• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance, dan pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance, dan pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 NILAI PERUSAHAAN

Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon

pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin besar pula kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan.

Bagi perusahaan yang menerbitkan saham dipasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di bursa menunjukkan indikator nilai perusahaan.

Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar.

Karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran bagi pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat.

Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen mengelola kekayaannya, hal ini bisa dilihat dari pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh perusahaan. Suatu perusahaan akan berusaha untuk

memaksimalkan nilai perusahaannya. Peningkatan nilai perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga saham di pasar.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Soliha dan Taswan (2002) menemukan bahwa insider ownership berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian semakin besar kepemilikan oleh insider akan

menaikkan nilai perusahaan. Temuan studi ini mengindikasikan bahwa kepemilikan insider merupakan insentif bagi peningkatan kinerja perusahaan. Hal

(2)

Teori yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (dalam Handoko,

2010) menyatakan bahwa “nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari aset perusahaan. Hasil positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran aset dan atau semakin tinggi profit margin yang

diperoleh perusahaan. Dan hal ini akan berdampak pada nilai perusahaan”.

2.2 KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

Pengertian kinerja keuangan menurut Yanti (2009) adalah“suatu gambaran mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat – alat

analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja manajemen

perusahaan dalam suatu periode tertentu”.

Kinerja keuangan perusahaan sangat perlu diukur agar dapat mengetahui apakah sumber daya telah digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan

lingkungan.Bagi investor, informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka

di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain.

Selain itu, pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada para penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa

perusahaan memiliki kreditibilitas yang baik (Munawir,1995 :85).Secara umum, semakin bagus kinerja keuangan suatu perusahaan maka akan semakin bagus pula

(3)

Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan

perusahaan yang dikeluarkan secara periodik dimana laporan keuangan akan memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan digunakan oleh investor untuk memperoleh

perkiraan tentang laba dan dividen di masa mendatang dan risiko atas penilaian tersebut (Weston dan Brigham, 1993).

Ada beberapa rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan menurut Subramanyam dan Wild (2010), yaitu sebagai berikut :

1. Analisis Kredit (Risiko) a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas digunakan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas terdiri dari current ratio, acid test ratio, collection ratio, dan days to sell inventory.

b. Rasio Struktur Modal dan Solvabilitas

Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio struktur modal dan solvabilitas terdiri dari total debt to equity, long term debt to equity, dan times interest earned.

2. Analisis Profitabilitas

a. Tingkat Pengembalian atas Investasi (Return On Investment)

Rasio ini menunjukkan seberapa besar kompensasi keuangan perusahaan kepada penyedia pendanaaan ekuitas dan utang. Rasio ini terbagi atas ROA dan ROE.

b. Kinerja Operasi

Rasio kinerja operasi digunakan untuk mengevaluasi margin laba yang diperoleh perusahaan dari aktivitas operasi. Rasio kinerja operasi terbagi atas gross profit margin, operating profit margin, dan net profit margin.

c. Pemanfaatan Aset (Asset Utilization)

(4)

3. Valuasi (Ukuran Pasar)

Rasio valuasi digunakan untuk mengestimasi nilai instrinsik perusahaan (saham). Rasio valuasi terbagi atas earning yield, dividend yield, dividendpayout rate, dan PBV.

Dalam penelitian ini, analisis profitabilitas yang digunakan untuk

mengukur kinerja keuangan adalah rasio ROA dan ROE. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Handoko menemukan bahwa kinerja perusahaan yang diukur

dengan ROA dan ROE menunjukkan hasil positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan mempengaruhi nilai perusahaan dimata investor. Kinerja perusahaan akan

menentukan tinggi rendahnya harga saham di pasar modal. Apabila kinerja keuangan perusahaan menunjukkan adanya prospek yang baik, maka sahamnya

akan diminati investor dan harganya meningkat (Harianto dan Sudomo, 2001 dalam Uni, 2006).

Akan tetapi, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Handoko.

