• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Lat ar Belakang Seni Budaya

Pengertian Seni

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Seni, memiliki tiga arti antara lain: a. Seni diartikan halus, kecil dan halus, tipis, lembut dan enak didengar, mungil dan elok. b. Keahlian membuat karya bermutu (dilihat dari segi keindahan dan kehalusannya) c. kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi

Menurut Ki Hajar Dewantara, seni merupakan perbuatan manusia yang timbul dari perasaannya dan bersifat indah sehinga dapat menggerakkan jiwanya.

udaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata

culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.[1]Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.[1] Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.[1]

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia

Seni merupakan suatu karya yang dibuat atau diciptakan dengan kecakapan yang luar biasa sehingga merupakan sesuatu yang elok atau indah. Kebutuhan akan seni budaya merupakan kebutuhan manusia yang lebih tinggi diantara urutan kebutuhan lainnya. Seni budaya berkaitan langsung dengan kesejahteraan, keindahan, kebijaksanaan, ketentraman, dan pada puncaknya merupakan proses evolusi manusia untuk makin dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, seni budaya akan berkembang apabila masyarakat makmur dan sejahtera.

(2)

Berikut ini adalah Pengertian dan definisi seni budaya menurut para ahli:

# HARRY SULASTIANTO

Sei budaya merupakan suatu keahlian mengekspresikan ide-ide dan pemikiran estetika, termasuk mewujudkan kemampuan serta imajinasi pandangan akan benda, suasana, atau karya yang mampu menimbulkan rasa indah sehingga menciptakan peradaban yang lebih maju

# M. THOYIBI

Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan sejarah peradaban manusia.

# IDA BAGUS PUTU PERWITA

Seni budaya merupakan penunjang sarana upacara adat

# SARTONO KARTODIRDJO

Seni budaya merupakan sistem yang koheren karena seni budaya dapat menjalankan komunikasi efektif, antara lain dengan melalui satu bagian saja dapat menunjukkan keseluruhannya

1.2 Tujuan Seni Budaya

TUJUAN SENI

Setiap karya seni baik itu seni rupa, musik, Tari, atau Teater tidak hadir begitu saja dalam kehidupan manusia tentunya para seniman atau pengrajin mempunyai tujuan – tujuan tertentu dalam menciptakan karya – karya tersebut. Adapun tujuan adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Ritual

Suatu karya seni yang diciptakan untuk tujuan ritual (upacara agama) bisaanya memiliki aturan – aturan tertentu harus disepakati berasama oleh para penganutnya. Aturan ini mengakibatkan dihasilkannya karya seni yang baku (konvensional) dan diwariskan secara turun temurun (tradisional). Misalnya setiap patung – patung Hindu harus diberi atribut – atribut keDewaan (laksana), pembuatan kaligrafi harus memancarkan keagungan dan kesucian Al-Qur’an dan sebagainya.

2. Tujuan Ekspresi

Kegiatan seni untuk tujuan ekspresi, yaitu seni yang hanya semata – mata sebagai media untuk mengungkapkan berbagai perasaan dan pengalaman batin pencipta. Hasil karyanya memiliki ciri – ciri yang mandiri mempunyai kepribadian yang original.

3. Tujuan Komersial

(3)

ekonomi. Jenis karya seni ini erat kaitannya dengan dunia perdagangan yang dibutuhkan oleh masyarakat

BAB II

SEKILAS TENTANG SENI BUDAYA 2.1 Pengert ian

Arti Seni

Seni pada mul anya adal ah proses dari manusi a, dan ol eh karena it u merupakan sinonim dari il mu. Dewasa ini, seni bisa dil ihat dal am int isari ekspresi dari kr eat i vit as manusia. Seni j uga dapat diart ikan dengan sesuat u yang dicipt akan manusia yang mengandung unsur keindahan.

seni adal ah suat u cara dar i diri kit a sendi ri unt uk mengekspresi kan sesuat u, yang mungkin t idak dapat kit a ungkapkan dengan kat a2 dan bisa dengan musik, bisa dengan l ukisan, bisa dengan t ari an sesuai dengan cir i khasnya.

