• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Pelatihan metode CBIA (Cara Belajar Ibu Aktif)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul Pelatihan metode CBIA (Cara Belajar Ibu Aktif)"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas izin dan karuniaNya akhirnya Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih Obat bagi kader dapat diselesaikan dengan baik setelah melalui tahapan dan proses yang cukup panjang.

Materi pelatihan ini disusun menggunakan Metode Pemberdayaan masyarakat dalam hal ini Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA) sebagai Pedoman Pelatihan bagi kader, yang tersusun berkat kerja sama dan dukungan dari WHO, Tim Konsultan, dan Para pelaksana serta seluruh staf Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional. Pada kesempatan ini kami sampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak yang membantu penyusunan modul ini.

Kami menyadari bahwa materi pelatihan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik membangun sangat kami harapkan guna penyempurnaan kedepan.

Akhirnya kami berharap materi ini dapat bermanfaat bagi para Kader kesehatan dan masyarakat untuk pengobatan sendiri.

Jakarta, April 2009

Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional

Dra. Nasirah Bahaudin, Apt. MM. NIP.195310311985012001

(2)

1. Dra. Nasirah Bahaudin, Apt.MM. 2. DR. Sri Suryawati

3. Dra. Nani Sukasediati, MS,Apt. 4. Dra. R. Dettie Yuliati, MSi,Apt. 5. Dra. Martuti Budiharto,MM,Apt. 6. Yusi Anggriani,S.Si.M.Kes,Apt. 7. Dra. Dara Amelia, MM,Apt. 8. Rohayati Rahafat, S.Si,Apt. EDITOR

1. Dra. R. Dettie Yuliati, MSi,Apt. 2. Dra. Martuti Budiharto,MM,Apt. 3. Yusi Anggriani,S.Si.M.Kes,Apt. 4. Dra. Dara Amelia, MM,Apt. 5. Rohayati Rahafat, S.Si,Apt 6. Sari Mutiarani, S.Si,Apt

(3)

BAB I

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM

PENGOBATAN SENDIRI

A. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pengobatan sendiri (self medication) merupakan upaya yang paling banyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi keluhan atau gejala penyakit, sebelum mereka memutuskan mencari pertolongan ke pusat pelayanan kesehatan/ petugas kesehatan. Lebih dari 60 % masyarakat mempraktekkan self-medication ini, dan lebih dari 80 % di antara mereka mengandalkan obat modern (Flora, 1991).

Apabila dilakukan dengan benar, maka self-medication merupakan sumbangan yang sangat besar bagi pemerintah, terutama dalam pemeliharaan kesehatan secara nasional.

Untuk melakukan self-medication secara benar, masyarakat mutlak memerlukan informasi yang jelas dan dapat dipercaya, dengan demikian penentuan jenis dan jumlah obat yang diperlukan harus berdasarkan kerasionalan.

Pelaku self-medication dalam ”mendiagnosis” penyakitnya, harus mampu (Suryawati, 1992) :

1. Mengetahui jenis obat yang diperlukan

2. Mengetahui kegunaan dari tiap obat, sehingga dapat mengevaluasi sendiri perkembangan rasa sakitnya.

3. Menggunakan obat secara benar (cara, aturan, lama pemakaian) dan mengetahui batas kapan mereka harus menghentikan self medication yang kemudian segera minta pertolongan petugas kesehatan.

4. Mengetahui efek samping obat yang digunakan sehingga dapat memperkirakan apakah suatu keluhan yang timbul kemudian, merupakan suatu penyakit baru atau efek samping obat.

(4)

itu perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat di dalam peningkatan pengetahuan tentang penggunaan obat untuk diri sendiri.

Metode Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA) merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dapat digunakan untuk swamedikasi. Metode ini merupakan metode pembelajaran untuk para ibu rumah tangga agar lebih aktif dalam mencari informasi mengenai obat yang digunakan oleh keluarga. Informasi tersebut berguna bagi para ibu antara lain agar mampu mempertimbangkan promosi iklan obat di pasaran dan mengelola obat di rumah tangga secara benar mengingat hasil beberapa survey menyatakan bahwa ibu rumah tangga adalah ”key person” dalam penggunaan obat. Selain itu juga agar tujuan self-medication dapat tercapai secara optimal.

Sebagai salah satu upaya pendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan metode intervensi tersebut di atas, maka perlu disosialisasikan kepada ibu rumah tangga dan kader masyarakat, melalui suatu pelatihan. Untuk ini perlu disusun suatu materi pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih Obat, dengan menggunakan metode ini.

2. PENYELENGGARAAN METODE CBIA

Penyelenggaraan metode CBIA ini berawal dari pengobatan untuk sendiri (self medication) yang banyak dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi keluhan atau gejala penyakit sebelum mereka memutuskan mencari pertolongan ke sarana pelayanan kesehatan maupun petugas kesehatan. Selain itu juga, masyarakat membutuhkan informasi yang benar, jelas dan dapat dipercaya, agar penentuan kebutuhan, jenis, dan jumlah obat berdasarkan kerasionalan. Pengetahuan tersebut di atas, dan pengetahuan tentang gejala serta cara mendiagnosis penyakit jarang sekali dikuasai oleh masyarakat. Masyarakat sering mendapatkan informasi obat melalui iklan obat, baik dari media cetak maupun media elektronik dan ini merupakan jenis informasi yang paling berkesan sangat mudah ditangkap serta sifatnya komersial.

(5)

kandungan bahan aktif. Dengan demikian apabila hanya mengandalkan jenis informasi ini masyarakat akan kehilangan informasi yang sangat penting yaitu jenis obat yang dibutuhkan untuk mengatasi gejala sakitnya. Akibat langsung yang dapat dirasakan adalah meningkatnya pola konsumsi obat di rumah tangga dengan seringnya didapatkan pemakaian beberapa nama dagang obat yang ternyata isinya persis sama. Dipandang dari segi ekonomi hal ini merupakan suatu pemborosan, selain itu dampak lain yang juga dapat diukur dengan uang adalah resiko terhadap kesehatan. Hal ini dapat terjadi, karena mungkin penggunaan obat secara salah dalam waktu yang lama, dan adanya resiko kontraindikasi sehingga tujuan baik dari self medication dapat berubah menjadi bencana. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk membekali masyarakat agar mempunyai keterampilan mencari informasi secara tepat dan benar, dengan memanfaatkan sumber-sumber informasi yang telah tersedia di masyarakat.

Sumber informasi yang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin adalah sumber informasi pada kemasan obat dan brosur obat atau package insert, dimana jenis informasi ini relatif dapat dipercaya.

Dengan modul ini diharapkan dapat menjadi petunjuk pelaksanaan dan keterampilan meningkatkan pengetahuan dan ketertampilan memilih obat dengan metode CBIA.

Modul ini telah diujicoba dan hasilnya memuaskan serta dapat merubah perilaku masyarakat dalam pengobatan sendiri.

B. SASARAN

Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan Penggunaan Obat Rasional. Kegiatan ini dapat diadakan sebagai pengisi acara baik pada pertemuan rutin maupun pertemuan khusus, dan sebagai penyelenggara dapat suatu organisasi, kader kesehatan, masyarakat umum baik secara individu maupun keluarga.

Forum yang paling ideal terdiri dari ibu, bapak, remaja yang tinggal dalam lingkungan yang berdekatan misalnya dalam satu RT, hal ini dimaksudkan

(6)

1. TUJUAN UMUM

Meningkatkan wawasan pengetahuan dan keterampilan peserta sehingga mampu menjelaskan penggunaan obat secara rasional dan pengelolaan serta penggunaan obat untuk sendiri, dan di rumah tangga.

