• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 ACT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA NUMBER 39 YEAR 2004 TENTANG CONCERNING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 ACT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA NUMBER 39 YEAR 2004 TENTANG CONCERNING"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG

PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa bekerja merupakan hak asasi manusia yang wajib dijunjung tinggi, dihormati, dan dijamin penegakannya;

b. bahwa setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak, baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan;

c. bahwa tenaga kerja Indonesia di luar negeri sering dijadikan obyek perdagangan manusia, termasuk perbudakan dan kerja paksa, korban kekerasan, kesewenang - wenangan, kejahatan atas harkat dan martabat manusia, serta perlakuan lain yang melanggar hak asasi manusia.

d. bahwa negara wajib menjamin dan melindungi hak asasi warga negaranya yang bekerja baik di dalam maupun di luar negeri berdasarkan prinsip persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, anti diskriminasi, dan anti perdagangan manusia;

e. bahwa penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri merupakan suatu upaya untuk mewujudkan hak dan kesempatan yang sama bagi tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak,yang pelaksanaannya dilakukan dengan tetap memperhatikan harkat, martabat dan hak asasi manusia, dan perlindungan hukum serta pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan nasional;

f. bahwa penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri perlu dilakukan secara terpadu antara instansi Pemerintah baik Pusat maupun Daerah dan peran serta masyarakat dalam suatu sistem hukum guna melindungi tenaga kerja Indonesia yang ditempatkan dalam suatu sistem hukum guna melindungi tenaga kerja Indonesia yang ditempatkan di luar negeri;

g. bahwa peraturan perundang - undangan di bidang ketenagakerjaan yang ada belum mengatur secara memadai, tegas dan terperinci mengenai penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonsia di luar negeri;

h. bahwa Undang - undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dinyatakan penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri diatur dengan Undang - undang;

ACT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA NUMBER 39 YEAR 2004 CONCERNING

PLACEMENT AND PROTECTION OF INDONESIAN OVERSEAS WORKER

WITH GRACE OF GOD THE ALMIGHTY THE PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA

Considering : a. that to work is a human right that must be up lifted, respected, and guaranteed;

b. that every worker has equal right and opportunity without discrimination to obtain a proper work and income, both side and outside the country according to their expertise, skill, talent, interest, and ability;

c. that Indonesian overseas worker is frequently made as human traffic object, including slavery and force work, violence casualty, harsh, crime on human dignity and esteem, and other violated human rights;

d. that the country obliged to guarantee and protect her own citizen human right who works both inside and outside the country based on the principles of equality, democracy, social justice, gender equality, anti discrimination, and anti human traffic;

e. that the placement of Indonesian overseas worker constitutes and effort to realize equal right and opportunity for worker to obtain proper work and income, which implementation in conducted by still taking into account the dignity, human right, and legal protection as well as working opportunity fairness and procurement of worker that in line with national requirement;

f. that the placement of Indonesian overseas worker must be conducted in an integrated way among government agencies either in Central and Local levels and community participation in a legal system to protect Indonesia overseas worker;

g. that the existing regulations on manpower has not yet properly, affirmatively and exclusively regulated the employment and protection of Indonesian overseas worker;

h. that the act Number 13 year 2003 concerning Manpower stated that the placement of Indonesian overseas worker shall be regulated by Law;

(2)

i. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, dan huruf h, perlu membentuk Undang - undang tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri;

Mengingat : 1. Pasal 20, Pasal 21, Pasal 27 ayat (2), Pasal 28 D ayat (1) dan ayat (2), Pasal 28 E ayat (1) dan ayat (3), Pasal 29 Undang - Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang - undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ( Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4279 );

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG - UNDANG TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang - undang ini yang dimaksud dengan :

1. Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut dengan TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah.

2. Calon tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut Calon TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagai pencari kerja yang akan bekerja di luar negeri dan terdaftar di Instansi Pemerintah Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.

3. Penempatan TKI adalah kegiatan pelayanan untuk mempertemukan TKI sesuai bakat, minat, dan kemampuannya dengan pemberi kerja di luar negeri yang meliputi keseluruhan proses perekrutan, pengurusan dokumen, pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan, pemberangkatan sampai ke negara tujuan, dan pemulangan dari negara tujuan.

4. Perlindungan TKI adalah segala upaya untuk melindungi kepentingan calon TKI / TKI dalam mewujudkan terjaminnya pemenuhan hak-haknya sesuai dengan peraturan perundang - undangan, baik sebelum , selama, maupun sesudah bekerja.

i. That base on the consideration as stated in letters a, b, c, d, e, f, g, and h, it is necessary to establish an Act concerning the Placement and Protection of Indonesian Overseas Worker;

In View of : 1. Article 20, Article 21, Article 27, paragraph (2), Article 28 D paragraph (1) and paragraph (2), Article 28 E paragraph (1) and paragraph (3), Article 29 of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia;

2. Act Number 13 year 2003 concerning Manpower ( State Gazette of 2003, Supplement of State Gazette Number 4279 );

By the Joint Approval Between

THE HOUSE OF REPRESENTATIVES OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND

THE PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA

DECIDED :

To Stipulate : ACT CONCERNING THE PLACEMENT AND PROTECTION OF INDONESIAN OVERSEAS WORKER.

CHAPTER I GENERAL PROVISION

Article 1 In this Act the meaning of :

1. Indonesian worker hereinafter called as worker is every Indonesian citizen who met the requirements to work overseas in an employment relation for certain period with payment.

2. Prospective Indonesian worker hereinafter called as Prospective Worker shall be every Indonesian citizen who met the requirements as job seeker who will work overseas and is registered in District / Municipality Administration agency that responsible for manpower.

3. Worker placement is the service activities to introduce worker according to his / her talent, interest, and ability with Employer in foreign country that covering the entire process of recruitment, document handling, education and training, accommodation, departure preparation, departure to the destination country, and returning from the destination country.

4. Protection of worker shall be all efforts to protect the interest of Prospective Worker / Worker in realizing the compliance with his rights according to the regulation, either before, during, or other employment.

(3)

5. Pelaksana Penempatan TKI Swasta adalah badan hukum yang telah memperoleh izin tertulis dari Pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan penempatan TKI di luar negeri.

6. Mitra Usaha Instansi atau badan usaha berbentuk badan hukum di negara tujuan yang bertanggung jawab menempatkan TKI pada Pengguna. 7. Pengguna Jasa TKI yang selanjutnya disebut dengan Pengguna adalah

Instansi Pemerintah, Badan Hukum Pemerintah, Badan Hukum Swasta, dan / atau Perseorangan di negara tujuan yang mempekerjakan TKI. 8. Perjanjian Kerja Sama Penempatan adalah perjanjian tertulis antara

Pelaksana Penempatan TKI Swasta dengan Mitra Usaha atau Pengguna yang memuat hak dan kewajiban masing - masing pihak dalam rangka penempatan serta perlindungan TKI di negara tujuan.

9. Perjanjian Penempatan TKI adalah perjanjian tertulis antara Pelaksana Penempatan TKI Swasta dengan calon TKI yang memuat hak dan kewajiban masing - masing pihak dalam rangka penempatan TKI di negara tujuan sesuai dengan peraturan perundang - undangan.

10. Perjanjian Kerja adalah perjanjian tertulis antara TKI dengan Pengguna yang memuat syarat - syarat kerja, hak dan kewajiban masing - masing pihak.

11. Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri yang selanjutnya disebut dengan KTKLN adalah kartu identitas bagi TKI yang memenuhi persyaratan dan prosedur untuk bekerja di luar negeri.

12. Visa Kerja adalah izin tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang pada perwakilan suatu negara yang memuat persetujuan untuk masuk dan melakukan pekerjaan di negara yang bersangkutan.

13. Surat Izin Pelaksana Penempatan TKI yang selanjutnya disebut SIPPTKI adalah izin tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada perusahaan yang akan menjadi Pelaksana Penempatan TKI Swasta.

14. Surat Izin Pengerahan yang selanjutnya disebut SIP adalah izin yang diberikan Pemerintah kepada Pelaksana Penempatan TKI Swasta untuk merekrut calon TKI dari daerah tertentu, untuk jabatan tertentu, dan untuk dipekerjakan pada calon Pengguna tertentu dalam jangka waktu tertentu.

15. Orang adalah pihak orang perseorangan atau badan hukum.

16. Pemerintah adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta pada Menteri.

17. Menteri adalah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.

5. Private Worker Placement Agency, hereinafter called as private agency is legal entity having obtained written permit from the government to conduct worker placement service abroad.

6. Business Partner in Government Institution or Business Entity in the form of legal entity in destination country that responsible for the placement of worker to Employer.

7. The Employer of Indonesian worker hereinafter called as Employer is Government Legal Entity, Private Legal Entity,and/ or Individual in the destination country that employ worker.

8. Placement Agreement is a written agreement between the private agency and Business Partner or Employer containing the rights and obligations of each party for the placement and protection of worker in the destination country.

9. Worker Placement Agreement is a written agreement between private agency and prospective worker that containing each party rights obligations is respect of worker placement in the destinations of each party.

10. Working Contract is a written agreement between worker and Employer that containing working conditions, rights, and obligations of each party. 11. Overseas Worker Card hereinafter called as KTKLN is the identity card of

worker who met the requirements and procedure to work abroad. 12. Working Visa is a written permit given by the authority of the

representative of a certain country that containing the approval to enter and work in the relevant country.

13. Worker Placement Agency Permit hereinafter called as SIPPTKI is a written permit given by the Minister to the company that will be private worker placement Agency.

14. Worker Supply Permit hereinafter called as SIP is the permit given by the Government to private agency to recruit prospective worker from certain area, for specific position, and to be employed with particular Prospective Employer within certain period.

15. Person is individual or legal entity.

16. Government is the apparatus of the Republic of Indonesia that consisting of the President and the Ministers.

(4)

Pasal 2

Penempatan dan perlindungan calon TKI / TKI berasaskan keterpaduan, persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, anti diskriminasi, serta anti perdagangan manusia.

Pasal 3 Penempatan dan perlindungan calon TKI / TKI bertujuan untuk :

a. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi;

b. Menjamin dan melindungi calon TKI / TKI sejak di dalam negeri, di negara tujuan, sampai kembali ke tempat asal di Indonesia;

c. Meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya;

Pasal 4

Orang perseorangan dilarang menempatkan warga negara Indonesia untuk bekerja di luar negeri.

BAB II

TUGAS, TANGGUNG JAWAB, DAN KEWAJIBAN PEMERINTAH

Pasal 5

(1) Pemerintah bertugas mengatur, membina, melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah dapat melimpahkan sebagian wewenangnya dan / atau tugas perbantuan kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan peraturan perundang - undangan.

Pasal 6

Pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan upaya perlindungan TKI di luar negeri. Pasal 7

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6 Pemerintah berkewajiban :

a. menjamin terpenuhinya hak - hak calon TKI / TKI, baik yang berangkat melalui Pelaksana Penempatan TKI Swasta, maupun yang berangkat secara mandiri;

b. mengawasi pelaksanaan penempatan calon TKI;

c. membentuk dan mengembangkan sistem informasi penempatan calon TKI di luar negeri;

d. melakukan upaya diplomatik untuk menjamin pemenuhan hak dan perlindungan TKI secara optimal di negara tujuan;

e. memberikan perlindungan pada TKI selama masa sebelum pemberangkatan, masa penempatan, dan masa purna penempatan;

Article 2

The placement and protection of prospective worker / worker shall be based on integrity, equality, democracy, social justice, gender equivalent and justice, non discrimination, as well as against human trafficking.

Article 3

The placement and protection of prospective worker / worker is aimed to : a. Empower and employ worker optimally and humanly;

b. Ensure and protect prospective worker / worker in home country, destination country, until return to point of origin in Indonesia;

c. Improve the prosperity or worker and their family; Article 4 Individual is forbidden to place worker to work abroad.

CHAPTER II

DUTIES, RESPONSIBILITY AND OBLIGATION OF THE GOVERNMENT

Article 5

(1) The Government shall arrange, develop, implement, and control the placement and protection worker abroad.

(2) In conducting the duties as stated in paragraph (1), the Government may delegate a part of its authority and / or delegate duties to Local Administration in accordance with regulations.

Article 6

The Government shall responsible to improve protection effort of worker abroad.

Article 7

In implementing the duties and responsibilities as stated in Article 5 and Article 6 the Government shall be required of :

a. Ensure the compliance of Prospective worker / worker rights, both those who departed through worker placement institution, or independently;

b. Supervise the implementation of prospective worker placement;

c. Establish and develop an information system on prospective worker placement in destination country;

d. Perform diplomacy effort to ensure rights compliance and protections of worker optimally in destination country; and

(5)

BAB III HAK DAN KEWAJIBAN TKI

Pasal 8

Setiap calon TKI / TKI mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk : a. Bekerja di luar negeri;

b. Memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja luar negeri dan prosedur penempatan TKI di luar negeri;

c. Memperoleh pelayanan dan perlakuan yang sama dalam penempatan di luar negeri;

d. Memperoleh kebebasan menganut agama dan keyakinannya serta kesempatan untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang dianutnya;

e. Memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di negara tujuan;

f. Memperoleh hak, kesempatan, dan perlakuan yang sama yang diperoleh tenaga kerja asing lainnya sesuai dengan peraturan perundang - undangan di negara tujuan;

g. Memperoleh jaminan perlindungan hukum sesuai dengan peraturan perundang - undangan atas tindakan yang dapat merendahkan harkat dan martabatnya serta pelanggaran atas hak - hak yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang - undangan selama penempatan di luar negeri; h. Memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan keamanan kepulangan TKI ke tempat asal; i. Memperoleh naskah perjanjian kerja yang asli;

Pasal 9 Setiap Calon TKI / TKI mempunyai kewajiban untuk :

a. Menaati peraturan perundang - undangan baik di dalam negeri maupun di luar negeri; b. Menaati dan melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan perjanjian kerja;

c. Membayar biaya perjalanan penempatan TKI di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang - undangan; dan

d. Memberitahukan atau melaporkan kedatangan, keberadaan dan kepulangan TKI kepada Perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan;

BAB IV

PELAKSANA PENEMPATAN TKI DI LUAR NEGERI Pasal 10

Pelaksana penempatan TKI di luar negeri : a. Pemerintah

b. Pelaksana Penempatan TKI Swasta; Pasal 11

(1) Penempatan TKI di luar negeri oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a, hanya dapat dilakukan atas dasar perjanjian secara tertulis antara Pemerintah dengan Pemerintah negara Pengguna TKI atau Pengguna berbadan hukum di negara tujuan.