Karena Seni it u sangat l uas maka perl u kit a pel aj ar i Art i Seni Menurut berbagai Sumber

Bangsa Indonesia sebagai negar a yang beraneka ragam budaya (BHINEKA TUNGGAL IKA), yang sekal igus merupakan ciri khas dan asset dari bangsa Indonesia, memang sebagian besar dari generasi muda sudah banyak sekal i j enis-j enis kebudayaan di mil iki bangsa t erl upakan dari i ngat an gener asi bangsa Indonesia, t idak banyak orang yang perdul i dengan keberadaan budaya, apakah akan berkembang at au menciut , dan pemberian apr esiasi kepada peci nt a seni dan budaya pun t idak banyak, seol ah-ol ah keingi nan unt uk mengembangkan budaya t idak ada dal am benak sangpenerus bangsa. Tidak seharusnya j uga kit a mel upakan dikarenakan perkembangan zaman dan pengar uh dari budaya barat yang memang sangat berbeda j auh dengan akar budaya yang t ert anam sej ak Indonesi a Merdeka.

Para pengol ah seni bukan t idak mau mewari skan budaya-budaya yang memang t urun t emurun dari l el uhur pewaris budaya, t et api keingi nan dar i sang penerus yang memang sudah enggan karena beranggapan bahwa seni nenekmoyangnya yang ada di Indonesia, sudah t idak l evel l agi dengan pergaul an yang hampir kebabl asan akibat pengar uh per ubahan zaman.

(4)

Berbeda-beda t api sat u t uj uan “ Bhi neka Tunggal Ika” dengan ber aneka ragam seni dan budaya t api t et ap Bangsa Indonesi a, apakah memang kebudayaan t urun t emurun ini akan hil ang dit er j ang badai zaman yang t i dak menent u, dan kapankah kebangkit an kebudayaan Indonesia akan kembal i di banggakan ol eh sel uruh rakyat Indonesia, dan menj adi t ameng Indonesi a kepada bangsa l ai n bahwa bangsa Indonesi a memang l ayak unt uk diperhit ungkan.

Art i budaya

Budaya at au kebudayaan berasal dari bahsa sangsakert a yait u buddhayah, yang merupakan bent uk j amak dar i buddhi (budi at au akal ) diart ikan sebagai hal -hal yang berkait an dengan budi dan akal manusia. Dal am bahasa Inggris, kebudayaan disebut cul t ure, yang berasal dari kat a l at in Col ere, yait u mengol ah at au mengerj akan. Bisa diart ikan j uga sebagai mengol ah t anah at au bert ani. Kat a cul t ure j uga kadang dit erj emahkan sebagai “ kul t ur” dal am bahasa Indonesi a.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat . Mel vil l e Jean Herskovit s (1895 – 1963) dan Bronisław Kasper Malinowski (1884-1942) mengemukakan bahwa segal a sesuat u yang t erdapat dal am masyarakat dit ent ukan ol eh kebudayaan yang dimil iki ol eh masyarakat it u sendi ri. Ist il ah unt uk pendapat it u adal ah Cul t ural-Det erminism. Herskovit s memandang kebudayaan sebagai sesuat u yang t ur un t emurun dari sat u generasi ke generasi yang l ai n, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andr eas Eppink, kebudayaan mengandung kesel uruhan pengert ian, nil ai, norma, il mu penget ahuan sert a kesel uruhan st rukt ur-st r ukt ur sosial , rel igius, dan l ain-l ain, t ambahan ain-l agi segaain-l a pernyat aan i nt eain-l ekt uaain-l dan art ist ik yang menj adi cir i khas suat u masyar akat .

Menurut Si r Edward Burnet t Tyl or (1832-1917), kebudayaan mer upakan kesel uruhan yang kompl eks, yang di dal amnya t er kandung penget ahuan, kepercayaan, keseni an, moral , hukum, adat i st iadat , dan kemampuan-kemampuan l ai n yang didapat seseor ang sebagai anggot a masyarakat . Sedangkan menur ut Kanj eng Pangeran Haryo Prof . Dr . Sel o Soemardj an dan Soel aiman Soemardi, kebudayaan adal ah sarana hasil karya, rasa, dan cipt a masyarakat .

Dari berbagai def ini si t ersebut , dapat diperol eh pengert ian mengenai kebudayaan yait u sist em penget ahuan yang mel iput i si st em ide at au gagasan yang t erdapat dal am pikiran manusia, sehingga dal am kehidupan sehar i-hari , kebudayaan it u ber sif at abst rak. Sedangkan perwuj udan kebudayaan adal ah benda-benda yang dicipt akan ol eh manusia sebagai makhl uk yang berbudaya, berupa peril aku dan benda-benda yang bersi f at nyat a, misal nya pol a-pol a peril aku, bahasa, peral at an hidup, organisasi sosial , rel igi, seni , dan l ain-l ain, yang kesemuanya dit uj ukan unt uk membant u manusia dal am mel angsungkan kehidupan bermasyar akat .

