• Tidak ada hasil yang ditemukan

FACTORS AFFECETING PATIENT COMPLIANCE TO THE NATIONAL HEALTH INSURANCE RERFERAL SYSTEM IN THE PRIMA ROYAL HOSPITAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FACTORS AFFECETING PATIENT COMPLIANCE TO THE NATIONAL HEALTH INSURANCE RERFERAL SYSTEM IN THE PRIMA ROYAL HOSPITAL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

FACTORS AFFECETING PATIENT COMPLIANCE TO THE NATIONAL HEALTH INSURANCE RERFERAL SYSTEM

IN THE PRIMA ROYAL HOSPITAL Suryati Sinurat, Mangatas HP Hutagalung Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia

ABSTRACT

Background: Referential system is an important element in JKN (National Health Security) scheme managed by BPJS (Social Security Providing Board). Effective referential system is closely related to all levels of health system and help people get the best treatment. So far, the referential system has not been implemented well. There are still many BPJS referral patients who do not comply with the Health BPJS Referral System and according to the results of direct observation by the researchers found that the number of patients who have been referred to other hospitals but in fact patients choose to be treated at the Royal Prima Medan Hospital.

Subject and Method: The objective of the research was to analyze some factors which influenced patients’ adherence to inpatient BPJS referential system at Royal Prima Hospital, Medan. The research used cross sectional design. It was done at Royal Prima Hospital, Medan. The samples were 54 BPJS patients. Dependent variable was adherence to BPJS referential system, while independent variables were education, accommodation, social environment, the change in procedure model, and professional interaction. The data were gathered by using questionnaires and analyzed by using logistic regression model.

Result: The results of the logistic regression analysis showed that the environmental and social variables with p = 0.009 affected the compliance of patients with the Inpatient BPJS referral system at the Royal Prima Medan Hospital

Conclusion: Social environment was the most dominant factor which influenced patients’ adherence to inpatient BPJS referential system in Royal Prima Hospital, Medan, which indicated that the better a social environment of a hospital was, the higher the patients’ adherence.

Keywords: Inferential System, Hospital, Adherence, Patient, BPJS Correspondence

Suryati Sinurat. Masters Program in Public Health, Universitas Sumatera Utara, Jalan Universitas No. 21, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155, North Sumatera, Indonesia. Email: mangatashutagalung@yahoo.com

(2)

PENDAHULUAN

Pelaksanaan program BPJS sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 yang menjelaskan tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan tersebut menjelaskan bahwa Pedoman Sistem Rujukan Nasional memiliki karakteristik pelayanan yaitu berdasarkan indikasi, prosedur rujukan pada kasus kegawatan, melakukan rujukan balik ke akomodasi rujukan.

Dampak ketidakpatuhan pasien rawat inap terhadap sistem rujukan yang telah diatur dalam PERMENKES RI No. 71 Tahun 2013 mengakibatkan : 1. Jumlah pasien tidak merata dan menumpuk pada suatu rumah sakit, 2. Kualitas layanan tidak mendukung kesembuhan pasien, 3. Keterbatasan alat yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi penyakit pasien tersebut. Hal tersebut sudah diatur dalam peraturan menteri tentang layanan kesehatan yang sesuai dengan jenjang dan golongan pasien rujukan atau sesuai dengan kondisi penyakit pasien terkait dengan penggunaan alat yang dapat mendukung proses kesembuhan pasien.

Rumah Sakit Royal Prima Medan merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta tipe B dan menjadi rumah sakit rujukan bagi masyarakat khususnya Kota Medan dan masyarakat Sumatera Utara pada

umumnya. Rumah Sakit Royal Prima Medan berada di Jalan Ayahanda No. 68 A Medan. Visi Rumah Sakit Royal Prima Medan adalah Menjadi Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan terbaik, standar kualitas tinggi serta memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga pasien.

