• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. analisis dalam penelitian ini. Hal-hal yang dimaksud meliputi latar belakang,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. analisis dalam penelitian ini. Hal-hal yang dimaksud meliputi latar belakang,"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

Bab ini membahas beberapa hal sebagai landasan utama pemikiran dan analisis dalam penelitian ini. Hal-hal yang dimaksud meliputi latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu komitmen yang

disepakati World Summit on Sustainable Development (WSSD) di Yosanburg Afrika Selatan pada tahun 2002 untuk mendorong seluruh perusahaan di dunia menciptakan suatu pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) (Anatan, 2010). Konsep tanggung jawab sosial, tidak hanya menuntut terciptanya bisnis efisien yang secara ekonomi membawa untung besar, tetapi juga perlu disertai adanya perilaku bisnis yang mempertimbangkan etika. Kegiatan perusahaan dalam mewujudkan tanggung jawab sosial sangat diperlukan dalam menyeimbangkan kondisi perekonomian nasional, yang akan membantu mengatasi masalah ekonomi industri (Oktavia, 2009). Tanggung jawab sosial menjadi bagian yang penting dan berlandaskan hukum yang tidak dapat terpisahkan dari lingkungan perusahaan, sehingga jika tidak ada, perusahaan tidak akan berjalan secara berkelanjutan (Ayesha, 2015).

CSR merupakan wujud tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial dan

(2)

lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Wibisono, 2007). Triple Bottom Line (TBL) terdiri atas 3 komponen yaitu: profit, people, planet. Jika dihubungkan dengan CSR, ketiganya merupakan pilar yang mengukur nilai kesuksesan suatu perusahaan dan membuat laporan performa menyangkut ketiga area tersebut. Nilai ekonomi sejak lama selalu menjadi prioritas bagi hampir semua perusahaan, tetapi sudah semakin banyak juga yang menjadikan aspek sosial dan lingkungan sebagai pertimbangan.

Di negara berkembang, philanthropy (kedermawanan) dan pengembangan masyarakat mendominasi penerapan CSR (Haque et al., 2015), sehingga akan tercipta dorongan kemanusiaan yang bersumber dari norma dan etika universal untuk menolong sesama dan memperjuangkan pemerataan sosial. Di negara maju, setiap perusahaan sudah diwajibkan untuk melaksanakan CSR dan melaporkannya secara periodik, sehingga masyarakat dapat melihat dan menilai pelaksanaan CSR setiap perusahaan (Tanudjaja, 2009).

Fokus CSR di negara berkembang umumnya berbeda dengan CSR di negara maju. Pada negara berkembang CSR umumnya berkaitan dengan community

development, peningkatan kapasitas, promosi produk dan penguatan permodalan

bagi usaha kecil menengah (UKM) (Soegiastuti, 2012). UKM telah diakui memberikan kontribusi yang signifikan dalam penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan di negara berkembang, mengingat proses produksi padat karya dan tingkat pertumbuhan lapangan kerja yang signifikan (de Kok, Deijl, & Veldhuis-Van Essen, 2013).

(3)

3

Dalam beberapa literatur, UKM menempati sekitar 90% bisnis global dan memberikan 50%--60% dari seluruh kesempatan kerja yang tersedia (Luetkenhorst, 2004). Sehingga UKM dapat dipandang sebagai tulang punggung bagi pertumbuhan ekonomi yang sehat dan berdaya saing, melalui tersedianya lapangan kerja, pembinaan wirausaha muda, dan peningkatkan kapasitas produksi untuk mendorong kompetisi dan inovasi (Jamali, Zanhour, & Keshishian, 2009; United Nations Industrial Development Organisation, 2002). Untuk mendukung peran tersebut, UKM perlu mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, antara lain melalui CSR perusahaan dengan peran pemerintah yang perlu adanya perhatian khusus pada potensi UKM, karena struktur perusahaan dan karakteristik UKM di negara berkembang berbeda dengan UKM yang ada di negara-negara maju (De Kok., et al., 2013; Demuijnck & Ngnodjom, 2013).

Peran instansi pemerintah sangat strategis dan penting, melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif untuk menciptakan kemitraan dengan memberikan fasilitas, seperti fasilitas penciptaan keserasian (match making), menyediakan batuan keuangan untuk menjembatani kemitraan antara pemerintah dan pelaku usaha. Peranan perusahaan besar untuk memberikan dukungan dan menyisihkan sebagian keuntungan guna pengembangan UKM. Diakui bahwa perusahaan yang besar tidak tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa keterlibatan UKM. Oleh karena itu, UKM dan perusahaan besar harus selalu bekerja sama dalam memanfaatkan peluang demi pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran rakyat (Soegiatuti, 2012).

