• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGANKABUPATEN BATU BARA Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGANKABUPATEN BATU BARA Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 1 5.1. RTRWKABUPATEN BATU BARA

5.1.1. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah

Tujuan umum penataan ruang; sesuai dengan amanah Undang Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, adalah :

1) Aman : Masyarakat dapat menjalankan aktivitas kehidupannya dengan terlindungi dari berbagai ancaman;

2) Nyaman : Memberi kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk mengartikulasikan nilai-nilai sosial budaya dan fungsinya sebagai manusia dalam suasana yang tenang dan damai; 3) Produktif : Proses produksi dan distribusi berjalan secara efisien sehingga mampu

memberikan nilai tambah ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat sekaligus meningkatkan daya saing;

4) Berkelanjutan : Kualitas lingkungan fisik dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan, tidak hanya untuk kepentingan generasi saat ini, namun juga generasi yang akan datang.

Atas dasar hal tersebut, tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Batu Bara 2011 – 2031 dirumuskan untuk mengatasi permasalahan tata ruang dan sekaligus memanfaatkan potensi yang dimiliki, serta mendukung terwujudnya strategi dan kebijakan pembangunan kabupatenuntuk 20 tahun mendatang. Perumusan tujuan penataan ruang Kabupaten Batu Bara diselaraskan dengan visi kabupaten, yaitu: Kabupaten Batu Bara Sejahtera Berjaya. Visi ini bermakna mewujudkan masyarakat yang maju, mandiri dan mapan dengan mengandalkan potensi sumberdaya lokal.

Merujuk pada visi kabupaten tersebut, maka tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Batu Bara yang dirumuskan adalah :

Mewujudkan Kabupaten Kepulauan Batu Bara sebagai kawasan investasi maju yang berbasis sektor agro, industri, jasa pelabuhan dan hasil laut yang unggul, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, dalam rangka mewujudkan kemandirian kabupaten.

Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Batu Bara dapat dirumuskan sebagai berikut :

KETERPADUAN STRATEGI

PENGEMBANGANKABUPATEN BATU BARA

(2)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 2 Kebijakan 1 : Pengembangan Kegiatan berbasis Agro dalam Arti Luas, Perikanan serta kegiatan jasa pelabuhan dan perdagangan sebagai Basis Perekonomian Wilayah di Masa Datang;

Strategi:

1) Mengembangkan sentra-sentra kegiatan perkebunan, pertanian, peternakan dan perikanan ;

2) Pengembangan obyek wisata potensial;

3) Mengembangkan kegiatan industri pengolahan; dan

4) Mengembangkan pusat perdagangan regional yang didukung kegiatan jasa pelabuhan,dalam rangka meningkatkan nilai tambah ekonomi, daya saing dan memperkuat basis perekonomian wilayah.

Kebijakan 2 : Pelestarian dan Pengembangan Potensi Sumber Daya Alam secara Optimal sesuai Daya Dukung Wilayah;

Strategi:

1) Mengamankan dan melestarikan kawasan hutan bakau/mangrove dari dampak negatif pengembangan kawasan pesisir Kabupaten Batu Bara ;

2) Mengendalikan alih fungsi lahan; dan

3) Mempertahankan lahan irigasi teknis Bahbolon sebagai potensi ketahanan pangan regional;

Kebijakan 3 : Pengembangan Sistem Perkotaan yang Efisien, Efektif, Rasional serta terintegrasi untuk Meningkatkan Kegiatan Sosial-Ekonomi Masyarakat dan Pelayanan Publik;

Strategi:

1) Mengembangkan pusat-pusat perkotaan baru dibagian Utara Kabupaten Batu Bara (Tanjung Tiram, Perupuk, Kuala Tanjung dan Pangkalan Dodek) untuk mendorong perkembangan pembangunan kawasan pesisir yang masih terisolir;

2) Mengembangkan pusat-pusat perkotaan dengan pendekatan cluster kegiatan ekonomi wilayah;

3) Mengembangkan kawasan perkotaan Lima Puluh dan Perupuk dikawasan pesisir dan bagian Tengah Kabupaten Batu Bara secara terpadu. Kawasan perkotaan Lima Puluh difungsikan sebagai pusat perdagangan berskala Kecamatan dan kawasan Perupuk sebagai pusat pemerintahan kabupaten;

4) Mengembangkan kawasan industri Kuala Tanjung dan pelabuhan Pengumpan nasional dan regional yang terintegrasi dengan kawasan industri Sei Mangke;

5) Mengembangkan Kawasan Perkotaan Indrapura dibagian Timur Kabupaten Batu Bara sebagai bagian dari kawasan koridor ekonomi Sumatera dan Koridor Ekonomi Kuala Tanjung-Sei Mangke; dan

(3)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 3 Pangkalan Dodek dipesisir bagian Timur Kabupaten Batu Bara , sebagai kawasan sentra produksi perikanan.

Kebijakan 4 : Pembangunan Sistem Jaringan Sarana Prasarana Wilayah secara Terpadu dan Berkelanjutan untuk Mendukung Kegiatan Sosial-Ekonomi Masyarakat dan Pelayanan Publik ;

Strategi:

1) Membangun sistem jaringan prasarana dan sarana transportasi secara terpadu inter moda (jalan, terminal regional, kereta api dan pelabuhan pengumpan nasional dan regional) dengan tetap memperhatikan daya dukung wilayah ;

2) Mengembangkan dan membangun jaringan jalan untuk mendorong perkembangan pembangunan fisik, sosial dan ekonomi di kawasan pesisir Kabupaten Batu Bara dan terkoneksi ke kawasan industri dan pelabuhan Kuala Tanjung;

3) Mengembangkan jalur kereta api yang menghubungkan kantong-kantong produksi diwilayah Kabupaten Batu Bara dan sekitarnya ke kawasan industri dan pelabuhan Kuala Tanjung;

4) Membangun prasarana energi dan sistem jaringan distribusi untuk meningkatkan kapasitas, jangkauan dan kualitas layanan energi listrik secara berkelanjutan di kawasan industri Kuala Tanjung, kawasan perkotaan Lima Puluh dan kawasan perkotaan disekitarnya;

5) Membangun sistem prasarana pengolahan air bersih dan sistem jaringan distribusi untuk meningkatkan kapasitas sediaan, jangkauan, dan kualitas layanan air bersih secara berkelanjutan di kawasan perkotaan dan perdesaan; dan

6) Membangun sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terpadu, yang melayani kawasan perkotaan

7) Membangun dan meningkatkan sistem jaringan telekomunikasi dan informasi (terestrial dan satelit) di kawasan perkotaan dan perdesaan untuk meningkatkan akses informasi bagi masyarakat;

Kebijakan 5 : Peningkatan Upaya-Upaya Pengamanan Wilayah terhadap Potensi Bencana Alam melalui Penyelenggaraan Kegiatan Pembangunan dan Penataan Ruang Wilayah yang Berwawasan Mitigasi Bencana.

Strategi:

1) Mengendalikan pembangunan kawasan pesisir yang berhadapan langsung dengan perairan Selat Malaka dalam rangka mengantisipasi terjadinya bencana abrasi ; dan 2) Mengantisipasi terjadinya bencana banjir di wilayah Kabupaten Batu Bara, melalui

pengamanan dan pelestarian kawasan hutan bakau/mangrove .

3) Melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait rencana pengelolaan mitigasi bencana Kebijakan 6: Peningkatan Fungsi Kawasan Untuk Pertahanan dan Keamanan Negara

(4)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 4 1) Mempersiapkan penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan

2) Mengembangkan.kawasan budi daya secara selektif didalam dan disekitar kawasan untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan

3) Mengembangkan kawasan lindung dan kawasan budi daya tidak terbangun disekitar kawasan pertahanan dan keamanan Negara sebagai zona penyangga.

5.1.2. Rencana Struktur Ruang

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Batu Bara disusun dengan mempertimbangkan hal - hal, sebagai berikut :

1. Posisi geografis kabupaten Batu Bara pada Koridor Ekonomi Sumatera (NAD, Medan, Dumai, Pekan baru, Jambi, Palembang dan Lampung) telah menimbulkan dampak positif terhadap percepatan pembangunan fisik, sosial dan ekonomi, khususnya pada kawasan perkotaan Indrapura, Sei Suka dan Lima Puluh.

2. Kecenderungan perkembangan pusat - pusat perkotaan eksisiting diwilayah Kabupaten Batu Bara sebagai kabupaten baru di Provinsi Sumatera Utara, antara lain: Perkotaan Indrapura, Lima Puluh, Tanjung Tiram, Sei Balai, Sei Suka dan Pangkalan Dodek.