(5)

Kebudayaan Indonesia dapat didef ini sikan sebagai sel uruh kebudayaan l okal yang t el ah ada sebel um bent uknya nasional Indonesia pada t ahun 1945. Sel uruh kebudayaan l okal yang berasal dari kebudayaan ber aneka ragam suku-suku di Indonesia merupakan bagi an int egral daripada kebudayaan Indonesia.

Kebudayaan Indonesia wal au beraneka r agam, namun pada dasar nya t erbent uk dan dipengar uhi ol eh kebudayaan besar l ainnya sepert i kebudayaan Tionghoa (dar i cina), kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan Indi a t er ut ama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Budhha di Nusant ara j auh sebel um Indonesia t erbent uk. Keraj aan-keraj aan yang bernaf askan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusant ara pada abad ke-5 Masehi dit andai dengan berdiri nya ker aj aan t ert ua di Nusant ara, Kut ai, sampai pada penghuj ung abad ke-15 Masehi .

Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengar uhi kebudayaan Indonesi a kar ena int eraksi perdagangan yang i nt ensi f ant ara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusant ara (Sriwi j aya). Sel ain it u, banyak pul a yang masuk bersama per ant au-perant au Tionghoa yang dat ang dar i daerah sel at an Tiongkok dan menet ap di Nusant ara. Mereka menet ap dan meni kahi penduduk l okal menghasil kan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan l okal yang unik. Kebudayaan sepert i inil ah yang kemudian menj adi sal ah sat u akar daripada kebudayaan l okal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Bet awi.

Kebudayaan Arab masuk bersama penyebar an agama Isl am ol eh pedagang-pedagang Arab yang singgah di Nusant ara dal am per j al anan mer eka menuj u Tiongkok.

2.2

BAB III

PEM BAHASAN SENI BUDAYA

3.1 Kebudayaan Sunda

Budaya Sunda adalah budaya yang t um buh dan hidup dalam m asyarakat Sunda. Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat m enjunjung t inggi sopan sant un. Pada um um nya karakt er m asyarakat Sunda adalah periang, ram ah-t am ah (someah), m urah senyum , lem ah-lem but , dan sangat m enghorm at i

orangt ua. It ulah cerm in budaya m asyarakat Sunda. Di dalam bahasa Sunda diajarkan bagaim ana m enggunakan bahasa halus unt uk berbicara dengan orang yang lebih t ua.

(6)

budaya Sunda t ent ang jalan m enuju keut am aan hidup. Et os dan w at ak Sunda it u adalah cageur, bageur, singer dan pint er, yang dapat diart ikan " sem buh" (w aras), baik, sehat (kuat ), dan cerdas. Kebudayaan Sunda juga m erupakan salah sat u kebudayaan yang m enjadi sum ber kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam perkem bangannya perlu di lest arikan. Sistem kepercayaan spirit ual t radisional Sunda adalah

Sunda Wiw it an yang m engajarkan keselarasan hidup dengan alam . Kini, ham pir sebagian besar m asyarakat Sunda beragam a Islam, nam un ada beberapa yang t idak beragam a Islam , w alaupun berbeda nam un pada dasarnya seluruh kehidupan di t ujukan unt uk kebaikan di alam sem est a.

Kebudayaan Sunda m em iliki ciri khas t ert ent u yang mem bedakannya dari kebudayaan–kebudayaan lain. Secara um um m asyarakat Jaw a Barat at au Tat ar Sunda, dikenal sebagai masyarakat yang lem but , religius, dan sangat spirit ual. Kecenderungan ini t am pak sebagaimana dalam pam eo silih asih, silih asah dan silih asuh; saling m engasihi (m engut am akan sifat w elas asih), saling m enyem purnakan at au m em perbaiki diri (m elalui pendidikan dan berbagi ilm u), dan saling m elindungi (saling m enjaga keselam at an). Selain it u Sunda juga m em iliki sejumlah nilai-nilai lain sepert i kesopanan, rendah hat i t erhadap sesam a, horm at kepada yang lebih t ua, dan m enyayangi kepada yang lebih kecil. Pada kebudayaan Sunda keseim bangan m agis di pert ahankan dengan cara m elakukan upacara-upacara adat sedangkan keseim bangan sosial m asyarakat Sunda m elakukan got ong-royong unt uk m em pert ahankannya.