(4)

terbuka wawasan dan kesadaran pemerintah serta masyarakat terhadap makna tanggung jawab sosial untuk mewujudkan good corporate governance (GCG) (Mapisangka, 2009), maka kelangsungan hidup suatu perusahaan tidak hanya ditentukan oleh shareholders (pemegang saham), tetapi juga mempunyai orientasi untuk memenuhi kebutuhan seluruh stakeholders (pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan). Dengan demikian, akan tercapai keseimbangan dalam entitas bisnis antara pelaku bisnis/perusahaan dengan masyarakat (Wijaya & Yuniati, 2014). Perusahaan yang menerapkan CSR diharapkan dapat memberikan esensi strategi pembangunan berkelanjutan.

Konsep CSR merupakan cara yang efektif dan efisien untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan bina lingkungan sebagai strategi pembangunan berkelanjutan. Perusahaan-perusahaan yang sadar dan peduli menjaga lingkungan, dengan mempraktekkan CSR untuk pembangunan masyarakat secara berkelanjutan dan melembaga. Bentuk program tersebut terrealisasikan pada kemitraan usaha kecil atau pendampingan UKM. Beberapa perusahaan yang melakukan praktek CSR yaitu, PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT Pertamina, PT Coca-Cola Bottling Indonesia, PT Astra Group, dan PT Bank Mandiri.

Berdasarkan UU RI No. 19 tahun 2003, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan yang seluruhnya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Peran BUMN sangat penting sebagai pelopor dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati usaha swasta. Di samping itu, BUMN juga mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang

(5)

kekuatan-5

kekuatan swasta besar, dan turut membantu pengembangan usaha kecil/koperasi. Dalam undang-undang tersebut disebutkan besaran dana yang dialokasikan untuk program CSR oleh pemerintah maksimal sebesar 2% dari keuntungan bersih perusahaan setelah pajak yang direncanakan dan diperhitungkan untuk program tanggung jawab sosial dan lingkungan (Peraturan BUMN, 2016). Selanjutnya berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 pasal 74 tentang Perseroan Terbatas yaitu perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Undang-undang tersebut diperkuat dengan UU. No. 25 Tahun 2007 Pasal 15b tentang Penanaman Modal yang menyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.

Berdasarkan undang-undang di atas, setiap perusahaan harus melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Namun, melihat pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) BUMN selama ini, terdapat kritikan dan penilaian negatif dari berbagai pihak. Menurut peneliti dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Firmansyah (2016), mengatakan bahwa memang banyak kritik yang dialamatkan pada penggunaan dana PKBL selama ini. Menurutnya, selain tidak banyak diketahui publik, pemanfatannya juga tidak transparan dan tidak sedikit dana PKBL itu dimanfaatkan untuk biaya operasional beberapa perusahaan dengan dalih CSR. Kemudian, menurut detikFinance (2007) penilaian negatif juga karena adanya penyaluran dana CSR BUMN yang terhambat ke sektor UKM karena masalah koordinasi antara pusat dan daerah.

(6)

ketidakefektifan pelaksanaan program kemitraan UKM. Menurut Wardoyo & Prabowo (2005) permasalahan utama UKM ialah lemahnya permodalan, sulitnya bahan baku, kurangnya pemasaran, tidak pahamnya mengenai manajemen produksi dan ketatnya persaingan sehingga UKM sulit untuk berkembang menghadapi pasar global. Kemudian menurut Rosid (2008), kurangnya modal ialah faktor utama yang paling berperan dan diperlukan dalam mengembangkan UKM. Sektor UKM mempunyai kendala dalam permodalan, karena pada saat akan memulai usaha dengan modal yang terbatas dan rendahnya akses terhadap lembaga keuangan.

