• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelanggaran Hak Asasi Manusia HAM terhad

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pelanggaran Hak Asasi Manusia HAM terhad"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap Anak dalam

Ketentuan Undang-Undang Perlindungan Anak

Disusun oleh:

Lilis Dwi Oktavia

8111416172

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SEMARANG

(2)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki oleh manusia sejak ia lahir yang berlaku seumur hidup merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. Hak-hak itu dimiliki tanpa adanya perbedaan atas dasar suku, bangsa, ras, agama, jenis kelamin, ketrunan, jabatan dan lain sebagainya karena itu bersifat asasi serta universal. Dasar dari hak asasi adalah manusia harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat dan cita-citanya (Heru Nuswanto, 2006 : 42).

Jika kita melihat perkembangan HAM di Negara ini ternyata masih masih banyak pelanggaran HAM yang sering kita temui. Mulai dari pelanggaran kecil yang berkaitan dengan norma hingga pelanggaran HAM berat yang bersifat kriminal dan menyangkut kseselamatan jiwa. Salah satu contohnya adalah kekerasan terhadap anak.

Anak adalah tumpuan dan harapan orang tua serta generasi penerus bangsa di masa depan. Oleh karenanya, setiap anak wajib dilindungi maupun diberi kasih sayang. Namun, pada kenyataanya marak sekali kasus kekerasan terhadap anak sejak beberapa tahun belakangan ini. Begitu banyak anak yang menjadi korban kekerasan keluarga, lingkungan maupun masyarakat dewasa ini.

(3)

Dalam dua belas prinsip Negara hukum Indonesia disebutkan salah satunya adalah perlindungan Hak Asasi Manusia yaitu adanya perlindungan konstitusional terhadap hak asasi manusia dengan jaminan hukum bagi tuntutan penegakkannya melalui proses yang adil. Perlindungan hak asasi manusia tersebut dimasyarakatkan secara luas dalam rangka mempromosikan penghormatan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia sebagai ciri yang penting suatu negara hukum yang demokratis (Martitah, 2013 : 34)

Ketentuan tentang Hak Asasi Manusia yang telah diadopsikan ke dalam sistem hukum dan konstitusi Indonesia berasal dari berbagai konvensi internasional dan deklarasi universal tentang hak asasi manusia serta berbagai instrument hukum internasional lainnya (Jimly, 2015 : 361)

Menurut pasal 1 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 2002 anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Bahwa anak adalah amanah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia sutuhnya. Maka ia perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta perlakuan tanpa adanya diskriminasi.

Pasal 28 B ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan dikriminasi”. Dengan adanya hal ini pertanggung jawaban orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus untuk melindungi hak asasi manusia khususnya pada anak.

B. Rumusan Masalah

(4)
(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. ketentuan dalam Undang-Undang Perlindungan Anak terhadap kejadian penganiayaan seorang anak berusia 8 tahun yang dilakukan oleh orang dewasa

Sesuai dengan pengaturan pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (UU Perlindungan Anak) sebagaimana yang telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan :

a. diskriminasi;

b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual; c. penelantaran;

d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan; e. ketidakadilan; dan

f. perlakuan salah lainnya.

Menurut yurisprudensi, yang dimaksud dengan kata penganiayaan yaitu sengaja menyebabkan perasaan tidak enak (penderitaan), rasa sakit atau luka. Contoh “rasa sakit” tersebut misalnya diakibatkan mencubit, mendupak, memukul, menempleng, dan sebagainya.

Pasal yang menjerat pelaku penganiayaan tersebut adalah pasal tentang penganiayaan anak yang diatur khusus dalam pasal 76C UU Nomor 35 Tahun 2014 yang berbunyi :

(6)

Sementara sanksi bagi orang yang melanggar pasal di atas (pelaku kekerasan atau penganiayaan) ditentukan dalam pasal 80 UU Nomor 35 Tahun 2014 :

(1) setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 76C, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).

(2) dalam hal anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (serratus juta rupiah). (3) dalam hal anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka pelaku

dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

(4) pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut orang tuanya.

Itulah ketentuan-ketentuan didalam Undang-Undang Perlindungan Anak dalam hal penganiayaan yang dilakukan oleh orang dewasa, baik itu orang lain maupun orang tua si anak sendiri.

