baru yang sekarang bernama Desa Lalang.

Posisi desa terletak pada daerah pantai yakni berjarak 0-2 km dari laut. Pantai yang dekat dengan desa secara alamiah menyebabkan masyarakat memanfaatkan potensi alam yang ada dengan menjadi nelayan guna untuk memenuhi kebutuhan hidup. Desa Lalang adalah salah satu desa dari 12 desa yang ada di Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara. Desa Lalang mempunyai luas wilayah 697 Ha, yang terbagi atas 10 dusun yang wilayahnya memiliki batas-batas yakni:

(2)

- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Selat Sumatera, - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pakam,

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Karang Tanjung, - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Medang.

Kondisi jalan umum menuju Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kab Batubara sepanjang 8 (delapan) kilometer sejak beberapa bulan belakangan ini mengalami rusak parah, sulit dilalui kendaraan bermotor di badan jalan karena banyak terdapat lobang-lobang besar, jika musim hujan mengakibatkan jalan menjadi becek dan berlumpur. Batu padas dan kerikil sebagai bahan pengaspalan hilang terbenam di tanah. Dari observasi peneliti, ketika kendaraan bermotor baik roda dua, roda tiga dan roda empat bila hendak melintas kawasan jalan tersebut terpaksa melaju lebih cepat untuk menghindari lobang yang berada di sisi sebelah kiri arah Desa Lalang.

Jalan umum ini merupakan sarana insfrastruktur yang menghubungkan beberapa desa dan merupakan jalan pintas menuju ibukota Kabupaten Batubara yakni Limapuluh dan sebelumnya melalui jalan masuk PT Inalum Kuala Tanjung. Menurut keterangan Informan (31) warga Desa Lalang mengungkapkan:

”Selama kondisi badan jalan ini berlobang para pengendara sepeda motor berebutan untuk melintasi jalan yang tidak berlobang sehingga kadang-kadang hampir mengalami kecelakaan, Selain itu saat hujan turun jalan yang berlobang tadi tertutup air membuat pengendara kendaraan bermotor yang tidak mengetahui di mana posisi

(3)

sebaiknya Pemda Batubara melalui instansi terkait segera melakukan perbaikan ruas jalan umum ini.”

2.2. Kependudukan.

Jumlah penduduk di Desa Lalang adalah 6424 jiwa pada tahun 2009, yang terdiri dari 1378 kepala keluarga dan tersebar ke dalam 10 dusun yang ada. Adapun persebaran penduduk menurut dusun dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 1.

Jumlah Penduduk Setiap Dusun

No Dusun Lk Pr Lk + Pr Rumah yang dihuni Kepala Keluarga 1 Dusun Berdikari 209 212 421 106 117 2 Dusun Merdeka 257 262 519 107 158 3 Dusun Pekan 225 228 453 106 125 4 Dusun Pengajian 394 395 789 133 202

(4)

6 Dusun Masjid Timur 272 276 548 150 123

7 Dusun Pasak Lama 390 396 789 154 120

8 Dudun Pasak Baru 417 410 827 122 122

9 Dusun Sono 510 511 1021 119 163

10 Dudun Pandau Palas 200 203 403 126 118

Jlh Total 3204 3615 6424 1315 1378

Sumber: Data Februari 2009

Tabel 2.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Pendidikan

No Golongan Umur Jumlah (Jiwa)

1 0-6 tahun 180

2 7-12 tahun 575

3 13-16 tahun 385

4 17-20 tahun 315

5 21 tahun ke atas 190

(5)

Tabel 3.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Tenaga Kerja

No Golongan Umur Jumlah (Jiwa)

1 10-14 tahun - 2 15-19 tahun 125 3 20-26 tahun 450 4 27-40 tahun 575 5 41-56 tahun 310 6 57 tahun ke atas 195

Sumber: Data Desember 2007

Tabel 4.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

No

Suku Angka (Jiwa)

1 Melayu 4039

(6)

3 Batak 199

4 Minang 146

5 Banjar 72

6 Aceh 47

7 Lainnya 82

Sumber: Data Desember 2007

Tabel 5.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Umum

No Pendidikan umum Jumlah (Jiwa)

1 Taman kanak-kanak - 2 Sekolah dasar 575 3 SLTP 365 4 SLTA 245 5 Akademi (D1-D3) 16 6 Sarjana (S1-S2) 5

(7)