Sasongko dan Wulandari (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa ROA dan ROE justru berpengaruh negatif terhadap harga saham, dimana nilai

(5)

2.2.1 ROA

ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayaan)

yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya – biaya untuk menandai aset tersebut (Hanafi, 2000). ROA menunjukkan keefisienan

perusahaan dalam mengelola seluruh assetnya untuk menghasilkan pendapatan. ROA dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui seberapa mampu perusahaan memperoleh laba yang optimal dilihat dari posisi asetnya. Asset

adalah sumber daya yang dimiliki oleh entitas bisnis atau usaha, sumber daya ini dapat berbentuk fisik ataupun hak yang mempunyai nilai ekonimis (Fess, 2005).

2.2.2 ROE

ROE adalah rasio keuangan yang berfungsi untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal tertentu. Rasio ROE merupakan rasio dalam mengukur keuntungan perusahaan dari sudut pemegang

saham (Hanafi dan Halim, 1996). ROE merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE disebut juga dengan rentabilitas modal sendiri (Sutrisno, 2000). Rasio ROE sering

digunakan oleh investor sebagai salah satu alat utama dalam menilai saham suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai ROE, maka semakin tinggi pula kemampuan

(6)

2.3 GCG

GCGadalah suatu elemen penting dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas perusahaan yang meliputi serangkaian hubungan baik antara manajemen perusahaan,Dewan Komisaris, Dewan Direksi, para pemegang saham,

masyarakat, dan stakeholder lainnya. GCG diharapkan dapat menjadi alat dalam meningkatkan pengawasan terhadap manajemen dan membatasi perilaku

opportunistic manajemen dalam mengambil keputusan yang efektif dan tidak merugikan pihak lain.

Komite Nasional Kebijakan Governance(KNKG) menyatakan bahwa

prinsip – prinsip GCG terdiri dari transparansi (transparency), akuntabilitas (acountability), tanggung jawab(responsibility), kemandirian(independency), keadilan(fairness). Penerapan prinsip – prinsip GCG dalam perusahaan merupakan tanggung jawab Dewan Komisaris.

2.3.1 DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN

Peran Dewan Komisaris Independen sangat penting dalam mengelolah perusahaan yang berdasarkan prinsip – prinsipGCG. Komisaris Independen

berfungsi sebagai pengawas dalam jalannya bisnis perusahaan, menjamin terlaksananya strategi perusahaan, dan memastikan bahwa perusahaan telah melakukan praktek prinsip – prinsip GCG sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(7)

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasser (2008),

bahwa independensi Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Barnhart dan Rosenstein (1998) menemukan bahwa semakin tinggi perwakilan dari outside director (Komisaris Independen) maka semakin tinggi

independensi dan efektifitas corporate board sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dan hasil yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan

oleh Yuniasih dan Wirakusuma (2009) dimana Dewan Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan kinerja keuangan.

Menurut Zehnder (2001) dalam Forum of Corporate Governance in Indonesia(FCGI), “Dewan Komisaris merupakan inti dari terlaksananya prinsip – prinsip GCG, maka Dewan komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan

perusahaan”.

Agar pelaksanaan tugas Dewan komisaris dan Dewan Komisaris Independen dapat berjalan secara efektif maka perlu dipenuhi prinsip – prinsip

berikut :

1. Komposisi Dewan Komisaris harus memungkinkan pengambilan

keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen,

2. Anggota Dewan Komisaris harus profesional, yaitu berintegritas dan

memiliki kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik termasuk memastikan bahwa Direksi telah memperhatikan semua

(8)

3. Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat Dewan Komisaris mencakup

tindakan pencagahan, perbaikan, sampai kepada pemberhentian sementara.

Anggota Dewan Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS melalui proses yang transparan. Setiap anggota Dewan Komisaris harus memenuhi

persyaratan dan telah lulus Penilaian Kemampuan dan Kepatuhan (Fit and Proper Test). Dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris dilakukan oleh RUPS berdasarkan alasan yang wajar dan setelah Dewan Komisaris diberi kesempatan

untuk membela diri.

2.4 PENGUNGKAPAN CSR

Saat ini CSR telah menjadi istilah yang populer dikalangan global. Dan keberadaanCSR saat ini telah menjadi pusat perhatian di berbagai kalangan.