3. Kawasan Perupuk di pesisir Batu Bara yang dipromosikan sebagai kawasan pusat pemerintahan Kabupaten Batu Bara. Kondisi eksisting Kawasan Perupuk ini merupakan kawasan permukiman nelayan yang berciri arsitektur tradisional Melayu. Pengembangan kawasan pusat pemerintahan kabupaten Batu Bara direncanakan tetap mempertahankan ciri arsitektur tradisional Melayu

4. Keberadaan kawasan industri Kuala Tanjung sebagai bagian dari kawasan industri di Provinsi Sumatera Utara yang dapat mendorong tumbuhnya pusat - pusat perkotaan baru di kawasan pesisir Kabupaten Batu Bara. Di Kawasan Industri Kuala Tanjung saat ini sudah terdapat kegiatan Industri Pengolahan Alumunium (Inalum), Pengolahan Minyak Goreng Sania (PT. Multimas Nabati Asahan) dan Pengolahan Minyak Kelapa Sawit (PT. Domba Mas, PT. Dairi Prima, dan PT. AAAA). Kawasan Kuala Tanjung akan didukung prasarana pelabuhan pengumpan nasional dan regional dan jalur kereta api. Dalam jangka panjang, Kawasan Kuala Tanjung akan didorong fungsinya sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

5. Sebaran potensi sumberdaya alam dan kantong - kantong produksi (perkebunan, pertanian dan perikanan tangkap dan budidaya) serta dukungan pengembangan industri berbasis pertanian dan pelabuhan, sebagai dasar pengembangan basis ekonomi wilayah Kabupaten Batu Bara yang maju dan memiliki keunggulan di Wilayah Provinsi Sumatera Utara;

6. Daya dukung wilayah darat, pesisir dan laut dan pulau - pulau kecil;

7. Posisi geografis dan daya dukung kawasan pesisir, akan menempatkan Kabupaten Batu Bara sebagai pusat orientasi perkembangan pembangunan pusat-pusat perkotaan

(5)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 5 diwilayah kabupaten yang berbatasan, antara lain: Kabupaten Simalungun (khususnya kawasan Sei Mangkei), kabupaten Asahan dan Serdang Bedagai;

8. Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara (2008 - 2028);

9. Rencana sistem transportasi darat dan laut (intermoda) yang terpadu dan terintegrasi. 10. Rencana pengembangan jalan Tol Medan-Tebing Tinggi-Kualanamu (Bandar Udara

Medan) yang akan mempengaruhi percepatan pembangunan ekonomi wilayah kabupaten Batu Bara bagian Timur.

Rencana struktur ruang ini ditujukan untuk mendorong percepatan dan pemerataan pembangunan ekonomi wilayah dan membuka daerah terisolasi serta memperkuat interaksi dan fungsi kawasan perkotaan secara berjenjang (PKW, PKL, PPK dan PPL) yang didukung dengan pengembangan sarana dan prasarana wilayah yang lebih baik dan lengkap.

Dalam konteks lokal, rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Batu Bara ditujukan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan ekonomi, membuka daerah terisolasi khususnya pada kawasan pesisir Kabupaten Batu Bara, melalui pembentukan sistem cluster ekonomi dalam satu koridor pengembangan wilayah yang terintegrasi. Wilayah kabupaten Batu Bara direncanakan dalam 9 Cluster ekonomi yang mencakup (Gambar 3.1):

1. Cluster Indrapura, sebagai pusat orientasi pengembangan wilayah Kabupaten Batu Bara bagian Timur. Cluster ini memiliki potensi kegiatan pertanian/agribisnis yang didukung dengan prasarana pengairan Bobolon dan pusat permukiman perkotaan serta kegiatan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional;

2. Cluster Kuala Tanjung, sebagai kawasan industri dan pelabuhan pengumpan nasional dan regional memiliki peluang menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Kawasan ini memiliki peran strategis dalam mendorong percepatan pembangunan ekonomi wilayah Kabupaten Batu Bara bagian Utara/kawasan pesisir. Cluster Kuala Tanjung dan Indrapura dikembangkan dalam satu koridor ekonomi;

3. Cluster Sei Suka, sebagai kawasan pertanian/agribisnis dan permukiman perkotaan serta perdagangan dan jasa yang tumbuh dalam satu koridor dengan cluster Indrapura; 4. Cluster Medang Deras - Pangkalan Dodek, berpotensi sebagai pusat kegiatan perikanan

tangkap dan budidaya (pola minapolitan) dengan komoditi utamanya : udang, kepiting dan pengolahan ikan asin;

5. Cluster Air Putih, sebagai sentra pertanian/agribisnis dalam arti luas;

6. Cluster Lima Puluh, sebagai pusat ibukota kabupaten Batu Bara. Cluster ini berpotensi sebagai pusat pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan kecamatan, pusat permukiman perkotaan, sentra pengembangan perkebunan (komoditi kelapa sawit) dan sentra pengembangan peternakan sapi (penggemukan). Perkembangan kawasan perkotaan Lima Puluh pada masa mendatang memiliki keterbatasan, karena kawasan perkotaan tersebut berbatasan dengan lahan perkebunan swasta;

(6)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 6 7. Cluster Perupuk, direncanakan sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Batu Bara dan permukiman nelayan yang diperkuat dengan ciri arsitektur tradisional Melayu. Cluster Perupuk terletak di Kabupaten Batu Bara bagian Utara/Pesisir. Untuk memberikan pelayanan optimal, maka cluster Perupuk harus mudah dicapai dari pusat-pusat permukiman diwilayah Kabupaten Batu Bara;

8. Cluster Tanjung Tiram, sebagai sentra pengembangan perikanan, perdagangan dan jasa, industri pengolahan perikanan dan permukiman perkotaan. Cluster Tanjung Tiram, Perupuk dan Kuala Tanjung dikembangkan dalam satu koridor ekonomi bagian Utara; 9. Cluster Talawi dan Sei Belai, direncanakan sebagai sentra pertanian/agribisnis yang

dikembangkan dengan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk komoditi perkebunan;

10. Cluster Pulau Salah Nama dan Pulau Pandan, sebagai sentra pengembangan perikanan dan pariwisata yang dilakukan secara terbatas. Kedua pulau tersebut memiliki lapisan tanah (top soil) yang relatif tipis dan amat rentan terhadap kerusakan lingkungan. Cluster ini menempati posisi yang strategis diperairan Selat Malaka yang dapat dicapai dari pelabuhan Tanjung Tiram.

Pengembangan cluster-cluster ekonomi di atas direncanakan dengan sistem koridor, yaitu: Koridor Ekonomi bagian Utara/pesisir (Tanjung Tiram-Perupuk-Kuala Tanjung-Pangkalan Dodek), Koridor Ekonomi bagian Selatan sebagai bagian dari Koridor Ekonomi Sumatera (Sei Suka Deras-Indrapura-Lima Puluh) dan Koridor Ekonomi Indrapura-Kuala Tanjung. Melalui sistem cluster dan koridor ini diharapkan dapat memudahkan upaya percepatan pembangunan ekonomi dan peningkatan daya saing wilayah yang didukung oleh kemudahan pengembangan sistem transportasi wilayah dengan keterpaduan intermoda, optimalisasi pengembangan kantong - kantong produksi dan komoditi unggulan (diwilayah darat, pesisir dan laut), pengembangan lokasi industri dan pelabuhan, pengembangan permukiman dan sarana/prasarana perkotaan secara berjenjang.

Dalam konteks regional dan global, pengembangan sistem perkotaan diwilayah Kabupaten Batu Bara perlu diorientasikan keluar (outward looking), yaitu ke Kota Medan dan ke pusat - pusat pertumbuhan regional lainnya di Pulau Jawa, Kalimantan serta ke pusat - pusat pertumbuhan dipesisir Barat Malaysia dan kawasan Asean lainnya. Sedangkan dalam konteks lokal, pengembangan sistem perkotaan diorientasikan kedalam (inward looking).Pengembangan sistem pusat-pusat perkotaan di Kabupaten Batu Bara didorong sebagai pusat orientasi pengembangan pusat-pusat perkotaan diwilayah kabupaten yang berbatasan, yaitu kabupaten Simalungun (khususnya kawasan industri/KEK Sei Mangkei dan Pematang Siantar), Tebing Tinggi, Asahan (Kisaran) dan Serdang Bedagai.

(7)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 7 Gambar 5.1. Rencana Struktur Ruang dalam Perencanaan KEK

Konsep struktur ruang wilayah dalam RTRW Propinsi Sumatera Utara 2008 – 2028 yang berlaku untuk Kabupaten Batu Bara adalah ;

a) Rencana Sistem Perkotaan

Dalam RTRW Provinsi Sumatera Utara (2014 - 2033), sistem perkotaan di wilayah Kabupaten Batu Bara hanya direncanakan fungsinya, sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Lihat Tabel 5.1 yaitu :

1. Perkotaan Lima Puluh, fungsinya diarahkan sebagai pusat pengembangan permukiman perkotaan dan perdagangan dan jasa ; dan

2. Perkotaan Indrapura, fungsinya diarahkan sebagai pusat pengembangan perikanan, pelabuhan, industri pengolahan hasil pertanian dan pendidikan kejuruan.

Tabel. 5.1. Usulan Rencana Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Utara

No Hierarki Kota Status Kota Strategi Fungsi yang Diarahkan 1. PKL Limapuluh, Kab. Batubara Pengembangan baru  Permukiman perkotaan

 Perdagangan dan Jasa

2. Indrapura, Kab. Batubara Pengembangan baru

 Perikanan  Pelabuhan

 Pengolahan hasil pertanian  Pendidikan kejuruan

3. Perdagangan, Kab. Batubara Pengembangan baru  Pengolahan Hasil Perkebunan  Perdagangan

(8)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 8 b) Rencana Sistem Jaringan Jalan

Rencana sistem jaringan jalan diwilayah Provinsi Sumatera Utara yang diperkirakan dapat mempengaruhi perkembangan pembangunan wilayah Kabupaten Batu Bara, diantaranya adalah :

a) Jalan Arteri Primer, merupakan jalan Trans Sumatera diwilayah pesisir Sumatera dengan status nasional yang mencakup ruas Rantau Prapat-Tanjung Balai–Kisaran-Lima Puluh-Tebing Tinggi-Medan.

b) Jalan Kolektor Pimer 2 (KP 2) yang berfungsi strategis sebagai penghubung pusat-pusat perkotaan diwilayah Kabupaten Batu Bara dengan pusat-pusat perkotaan diwilayah kabupaten yang berbatasan. dengan status jalan provinsi. Jalan Kolektor Primer 2 ini, mencakup ruas :

 Pematang Siantar–Perdagangan–Indrapura;  Tanjung Tiram–Perdagangan;

 Simpang Empat-Kisaran-Mandoge.

c) Rencana pengembangan jalan Tol untuk mendukung perkembangan PKN Mebidang, sekaligus untuk melengkapi ruas jalan tol Belawan–Medang-Tanjung Morawa. Ruas pengembangan jalan tol yang diperkirakan dapat mempengaruhi perkembangan pembangunan wilayah Kabupaten Batu Bara, adalah :

 Kisaran-Tebing Tinggi;

 Medan–Kualanamu-Tebing Tinggi;

 Tebing Tinggi-Pematang Siantar–Parapat–Tarutung–Sibolga;  Rantau Prapat–Kisaran.

c) Rencana Sistem Jaringan Kereta Api

Sistem jaringan Kereta Api diwilayah Provinsi Sumatera Utara direncanakan dengan peningkatan fungsi sistem jaringan Kerata Api eksisting dan pengembangan jaringan Kereta Api baru dalam rangka membangun koneksitas (intermoda) sistem Jaringan Kereta Api wilayah Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat dan NAD untuk mendukung pengembangan sentra - sentra produksi diwilayah provinsi tersebut. Secara umum jaringan Kereta Api yang dipersiapkan sebagai penghubung dari sentra - sentra produksi ke Pelabuhan Belawan.