(2) Ketentuan mengenai tatacara pelaksanaan penempatan TKI oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

CHAPTER III

RIGHT AND OBLIGATION OF WORKER Article 8

Every Prospective worker / worker has equal right and opportunity to : a. Work in the foreign country;

b. Obtain proper information about overseas job market and procedure of worker placement abroad; c. Obtain request service and treatment in placement abroad;

d. Obtain freedom to embrace his / her religion and belief and opportunity to do their worship according to religion and belief that he / she embrace;

e. Obtain wage according to the salary standard prevails in the destination country;

f. Obtain equal right, opportunity and treatment as obtained by other foreign worker in accordance with regulations in the destination country;

g. Obtain legal protection in accordance with regulations to any action that may harm his / her dignity and violation of rights specified by the regulations during the placement abroad;

h. Obtain security protection and returning to point of origin safely; i. Obtain draft- working contract;

Article 9 Every Prospective worker / worker shall be requires to :

a. Adhere the regulations both of the home country and destination country; b. Comply and perform the job according to working contract;

c. Pay worker placement service fee abroad in accordance with regulation; and

d. Inform or report the arrival, existence and return of worker to Representative of the Republic of Indonesia in the destination country;

CHAPTER IV

WORKER PLACEMENT INSTITUTION ABROAD Article 10

Worker placement institution consisting of : a. Government;

b. Private Agency;

Article 11

(1) The placement of worker abroad by the Government as stated in Article 10 letter a, only conducted based on written agreement between the Government and the Government of worker Employer country of legal entity Employer in destination country.

(2) The provision regarding worker placement procedure by the Government as stated in paragraph (1), shall further be regulated by Government Regulation.

(6)

Pasal 12

Perusahaan yang akan menjadi Pelaksana Penempatan TKI Swasta sebagaimana dimaksud pasal 10 huruf b, wajib mendapat izin tertulis berupa SIPPTKI dari Menteri.

Pasal 13

(1) Untuk dapat memperoleh SIPPTKI sebagaimana dimaksud dalm Pasal 12, Pelaksana Penempatan TKI Swasta harus memenuhi persyaratan :

a. Berbentuk badan hukum perseroan terbatas ( PT ) yang didirikan berdasarkan peraturan perundang - undangan;

b. Memiliki modal disetor yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan, sekurang - kurangnya sebesar Rp. 3.000.000.000.- ( tiga milyar rupiah )

c. Menyetor uang kepada bank sebagai jaminan dalam bentuk deposito sebesar Rp. 500.000.000.- ( lima ratus juta rupiah ) pada bank pemerintah;

d. Memiliki rencana kerja penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri sekurang - kurangnya untuk kurun waktu 3 (tiga) tahun berjalan;

e. Memiliki unit pelatihan kerja; dan

f. Memiliki sarana dan prasarana pelayanan penempatan TKI;

(2) Sesuai dengan perkembangan keadaan, besarnya modal disetor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan jaminan dalam bentuk deposito sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dapat ditinjau kembali dan diubah dengan peraturan Menteri.

(3) Ketentuan mengenai penyusunan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dan bentuk serta standar yang harus dipenuhi untuk sarana dan prasarana pelayanan penempatan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, diatur lebih lanjut dengan peraturan Menteri.

Pasal 14

(1) Izin untuk melaksanakan penempatan TKI di luar negeri diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang setiap 5 (lima) tahun sekali.

(2) Perpanjangan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan kepada Pelaksana Penempatan TKI Swasta selain harus memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) juga harus memenuhi syarat - syarat sebagai berikut :

a. Telah melaksanakan kewajibannya untuk memberikan laporan secara periodik kepada Menteri; b. Telah melaksanakan penempatan sekurang-kurangnya 75% ( tujuh puluh lima persen ) dari

rencana penempatan pada waktu memperoleh SIPPTKI;

c. Masih memiliki sarana dan prasarana yang sesuai dengan standar yang ditetapkan;

d. Memiliki neraca keuangan selama 2 (dua) tahun terakhir tidak mengalami kerugian yang diaudit akuntan publik; dan

e. Tidak dalam kondisi diskors;

Pasal 15

Tata cara pemberian dan perpanjangan SIPPTKI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 16

Deposito hanya dapat dicairkan dalam hal pelaksana penempatan TKI swasta tidak memenuhi kewajiban terhadap calon TKI / TKI sebagaimana telah diperjanjikan dalam perjanjian penempatan.

Article 12

Companies that will be private agency as stated in Article 10 letter b, should be written approved in form SIPPTKI from Minister.

Article 13

(1) In order to obtain SIPPTKI as stated in Article 12, private agency should fulfill requirements : a. a limited liability company ( PT ) established based on regulations;

b. has deposited capital as stated in the company establishment deed minimum Rp. 3.000.000.000.- ( three billion rupiah );

c. deposit as guarantee is form of time deposit of Rp. 500.000.000.- ( five hundred million rupiah ) to the Government Banks;

d. has worker placement and protection scheme abroad minimum for 3 ( three ) current years; e. has training units; and

f. has worked placement facilities and means;

(2) According to the condition progress, the amount of deposited capital as stated in paragraph (1) letter b, and guarantee in form of deposit as stated in paragraph (1) letter c, may be reviewed and amended by Minister Decree.

(3) Provision concerning work plan as stated in paragraph (1) letter d, and form and standard that should be met for worker placement facilities and means as stated in paragraph (1), further arranged by Ministerial Decree.

Article 14

(1) Permit to conduct worker placement abroad given for the 5 (five) years term and may be extended every 5 (five) years.

(2) The permit extension as stated in paragraph (1) may be given to private agency beside it should meet requirements as stated in Article 13 paragraph (1) also should meet the requirements as follows :

a. Has conducted its obligation to hand over periodical report to Minister;

b. Has conducted worker placement minimum 75% ( seventy five percent ) from placement plan at the time obtaining SIPPTKI;

c. Still has facilities and means according to specified standards;

d. Has balance sheet for last 2 (two) years and does not suffer loss audited by public accountant, and

e. Not in suspended condition;

Article 15

The procedure on issuance and extension of SIPPTKI as stated in Article 12, Article 13, and Article 14 arranged by Ministerial Decree.

Article 16

The deposit maybe withdrawn in case the private agency does not fulfill obligations to prospective worker / worker as agreed in placement agreement.

(7)

Pasal 17

(1) Pelaksana Penempatan TKI Swasta wajib menambah biaya keperluan penyelesaian perselisihan atau sengketa calon TKI / TKI apabila deposito yang digunakan tidak mencukupi.

(2) Pemerintah mengembalikan deposito kepada Pelaksana Penempatan TKI Swasta apabila masa berlaku SIPPTKI telah berakhir dan tidak diperpanjang lagi atau SIPPTKI dicabut.

(3) Ketentuan mengenai penyetoran, penggunaan, pencairan, dan pengembalian deposito sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

Pasal 18

(1) Menteri dapat mencabut SIPPTKI apabila Pelaksana Penempatan TKI Swasta : a. Tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13; atau

b. Tidak melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya dan / atau melanggar larangan dalam penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri yang diatur dalam Undang - undang ini. (2) Pencabutan SIPPTKI oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak mengurangi tanggung

jawab pelaksana Penempatan TKI Swasta terhadap TKI yang telah ditempatkan dan masih berada di luar negeri.

