• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

BALAI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT (BPSPL) PADANG

DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

POKJA PENYUSUNAN RZWP-3-K KABUPATEN BENGKALIS

KABUPATEN BENGKALIS

PROVINSI RIAU

K e r j a s a m a :

(2)

Pendahuluan Tinjauan Kebijakan Metodologi Profil Wilayah Identifikasi Potensi Permasalahan WP3K

Home

1. PENDAHULUAN

2. TINJAUAN KEBIJAKAN

3. METODELOGI PENYUSUNAN RZWP3K

4. PROFIL WILAYAH PERENCANAAN

5. IDENTIFIKASI POTENSI & PERMASALAHAN WILAYAH

SUMBER :

PEDUM RZWP-3-K KAB/KOTA TAHUN 2014 (DRAFT APRIL 2014) DIREKTORAT TATA RUANG LAUT DAN PULAU-PULAU KECIL

(3)

Hakikat dari Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana yang diamanahkan dalam UU 27/2007 jungto UU 1/2014, adalah :

a. Rencana yg menentukan arah penggunaan sumberdaya tiap satuan perencanaan disertai dgn pengalokasian ruang pd kawasan perencanaan yg memuat kegiatan yg boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yg hanya dapat

dilakukan setelah memperoleh izin.

b. Sebagai bentuk rekayasa teknis dalam pemanfaatan ruang, maka dlm

mengelompokkan suatu kawasan pesisir dan pulau kecil ke dalam zona-zona harus dilakukan sesuai dgn kondisi fisik dan potensi, shg tujuan penentuan zonasi utk mengoptimalkan fungsi ekologi dan ekonomi dari ekosistem suatu kawasan dpt dicapai yg pd akhirnya pengelolaan dan pemanfaatan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dpt dilakukan secara serasi, optimal dan berkelanjutan.

Kondisi fisik dan potensi WP3K diperoleh melalui kegiatan penyusunan Dokumen Awal RZWP3K Kabupaten Bengkalis pada tahun 2014 atas fasilitasi BPSPL Padang.

(4)

Pendahuluan Tinjauan Kebijakan Metodologi Profil Wilayah Identifikasi Potensi Permasalahan WP3K Home

1) Menganalisa dan menampilkan data-data dalam bentuk 12 data set peta, meliputi peta dasar dan peta tematik.

2) Menyusun paket – paket sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil melalui

kegiatan identifikasi, inventarisasi, dan analisis karakteristik wilayah, potensi, isu permasalahan sumbedaya kelautan dan perikanan.

(5)

Pendahuluan Tinjauan Kebijakan Metodologi Profil Wilayah Identifikasi Potensi Permasalahan WP3K Home

1) Teridentifikasinya dan terpetakannya data terkini secara menyeluruh dan

komprehensif tentang potensi sumberdaya kelautan dan perikanan, serta kondisi eksisting wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;

2) Teridentifikasinya pemanfaatan ruang, karakteristik pesisir, ancaman/kerentanan dan daya dukung ekosistem pesisir, dan beberapa paramaeter lainnya sebagai dasar penyusunan zonasi WP3K di daerah perencanaan.

3) Tersedianya Dokumen Awal Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil secara terpadu dan berkelanjutan dengan berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 jungto Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014, tentang

(6)

Pendahuluan Tinjauan Kebijakan Metodologi Profil Wilayah Identifikasi Potensi Permasalahan WP3K

Home

(7)

Pendahuluan Tinjauan Kebijakan Metodologi Profil Wilayah Identifikasi Potensi Permasalahan WP3K Home

Wilayah Penyusunan Rencana Zonasi ini mencakup wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil Kabupaten Bengkalis dengan mengacu kepada batasan wilayah pesisir dan laut sesuai UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 27/2007 jungto UUNo. 1/2014, tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, yakni meliputi :

(8)
(9)

Pendahuluan Tinjauan Kebijakan Metodologi Profil Wilayah Identifikasi Potensi Permasalahan WP3K Home

Dokumen Awal Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kabupaten Bengkalis.

1) Indentifikasi sumberdaya WP3K meliputi data kebijakan, Kondisi Fisik wilayah, Hidro-Oseanografi, Bio-Ekologi, Sosial Ekonomi dan Budaya yang dijadikan sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang WP3K.