Tabel 6.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Khusus

No Pendidikan khusus Jumlah (Jiwa)

1 Pondok pesantren 10

2 Madrasah 30

3 Pendidikan keagamaan -

4 Sekolah luar biasa (SLB) 27

5 Kursus keterampilan 15

Sumber: Data Desember 2007

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan formal lebih tinggi dibandingkan dengan pendidikan khusus, namun dapat dilihat dari keseluruhan jumlah tingkat pendidikan rata-rata paling tinggi hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat SLTA saja, hal tersebut disebabkan karena keterbatasan ekonomi yang dimiliki, dan akses ke perguruan tinggi yang mengharuskan penduduk desa merantau ke kota, sehingga banyak dari penduduk Desa Lalang yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.

(8)

Tabel 7.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No Pendidikan khusus Jumlah (Jiwa)

1 Islam 6440

2 Kristen Protestan 56

3 Kristen Khatolik 58

4 Buddha 66

5 Hindu -

Sumber: Data Desember 2007

Tampak jelas pada tabel agama Islam merupakan agama mayoritas penduduk yang mendiami di Desa Lalang. Agama Kristen Protestan menduduki peringkat ke dua terbanyak, setelah itu terdapat agama Kristen Katolik. Dari data yang beragam di atas, pada kenyataannya mereka dapat hidup harmonis dan membaur tanpa hadirnya konflik antar agama.

Saling berbaur dan hormat menghormati antara sesama pemeluk agama di desa ini, tampak langsung pada saat perayaan hari besar keagamaan. Pada saat perayaan Hari Raya Idul Fitri serta Natal. Pada waktu tersebut antara sesama pemeluk agama biasanya mereka saling mengundang antara sesama pemeluk

(9)

agama untuk saling mengunjungi rumah mereka masing-masing. Kelompok mayoritas dan minoritas berdasarkan agama yang dianut tidak berpengaruh terhadap perlakuan dalam pembangunan desa. Rumah-rumah ibadah berdiri tegak walaupun dengan jumlah bangunan fisik yang tidak selalu ramai ditangani pemeluk agama masing guna menjalankan ajaran agamanya masing-masing. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa sistem kekeluargaan yang mereka miliki cukup erat dan tidak pernah terjadi konflik antar sesama pemeluk agama, jika pun terjadi konflik mereka selalu melakukan musyawarah untuk mencari solusi dan berakhir dengan baik.

Jumlah penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 8.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)

1 Pegawai negeri sipil (PNS) 21

2 TNI 5

3 Pegawai Swasta 127

(10)

5 Tani 988

6 Pertukangan 30

7 Buruh Tani 12

8 Pensiunan 6

9 Nelayan 239

Sumber: Data Desember 2007

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penyebaran mata pencaharian penduduk Desa Lalang yang memiliki mayoritas mata pencaharian sebagai petani, nelayan dan wiraswastawan atau pedagang yang tersebar di 10 dusun tersebut. Mata pencaharian yang berprofesi pada sektor formal sangatlah minim, hal ini dikarenakan mayoritas penduduk banyak bekerja pada sektor informal. Tampak langsung pada pola kehidupan masyarakat Desa Lalang yang sangat sederhana. Hal tersebut juga disebabkan oleh keterbatasan pendidikan formal yang dimiliki, sehingga menyulitkan mereka untuk bekerja di luar dari sektor perikanan dan pertanian. Namun, walaupun dengan demikian mata pencaharian yang dimiliki oleh masyarakat tradisional di Desa Lalang, mampu membuat mereka untuk bertahan hidup sampai sekarang ini.

Sistem mata pencaharian hidup masyarakat di Desa Lalang umumnya adalah sebagai petani dan nelayan tradisional yang memanfaatkan sumber daya

(11)

alam yang ada di Desa Lalang khususnya pantai yang mereka jadikan sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti yang dikatakan oleh Koentjaraningrat (1972:33) di samping berburu dan meramu, mencari ikan juga merupakan suatu mata pencaharian hidup makhluk manusia yang amat tua. Manusia zaman purba yang kebetulan hidup di dekat sungai, danau atau laut, pokoknya yang didekat air telah mempergunakan sumber alam itu untuk keperluan hidupnya. Waktu manusia mengenal bercocok tanam, mencari ikan sering dilakukan sebagai mata pencaharian tambahan. Sebaliknya, masyarakat nelayan yang mencari ikan sebagai mata pencaharian hidupnya yang utama, di samping itu juga bertani atau berkebun.