Hasil akreditasi Rumah Sakit Royal Prima oleh tim KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) memutuskan bahwa Rumah Sakit Royal Prima Medan mendapat peringkat Paripurna, dengan adanya peringkat akreditasi tersebut maka Rumah Sakit Royal Prima dapat menerima semua jenjang dan tipe rujukan pada pasien Jaminan Kesehatan Nasional baik dari dalam daerah maupun dari luar daerah.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Royal Prima menjelaskan tentang: 1. Tingginya angka pasien rujukan BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Royal Prima yang meningkat setiap tahunnya mengakibatkan Rumah Sakit Royal Prima sering mengalami over capacity dan sistem antrian yang panjang membuat pasien rujukan BPJS Kesehatan melakukan sistem boking ruangan. 2. Masih banyaknya ditemukan pasien rujukan BPJS yang tidak patuh terhadap Sistem Rujukan BPJS Kesehatan. Menurut hasil observasi langsung oleh peneliti menemukan bahwa banyaknya pasien yang sudah dirujuk ke rumah sakit lain namun pada kenyataannya pasien memilih

(3)

dirawat di Rumah Sakit Royal Prima. Hal tersebut sangat bertentangan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 001 Tahun 2012.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka peneliti memperoleh data kebanyakan pasien rujukan BPJS dirawat inap di Rumah Sakit Royal Prima dikarenakan Sistem Rujukannya tidak membingungkan, penanganan yang cepat dari tim medis, rumah sakitnya bersih dan nyaman, akomodasi yang dapat dirasakan oleh pasien rujukan lebih lengkap, ketersediaan obat lebih lengkap yaitu ada obat paten dan generik serta dokter spesialis juga lebih banyak.

Menurut keterangan dari pasien yang pernah dirawat di rumah sakit lain menjelaskan bahwa rumah sakit sebelumnya proses layanan kesehatan lama dan membingungkan. Pasien tersebut juga mengatakan kondisi rumah sakit sebelumnya kurang bersih dan kurang nyaman. Pasien rawat inap BPJS juga kurang dilayani dengan baik. Pengalaman tersebut membuat pasien rujukan BPJS lebih memilih Rumah Sakit Royal Prima.

Peneliti melakukan tanya jawab dan observasi langsung ke ruangan rawat inap Rumah Sakit Royal Prima Medan. Peneliti menemukan sebuah pernyataan dari 15 peserta Jaminan Kesehatan Nasional yang sedang dirawat di Rumah Sakit Royal Prima. Pernyataan tersebut berasal dari pasien BPJS yang menyatakan bahwa untuk mendapatkan tempat

tidur di ruang rawat inap Rumah Sakit Royal Prima Medan ada yang melakukan terlebih dahulu sistem boking kamar, alasan mereka melakukan sistem boking tersebut adalah karena padatnya pasien di Rumah Sakit Royal Prima dan alasan lain karena takut antri.

Peneliti melakukan kebenaran data ke rekam medis mengenai kepatuhan pasien rawat inap rujukan BPJS dalam menggunakan memamfaatkan rumah sakit sesuai dengan rumah sakit yang ada pada surat rujukan. Peneliti memastikan kebenaran data tentang alamat pasien Rujukan Jaminan Kesehatan Nasional, data yang diperoleh peneliti adalah pasien rujukan rawat inap BPJS berasal dari luar kota dan tidak patuh terhadap surat rujukan pasien rawat inap rujukan BPJS. Data hasil pengecekan data tentang pasien rawat inap rujukan BPJS pada bulan Oktober-November 2017 diperoleh jumlah pasien BPJS yang tidak patuh terhadap sistem rujukan yang dirawat di Rumah Sakit Royal Prima sebanyak 15 pasien.

Peneliti memilih Rumah Sakit Royal Prima adalah dikarenakan banyaknya pasien BPJS yang dirawat inap di Rumah Sakit Royal Prima berasal dari luar daerah dan bukan merupakan pasien rujukan seperti yang tertulis pada surat rujukan. Rumah Sakit Royal Prima juga menerima pasien yang melakukan sistem boking kamar baik dari dalam kota maupun dari luar kota, serta menerima pasien yang

(4)

bukan pasien rujukan Rumah Sakit Royal Prima.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan studi korelasi. Penelitian ini akan dilaksanakan di seluruh ruang rawat inap Rumah Sakit Royal Prima Medan yang beralamat di Jalan Ayahanda Medan. Jumlah populasi di Rumah Sakit Royal Prima pada bulan Januari sampai dengan Maret 2018 adalah sebanyak 164 pasien rujukan BJPS. Jumlah sampel pada

penelitian ini adalah sebanyak 54 orang. Penelitian ini menggunakan valisitas instrument korelasi pearson product momen dengan signifikansi 0,05.