2) Identifikasi dan analisis Isu dan permasalahan tentang kebijakan perikanan dan pengembangan wilayah setempat, kondisi fisik, kondisi SDM, Sosial, Ekonomi; 3) Identifikasi dan analisis potensi pengembangan wilayah karakteristikWP3K

(10)
(11)

KAWASAN LINDUNG

RANPERDA RTRW KAB. BENGKALIS, PASAL 25 (1)

1. KAWASAN YANG MEMBERI PERLINDUNGAN TERHADAP KAWASAN BAWAHANNYA;

• KAWASAN LINDUNG GAMBUT, KEC. SIAK KECIL, ± 85.888 Ha

• KAWASAN RESAPAN AIR, MERUPAKAN TANAH BERAWA YANG TERSEBAR (INCLAVE) PADA KAWASAN HUTAN DAN GAMBUT *

2. KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT;

• SEMPADAN PANTAI/SEMPADAN SUNGAI

• PERLINDUNGAN SEKITAR DANAU/WADUK *

• RTH PERKOTAAN *

3. KAWASAN SUAKA ALAM, PELESTARIAN ALAM, DAN CAGAR BUDAYA;

• SUAKA MARGASATWA, ± 21.500 Ha

• KAWASAN PANTAI BERHUTAN MANGROVE, ± 29.329 Ha

• KAWASAN CAGAR BUDAYA DAN ILMU PENGETAHUAN,

4. KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM; DAN

• BANJIR, ABRASI DAN KEBAKARAN HUTAN

4. KAWASAN LINDUNG LAINNYA

• KAWASAN PERLINDUNGAN TERBATAS IKAN TERUBUK

(12)

KAWASAN LINDUNG

(13)

KAWASAN LINDUNG (KAWASAN RAWAN BENCANA BANJIR)

(14)

KAWASAN LINDUNG (KAWASAN RAWAN BENCANA ABRASI)

(15)

KAWASAN LINDUNG (KAWASAN RAWAN KEBAKARAN)

(16)

KAWASAN PERUNTUKAN PERIKANAN

RANPERDA RTRW KAB. BENGKALIS, PASAL 37

KAWASAN PERUNTUKAN PERIKANAN

a. kawasan peruntukan perikanan tangkap;

 Kecamatan Bengkalis dengan luas kurang lebih 8.625 (delapan ribu enam ratus dua puluh lima) hektar;

 Kecamatan Bantan dengan luas kurang lebih 25.060 (dua puluh lima ribu enam puluh) hektar;

 Kecamatan Bukit Batu dengan luas kurang lebih 2.347 (dua ribu tiga ratus empat puluh tujuh) hektar;

 Kecamatan Siak Kecil dengan luas kurang lebih 761 (tujuh ratus enam puluh satu) hektar;

 Kecamatan Rupat dengan luas kurang lebih 17.280 (tujuh belas ribu dua ratus delapan puluh) hektar; dan

 Kecamatan Rupat Utara dengan luas kurang lebih 12.931 (dua belas ribu sembilan ratus tiga puluh satu) hektar.

b. kawasan peruntukan budidaya perikanan; dan

 peruntukan perikanan budidaya air tawar; dan

 peruntukan perikanan budidaya air payau dan laut. : Pulau Rupat, Pulau Bengkalis, Pesisir Kecamatan Siak Bagian

Utara

c. kawasan pengembangan peruntukan minapolitan.

(17)

Pendahuluan Tinjauan Kebijakan Metodologi Profil Wilayah Identifikasi Potensi Permasalahan WP3K Home

1. Pendekatan Teknis (

Technical Approach

)

2. Kerangka Pikir (

Logical Frame Work

)

3. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan (

Time Schedule

)

(18)

Keberadaan sumberdaya laut tidaklah berdiri sendiri, melainkan saling terkait satu dengan lainnya. Pendekatan ini berorientasi pada proses evaluasi konsistensi keberadaan jenis data pada karakteristik lingkungan yang mempengaruhi keberadaan data tersebut berdasarkan pada pemahaman antara keterkaitan antara satu komponen data dengan lainnya

Setiap populasi dalam suatu lokasi, dan setiap spot dalam lokasi

yang diamati memiliki wakil dalam data studi. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa proses analisis benar-benar telah mewakili keseluruhan populasi serta lokasi yang diteliti.

Zonasi sebagai bentuk dari rekayasa teknis terhadap pemanfaatan

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dengan memperhatikan

kharakteristik wilayah perencanaan, maka dalam penyusunannya

dilakukan pendekatan teknis (

technical approach

) sebagai berikut :

(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)

Spatial Analysis

Proses analisis spasial thdp 12 data set berdasarkan standart kriteria baku terhadap satu satuan kegiatan:

(26)

Peta Kesesuaian

dan Peta Potensi

:

Proses analisis spasial thdp 12 data set

(27)

Proses analis zonasi dilakukan secara komprehensif dengan

memperhatikan peta kesesuaian, peta potensi dan tinjauan terhadap

kebijakan spasial, regional, kondisi sosek, budaya serta isu permasalahan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)

Keseluruh rangkaian kegiatan dan hasil dari tiap tahapan kegiatan dituangkan dalam dokumen dengan out line :

1. Pendahuluan

2. Tinjauan Kebijakan

3. Metodologi

4. Profil Wilayah

5. Identifikasi Potensi dan Permaslahan.

Dokumen tersebut merupakan DOKUMEN AWAL.