Budaya Sunda memiliki banyak kesenian, diantaranya adalah kesenian sisingaan, tarian khas Sunda, wayang golek, permainan anak-anak, dan alat musik serta kesenian musik tradisional Sunda yang bisanya dimainkan pada pagelaran kesenian.

Sisingaan adalah kesenian khas sunda yang menampilkan 2–4 boneka singa yang diusung oleh para pemainnya sambil menari. Sisingaan sering digunakan dalam acara tertentu, seperti pada acara khitanan.

Wayang golek adalah boneka kayu yang dimainkan berdasarkan karakter tertentu dalam suatu cerita perwayangan. Wayang dimainkan oleh seorang dalang yang menguasai berbagai karakter maupun suara tokoh yang di mainkan.

Jaipongan adalah pengembangan dan akar dari tarian klasik .

Tarian Ketuk Tilu , sesuai dengan namanya Tarian ketuk tilu berasal dari nama sebuah instrumen atau alat musik tradisional yang disebut ketuk sejumlah 3 buah.

Alat musik khas sunda yaitu, angklung , rampak kendang, suling,kecapi,goong,calung. Angklung adalah instrumen musik yang terbuat dari bambu , yang unik , enak didengar angklung juga sudah menjadi salah satu warisan kebudayaan Indonesia.

(7)

3.1.1 Rum ah Adat

(8)

3.1.2 Seni Rupa/ Tari

Mungkinkah kita dapat mencari dan menemukan konsep keindahan atau katakanlah estetika dalam budaya rupa (visual culture) Sunda? Berdasarkan tujuh ciri universal kebudayaan Koentjaraningat yang legendaris itu, yang salah satunya kesenian, tentu pertanyaan itu bisa dijawab sangat mungkin. Karena kesenian dalam berbagai bentuknya ada dalam kebudayaan Sunda dan konsep keindahan atau katakanlah estetika merupakan rohnya kesenian.

Upaya yang dapat dilakukan salah satunya berupa penelusuran ke bentuk atau artefak budaya rupa hasil karya manusia Sunda zaman bihari, kemarin, dan sekarang, kemudian dicari latar dan makna atau konsep keindahan yang membentuk artefak tersebut. Gambaran masyarakat masa lalu termasuk konsep keindahan dapat ditelusuri pada naskah Sunda Kuno yang telah dialihaksara dan dialihbahasa oleh ahlinya, mulai dari KF Holle, CM Pleyte, dan J. Noordyun sampai Drs Atja, Saleh Danasasmita, Ayatrohaedi, Edi S. Ekadjati, Tien Wartini, dan Undang Ahmad Darsa.

Cara lainnya adalah dengan menelusuri budaya lisan dalam bentuk babasan dan paribasa.

Naskah Sunda Kuno

Dalam Sewaka Darma dan Sanghyang Siksakandang Karesian (SSKK) (Saleh Danasasmita, dkk, 1987) dan Kropak 420 (Undang A. Darsa, Edi S. Ekadjati, 2006) ditemukan berbagai kata yang mengacu pada kata indah dan keindahan dalam berbagai konteks. Misalnya dalam Sewaka Darma (lempir 35) ditemukan kalimat tempat yang diperindah yaitu taman dengan cara membuat komposisi dari berbagai jenis tanaman yang masing-masing memiliki ciri khas seperti warna, bentuk bunga, dan ketinggian yang beragam.

(9)

mengalir mulus. Dalam SSKK ini pula terdapat berbagai sebutan pertukangan serta karyanya. Dalam seni ukir, dikenal model naga-nagaan, barong-barongan, ukiran burung, ukiran kera, dan ukiran singa. Ahlinya disebut Maranggi. Dalam seni lukis, dikenal model pupunjengan, hihinggulan, kekembangan, alas-alasan, urang-urangan, memetahan, sisirangan, taruk hata, kembang teratai. Juga dalam seni batik, pandai besi yang masing-masing lengkap beserta berbagai sebutan model, bentuk atau motif. Tinggal dicari arti setiap istilah ke dalam pengertian sekarang. Dalam seni lukis, misalnya, dikenal model urang-urangan, bila "urang" dipahami "orang", maka itu artinya lukisan dengan objek berupa manusia.