Namun sampai saat ini, pengertian CSR masih menjadi perdebatan diberbagai kalangan praktisi maupun akademis. Berikut adalah pengertian CSR, antara lain

menurut :

1. World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)

“CSR adalah suatu komitmen bisnis yang berkelanjutan bertindak secara

etis, beroperasi secara legal dan memberikan kontribusi untuk pembangunan ekonomi dengan cara meningkatkan kualitas hidup dari

(9)

2. European Commission

“CSR adalah sebuah konsep dimana perusahaan mengintegrasikan perhatian terhadap sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya dengan para stakeholder berdasarkan prinsip

kesukarelaan”.

Berdasarkan definisi – definisi yang disampaikan oleh para ahli tersebut belum ada kesepakatan ilmiah tentang definisi CSR. Dahlsrud lewat “How CSR is

Defined” mencoba untuk menyatakan bahwa debat tentang definisi CSR sudah seharusnya diakhiri. Namun, Dahlsrud tidak puas dengan metodologi yang

digunakan oleh para ahli sebelumnya dalam mendefinisikan CSR. Oleh karena itu, untuk melengkapi studi pustakanya, Dahlsrud melakukan analisis isi serta pengujian atas hasil analisis isi tersebut melalui perhitungan frekuensi dunia

maya. Dan hasilnya bahwa definisi CSR itu konsisten mengandung lima komponen yaitu stakeholder, ekonomi, sosial, lingkungan dan voluntarisme.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurlela dan Islahuddin (2008) menunjukkan bahwa CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penerapan CSR oleh perusahaan yang merupakan entitas bisnis tidak hanya

mencari keuntungan belaka, tetapi perusahaan berusaha untuk mewujudkan adanya satu kesatuan ekonomi, sosial dan lingkungan dimana perusahaan

(10)

mempertahankan eksistensinya. Dan hal ini pengabaian terhadap CSR akan

menghilangkan keuntungan ekonomis yang dapat diperoleh dimasa mendatang. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuniasih dan Wirakusuma (2009), dimana Pengungkapan CSR dalam laporan tahunan

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan kinerja keuangan.

2.5 PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian mengenai kinerja keuangan, GCG, CSR dan nilai perusahaan telah banyak dilakukan sebelumnya. Salah satunya adalah penelitian yang

dilakukan oleh Yuniasih dan Wirakusuma (2009). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Dan pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi berpengaruh

positif terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Akan tetapi, kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh positif.

Akan tetapi dalam penelitian yang dilakukan oleh Sasongko dan

Wulandari (2006) menemukan bahwa hanya earnings per share saja yang berpengaruh positif terhadap harga saham. Sementara variabel lainnya (ROA,

ROE, Return On Sales, Basic Earning Power, dan Economic Value Added) tidak berpengaruh positif terhadap harga saham. Sementara nilai perusahaan dilihat melalui harga saham perusahaan. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan

(11)

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Model Penelitian Hasil

1. Ni Wayan

Yuniasih dan Made Gede Wirakusuma (2009)

Variabel Independen : Kinerja Keuangan (ROA)

Variabel Dependen :

Nilai perusahaan (Tobin’s Q).

Variabel pemoderasi : a. Pengungkapan CSR b. GCG (kepemilikan

manajerial)

Kinerja keuangan berpengaruh positif terhadap

nilai perusahaan.

pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap

kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Sedangkan

GCGtidak memiliki pengaruh.

2. Yuanita Handoko (2010)

Variabel Independen : Kinerja Keuangan (ROA dan ROE)

Variabel Dependen : Nilai perusahaan Variabel pemoderasi : a. Pengungkapan CSR b. GCG (Komisaris

Independen)

Kinerja keuangan

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

pengungkapan CSR dan GCG berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan.

3. Noer Sasongko dan Nila Wulandari (2006)

Variabel Independen : a. ROA

b. ROE

c. Return On Sales d. Earning per Share e. Basic Earning Power f. Economic Value

Added

Variabel Dependen : Harga Saham

Hanya Earnings per share yang signifikan terhadap harga saham.