2. TUJUAN KHUSUS

Peserta mampu menjelaskan : 1. Penggolongan obat

2. Informasi pada kemasan dan etiket obat 3. Cara pemilihan dan mendapatkan obat 4. Bentuk sediaan obat

5. Perhatian dan peringatan

6. Dosis Obat

7. Cara penggunaan obat 8. Efek samping obat 9. Cara penyimpanan

10. Kadaluarsa dan obat rusak 11. Cara pembuangan obat

(7)

BAB II

MATERI

PENGGUNAAN OBAT YANG RASIONAL

A. Pengantar

Pengobatan sendiri sering dilakukan oleh masyarakat. Dalam pengobatan sendiri sebaiknya mengikuti persyaratan penggunaan obat rasional. Materi ini akan membahas tentang batasan pengobatan rasional.

B. Tujuan

Setelah Pelatihan, peserta diharapkan mampu :

1. Memahami pengertian dan syarat penggunaan obat yang rasional.

C. Penggunaan Obat Rasional 1. Pengertian

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1985 : Penggunaan obat rasional bila :

- Pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya

- Periode waktu yang adekuat

- Harga yang terjangkau

2. Batasan penggunaan obat rasional

Kriteria penggunaan obat rasional adalah : a. Tepat diagnosis

Obat diberikan sesuai dengan diagnosis. Apabila diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah.

b. Tepat indikasi penyakit

Obat yang diberikan harus yang tepat bagi suatu penyakit. c. Tepat pemilihan obat

Obat yang dipilih harus memiliki efek terapi sesuai dengan penyakit. d. Tepat dosis

(8)

Jumlah obat yang diberikan harus dalam jumlah yang cukup.

2) Tepat cara pemberian

Cara pemberian obat yang tepat adalah Obat Antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu karena akan membentuk ikatan sehingga menjadi tidak dapat diabsorpsi sehingga menurunkan efektifitasnya.

3) Tepat interval waktu pemberian

Cara Pemberian obat hendaknya dibuat sederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat per hari (misalnya 4 kali sehari) semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang harus diminum 3 x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan interval setiap 8 jam.

4) Tepat lama pemberian

Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing – masing. Untuk Tuberkulosis lama pemberian paling singkat adalah 6 bulan, sedangkan untuk kusta paling singkat 6 bulan. Lama pemberian kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10 – 14 hari. e. Tepat penilaian kondisi pasien

Penggunaan obat disesuaikan dengan kondisi pasien, antara lain harus memperhatikan: kontraindikasi obat, komplikasi, kehamilan, menyusui, lanjut usia atau bayi.

f. Waspada terhadap efek samping

Obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, seperti timbulnya mual, muntah, gatal-gatal, dan lain sebagainya

g. Efektif, aman, mutu terjamin, tersedia setiap saat, dan harga terjangkau

Untuk mencapai kriteria ini obat dibeli melalui jalur resmi. h. Tepat tindak lanjut (follow up)

Apabila pengobatan sendiri telah dilakukan, bila sakit berlanjut konsultasikan ke dokter.

(9)

i. Tepat penyerahan obat (dispensing)

Penggunaan obat rasional melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen.

Resep yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di Puskesmas akan dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi yang tepat.

j. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan Ketidakpatuhan minum obat terjadi pada keadaan berikut :

- Jenis sediaan obat beragam

- Jumlah obat terlalu banyak

- Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering

- Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi

- Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara menggunakan obat

(10)

BAB III

MATERI INTI

POKOK BAHASAN 1 :

PENGGOLONGAN OBAT

A. Pengantar

Obat yang beredar di pasaran dikelompokkan menjadi 5 (lima) golongan. Masing-masing golongan mempunyai kriteria dan mempunyai tanda khusus. Uraian yang lebih rinci akan disajikan dalam subpokok bahasan 1C

B. Tujuan Tujuan umum :

Peserta dapat memahami penggolongan Obat. Tujuan khusus :

1. Mampu menjelaskan definisi obat

2. Mampu menjelaskan tanda penggolongan obat 3. Mampu menjelaskan jenis penggolongan obat

4. Memahami khasiat/pengaruh Obat Narkotika dan Psikotropika C. Definisi dan Penggolongan Obat

Obat adalah zat kimia yang bersifat racun, namun dalam jumlah tertentu dapat memberikan efek mengobati penyakit.

Obat dapat dibagi menjadi 5 (lima) golongan yaitu : 1. Obat bebas

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan dan etiket obat bebas, tanda khusus berupa lingkaran hijau ( TC 396) dengan garis tepi berwarna hitam.

(11)

2. Obat bebas terbatas

3. a. Obat keras

b. Obat psikotropika

4. Obat narkotika

Untuk keperluan pelatihan ini difokuskan pada 2 golongan obat yaitu golongan obat bebas dan bebas terbatas.

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas dalam jumlah tertentu tanpa resep dokter, namun penggunaannya harus memperhatikan informasi yang menyertai obat dalam kemasan. Pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas terdapat tanda khusus berupa lingkaran biru (TC 308) dengan garis tepi berwarna hitam.

Contoh : CTM

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep Dokter. Obat keras mempunyai tanda khusus berupa lingkatan bulat merah ( TC 165) dengan garis tepi berwarna hitam dan huruf K ditengah yang menyentuh garis tepi.

Contoh: asam mefenamat

Obat bukan golongan narkotik yang berkhasiat mempengaruhi susunan syaraf pusat. Obat ini dapat menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Obat golongan ini hanya boleh dijual dengan resep dokter dan diberi tanda huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.

Contoh : Diazepam, Phenobarbital

Obat yang berasal dari turunan tanaman atau bahan kimia yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dari dokter.

(12)

INFORMASI PADA KEMASAN DAN BROSUR OBAT

A. Pengantar

Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu dan dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa, mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan.

Oleh karena itu sebelum menggunakan obat, harus diketahui sifat dan cara penggunaannya agar tepat, aman dan rasional.

Informasi tentang obat, dapat diperoleh dari etiket atau brosur yang menyertai obat tersebut. Apabila isi informasi dalam etiket atau brosur obat kurang dipahami, dianjurkan untuk menanyakan pada tenaga kesehatan.

B. Tujuan

Tujuan umum

Dapat menjelaskan informasi yang terdapat dalam kemasan atau brosur. Tujuan khusus

Mampu menjelaskan informasi yang terdapat pada kemasan yang meliputi : nama obat, komposisi obat, indikasi, aturan pakai dan informasi lain.

C. Informasi dalam kemasan atau brosur

Pada umumnya informasi obat yang dicantumkan adalah : 1. Nama obat

Nama obat pada kemasan terdiri dari nama dagang dan nama zat aktif yang terkandung didalamnya.

Contoh : - Nama Dagang : Panadol

- Nama Zat Aktif : Parasetamol / Acetaminophen 2. Komposisi obat

Informasi tentang zat aktif yang terkandung didalam suatu obat, dapat merupakan zat tunggal atau kombinasi dari berbagai macam zat aktif dan bahan tambahan lain.

3. Indikasi

(13)

4. Aturan pakai

Informasi mengenai cara penggunaan obat yang meliputi waktu dan berapa kali obat tersebut digunakan.

5. Peringatan perhatian

Tanda Peringatan yang harus diperhatikan pada setiap kemasan obat bebas dan obat bebas terbatas.