2.3. Sarana Fisik.

Sarana fisik merupakan suatu aspek pendukung yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Sarana fisik merupakan sarana umum yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk melakukan aktifitas sehari-hari, khususnya yang berhubungan dengan kepentingan umum. Di Desa Lalang yang meliputi 10 dusun di Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara terdapat sarana-sarana fisik yaitu antara lain: sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah, sarana transportasi, sarana hiburan, dan sarana perdagangan

2.3.1. Sarana Kesehatan

Di Desa Lalang terdapat 1 (satu) sarana kesehatan. Sarana kesehatan tersebut berupa balai pengobatan/poliklinik yang biasanya ditangani oleh bidan. Saran kesehatan tersebut yang selalu dimanfaatkan oleh masyarakat setempat

(12)

untuk mengobati segala macam penyakit. Sarana kesehatan tersebut juga selalu dikunjungi oleh masyarakat setempat jika mereka mengalami keluhan-keluhan seperti demam, batuk serta flu. Jika balai pengobatan tersebut tidak mampu menangani penyakit mereka yang tergolong cukup parah maka akan disarankan untuk dibawa ke rumah sakit umum yang letaknya di kota kecamatn dengan jarak tempuh ± 14 km.

2.3.2. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan di Desa Lalang terdiri dari bangunan sekolah dasar 6 (enam) gedung dengan dukungan 38 guru satu gedung SLTP, 1 (satu) gedung madrasah dan 1 (satu) gedung taman kanak-kanak, di desa ini juga terdapat fasilitas pendidikan non formal yaitu kursus menjahit 1 (satu) gedung.. Dari fasilitas pendidikan yang ada disini diharapkan pemerintah dapat membantu melalui pembangunan sekolah untuk memudahkan masyarakat agar dapat bersekolah tanpa membayar biaya apapun.

2.3.3. Sarana Ibadah

Jumlah sarana ibadah yang terdapat di Desa Lalang adalah 11unit bangunan yang terdiri dari 2 (dua) Mesjid, 8 (delapan) Mushola dan 1 (satu) Vihara. Masyarakat menjalankan ibadahnya sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Jumlah sarana ibadah yang terdapat di Desa Lalang tidak banyak, karena biaya yang mereka butuhkan untuk membangun sarana ibadah tidaklah

(13)

2.3.4. Sarana Transportasi

Sarana transportasi yang terdapat di Desa Lalang berupa alat angkutan umum (angkot), becak mesin dan ojek. Perjalanan menuju Desa Lalang ± 14 km dari pusat kota kecamatan. Sarana transportasi yang sering digunakan oleh masyarakat di Desa Lalang adalah berupa sepeda dayung, sepeda motor, mobil, serta sampan dan perahu motor yang digukan untuk trasportasi mencari ikan di laut.

2.3.5. Sarana Hiburan dan Komunikasi

Sarana komunikasi yang terdapat di Desa Lalang berupa televisi, radio dan handphone sebagai alat komunikasi yang hampir semua penduduk desa memiliki sarana tersebut. Selain itu, jika ada pesta perkawinan tidak lagi menggunakan musik tradisional yang mereka tampilkan tetapi sudah menggunakan organ keyboard. Sarana hiburan tersebut sudah berlangsung lama tanpa ada membeda-bedakan suku diantara mereka. Sarana hiburan lain yang mereka miliki adalah pantai, karena lokasi tempat tinggal mereka yang juga dijadikan sebagai tempat wisata bagi mereka yang jika pada hari libur selalu ramai dikunjungi tidak hanya dari desa tersebut saja tetapi juga dari luar tempat tinggal mereka.