4. Etty M. Nasser (2008)

Variabel independen : a. Dewan Komisaris

Independen b. Kepemilikan

institusional c. Kepemilikan

manajemen Variabel dependen : a. Nilai perusahaan Variabel intervening: a. Manajemen laba

Dewan Komisaris Independen, kepemilikan

institusional, kepemilikan manajemen, kebijakan hutang dan praktek manajemen laba berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. tetapi,

Hanya kepemilikan manajerial yang berpengaruh

(12)

No. Peneliti Model Penelitian Hasil 5. Eriana

Kartadjumena (2010)

Variabel independen : a. Disclosure of

financial information b. CSR Discossure Variabel Dependen: Earning Response Coefficient.

Disclosure of financial information memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Earning Responses Coeficient, sementara CSR Disclossure memiliki pengaruh negatif terhadap

Earning Responses Coeficient.

2.6 KERANGKA KONSEPTUAL

Dalam penelitian ini, terdapat variabel independen, yang terdiri atas : 1. Kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan yang

terdiri dari ROA dan ROE.

2. GCG yang diproksikan dengan Komisaris Independen.

3. Pengungkapan CSR, yaitu pengungkapan informasi yang berkaitan dengan

tanggung jawab perusahaan di dalam laporan tahunan(annual report). Instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada

instrumen yang digunakan oleh Sayekti dan Wondabio (2007) dalam Simposium Nasional Akuntansi X yang terdiri atas 78 item pengungkapan.

Gambar 2.1

Skema Kerangka Konseptual 1. Kinerja Keuangan

Nilai Perusahaan 2. GCG

(13)

2.7 HIPOTESIS PENELITIAN

2.7.1 Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Penelitian terhadap faktor – faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan telah dilakukan oleh berbagai ahli, dan mereka menemukan bahwa ROA dan ROE

memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Handoko dan Penelitian yang dilakukan oleh Ayuk (2006) menemukan

bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan ROA dan ROE berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Oleh karena itu, ROA dan ROE merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

H1 : ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. H2 : ROE berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

2.7.2 Pengaruh GCG terhadap nilai perusahaan

Dalam penelitian ini, pengaruh GCG diproksikan melalui Dewan

Komisaris Independen, dimana Dewan Komisaris sebagai ujung tombak terciptanya dan terlaksananya penerapan GCG dalam perusahaan dandiharapkan

dapat mengurangi adanya perbedaan kepentingan antara pihak manajemen dan pihak pemegang saham serta menghindari terjadinya kecurangan (fraud) yang dilakukan pihak manajemen dalam perusahaan. Oleh sebab itu, GCG yang

diproksikan melalui Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

(14)

2.7.3 Pengaruh Pengungkapan CSR Terhadap Nilai Perusahaan.

Pengungkapan CSR dimasukkan dengan pemikiran bahwa pasar akan memberikan apresiasi positif yang ditunjukkan dengan peningkatan harga saham perusahaan. Yang kemudian peningkatan ini akan menyebabkan nilai perusahaan

juga meningkat.

Gambar

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Skema Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan mengindentifikasi potensi ekonomi kreatif, menilai potensi ekonomi kreatif unggulan dan memetakan potensi ekonomi kreatif berbasis sistem

perhitungan dengan menggunakan teori strip atau dengan beberapa penelitian lain mengenai gerakan heaving yang telah dipublikasikan!. Sedangkan

This study discusses two approaches in testing the causal ordering of a model, i.e., the Granger and Sim’s tests as well as SCDTs test of causality, which could be either used

Karena biasanya tidak mungkin bagi bayi mengkonsumsi makanan hewani dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan zat besi, seng atau kalsium, bila secara ekonomi

Dari hasil penelitian terhadap siswa SD Inpres Tiwoho yang berusia 9-12 tahun dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara promosi kesehatan

Hasil penelitian siklus II tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran melalui model kooperatif tipe Jigsaw berbasis media visual perlu untuk dilanjutkan ke siklus III

f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan tugas dan fungsi seksi pembinaan teknis gedung... KASI TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN GEDUNG 1.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1) produksi dan ekspor karet di Provinsi Jambi; 2) pengaruh ekspor karet terhadap PDRB Provinsi Jambi. Analisis