HASIL

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada rentang umur 20-40 tahun sebanyak 42 orang (77,8%). Berdasarkan pekerjaan menunjuk bahwa sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 33 orang (61,1%) danbekerja sebanyak 21 orang (38,9%).

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik pasien rujukan BPJS di Rumah Sakit Royal Prima Medan pada tahun 2018

No Karakteristik n % 1 Umur 20-40 tahun 42 77,8 41-60 tahun 8 14,8 >60 tahun 4 7,4 Jumlah 54 100 2 Jenis Kelamin Laki-laki 24 44,4 Perempuan 30 55,6 Jumlah 54 100 3 Pendidikan Tinggi 24 44,4 Rendah 30 55,6 Jumlah 54 100 4 Pekerjaan Bekerja 21 38,9 Tidak Bekerja 33 61,1 Jumlah 54 100 2. Bivariate anaysis

Tabel silang antara interaksi profesional dan kepatuhan pasien terhadap sistem rujukan BPJS rawat

inap di Rumah Sakit Royal Prima Medan menunjukkan bahwa dari 20 responden yang interaksi profesionalnya tidak ada interaksi,

(5)

terdapat 17 responden (85,0%) tidak patuh terhadap sistem rujukan BPJS rawat inap. Sedangkan dari 34 responden yang interaksi profesionalnya ada interaksi, terdapat 19 responden (55,9%) yang tidak patuh terhadap sistem rujukan BPJS rawat inap. Hasil uji chi-square diperoleh nilai p = 0,028 (p value < 0,05) artinya terdapat hubungan yang signifikan antara interaksi profesional dengan kepatuhan pasien terhadap sistem rujukan BPJS Rawat Inap di Rumah Sakit Royal Prima Medan.

3. Multivariate analysis

Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui variabel

independen mana yang paling memengaruhi variabel dependen. Regresi Logistik dapat digunakan untuk menganalisa set data dengan lebih dari satu variabel bebas/independen berskala nominal/ordinal terhadap satu variabel terikat/dependen berskala nominal. Analisa multivariat dalam penelitian ini dengan menggunakan analisa regresi logistik dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Variabel yang potensial dimasukkan dalam model yaitu variabel yang memiliki nilai p < 0,25.

Tabel 2. Pemilihan Kandidat Model untuk Tahap Prediksi Multivariat

Variabel P

Pendidikan 0,004*

0,014* Akomodasi

Faktor Lingkungan dan Sosial 0,001*

Perubahan Model 0,319

Interaksi Professional 0,028*

*Variabel yang menjadi kandidat Berdasarkan hasil uji regresi logistik diperoleh variabel yang berpengaruh dan yang paling dominan terhadap kepatuhan pasien dengan sistem rujukan BPJS Rawat Inap di Rumah Sakit Royal Prima Medan adalah lingkungan dan sosial dengan nilai Exp (B) 17,0. Hasil diatas menunjukkan bahwa probabilitas kepatuhan pasien adalah 25%, hal ini berarti probabilitas seseorang dengan lingkugan dan sosial baik, ada interaksi professional

maka probabilitas untuk patuh dalam sistem rujukan BPJS 25%.

Analisis Uji Regresi Logistik Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh bahwa variabel independen yang memiliki p <0,25 yang akan diikutsertakan dalam analisis multivariat dapat dilihat pada Tabel 17, 18, dan 19. Selanjutnya semua variabel tersebut dimasukkan ke dalam model, kemudian variabel yang tidak signifikan (p > 0,05) akan

(6)

dikeluarkan satu persatu secara manual dengan menggunakan metode Enter.