6. Tanggal Daluwarsa

Tanggal yang menunjukkan berakhirnya masa kerja obat. 7. Nama Produsen

Nama Industri farmasi yang memproduksi obat. 8. Nomor batch/lot

Nomor kode produksi yang dikeluarkan oleh Industri Farmasi. 9. Harga Eceran Tertinggi

Harga jual obat tertinggi yang diperbolehkan oleh pemerintah. 10.Nomor registrasi

Adalah tanda ijin edar absah yang diberikan oleh pemerintah.

Penjelasan yang lebih rinci dari informasi ini akan dikemukakan dalam pokok bahasan selanjutnya.

(14)

CARA PEMILIHAN DAN MENDAPATKAN OBAT

A. Pengantar

Dalam pengobatan sendiri, agar memberikan manfaat yang optimal pemilihan obat menjadi faktor yang sangat penting atas dasar berbagai pertimbangan. B. Tujuan

Tujuan umum :

Peserta dapat menjelaskan cara pemilihan dan mendapatkan obat Tujuan khusus :

1. Mampu menjelaskan hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan obat

2. Mampu menetapkan jenis obat yang dibutuhkan, sesuai dengan kondisi badan saat itu.

3. Mampu menjelaskan cara melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui mutu obat

4. Mampu menyebutkan tempat mendapatkan obat. C. Cara Pemilihan obat

Hal yang harus diingat dalam pemilihan obat.

1. Alergi atau reaksi yang tidak diinginkan yang pernah dialami terhadap obat tertentu.

2. Wanita dalam kondisi hamil atau merencanakan untuk hamil, karena beberapa obat dapat mempengaruhi janin sehingga dapat menyebabkan cacat pada bayi.

3. Wanita yang sedang menyusui, sebab beberapa obat dapat masuk ke dalam air susu ibu dan menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada bayi. 4. Diet yang sedang dilakukan misalnya minum obat diet, atau diet rendah

garam, atau diet rendah gula, mengingat selain mengandung bahan berkhasiat obat juga mengandung bahan tambahan lain seperti pemanis. 5. Sedang minum obat lain.

(15)

D. Cara Mendapatkan Obat

Masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan dan obat dari rumah sakit, puskesmas, pustu dan poskesdes atau membeli obat sendiri di apotek atau toko obat berizin.

Pada waktu menerima obat dari petugas kesehatan di rumah sakit, puskesmas, apotek, atau toko obat, diwajibkan melakukan pemeriksaan fisik obat dan mutu obat yang meliputi :

1. Jenis dan jumlah obat 2. Kemasan obat

3. Kadaluarsa obat

(16)

BENTUK SEDIAAN

A. Pengantar

Sediaan obat secara umum dapat berupa padat pada umumnya sebagai obat dalam, yaitu puyer, tablet dan kapsul. Selain itu ada pula sediaan obat yang berbentuk larutan, misalnya sirup, emulsi, suspensi dan larutan biasa. Digunakan sebagai obat dalam, tapi sebagian merupakan sediaan obat luar berbentuk setengah padat seperti salep/krim dan lotion.

B. Tujuan Umum

Peserta dapat menjelaskan tentang berbagai jenis bentuk sediaan obat Tujuan Khusus

1. Menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat padat 2. Menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat kapsul 3. Menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat puyer 4. Menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat cair

5. Menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat setengah padat C. Bentuk Sediaan Obat

1. Sediaan Padat

1.1. Tablet

Adalah sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk pipih kedua permukaannya rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih, dengan atau tanpa zat tambahan

Tablet a. Tablet bersalut

Tablet yang bersalut / berlapis dengan tujuan untuk:

melindungi zat aktif dari udara, kelembaban, dan cahaya,

menutupi rasa dan bau, penampilan lebih baik.

(17)

b. Tablet Effervescent

Tablet yang dilarutkan dalam air terlebih dahulu sebelum diminum. Tablet ini mengeluarkan gas CO2.

c. Tablet Kunyah

Tablet yang penggunaannya dikunyah dengan tujuan memberikan rasa enak dan mudah ditelan. d. Tablet Hisap

Tablet yang penggunaannya dihisap, tidak langsung ditelan.

1. 2. Kapsul

Sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam air, terbuat dari gelatin atau bahan lain yang sesuai .

2. Sediaan Cair

1.3. Pulvis / Puyer / Talk

Campuran kering bahan obat yang dihaluskan untuk digunakan sebagai obat dalam atau obat luar.

2.1. Sirup

Sediaan cair yang digunakan sebagai obat dalam (diminum) 2.2. Larutan Obat Luar

Larutan yang digunakan hanya untuk penggunaan luar (tidak diminum), seperti :

Cairan Tetes HidungCairan Tetes TelingaCairan Tetes Mata

(18)

4. Sediaan Setengah Padat

Sediaan obat luar yang digunakan dengan cara dihisap melalui hidung

4.1. Salep

Sediaan setengah padat yang digunakan untuk kulit atau mata.

4.2. Krim

Sediaan setengah padat yang digunakan untuk kulit dan kosmetik.

4.3. Gel

Sediaan setengah padat yang digunakan untuk kulit, anus dan vagina

4.4. Aerosol

Sediaan setengah padat yang digunakan dengan cara semprot pada hidung atau mulut

4.5. Suppositoria

Sediaan setengah padat berbentuk peluru digunakan untuk anus

4.6. Ovula

Sediaan setengah padat berbentuk bulat telur digunakan untuk vagina

(19)

POKOK BAHASAN 5 :

PERINGATAN PERHATIAN

A. Pengantar

Dalam melaksanakan pengobatan sendiri, harus diwaspadai saat menggunakan obat bebas terbatas, karena khusus untuk obat bebas terbatas selain terdapat tanda khusus lingkaran biru, diberi pula tanda peringatan untuk aturan pakai obat. Karena hanya dengan takaran dan kemasan tertentu obat ini aman digunakan untuk pengobatan sendiri.

B. Tujuan Tujuan umum :

Peserta dapat menjelaskan hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat dan tanda peringatan yang tertera pada kemasan dan etiket obat

Tujuan khusus :

1. Menjelaskan hal – hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat

2. Menjelaskan arti tanda peringatan yang tertera pada kemasan dan etiket obat.

C. Beberapa hal yang harus diperhatikan

Untuk menetapkan jenis obat, harus diperhatikan: 1. Gejala atau keluhan rasa sakit

2. Alergi atau reaksi yang tidak diinginkan yang pernah dialami terhadap obat tertentu.

3. Wanita dalam kondisi hamil atau merencanakan untuk hamil, karena beberapa obat dapat mempengaruhi janin sehingga dapat menyebabkan cacat pada bayi.

4. Wanita yang sedang menyusui, sebab beberapa obat dapat masuk ke dalam air susu ibu dan menimbulkan efek negatif pada bayi.

5. Diet yang sedang dilakukan misalnya dengan menggunakan obat diet, atau diet rendah garam, atau diet rendah gula, mengingat bahwa suatu obat, selain mengandung bahan berkhasiat obat juga mengandung bahan tambahan lain seperti pemanis.

(20)

rasa kantuk; seharusnya tidak membawa kendaraan sesudah minum obat.

7. Sediaan obat harus tepat, misalnya kalau sulit menelan hindari obat oral. 8. Sedang minum obat lain, karena kemunkinan akan terjadi interaksi. 9. Nama obat, khasiat, cara penggunaan dan dosis.