Pendahuluan Tinjauan Kebijakan Metodologi Profil Wilayah Identifikasi Potensi Permasalahan WP3K Home

Sesuai dengan ketentuan UU 27/2007 jungto UU 1/2014, maka DOKUMEN AWAL

selanjutnya dilakukan konsultasi publik untuk menghasilkan DOKUMEN ANTARA dan

(34)

Pendahuluan Tinjauan Kebijakan Metodologi Profil Wilayah Identifikasi Potensi Permasalahan WP3K Home

1. Letak Geografis.

2. Adminstrasi Wilayah.

3. Gambaran Fisik Wilayah.

4. Gambaran Sosial Budaya dan Ekonomi Wilayah.

5. Gambaran 12 Data Set WP3K :

a. Data Dasar (Baseline data set existing)

2 Dataset

(35)

Pendahuluan Tinjauan Kebijakan Metodologi Profil Wilayah Identifikasi Potensi Permasalahan WP3K Home

Kabupaten Bengkalis memilki luas 7.776,31 km2 yang wilayahnya

berada pada posisi 2°30'LU-0°17'LU dan 100°52'BT-102°10'BT, Batas-batas sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatas dengan Selat Malaka

2. Sebelah selatan berbatas dengan Kabupaten Siak dan Kabupaten Kepulauan Meranti 3. Sebelah barat

dengan Kota Dumai, Kabupaten Rokan Hilir.

4. Sebelah timur dengan Kabupaten Kepulauan Meranti.

(36)

Pendahuluan Tinjauan Kebijakan Metodologi Profil Wilayah Identifikasi Potensi Permasalahan WP3K Home

Wilayah Kabupaten Bengkalis dialiri oleh beberapa sungai. Diantara sungai yg ada di daerah ini sangat penting sebagai sarana perhubungan utama dlm perekonomian penduduk adalah Sungai Siak dengan panjang 300 km, Sungai Siak Kecil 90 km dan Sungai Mandau 87 km.

Secara Administratif Kabupaten Bengkalis terdiri dari 8 kecamatan, 139 desa dan 36 kelurahan, serta terdiri dari 17 pulau, dengan rincian sebagai berikut :

KECAMATAN

PESISIR LUAS (Ha) %

Kec. Bengkalis 51,400.00 6.61 Kec. Bantan 42,440.00 5.46 Kec. Rupat 89,635.00 11.53 Kec. Rupat Utara 62,850.00 8.08 Kec. Bukitbatu 112,800.00 14.51 Kec. Siak Kecil 74,221.00 9.55

TOTAL 433,346.00 55.74

KECAMATAN

NON PESISIR LUAS (Ha) %

(37)

Pendahuluan Tinjauan Kebijakan Metodologi Profil Wilayah Identifikasi Potensi Permasalahan WP3K

SUMBER : BENGKALIS DALAM ANGKA, 2013

(38)

PULAU - PULAU

(39)
(40)

Pendahuluan Tinjauan Kebijakan Metodologi Profil Wilayah Identifikasi Potensi Permasalahan WP3K Home

TOPOGRAFI 1. Kondisi topografi umumnya relatif datar dengan kemiringan lereng rata - rata 2 - 6, mdpl. 2. Bentuk wilayah daratannya sebagian besar datar dengan kemiringan berkisar :

 Kemiringan datar 0 – 3%, mencakup 71% (551.949 ha)

 Kemiringan lereng antara 3 – 8% mencakup 19% (147.705 ha),

 Kemiringan berombak sampai bergelombang 8 – 16 % mencakup luas 2% (15.548 ha) dan

 kemiringan > 16% (bergelombang sampai berbukit kecil) seluas 8% (62.191 ha) FISIOGRAFI

WILAYAH

Fisiografi Kabupaten Bengkalis terdiri atas wilayah daratan dan lautan yang mencakup gugusan pulau besar dan kecil. Merupakan dataran pantai pasang surut yang dipengaruhi langsung oleh aktivitas air laut.

Sebagian besar merupakan dataran yang berawa - rawa, yang terdiri dari rawa gambut, rawa lebak, dan rawa pasang surut dan hanya sebagian kecil yang merupakan lahan kering (± 20%). Lahan kering terbagi menjadi daerah dengan bentuk wilayah datar sampai dengan berbukit kecil.