Pengembangan sistem jaringan Kereta Api yang diperkirakan dapat mempengaruhi perkembangan pembangunan sentra - sentra produksi di wilayah Kabupaten Batu Bara adalah sistem koneksitas jaringan Kereta Api Sumatera Utara - Riau, melalui Medan - Tebing Tinggi – Kisaran - Rantau Prapat - Dumai. Pada masa mendatang, rencana pengembangan Kereta Api difokuskan juga pada peningkatan pengoperasian dan pelayanan manajemen pengelolaan stasiun kereta api diseluruh jalur kereta api yang tersedia.

(9)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 9 Berdasarkan hasil analisis terdahulu dan pertimbangan di atas, maka pengembangan sistem pusat-pusat perkotaan di wilayah Kabupaten Batu Bara, direncanakan, sebagai berikut (Tabel 5.2):

Tabel 5.2. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Batu Bara 2013 – 2033

No Sistem

Pusat-Pusat

Lokasi dan Wilayah pelayanan Fungsi Orientasi Pengembangan Prasarana Pendukung 1 PKWp  Perkotaan Indrapura

(Kec. Air Putih)  Wilayah pelayanannya

adalah pusat-pusat perkotaan diwilayah Kabupaten Batu Bara  Pengembangannya

direncanakan terintegrasi dan dalam satu koridor dengan pengembangan kawasan industri Kuala Tanjung dan kawasan perkotaan Sei Suka Deras

 Pengembangan perkotaan secara linier perlu dibatasi dan perlu mengemankan ketersediaan lahan sawah eksisting  Pengembangan perkotaan Indrapura diarahkan ke Kuala Tanjung dan perkembangan linier pada jalur regional dibatasi sampai radius 500 sd 1000 meter. Dari batas ROW jalan. Arteri primer (trans sumatera)

 Pusat perdagangan dan jasa, skala regional dan global  Pusat Pengembangan

Permukiman perkotaan

 Pusat Kegiatan Wisata Kuliner  Pusat Pendidikan Dibidang Pertanian, Perikanan dan peternakan  Pusat Pengembangan Fasilitas Pelayanan Publik dengan Skala Pelayanan Kabupaten  Sentra pertanian/Agribisnis  Ke Kota Medan  Ke pusat-pusat pertumbuhan di pesisir Barat Malaysia (outward Looking) :  Pengembangan koridor Sei Mangkei-Indrapura-Kuala Tanjung dan Koridor Kuala Tanjung-Perupuk-Tanjung Tiram  Pelabuhan pengumpul

Kuala Tanjung dalam satu sistem

kepelabuhan Belawan-Medan

 Prasarana jaringan jalan Kolektor Primer2 dan Lokal Primer yang terintegrasi dengan sistem transportasi laut dan Kereta api.

 Prasarana drainase yang mampu meminimalisasi terjadinya

genangan/banjir  Terminal penumpang

regional

 Prasarana energi listrik / sumber daya air

2 PKL  Lima Puluh(Kec. Lima Puluh)

 Pengembangan direncanakan dalam satu koridor, yaitu Koridor Ekonomi Lima Puluh–Indrapuradan Koridor Lima Puluh-Perupuk  Wilayah pelayanannya adalah pusat-pusat permukiman perkotaan di sekitarnya  Pusat Pemerintahan Kecamatan  Permukiman perkotaan

 Perdagangan dan jasa dengan skala

pelayanan kecamatan  Sentra Komoditi Sawit,

pertanian dan peternakan sapi (penggemukan) terpadu  Pengembangan Permukiman  Perkotaan Indrapura  PerkotaanPematan g Siantar  Perkotaan Tanjung Balai dan Kisaran

 Koridor ekonomi Indrapura-Lima Puluh dan Tanjung Tiram  Koridor Lima

Puluh-Perupuk

 Pembangunan Jalan kolektor primer 2 dan peningkatan jalan Lokal Primer

 Penyediaan prasarana energy, sumberdaya air, drainase dan

(10)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 10

No Sistem

Pusat-Pusat

Lokasi dan Wilayah pelayanan Fungsi Orientasi Pengembangan Prasarana Pendukung  Pusat perdagangan

dan jasa Skala Kecamatan  Pengembangan

terminal penumpang  Tanjung Tiram (Kec.

Tanjung Tiram)  Wilayah pelayanannya,

adalah: perkotaan Sei Balai, Labuhan Ruku dan Ujung Kubu

 Pusat Pemerintahan Kecamatan  Sentra pengembangan perikanan/hasil laut  Industri perikanan  Pengembangan

kegiatan wisata pulau  Pengembangan

permukiman  Pusat perdagangan

dan jasa skala kecamatan

 Perkotaan Lima Puluh dan Kuala Tanjung

 Perkotaan Kisaran, perdagangan dan Tanjung Balai

 Koridor ekonomi Kuala Tanjung-Perupuk- Tanjung Tiram  Peningkatan kondisi pelabuhan pengumpan dan pengembangan pelabuhan perikanan pantai  Peningkatan pelayanan TPI.  Pembangunan Jalan kolektor primer 2 dan peningkatan jalan Lokal Primer

 Peningkatan pelayanan energi/listrik, air bersih dan telekomunikasi  Kuala Tanjung (Kec.

Sei Suka)

 Pengembangan dalam satu koridor ekonomi KEK Sei Mangke (Simalungun)-Indrapura-Kuala Tanjung dan koridor Kuala Tanjung-Perupuk-Tanjung Tiram  Wilayah pelayanannya adalah pusat-pusat permukiman disekitarnya

 Kawasan Industri dan pelabuhan pengumpul dalam satu sistem kepelabuhan Belawan-Medan  Pengembangan permukiman perkotaan

 Dalam jangka panjang direncanakan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)  Perkotaan Indrapura  Kota Medan  Pusat-pusat pertumbuhan di Pulau Jawa, Kalimantan dan pusat-pusat pertumbuhan dipesisir Barat Malaysia (Port Klang dan kawasan Asean lainnya.  Pengembangan Jalan Kolektor Primer 2 dan jalan/ Rel Kereta Api  Peningkatan jalan lokal

eksisting

 Penyediaan prasarana energi/listrik, air bersih, drainase, limbah dan Telekomunikasi

3 PKLp  Pangkalan Dodek (Kec. Medang Deras)  Wilayah pelayanannya

adalah pusat-pusat permukiman diwilayah Kecamatan Medang Deras dan kecamatan diwilayah Kabupaten Serdang Bedagai yang berbatasan dengan Kabupaten Batu Bara

 Pusat pemerintahan kecamatan

 Kegiatan

Perdagangan dan Jasa skala pelayanan Lokal  Sentra perikanan dan

Pertanian  Pengembangan Permukiman Perkotaan.  Perkotaan Indrapura dan Kuala Tanjung  Pusat-pusat perkotaan diwilayah Kabupaten Serdang Bedagai

 Pengembangan TPI dan Peningkatan Pelabuhan Perikanan menjadi pelabuhan pengumpan dan Pelabuhan Perikanan Pantai  Peningkatan kondisi

jalan lokal primer  Peningkatan pelayanan

prasarana energy/listrik, telekomunikasi dan air bersih yang cukup 4 PPK  Perupuk

 Pengembangannya

 Pusat pemerintahan Kabupaten Batu Bara

 Perkotaan Indrapura

 Koridor ekonomi Kuala

(11)

Tanjung-Perupuk-Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 11

No Sistem

Pusat-Pusat

Lokasi dan Wilayah pelayanan Fungsi Orientasi Pengembangan Prasarana Pendukung direncanakan

terintegrasi dan dalam satu koridor ekonomi Kuala Tanjung-Perupuk-Tanjung Tiram dan koridor Perkotaan Lima Puluh-Perupuk

Wilayah

pelayanannya adalah pusat-pusat

permukiman di kabupaten Batu Bara

ber ciri arsitektur tradisional Melayu  Pusat perdagangan

dan jasa dengan skala pelayanan lokal Pendorong pengembangan kawasan pesisir Kabupaten Batu Bara yang umumnya belum mengalami perkembangan  Perkotaan Tanjung Tiram  Perkotaan Lima Puluh  Kawasan Kuala Tanjung

Tanjung Tiram dan koridor Lima Puluh – Perupuk dan Indrapura-Perupuk

 Pembangunan Jalan kolektor primer 2 dan peningkatan jalan Lokal Primer dengan pola jaringan laba-laba, sebagai penghubung kesetiap pusat-pusat perkotaan diwilayah kabupaten Batu Bara  Pengembangan

pelabuhan Lokal dan Pangkalan Pendaratan Ikan

 Peningkatan pelayanan energi/listrik, air bersih dan telekomunikasi  Labuhan Ruku (Kec.