Hasil analisis uji regresi logistik menunjukkan bahwa variabel lingkungan dan sosial dengan p = 0,009 memengaruhi terhadap kepatuhan pasien dengan sistem rujukan BPJS Rawat Inap di Rumah Sakit Royal Prima Medan. selain itu, dapat disimpulkan bahwa variabel lingkungan dan sosial menjadi variabel yang paling dominan memengaruhi kepatuhan pasien rujukan BPJS, hal ini diketahui dengan nilai nilai Exp (B) = 17,0.

PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden Pasien Rujukan BPJS di Rumah Sakit Royal Prima Medan

Berdasarkan tanya jawab peneliti dengan pasien diperoleh data bahwa Rumah Sakit Royal Prima Medan sebelum menentukan pengeluaran tentang rawatan pasien terlebih dahulu akan mendiskusikan dengan pasien dan keluarga tentang pilihan biaya rawatan. Cara seperti ini sangat disukai oleh pasien dan sangat membantu dalam menentukan pilihan biaya rawatan selama dirawat di rumah sakit.

Pasien rujukan BPJS sebelum di rujuk ke Rumah Sakit Royal Prima lebih banyak dirujuk ke rumah sakit negeri seperti RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dan RSUP Haji Adam Malik Medan. Alasan pasien lebih memilih Rumah Sakit Royal Prima

Medan dan mengambil keputusan untuk tidak patuh dikarenakan Manajemen Rumah Sakit Royal Prima Medan memiliki jiwa kemanusian yang tinggi yang tidak sampai hati menolak pasien yang sudah menderita penyakit yang parah dan kadang-kadang sudah mengalami komplikasi.

Pasien yang hendak dirujuk haruslah ke rumah sakit tipe C terlebih dahulu, bila rumah sakit tipe C tidak dapat menangani pasien tersebut dikarenakan ketidakmampuan dari segi SDM ataupun saran prasarana baru dapat dirujuk ke rumah sakit tipe B yang dalam hal ini contohnya RS. Royal Prima Medan.

Hasil penelitian ini menjelaskan tentang distribusi kepatuhan pasien terhadap sistem rujukan BPJS rawat inap di Rumah Sakit Royal Prima Medan pada Tahun 2018 sebelum terbitnya peraturan BPJS yang baru. Hasilnya lebih banyak responden yang berada pada kategori tidak patuh terhadap sistem rujukan (66,7%) dikarenakan bahwa Rumah Sakit Royal Prima Medan memiliki akomodasi yang lengkap dan baru, mudah dijangkau oleh sarana transportasi dan memiki guest house yang dapat dimanfaatkan oleh keluarga pasien dari luar daerah kota Medan untuk tinggal selama mereka menemani rawat inap pasien di Rumah Sakit Royal Prima Medan. 2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kepatuhan Pasien Terhadap Sistem Rujukan BPJS Rawat Inap di

(7)

Rumah Sakit Royal Prima Medan

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin patuh terhadap peraturan. Hasil uji statistik multivariat dengan regresi logistik pada penelitian ini menunjukan bahwa variabel pendidikan memiliki pengaruh terhadap kepatuhan (P=0,004). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnomo dan Kristiyawati, (2013) menjelaskan bahwa ada pengaruh antara pendidikan seseorang dengan kepatuhan.

Penelitian ini menjelaskan bahwa akomodasi memenuhi kebanyakan tidak patuh terhadap sistem rujukan. Hasil uji statistik multivariat dengan regresi logistik menunjukan bahwa variabel akomodasi tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan (P=0,014). Penelitian terkait dilakukan oleh Angraheny, (2012) menjelaskan bahwa ada pengaruh yang sangat signifikan antara akomodasi terhadap pemilihan fasilitas layanan kesehatan. Akomodasi atau fasilitas yang baik dari suatu layanan kesehatan akan sangat memengaruhi tingkat kepatuhan pasien dalam memanfaatkan layanan kesehatan.