HIDROLOGI Terdapat 12 aliran sungai, di Kecamatan Rupat, Kecamatan Bantan dan Kecamatan Bukit Batu. Sungai - sungai tersebut adalah Sungai Siak Kecil, Sungai Pakning, Sungai Bukit Batu, Sungai Senebak, Sungai Raya, Sungai Rempang, Sungai Nyiur, Sungai Sair, Sungai Penonton, Sungai Jangkang, Sungai Bantan Tengah, dan Sungai Kembung Luar. Diantara sungai yang ada di Kabupaten Bengkalis, yang sangat penting peranannya sebagai prasarana perhubungan utama dalam perekonomian penduduk adalah Sungai Siak dengan panjang 300 km, dan Sungai Siak Kecil 90 km

KLIMATOLOGI 1. Termasuk zone agroklimat E dengan sub zona agrolimat E3, yaitu daerah dengan jumlah bulan keringnya (curah hujan < 100 mm/bulan) 4 – 6 bulan dalam setahun, meliputi Kecamatan : Mandau, Pinggir, Rupat dan Rupat Utara

(41)

Pendahuluan Tinjauan Kebijakan Metodologi Profil Wilayah Identifikasi Potensi Permasalahan WP3K

Bengkalis Bantan Siak Kecil Bukit Batu Rupat Rupat Utara

KOMPOSISI PENDUDUK KAB. BENGKALIS

Perempuan Laki - Laki

(42)

Pendahuluan Tinjauan Kebijakan Metodologi Profil Wilayah Identifikasi Potensi Permasalahan WP3K Home

1. Peta dasar dan Citra satelit

2. Data Teristrial

a. Jenis tanah

b. Topografi

c. Kemiringan

(43)
(44)

N

Sebaran jenis Tanah di Kabupaten Bengkalis Haplohemists

(45)
(46)

KEC KEMIRINGAN LAHAN TOTAL

0 - 2% 2 - 5% 5 - 15% 15 - 25% 25 - 40% > 40%

KEC. BENGKALIS 16.160,5514 4.329,8232 11.662,3077 10.994,4375 2.643,7211 492,5453 46.283,3862

KEC. BANTAN 23.848,9247 2.997,6728 8.676,9865 7.881,5249 533,9166 58,3737 43.997,3992

KEC. SIAK KECIL 24.593,5476 9.384,2937 31.521,2647 11.647,7592 5.622,1164 1.443,5200 84.212,5016

KEC. BUKIT BATU 67.300,6487 15.333,5505 53.295,9902 36.059,9527 19.020,1673 7.946,9732 198.957,2826

KEC.RUPAT 57.749,9689 9.552,7481 20.287,3251 14.171,2791 8.191,5584 3.059,4645 113.012,3441

KEC. RUPAT UTARA 11.155,0590 3.281,3341 11.898,9427 8.441,0040 2.793,5249 1.036,0004 38.605,8650

KEC. MANDAU 25.161,6564 10.376,7688 53.473,5360 55.898,1337 34.554,4089 14.348,4595 193.812,9633

KEC. PINGGIR 10.477,4631 7.533,6323 42.335,0656 44.829,5130 29.344,5524 9.295,7907 143.816,0171

TOTAL 236.447,8198 62.789,8235 233.151,4185 189.923,6041 102.703,9660 37.681,1272 862.697,7591

(47)

Berdasarkan hasil analisis data, kedalaman perairan laut Kab. Bengkalis dan perairan sekitarnya berkisar 0 – 95 mdpl. Untuk kedalaman perairan di selat Bengkalis mulai dari Tg. Jati di Pulau Bengkalis hingga ke muara kuala siak, kedalaman maks 35 mdpl. Sedangkan kedalaman perairan di selat Rupat mulai dari Tg. Mumbul di Rupat Utara hingga Tg. Jering di Rupat Selatan, kedalaman perairan laut maksimal mencapai 20 mdpl. Untuk kedalaman perairan luar yaitu antara pulau Rupat dan Bengkalis dengan selat Malaka, yaitu mulai dari Tg. Medang di Rupat Utara hingga Tg. Parit di Bantan, kedalaman perairan laut mencapai 95 mdpl.