Talawi)  Wilayah pelayanannya adalah pusat-pusat permukiman perkotaan dan perdesaan di Kecamatan Talawi  Pusat pemerintahan kecamatan  Pusat perdagangan dengan Skala Pelayanan Kec.  Pengembangan kegiatan wisata  Sentra Pertanian

(berbasis sawit) dan  Pusat pengembanagn Permukiman  Perkotaan Lima Puluh dan Perupuk  Perkotaan Tanjung Tiram  Peningkatan pelayanan prasarana energi/listrik, sumberdaya air dan telekomunikasi

5 PPL  Sei Suka Deras (Kec. Sei Suka)

 Pengembangannya dalam satu kesatuan dan terintegrasi dengan kawasan perkotaan Indrapura  Wilayah pelayanannya adalah pusat-pusat permukiman di Kecamatan Sei Suka

 Pusat Pemerintahan Kecamatan  Sentra Komoditi

Pertanian (Sawit dan Kelapa)

 Pengembangan Permukiman  Pusat Perdagangan

dan jasa Skala Kecamatan.  Perkotaan Indrapura dan Kawasan Kuala Tanjung  Pusat-pusat perkotaan diwilayah kabupaten Simalungun  Pengembangan jaringan jalan lokal primer

 Pelayanan prasarana energy/listrik,

telekomunikasi dan air bersih yang cukup.

 Sei Balai (Kec. Sei Balai)

 Wilayah pelayanannya adalah pusat-pusat permukiman diwilayah kecamatan Sei Balai

 Pusat pemerintahan kecamatan  Permukiman Perkotaan  Sentra Komoditi Pertanian  Pusat perdagangan dan jasa skala kecamatan  Perkotaan Lima Puluh  Perkotaan Tanjung Tiram  Ke Pusat-pusat perkotaan di Kabupaten Asahan.

 Jalan lokal primer  Pelayanan prasarana

energy/listrik,

telekomunikasi dan air bersih yang cukup.

(12)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 12 d) Rencana Kawasan Ekonomi Khusus Kabupaten Batu Bara

Pembangunan prioritas bidang Cipta Karya adalah mengacu kepada kawasan-kawasan yang termasuk pada Kawasan Strategis Nasional yang tergolong pada kluster 1 (pertama) dan seterusnya.

Kabupaten Batu Bara merupakan kawasan yang mempunyai Kawasan Strategis Nasional tersebut diatas, yaitu pada pengembangan kawasan ekonomi khusus.

Pengembangan kawasan Industri Kuala Tanjung direncanakan secara terpadu dan terintegrasi dengan kawasan perkotaan Indrapura (PKWp) dan Kawasan Industri Sei Mangkei.Sedangkan wilayah pelayanannya adalah pusat-pusat perkotaan di Wilayah Kabupaten Batu Bara dan pusat-pusat perkotaan diwilayah yang berbatasan.

Kawasan Industri Kuala Tanjung dalam jangka panjang berpeluang menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di kabupaten Batu Bara.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mewujudkan Kuala Tanjung sebagai kawasan industri, adalah:

a) Menyusun Master Plan/Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Industri dan Pelabuhan Kuala Tanjung, yang ditujukan untuk memantapkan fungsi kawasan dan mendorong percepatan pembangunan kawasan Industri;

b) Mengembangkan koridor ekonomi Sei Mangkei-Indrapura-Kuala Tanjung dan Koridor Tanjung Tiram-Perupuk-Kuala Tanjung;

c) Mewujudkan keterpaduan sistem transportasi darat (sistem jaringan jalan dan jaringan kereta api) dan sistem transportasi laut serta keterpaduan sistem intermoda yang dapat mendukung percepatan pembangunan kawasan industri dan Pelabuhan Kuala Tanjung; d) Menyusun Master plan/Rencana Detail Tata Ruang kawasan pelabuhan Kuala Tanjung

sebagai Pelabuhan Pengumpul yang menyatu dengan kawasan industri. Dalam kawasan pelabuhan ini direncanakan memiliki area penumpukan barang (stok pile), stasiun KA, pergudangan, parkir container, jaringan pipa untuk mengalirkan minyak CPO dari stasiun KA ke kapal maupun ke Blok Kegiatan industri, alat angkut container ke kapal dan jaringan jalan dalam kawasan industri yang memadai dan baik;

e) Menyusun Master Plan/rencana pengembangan jaringan kereta api yang melayani kantong-kantong produksi di wilayah kabupaten Batu Bara dan wilayah kabupaten sekitarnya menuju kawasan industri dan pelabuhan Kuala Tanjung. Rencana ini ditujukan untuk merencanakan penempatan stasiun-stasiun yang berdekatan pada kantong-kantong produksi pertanian, merencanakan jalur kereta api secara terpadu dan sekaligus merencanakan gerbong kereta api yang dapat didayagunakan sebagai alat angkut hasil produksi pertanian, minyak CPO (sawit) dan penumpang menuju kawasan industri dan pelabuhan Kuala Tanjung;

f) Meningkatkan kondisi jalan lokal primer yang akan berperan strategis sebagai penghubung kawasan perkotaan Kuala Tanjung ke wilayah hinterland-nya (PPK dan PPL);

(13)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 13 g) Mempersiapkan lahan pengembangan kawasan industri dan pelabuhan Kuala Tanjung

yang dipersiapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus;

h) Mempersiapkan prasarana energi/listrik dengan memanfaatkan Sumberdaya listrik dari PLTA Asahan,

i) Mempersiapkan prasarana sumberdaya air, pengolahan limbah dan telekomunikasi yang cukup.

5.1.3. Rencana Pola Ruang

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Batu Bara (2011-2031) dirumuskan dengan mempertimbangkan beberapa hal penting, sebagai berikut :

1. Arahan pola ruang (kawasan lindung dan budidaya) RTRW Provinsi Sumatera Utara (2008 - 2028) sebagai acuan dan rujukan dalam merumuskan arahan pola ruang wilayah Kabupaten Batu Bara (2011 - 2031). Luas kawasan lindung dan kawasan hutan produksi diwilayah kabupaten Batu Bara, sekitar 18000 hektar dan atau tidak memenuhi persyaratan kawasan hijau sekurang-kurangnya 30 % dari luas wilayah kabupaten Batu Bara. Oleh karena itu perhitungan luas kawasan hijau minimal dilakukan dengan perhitungan luas regional. Kawasan hutan lindung dan kawasan hutan produksi diidentifikasi dengan mencermati kesatuan kawasan DAS Asahan dan Batu Bara. Untuk mencapai luasan minimal 30 % kawasan hutan dihitung secara regional wilayah Kabupaten Asahan dan Batu Bara;

2. Wujud pola ruang wilayah Kabupaten Batu Bara sebagai wilayah Kabupaten baru di Provinsi Sumatera Utara yang dibentuk berdasarkan pemekaran wilayah Kabupaten Asahan;

3. Ketersediaan kawasan hijau yang cukup, agar dapat mewujudkan keseimbangan ekologis kawasan pulau Salah Nama dan pulau Pandang;

4. Sebaran kawasan lindung yang perlu dipertahankan;

5. Potensi dan permasalahan pengembangan fisik,sosial dan ekonomi wilayah Kabupaten Batu Bara saat ini;

6. Hasil analisis pengembangan wilayah, yang terkait analisis fisik, pola ruang, kesesuaian lahan, peluang pasar produk lokal dan sistem sarana dan prasarana dasar wilayah.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka rencana pola ruang kawasan lindung dan budidaya yang mencakup jenis fungsi ruang dan alokasi kebutuhan lahan diwilayah Kabupaten Batu Bara, dapat dirinci sebagai berikut : (Tabel 5.3danGambar 5.2)

(14)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 14 Tabel 5.3Perkiraan Jenis Fungsi Ruang dan Kebutuhan Pengembangan Pola Ruang Wilayah Kabupaten

Batu Bara

No Fungsi Luas (Ha) % Kawasan Lindung

1 Kawasan Hutan Lindung 1.995,08 2,08% 2 Kawasan Lindung Setempat (Sempadan Pantai, Sempadan Sungai dan

Sekitar Danau) 845,37

0,88% 3 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya (Kawasan Hutan

Bakau dan Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan) 789,14 0,82% Kawasan Budidaya

1. Kawasan Hutan Produksi 10.502,58 10,93% 2. Pertanian Lahan Basah/Tanaman Pangan 13.382,09 13,93% 3 Pertanian Lahan Kering/ Hortikultura 30.534,65 31,93% 4 Perkebunan 24.906,58 25,92% 4 Industri dan pelabuhan 2.033,68 2,12% 5 Permukiman 6.790,42 7,07% 6 Peruntukan lainnya/Pertahanan dan Keamanan 4.320,00 4,50% Total Luas Wilayah 96.099,59 100%

(15)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 15 Gambar 5.2.Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Batu Bara

(16)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 16 5.1.4. Kawasan Strategis Kabupaten Batu Bara

Kawasan strategis Kabupaten Batu Bara yang akan dituju pada masa mendatang ditetapkan dengan mempertimbangkan ketentuan dan kriteria penetapan kawasan strategis kabupaten, hasil rencana struktur dan pola ruang wilayah Kabupaten Batu Bara, rencana kawasan strategis Nasional dan Provinsi Sumatera Utara, ketersedian potensi sumberdaya alam, adanya sektor - sektor strategis yang dapat menjadi trigger perkembangan pembangunan ekonomi wilayah Kabupaten Batu Bara dan kemudahan pelaksanaan pembangunan kawasan strategis serta posisi geografis wilayah Kabupaten Batu Bara yang berhadapan dengan perairan Selat Malaka dan berdampingan dengan Kawasan Strategis Provinsi Sumatera Utara (Asahan - Tanjung Balai dan Tebing Tinggi - Pematang Siantar). Berdasarkan pertimbangan di atas, maka pengembangan wilayah Kabupaten Batu Bara (2013 - 2033), ditetapkan 4 (empat) kawasan strategis kabupaten.Pengembangan kawasan strategis ini diwujudkan dalam satu kesatuan kawasan pengembangan yang terpadu dan terintegrasi serta berorientasi lokal dan regional.Rencana kawasan strategis kabupaten Batu Bara perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten yang penetapannya melalui Peraturan Daerah.Kawasan strategis yang direncanakan, adalah (Tabel 5.4 dan Gambar 5.3).