Untuk menetapkan kemasan/wadah obat harus diperhatikan :

Harus tersegel dengan baik, tidak rusak, tidak berlubang, tanggal kadaluarsa jelas terbaca.

D. Bentuk tanda peringatan

Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas berbentuk empat persegi panjang dengan huruf putih pada dasar hitam ukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2 (dua) sentimeter yang terdiri dari 6 macam, yaitu P No. 1 s/d 6, sebagai berikut :

P. No. 1 Awas ! Obat Keras Bacalah aturan memakainya

P. No. 2 Awas ! Obat Keras

Hanya untuk kumur, jangan ditelan

P. No. 3 Awas ! Obat Keras

Hanya untuk bagian luar dari badan

P. No. 4 Awas ! Obat Keras Hanya untuk dibakar

P. No. 5 Awas ! Obat Keras Tidak boleh ditelan

P. No. 6 Awas ! Obat Keras Obat wasir, jangan ditelan

(21)

POKOK BAHASAN 6 :

DOSIS OBAT

A. Pengantar

Pada hakekatnya obat adalah zat kimia bersifat racun, namun dalam jumlah yang tepat dapat memberikan manfaat untuk pengobatan. Dengan demikian, dalam melakukan pengobatan sendiri harus memperhatikan aturan penggunaan obat, baik jumlah maupun waktu minum.

B. Tujuan

Tujuan umum :

Peserta dapat menjelaskan tentang dosis obat. Tujuan khusus :

1. Menyebutkan pengertian dosis obat

2. Menjelaskan perlunya mematuhi dosis obat 3. Menjelaskan cara penggunaan obat

C. Dosis

Dosis adalah merupakan aturan penggunaan obat yang menunjukkan :

1. Jumlah gram atau volume obat

2. Berapa kali obat harus diberikan.

Dosis harus sesuai dengan umur dan berat badan pasien. Gunakan obat tepat waktu sesuai aturan penggunaan, contoh : - Tiga kali sehari berarti obat diminum setiap 8 jam sekali - Obat diminum sebelum atau sesudah makan

- Jika menggunakan obat bebas, ikuti petunjuk pada kemasan atau brosur/leaflet.

Bila lupa minum obat :

1. Segera minum obat yang terlupa

2. Abaikan dosis yang terlupa, jika hampir mendekati minum berikutnya 3. Kembali ke jadwal selanjutnya sesuai aturan

(22)

CARA PENGGUNAAN OBAT

A. Pengantar

Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan dosis tertentu, dan dengan penggunaan yang tepat, dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa, mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan.

B. Tujuan

Tujuan umum :

Peserta dapat menjelaskan cara penggunaan obat yang benar Tujuan Khusus :

1. Mampu menjelaskan cara penggunaan obat oral, yaitu obat yang melalu mulut, kemudian ditelan

2. Mampu menjelaskan cara penggunaan obat luar, meliputi obat suntik, salep, krim, lotion dan obat tetes.

C. Cara Penggunaan Obat

Penggunaan obat berpedoman kepada penggunaan obat rasional yang mengacu prinsip :

1. Ketepatan diagnosa

2. Ketepatan indikasi penggunaan obat 3. Ketepatan pemilihan obat

4. Ketepatan dosis, cara dan lama pemberian

5. Ketepatan pemberian informasi kepada pasien mengenai cara penggunaan obat dan penyimpanannya.

Cara pemberian informasi obat kepada pasien/masyarakat harus mudah dimengerti, singkat tetapi jelas.

Informasi yang harus diketahui oleh tenaga kesehatan untuk disampaikan kepada pasien, adalah :

a. Umum

(23)

Penggunaan obat tanpa petunjuk langsung dari dokter hanya boleh untuk penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas serta untuk masalah kesehatan yang ringan.

2. Waktu minum obat , sesuai dengan waktu yang dianjurkan : a) Pagi, berarti obat harus diminum antara pk 07.00 - 08.00 WIB b) Siang, berarti obat harus diminum anara pk12.00 -13.00 WIB c) Sore, berarti obat harus diminum antara pk.17.00-18.00 WIB d) Malam, berarti obat harus diminum antara pk 22.00-23.00 WIB 3. Aturan minum obat yang tercantum dalam etiket harus di patuhi.

Bila tertulis :

a) 1 (satu) kali sehari, berarti obat tersebut diminum waktu pagi hari atau malam hari, tergantung dari khasiat obat tersebut.

b) 2 (dua) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pagi dan malam hari

c) 3 (tiga) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pada pagi, siang dan malam hari

d) 4 (empat) kali sehari, berarti obat tersebut haus diminum pada pagi, siang, sore dan malam hari.

e) Minum obat sampai habis, berarti obat harus diminum sampai habis, biasanya obat antiotika.

4. Penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas tidak dimaksudkan untuk penggunaan secara terus – menerus.

5. Hentikan penggunaan obat apabila tidak memberikan manfaat atau menimbulkan hal–hal yang tidak diinginkan, segera hubungi tenaga kesehatan terdekat.

6. Sebaiknya tidak mencampur berbagai jenis obat dalam satu wadah 7. Sebaiknya tidak melepas etiket dari wadah obat karena pada etiket

tersebut tercantum cara penggunaan obat dan informasi lain yang penting.

8. Bacalah cara penggunaan obat sebelum minum obat, demikian juga periksalah tanggal kadaluarsa.

9. Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama.

(24)

1. Obat Oral (Obat Dalam)

Pemberian obat oral (melalui mulut) adalah cara yang paling praktis, mudah dan aman. Yang terbaik adalah minum obat dengan air matang.

Obat oral terdapat dalam beberapa bentuk sediaan yaitu tablet, kapsul, puyer dan cairan.

1.1. Petunjuk Pemakaian Obat Oral Untuk Dewasa Sediaan Obat Padat

1) Obat oral dalam bentuk padat, sebaiknya diminum dengan air matang

2) Hubungi tenaga kesehatan apabila sakit dan sulit saat menelan obat

3) Ikuti petunjuk tenaga kesehatan kapan saat yang tepat untuk minum obat apakah pada saat perut kosong, atau pada saat makan atau sesudah makan atau pada malam hari sebelum tidur.

Misalnya : obat antasida harus diminum saat perut kosong, obat yang merangsang lambung, harus diminum sesudah makan, obat pencahar diminum sebelum tidur.

Sediaan obat larutan

1. Gunakan sendok takar atau alat lain (pipet, gelas takar obat) jika minum obat dalam bentuk larutan/cair. Sebaiknya tidak menggunakan sendok rumah tangga, karena ukuran sendok rumah tangga tidak sesuai untuk ukuran dosis.

2. Hati-hati terhadap obat kumur. Jangan diminum. Lazimnya pada kemasan obat kumur terdapat peringatan ”Hanya untuk kumur, jangan ditelan”.

3. Sediaan obat larutan biasanya dilengkapi dengan sendok takar yang mempunyai tanda garis sesuai dengan ukuran 5,0 ml, 2,5 ml dan 1,25 ml.

(25)

Apabila dalam etiket tertulis :

1.2. Petunjuk Penggunaan Obat Oral Untuk Bayi / Anak Balita Sediaan cairan untuk bayi dan balita harus jelas dosisnya. Gunakan sendok takar yang tersedia didalam kemasannya.

Berikan minuman kesukaan anak setelah minum obat yang terasa pahit/ kurang enak.