2.3.6. Sarana Perdagangan

Sarana perdagangan yang mereka miliki berupa 10 buah pasar lingkungan, 60 buah, kios, warung, kedai/toko kelontong dengan bentuknya sederhana dan biasanya milik pribadi. Kedai/toko kecil tersebut menjual makanan, minuman,

(14)

rokok, sandal, obat-obatan dan juga sayur-sayuran seadanya. Sarana perdagangan tersebut mereka buat karena jarak pasar jauh dengan tempat tinggal

2.4. Kondisi Sosial Budaya

Sebagaimana telah dikemukakan oleh para ahli bahwa kebudayaan terdiri dari kebudayaan materiil yang dapat dilihat berupa hasil material, dan kebudayaan imateril berupa norma dan ide-ide tentang kehidupan. Perbedaan tempat dan tantangan kehidupan akan melahirkan bentuk-bentuk kebudayaan yang mempunyai ciri khas berbeda. Demikian pula dengan kondisi geografis dan lingkungan yang sangat berbeda pada tiap tempat akan melahirkan pola kebudayaan yang berbeda pula.

Pada kenyataan lain masyarakat akan selalu dihadapkan pada kondisi pertentangan akibat berbagai proses yang tidak selamanya adil. Kesenjangan baik sosial, ekonomi maupun politik membawa masyarakat untuk berhadapan guna melakukan kompromi dengan keadaan itu. Ada yang beranggapan akan terjadi perubahan radikal terhadap kesenjangan yang ada dan menggantikannya dengan nilai baru, ada pula yang hanya melakukan kompromi agar terjadi keseimbangan. Kondisi-kondisi inilah yang akan selalu mewarnai kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat diorganisasi atau diatur oleh adat istiadat/aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan dimana ia hidup dan bergaul tiap harinya (Soerjono Soekanto,2000:39).

Dalam sebuah masyarakat terdapat berbagai unsur kebudayaan seperti bahasa, organisasi sosial dan lain-lain. Bahasa sehari-hari yang digunakan oleh

(15)

penduduk di desa ini adalah Bahasa Melayu. Untuk bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia tidak digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari walaupun sebagian masyarakat sudah mulai mengetahuinya. Bahasa ini digunakan pada waktu-waktu tertentu saja misalnya pada saat musyawarah desa ataupun pemberian pengarahan oleh instansi pemerintah pada masyarakat.Namun demikian, pemakaiannya tidak seutuhnya menggunakan bahasa Indonesia asli, tetapi dicampur dengan menggunakan bahasa Melayu, hal ini biasanya dilakukan untuk lebih memudahkan penerimaan oleh warga masyarakat terhadap isi pesan yang ingin disampaikan. Bahasa Indonesia campuran ini juga memiliki kesan akrab dan komunikatif dibandingkan dengan pemakaian bahasa Indonesia yang sebenarnya.

Selain bahasa, unsur kebudayaan lainnya adalah organisasi kemasyarakatan. Organisasi masyarakat ini berfungsi sebagai pedoman segala perilaku masyarakat agar menjadi mudah untuk seluruh kegiatan yang dilakukan masyarakat sehari-hari. Organisasi masyarakat ini merupakan wujud dari norma-norma dalam masyarakat yang mengatur pergaulan hidup dengan tujuan untuk mencapai tata tertib. Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam daripada hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya.

Golongan orang tua dalam masyarakat desa umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasehat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Demikian halnya yang terjadi di masyarakat desa Lalang. Orang tua yang dimintai nasehat ini biasanya dijadikan sesepuh desa. Namun

(16)

demikian, ada juga aturan atau norma-norma yang berfungsi mengatur seluruh perilaku seseorang di dalam masyarakat, dimana hal itu sangat dipatuhi oleh penduduk desa. Aturan-aturan itu biasanya berupa hukum-hukum yang tidak tertulis yang sudah ada sejak dulu dan secara turun temurun dipatuhi oleh warga masyarakat.

Musyawarah desa juga dilakukan sebagai salah satu cara menjaga kerukunan antar warga. Agar hubungan antara manusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana yang diharapkan maka dirumuskan suatu norma-norma masyarakat. Mula-mula norma-norma tersebut terbentuk secara tidak sengaja. Namun lama kelamaan norma-norma tersebut telah melembaga dan dilaksanakan secara sadar oleh masyarakat. Norma-norma yang ada di desa Lalang adalah kebiasaan. Salah satu bentuk kebiasaan yang ada di desa ini adalah hormat dan patuh pada orang yang lebih tua ataupun orang yang disegani. Apabila seseorang tidak melaksanakan hal ini maka orang tersebut dianggap telah melakukan penyimpangan terhadap kebiasaan yang sudah ada. Anggota masyarakat yang melanggar adat kebiasaan ini akan mendapat sanksi dari masyarakat lain berupa pengucilan atau cemoohan.