Tabel 5.4. Kawasan Strategis Kabupaten Batu Bara

No Kawasan Strategis Nilai Strategis Dukungan Kegiatan Strategis 1 Indrapura (meliputi

kawasan Perkotaan Indrapura, Sei Suka Deras dan pusat-pusat permukiman disekitarnya)

a) Terletak pada Koridor Ekonomi Sumatera

b) Terletak pada koridor ekonomi Kuala Tanjung-Indrapura-Sei Mangkei

c) Pusat perdagangan dan jasa dengan skala regional

d) Kawasan pusat pendidikan dibidang pertanian dan perikanan

e) Pengembangan permukiman perkotaan

a) Peningkatan kondisi Jaringan jalan, Arteri Primer Kolektor Primer 2 dan lokal primer serta peningkatan dan pengembangan jaringan kereta api

b) Mempersiapkan area terminal regional tipe B

c) Penyediaan prasarana energi/listrik, air bersih dan telekomunikasi

2 Kuala Tanjung (Mencakup kawasan permukiman disekitarnya)

a) Lokasi pengembangan kawasan industri dan pelabuhan pengumpan nasional dan regional Kuala Tanjung

b) Pusat kegiatan ekonomi wilayah kabupaten batu bara bagian Utara/Kawasan pesisir

c) Berpeluang menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

a) Peningkatan kondisi dan fungsi Pelabuhan Kuala Tanjung menjadi pelabuhan pengumpan nasional dan regional

b) Pengembangan jalan Kolektor Primer 2 dan peningkatan kondisi jaringan jalan lokal primer serta

pengembangan jaringan kereta api

c) Penyediaan prasarana energy/listrik, air bersih dan telekomunikasi 3 Tanjung Tiram

(Mencakup pulau Salah Nama, pulau Pandang dan kawasan permukiman disekitarnya)

a) Pusat kegiatan ekonomi wilayah kabupaten Batu Bara bagian Utara dan Barat berbasis perikanan b) Kawasan sentra produksi perikanan c) Lokasi kegiatan industri pengolahan

perikanan

d) Pusat perdagangan dan jasa

a) Optimalisasi fungsi pelayanan pelabuhan Tanjung Tiram dengan melakukan upaya pengerukan alur pelayaran disekitarnya secara berkala b) Pengembangan jalan kolektor primer

2 (Tanjung Tiram-Perupuk-Kuala Tanjung

(17)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 17

c) Penyiapan lahan pengembangan kegiatan industri pengolahan

perikanan dan tempat pelelangan ikan d) Peningkatan jalan penghubung dan

pelayanan angkutan umum ke kawasan perkotaan Kisaran

(Kabupaten Asahan) dan Tanjung Balai e) Penyediaan prasarana energy/listrik,

air bersih dan telekomunikasi 4 Pangkalan Dodek

dan sekitarnya (mencakup kawasan pesisir Kabupaten Batu bara)

a) Pengembangan perkotaan dan Sentra kawasan perikanan

b) Pelestarian lingkungan

c) Kawasan potensi rawan bencana gelombang tinggi

a) Pengembangan kawasan perkotaan dan sentra perikanan yang

diorientasikan kewilayah daratan dan atau membatasi perkembangan secara linier pada kawasan pesisir yang berpotensi abrasi

b) Pengamanan dan pelestarian tanaman bakau

c) Melakukan penanaman kembali (reboisasi tanaman bakau)

d) Melakukan pengawasan ketat dalam rangka meminimalisasi terjadinya kerusakan tanaman bakau

e) Melakukan sosialisasi secara berkala terkait pelestarian tanaman bakau f) Mempersiapkan bangunan pemecah

gelombang yang ditempatkan diperairan dan pesisir yang memiliki potensi gelombang tinggi

(18)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 18 Gambar 5.3 .Peta Kawasan Strategis RTRW Kabupaten Batu Bara 2013 - 2033

(19)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 19 5.1.5. Arah Pemanfaatan Ruang

Untuk mempercepat perwujudan rencana struktur dan pola ruang serta rencana pengembangan kawasan strategis, dalam rangka mewujudkan tujuan dan visi pembangunan wilayah Kabupaten Batu Bara 2013 - 2033, maka dipandang perlu menyusun program - program utama yang diprioritaskan sebagai pendorong percepatan pembangunan wilayah Kabupaten Batu Bara. Program - program utama yang dimaksud, antara lain meliputi :

1) Program perwujudan rencana struktur ruang. Program utama yang disusun ditujukan untuk : a) Mengintegrasikan pembangunan sistem pusat - pusat diwilayah daratan, pesisir dan

kepulauan;

b) Memantapkan fungsi kawasan Perkotaan Lima Puluh sebagai pusat ibukota kabupaten. Oleh karena itu pengembangan kawasan Perkotaan Lima Puluh sebagai PKWp perlu dipertegas sebagai pusat orientasi pengembangan sistem pusat pusat diwilayah daratan, pesisir dan kepulauan Kabupaten Batu Bara; dan

c) Membuka daerah terisolasi dengan mempromosikan pusat-pusat permukiman perkotaan dan perdesaan diwilayah daratan, pesisir dan kepulauan sebagai PKLp, PPK dan PPL.

Program - program utama yang diusulkan, adalah : pembangunan jalan baru, peningkatan fungsi jaringan jalan eksisting, peningkatan pelayanan fungsi pelabuhan, penyediaan prasarana energi, air bersih dan telekomunikasi, perluasan kawasan perkotaan (Lima Puluh), pengembangan kegiatan industri berbasis pertanian dan kegiatan pariwisata.

2) Program perwujudan rencana pola ruang. Program utama yang disusun, ditujukan untuk : a) Mengamankan kawasan berfungsi lindung dari dampak negatif pembangunan kawasan

sekitarnya;

b) Membatasi upaya pemanfaatan kawasan hutan produksi dalam rangka mendukung upaya pelestarian kawasan hutan diwilayah Propinsi Sumatera Utara umumnya dan diwilayah Kabupaten Batu Bara khususnya;

c) Melakukan perluasan kawasan perkebunan dan sekaligus meningkatkan produktifitas lahan; d) Melakukan perluasan kawasan pertanian tanaman pangan (sawah) dan hortikultura;

e) Mengembangkan dan meningkatkan pelayanan kegiatan pariwisata; f) Mengembangkan kegiatan industri berbasis pertanian; dan

g) Melakukan perluasan pengembangan kawasan permukiman perkotaan.

Program-program utama yang diusulkan adalah : membatasi pembangunan jaringan jalan didalam dan disekitar kawasan berfungsi lindung, tata batas kawasan lindung, reboisasi, meningkatkan produktifitas lahan, intensifikasi, ekstensifikasi, pengembangan kegiatan pariwisata, pengembangan kegiatan industri, perluasan kawasan perkotaan dan penyediaan fasilitas sosial dan pelayanan umum perkotaan.

(20)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 20 3) Program perwujudan kawasan strategis Kabupaten Batu Bara. Program utama yang disusun,

ditujukan untuk :

a) Mewujudkan percepatan pengembangan kawasan strategis perkotaan Lima Puuh secara terintegrasi dan terpadu; serta

b) Mewujudkan pengembangan kawasan strategis lainnya sebagai kawasan permukiman perkotaan dan pusat niaga skala kecamatan.

Program - program utama yang diusulkan, adalah : pengembangan kegiatan industri berbasis pertanian, pariwisata, komersial perkotaan dan didukung oleh peningkatan pelayanan pelabuhan, pembangunan jalan baru (kolektor dan lokal primer), penyediaan prasarana energi dan air bersih.

5.1.5.1. Indikasi Program Utama

Indikasi Program Pembangunan sebagai upaya untuk mewujudkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batu Bara 2011 – 2031, disusun berdasarkan beberapa pertimbangan, antara lain :

a. Pengembangan Kawasan Strategis dan Sektor Unggulan, Pertimbangan ini dilakukan guna mendorong laju percepatan perkembangan kawasan/sektor lainnya. Dengan penekanan pengembangan pada kawasan prioritas dan sektor unggulan, diharapkan pada tahap awal pengembangan telah tercipta motor penggerak yang mampu memacu perkembangan wilayah dan sektor lainnya di Kabupaten Batu Bara.

b. Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi, Pembangunan dibidang ini perlu mendapatkan perhatian yang serius mengingat fungsinya yang penting sebagai sarana interaksi antar wilayah. Selain itu, rencana pembangunan jaringan jalan, jembatan dan pelabuhan merupakan komitmen Pemerintah Kabupaten Batu Bara yang telah diprogramkan baik dalam rencana program maupun dalan rencana strategis.

c. Kemampuan Pendanaan Pemerintah Kabupaten Batu Bara, Penyusunan Indikasi Program secara realistis harus pula mempertimbangkan dan menyesuaikan dengan kemampuan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Batu Bara serta sumber – sumber penerimaan daerah. Untuk menciptakan penghematan anggaran, pelaksanaan program pembangunan harus didasarkan atas pola kemitraan yang jelas antara pemerintah Kabupaten Batu Bara dengan pihak investor. Melalui penerapan pola kemitraan ini, maka jelas wewenang pendanaan yang menjadi tanggungjawab masing - masing pihak yang terlibat.