Dalam Sewaka Darma (lempir 56-57) ditemukan konsep keindahan dalam konteks metafisika yaitu tentang kematian sebagai bentuk yang sempurna. Sedang pada lempir 63 terdapat gambaran rumah yang indah yang digambarkan dengan

serbakencana, bersinar semarak seperti bintang timur, seperti bulan sedang purnama dan segar seperti hari cerah sehabis hujan. Penggambaran istana kahyangan (lempir ke 51, 52 dan 53) tampak sangat rinci menceritakan

konstruksi bangunan dan material yang dipakai. Misalnya istana Batara Isora di Timur, bahannya serbaperak, tiang dari bahan perak berukir, atap perak cina, bubungan perak berlinggakan permata, lantai perak malaka dan dinding perak keling. Gambaran yang imajinatif ini tentu untuk mencitrakan

kesempurnaan hunian para dewa dan hyang. Artefak budaya hunian

Gambaran artefak budaya hunian Sunda bihari terdapat dalam naskah Sunda Kuno dan inkripsi pada prasasti seperti Batutulis Bogor dan laporan Tome Pires. Pires, seorang pelaut Portugis yang sekitar tahun 1513 tiba di pelabuhan Sundakalapa, meskipun singkat tapi cukup memberi gambaran sekaligus konfirmasi terhadap keterangan dari naskah Sunda Kuno mengenai adanya

bangunan keraton Pakuan Pajajaran. Laporan Pires menunjukkan adanya bangunan yang indah dengan atap dari ijuk atau rumbia (palm leaf) dan kayu. Kediaman raja memiliki 330 pilar kayu setebal tong anggur dengan tinggi lima depa dengan pekerjaan kayu (ukiran) yang indah pada bagian atas pilar. Laporan Pires yang sampai menjelaskan jumlah pilar, tampaknya berdasarkan model bangunan antik Barat yang dicirikan dengan bentuk pilar (kolom) dengan model masing-masing yang khas seperti Dorik, Ionik, Tuskan, dan Korintian.

Sementara itu, budaya hunian Sunda kemarin dapat dilihat pada berbagai rumah dan kampung adat atau vernakular yang tersebar di seluruh Jawa Barat dan Banten. Disebut kemarin karena membawa konsep zaman bihari misalnya

kosmologi. Di kampung adat, bangunan tidak boleh menggunakan material yang berbahan tanah karena tanah adalah dunia bawah atau buana larang, tempat untuk orang yang telah mati.

Material vernakular seperti ijuk atau nipah untuk atap, anyaman bambu untuk dinding seperti yang terdapat di rumah kampung adat, dalam kebudayan

kontemporer dipakai sebagai identitas lokal.

(10)

Uniknya, dalam perjalanan waktu, masih ada di sana-sini berbagai kampung adat atau kampung budaya lokal yang masih memberikan gambaran budaya rupa pada masa lalu. Sementara itu, transformasi budaya juga terjadi dengan bentuknya yang unik termasuk alih fungsi artefak budaya. Aseupan (kukusan) yang semula perabot untuk menanak nasi dibawa ke kota untuk dijadikan kap lampu di kafe-kafe

3.2 Kebudayaan Bat ak

Kerajaan Bat ak didirikan oleh seorang Raja dalam negeri Toba sila-silahi (silalahi) lua’ Baligi (Luat Balige), kam pung Parsoluhan, suku Pohan. Raja yang bersangkut an adalah Raja Kesakt ian yang bernam a Alang Pardoksi (Pardosi). M asa kejayaan kerajaan Bat ak dipim pin oleh raja yang bernam a. Sult an M aharaja Bongsu pada t ahun 1054 Hijriyah berhasil mem akm urkan negerinya dengan berbagai kebijakan polit iknya.

DESKRIPSI LOKASI

Suku bangsa Bat ak dari Pulau Sum at ra Ut ara. Daerah asal kediam an orang Bat ak dikenal dengan Darat an Tinggi Karo, Kangkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Sim alungun, Toba, M andailing dan Tapanuli Tengah. Daerah ini dilalui oleh rangkaian Bukit Barisan di daerah Sum at ra Ut ara dan t erdapat sebuah danau besar dengan nam a Danau Toba yang m enjadi orang Bat ak. Dilihat dari w ilayah administ rat ive, mereka m endiami wilayah beberapa Kabupat en at au bagaian dari w ilayah Sum at ra Ut ara. Yait u Kabupat en Karo,

Sim alungun, Dairi, Tapanuli Ut ara, dan Asahan.