Masyarakat desa Lalang adalah masyarakat Melayu maka tradisi yang berlaku di masyarakat ini adalah tradisi yang berasal dari budaya Melayu. Tradisi ini masih dilakukan dengan baik oleh masyarakat walaupun tidak sepenuhnya sama seperti pada masyarakat Melayu pesisir zaman dulu. Dahulu sebelum adanya pembangunan pabrik sekitar tahun 1979, masyarakat sering mengadakan

(17)

jamu laut dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan memotong seekor kerbau di tepi laut dengan tujuan untuk mendapatkan hasil ikan yang melimpah. Tetapi lambat laun upacara jamu laut sudah berkurang menjadi 6 bulan sekali, lalu berlanjut menjadi 1 tahun sekali, lalu lama ke lamaan menjadi hilang. Hal tersebut di sebabkan oleh faktor ekonomi, karena perekonomian menurun akibat tangggkapan ikan menurun di sebabkan oleh limbah pabrik sehingga mereka tidak mampu lagi untuk membeli kerbau sebagai syarat dalam acara jamu laut.

Dahulunya juga sempat ada adat istiadat tentang nikah tamu yang dilakukan masyarakat dengan pesta besar, dengan mengadakan pertunjukkan khas melayu. Sekarang acara tersebut sudah tidak ada lagi yang dikarenakan perekonomian masyarakat yang tidak mampu lagi mambuat acara tersebut. Aturan anak perempuan tidak boleh keluar malam, berbahasa santun, berprilaku sopan. Aturan-aturan tersebut mulai pudar dan tidak lagi dipergunakan oleh masyarakat.

Tradisi-tradisi yang juga masih berlaku dalam masyarakat Lalang adalah tradisi mengenai ritus lingkaran hidup. Ritus lingkaran hidup ini dimulai dengan upacara kehamilan yaitu pada waktu usia kehamilan tujuh bulan. Upacara ini dimaksudkan supaya dalam proses kelahiran nanti baik ibu maupun bayi yang akan dilahirkan mendapat keselamatan dan kesehatan. Keselamatan dalam hal ini yaitu selamat dari cacat fisik ataupun psikis/mental. Upacara ini adalah upacara utama sehingga sering dibuat secara besar-besaran terutama bagi kehamilan pertama. Yang paling menonjol dalam upacara ini adalah adanya rujak dari buah-buahan di dalam berkat yang akan dibagi-bagikan. Rasa dari rujak ini dipercaya

(18)

oleh masyarakat setempat sebagai penanda jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan.

Tujuh hari setelah bayi lahir, diadakan upacara puputan yaitu lepasnya ari-ari dari-ari pusar bayi. Kemudian setelah bayi berumur 40 hari-ari diadakan upacara kekahan. Pada upacara ini biasanya ditandai dengan penyembelihan kambing. Apabila bayi itu laki-laki maka akan disembelih dua kambing dan jika perempuan maka hanya satu kambing. Namun, biasanya upacara ini dilakukan apabila orang tua sudah merasa mampu menyelenggarakannya, jadi tidak berpatokan pada umur bayi.

Upacara yang berkaitan dengan lingkaran hidup masih terus dilakukan diantaranya adalah khitanan/sunatan. Upacara khitanan ini biasanya diadakan bagi seorang anak laki-laki yang sudah memasuki masa akil baligh/dewasa. Biasanya khitanan ini dilaksanakan ketika anak berusia 10-13 tahun. Dalam upacara ini diadakan suatu pesta dengan mengundang sanak saudara dan kerabat serta tetangga sebagai pemberitahuan dan rasa syukur bahwa anak mereka telah mencapai tingkat kedewasaan. Upacara yang lain adalah upacara perkawinan. Upacara perkawinan merupakan upacara yang dianggap paling penting dalam siklus kehidupan manusia, karena setelah perkawinan tersebut seseorang akan menjalani kehidupan yang baru bersama dengan pasangan hidupnya.