5.1.5.2. Prioritas Pemanfaatan Ruang

Dalam rangka mewujudkan struktur dan pola ruang kabupaten maka prioritas pemanfaatan ruang di Kabupaten Batu Bara secara umum adalah sebagai berikut :

1) Upaya untuk mengantisipasi ancaman bencana khususnya bencana abrasi pantai diprioritaskan pada pembentukan struktur ruang pada ruang di kawasan di pesisir antara lain dengan pengembangan melalui pertahanan maju, yaitu membangun barrier kearah laut dengan tanaman pohon atau merekayasa bangunan pantai (struktur) atau bertahan ditempat dengan melakukan

(21)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 21 pembuatan bangunan struktur keras (hard engineering) diantaranya ;revetment, sea wall dan sub merged/detached break water ; dan

2) Upaya memenuhi kebutuhan dan dinamika pengembangan ruang. Hal ini dilakukan dengan mendorong terwujudnya rencana pola ruang kabupaten pada kawasan pusat kecamatan, serta perwujudan komponen komponen pembentuk struktur ruang yang dapat memacu pertumbuhan kawasan.

Berdasarkan pertimbangan daya dukung wilayah dan tuntutan dinamika perkembangan kabupaten, maka pengembangan wilayah di Kabupaten Batu Bara dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Wilayah yang dibatasi perkembangannya meliputi wilayah yang memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana (terutama bencana abrasi), wilayah dengan daya dukung lingkungan rendah, serta wilayah yang dijaga kelestariannya dalam upaya untuk tetap menjaga keseimbangan ekologi. Pada kawasan ini prioritas pemanfaatan wilayah diarahkan pada upaya pelestarian lingkungan dengan membatasi perkembangan pola ruang yang tidak sesuai serta mewujudkan struktur ruang yang dapat mereduksi ancaman bencana; 2. Wilayah yang dikendalikan perkembanganya adalah wilayah kabupaten yang sudah

berkembang. Wilayah yang dikendalikan perkembangannya ini meliputi wilayah Ibukota Kota Lima Puluh. Pada kawasan yang dikendalikan pengembangannya, prioritas pemanfaatan ruang diarahkan pada upaya untuk menjaga lingkungan yang sudah stabil; 3. Wilayah yang didorong perkembanganya adalah wilayah kota yang masih belum terbangun

dan didorong pengembangan dalam rangka memenuhi kebutuhan dinamika perkembangan Kabupaten Batu Bara. Prioritas pemanfaatan ruang pada wilayah yang dorong perkembangannya diarahkan pada pengembangan jaringan jalan baru sebagai pembentuk struktur ruang utama dan pengembagan pola ruang sesuai dengan arahan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Batu Bara.

4. Berkaitan dengan penetapan kawasan strategis di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batu Bara yang merupakan kawasan yang diprioritaskan penataan ruangnya karena berbagai pertimbangan, maka dalam pemanfaatannya menetapkan bahwa kawasan - kawasan strategis tersebut menjadi prioritas untuk dikembangkan pada lima tahun pertama, sehingga diharapkan memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan Kabupaten Batu Bara.

5.2. ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Kabupaten mengamanatkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu disusun perencanaan pembangunan Kabupaten sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan Kabupaten sebagaimana dimaksud undang-undang, disusun oleh pemerintah provinsi, kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya yang dilaksanakan oleh Badan Perencana Pembangunan Daerah.

(22)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 22 Rencana pembangunan jangka menengah Kabupaten yang disebut RPJM Kabupaten untuk jangka waktu 5 (lima) tahun merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJP Kabupaten dengan memperhatikan RPJM Nasional.

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan Kota dan sejalan dengan sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang menetapkan bahwa RPJM Kabupaten harus disusun untuk perencanaan lima tahun ke depan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah menyebutkan bahwa Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.

Prioritas pembangunan yang dirancang untuk pembangunan jangka menengah 2010 - 2014 Kabupaten Batu Bara disusun berdasarkan penjabaran dari Visi dan Misi Kepala Daerah terpilih yang dituangkan dalam RPJMD Kabupaten Batu Barameliputi :

a) Peningkatan Kualitas Dan Sumber Daya Manusia;

b) Penanggulangan Kemiskinan Dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial; c) Peningkatan Percepatan Pembangunan Prasarana Dan Sarana Wilayah; d) Peningkatan Perekonomi;

e) Penyelenggaraan Pemerintah Yang Baik Dan Bersih;

f) Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup.

5.3. ARAHAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI PERKOTAAN DAERAH (KSPD)

Arah Kebijakan Pembangunan Perkotaan Indonesia jangka panjang hingga tahun2025, disistematisasikan dalam urutan peran sebagai berikut:

A. Dua Kebijakan pertama (K1 dan K2), diposisikan sebagai “Kebijakan makro”yang memayungi keseluruhan Kebijakan Perkotaan di Indonesia, denganpertimbangan bahwa isu permasalahan yang menghasilkan kedua Kebijakanpertama, selalu muncul di setiap forum pertemuan Stakeholder selamaproses penyusunan KSPN ini berlangsung, yaitu sejak Lokakarya Regionalhingga Seminar Nasional KSPN. Ke‐dua Kebijakan pertama itu adalah: K1 =Penguatan peran kota sebagai basis pembangunan nasional dan menjaminpemenuhan kesejahteraan warga (Urban led development policy), dan K2 =Menjamin pemerataan pembangunan namun terkonsentrasi pada beberapapusat pertumbuhan tertentu(Desentralizingurbanconcentration) B. Lima Kebijakan berikutnya (K3 sd K7), diposisikan sebagai Kebijakan untuk menjawab semua

permasalahan perkotaan yang ada dan telah mendesak untuk segera diatasi, terutama di kota‐kota besar dan metropolitan,meliputi: K3 = Mengedepankan aspek sosial budaya, K4 = Pengembanganekonomi lokal, K5 = Pemenuhan PSU permukiman, K6 = Pengendalian tataruang, K7 = Pengendalian kualitas Lingkungan, mitigasi resiko bencana dankesiapan menghadapi dampak perubahan iklim.

(23)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 23 C. Kebijakan kedelapan/terakhir (K8), diposisikan sebagai landasan yangmemungkinkan atau bahkan menjamin ketujuh Kebijakan diatas dapat diterapkan dan efektif. K8 = Tata kelola dan kelembagaan.

5.4. ARAHAN RENCANA INDUK SISTEM PAM KABUPATEN BATU BARA (RISPAM)

Pengembangan SPAM baru diperlukan manakala upaya pengurangan kebocoran air dan jumlah air tidak berekening, pemanfaatan idle capacity dan air tanah dangkal yang baik belum dapat memenuhi kebutuhan air masyarakat.

Masih rendahnya cakupan pelayanan air minum yang ada, dan relative rendahnya potensi air tanah dangkal merupakan indikasi diperlukannya pengembangan SPAM baru di wilayah kabupaten Batu Bara.

Pengembangan SPAM baru dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : • SPAM Jaringan Perpipaan

• SPAM Bukan Jaringan Perpipaan

Dengan pertimbangan bahwa pembangunan SPAM membutuhkan biaya yang relative besar dan adanya keterbatasan kemampuan pendanaan Pemerintah Kabupaten Batu Bara, maka pengembangan SPAM baru diprioritaskan pada zona-zona pengembangan, sebagai berikut :

• Pengembangan SPAM Ibukota Kabupaten • Pengembangan SPAM Ibukota Kecamatan • Pengembangan SPAM Kawasan Strategis

• Pengembangan SPAM Perdesaaan/Desa Rawan Air.