2. Obat Luar

2.1. Sediaan Kulit

Beberapa bentuk sediaan obat untuk penggunaan kulit, yaitu bentuk bubuk halus (bedak), cairan (lotion), setengah padat (krim, salep).

1 1 (satu) sendok takar obat,

2 berarti obat tersebut harus dituangkan pada sendok takar sampai garis yang menunjukan volume 5 ml.

3 ½ (setengah) sendok takar obat,

4 berarti obat tersebut harus dituangkan pada sendok takar sampai garis yang menunjukan volume 2,5 ml.

5 ¼ (seperempat) sendok takar obat,

6 berarti obat tersebut harus dituangkan pada sendok takar sampai garis yang menunjukan volume 1,25 ml.

Tetes

Biasanya disediakan untuk sediaan obat tetes/drop.

Didalam kemasan sudah terdapat alat pipet yang berukuran ml.

Aturan pakai obat tetes, dinyatakan dalam jumlah tetes atau ml

Gb. sdk Gb. sdk Gb. sdk Gb. Pipet tetes

(26)

1. Cuci tangan.

2. Oleskan/taburkan obat tipis–tipis pada daerah yang terinfeksi. 3. Cuci tangan kembali untuk membersihkan sisa obat.

Sediaan ini tidak boleh diberikan pada luka terbuka dan gunakan sampai sembuh, atau tidak ada gejala lagi.

2.2. Sediaan Obat Mata

Terdapat 2 macam sediaan untuk mata, yaitu bentuk cairan (obat tetes mata) dan bentuk setengah padat (salep mata). Dua sediaan tersebut merupakan produk yang pembuatannya dilakukan secara steril (bebas kuman) sehingga dalam penggunaannya harus diperhatikan agar tetap bebas kuman. Apabila mengalami peradangan pada mata (glaukoma atau inflamasi), petunjuk penggunaan harus diikuti dengan benar. Untuk mencegah kontaminasi (pencemaran), hindari ujung wadah obat tetes mata terkena permukaan benda lain (termasuk mata) dan wadah harus tetap tertutup rapat sesudah digunakan.

Cara penggunaan : 1. Cuci tangan.

2. Tengadahkan kepala pasien; dengan jari telunjuk tarik kelopak mata bagian bawah.

3. Tekan botol tetes atau tube salep hingga cairan atau salep masuk dalam kantung mata bagian bawah.

4. Tutup mata pasien perlahan–lahan selama 1 sampai 2 menit. 5. Untuk penggunaan tetes mata tekan ujung mata dekat hidung

selama 1-2 menit; untuk penggunaan salep mata, gerakkan mata ke kiri-kanan, ke atas dan ke bawah.

6. Setelah obat tetes atau salep mata digunakan, usap ujung wadah dengan tisu bersih, tidak disarankan untuk mencuci dengan air hangat.

7. Tutup rapat wadah obat tetes mata atau salep mata. 8. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.

(27)

PERHATIAN

2.3. Sediaan Obat Hidung

Terdapat 2 macam sediaan untuk hidung, yaitu obat tetes hidung dan obat semprot hidung.

Cara penggunaan obat tetes hidung : 1. Cuci tangan.

2. Bersihkan hidung. 3. Tengadahkan kepala.

4. Teteskan obat dilubang hidung.

5. Tahan posisi kepala selama beberapa menit agar obat masuk ke lubang hidung.

6. Bilas ujung obat tetes hidung dengan air panas dan keringkan dengan kertas tissue kering.

7. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan. Cara penggunaan obat semprot hidung :

1. Cuci tangan.

2. Bersihkan hidung dan tegakkan kepala.

3. Semprotkan obat ke dalam lubang hidung sambil tarik napas dengan cepat.

4. Untuk posisi duduk : tarik kepala dan tempatkan diantara dua paha

5. Cuci botol alat semprot dengan air hangat (jangan sampai air masuk ke dalam botol) dan keringkan dengan tissue bersih setelah digunakan.

6. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan. Hindari penggunaan obat tetes mata atau salep mata setelah dibuka lebih dari 30 hari, karena obat tidak bebas kuman lagi.

Hindari penggunaan obat tetes mata atau salep mata oleh lebih dari satu orang, agar tidak terjadi penulaan infeksi

(28)

2.4. Sediaan Tetes Telinga

Hindarkan ujung kemasan obat tetes telinga dan alat penetes telinga atau pipet terkena permukaan benda lain (termasuk telinga), untuk mencegah kontaminasi

Cara penggunaan obat tetes telinga : 1. Cuci tangan.

2. Bersihkan bagian luar telinga dengan ”cotton bud”.

3. Kocok sediaan terlebih dahulu bila sediaan berupa suspensi. 4. Miringkan kepala atau berbaring dalam posisi miring dengan

telinga yang akan ditetesi obat, menghadap ke atas.

5. Tarik telinga keatas dan ke belakang (untuk orang dewasa) atau tarik telinga kebawah dan ke belakang (untuk anak-anak) 6. Teteskan obat dan biarkan selama 5 menit.

7. keringkan dengan kertas tisu setelah digunakan 8. Tutup wadah dengan baik.

9. Jangan bilas ujung wadah dan alat penetes obat.

10.Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan. 2.5. Sediaan Supositoria

Cara penggunaan supositoria : 1. Cuci tangan

2. Buka bungkus aluminium foil dan basahi supositoria dengan sedikit air.

3. Pasien dibaringkan dalam posisi miring

4. Dorong bagian ujung supositoria ke dalam anus dengan ujung jari.

5. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan . Jika supositoria terlalu lembek, sehingga sulit untuk dimasukkan kedalam anus, maka sebelum digunakan sediaan supositoria ditempatkan di dalam lemari pendingin selama 30 menit Hindari penggunaan obat tetes hidung oleh lebih dari satu orang, agar tidak terjadi penularan infeksi

(29)

kemudian tempatkan pada air mengalir sebelum membuka bungkus kemasan aluminium foil.

2.6. Sediaan Krim/Salep Rektal

Cara penggunaan krim/salep rektal : a. Tanpa aplikator

1. Bersihkan dan keringkan daerah rektal,

2. Masukkan salep atau krim secara perlahan ke dalam rektal 3. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan b. Dengan menggunakan aplikator

4. Hubungkan aplikator dengan wadah krim/salep yang sudah dibuka.

5. Masukkan kedalam rektum / anus

6. Tekan sediaan sehingga krim/salep keluar.

7. Buka aplikator, cuci bersih dengan air hangat dan sabun. 8. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan. 2.7. Sediaan Ovula /obat vagina

Cara penggunaan sediaan ovula : 1. Cuci tangan dengan sabun dan air hangat

2. Baringkan pasien dengan kedua kaki direnggangkan 3. Ambil obat vagina

4. Masukkan obat kedalam vagina 5. Biarkan selama beberapa waktu

6. Cuci bersih tangan dengan sabun dan air hangat. PERHATIAN

Jika penderita sedang dalam keadaan hamil, sebelum menggunakan obat sebaiknya konsultasi terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan/ dokter

Gunakan aplikator sesuai dengan petunjuk penggunaan yang disertakan dalam kemasan

(30)

EFEK SAMPING OBAT

A. Pengantar

Pada saat dilakukan pengobatan dengan menggunakan dosis yang normal, sering timbul efek samping yang tidak diinginkan. Efek samping ini terjadi setelah beberapa saat minum obat. Efek samping ini dapat terjadi pada saluran pencernaan berupa rasa mual, diare, perut sembelit, dapat juga terjadi pada kulit, berupa bercak merah, gatal, rasa panas pada kulit, selain itu juga dapat menyebabkan wajah menjadi bengkak, sesak nafas dan sebagainya.

