• Tidak ada hasil yang ditemukan

25 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MULTIPARA DENGAN SIKAP PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA NANGGUNGAN KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "25 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MULTIPARA DENGAN SIKAP PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA NANGGUNGAN KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MULTIPARA DENGAN

SIKAP PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA NANGGUNGAN

KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

Aris Dwi Cahyono*, Topan Sugiarto** *) Dosen Akper Pamenang Pare–Kediri

**) Perawat Puskesmas Kayen Kidul

Family planning is a goverment program which aimed to achieve the welfare of community by performing marital counseling, administering contraceptive agents and planning for childbirth. The fact showed that the choice of contraceptive agens in Indonesia is divergent. The objective of this study was to identify the relationship between the degree of knowledge of multi-child mother and the attitude of contraceptive choice in Nanggungan village, Kayen Kidul Subdistrict, district of Kediri.

Research design was cross sectional. Population of study was all multi-child mothers, a number of 429 persons. Sample size was 209 respondents which was choosed by simple random sampling technique. Research variable was the knowledge level and the attitude in choising contraceptive agents. Data was collected by questionnaire and analyzed bu contingency coefficient test.

Result of study showed that there was a strong relationship between the level of knowledge and the attitude in choising the contraceptive agents, with significancy level 0,000 less than 0,05 and the coefficient of relationship was 0,605.

Based on the result of study, it is suggested to health care personals to perform health education both in individual (counceling) or mass education as a knowledge base in built a positive attitude when choising the contraceptive agents.

Keyword : Knowledge, Attitude, Contraceptive Agent Choising.

Latar Belakang

Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberi nasehat perkawinan, pengobatan, kemandulan dan penjarangan kelahiran (Ditjen Binkesmas dan Binkesga, 1998 : 1). Upaya mencapai tujuan ini dapat dilakukan dengan cara kontrasepsi. Sesuai Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan tahun 1998 di Kairo, paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan yang tadinya berorientasi kepada penurunan fertilitas (manusia sebagai obyek) berubah menjadi pengutamaan kesehatan reproduksi dan menghormati hak individu. Hal ini membawa konsekuensi pelayanan kontrasepsi diarahkan agar memenuhi kualitas dan kebebasan memilih (Ditjen Binkesmas Binkesga, 2002 : 1).

Berkaitan dengan adanya kebebasan untuk memilih metode kontrasepsi tersebut, maka dikembangkan beberapa metode kontrasepsi yang dapat menjadi pilihan. Hal ini dimaksudkan untuk

menghindari pemilihan kontrasepsi tanpa melalui pertimbangan yang matang.

Fakta menunjukkan pemilihan kontrasepsi di Indonesia sudah cukup bervariasi. Data menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 menunjukkan variasi tersebut yakni sebesar 13,2% akseptor pil; 27,8% akseptor suntik; 3,7% MOW; 0,4% MOP; 4,3 % implant; 6,2 % IUD; 0,9 % kondom (www.BKKBN.go.id).

Demikian juga variasi pemilihan kontrasepsi terjadi di Kabupaten Kediri. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri tahun 2006 juga menunjukkan bahwa metode kontrasepsi yang dipilih akseptor cukup bervariasi. Kontrasepsi pil sebanyak 28.566 (15,6%), suntik 110.999 (60,8%), IUD 26.553 (14,5%), MOP 262 (0,1%), MOW 10.636 (5,8%), implant 5.068 (2,8%) dan kondom 599 (0,3%) dari total sebanyak 182.683 akseptor.

(2)

juga menunjukkan bahwa pilihan kontrasepsi cukup bervariasi. Kontrasepsi pil sebanyak 1.463 (17,4%), suntik 4.502 (53,5%), IUD 1.100 (13,1%), MOP 23 (0,3%), MOW 1.158 (13,8%), implant 105 (1,2%) dan kondom 60 (0,7%) dari total sebanyak 8.411 akseptor. Banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi. Salah satunya menurut pendapat Notoatmodjo (2003 : 131) bahwa seseorang berperilaku tertentu (misalnya memilih kontrasepsi) dipengaruhi oleh faktor pengetahuan maupun sikap. Hal ini sesuai konsep K-A-P (knowledge-attitude-practice). Berdasarkan teori ini dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sikap seseorang. Hal ini didukung pendapat Robert Kwick (1974) yang dikutip Notoatmodjo (2003 : 123) yang menyatakan bahwa sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia, sedangkan perilaku juga didahului oleh pengetahuan.