UNSUR BUDAYA

A. Bahasa

Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang Bat ak m enggunakan beberapa logat , ialah: (1)Logat Karo yang dipakai oleh orang Karo; (2) Logat Pakpak yang dipakai oleh Pakpak; (3) Logat Sim alungun yang dipakai oleh Sim alungun; (4) Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan M andailing.

B. Penget ahuan

Orang Bat ak juga mengenal sist em got ong-royong kuno dalam hal bercocok t anam . Dalam bahasa Karo akt ivit as it u disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal it u disebut M arsiurupan. Sekelom pok orang t et angga at au kerabat dekat bersam a-sam a m engerjakan t anah dan m asing-m asing anggot a secara bergiliran. Raron it u m erupakan sat u pranat a yang keanggot aannya sangat sukarela dan lam anya

berdiri t ergant ung kepada perset ujuan pesert anya.

C. Teknologi

(11)

senjat a t radisional yait u, piso surit (sejenis belat i), piso gajah dom pak (sebilah keris yang panjang), hujur (sejenis t om bak), podang (sejenis pedang panjang). Unsur t eknologi lainnya yait ukain ulos yang m erupakan kain t enunan yang mem punyai banyak fungsi dalam kehidupan adat Bat ak.

D. Organisasi Sosial

a. Perkaw inan

Pada t radisi suku Bat ak seseorang hanya bisa menikah dengan orang Bat ak yang berbeda klan sehingga jika ada yang menikah dia harus m encari pasangan hidup dari m arga lain selain m arganya. Apabila yang m enikah adalah seseorang yang bukan dari suku Bat ak m aka dia harus diadopsi oleh salah sat u m arga Bat ak (berbeda klan). Acara t ersebut dilanjut kan dengan prosesi perkaw inan yang dilakukan di gereja

karena m ayorit as penduduk Bat ak beragam a Krist en.

Unt uk m ahar perkaw inan-saudara m em pelai w anit a yang sudah m enikah.

b. Kekerabat an

Kelom pok kekerabat an suku bangsa Bat ak berdiam di daerah pedesaan yang disebut Hut a at au Kut a m enurut ist ilah Karo. Biasanya sat u Hut a didiam i oleh keluarga dari sat u m arga.Ada pula kelom pok kerabat yang disebut m arga t aneh yait u kelom pok parit eral ket urunan pendiri dari Kut a. M arga t ersebut t erikat oleh sim bol-sim bol t ert ent u m isalnya nam a marga. Klen kecil t adi m erupakan kerabat pat rilineal yang m asih berdiam dalam sat u kaw asan. Sebaliknya klen besar yang anggot anya sdah banyak hidup t ersebar sehingga t idak saling kenal t et api m ereka dapat m engenali anggot anya m elalui nam a marga yang selalu disert akan dibelakang nam a kecilnya, St rat ifikasi sosial orang Bat ak didasarkan pada em pat prinsip yait u : (a) perbedaan t igkat um ur, (b) perbedaan pangkat dan jabat an, (c) perbedaan sifat

keaslian dan (d) st at us kaw in.

E. M at a Pencaharian

Pada um um nya m asyarakat bat ak bercocok t anam padi di saw ah dan ladang. Lahan didapat dari pem bagian yang didasarkan m arga. Set iap kelurga m andapat t anah t adi t et api t idak boleh m enjualnya. Selain t anah ulayat adapun t anah yang dim iliki perseorangan . Pert ernakan juga salah sat u m at a pencaharian suku bat ak ant ara lain pert ernakan kerbau, sapi, babi, kam bing, ayam , dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekit ar danau Toba. Sekt or kerajinan juga berkem bang. M isalnya t enun, anyam an rot an, ukiran kayu, t em m bikar, yang ada

kait anya dengan pariwisat a.

F. Religi

(12)

yang dimiliki seseorang; Begu : Tondinya orang yang sudah m at i. Orang bat ak juga percaya akan

kekuat an sakt i dari jim at yang disebut Tongkal.

G. Kesenian

Seni Tari yait u Tari Tor-t or (bersifat m agis); Tari seram pang dua belas (bersifat hiburan). Alat M usik t radisional : Gong; Saga-saga. Hasil kerajinan t enun dari suku bat ak adalah kain ulos. Kain ini selalu dit am pilkan dalam upacara perkawinan, m endirikan rum ah, upacara kem at ian, penyerahan hart a w arisan, m enyam but t am u yang dihorm at i dan upacara m enari Tor-t or. Kain adat sesuai dengan sist em keyakinan yang diw ariskan nenek m oyang .