PKBL BUMN telah mendapatkan penilaian negatif dan timbulnya permasalahan. Namun, dengan tingginya perhatian dari berbagai pihak untuk menyinergikan antara aktivitas CSR dan upaya pemberdayaan UKM di Indonesia, dapat dilihat dari berbagai forum kegiatan yang dilakukan di luar pemerintah. Kegiatan yang dilakukan dalam berbagai forum tersebut berupa seminar, diskusi,

expo, temu konsultasi maupun penelitian. Salah satu temu konsultasi yang menarik

ialah diadakannya temu konsultasi program CSR yang dihadiri 50 pengusaha pada tanggal 4 Juni 2016 yang berlangsung di Jalan Gadog Desa Gadog Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Di dalam temu konsultasi tersebut, Asisten Deputi Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian Koperasi dan UKM RI, Halomoan Tambak mengungkapkan bahwa dengan adanya kegiatan temu konsultasi dalam rangka program CSR melalui PKBL diharapkan memberikan banyak manfaat bagi para pelaku Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah (KUMKM), sehingga akan menghasilkan koperasi yang sehat, UKM kuat, dan masyarakat sejahtera (Mustofa, 2015). Sejak tahun 1989, perusahaan yang

(7)

7

termasuk BUMN telah memiliki program CSR melalui PKBL untuk membantu UKM.

PT Telkom telah mendapatkan penghargaan yang bertepatan dengan Hari Koperasi Indonesia 12 Juli 2011 yang diberikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang khusus diserahkan kepada Direktur Utama PT Telkom, Rinaldi Firmasyah. Penghargaan tersebut diberikan atas peran aktif PT Telkom dalam memberdayakan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) serta aktif dalam melakukan pelatihan e-commerce bagi pelaku UMKM (Telkom, 2011).

PKBL adalah istilah kegiatan CSR pada BUMN dimana program tersebut dikelola oleh suatu unit khusus yang disebut dengan Community Development

Center (CDC) (Wijaya & Yuniati, 2014). PKBL memiliki tugas yang berbeda,

program kemitraan merupakan suatu program yang dirancang untuk memberikan bantuan pinjaman modal dan pembinaan kepada UKM, sedangkan bina lingkungan lebih pada bantuan langsung pembenahan lingkungan karena bencana alam, pembenahan sarana dan prasarana umum, kesehatan masyarakat, dan pelestarian alam (Pratama, 2013). Namun, untuk PT Telkom Wilayah Telekomunikasi Yogyakarta yang selanjutnya penyebutan wilayah telekomunikasi ialah Witel, kegiatan CSR yang dikembangkan secara garis besar lebih berfokus pada program kemitraan.

Selanjutnya, pada tanggal 22 Agustus 2016 di Aula Gedung PT Telkom Jalan Yos Sudarso Kotabaru GM Witel Yogyakarta, Firmansyah Sugeng Suwaoto, mengatakan bahwa program kemitraan yang dikelola oleh CDC-PKBL PT Telkom Witel Yogyakarta sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2014 telah membina

(8)

sekitar 2.836 mitra binaan wilayah Yogyakarta dan Magelang dengan total dana yang tersalurkan sebesar Rp72.293.521.000. Dalam acara tersebut, Firmansyah, secara simbolis menyerahkan bantuan CSR Program Kemitraan, dana bergulir triwulan I tahun 2016 pada tangggal 30 Maret 2016 dengan total sebesar Rp1,8 milyar kepada 24 UKM untuk Provinsi Yogyakarta (Pujiantoro, 2016).

PT Telkom merupakan perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh negara, sebagai penyedia utama layanan sambungan telepon tidak bergerak di Indonesia. PT Telkom saat ini merupakan perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia, dengan nilai kapitalisasi sebesar Rp312,98 triliun per 30 Desember 2015. Selama tahun 2015, PT Telkom menjadi satu-satunya BUMN yang masuk dalam top leader di pasar saham dengan kenaikan 8,03% (Jati, 2015).

PT Telkom merupakan salah satu BUMN yang mempunyai kapitalisasi terbesar dan telah menjadikan CSR sebagai bagian dari strategi perusahaan. Sehingga, menarik untuk dilihat bagaimana perusahaan tersebut mewujudkan CSR-nya melalui program kemitraan yang dilain pihak telah ditetapkan melalui kebijakan pemerintah. Usaha kecil yang menjadi mitra binaan mencakup usaha kecil dan koperasi yang memiliki usaha di bidang industri, pertanian, perkebunan, perdagangan, peternakan, perikanan, jasa, kerajinan dan sektor lainnya yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia.

Menurut Suwarjono (2014), laba adalah imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Hal ini berarti bahwa laba merupakan kelebihan pendapatan di atas biaya (biaya total yang melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan barang/jasa). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa laba adalah

(9)

9

kelebihan pendapatan di atas biaya sebagai imbalan menghasilkan barang dan jasa selama satu periode akuntasi. Laba merupakan hal yang sangat penting bagi UKM, karena laba sebagai objek dalam kegiatan perusahaan. Sumber pendapatan UKM berasal dari kenaikan laba penjualan produk barang/jasa yang dihasilkan. Kelebihan pendapatan tersebut akan berpengaruh pada laba UKM yang dapat meningkatkan kesejahteraan UKM dan perekonomian negara.