B. Tujuan Tujuan umum :

Peserta dapat menjelaskan tentang masalah efek samping obat. Tujuan khusus :

1. Menjelaskan tentang kemungkinan terjadinya efek samping setelah minum obat tertentu.

2. Menjelaskan jenis efek samping obat yang biasa timbul.

3. Menjelaskan cara menanggulangi apabila terjadi efek samping obat. C. Efek samping obat

Efek samping obat adalah setiap respon obat yang merugikan akibat penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal.

Beberapa hal yang perlu diketahui tentang efek samping obat, adalah sebagai berikut :

1. Biasanya efek samping obat terjadi setelah beberapa saat minum obat. 2. Perhatikan kondisi pasien, misalnya ibu hamil, ibu menyusui, lansia,

anak-anak, penderita gagal ginjal, jantung dan sebagainya. Pada penderita tersebut harus lebih berhati-hati dalam memberikan obat.

3. Informasi tentang kemungkinan terjadinya efek samping obat, biasanya terdapat pada brosur kemasan obat, oleh karena itu bacalah dengan seksama kemasan atau brosur obat, agar efek samping yang mungkin

(31)

timbul sudah diketahui sebelumnya, sehingga dapat dilakukan rencana penanggulangannya.

Efek samping yang biasa terjadi :

1. Pada kulit, berupa rasa gatal, timbul bercak merah atau rasa panas. 2. Pada kepala, terasa pusing.

3. Pada saluran pencernaan, terasa mual, dan muntah, serta diare. 4. Pada saluran pernafasan, terjadi sesak nafas.

5. Pada jantung terasa dada berdetak kencang (berdebar-debar). 6. Urin berwarna merah sampai hitam.

Hal yang harus dilakukan apabila timbul efek samping obat :

1. Hentikan minum obat.

2. Mencari pertolongan ke sarana kesehatan, puskesmas / rumah sakit / dokter terdekat.

(32)

CARA PENYIMPANAN OBAT

A. Pengantar

Dalam upaya pengobatan suatu penyakit, perlu diberikan beberapa jenis obat yang saling berbeda baik bentuk sediaannya maupun kemasannya. Apabila hal ini terjadi di suatu rumah tangga, maka perlu dipikirkan cara menyimpan obat. Bila cara penyimpanan obat tidak memenuhi persyaratan cara menyimpan obat yang benar, maka akan terjadi perubahan sifat obat tersebut, sampai terjadi kerusakan obat.

B. Tujuan

Tujuan umum :

Peserta mampu menjelaskan tentang cara penyimpanan obat yang benar Tujuan khusus :

1. Menjelaskan cara penyimpanan obat

2. Menjelaskan akibat penyimpanan obat yang tidak tepat C. Cara penyimpanan obat

Cara penyimpanan obat di rumah tangga sebagai berikut : Umum :

1. Jauhkan dari jangkauan anak – anak.

2. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.

3. Simpan obat ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung atau ikuti aturan yang tertera pada kemasan.

4. Jangan tinggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu lama karena suhu yang tidak stabil dalam mobil dapat merusak sediaan obat.

5. Jangan simpan obat yang telah kadaluarsa. Khusus :

1. Tablet dan kapsul

Jangan menyimpan tablet atau kapsul ditempat panas dan atau lembab. 2. Sediaan obat cair

(33)

Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam lemari pendingin (freezer) agar tidak beku kecuali disebutkan pada etiket atau kemasan obat.

3. Sediaan obat vagina dan ovula

Sediaan obat untuk vagina dan anus (ovula dan suppositoria) disimpan di lemari es karena dalam suhu kamar akan mencair.

4. Sediaan Aerosol / Spray

Sediaan obat jangan disimpan di tempat yang mempunyai suhu tinggi karena dapat menyebabkan ledakan.

(34)

OBAT RUSAK DAN KADALUARSA

A. Pengantar

Zat berkhasiat yang terdapat dalam sediaan obat, selalu mempunyai masa aktif untuk tujuan pengobatan tertentu. Biasanya tertulis pada kemasan atau lembar informasi. Sediaan cair lebih jelas dilihat apabila kadaluarsa, yaitu terjadi perubahan bentuk cairan, perubahan warna, timbul bau atau timbul gas akibat reaksi antar zat didalam obat tersebut. Sementara sediaan obat dalam bentuk padat apabila sudah mencapai masa kadaluarsa, biasanya terjadi perubahan fisik.

B. Tujuan Tujuan umum :

Peserta dapat menjelaskan tentang kadaluarsa suatu obat, dan obat rusak. Tujuan Khusus :

1. Mampu menjelaskan penyebab kerusakan obat 2. Mampu menjelaskan tanda-tanda obat rusak C. Kerusakan Obat

Kerusakan obat dapat disebabkan oleh :

1. Udara yang lembab

2. Sinar Matahari

3. Suhu

4. Goncangan fisik

D. Cara Mengetahui Obat Rusak 1. Tablet

Terjadi perubahan pada warna, bau dan rasa, timbul bintik–bintik noda, lubang-lubang, pecah, retak, terdapat benda asing, menjadi bubuk dan lembab.

(35)

2. Tablet Salut

Terjadi perubahan salutan seperti pecah, basah, lengket satu dengan lainnya dan terjadi perubahan warna.

3. Kapsul

Cangkang kapsul menjadi lembek, terbuka sehingga isinya keluar, melekat satu sama lain, dapat juga melekat dengan kemasan.

4. Puyer

Terjadi perubahan warna, timbul bau, timbul noda bintik-bintik, lembab sampai mencair.

5. Salep / Krim / Lotion / Cairan

Terjadi perubahan warna, bau, timbul endapan atau kekeruhan, mengental, timbul gas, memisah menjadi 2 (dua) bagian, mengeras, sampai pada kemasan atau wadah menjadi rusak.

(36)

CARA PEMBUANGAN OBAT

A. Pengantar

Obat sisa yang tidak digunakan untuk pengobatan lagi, sebaiknya disimpan di suatu tempat obat yang terpisah dari penyimpanan barang-barang lain dan tidak mudah dijangkau oleh anak-anak. Tetapi apabila obat tersebut sudah rusak, sebaiknya dibuang saja, agar tidak digunakan oleh orang lain yang tidak mengetahui mengenai masalah obat.

B. Tujuan

Tujuan umum :

Peserta dapat menjelaskan dan menerapkan tentang cara pembuangan obat Tujuan khusus :

1. Menjelaskan cara pembuangan obat

2. Menjelaskan cara pembuangan kemasan obat

C. Cara pembuangan obat

Pembuangan obat dapat dilakukan apabila obat rusak akibat penyimpanan yang lama atau kadaluwarsa.

Obat yang rusak dibuang dengan cara :

1. Penimbunan di dalam tanah

Hancurkan obat dan timbun di dalam tanah.

2. Pembuangan ke saluran air

Untuk sediaan cair, encerkan sediaan dan buang kedalam saluran air.

D. Cara Pembuangan Kemasan Obat

1. Wadah berupa botol atau pot plastik

Terlebih dahulu lepaskan etiket obat, dan tutup botol, kemudian dibuang di tempat sampah, hal ini untuk menghindari penyalahgunaan bekas wadah obat.