B. Solusi untuk mencegah atau mengatasi masalah pelanggaran hak asasi manusia dan kekerasan terhadap anak

Berikut ini adalah beberapa solusi untuk mencegah atau mengatasi masalah-masalah pelanggaran hak asassi manusia dan kekerasan terhadap anak di Indonesia, antara lain :

(7)

HAM, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, serta masih banyak Undang-Undang lain yang belum tersebutkan mengenai penegakkan hak asasi manusia.

2. Memberi ganjaran yang setimpal kepada pelaku kejahatan terhadap anak sesuai dengan Undang-Undang untuk memberikan efek jera kepada pelaku tersebut.

3. Komitmen pemerintah Indonesia dalam mewujudkan penegakkan Hak Asasi Manusia, antara lain ialah ditunjukkan dalam prioritas pembangunan Nasional tahun 2000-2004 (Propenas) dengan pembentukan kelembagaan yang berkaitan dengan Hak Asasi Mnusia. Dalam hal kelembagaan telah dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dengan Kepres Nomor 50 Tahun 1993, serta pembentukan Komisi Anti Kekerasan terhadap Perempuan.

4. Dalam Undang-Undang yang baru ( UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak) lebih menegaskan perlunya pemberatan sanksi pidana dan denda bagi para pelaku kejahatan terhadap anak, hal tersebut bertujuan untuk memberikan efek jera terhadap pelaku, serta mendorong adanya langkah nyata yang cepat untuk memulihkan kembali fisik, psikis dan sosial anak.

5. Anjuran meberikan laporan kepada pihak berwajib tentang adanya dugaan pelanggaran terhadap peraturan yang ada, sehingga apabila terjadi kejadian kekerasan kepada anak dapat segera ditangani oleh pihak yang berwajib dan kasus tersebut tidak terjadi berkepanjangan dan tidak timbul lagi kemudian hari di sekitar kita.

(8)

BAB III

kelamin, ketrunan, jabatan dan lain sebagainya karena itu bersifat asasi serta universal. Dasar dari hak asasi adalah manusia harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat dan cita-citanya.

2. Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan sesorang atau sekelompok orang termasuk apparat Negara, baik sengaja maupun tidak sengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum, mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang ini, dan tidak mendapatkan atau khawatiran tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

3. Menurut pasal 1 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 2002 anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Bahwa anak adalah amanah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia sutuhnya. Maka ia perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta perlakuan tanpa adanya diskriminasi.

(9)

seksual; penelantaran; kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan; ketidakadilan; serta perlakuan salah lainnya.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimmly. 2015. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta : Rajawali Pers

Martitah. 2013. Mahkamah Konstitusi : Dari Negative Legislature ke Positive Legislature. Jakarta : Konstitusi Press (Kompress)

Nuswanto, A. Heru. 2006. Materi Kuliah Hukum Tata Negara. Semarang : Universitas Semarang Pers

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagaimana yang telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Referensi

Dokumen terkait

Adapun referensi lain mengatakan waktu yang baik dalam memulai pemberian MP–ASI pada bayi adalah umur 6 bulan. Pemberian makanan pendamping pada bayi sebelum umur tersebut

masyarakat desa adat Bonyoh mendiskriminasi laki-laki yang melakukan nyentana, (2) arogansi perempuan putrika yang disebabkan oleh kepentingan keluarga, (3) laki-laki

LC yang memberikan kuasa kepada semua bank, tidak terbatas pada bank yang disebut dalam LC, untuk melakukan payment / acceptance / deferred payment

Komposit polimer superabsorben dapat dibuat dengan proses grafting polimerisasi antara poliacrilamide dengan zeolit alam menggunakan radiasi pengion dari mesin berkas

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subyek penelitian adalah siswa kelas XII TPHP SMK Putra Wilis Kecamatan Sendang

Berdasarkan uraian pembahasan dan permasalahan serta tujuan penelitian “Penerapan SAK EMKM sebagai dasar penyusunan Laporan Keuangan UMKM (studi kasus pada UMKM UD

KEWIRAUSAHAAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI SMK BATIK 2 SURAKARTA. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian

Seorang pakar pendidikan adalah Lickona mengatakan bahwa ada tiga hal dalam mendidik karakter yaitu knowing, loving and acting the good. Pendidikan yang baik adalah pemahaman