Program yang telah dibuat dan dijalankan perlu adanya evaluasi yang diharapkan memberikan pengetahuan yang relevan tentang ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan atau program yang diharapkan dengan yang benar-benar dihasilkan (Yulianti, 2012). Dengan kata lain, evaluasi berkenaan dengan informasi yang dihasilkan atau manfaat hasil kebijakan. Ketika hasil kebijakan pada kenyataannya mempunyai nilai, hal ini karena dapat dikatakan bahwa kebijakan tersebut telah memberikan sumbangan pada tujuan dan sasaran. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kebijakan atau program telah mencapai tingkat kinerja yang bermakna, yang berarti bahwa masalah-masalah kebijakan dibuat jelas atau diatasi (Dunn, 2003).

Kriteria evaluasi atau penilaian bermacam-macam, menurut Dunn (2003), kriteria-kriteria evaluasi untuk menilai hasil kebijakan tersebut antara lain: efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas dan ketepatan. Dalam penelitian ini menggunakan kriteria efektivitas dan efisiensi dengan maksud apakah hasil program yang diinginkan telah sepenuhnya tercapai.

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat dua fokus permasalahan dalam penelitian ini. Pertama, apakah penerapan CSR secara berkelanjutan yang

(10)

dilakukan oleh PT Telkom Witel Yogyakarta telah berjalan secara efektif dan efisien? Kedua, apakah pelaksanaan CSR yang dilakukan CDC-PKBL PT Telkom Witel Yogyakarta mempunyai peranan dalam meningkatkan laba dan kesejahteraan UKM? Ketertarikan ini juga dipengaruhi oleh karakteristik perekonomian Provinsi D.I Yogyakarta yang banyak ditopang oleh pelaku UKM (Oktavia, 2009) yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Jumlah UKM dan Tenaga Kerja di Provinsi D.I Yogyakarta 2013--2015

Indikator Usaha 2013 2014 2015

Jumlah UKM 6. 597 5.208 5.409

Jumlah Tenaga Kerja UKM 47.289 38.279 38.735 Sumber: jogjakota.bps.go.id, 2016

Tabel 1.1 menunjukkan total UKM dan tenaga kerja Provinsi D.I Yogyakarta. Dari total UKM tersebut yang terlibat sebagai mitra binaan CDC-PKBL PT Telkom Witel Yogyakarta pada tahun 2013 sebanyak 89 mitra binaan, tahun 2014 sebanyak 190 mitra binaan, dan tahun 2015 sebanyak 249 mitra binaan. Dengan demikian, setiap tahun mengalami peningkatan jumlah UKM yang dapat memberikan kontribusi kepada pendapatan daerah terkait dengan pelaksanaan CSR dalam program kemitraan. Pelaksanaan CSR juga sebagai roda penggerak perekonomian di negara berkembang dan diharapkan berperan dalam meningkatkan pendapatan yang berpengaruh pada kenaikan laba UKM di Yogyakarta yang akhirnya berujung pada pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat (Jamali et. al, 2015).

(11)

11

Terdapat dua permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Pertama, penelitian ini mengevaluasi apakah penerapan CSR secara berkelanjutan yang dilakukan oleh Community Development Center Program Kemitraan Bina Lingkungan (CDC-PKBL) PT Telkom Witel Yogyakarta telah berjalan secara efektif dan efisien. Kedua, penelitian ini juga menganalisis apakah pelaksanaan CSR yang dilakukan PT Telkom Witel Yogyakarta mempunyai peranan dalam meningkatkan laba dan kesejahteraan UKM.

Ketertarikan ini dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu (1) karakteristik perekonomian Provinsi Yogyakarta yang banyak ditopang oleh pelaku UKM (BPS, 2016), (2) Kelemahan/keterbatasan UKM antara lain lemahnya permodalan, sulitnya bahan baku, kurangnya akses pemasaran, kurangnya kemampuan manajerial, dan kurangnya kemampuan bersaing menghadapi pasar global, serta kurangnya keterampilan usaha secara spesifik, (3) adanya tanggung jawab yang dipikul oleh BUMN terhadap UKM melalui program kemitraan CSR sesuai UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Selain itu, pelaksanaan CSR juga sebagai roda penggerak perekonomian di negara berkembang dan diharapkan berperan dalam meningkatkan pendapatan UKM di Yogyakarta yang akhirnya berujung pada peningkatan laba usaha yang dapat melaju pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut.