2. Boks / dus / Tube

(37)

BAB IV

MATERI DISKUSI

Tata Cara Pelaksanaan Metode CBIA

A. Pengantar

Setelah mendapat materi bahasan tentang pengetahuan dan keterampilan memilih obat maka perlu dilakukan diskusi antar anggota kelompok agar teori tersebut dapat diterapkan dalam pelaksanaan pengobatan sendiri

B. Tujuan

Tujuan Umum :

Peserta dapat memilih obat dalam pengobatan sendiri Tujuan Khusus :

1. Mampu melaksanakan pemilihan obat dalam rangka pengobatan sendiri. 2. Mampu menggunakan obat dengan benar dalam rangka pengobatan

sendiri.

3. Mampu mengetahui dan menjelaskan efek samping obat yang akan terjadi.

4. Mampu menentukan tempat, cara mendapatkan obat, menyimpan dan membuang serta mengetahui kadaluarsa dan obat rusak.

C. Tahapan Kegiatan

Kegiatan dibagi menjadi 3 tahap,

Kegiatan I dan II dilakukan dalam kelompok, dan kegiatan III dilakukan secara individual di rumah.

Kegiatan I dan II memakan waktu 2 - 3 jam, tergantung dari dinamika kelompok.

Makin tinggi tingkat dinamika, makin besar gairah untuk berdiskusi sehingga akan semakin lama waktu yang diperlukan. Sebaiknya kegiatan dalam kelompok dibatasi maksimal 4 jam.

Peserta dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 6 - 8 orang. Lembar kerja (Lampiran 2) dibagikan kepada tiap peserta.

Petunjuk kegiatan (Lampiran 3) diberikan kepada ketua kelompok. Kegiatan I ( kelompok)

(38)

1. Mengamati kemasan obat untuk : (1) Mengenali nama dagang (2) Mengenali nama bahan aktif (3) Mengenali Kekuatan bahan aktif

(4) Mengenali bahan utama dan tambahan pada obat kombinasi

2. Mengelompokkan obat berdasarkan jenis bahan aktif bukan berdasarkan indikasi.

3. Mendiskusikan hasil - hasil pengamatan di atas.

Dengan pimpinan ketua kelompok dan bila perlu dibantu Tutor / Narasumber, diskusi diharapkan dapat mengungkapkan hal - hal berikut :

1. Ternyata informasi dalam kemasan obat lebih lengkap dibanding iklan. Kemasan obat selalu mencantumkan informasi bahan aktif.

Apabila dijumpai keraguan terhadap iklan, informasi dapat dicek langsung ke kemasan obat.

2. Ternyata dari berbagai macam obat yang ada di pasaran, baik sirup atau tablet, sebagian besar isi bahan aktifnya sama atau hampir sama.

Bila gejala sakit yang diderita memerlukan jenis obat tertentu, periksa dulu persediaan obat di rumah, apakah jenis obat tersebut tersedia, apapun nama dagangnya.

3. Peserta dapat mengenali perbedaan atau persamaan kandungan zat aktif antara sediaan untuk orang dewasa dan anak-anak.

Nama dagang untuk dewasa dan anak sering dibuat mirip, misalnya Bodrex-Bodrexin, Inza-Inzana, Mixagrip-Minigrip, padahal kandungan zat aktif berbeda walaupun indikasi sama.

Peserta perlu diingatkan hati - hati dengan perbedaan tersebut.

Selain itu, peserta juga diharapkan dapat mengenali perbedaan dosis antara anak dan dewasa.

4. Harga obat bisa sangat bervariasi, walaupun kandungan isinya sama. Sirup umumnya jauh lebih mahal dari pada tablet.

Merek dengan nama Forte, Plus, dan sebagainya perlu dipelajari perbedaannya dengan yang biasa.

(39)

5. Untuk tujuan promotif, seringkali nama bahan aktif ditulis dengan nama sinonim yang jarang diketahui awam, padahal tersedia nama yang lazim. Sebagai contoh :

Pencantuman 1.3.7 trimetilxanthin untuk mengganti nama kafein, acetaminophen dan para-aminophenol untuk mengganti parasetamol, para-hidroksibenzamid untuk salisilamid.

Kandungan vitamin B1 dalam produk Pil Sehat ditulis dengan nama kimia yang sangat panjang.

Pencantuman nama paten bahan aktif yang sebenarnya sudah umum diketahui, misal : Silentium sebagai nama paten dekstrometorfan dalam produk obat batuk Vicks-Formula 44 kemasan lama.

6. Makin banyak obat yang disediakan untuk kegiatan ini, makin dijumpai ”keanehan” dari produk, yang dalam aktifitas sehari-hari mungkin tidak diperhatikan.

Kegiatan II (Kelompok)

Tahap kegiatan ini bertujuan agar peserta berlatih mencari informasi dari kemasan, dengan cara meneliti setiap tulisan yang tercantum dalam kemasan maupun package insert.

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan sebagai dasar melakukan self-medication, yaitu :

1. nama bahan aktif, 2. indikasi,

3. aturan penggunaan, 4. efek samping, dan 5. kontraindikasi.

Peran Tutor dalam tahap ini cukup besar, untuk mendorong semua kebutuhan informasi, yakni 5 komponen utama informasi ditemukan secara lengkap.

Dalam kegiatan ini digunakan lembar kerja yang telah disediakan (Lampiran 2).

Jumlah lembar kerja tidak perlu dibatasi.

Kelengkapan pengisian lembar kerja diharapkan dapat memacu aktifitas peserta pada tahap selanjutnya.

(40)

bersama - sama, sambil membandingkan kelengkapan informasi dari satu nama dagang dengan nama dagang yang lain.

Walaupun kegiatan ini dilakukan dalam kelompok, namun tiap peserta harus mencatat untuk diri masing – masing.

Sambil mencatat informasi, peserta sekaligus dapat menelaah secara sederhana, kelengkapan dan kejelasan informasi yang disajikan pada tiap kemasan.

Kegiatan 3 (individual)

Kegiatan ini bertujuan untuk memupuk keberanian peserta mencari informasi sendiri.

Perlu dipastikan dahulu bahwa lembar kerja pada kegiatan 2 telah terisi dengan baik.

Dalam tahap ini, peserta diminta untuk mengerjakan pencatatan informasi seperti kegiatan 2, terhadap obat yang ada di rumah masing - masing.

Setelah menjelaskan kegiatan 3, diskusi ditutup dengan rangkuman oleh salah satu Tutor atau Narasumber, mengidentifikasi kembali temuan-temuan penting yang diperoleh di masing - masing kelompok, dan memberikan pesan-pesan untuk memperkuat dampak intervensi.

Petunjuk Kegiatan Persiapan

Bentuklah kelompok-kelompok, tiap kelompok terdiri dari 6-8 orang. Pilih ketua kelompok.

Dipimpin ketua kelompok, lakukan kegiatan I, II dan III dibawah ini dengan sungguh - sungguh.

Kegiatan I

Kepada masing-masing kelompok diberikan 1 (satu) paket obat yang terdiri dari bermacam-macam jenis. Tugas yang diberikan adalah :

1. Amati, apa nama bahan aktif dari masing-masing obat ? 2. Kelompokkan obat tersebut berdasarkan jenis bahan aktif.

(41)

3. Diskusikan, apa yang dapat diperoleh atau dimanfaatkan dari kegiatan ini?

Kegiatan II

Setelah obat dikelompokkan, carilah informasi atau keterangan yang tertera pada kemasan obat.