Zona pengembangan SPAM di wilayah Kabupaten Batu Bara tersebut di atas dapat dilihat pada Gambar 5.1

(24)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 24 Gambar. 5.4. Zona pengembangan SPAM di wilayah Kabupaten Batu Bara

(25)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 25 Merencanakan sistem penyediaan air bersih di Kabupaten Batu Bara, hal penting harus diperhatikan adalah sumber air bersih dan jumlah kebutuhan akan air bersih. Selama ini sumber air yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih berasal dari Sungai Tanjung di Kecamatan Air Putih. Untuk wilayah lainnya menggunakan sumur bor dengan kapasitas yang sangat terbatas. Hal lainnya adalah mengenai jumlah kebutuhan yang akan sangat tergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah jumlah penduduk dan tingkat sosial ekonomi penduduk. Dengan mempertimbangkan pertumbuhan penduduk dan peningkatan tingkat perekonomian di Kabupaten Batu Bara dimasa mendatang, maka kebutuhan air bersih dapat diprediksi dengan mempergunakan asumsi, sebagai berikut :

a. Bentuk pelayanan untuk rumah tangga dibedakan dalam 2 jenis berdasarkan tingkat sosial ekonomi, yaitu sambungan rumah (SR), diberikan untuk rumah permanen dan semi permanen, di mana bentuk rumah ini mewakili tingkat sosial ekonomi yang cukup, serta hidran umum (HU), diberikan untuk rumah non permanen, yang mewakili tingkat sosial ekonomi yang rendah; b. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, wilayah perencanaan dikategorikan ke dalam desa dan

kawasan perkotaan untuk kota kecil. Pemakaian air kebutuhan domestik (rumah tangga) dengan alokasi kebutuhan air untuk standar masing - masing skala kota kecil yang diperhitungkan atas jumlah penduduk adalah sebesar 100 liter/orang/hari untuk sambungan rumah dan 30 liter/orang/hari untuk hidran umum. Pemakaian air untuk kebutuhan non domestik, dialokasikan sebesar 20 % dari kebutuhan air kebutuhan domestik;

c. Tingkat pelayanan penyediaan air bersih di wilayah perencanaan pada tahun 2020 diharapkan mencakup 40% dari total jumlah penduduk, dan akhir tahun perencanaan (2031) telah mencapai 80%;

d. Faktor koreksi akibat air yang hilang dalam proses pengolahan, pencucian dan pengurasan unit - unit instalasi maupun kehilangan air pada jalur transmisi dan distribusi yang masuk ke wilayah perencanaan, diasumsikan konstan selama masa perencanaan sebesar 30%, yang diperhitungkan dari jumlah kebutuhan domestik dan kebutuhan non domestik;

e. Sebisa mungkin sistem air bersih yang direncanakan terintegrasi dengan sistem air bersih eksisting yang telah ada;

f. Mengintegrasikan pengembangan sistem prasarana air bersih dengan sistem jaringan jalan, sehingga semua kawasan yang memiliki aksesibilitas akan di dukung oleh pelayanan jaringan perpipaan air bersih;

g. Proses pengolahan air bersih dapat di lakukan secara konvesional untuk memudahkan pengoperasian dan pemeliharaannya;

h. Sumur – sumur bor peninggalan kolonial yang saat ini masih dipakai tetap digunakan secara terbatas, akan tetapi mesti dilakukan pemeliharaan secara berkala untuk mempanjang usia pakai; i. Memisahkan sistem jaringan air bersih dan air limbah untuk menghindari terjadinya pencemaran

air bersih

j. Melakukan perluasan pelayanan sistem jaringan air bersih pada setiap wilayah kecamatan yang didukung dengan penyediaan bangunan pengolahan air bersih pada setiap wilayah kecamatan; k. Pada masa mendatang, sumber air bersih yang dimanfaatkan untuk melayani wilayah Kabupaten

Batu Bara direncanakan dengan memanfaatkan sumber air permukaan/potensi sumberdaya air Wilayah Sungai Bah Bolon. Sedangkan potensi sumber air tanah perlu dibatasi dan dilestarikan.

(26)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 26 Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk di tahun 2031 maka kebutuhan air bersih di Kabupaten Batu Bara pada tahun tersebut adalah sebesar 586 l/det (Tabel 5.1).

Tabel 5.5 Rencana Pengembangan Prasarana Air Bersih di Kabupaten Batu Bara sampai Tahun 2033

No Uraian Satuan Tahun

2015 2020 2025 2033 I Jumlah Penduduk Jiwa 406.220 420.145 434.070 447.995

Asumsi Tingkat Pelayanan Air Bersih

% 30 40 70 80 a) Sambungan Rumah % 70 70 70 70 b) Hidran Umum % 30 30 30 30 II Jumlah Penduduk Terlayani Jiwa 121.866 168.058 303.849 358.396 a) Sambungan Rumah Jiwa 85.306 117.640 212.694 250.877 b) Hidran Umum Jiwa 36.559 50.417 91.154 107.518 III Kebutuhan Air Bersih ltr/jiwa/hari

a) Sambungan Rumah

ltr/jiwa/hari 100 100 100 100 b) Hidran Umum ltr/jiwa/hari 30 30 30 30 IV Kebutuhan Air Domestik liter/hari a) Sambungan Rumah liter/hari 8.530.600 11.764.000 21.269.400 25.087.700 b) Hidran Umum liter/hari 1.096.770 1.512.510 2.734.620 3.225.540 c) Total Kebutuhan liter/hari 9.627.370 13.276.510 24.004.020 28.313.240 V Kebutuhan Air Non

Domestik

a) Persentase dari Kebutuhan Domestik

% 20 20 20 20 b) Debit Kebutuhan

Air Non Domestik

liter/hari 1.925.474 2.655.302 4.800.804 5.662.648 VI Kebutuhan Rata – Rata liter/hari 11.552.884 15.931.812 28.804.824 33.975.888

liter/detik 138 184 333 393 VII Kebocoran Air Bersih

a) Persentase Kebocoran

% 30 30 30 30 b) Debit Kebocoran liter/detik 41 55 100 117 VIII Total Kebutuhan Air

Bersih

liter/detik 179 239 433 510 IX Faktor Maksimum

Harian

liter/detik 1,15 1,15 1,15 1,15 Total Kebutuhan Kabupaten (liter/detik) 206 275 498 586

(27)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 27 5.5. ARAHAN STRATEGI SANITASI KOTA (SSK)

Arahan pengelolaan persampahan bertujuan untuk merubah kebiasaan masyarakat yang selalu membuang sampah secara sembarangan dan membuang limbah cair melalui aliran air/sungai.

Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat diarahkan menggunakan sistem daur ulang sampah dengan fungsi fermentasi untuk menghasilkan kompos serta mengembangkan instalasi septic-tank.Alternatif kedua adalah menimbun sampah ke TPS sebelum dibuang ke TPA sampah.

5.5.1. Sistem Jaringan Air Limbah

Pengelolaan air limbah rumah tangga yang berasal dari kakus (black water) penduduk Kabupaten Batu Bara sebagian besar menggunakan pengolahan setempat (on site), yaitu berupa tangki septik dan sistem peresapan di halaman rumahnya. Sedangkan untuk air limbah yang berasal dari mandi, cuci dan dapur (grey water), umumnya dibuang langsung ke saluran drainase yang ada di depan rumah. Namun sebagian masyarakat juga masih melakukan pembuangan air limbah langsung ke badan air seperti sungai dan pantai, terutama bagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan tersebut.

Volume air limbah grey water dari suatu daerah biasanya sekitar 80% dari volume air bersih yang digunakan dan volume air limbah black water adalah sebesar 20% dari volume air bersih yang digunakan, maka berdasarkan proyeksi kebutuhan air bersih untuk Kabupaten Batu Bara besarnya perkiraan volume air limbah dan volume lumpur tinja yang dihasilkan pada tahun 2033.

Tabel. 5.6. Proyeksi Volume Air Limbah Kabupaten Batu Bara sampai Tahun 2033

Deskripsi Standar dan Asumsi Satuan Tahun 2016 2021 2026 2033 Populasi Penduduk Orang 406.220 420.145 434.070 447.995 Kebutuhan Air Bersih liter/hari/org 11.552.884 15.931.812 28.804.824 33.975.888 Volume Grey Water 80% liter/hari/org 9.242.307 12.745.449 23.043.859 27.180.710 Volume Black Water 20% liter/hari/org 2.310.576 3.186.362 5.760.964 6.795.177

Sumber: Hasil Analisa

Kondisi topografi yang relatif datar, terutama dipusat – pusat kota, memberikan kendala dalam penyaluran air limbah karena kemampuan penyaluran air limbah hanya dapat dalam jarak pendek, sehingga alternatif pengelolaan air limbah yang digunakan adalah on site system, yaitu sistem septic tank dan rembesan. Alternatif sistem septic tank yang akan diterapkan adalah :

1) Sistem septic tank individual, yaitu pengelolaan air limbah dengan penggunaan septic tank pada rumah tipe besar di mana lahan yang tersedia cukup luas untuk pembangunan septic tank dan bidang rembesannya;

(28)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 28 2) Sistem septic tank komunal, yaitu pengelolaan air limbah dengan penggunaan 1 septik tank untuk beberapa rumah (6 – 10 rumah) perumahan pedesaan dimensi septic tank disesuaikan dengan jumlah kelompok pemakai.

Khusus untuk pengelolaan limbah kegiatan industri dan kawasan perkotaan direncanakan dengan mempersiapkan bangunan IPAL terpadu serta mempersiapkan pembangunan Instalasi pengolahan dan atau tempat penyimpanan sementara limbah beracun B3 sesuai dengan peraturan dan ketentuan teknis yang berlaku. Hal ini penting dilakukan karena sebagian besar dari limbah industri bersifat polutif, baik terhadap air tanah, air permukaan maupun tanah. Oleh karena itu, diperlukan upaya penyediaan IPAL terpadu (sewarage system for gray water) dan tempat penyimpanan sementara limbah B3, di kawasan perkotaan (PKW/PKWp dan PKL/PKLp) dan kawasan indsutri berupa IPAL untuk limbah industri (blck water).

5.5.2. Sistem Jaringan Persampahan

Sasaran pengembangan system persampahan bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas lingkungan akibat akumulasi/penumpukan sampah yang tidak dikelola dengan baik, yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat, menyumbat saluran dan mencemari sungai. Secara umum rencana pengelolaan sampah diwilayah perencanaan dilakukan melalui 3 tahapan kegiatan, yakni : pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir/pengolahan. Tahapan kegiatan tersebut merupakan sutu sistem, sehingga masing - masing tahapan dapat disebut sebagai sub sistem. Untuk sistem pembuangan sampah dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu pembuangan secara individual (masyarakat membuang sampahnya sendiri-sendiri dengan metode dan cara yang tersendiri), dan membuang secara kolektif yang dikelola oleh pemerintah setempat atau diarahkan kepada pihak swasta.