(12)

a. Apakah kegiatan corporate social responsibility oleh CDC-PKBL PT Telkom Witel Yogyakarta melalui program kemitraan telah dilakukan dengan efektif dan efisien?

b. Apakah pelaksanaan corporate social responsibility melalui program kemitraan yang dilakukan CDC-PKBL PT Telkom Witel Yogyakarta berperan dalam meningkatkan laba dan kesejahteraan UKM mitra binaan?

1.4 Tujuan Penelitian

Terdapat dua fokus tujuan dalam penelitian ini. Pertama, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menganalisis apakah program kemitraan CSR PT Telkom Witel Yogyakarta telah berjalan secara efektif dan efisien. Kedua, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran yang dilakukan CDC-PKBL PT Telkom Witel Yogyakarta melalui program kemitraan yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan yang berpengaruh pada peningkatan laba dan kesejahteraan UKM mitra binaan.

1.5 Kontribusi Penelitian

Kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kontribusi Praktis.

1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi para pembaca dan masukan bagi manajemen PT Telkom Witel Yogyakarta mengenai efektivitas dan efisiensi penerapan CSR.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk merencanakan kegiatan operasional serta dapat dijadikan masukan dalam melakukan perbaikan agar

(13)

13

tujuan dari program kemitraan terlaksana dengan baik.

3. Hasil penelitian ini dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan bagi PT Telkom Witel Yogyakarta, terkait dengan pemilihan program CSR.

4. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan program kemitraan bagi masyarakat atau penggiat lingkungan. b. Kontribusi Akademis.

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai pelaksanaan CSR di Indonesia.

2. Hasil penelitian ini diharapkan peran program kemitraan CSR dapat meningkatkan laba usaha dan kesejahteraan bagi UKM sebagai mitra binaan serta mengetahui gap antara teori yang ada dengan realisasi di lapangan. 1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini terdiri dari atas lima bab, yang disajikan dengan sistematika sebagai berikut.

BAB 1 Pendahuluan, bab ini berisi uraian mengenai latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB 2 Tinjauan Pustaka, bab ini berisi definisi corporate social responsibility (CSR), piramida CSR, CSR di Indonesia, triple bottom line, konsep kemitraan, definisi efektivitas dan efisiensi, definisi usaha kecil dan menengah, deskripsi PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), serta penelitian terdahulu.

BAB 3 Metoda Penelitian, bab ini berisi lokasi dan objek penelitian, jenis penelitian, metode penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data,

(14)

dan validitas data, framework pengukuran efektivitas dan efisiensi program kemitraan CSR.

BAB 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini berisi jawaban atas pertanyaan penelitian.

BAB 5 Simpulan, Keterbatasan dan Saran, bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis dan saran yang diharapkan dapat berguna dalam memajukan program CSR di Indonesia.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Grafik step respon hasil simulasi untuk sistem pengendalian kcc epatan putaran motor diesel high speed dengan menggunakan kontro l er logika fuzzy kctika motor dilakukan

Penelitian sanda( 2011) tentang “ Gambaran pengetahuan, pekerjaan, dan dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 6-11 bulan “ diperoleh hasil bahwa

Minyak jelantah sebelum diinjeksikan pada nosel penyemprotan bahan bakar perlu mendapatkan perlakuan, maka dari itu Penelitian ini menguji penyemprotan bahan bakar

Zeorin, senyawa yang diisolasi dari Aegle marmelos Correa, mampu menunjukkan efek penghambatan terhadap pelepasan mediator sel mast yaitu enzim -hexosaminidase dengan

Faktor yang menyebabkan mahasiswa PPL mengalami kesulitan saat melaksanakan ouyou renshuu adalah maha- siswa PPL memberikan masukan dan ungkapan baru yang bisa digunakan

b) Implementansi kebijakan pengurangan risiko bencana. Dimana potensi kerentanan akan lebih banyak berbicara tentang aspek teknis yang berhubungan dengan dimensi

pertumbuhan bakteri dengan spektrum yang luas, yaitu dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif yang telah diwakilkan oleh kedua bakteri uji

Penelitian ini juga menunjukkan hasil bahwa tekanan hampir tidak dirasakan oleh siswa, dimana hal tersebut dapat dilihat dari seringnya siswa mengisi waktu luang