(48)

1

(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)

PROFIL PERAIRAN 3D

U

S

(57)

Pendahuluan Tinjauan Kebijakan Metodologi Profil Wilayah Identifikasi Potensi Permasalahan WP3K Home

1. Oseanografi

2. Geologi, Geomorfologi dan Morfologi Pantai

3. Penggunaan Lahan dan RTRW

4. Pemanfaatan Wilayah Laut

5. Ekosistem Sumberdaya Pesisir dan SDI

6. Resiko Bencana dan Pencemaran

7. Sumberdaya Air

8. Demografi dan Sosial

9. Ekonomi Wilayah

(58)

POLA GERAKAN ARUS PERMUKAAN TAHUN OKTOBER 1992 – JULI 2009

Pola arus permukaan bergerak sepanjang tahun dari tenggara ke barat laut Pergerakan arus di Selat Malaka juga dipengaruhi oleh dorongan arus sungai dari daratan Riu

Statsiun : Bengkalis

Maksimum : 314 cm

Minimum : 36 cm

Rata-rata : 180 cm

Nilai Formzahl : 0.2857

Tipe Pasut : Pasang surut campuran

(59)
(60)
(61)
(62)

Secara sebaran, formasi alluvium hampir berada di seluruh kecamatan dengan penjabaran Kec. Bengkalis seluas 4.439,8864 hektar, Kec.

Bantan seluas 9.205,4421

hektar, Kec. Siak Kecil seluas

51.002,6825 hektar, Kec.

Bukit Batu seluas

156.001,9361 hektar, Kec.

Rupat seluas 58.543,2818

hektar, Kec. Rupat Utara seluas 25.982,1944 hektar,

Kec. Mandau seluas

59.528,5539 hektar dan Kec.

Pinggir seluas 3.879,0908

hektar.

Formasi dominan adalah alluvium Pantai dan Kuarsa Portir. Formasi ini hampir mendominasi seluruh wilayah pesisir, sedangkan formasi petani dan formasi telisa berada di wilayah daratan yang cukup jauh dari pengaruh laut.

0.0000

Sebaran dan Formasi Geologi di Kabupaten Bengkalis

(63)

Secara geomorfologi bentang alam ; dapat dibedakan menjadi 2 satuan geomorfik (geomorfic unit): geomorfologi dataran sungai dan pantai, dan geomorfologi limpah banjir. Geomorfologi dataran sungai dan pantai. Satuan dataran sungai, menempati sebagian dari daerah studi diantaranya Sungai Jangkang, Bantan Tengah dan Kembung Luar di Kec. Bantan; Sungai Siak Kecil, Sungai Bukit Batu dan Sungai Pakning di Kecamatan Bukit Batu; serta Sungai Sinebak, Sungai Raya, Sungai Rempang, Sungai Nyiur dan Sungai Sair di Kec.Rupat dan Selat Malaka.

Daerah bentang alam tersebut berupa rawa pasang dan rataan lumpur. Lahannya berelief halus, dengan kemiringan lereng kurang dari 0,03 %. Karena ketinggiannya hampir sama dengan ketinggian muka air laut ketika pasang, maka daerah ini berpotensi tergenang oleh pasang harian air laut. Satuan daratan pantai merupakan daerah pengendapan sedimen baru. Pantai pada .lempung.Vegetasi utama terdiri dari hutan mangrove. Gejala pengikisan pantai hampir terjadi di seluruh areal ekosistem pulau di Kab.Bengkalis .

(64)

Kabupaten Bengkalis memiliki kharakteristik morfologi pantai yang sama dengan daerah estuari lainnya. Hampir sebagian besar pantai di wilayah tersebut adalah pantai rawa dengan kharakteristik banyak ditumbuhi mangrove dan vegetasi rawa lainnya seperti nipah. Substrat dasarnya merupakan lumpur yang berasal dari tanah endapan. Di bagian rupat utara terdapat pantai dengan morfologi berupa pantai lidah pasir (split beach). Tipe pantai ini tidak terlalu dominan, panjangnya hanya berkisar 5 kilometer, pantainya indah dengan pasir putih dan salah satu daerah yang potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata di Kabupaten Bengkalis. Sedangkan dibagian utara pulau Bengkalis tepatnya di kecamatan Bantan, karena tingginya tingkat abrasi maka di daerah tersebut dibangun pantai buatan dengan penahan ombak. Panjang pantai buatan tersebut lebih kurang 2 kilometer.

Morfologi Pantai

a. Morfologi Pantai rawa (Sebaran lokasi hampir seluruh wilayah)

a. Morfologi Pantai Berpasir (Sebaran lokasi Rupat utara)

(65)

SUBSTRAT DASAR PERAIRAN LAUT

Kabupaten Bengkalis terdiri dari batuan padu dan kerikil, lumpur, serta pasir dan lanau. Dasar perairan lumpur tersebat di muara sungai siak hingga ke selat panjang dan selat bengkalis serta pada bagian utara pulau bengkalis.