(3) Tata cara pencabutan SIPPTKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

Pasal 19

Pelaksana penempatan TKI Swasta dilarang mengalihkan atau memindahtangankan SIPPTKI kepada pihak lain.

Pasal 20

(1) Untuk mewakili kepentingannya, Pelaksana Penempatan TKI Swasta wajib mempunyai perwakilan di negara TKI ditempatkan.

Pasal 21

(1) Pelaksana Penempatan TKI Swasta dapat membentuk kantor cabang di daerah di luar wilayah domisili kantor pusatnya.

(2) Kegiatan yang dilakukan oleh kantor Cabang pelaksana Penempatan TKI Swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menjadi tanggung jawab kantor pusat Pelaksana Penempatan TKI Swasta. (3) Ketentuan mengenai tata cara pembentukan kantor cabang Pelaksana penempatan TKI Swasta

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

Article 17

(1) Private agency should add dispute settlement fee if the used deposit is not sufficient.

(2) Government return the deposit back to private agency if the SIPPTKI has expired and not be extended or SIPPTKI revoked.

(3) Provision about saving, allocating, withdrawing, and returning of deposit as stated in paragraph (1) and paragraph (2), further arranged by the Ministerial Decree.

Article 18

(1) Minister may revoke SIPPTKI if the private agency :

a. does not fulfill the requirements anymore as stated in Article 13; or

b. does not fulfill its obligations and responsibilities and / or violate prohibitions in the worker placement abroad arranged by this Act.

(2) Revocation of SIPPTKI by Minister as stated in paragraph (1) does not reduce this private agency obligation on workers have been placed and still work abroad.

(3) SIPPTKI revocation procedure as stated in paragraph (1) further arranged by Ministerial Decree.

Article 19

Private agency is prohibited to transfer or hand over the SIPPTKI to other parties.

Article 20

(1) To represent its interest, the private agency should have representative in the country where the workers placed.

Article 21

(1) The representative of private agency stated in paragraph (1) should be legal body established based on regulations in the destination countries.

(2) Activities conducted by branch office of private agency as stated in paragraph (1) become responsibility of private worker placement head office.

(3) Provision concerning procedure on establishment of branch office of private agency as stated in paragraph (1) and paragraph (2), further arranged by Ministerial Decree.

(8)

Pasal 22

Pelaksana Penempatan TKI Swasta hanya dapat memberikan kewenangan kepada kantor cabang untuk : a. Melakukan penyuluhan dan pendataan calon TKI;

b. Melakukan pendaftaran dan seleksi calon TKI;

c. Menyelesaikan kasus calon TKI / TKI pada pra atau purna penempatan; dan

d. Menandatangani perjanjian penempatan dengan calon TKI atas nama Pelaksana Penempatan TKI Swasta.

Pasal 23

Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh kantor cabang Palaksana Penempatan TKI Swasta sebagaimana dimaksud dalam pasal 22, menjadi tanggung jawab kantor pusat Pelaksana Penempatan TKI Swasta.

Pasal 24

(1) Penempatan TKI pada Pengguna perseorangan harus melalui Mitra Usaha di negara tujuan. (2) Mitra usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berbentuk badan hukum yang didirikan

sesuai dengan peraturan perundang - undangan di negara tujuan.

Pasal 25

(1) Perwakilan Republik Indonesia melakukan penilaian terhadap Mitra usaha dan Pengguna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.

(2) Hasil penilaian terhadap Mitra Usaha dan Pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan sebagai pertimbangan Perwakilan Republik Indonesia dalam memberikan persetujuan atas dokumen yang dipersyaratkan dalam penempatan TKI di luar negeri

(3) Berdasarkan hasil penilaian terhadap Mitra usaha dan Pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (2), perwakilan Republik Indonesia menetapkan Mitra Usaha dan Pengguna yang bermasalah dalam daftar Mitra usaha dan pengguna bermasalah.

(4) Pemerintah mengumumkan daftar Mitra usaha dan Pengguna bermasalah secara periodik setiap 3 (tiga) bulan.

(5) Ketentuan mengenai tata cara penilaian dan penetapan Mitra Usaha dan Pengguna baik bermasalah maupun tidak bermasalah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 26

(1) Selain oleh Pemerintah dan Pelaksana Penempatan TKI Swasta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, perusahaan dapat menempatkan TKI di luar negeri untuk kepentingan perusahaannya sendiri atas dasar izin tertulis dari Menteri.

(2) Penempatan TKI di luar negeri untuk kepentingan perusahaan sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi persyaratan :

a. Perusahaan yang bersangkutan harus berbadan hukum yang dibentuk berdasarkan hukum Indonesia;

b. TKI yang ditempatkan merupakan pekerja perusahaan itu sendiri;

c. Perusahaan memiliki bukti hubungan kepemilikan atau perjanjian pekerjaan yang diketahui oleh Perwakilan Republik Indonesia;

d. TKI telah memiliki perjanjian kerja;

Article 22

Private agency only may delegate the authorities to its branch office to :

a. Conduct counseling and collecting data of Prospective worker; b. Conduct registration and selection of Prospective worker;

c. Solve case of Prospective worker / worker in pre or post placement; or

d. Sign the placement agreement with Prospective worker on behalf of private agency;

Article 23

All activities conducted by branch office of private agency as stated in Article 22, become responsibility of head office of private agency.

Article 24

(1) Worker placement at individual Employer should be through Business Partners in the destination country.

(2) Business partners as stated in paragraph (1) should be legal entity established according the regulations in the destination country.

Article 25

(1) The representative of the Republic of Indonesia conduct the assessment to Business Partners and Employers as stated in Article 24.

(2) The assessment result of Business Partners and Employers as stated in paragraph (1), used as consideration of the Republic of Indonesia’s Representative in providing approval of the documents required in worker placement abroad.

(3) Based on assessment result of Business Partners and Employers as stated in paragraph (2), Representative of The Republic of Indonesia make the list of defaulted Business Partners and Employers.

(4) Government announces list of defaulted Business Partners and Employers periodically each 3 (three) months.

(5) Provision about assessing procedure and making the list of defaulted Business Partners and Employers and non defaulted as stated in paragraph (1) and paragraph (3), further arranged by the Government Regulation.

Article 26

(1) Besides by government and private agency as stated in Article 10, the company may place worker abroad for its own company itself on the basis of written permit from Minister.

(2) Worker placement abroad for its own company itself as stated in paragraph (1), should fulfill the requirements :

a. The company should be of legal body establish based on Indonesian law; b. Workers who will be placed are the worker of the company itself;

c. Company has ownership evidence or job contract known by the Representative of the Republic of Indonesia;

(9)

e. TKI telah diikutsertakan dalam program jaminan sosial tenaga kerja dan / atau memiliki polis asuransi; dan

f. TKI yang ditempatkan wajib memiliki KTKLN.

Ketentuan mengenai penempatan TKI di luar negeri untuk kepentingan perusahaan sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

BAB V TATA CARA PENEMPATAN

Bagian pertama U m u m Pasal 27

(1) Penempatan TKI di luar negeri hanya dapat dilakukan ke negara tujuan yang pemerintahnya telah membuat perjanjian tertulis dengan Pemerintah Republik Indonesia atau ke negara tujuan yang mempunyai peraturan perundang - undangan yang melindungi tenaga kerja asing.

(2) Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan atas pertimbangan keamanan pemerintah menetapkan negara - negara tertentu tertutup bagi penempatan TKI dengan Peraturan Menteri.