Hasil studi pendahuluan pengetahuan akseptor tentang kontrasepsi yang dipilihnya di Desa Nanggungan Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri didapatkan, dari 10 akseptor ternyata yang memiliki pengetahuan dengan kriteria baik ada 4 responden (40%), cukup ada 3 responden (30%) dan kurang ada 3 responden (30%). Hal ini menunjukkan masih ada akseptor yang memilih kontrasepsi tenpa didasari pengetahuan yang baik tentang kontrasepsi yang dipilihnya.

Sementara hasil studi pendahuluan sikap akseptor terhadap kontrasepsi yang dipilihnya di Desa Nanggungan Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri didapatkan, dari 10 akseptor ternyata yang memiliki sikap positif ada 7 responden (70%) dan sisanya sebanyak 3 akseptor (30%) masih memiliki sikap negatif. Hal ini menunjukkan masih ada akseptor yang kurang menerima dengan senang hati terhadap kontrasepsi yang dipilihnya.

Berdasarkan kenyataan tersebut maka perlu ada evaluasi terhadap pengetahuan dan sikap akseptor pada rentang waktu tertentu. Seiring perjalanan waktu pemakaian terkadang ada efek samping yang dirasakan akseptor sehingga mempengaruhi sikapnya yang tadinya positif berubah menjadi negatif. Dengan demikian setiap kali kunjungan ulang tetap perlu diberikan konseling terhadap semua akseptor.

Mengingat permasalahan yang sudah dipaparkan diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian hubungan pengetahuan dengan sikap dalam pemilihan kontrasepsi pada akseptor dengan

merumuskan dalam judul penelitian : “Hubungan

Tingkat Pengetahuan Ibu Multipara terhadap Sikap Pemilihan Alat Kontrasepsi di Desa Nanggungan Kecamatan KayenKidul Kabupaten Kediri”.

Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari uraian yang telah peneliti kemukakan dalam latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

“Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu

multipara terhadap sikap pemilihan alat kontrasepsi di Desa Nanggungan Kecamatan Kayen Kidul

Kabupaten Kediri ?”.

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu multipara terhadap sikap pemilihan alat kontrasepsi di Desa Nanggungan Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu multipara tentang alat kontrasepsi.

b. Mengidentifikasi sikap ibu multipara terhadap alat kontrasepsi.

c. Menganalisa adakah hubungan tingkat pengetahuan ibu multipara terhadap sikap pemilihan alat kontrasepsi.

Desain Penelitian

(3)

acak diantara populasi. Dalam hal ini peneliti membuat daftar populasi ibu multipara yang ada di Desa Nanggungan Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri. Setelah terdaftar maka dibuat lotere sebanyak populasi yang ada (439) ibu multipara. Selanjutnya diambil nomor lotere tersebut sebanyak 209, dan nomor-nomor terambil dianggap sebagai sampel penelitian. Variabel penelitian ini meliputi variabel independen yaitu tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi; sedangkan variabel dependennya adalah sikap pemilihan alat kontrasepsi. Instrumen/ alat ukur variabel yang digunakan adalah kuesioner yang disusun oleh penelitian. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti kepada responden dengan membagikan kuesioner dan mendampingi responden selama pengisian kuesioner penelitan. Pengolahan data penelitian meliputi kegiatan penyuntingan data (editing), pemberian kode (coding) serta memberikan penilaian (scoring). Penentuan skor untuk pengetahuan dilakukan dengan menggunakan pendekatan benar salah dan pemberian nilai secara individu, sedangkan penentuan sikap dilakukan dengan menggunakan skala likert dengan model skor

–T, yang merupakan skor individual dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya. Kegiatan pengolahan data lainnya adalah tabulating yaitu menyajikan data dalam bentuk tabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Uji statistik yang digunakan untuk membuktikan adanya hubungan tingkat pengetahuan ibu multipara dengan sikap pemilihan alat kontrasepsi adalah uji koefisien kontingensi. Hal ini karena variabel pengetahuan dengan skala data ordinal sedangkan variabel sikap pemilihan alat kontrasepsi skala nominal, maka skala tinggi mengikuti skala terendah, sehingga uji statistik yang digunakan adalah uji koefisien kontingensi (Nursalam, 2003 : 128).