Dasar perairan lainnya

(66)

RTRW KABUPATEN BENGKALIS TAHUN 2011

2031

Alokasi ruang perairan untuk kegiatan perikanan telah diatur dalam RTRW Kabupaten Bengkalis, dimana kawasan peruntukan perikanan tangkap di wilayah Kabupaten Bengkalis sebagaimana disebutkan dalam

pasal (37), Perda RTRW Kabupaten Bengkalis Tahun 2011-2031, meliputi: Kecamatan Bengkalis dengan

luas kurang lebih 8.625 (delapan ribu enam ratus dua puluh lima) hektar; Kecamatan Bantan dengan luas

kurang lebih 25.060 (dua puluh lima ribu enam puluh) hektar;

Kecamatan Bukit Batu dengan luas kurang lebih 2.347 (dua ribu tiga ratus

empat puluh tujuh)

hektar; Kecamatan Siak

Kecil dengan luas kurang lebih 761 (tujuh ratus

enam puluh satu)

hektar; Kecamatan Rupat

dengan luas kurang lebih 17.280 (tujuh belas ribu dua ratus delapan puluh)

hektar; dan Kecamatan

(67)

0

PENGGUNAAN LAHAN DARAT (LANDUSE)

(68)
(69)

PENGGUNAAN LAHAN LAUT (SEAUSE)

• Penangkapan ikan.

• Pelabuhan.

• Alur pelayaran dan pipa gas.

• Kawasan konservasi ikan terubuk.

(70)

2

Jarang Sedang Rapat Total

Jarang Sedang Rapat Total

1 Rupat Utara 2192 9591 1010 12793

2 Rupat 4806 70 4876

3 Bantan 4584 4584 4 Bengkalis 77 2181 2258

Total 7075 16426 1010 24511 Kecamatan

No.

(71)

Gambar x. Kondisi dan Jenis Mangrove di Kabupaten Bengkalis Sumber : Hasil survey Tim BPSPL Padang, 2014.

N O

NAMA

LOKAL NAMA ILMIAH FAMILI

1 Piyai Acrosticum aureum Pteridaceae

2 Api-api Avicennia alba Avicenniaceae

3 Api-api Avicennia marina Avicenniaceae

4 Api-api Avicennia ovicinalis Avicenniaceae

5 Lenggadai Bruguiera cylindrica Rhizophoraceae

6 Tumu Bruguiera

gymnorrhiza

Rhizophoraceae

7 Lenggadai Bruguiera parviflora Rhizophoraceae

8 Tancang

sukun

Bruguiera sexangula Rhizophoraceae

9 Tenger/Tingi Ceriops tagal Rhizophoraceae

10 Buta-buta Excoecaria agallocha Euphorbiaceae

11 Teruntun Lumnitzera littorea Combretaceae

12 Teruntun Lumnitzera racemosa Combretaceae

13 Bakau

rangkak

Rhizophora apiculata Rhizophoraceae

14 Bakau hitam Rhizophora

mucronata

Rhizophoraceae

15 Pidada Sonneratia alba Sonneratiaceae

16 Perepat Sonneratia caseolaris Sonneratiaceae

17 Nyirih Xylacarpus

mollucensis

Meliaceae

18 Nyirih Xylocapus granatum Meliaceae

19 Nipa Nypa fruticans Palmaceae

(72)

1 2 3

4 5 6

(73)

7 8 9

10 11 12

(74)

7

10

(75)

1 2 3

4 5 6

(76)

7 8 9

10 11 12

(77)
(78)

Tabel 5. Descriptive Statistics – Parameter Kecerahan (cm)

c Statistic Statistic Statisti

c Statistic Std.

Error Statistic Statistic Statisti

Tabel 7. Descriptive Statistics - pH

N Range Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation Variance Skewness Kurtosis

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std.

Error Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

Std. Error

PH 27 1.50 7.00 8.50 7.3333 .08148 .42336 .179 1.487 .448 1.834 .872

Valid N

(79)

Tabel x. Descriptive Statistics – Salinitas (ppm)

N Range Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation Variance Skewness Kurtosis

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std.

Error Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

Std. Error SALINITAS 27 11.00 25.00 36.00 31.6667 .57981 3.01279 9.077 -.529 .448 .023 .872 Valid N

(listwise) 27

Tabel 7. Descriptive Statistics – DO (ppm)

N Range Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation Variance Skewness Kurtosis

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std.

Error Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

Std. Error DO 27 1.50 6.70 8.20 7.2852 .07055 .36659 .134 .467 .448 -.032 .872 Valid N

(80)

Tabel 7. Descriptive Statistics – BOD dan COD (ppm)

n Variance Skewness Kurtosis Statisti

(81)

Tabel 7. Descriptive Statistics – Nitrat dan Nitrit (mg/L)

N Range Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation Variance Skewness Kurtosis

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std.

Error Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

Std.

Deviation Variance Skewness Kurtosis

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std.