Pasal 28

Penempatan TKI pada pekerjaan dan jabatan tertentu diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri. Pasal 29

(1) Penempatan Calon TKI / TKI di luar negeri diarahkan pada jabatan yang tepat sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan.

(2) Penempatan Calon TKI / TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan harkat, martabat, hak azasi manusia, perlindungan hukum, pemerataan kesempatan kerja, dan ketersediaan tenaga kerja dengan mengutamakan kepentingan nasional.

Pasal 30

Setiap orang dilarang menempatkan calon TKI / TKI pada jabatan dan tempat pekerjaan yang bertentangan dengan nilai - nilai kemanusiaan dan norma kesusilaan serta peraturan perundang - undangan, baik di Indonesia maupun di negara tujuan atau di negara tujuan yang telah dinyatakan tertutup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27.

Bagian Kedua Pra Penempatan

Pasal 31 Kegiatan Pra Penempatan TKI di luar negeri meliputi : a. pengurusan SIP;

b. perekrutan dan seleksi; c. pendidikan dan pelatihan kerja; d. pemeriksaan kesehatan dan psikologi; e. pengurusan dokumen;

e. Workers provided by social security program and / or have insurance policy; and f. Workers who will be placed should have KTKLN.

(3) Provision concerning worker placement abroad for employed by company itself as stated in paragraph (1) and paragraph (2) further arranged with Ministerial Decree.

CHAPTER V PLACEMENT PROCEDURE

First Part G e n e r a l

Article 27

(1) Worker placement abroad only may be conducted to destination countries with their Government have agreements with the Republic of Indonesia Government or the destination countries which have regulations provide protecting foreign workers.

(2) Based on consideration as stated in paragraph (1), and on the security consideration the Government states certain countries closed for worker placement by Ministerial Decree.

Article 28

Worker placement for certain employment and position further arranged by Ministerial Decree. Article 29

(1) Prospective worker / worker placement abroad targeted for appropriate positions according to their competence, skill, talent, interest and ability.

(2) Prospective worker / worker as stated in paragraph (1) carried out by considering dignity, human rights, legal protection, equal employment opportunity and put national interest as a priority.

Article 30

Every individual is prohibited to place prospective worker / worker for the postions and places oposing to human values and norms and law, both domestic and in destination countries or destination countries stated to be closes as stated in Article 27.

Second Part Worker Pre Placement

Article 31 Worker pre placement abroad covers :

a. SIP processing; b. recruitment and selection; c. education and training;

d. health and psychological examination; e. document processing;

(10)

f. uji kompetensi;

g. pembekalan akhir pemberangkatan ( PAP ); dan h. pemberangkatan;

Paragraf 1 Surat Izin Pengerahan

Pasal 32

(1) Pelaksana Penempatan TKI Swasta yang akan melakukan perekrutan wajib memiliki SIP dari Menteri;

(2) Untuk mendapatkan SIP, Pelaksana Penempatan TKI Swasta harus memiliki : a. Perjanjian kerjasama penempatan;

b. Surat permintaan TKI dari Pengguna; c. Rancangan perjanjian penempatan; dan d. Rancangan perjanjian kerja;

(3) Surat permintaan TKI dari pengguna, perjanjian kerjasama penempatan, dan rancangan perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b, huruf d, harus memperoleh persetujuan dari pejabat yang berwenang pada Perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan.

(4) Tata cara penerbitan SIP diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri. Pasal 33

Pelaksana Penempatan TKI Swasta dilarang mengalihkan atau memindahtangankan SIP kepada pihak lain untuk melakukan perekrutan calon TKI.

Paragraf 2 Perekrutan dan Seleksi

Pasal 34

(1) Proses perekrutan didahului dengan memberikan informasi kepada calon TKI sekurang - kurangnya tentang :

a. Tata cara perekrutan; b. Dokumen yang diperlukan; c. Hak dan kewajiban calon TKI / TKI;

d. Situasi , kondisi dan resiko di negara tujuan; dan e. Tata cara perlindungan bagi TKI;

(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan secara lengkap dan benar.

(3) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), wajib mendapatkan persetujuan dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dan disampaikan oleh Pelaksana Penempatan TKI Swasta.

Pasal 35

Perekrutan calon TKI oleh Pelaksana Penempatan TKI Swasta wajib dilakukan terhadap calon TKI yang telah memenuhi persyaratan :

a. Berusia sekurang - kurangnya 18 (delapan belas ) tahun kecuali bagi calonTKI yang akan dipekerjakan pada Pengguna perseorangan sekurang - kurangnya berusia 21 ( dua

f. competence assessment; g. pre-departure training (PAP); and h. departure;

Paragraph 1 Manpower Supply Permit

Article 32

(1) Private agency that will conduct recruitment obliged to acquire SIP from Minister;

(2) In order to acquire SIP, the private agency should posses : a. Placement agreement;

b. Worker demand letter from Employer; c. Draft of placement agreement; and d. Draft of employment contract;

(3) Worker demand letter from Employers, placement agreement, and employment contract as stated in paragraph (2) letter a, letter b, and letter d, should be approved by the relevant officials of the Representative of the Republic of Indonesia in destination countries.

(4) SIP issuance procedure further arranged by Ministerial Decree. Article 33

Private agency is prohibited to transfer or hand over SIP to other parties to recruit prospective worker.

Paragraph 2 Recruitment and Selection

Article 34

(1) Recruitment process prior providing information to prospective worker contains at least : a. Recruitment procedure;

b. Required document;

c. Rights and duties of prospective workers;

d. Situation, condition, and risks in destination countries; and e. Protection procedure for worker;

(2) Information as stated in paragraph (1) submitted completely and correctly;

(3) Information as stated in paragraph (1) and paragraph (2) should obtain approval from Institutions responsible in manpower and conveyed by private agency.

Article 35

The recruitment of prospective worker by private agency to be carried out to prospective worker who fulfill the requirements :

a. Aged minimum 18 ( eighteen ) years old except for prospective worker who will be employed by individual Employers minimum aged 21 ( twenty one ) years old;

(11)

puluh satu ) tahun; b. Sehat jasmani dan rohani;

c. Tidak dalam keadaan hamil bagi calon tenaga kerja perempuan; dan

d. Berpendidikan sekurang - kurangnya lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) atau yang sederajat;

Pasal 36

(1) Pencari kerja yang berminat bekerja ke luar negeri harus terdaftar pada Instansi Pemerintah Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.

(2) Pendaftaran pencari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri.

Pasal 37

Perekrutan dilakukan oleh Pelaksana Penempatan TKI Swasta dari pencari kerja yang terdaftar pada instansi Pemerintah Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam pada 36 ayat (1).

Pasal 38

(1) Pelaksana Penempatan TKI Swasta membuat dan menandatangani perjanjian penempatan dengan pencari kerja yang telah dinyatakan memenuhi persyaratan administrasi dalam proses perekrutan. (2) Perjanjian penempatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketahui oleh instansi yang

bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan Kabupaten / Kota. Pasal 39

Segala biaya yang diperlukan dalam kegiatan perekrutan calon TKI, dibebankan dan menjadi tanggung jawab Pelaksana Penempatan TKI Swasta.

Pasal 40

Ketentuan mengenai tata cara perekrutan calon TKI, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri. Paragraf 3

Pendidikan dan Pelatihan Kerja Pasal 41

(1) Calon TKI wajib memiliki sertifikat kompetensi kerja sesuai dengan persyaratan jabatan.