Hasil Penelitian

1. Tingkat Pengetahuan IbuMultipara tentang Alat Kontrasepsi

No. Tingkat

Pengetahuan Jumlah % 1 Kurang 100 47,8

2 Cukup 103 49,3

3 Baik 6 2,9

Jumlah 209 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui hampir setengah dari responden memiliki pengetahuan tentang alat kontrasepsi dengan kategori cukup yaitu sebanyak 103 (49,3%) dari total 209 responden, selebihnya hamper setengah termasuk kategori kurang yakni sebanyak 100 (47,8%) dan sebagian kecil kategori baik yaitu sebanyak 6 (2,9%).

2. Sikap IbuMultipara tentang Alat Kontrasepsi

No. Sikap Jumlah %

1 Negatif 98 46,9 2 Positif 111 53,1

Jumlah 209 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui sebagian besar responden memiliki sikap positif terhadap alat kontrasepsi yaitu sebanyak 111 (53,1%) dari total 209 responden selebihnya hampir setengah yang termasuk kategori negatif yakni sebanyak 98 (46,9%).

3. Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Multipara terhadap Sikap Pemilihan Alat Kontrasepsi

No. Pengetahuan Sikap Total Negatif Positif

1 Kurang 87 14 101

2 Cukup 11 90 101

3 Baik 0 6 6

Total 98 110 208

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui pada pengetahuan kurang maka sikapnya banyak yang negatif, pada pengetahuan cukup sikapnya banyak yang positif dan pada pengetahuan baik semua positif. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap.

(4)

Berdasarkan hasil uji koefisien kontingensi tersebut didapatkan nilaiapprox.sigsebesar 0,000 < 0,05 (nilai alpha), maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan ada hubungan tingkat pengetahuan ibu multipara terhadap sikap pemilihan alat kontrasepsi di Desa Nanggungan Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri.

Selanjutnya tingkat hubungannya termasuk kategori kuat. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya nilai Contingency Coefficient sebesar 0,605, yang mana atas dasar ketentuan menurut (Sugiyono, 2005 : 214) termasuk kuat (0,60 –0,799).

Adapun arah hubungan termasuk positif. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Contingency Coefficient yang bertanda positif (0,605). Maksud dari arah hubungan positif adalah semakin baik pengetahuan seseorang maka sikapnya semakin positif dan sebaliknya.

Pembahasan

1. Tingkat Pengetahuan IbuMultipara tentang Alat Kontrasepsi

Berdasarkan penelitian diketahui hampir setengah dari responden memiliki pengetahuan tentang alat kontrasepsi dengan kategori cukup yaitu sebanyak 103 (49,3%) dari total 209 responden, selebihnya hamper setengah termasuk kategori kurang yakni sebanyak 100 (47,8%) dan sebagian kecil kategori baik yaitu sebanyak 6 (2,9%).

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003: 114). Pengetahuan seseorang tentang sesuatu dapat berbeda-beda ada yang kurang, cukup ataupun baik. Hal ini tergantung dari pendidikan, metode dan fasilitas untuk mendapatkan pengetahuan.

Disini pengetahuan tentang alat kontrasepsi dari responden paling banyak adalah tingkat pengetahuan cukup. Hal ini menurut peneliti memberikan gambaran bahwa kebanyakan responden masih ada sesuatu yang belum diketahui tentang alat kontrasepsi. Hal inilah yang akhirnya dapat mempengaruhi kesalahan di dalam memilih alat kontrasepsi. Jika tidak tahu pada umumnya calon aksseptor memilih kontrasepsi

hanya ikut-ikutan temannya atau terserah bu bidan saja. Jika ada sesuatu yang dirasakan kurang pas dengan kontrasepsi yang dipilih, maka langsung menyalahkan petugas kesehatan yang memberi kontrasepsi. Disinilah awal terjadinya kesalahan pemikiran dari akseptor sehingga dapat mempengaruhi timbulnya sikap yang negatif terhadap alat kontrasepsi maupun kepada petugas pemberii kontrasepsi.