Error Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

Std. Error NITRIT 27 .274 .169 .443 .32663 .0018453 .0095883 .000 -.207 .448 -1.387 .872 Valid N

(82)

Tabel 9. Hasil Descriptive Statistics - Timbal (Pb), Tembaga (Cu), Kadmium (Cd), Seng (Zn) – mg/L

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation Variance Skewness Kurtosis

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std.

Error Statistic Statistic Statistic

Std.

Error Statistic Std.

Deviation Variance Skewness Kurtosis

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std.

Error Statistic Statistic Statistic

Std.

Error Statistic Std.

Deviation Variance Skewness Kurtosis

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std.

Error Statistic Statistic Statistic

Std.

Error Statistic Std.

Deviation Variance Skewness Kurtosis

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std.

Error Statistic Statistic Statistic

Std.

Error Statistic Std. Error

Zn 27 .0034 .0227 .0261 .024181 .0002789 .0014491 .000 .162 .448 -1.693 .872

Valid N

(83)
(84)
(85)

Pendahuluan Tinjauan Kebijakan Metodologi Profil Wilayah Identifikasi Potensi Permasalahan WP3K Home

Zonasi sebagai bentuk rekayasa teknis dalam pemanfaatan ruang, maka dalam mengelompokkan suatu kawasan pesisir dan pulau kecil ke dalam zona-zona harus dilakukan sesuai dengan potensi wilayah.

Identifikasi potensi wilayah dilakukan dengan memperhatikan kondisi fisik dan kharakteristik bio-fisik dan kimiawi perairan sesuai dengan tingkat kesesuaian kegiatan dan spesies target perikanan yang akan di eksplorasi :

1. Potensi Ekosistem Pesisir

2. Perikananan Budidaya (marine culture). 3. Perikanan Tangkap (fishing).

(86)

Pendahuluan Tinjauan Kebijakan Metodologi Profil Wilayah Identifikasi Potensi Permasalahan WP3K Home

(87)
(88)
(89)
(90)

Pendahuluan Tinjauan Kebijakan Metodologi Profil Wilayah Identifikasi Potensi Permasalahan WP3K Home

Penerapan SIKBES Ikan untuk Penyusunan Deliniasi Zona Perikanan Tangkap

Pelagis di Perairan Bengkalis, Propinsi Riau.

Perangkat lunak SIKBES-IKANdibangun dalam rangka memindahkan kearifan

dan pengetahuan tentang kelautan dan perikanan yg diwarisi secara turun

temurun menjadi pengetahuan teknis untuk prediksi yang lebih akurat

keadaan perikanan guna memastikan kelestarian dan optimasi

pemanfaatan sumberdaya laut di Indonesia.

Disusun oleh :

(91)

STAGE. 1 OCEAN COLOR

STAGE. 2

KOREKSI GEOMETRIK STAGE. 2A

PEMILIHAN ALGORITMA ARUS GEOSTROPHYC

STAGE. 3

PEMILIHAN ALGORITMA KLOROFIL-a SUHU PERMUKAAN LAUT

STAGE .4

ANALISIS ONTOLOGI FISHING GROUND START

(92)

Name = G-10

TANGKAP IKAN PELAGIS

Densitas

(93)

Pola penyebaran kepadatan (ekor/1000 m3) ikan pelagis pada kedalaman antara 5 - 15 m di perairan

Bengkalis, Oktober 2009.

Pola penyebaran kepadatan (ekor/1000 m3) ikan demersal di perairan Bengkalis, Oktober 2009.

(94)

Tinggi Sedang

Rendah

Densitas

(95)

Pendahuluan Tinjauan Kebijakan Metodologi Profil Wilayah Identifikasi Potensi Permasalahan WP3K Home

Hutan mangrove di Kab. Bengkalis memiliki potensi untuk dikembangkan sesuai dengan fungsinya, seperti fungsi ekologi (nursery ground, spawning ground, habitat satwa liar), fungsi sosial ekonomi (penghasil kayu untuk bahan baku arang, kayu bakar, tiang pancang, chip, wisata alam) dan fungsi fisik (penahan erosi/abrasi pantai, penahan angin).