(2) Dalam hal TKI belum memiliki sertifikat kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pelaksana Penempatan TKI Swasta wajib melakukan pendidikan dan pelatihan sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan.

Pasal 42

(1) Calon TKI berhak mendapat pendidikan dan pelatihan kerja sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan.

(2) Pendidikan dan pelatihan kerja bagi calon TKI sebagaimana diamaksud pada ayat (1), dimaksudkan untuk :

b. Healthy physically and mentally;

c. Not in pregnancy for prospective female worker; and

d. Have education background minimum Junior High School ( SMP ) graduates or equivalent;

Article 36

(1) Job seeker who wants to work abroad should be registered in District / City Government Institutions responsible in manpower.

(2) Registration of job seeker as stated in paragraph 91, conducted according to Ministerial Decree.

Article 37

Recruitment carried out by private agency of job seeker registered in District / City institution responsible in the manpower as stated in Article 36 paragraph (1).

Article 38

(1) Private agency makes and signs placement agreement with job seeker who fulfills administrative requirements.

(2) Placement agreement as stated in paragraph (1) approved by institution responsible in manpower in District / City.

Article 39

All cost required in prospective worker requirements process imposed and become responsibility of private agency.

Article 40

Provision concerning prospective worker recruitment procedure, further arranged by Ministerial Decree. Paragraph 3

Education and Training Article 41

(1) Prospective worker obliged to process working competence certificate according to job requirements.

(2) In case of workers have not yet working competence certificate as stated in paragraph (1), the private agency should hold education and training according to job required.

Article 42

(1) Prospective worker shall have the right to obtain education and training according to job required. (2) Education and training for prospective worker as stated in paragraph (1) aimed to :

(12)

a. Membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja calon TKI;

b. Memberi pengetahuan dan pemahaman tentang situasi, kondisi, adat istiadat, budaya, agama, dan resiko bekerja di luar negeri;

c. Membekali kemampuan berkomunikasi dalam bahasa negara tujuan; dan d. Memberi pengetahuan dan pemahaman tentang hak dan kewajiban calon TKI / TKI;

Pasal 43

(1) Pendidikan dan pelatihan kerja dilaksanakan oleh Pelaksana Penempatan TKI Swasta atau lembaga pelatihan yang telah memenuhi persyaratan.

(2) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sesuai dengan paraturan perundang - undangan yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan kerja.

Pasal 44

Calon TKI memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pendidikan dan pelatihan kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 43, dalam bentuk sertifikat kompetensi dari lembaga pendidikan dan pelatihan yang telah terakreditasi oleh instansi yang berwenang apabila lulus dalam sertifikat kompetensi kerja.

Pasal 45

Pelaksana Penempatan TKI Swasta dilarang menempatkan calon TKI yang tidak lulus dalam uji kompetensi kerja.

Pasal 46

Calon TKI yang sedang mengikuti pendidikan dan pelatihan dilarang untuk dipekerjakan. Pasal 47

Ketentuan mengenai pendidikan dan pelatihan kerja diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri. Paragraf 4

Pemeriksaan Kesehatan dan Psikologi Pasal 48

Pemeriksaan kesehatan dan psikologi bagi calon TKI dimaksudkan untuk mengetahui derajat kesehatan dan tingkat kesiapan psikis serta kesesuaian kepribadian calon TKI dengan pekerjaan yang akan dilakukan di negara tujuan.

Pasal 49

(1) Setiap Calon TKI harus mengikuti pemeriksaan kesehatan dan psikologi yang diselenggarakan oleh sarana kesehatan dan lembaga yang menyelenggarakan pemeriksaan psikologi, yang ditunjuk oleh Pemerintah.

(2) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan dan psikologi bagi calon TKI dan penunjukan sarana kesehatan dan lembaga yang menyelenggarakan pemeriksaan psikologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.

Pasal 50

Pelaksana Penempatan TKI Swasta dilarang menempatkan calon TKI yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan psikologi.

a. Prepare, improve, develop prospective worker competence;

b. Provide knowledge and understand about situation, condition, customs, culture, religion, risk to work abroad;

c. Prepare communication and language ability of destination countries; and d. Provide knowledge and understand about rights and duties of prospective worker.

Article 43

(1) Education and training carried out by private agency or training institute that fulfilling the requirement.

(2) Education and training as stated in paragraph (1) should meet the requirement according to regulations, related to education and training.

Article 44

Prospective worker acquires working competence recognition after attending education and training held by education or training institutes as stated in Article 43, in form of competence certificates from education and training institutes accredited by relevant institutions if they pass working competence examination.

Article 45

Private agency is prohibited placing prospective worker who do not pass in working competence examination.

Article 46

Prospective worker who attending education and training is prohibited to employ. Article 47

Provisions concerning education and training further arranged by Ministerial Decree.

Paragraph 4

Health and Psychological Examination Article 48

Health and psychological examination for prospective worker aimed to know their health condition and psychological readiness condition and also the personality of prospective worker with the jobs are about to conduct in destination countries.

Article 49

(1) Every prospective worker must undergo health and psychological examination held by health institutions and institution holding psychological examination appointed by the Government. (2) Provisions about health, and psychological examination for prospective worker and the appointment

of health institutions and institution holding psychological examination as stated in paragraph (1), further arranged by Presidential Decree.

Article 50

Private agency is prohibited to place prospective worker who not meet the health and psychological requirements.

(13)

Paragraf 5 Pengurusan Dokumen

Pasal 51

Untuk dapat ditempatkan di luar negeri, calon TKI harus memiliki dokumen yang meliputi :

a. Kartu Tanda Penduduk, ijazah pendidikan terakhir, akte kelahiran, atau surat keterangan kenal lahir; b. Surat keterangan status perkawinan, bagi yang telah menikah melampirkan buku nikah;

c. Surat keterangan izin suami atau istri, izin orang tua, atau izin wali; d. Sertifikat kompetensi kerja;

e. Surat keterangan sehat berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan dan psikologi; f. Paspor yang diterbitkan oleh Kantor Imigrasi setempat;

g. Visa kerja;

h. Perjanjian penempatan TKI; i. Perjanjian kerja; dan j. KTKLN;

Pasal 52

(1) Perjanjian penempatan TKI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf h, dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh calon TKI dan Pelaksana Penempatan TKI Swasta setelah calon TKI yang bersangkutan terpilih dalam perekrutan.

(2) Perjanjian penempatan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang - kurangnya memuat : a. nama dan alamat Pelaksana Penempatan TKI Swasta;

b. nama, Jenis kelamin, umur, status perkawinan, dan alamat calon TKI; c. nama dan alamat calon Pengguna;

d. hak dan kewajiban para pihak dalam rangka penempatan TKI di luar negeri yang harus sesuai dengan kesepakatan dan syarat - syarat yang ditentukan oleh calon Pengguna tercantum dalam perjanjian kerjasama penempatan;

e. jabatan dan jenis pekerjaan calon TKI sesuai permintaan Pengguna;

f. jaminan Pelaksana Penempatan TKI Swasta kepada calon TKI dalam hal Pengguna tidak memenuhi kewajibannya kepada TKI sesuai perjanjian kerja;

g. waktu keberangkatan calon TKI;

h. biaya penempatan yang harus ditanggung oleh calon TKI dan cara pembayarannya; i. tanggung jawab pengurusan penyelesaian masalah;

j. akibat atas terjadinya pelanggaran perjanjian penempatan TKI oleh salah satu pihak; dan k. tanda tangan para pihak dalam perjanjian penempatan TKI;

(3) Ketentuan dalam perjanjian penempatan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang - undangan.