2. Sikap IbuMultipara tentang Alat Kontrasepsi Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar responden memiliki sikap positif terhadap alat kontrasepsi yaitu sebanyak 111 (53,1%) dari total 209 responden selebihnya hampir setengah yang termasuk kategori negatif yakni sebanyak 98 (46,9%).

Sikap merupakan reaksi atau respon tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003 : 124). Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

(5)

banyak yang positif dan pada pengetahuan baik sikapnya semua positif.

3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Multipara

terhadap Sikap Pemilihan Alat Kontrasepsi Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui pada pengetahuan kurang maka sikapnya banyak yang negatif, pada pengetahuan cukup sikapnya banyak yang positif dan pada pengetahuan baik semua positif. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap. Setelah dibuktikan dengan uji koefisien kontingensi didapatkan nilai approx.sig sebesar 0,000 < 0,05 (nilai alpha), maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan ada hubungan tingkat pengetahuan ibu multipara terhadap sikap pemilihan alat kontrasepsi di Desa Nanggungan Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri.

Hubungannya termasuk kategori kuat. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya nilai Contingency Coefficient sebesar 0,605, yang mana atas dasar ketentuan menurut (Sugiyono, 2005 : 214) termasuk kuat (0,60 – 0,799). Adapun arah hubungannya termasuk positif. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Contingency Coefficient yang bertanda positif (0,605). Maksud dari arah hubungan positif adalah semakin baik pengetahuan seseorang maka sikapnya semakin positif dan sebaliknya.

Atas dasar kajian teori perilaku menurut Notoatmodjo, perilaku seseorang dipengaruhi faktor sikap (attitude), sedangkan sikap yang terbentuk dipengaruhi oleh faktor pengetahuan (knowledge). Hal ini seperti penjelasan dalam konsep K-A-P (Knowledge-attitude-practice) (Notoatmodjo, 2003 : 131).

Atas dasar teori yang ada disini dapat dipahami jika pada pengetahuan kurang maka sikapnya banyak yang negatif, pada pengetahuan cukup sikapnya banyak yang positif dan pada pengetahuan baik semua positif menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap. Setelah diuji dengan statistik ternyata benar-benar ada hubungan. Jadi menurut peneliti pengetahuan benar-benar menjadi faktor yang dapat mempengaruhi sikap seseorang seperti yang dijelaskan Notoatmodjo diatas.

Pengaruh pengetahuan tersebut bisa saja berupa pengaruh yang positif atau negative.

Setelah dilakukan pengujian ternyata pengaruhnya positif. Artinya semakin baik pengetahuan seseorang maka semakin positif pula sikapnya terhadap alat kontrasepsi. Dengan demikian kita sebagai petugas perlu memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan calon akseptor agar sikapnya menjadi baik terhadap alat kontrasepsi. Jika sudah demikian akan dengan sukarela memilih dan ikut menjadi peserta KB.

Ternyata hubungan pengetahuan dengan sikap terhadap alat kontrasepsi termasuk kuat. Menurut peneliti hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan sangat perlu diberikan kepada calon akseptor jika kita menginginkan sikapnya baik dan mau menerima dengan senang hati terhadap alat kontrasepsi yang akan kita berikan.

Kesimpulan

1. Tingkat pengetahuan ibu multipara tentang alat kontrasepsi hampir setengah dari responden termasuk kategori cukup yaitu sebanyak 103 (49,3%), selebihnya hampir setengah termasuk kategori kurang sebanyak 100 (47,8%) dan sebagian kecil kategori baik sebanyak 6 (2,9%) dari total 209 responden.

2. Sikap ibu multipara tentang alat kontrasepsi sebagian besar responden termasuk positif yaitu sebanyak 111 (53,1%) selebihnya hampir setengah termasuk kategori negatif yakni sebanyak 98 (46,9%) dari total 209 responden. 3. Hubungan tingkat pengetahuan ibu multipara

terhadap sikap pemilihan alat kontrasepsi secara statistik ternyata bermakna yakni dibuktikan dengan uji koefisien kontingensi didapatkan nilai

approx.sig sebesar 0,000 < 0,05 (nilai alpha), maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan ada hubungan tingkat pengetahuan ibu

multipara terhadap sikap pemilihan alat kontrasepsi di Desa Nanggungan Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri.