Penelitian yang dilakukan menjelaskan bahwa faktor modifikasi lingkungan dan sosial yang baik kebanyakan tidak patuh terhadap sistem rujukan. Hasil uji statistik multivariat dengan regresi logistik menunjukan bahwa variabel lingkungan dan sosial memiliki pengaruh paling dominan terhadap

kepatuhan (P=0,001). Penelitian yang sama dijelaskan oleh penelitian Zulfikar dan Ghofar, (2010) tentang faktor lingkungan dan sosial sangat berpengaruh terhadap pemilihan jasa layanan kesehatan. Apabila lingkungan dan sosial yang baik pada suatu rumah sakit maka akan membuat seseorang tersebut akan lebih memilih untuk memanfaatkan layanan tersebut.

3. Faktor yang tidak memengaruhi kepatuhan pasien rujukan BPJS di RS Royal Prima Medan

Analisa multivariat dengan regresi logistik menunjukan bahwa variabel perubahan model prosedur tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan (P=0,319). Payne (2000) menyatakan bahwa pelayanan pada pasien diartikan sebagai tindakan yang dapat menghubungkan kepentingan pemberi dan penerima jasa dalam proses pelayanan kesehatan.

4. Faktor yang paling dominan memengaruhi kepatuhan pasien rujukan BPJS di RS Royal Prima Medan

Uji statistik multivariat dengan regresi logistik menunjukan bahwa variabel modifikasi lingkungan dan sosial memiliki pengaruh paling dominan terhadap kepatuhan (P=0,001). Penelitian yang sama dijelaskan oleh penelitian Zulfikar dan Ghofar, (2010) tentang faktor lingkungan dan sosial sangat berpengaruh terhadap pemilihan jasa

(8)

layanan kesehatan. Apabila lingkungan dan sosial yang baik pada suatu rumah sakit maka akan membuat seseorang tersebut akan lebih memilih untuk memanfaatkan layanan tersebut.

Penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa lebih banyak responden berada pada tidak ada interaksi sosial berada pada kategori tidak patuh, hal tersebut dikarenakan bahwa faktor interaksi merupakan hal yang berhubungan dengan kepatuhan seseorang. Hasil uji statistik multivariat dengan regresi logistik menunjukan bahwa variabel interaksi profesional tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan (P=0,028). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hartini, dkk (2016) menjelaskan tentang pengaruh komunikasi atau interaksi sesama tenaga kesehatan profesional sangat mendukung kesuksesan suatu layanan kesehatan. Semakin baik interkasi profesional akan berdampak terhadap suksesnya suatu layanan kesehatan.

KESIMPULAN

Faktor lingkungan dan sosial adalah faktor yang paling dominan memengaruhi seseorang terhadap kepatuhan dalam sistem rujukan BPJS Rawat Inap di Rumah Sakit Royal Prima Medan. Artinya, semakin baik lingkungan dan sosial rumah sakit maka akan semakin tinggi daya tarik seseorang untuk lebih memilih layanan kesehatan di rumah sakit tersebut dan apabila lingkungan dan sosial tidak baik

akan menjadi pertimbangan khusus bagi seseorang untuk memilih layanan rumah sakit tersebut

REFERENCE

Anggraheny V. N. (2012). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengambilan Keputusan Masyarakat untuk Memilih Jasa Layanan Kesehatan di Rumah Sakit PKU Muhammadiah.

Andrian Payne. (2000). Manajemen Jasa, Yogyakarta : Liberty Hartini, Septo Pawelas Arso, Ayun

Sriatmi. (2016). Analis Pelayanan Rujukan Pasien BPJS dI RSUD Chatib Quswain Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi. Kusumaningtiyas S, Kristiyawati,

Purnomo, (2013). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di RS. Semarang: Telogoejo.

Zulfikar M, Ghofar A. (2010). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Keputusan Pelanggan Dalam Memilih Kembali Jasa Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit Islam

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan pada Akomodasi Kesehatan Tingkat Pertama dan Akomodasi Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam

(9)

Gambar

Tabel  1  menunjukkan  bahwa  sebagian  besar  responden  berada  pada  rentang  umur  20-40  tahun  sebanyak  42  orang  (77,8%)

Referensi

Dokumen terkait