3.2.1 Rum ah Adat

Rumah adat tradisional khas Batak disebut Ruma Batak.

Dalam masyarakat suku Batak, bidang seni rupa memang menonjol, dan salah satu hasilnya adalah arsitektur rumah adat tradisionalnya.

Rumah adat suku Batak merupakan merupakan perpaduan dari hasil seni pahat dan seni ukir serta hasil seni kerajinan.

Arsitektur rumah adat terdapat dalam berbagai bentuk ornamen.

Hmm.. coba kamu perhatikan, pada umumnya bentuk bangunan rumah adat pada kelompok adat Batak melambangkan "kerbau berdiri tegak".

(13)

3.2.2 Seni Rupa / Tari

3.3 Kebudayaan M inangkabau

Budaya Minangkabau adalah kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau dan berkembang di seluruh kawasan berikut daerah perantauan Minangkabau. Budaya ini merupakan salah satu dari dua kebudayaan besar di Nusantara yang sangat menonjol dan berpengaruh. Budaya ini memiliki sifat egaliter, demokratis, dan sintetik, yang menjadi anti-tesis bagi kebudayaan besar lainnya, yakni budaya Jawa yang bersifat feodal dan sinkretik.[1]

Berbeda dengan kebanyakan budaya yang berkembang di dunia, budaya Minangkabau menganut sistem matrilineal baik dalam hal pernikahan, persukuan, warisan, dan sebagainya.

(14)

(Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Barat, Nagan Raya, dan Kabupaten Aceh Tenggara), hingga Negeri Sembilan di Malaysia.

Budaya Minangkabau pada mulanya bercorakkan budaya animisme dan Hindu-Budha.

Kemudian sejak kedatangan para reformis Islam dari Timur Tengah pada akhir abad ke-18, adat dan budaya Minangkabau yang tidak sesuai dengan hukum Islam dihapuskan. Para ulama yang dipelopori oleh Haji Piobang, Haji Miskin, dan Haji Sumanik, mendesak Kaum Adat untuk mengubah pandangan budaya Minang yang sebelumnya banyak berkiblat kepada budaya animisme dan Hindu-Budha, untuk berkiblat kepada syariat Islam. Budaya menyabung ayam, mengadu kerbau, berjudi, minum tuak, diharamkan dalam pesta-pesta adat masyarakat Minang.

Reformasi budaya di Minangkabau terjadi setelah Perang Padri yang berakhir pada tahun 1837. Hal ini ditandai dengan adanya perjanjian di Bukit Marapalam antara alim ulama, tokoh adat, dan cadiak pandai (cerdik pandai). Mereka bersepakat untuk mendasarkan adat budaya Minang pada syariat Islam. Kesepakatan tersebut tertuang dalam adagium Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Syarak mangato adat mamakai. (Adat bersendikan kepada syariat, syariat bersendikan kepada Al-Quran). Sejak reformasi budaya dipertengahan abad ke-19, pola pendidikan dan pengembangan manusia di Minangkabau berlandaskan pada nilai-nilai Islam. Sehingga sejak itu, setiap kampung atau jorong di Minangkabau memiliki masjid, selain surau yang ada di tiap-tiap lingkungan keluarga. Pemuda Minangkabau yang beranjak dewasa, diwajibkan untuk tidur di surau. Di surau, selain belajar mengaji, mereka juga ditempa latihan fisik berupa ilmu bela diri pencak silat.

3.3.1 Rum ah Adat M inangkabau

Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjung.[1].

(15)

3.3.2 Seni Rupa / Tari

Ukiran

(16)

motif geometri bersegi tiga, empat, dan genjang. Jenis-jenis ukiran Rumah Gadang antara lain

kaluak paku, pucuak tabuang, saluak aka, jalo, jarek, itiak pulang patang, saik galamai, dan

sikambang manis.