Saran

1. Bagi Tempat Penelitian

(6)

2. Bagi Obyek Penelitian

Disarankan untuk meminta penjelasan kepada tenagan kesehatan di polindes, puskesmas, klinik-klinik kesehatan atau rumah sakit mengenai alat kontrasepsi dari segi keuntungan, kerugian, efek samping, tingkat keberhassilan, pemulihan kesuburan kembali dan lainya.

3. Kepada Peneliti selanjutnya

Disarankan untuk melakukan penelitian pengaruh konseling terhadap pemilihan alat kontrasepsi kepada calon akseptor guna membuktikan apakah konseling dapat mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifudin.(2007). Seri Psikologi Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta : Liberty

Ditjen Binkesmas dan Binkesga. (1998). Buku Pedoman Petugas Fasilitas Pelayanan KB. Jakarta : Depkes R.I., hal : 1

Ditjen Binkesmas dan Binkesga. (2002). Penyeliaan Fasilitatif Keluarga Berencana. Jakarta : Depkes R.I., hal : 1

Djamarah, S.B. dan Zain. (1996). Strategi Belajar Mengajar. Cetakan Pertama. Banjarmasin : Rineka Cipta. Hal 82-85

Djarwanto. (2001). Mengenal Beberapa Uji Statistik Dalam Penelitian. Yogyakarta Liberty. Hal 22.

Farrer, H. (2001). Perawatan Maternitas (Maternity Care). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal : 247

Hadi, Sutrisno. (2001). Metodologi Research. Yogyakarta : Andi. Hal : 160

Hartanto, H.(2003).Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Cetakan keempat, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Hal : 36-37, 40

Manuaba, I. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Hal : 439-440, 445-446

Mansjoer, A, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FK UI. Hal : 350

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Hal 114 _____________.(2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat

(Prinsip-Prinsip Dasar). Jakarta : Rineka Cipta. Hal : 118

Notoatmodjo, S. (2005).Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi ketiga. Jakarta : Rineka Cipta. Hal 70

Nursalam (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan). Surabaya : Salemba Medika. Hal : 79

Purwanto, Heri. (1999).Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan.Jakarta : EGC. Hal 62-66. Sugiyono. (2005). Statistika untuk Penelitian.

Bandung : CV. Alfa Beta

Tjiptojoewono,S. dkk.. (1996).Pengantar Pendidikan Bagian I.Surabaya : University Press IKIP Surabaya. Hal 19, 20, 36-37

Umar, Husein. (2003). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : PT Raja Gravindo Persada. Hal : 30

Wignjosastro, (1999). Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga Cetakan Kelima. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal : 905, 914

Referensi

Dokumen terkait

1 Melakukan validasi terhadap input yang dimasukkan oleh pengguna Halaman form Data Produksi Pengguna memilih data dari tabel lalu klik tombol „Ubah‟ lalu klik tombol

Abstrak Penelitian ini membahas persepsi pegawai Inspektorat Provinsi DKI Jakarta tentang pedoman pelaksanaan SPIP pada BPKP yang dimandatkan oleh Gubernur didalam Pergub Provinsi

Hasil penelitian Saidin (2008), menyatakan terdapat perbedaan yang bermakna antara status gizi mikro khususnya retinol dan status gizi (BB/U dan PB/U) untuk bayi berumur lebih

Objek yang diteliti adalah jenis Amfibi dari ordo Anura yang teramati di Blok Perlindungan dan Blok Pemanfaatan Tahura Wan Abdul Rachman.. Pengamatan ini dilakukan 3 kali ulangan

Morfologi komposit bioplastik yang diamati dengan SEM menunjukkan komposisi matriks dan filler yang homogen karena sifat kimia antara keduanya sama terutama yang mengandung CMF

Timor- Timur merupakan wilayah koloni Portugis sejak abad ke-16 tapi kurang diperhatikan oleh pemerintah pusat di Portugis sebab jarak yang cukup jauh. Tahun 1975 terjadi

Data yang diamati adalah warna kulit buah dan biji, berat biji, kandungan kimia biji jarak (kadar air, jumlah biji / buah, berat biji, asam lemak bebas, dan kadar minyak )

B. Kebutuhan Pengadaan Barang / Jasa Satker Rumkit Bhayangkara Denpasar DIPA Tahun Anggaran 2014 sesuai dengan Rencana Kerja Tahun Anggaran 2014. Kebutuhan Pengadaan