Gunakan lembar kerja yang telah disediakan

Masing - masing peserta menulis untuk dirinya sendiri. Urutan tugas adalah sebagai berikut :

1. Apa nama bahan aktif obat tersebut ?

2. Apa saja nama obat yang mengandung bahan aktif yang sama ? 3. Bagaimana aturan pakainya ?

4. Apakah ada peringatan efek samping ? Bila tidak ditemukan, tanyakan pada Tutor.

5. Adakah pembatasan untuk siapa obat tersebut tidak boleh dipakai ? Bila tidak ditemukan, tanyakan pada Tutor/nara sumber.

Kegiatan III (untuk dilakukan di rumah)

Amati obat yang sering digunakan untuk keluarga di rumah. Pelajari kemasannya.

Dilanjutkan pencatatan sendiri seperti pada kegiatan II.

Bila ragu - ragu, bicarakan dengan tenaga kesehatan yang berwenang. Pelaksana CBIA

1. Peserta

Kriteria

(1) Tokoh Masyarakat (2) Kader Puskesmas

(3) Mempunyai kemampuan baca tulis dan dapat berkomunikasi dengan baik

2. Fasilitator

(1) Tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan Propinsi (dokter / apoteker) (2) Tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan Kab/Kota (dokter /

(42)

3. Tutor Tutor dapat :

(1) Petugas Kesehatan (2) Mahasiswa Farmasi (3) Mahasiswa Kedokteran

(4) Orang dari lingkungan yang akan diintervensi.

Sebelum bertugas, tutor harus menjalani pelatihan agar menguasai semua permasalahan.

4. Penyelenggara

Kepanitiaan yang berasal dari Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota

5. Jumlah

(1) Setiap puskesmas diwakili oleh : a. 1 orang fasilitator

b. 3 orang tutor

c. 3 grup kader yang masing–masing grup terdiri dari 6 orang kader, sebelum bertugas kader kesehatan harus menjalani pelatihan agar dapat menguasai semua materi pelatihan.

(2) Jumlah peserta sebaiknya tidak lebih dari 40 orang. Sarana

1. Alat bantu

Alat bantu yang diperlukan untuk kegiatan ini : (1) Paket obat

(2) Lembar kerja (3) Petunjuk kegiatan

Setiap kelompok diskusi memerlukan satu paket obat yang terdiri dari :

(1) kurang lebih 40 obat yang masih lengkap dalam kemasan aslinya dan dilengkapi dengan label harga toko.

(2) Obat yang dijadikan contoh harus beredar dan sering terdapat di daerahnya, yang mudah didapat serta sering digunakan.

(3) Jenis obat dibatasi 3-4 jenis obat saja, misalnya : a. Analgetik atau antipiretik

b. Vitamin atau mineral c. Obat batuk

(43)

e. Obat gangguan lambung atau cerna

(4) Untuk tiap jenis obat disediakan kurang lebih 10 nama dagang.

2. Tempat

Diperlukan tempat atau ruangan yang cukup luas sehingga kelompok dapat mengatur duduk secara melingkar.

Ada alat tulis dan Narasumber/Tutor yang dapat dengan mudah berpindah - pindah tempat.

Jika tidak memungkinkan kegiatan tulis menulis ditiadakan dan diganti dengan memperbanyak diskusi.

(44)

OBAT YANG DIANJURKAN SEBAGAI ALAT BANTU, ANTARA LAIN : Analgetika/antipiretika Bodrex tablet Bodrexin tablet Bodrexin sirup Mixagrip tablet Minigrip tablet Inza tablet Inzana tablet Feminax tablet Refagan tablet Aspirin Bayer tablet Biogesic tablet Ultraflu tablet Sanaflu tablet Dan lain-lain

Obat gangguan lambung Neosanmag tablet Promag tablet Magazida tablet Alumy tablet Alumy sirup Mylanta tablet Mylanta sirup Polysilane Dan lain-lain

Vitamin, mineral, penyegar Cerebrovit kapsul

Cerebrofort sirup Ultracap

Vitamin C IPI tablet Enervon C tablet

Calcium D redoxon tablet Vitamin B1 IPI tablet Neurobion Viliron tablet Kalsidol sirup Cerebrovit sirup Calcivit sirup Sakatonik Liver Tonikum Bayer Dan lain-lain Obat batuk

Woods expectorant sirup Komix sirup

Vicks Formula 44 sirup Allerin sirup Laserin sirup Bisolvon sirup Konidin sirup Dextromethorphan Dan lain-lain

(45)

CATATAN OBAT

Nama

Nama dagang Untuk Aturan pemakaian? Efek samping ? Siapa yang

bahan aktif mengobati apa? tidak boleh memakai?

Dewasa: Anak: Lainnya: Dewasa: Anak: Lainnya: Dewasa: Anak: Lainnya:

CATATAN OBAT DI RUMAH TANGGA

Nama Untuk Siapa yang

Lampiran 2

(46)

Lainnya: Dewasa: Anak: Lainnya: Dewasa: Anak: Lainnya:

(47)

BAGIAN V

P E N U T U P

Dengan semakin meningkatnya kecerdasan masyarakat saat ini, timbul kecenderungan untuk melakukan pengobatan sendiri (swamedikasi) terhadap penyakit–penyakit tertentu yang ringan, yang sering diderita oleh masyarakat, dengan menggunakan obat yang mudah diperoleh baik di sarana kesehatan maupun di toko obat atau ditempat lain yang menyediakan obat bebas dan obat bebas terbatas.

Melalui Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan Memilih Obat, diharapkan masyarakat mampu memilih dan menggunakan obat secara benar. Pengetahuan dan keterampilan mengenai materi ini akan sangat membantu masyarakat dalam pengobatan sendiri.

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam melaksanakan pengobatan sendiri, merupakan hasil rangkaian pelatihan dengan menggunakan Materi ini, yang berprinsip pada sistem Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA). Diharapkan kedepan hasil peningkatan pengetahuan dan keterampilan para kader dan masyarakat merupakan salah satu pendukung dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sesuai dengan tujuan Pemerintah, terutama dalam era globalisasi saat ini.

Semoga Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan Memilih Obat ini dapat dimanfaatkan diseluruh wilayah Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Problem solving, decision-making, and conflict resolution are important aspects of developing moral character (Vess&Halbur, 2003). Various activities can be conducted in

“ Pengaruh Fraud Pentagon Dalam Mendeteksi Fraudulent financial reporting (Studi Empiris pada Perbankan Di Indonesia yang Terdaftar Di BEI)”. Jurnal Ilmiah

Dimana sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan asset yang sangat berharga, perlu diperlakukan secara baik dan sebagai modal (non material / non finansial )

o) Tanggung jawab keberhasilan hanya dipikul oleh pimpinan Penerapan gaya ini dapat mendatangkan keuntungan antara lain berupa kecepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan

Wilayah Lombok Utara bagian pesisir, bagian barat daerah Lombok Barat (Batucaraken), wilayah Bima bagian utara pesisir, dan sebagian kecil wilayah Sumbawa barat

Trendsetter adalah orang yang menjadi sorotan dan mempengaruhi untuk trend/gaya .Atau bisa dikatakan sesuatu yang diikuti atau ditiru oleh banyak orang bisa juga berarti sorotan

The first is the feature that has got the most attention: bitcoin the currency, the digital units of value that are used by people in exchange for goods and services or

(38) Transkrip akademik adalah dokumen resmi sebagai bukti sah tentang rangkuman/kumpulan kegiatan akademik yang telah diikuti sesuai dengan kurikulum