Selama ini sistem pengolahan persampahan di Kabupaten Batu Bara diarahkan secara kolektif atau pengolahan dengan menyediakan tempat sampah umum yang akan dibuang bersama pada lokasi yang ditentukan. Kriteria Skala Penanganan sampah, yaitu :

1) Skala Individu

a. Pewadahan (bin plastic 40 liter, kantong plastic) b. Pemisahan sampah disumber

c. Pengolahan setempat (composter, vermin compost) 2) Skala lingkungan/kawasan

a. Pewadahan

b. Pengumpulan (gerobak/TPS) c. Pemidahan (transfer Depo)

d. UDKP (kompos dan daur ulang, kapasitas 15m3/hari) e. Incenerator (kapasitas 250 kg/jam)

f. Verni compost Kegiatan yang diatur :

1) Perumahan (mewah, menengah, rendah/kumuh)

(29)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 29 3) Fasilitas umum (kantor pos, pos polisi, dan sebagainya)

4) fasiltas social (masjid, gereja, sekolah, fasilitas kesehatan dan sebagainya)

Kegiatan penanganan sampah di Kabupaten Batu Bara meliputi :

1) Pemilahan dalam bentuk pengelompokkan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;

2) Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu;

3) Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah semnetara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;

4) Pengolahan dalam bentuk mengubah karateristik, komposisi, dan jumlah sampah;

5) Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman;

6) Seusai dengan standar persampahan (Departemen PU), kuantitas sampah yang dihasilkan oleh setiap orang adalah sekitar 2,5 – 3 liter/orang/hari. Dengan demikian sampah pada tahun 2033, sampah yang dihasilkan oleh penduduk di Kabupaten Batu Bara ini adalah sebesar 717 m3/hari (Tabel 4.10);

7) Rencana TPA yang dialokasikan di Desa Bogak, Kecamatan Talawi, Desa Pasar Lapan Kecamatan Indrapura, dan Desa Tanah Itam Ulu Kecamatan Lima Puluh sedangkan penetapan titik lokasi TPA perlu adanya lanjutan studi khusus yang merujuk pada undang-undang nomor 18/2008, tentang persampahan, dimana sistem pengelolaan sampah disarankan dengan sistem Sanitary Landfil.

Tabel. 5.7. Rencana Pengembangan Prasarana Persampahan di Kabupaten Batu Bara sampai Tahun 2033

No Uraian Satuan Tahun Perencanaan

2016 2021 2026 2033 1 Jumlah Penduduk Jiwa 406.220 420.145 434.070 447.995 2 Persentase Pelayanan Pemda % 30 40 70 80 3 Jumlah Penduduk Terlayani Jiwa 121.886 168.058 303.849 358.396 4 Rata - Rata Timbulan Sampah l/o/h 2 2 2 2 5 Timbunan Sampah m3/hari 244 336 608 717

6 Kebutuhan Prasarana Sampah

a) Gerobak Sampah, 2 kali/hari 1 m3 244 336 608 717

b) TPS/Kontainer, 2 kali/hari 10 m3 24 34 61 72

c) Transfer Depo/20.000 Penduduk unit 20 21 22 24

5.5.3. Sistem Jaringan Drainase

Sistem prasarana drainase diwilayah Kabupaten Batu Bara direncanakan dengan memanfaatkan saluran alam/sungai sebagai saluran pembuangan akhir. Saluran drainase dikawasan perkotaan dipersiapkan secara terintegrasi, yang meliputi: saluran tersier, sekunder dan primer. Saluran drainase dipersiapkan pada sisi setiap ruas jaringan jalan, sesuai dengan kelas dan fungsi jalan tersebut.

(30)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 30 Saluran drainase tersier direncanakan melayani lingkungan permukiman yang dipersiapkan dengan sistem terbuka.Saluran sekunder direncanakan untuk melayani kawasan permukiman dan saluran primer merupakan saluran drainase utama yang melayani kawasan perkotaan dan kawasan industri.Pengembangan saluran primer ini direncanakan dengan sistem tertutup dan selanjutnya dialirkan langsung ke saluran pembuangan (saluran alam).

Upaya pengembangan dan pengelolaan saluran drainase diwilayah Kabupaten Batu Bara pada masa mendatang, direncanakan sebagai berikut:

a. Meningkatkan kondisi saluran drainase eksisting

b. Membangun saluran drainase baru diselaraskan dengan pembangunan setiap ruas jaringan jalan c. Melakukan sosialisasi dan mendorong masyarakat lokal, agar dapat berpartisapasi dalam

kegiatan pemeliharaan saluran drainase diwilayahnya

d. Membentuk kelembagaan pengelolaan dan pemeliharaan saluran drainase pada tingkat komunitas sampai dengan kawasan perkotaan dengan melibatkan masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Batu Bara

e. Melakukan studi khusus perencanaan atau mempersiapkan Master Plan pengembangan sistem drainase kawasan perkotaan yang saling terintegrasi.

5.6. ARAHAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)

Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi:

a. Program Bangunan dan Lingkungan; b. Rencana Umum dan Panduan Rancangan; c. Rencana Investasi;

d. Ketentuan Pengendalian Rencana; dan e. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.

RTBL dapat berupa rencana aksi/kegiatan komunitas, rencana penataan lingkungan, atau panduan rancang kota. Muatan RTBL yang perlu dikutip dan diacu dalam RPI2JM yaitu Konsep Dasar Perancangan Tata Bangunan dan Lingkungan yang meliputi:

 Visi Pembangunan;

 Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan;  Konsep Komponen Perancangan Kawasan; dan

 Blok-blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya.

Konsep struktur ruang wilayah dalam RTRW Propinsi Sumatera Utara 2008 – 2028 yang berlaku untuk Kabupaten Batu Bara adalah ;

(31)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 31 1) Rencana Sistem Perkotaan

Dalam RTRW Provinsi Sumatera Utara (2008 - 2028), sistem perkotaan di wilayah Kabupaten Batu Bara hanya direncanakan fungsinya, sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yaitu :

 Perkotaan Lima Puluh, fungsinya diarahkan sebagai pusat pengembangan permukiman perkotaan dan perdagangan dan jasa ; dan

 Perkotaan Indrapura, fungsinya diarahkan sebagai pusat pengembangan perikanan, pelabuhan, industri pengolahan hasil pertanian dan pendidikan kejuruan.

5.7. ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN

PERMUKIMAN (RP2KP).

UU No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah transformasi peran pemerintah daerah: sebagai aktor utama dalam pembangunan daerah (melaksanakan rencana tata ruang dan rencana pembangunan);Adanya prasyarat sinergitas dan keterpaduan rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJP/RPJM), agar berjalan efektif. Kondisi saat ini: implementasi pembangunan daerah belum berjalan efektif:

 ketidaksinergian dan ketidakterpaduan penyelenggaraan pembangunan dalam satu wilayah;  kurangnya koordinasi antar hirarki penyelenggara pembangunan

(pusat-provinsi-kota/kabupaten).

diperlukanstrategi yang menjadi acuan penyelenggaraan pembangunan, khususnya dalam lingkup pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan dalam skala kota. SPPIP merupakan strategi yang digunakan sebagai pedoman dalam pembangunan kawasan permukiman dan infrastruktur permukiman di perkotaan yang penyusunannya mengacu, menyelaraskan dan mengintegrasikan kebijakan pembangunan dan pengembangan kota secara komprehensif. Strategi pembangunan dalam SPPIP memuat langkah-langkah riil (strategi dan program) dan terukur yang harus diambil untuk merealisasikan tujuan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang diatur dalam kebijakan.

SPPIP menjadi dokumen induk dan acuan utama dalam penyusunan program-program investasi bidang permukiman yang terdapat dalam RPI2JM Bidang Permukiman, sedangkan RPKPP merupakan dokumen teknis untuk mendukung operasionalisasi penanganan kawasan permukiman prioritas dan digunakan sebagai masukan penyusunan RPI2JM Bidang Permukiman.

Gambar

Tabel 5.2.  Rencana Struktur Ruang Kabupaten Batu Bara  2013 – 2033  No  Sistem
Tabel 5.4. Kawasan Strategis Kabupaten Batu Bara
Tabel 5.5 Rencana Pengembangan Prasarana Air Bersih di Kabupaten Batu Bara   sampai Tahun 2033

Referensi

Dokumen terkait

Madiun memberi ijin kepada Pemohon untuk mengucapkan ikrar talak terhadap Termohon oleh karena rumah tangga Pemohon dan Termohon sejak tahun 2006 telah tidak harmonis sering

Penelitian menunjukkan bahwa bangunan bioklimatik akan menggunakan lima sampai enam kali lebih energi daripada bangunan konvensional selama hidupnya melalui penggunaan

Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, jalan strategis nasional dan

Daya dukung aksial terkecil, P = 514.29 kN Diambil daya dukung aksial tiang pancang, P ijin = 510.00 kN. Berdasarkan hasil uji SPT (Meyerhoff) Berdasarkan hasil uji sondir

Pengambilan data kalibrasi atenuator antara high voltage source dengan voltage source dilakukan dengan menggunakan alat ukur instrumentasi II yang telah dibuat dan

Dalam proses bleaching sangat diperhatikan jumlah NaOH yang digunakan agar mendapat hasil yang baik, dimana jika NaOH yang digunakan sedikit maka masih banyak lignin yang

Kawasan Kota Tabanan terdiri dari 4 Satuan pengembangan (SP) yaitu SP Pusat Kota meliputi Kelurahan Delod Peken, Kota Tabanan dan Kelurahan Dauh Peken, SP Pengembangan

Dari penelitian terdahulu tersebut, maka pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan karbon aktif dengan bahan baku yang mengandung lignoselulosa berupa ampas