Pelaksanaan Upacara perkawinan yang diadakan oleh masyarakat di desa ini tidak jauh berbeda dengan upacara perkawinan yang dilakukan orang Jawa pada umumnya. Dalam ritual perkawinan ini terdapat tahap-tahap yang harus

(19)

dilalui seperti, lamaran, dan masih banyak lagi tahap-tahap lain yang harus dilalui baik oleh kedua mempelai maupun keluarga kedua belah pihak. Dalam upacara perkawinan ini biasanya juga digunakan sebagai ajang untuk mempererat tali silaturahmi antar keluarga dan kerabat, karena biasanya dalam upacara perkawinan ini seluruh kerabat baik yang dekat ataupun kerabat jauh diundang untuk memberikan doa restu pada kedua mempelai. Karena upacara perkawinan ini merupakan upacara paling penting dalam siklus hidup seseorang maka biasanya upacara ini diadakan semeriah mungkin. acaranya biasanya berlangsung dua hari satu malam. apabila yang memiliki hajat ini berasal dari keluarga mampu maka biasanya upacara ini diselenggarakan secara meriah dengan mengadakan suatu pertunjukan dangdutan/orkesan.

Upacara yang bernuansa kesedihan adalah upacara kematian. Bagi masyarakat Desa Lalang yang masih mempercayai akan adanya kekuatan-kekuatan. roh nenek moyang, akan selalu melakukan suatu ritual upacara apabila ada kematian. Upacara ini dilaksanakan sebagai tanda penghormatan dan untuk mendoakan keluarga atau orang yang meninggal tersebut. Upacara ini dilakukan sejak prosesi pemakaman dan berlanjut sampai hari ke 1000 orang tersebut meninggal. Selamatan ini dilakukan untuk menjaga kesinambungan antara keluarga dengan orang yang sudah meninggal itu. Menurut kepercayaan mereka sebelum hari keseribu orang tersebut meninggal, arwahnya masih berada disekitar keluarga yang ditinggalkan sehingga supaya arwah orang yang meninggal tersebut tidak mengganggu dan tenang dialamnya maka diadakan upacara tahlilan dan selamatan yang ditujukan kepada arwah tersebut

(20)

Hal ini seperti yang disampaikan oleh salah seorang informan.

“Kalau ada orang meninggal tidak diselamati nanti arwahnya mengganggu orang yang masih hidup karena minta dikirimi doa.”

Pada hari pertama orang meninggal sebelum jenazah dimakamkan, warga berdatangan kerumah duka sebagai wujud rasa bela sungkawa atas meninggalnya anggota keluarga tersebut. Biasanya para perempuan datang dengan membawa beras atau uang untuk membantu meringankan beban keluarga yang ditinggalkan. Kemudian pada malam harinya diadakan tahlilan di rumah duka dengan membaca yasin, dzikir dan tahlil untuk mendoakan arwah orang yang meninggal agar diampuni dan diterima disisi Allah SWT. Tahlilan ini dilakukan selama tiga malam berturut-turut. Selamatan kemudian dilanjutkan pada hari. ke-7 setelah kematian, kemudian berturut-turut adalah 40 hari, 100 hari, dan yang terakhir adalah 1000 hari.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan pada latar belakang, penulis ingin mengetahui seberapa besar Korelasi antara kesejahteraan ini terhadap tanggung jawab guru PAI di Madrasah Aliyah Negeri

memenuhi berbagai persyaratan yang harus dipenuhi, diantarnya pencantuman nama pencipta, dimana yang dimaksud pencipta dalam undang-undang no 19 tahun 2002 pasal 1

Smart Mark Reader™ adalah produk asli buatan Indonesia, yang mulai dipasarkan sejak bulan agustus tahun

air seperti cara masyarakat di atas. c) Buah rotan jernang dipisahkan antara biji dengan kulit dan daging, yang digunakan dalam penelitian adalah kulit dan daging buahnya. d)

Dari paparan diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa secara sederhana, pemikiran Islam dapat dikategorikan ke dalam 3 tipe pemikiran teologis, yakni;

II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka Prasetia Pancakarsa) pada klausul menimbang poin a menjelaskan bahwa “Pancasila yang

Dengan demikian, usaha-usaha pembenahan organisasi, tingkat kebutuhan sumber daya manusia berkualitas yang terus meningkat, cakupan kegiatan/program yang meluas, lulusan

Dalam hal penjualan kembali Unit Penyertaan REKSA DANA BNP PARIBAS INFRASTRUKTUR PLUS dilakukan oleh Pemegang Unit Penyertaan melalui media elektronik, maka Formulir