Dominasi fungsi ekonomi sejak lama telah dimanfaatkan oleh masyarakat yang berdomisili di sekitar kawasan mangrove yang akhirnya berdampak pada penurunan mangrove baik kualitas maupun kuantitasnya. Penurunan luas hutan mangrove secara

(96)

2004 2005 2009 2010 2011 2014

Data Series Luas Hutan Mangrove Kabupaten Bengkalis Tahun 2004 - 2014

TAHUN LUAS (Ha)

TAHUN LUAS (Ha) PERUBAHAN

LUAS (Ha)

PERSEN

TASE SUMBER

2004 38.763 Laporan Neraca

Sumberdaya Lahan

Pesisir Valuasi Ekonomi Hutan Mangrov e Prov insi

Riau Tahun 2003

2005 36.047 -2.716 -7 Analisis Citra Landsat,

2005 Oleh Tim MCRMP

2009 25.849 -10.198 -28 SLHD Bengkalis Tahun

2010

2010 27.673 1.824 7 SLHD Bengkalis Tahun

2011

2011 29.330 1.657 6 SLHD Bengkalis Tahun

2012

2014 24.511 -4.819 -16 Analisis Citra Landsat,

2013 Oleh Tim BPSPL Padang

REGRESSION ANALYSIS – Pengurangan Luas (Ha)

(97)
(98)

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE

No Komponen

Nilai Konstan Per Tahun

Nilai Bersih Sekarang (NPV) (10 tahun, tingkat diskonto 10%)

(dalam Rp/hektar)

Nilai Konstan per Tahun

Nilai Bersih Sekarang (NPV) (10 tahun, tingkat diskonto 10%)

(dala m Rp/hektar)

1 Penahan abrasia) 4.082.857 25.087.389

2 Pencegah intrusib) 1.097.400 6.743.048

3 Penyedia makanan bagi

satwa akuatikc)

896.143 5.506.411

Total 6.076.400 25.087.000

(10 tahun, tingkat diskonto 10%)

Nilai Konstan Per Tahun

Nilai Bersih Sekarang (NPV) (10 tahun, tingkat diskonto 10%)

Nilai Manfaat Konstant NPV

(Rp/ha/thn) (i=10%,t=10thn)

(Rp/ha)

A Nilai Kegunaan Langsung 7,363,121 125,173,057 28.27

B Nilai Kegunaan Tidak langsung 6,076,400 103,298,800 23.33

C Nilai Pilihan 5,080,572 86,369,724 19.50

D Nilai Keberadaan 5,559,783 94,516,311 21.34

E Nilai Potensial 1,968,920 33,471,640 7.56

Jumlah A+B+C+D 88,354,422 442,829,532 100.00

(99)

Nilai Manfaat Konstant NPV

(Rp/ha/thn) (i=10%,t=10thn)

(Rp/ha)

A Nilai Kegunaan Langsung 7,363,121 125,173,057 28.27

B Nilai Kegunaan Tidak langsung 6,076,400 103,298,800 23.33

C Nilai Pilihan 5,080,572 86,369,724 19.50

D Nilai Keberadaan 5,559,783 94,516,311 21.34

E Nilai Potensial 1,968,920 33,471,640 7.56

Jumlah A+B+C+D 88,354,422 442,829,532 100.00

No Jenis Manfaat %

Nilai Kegunaan Langsung

Nilai Kegunaan Tidak langsung

Nilai Pilihan

Nilai Keberadaan

Nilai Potensial

Sumberdaya mangrove di Kabupaten Bengkalis, memiliki nilai manfaat lain yang lebih besar (71,73 %) jika dibandingkan dengan nilai manfaat langsung (28 %), dimana pemanfaatan ekosistem mangrove secara langsung (nilai kegunaan langsung)

terbukti mendegradasi sumberdaya

mangrove.

(100)

Gambar

Gambar x. Morfologi Pantai di Kabupaten Bengkalis
Gambar x. Kondisi dan Jenis Mangrove di Kabupaten Bengkalis
Tabel 7. Descriptive Statistics - pH
Tabel x. Descriptive Statistics – Salinitas (ppm)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Jika dilakukan observasi di lokasi kejadian kecelakaan, pemasangan rambu rambu sementara yang dilakukan petugas layanan jalan tol belum sesuai dengan aturan SK DIREKSI

Laki-Laki Jumlah Kabupaten/Kota : 33.15 GROBOGAN.

Kelemahan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta saat ini adalah sebagai berikut: (1) pengembangan kampus belum terpadu dan memperhitungkan

Sosialisasi pada ibu-ibu sekitar RPTRA dilakukan dengan sedikit penjelasan mengenai hidroponik dan dilanjutkan dengan aktivitas pembuatan media tanam, menyemai benih,

Jika salah satu pemain mengatakan suatu angka, pemain lain harus mengatakan angka yang lebih besar 1 hingga 10 angka dari angka tersebut. Dan begitu seterusnya hingga

Dari hasil penelitian ini, telah dihasilkan suatu Sistem Informasi Geografis Jalur Angkutan Umum di Kota Manado berbasis mobile web yang dapat digunakan sebagai sarana

Perencanaan kapasitas yang dilakukan pada work centre Pemotongan Plat adalah penyesuaian beban kerja (re-adjusment), pada work centre Gerinda dan Polish adalah dengan

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database