(4) Perjanjian penempatan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibuat sekurang - kurangnya rangkap 2 (dua) dengan bermeterai cukup dan masing - masing phak mendapat 1 (satu) perjanjian penempatan TKI yang mempunyai kekuatan hukum yang sama.

Pasal 53

Perjanjian penempatan TKI tidak dapat ditarik kembali dan / atau diubah, kecuali atas persetujuan para pihak.

Paragraph 5 Document Processing

Article 51

To be placed abroad, prospective worker must possess the document covering : a. Identity card, last education diploma, birth certificate;

b. Marital status certificate, for married person to attach copy of marriage book; c. Written permit from husband or wife, permit from parents or guardian; d. Working competence certificate;

e. Health certificate as the result of health and psychological examinations; f. Passport issued by local Immigration Office;

g. Working visa;

h. Worker placement agreement; i. Employment contract; j. KTKLN;

Article 52

(1) Worker placement agreement as stated in Article 51 letter h, made in writing and signed by prospective worker and private agency after the said prospective worker selected by the recruitment.

(2) Worker placement agreement as stated in paragraph (1), should contains at least :

a. name and address of private agency;

b. name, sex, age, marital status, address of prospective worker; c. name and address of prospective Employers;

d. right and duties of parties in order to placement abroad which should be in according to agreement and requirements determinated by prospective Employers contained in placement agreement;

e. prospective worker position and type of job according to Employer’s requirements. f. Guarantee of private agency to prospective worker in case the Employers not fulfill their

obligations to workers according to employment contract; g. Prospective worker departure time;

h. Placement fee should borne by prospective worker and its payment procedure; i. Responsibility on dispute settlement;

j. Results on the placement contract violation by either parties; and k. Signatures of the parties in placement agreement;

(3) Provisions related to worker placement agreement as stated in paragraph (2) may not againts law and regulation.

(4) Worker placement agreement as stated in paragraph (1) and paragraph (2) made minimum double (2) copies with sufficient stamp duty and each obtain 1 (one) copy of worker placement agreement having equal legal force.

Article 53

Worker placement agreement may be not revoked and / or amended, except on mutual agreement of the parties.

(14)

Pasal 54

(1) Pelaksana Penempatan TKI Swasta wajib melaporkan setiap perjanjian penempatan TKI kepada Instansi Pemerintah Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. (2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan melampirkan copy atau salinan

perjanjian penempatan TKI.

Bagian Ketiga Perjanjian Kerja

Pasal 55

(1) Hubungan kerja antara Pengguna dan TKI terjadi setelah perjanjian kerja di sepakati dan ditandatangani oleh para pihak.

(2) Setiap TKI wajib menandatangani perjanjian kerja sebelum TKI yang bersangkutan diberangkatkan ke luar negeri.

(3) Perjanjian kerja ditandatangani dihadapan pejabat instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan.

(4) Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disiapkan oleh Pelaksana Penempatan TKI Swasta.

(5) Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), sekurang - kurangnya memuat : a. nama dan alamat pengguna;

b. nama dan alamat TKI; c. jabatan atau jenis pekerjaan TKI; d. hak dan kewajiban para pihak;

e. kondisi dan syarat kerja yang meliputi jam kerja, upah dan tata cara pembayaran, hak cuti dan waktu istirahat, fasilitas dan jaminan sosial; dan

f. jangka waktu perjanjian kerja;

Pasal 56

(1) Perjanjian kerja dibuat untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun.

(2) Dikecualikan dari ketentuan jangka waktu perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk jabatan atau jenis pekerjaan tertentu.

(3) Ketentuan mengenai jabatan atau jenis pekerjaan tertentu yang dikecualikan dari jangka waktu perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

Pasal 57

(1) Perpanjangan waktu perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 56 ayat (1), dapat dilakukan oleh TKI yang bersangkutan atau melalui Pelaksana Penempatan TKI Swasta. (2) Perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disepakti oleh para pihak sekurang -

kurangnya 3 (tiga) bulan sebelum perjanjian kerja pertama berakhir. Pasal 58

(1) Perjanjian kerja perpanjangan dan jangka waktu perpanjangan perjanjian kerja wajib mendapat persetujuan dari pejabat berwenang pada Perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan.

(2) Pengurusan untuk mendapat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab Pelaksana Penempatan TKI Swasta.

(3) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara memperoleh persetujuan perjanjian kerja dan perpanjangan jangka waktu perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

Article 54

(1) Worker placement agreement may be not revoked and / or amended, except on mutual agreement of the parties.

(2) Reporting as stated in paragraph (1), carried out by attaching copy of worker placement agreement.

Third Part Working Agreement

Article 55

(1) Industrial relation between Employers and workers shall be occurred after employment contract approved and signed by the parties.

(2) Every worker should sign employment contract before the worker departing abroad. (3) Employment contract signed before officials responsible in manpower.

(4) Employment contract as stated in paragraph (2) prepared by private agency.

(5) Employment contract as stated in paragraph (2) and paragraph (3), contains at least : a. name and address of Employers;

b. name and address of workers; c. worker position and type of job; d. rights and obligations of the parties;

e. working conditions and requirements covering working hours, wage and payment procedure, leave right and rest time, facilities and social security; and

f. period of employment contract;

Article 56

(1) Working contract made for period maximum for two (2) years and can be extended for the period maximum 2 (two) years.

(2) Excemt from working contract period provisions as stated in paragraph (1) for certain position or type of job.

(3) Provision concerning certain position and type of job exempted from employment contract period as stated in paragraph (2), further arranged by Ministerial Deceee.

Article 57

(1) The extention of employment contract period as stated in Artcle 56, paragraph (1), may be conducted by worker itself or through private agency.

(2) Extention as stated in paragraph (1) should be mutually agreed by the parties at least 3 (three) months before the first employment contract terminate.

Article 58

(1) The extention of employment contract and its period should be approved by officials of the Representative of the Republic of Indonesia in the destination countries.

(2) Processing to acquire approval as stated in paragraph (1) carried out and responsibility of the private agency.

(3) Provision concerning requirement and procedure to acquire employment contract and its extension as stated in paragraph (1) and paragraph (2) further arranged by Minister Decree.

(15)

(2), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri. Pasal 59

TKI yang bekerja pada Pengguna perseorangan yang telah berakhir perjanjian kerjanya dan akan memperpanjang perjanjian kerja, TKI yang bersangkutan harus pulang terlebih dahulu ke Indonesia.

Pasal 60

Dalam hal perpanjangan dilakukan sendiri oleh TKI yang bersangkutan, maka Pelaksana Penempatan TKI Swasta tidak bertanggung jawab atas resiko yang menimpa TKI dalam masa perpanjangan perjanjian kerja.

Pasal 61

Bagi TKI yang bekerja pada Pengguna perseorangan, apabila selama masa berlakunya perjanjian kerja terjadi perubahan jabatan atau jenis pekerjaan, atau pindah Pengguna, maka perwakilan Pelaksana Penempatan TKI Swasta wajib mengurus perubahan perjanjian kerja dengan membuat perjanjian kerja baru dan melaporkannya kepada Perwakilan Republik Indonesia.

Pasal 62

(1) Setiap TKI yang ditempatkan di luar negeri, wajib memiliki dokumen KTKLN yang dikeluarkan oleh Pemerintah.