Tarian

Tari-tarian merupakan salah satu corak budaya Minangkabau yang sering digunakan dalam pesta adat ataupun perayaan pernikahan. Tari Minangkabau tidak hanya dimainkan oleh kaum

perempuan tapi juga oleh laki-laki. Ciri khas tari Minangkabau adalah cepat, keras, menghentak, dan dinamis. Adapula tarian yang memasukkan gerakan silat ke dalamnya, yang disebut randai. Tari-tarian Minangkabau lahir dari kehidupan masyarakat Minangkabau yang egaliter dan saling menghormati. Dalam pesta adat ataupun perkawinan, masyarakat Minangkabau memberikan persembahan dan hormat kepada para tamu dengan tari-tarian. Jenis tari Minangkabau antara lain: Tari Piring, Tari Payung, Tari Pasambahan, dan Tari Indang.

BAB IV KESIM PULAN

(17)

Dharsono, Soni Kartika, (2007), Estetika, Rekayasa Sains, Bandung

Hidayat, Rachmat Taufik, Haerudin Dinding, Muhtadin, Teddy AN Darpan, Sastramidjaja, (2005),

Peperenian Urang Sunda, Kiblat Buku Utama, Bandung.

Holt, Claire Holt, 1967, Art in Indonesia, Cornel University Press, New York.

Mintaredja, Roza R. (2008) “Wujud Kearifan Lokal pada Arsitektur Sunda”, makalah, disampaikan dalam

Sawala Estetika Sunda di Pusat Studi Sunda, 15 Februari.

Natawisastra, Mas (1979), Saratus Paribasa Jeung Babasan III, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Prawira, Nanang Ganda (1999), Pamandangan, Reka Hias Baduy: Fungsi, Bentuk, Motif, Simbol dan Makna, Seni Kriya dan Rekahias Baduy di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Jawa Barat, tesis, Program Pascasarjana ITB.

Sumardjo, Jakob (2000), Filsafat Seni, Penerbit ITB Bandung

Suryalaga, HR Hidayat (2008): Etika jeung Estetika anu Dikandung dina Folklor Sunda, Sawala Estetika Sunda di Pusat Studi Sunda, 15 Februari

Sudjoko, 2001, Pengantar Seni Rupa, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

Snodgrass, Adrian, (1985), The Symbolism of Stupa, Cornell South Asia Program

Fadillah, Moh. Ali (2006): Pengultusan Orang Suci pada Masyarakat Sunda: Sebuah Kontinuitas Unsur Budaya , prosiding Konferensi Internasional Budaya Sunda, jilid 1, Bandung, Rosidi, Ajip, Ekadjati, Edi S., Alwasilah, A. Chaedar, Editor, Yayasan Kebudayaan Rancage, 419-432

Wessing, Robert (2006):Telling the Landscape: Place and Meaning in Sunda, prosiding Konferensi Internasional Budaya Sunda, Bandung, Rosidi, Ajip, Ekadjati, Edi S., Alwasilah, A. Chaedar, Editor, Yayasan Kebudayaan Rancange, 450-474, jilid 1.

Wiartakusumah, Jamaludin (2008): Mencari Estetika dalam Budaya Rupa Sunda, Pikiran Rakyat, 5 April

Wiartakusumah, Jamaludin, (2009): Estetika Sunda, Kompas Jawa Barat, 28 Februari.

Wiartakusumah, Jamaludin (2010): Waas dan Mudik, Pengalaman Estetik, Kompas Jawa Barat, 8 September

Referensi

Dokumen terkait

Ahli – ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan prifesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua

Fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur tiada lain tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran, karena dengan membaca berita ringan akan melihat

Tingkat pendidikan tidak berpengaruh dalam memilih sistem panen, apabila petani yang berpendidikan tinggi akan memilih sistem panen tebasan karena sudah tidak ada waktu lagi

Ada faktor- faktor lain yang dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan dalam menilai perusahaan, salah satunya yaitu penerapan Corporate Social Responsibiliy (CSR) yang

Dengan menggunakan PLTGL OWC rancangan Dengan menggunakan PLTGL OWC rancangan Energetech di perairan Aceh, jumlah energi Energetech di perairan Aceh, jumlah

Sebuah electron bergerak dengan kecepatan tetap dan tegak lurus pada arah kuat medan listrik E.. Elektron tersebut akan mengalami gaya

Wewenang Hoge Raad Belanda ini kemudian dibawa oleh pemerintahan kolonial Indonesia. Setelah kemerdekaan, aturan ini terus diadopsi dan dituangkan dalam UUD RIS 1949 maupun

Discretionary accruals adalah komponen akrual yang berada dalam kebijakan manajemen, artinya manajer memberikan intervensinya dalam proses pelaporan keuangan,