(2) KTKLN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai kartu identitas TKI selama masa penempatan TKI di negara tujuan.

Pasal 63

(1) KTKLN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 hanya dapat diberikan apabila TKI yang bersangkutan :

a. telah memenuhi persyaratan dokumen penempatan TKI di luar negeri b. telah mengikuti Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP); dan c. telah diikutsertakan dalam perlindungan program asuransi.

(2) Ketentuan mengenai bentuk, persyaratan, dan tata cara memperoleh KTKLN diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

Pasal 64

Pelaksana Penempatan TKI Swasta dilarang menempatkan calon TKI yang tidak memiliki KTKLN. Pasal 65

Pelaksana Penempatan TKI Swasta bertangung jawab atas kelengkapan dokumen penempatan yang diperlukan.

Pasal 66

Pemerintah wajib menyediakan pos - pos pelayanan di pelabuhan pemberangkatan dan pemulangan TKI yang dilengkapi dengan fasilitas yang memenuhi syarat.

Pasal 67

(1) Pelaksana Penempatan TKI Swasta wajib memberangkatkan TKI ke luar negeri yang telah memenuhi persyaratan kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud pada Pasal 51, sesuai dengan perjanjian

Article 59

Worker who works in individual Employers whose their employment contract expired and intend to extend the employment contract, worker must return firstly to Indonesia.

Article 60

In case of extension conducted by worker his / herself, then the private agency has no responsibility on the risks that may happened to worker during the employment contract extension.

Article 61

For the worker who works in Individual Employers, and during the employment contract period change in position or type of job, or move to other Employers, then the private agency representative oblige to process the employment by making new agreement and report to the Representative of the Republic of Indonesia.

Article 62

(1) Every worker who placed abroad must posses KTKLN documents issued by the Governments. (2) KTKLN as stated in paragraph (1) used as worker identity cards during the placement in destination

countries.

Article 63

(1) KTKLN as stated in Article 62, only may given if worker him / herself :

a. has fulfilled document requirement of worker placement abroad; b. has attended pre-departure training (PAP); and

c. has Insured in insurance program protection.

(2) Provison about forms, requirements, and procedure to acquire KTKLN further arranged by Ministrial Decree.

Article 64

Private agency is prohibited to place prospective worker who not possess KTKLN. Article 65

Private agency is responsible on the completely required placement documents.

Article 66

The Government obliged to provide service offices at worker departure and returning point that equipped with proper facilities.

Article 67

(1) Private agency obliged to depart workers abroad who have met the document completion requirements as stated in Article 51 according to placement agreement as stated in Article 52 paragraph (2).

(16)

penempatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2)

(2) Pelaksana penempatan TKI Swasta wajib melaporkan setiap keberangkatan calon TKI kepada Perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan.

(3) Pemberangkatan TKI ke luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan melalui tempat pemeriksaan Imigrasi yang terdekat.

Pasal 68

(1) Pelaksana Penempatan TKI Swasta wajib mengikutsertakan TKI yang diberangkatkan ke luar negeri dalam program asuransi.

(2) Jenis program asuransi yang wajib diikuti oleh TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

Pasal 69

(1) Pelaksana Penempatan TKI Swasta wajib mengikutsertakan TKI yang akan diberangkatkan ke luar negeri dalam pembekalan akhir pemberangkatan.

(2) Pembekalan akhir pemberangkatan (PAP) dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dan pendalaman terhadap :

a. peraturan perundang - undangan di negara tujuan kerja; dan b. materi perjanjian kerja.

(3) Pembekalan akhir pemberangkatan (PAP) menjadi tanggungjawab Pemerintah.

(4) Ketentuan mengenai pembekalan akhir pemberangkatan (PAP) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

Bagian Keempat Masa Tunggu di Penampungan

Pasal 70

(1) Pelaksana Penempatan TKI Swasta dapat menampung calon TKI sebelum pemberangkatan. (2) Lamanya penampungan disesuaikan dengan jabatan dan / atau jenis pekerjaan yang akan dilakukan

di negara tujuan.

(3) Selama masa penampungan, Pelaksana Penempatan TKI Swasta wajib memperlakukan TKI secara wajar dan manusiawi.

(4) Ketentuan mengenai standar tempat penampungan dan lamanya penampungan diatur lebih lanjut dengan peraturan Menteri.

Bagian Kelima Masa penempatan

Pasal 71

(1) Setiap TKI wajib melaporkan kedatangannya kepada perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan.

(2) Kewajiban untuk melaporkan kedatangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi TKI yang bekerja pada Pengguna perseorangan dilakukan oleh Pelaksana Penempatan TKI Swasta.

Pasal 72

Pelaksana Penempatan TKI Swasta dilarang menempatkan TKI yang tidak sesuai dengan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan perjanjian kerja yang telah disepakati dan ditandatangani TKI yang bersangkutan.

(2) Private agency must report every prospective worker departure to Representative of the Republc of Indonesia in destination countries.

(3) The departure of worker abroad as stated in paragraph (1) conducted through the nearest immigration checkpoint.

Article 68

(1) Private agency obliges to insure workers departed abroad in insurance program.

(2) Type of insurance program oblige for workers as stated in paragraph (1), further arranged by Minister Decree.

Article 69

(1) Private agency obliges to train worker departed abroad in pre-departure training (PAP) (2) PAP aimed to give understanding and comprehension on :

a. Regulation and law in destination countries; and b. Employment contract contents.

(3) PAP falls into Government responsibility

(4) Provision concerning PAP as stated in paragraph (1), paragraph (2), and paragraph (3), further arranged by Ministerial Decree.

Fouth Part Placement Period

Article 70

(1) Private agency may accommodate the prospective worker before the departure.

(2) Duration of accomodating adjusted to position and / or type of job required in destination countries.

(3) During the accomodating time, the private agency treats by prospective worker properly and humanly.

(4) Provisions concerning accomodations standard and accomodating duration further arranged by Ministerial Decree.

Fifth Part Placement Period

Article 71

(1) Every worker obliges to report his / her arrival to the Representative of the Republik of Indonesia in destination countries.

(2) Obligations to report on the arrival as stated in paragraph (1) for works at individual Employers carried out by the private agency.

Article 72

Private agency is prohibited to place workers who are not in with job as meant in employment contract and signed by concerned worker.

Referensi

Dokumen terkait

Maka ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan

Dari analisis uji t diketahui bahwa ada dua variabel yang secara statistik berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan yaitu upah minimum berpengaruh negatif

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Pokok Bahasan Energi Panas dan Bunyi dengan Metode Eksperimen Siswa Kelas IV SDN Sumberlesung 04 Jember Tahun

Kuliah AGRO B 09:30 - 12:00 TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN. PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI 3

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 54 Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 6A Tahun 2009 tentang Perusahaan Daerah Pasar Resik Kota Tasikmalaya,

Diisi dengan nama paket pekerjaan, lokasi tempat pelaksanaan pekerjaan, nama dan alamat/telepon dari pemberi tugas/Pejabat Pembuat Komitmen, nomor/tanggal dan nilai kontrak,

Menentukan penyebaran resistivitas bawah permukaan di desa Lobu Tua Kabupaten Tapanuli Tengah dengan menggunakan metode geolistrik konfigurasi schlumberger untuk mengetahui

Hal ini diperkirakan pada usia 41-60 dapat dikatakan sebagai usia mendekati anproduktif dengan gaya dan pola hidup menjadi menjadi faktor dengan meningkatnya kadar