• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) dengan Pembelajaran Konvensional Ditinjau dari Hasil Belajar Ranah Afektif pa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) dengan Pembelajaran Konvensional Ditinjau dari Hasil Belajar Ranah Afektif pa"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

51

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Telah dibahas pada BAB III mengenai rancangan penelitian yang dilakukan pada kelas atas SD Negeri Gendongan 01 yang terletak di wilayah Kecamatan Tingkir Salatiga. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas atas SD Negeri Gendongan 01 yang terdiri dari kelas 4, 5 dan 6. Sementara itu, sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu siswa kelas 4 SDN Gendongan 01. Variabel dalam penelitian terdiri dari variabel bebas, terikat dan variabel kovariat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran konvensional dan VCT, variabel terikat yaitu hasil belajar PKn pada ranah afektif aspek sikap, dan variabel kovariat yaitu pengukuran awal.

Selanjutnya, pada BAB IV ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi hasil penelitian pada implementasi pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol, hasil penelitian pada implementasi pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran VCT pada kelompok eksperimen, deskripsi komparasi hasil pengukuran, hasil uji beda penelitian, hasil uji hipotesis, hasil pembahasan dan keterbatasan penelitian.

4.1.Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Implementasi Pembelajaran PKn menggunakan Model Pembelajaran Konvensional sebagai Kelompok Kontrol

(2)

menyebutkan pengaruh globalisasi pada makanan, permainan, dan kebudayaan, c) menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi.

Upaya-upaya yang dilakukan peneliti untuk mengontrol variabel di luar treatment meliputi 4 hal yaitu a) history, yaitu pengaruh guru dalam penerapan treatment. Artinya perlakuan dalam menerapkan model pembelajaran konvensional dan VCT dilakukan oleh orang yang mempunyai kesetaraan kemampuan; dalam penelitian ini pemberian perlakuan dilakukan oleh orang yang mempunyai kemampuan setara sudah terpenuhi. b)

Maturation (kematangan), menunjukkan psikologi anak dengan cara dilacak tanggal lahirnya. Dari segi kematangan, rata-rata kematangan siswa relatif homogen/ sama. c) Testing (pengujian), seorang siswa dapat menjawab soal dengan baik dikarenakan soal pretest dan posttest yang dibuat itu sama, untuk menghindari hal tersebut telah dilakukan penyusunan soal pretest dan

posttest yang berbeda struktur pengkalimatan dan penomoran. d) Possible regression and interaction between selection, yaitu dalam pemilihan kelompok-kelompok eksperimen sudah diseimbangkan dengan cara masing-masing kelompok, apabila skor pretest ada yang menonjol paling tinggi dan paling rendah, maka penyeimbangan dilakukan dengan cara mengeluarkan siswa tersebut dari kelompok. Dalam penelitian ini seorang siswa yang memperoleh skor pretest maksimal (100) dikeluarkan dari kelompok.

(3)

4.1.1.1Hasil Observasi Proses Pembelajaran pada Mata Pelajaran PKn a. Pertemuan 1

Pertemuan pertama proses pembelajaran PKn dengan model pembelajaran konvensional dilaksanakan pada hari Kamis, 10 November 2016 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pembelajaran diikuti oleh 18 siswa.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan yang mencakup salam, presensi, apersepsi dan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti, siswa diberikan pengukuran awal. Soal pengukuran awal yang diberikan berbentuk skala sikap sebanyak 20 butir. Setelah diberikan intrumen pengukuran awal, guru memberi ulasan materi mengenai globalisasi. Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa membuat kesimpulan materi. Guru menutup pembelajaran dengan salam.

Berdasarkan hasil observasi, tingkat keterlaksanaan aktivitas guru pada pertemuan pertama mencapai 83,3% dari 6 poin kegiatan. Demikian pula dengan tingkat keterlaksanaan aktivitas siswa mencapai 83,3% dari 6 poin kegiatan. Hal ini berarti bahwa aspek aktivitas guru dan siswa pada pertemuan pertama telah dilaksanakan dan tingkat keterlaksanaan pembelajaran dikategorikan baik.

b. Pertemuan 2

Pertemuan kedua proses pembelajaran PKn dengan model pembelajaran konvensional dilaksanakan pada hari Kamis, 17 November 2016 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pembelajaran diikuti oleh 18 siswa.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan yang mencakup salam, presensi, apersepsi dan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru meminta siswa mengerjakan soal pada buku. Setelah itu, guru bersama dengan siswa membahas soal yang dikerjakan siswa. Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa membuat kesimpulan materi. Guru menutup pembelajaran dengan salam.

(4)

ini berarti bahwa semua aspek aktivitas guru dan siswa pada pertemuan pertama telah dilaksanakan dan tingkat keterlaksanaan pembelajaran dikategorikan sangat baik.

4.1.1.2Tingkat Hasil Belajar PKn Siswa Kelas Tinggi pada kelompok Kontrol

Tingkat hasil belajar siswa pada kelompok kontrol dipaparkan melalui statistik deskriptif dari hasil pengukuran awaldan pengukuran akhir pada tiap komponen sikap (kognisi, afeksi, dan konasi) yang terdiri dari rata-rata (mean), skor tertinggi (max), skor terendah (min), standar deviasi, distribusi frekuansi dan penyajian data berbentuk grafik. Statistik deskriptif skor pengukuran awal dan pengukuran akhir komponen kognisi pada kelompok kontrol disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir Kelompok Kontrol pada Komponen Kognisi

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

pengukuran_awal 18 9 14 11.72 1.320

pengukuran_akhir 18 8 13 11.17 1.618

Valid N (listwise) 18

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang mengikuti pengukuran awaldan pengukuran akhir sebanyak 18 siswa. Skor rata-rata komponen kognisi pada kelas kontrol sebesar 11,72 dengan standar deviasi 1,320. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model konvensional, skor rata-rata komponen kognisi kelas kontrol menjadi 11,17 dengan standar deviasi 1,618. Skor tertinggi yang dicapai siswa sebelum diberikan perlakuan adalah 14 dan skor terendah adalah 9. Setelah diberikan perlakuan, skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 13 dan skor terendahnya adalah 8.

(5)

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir Kelompok Kontrol pada Komponen Afeksi

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

pengukuran_awal 18 28 37 32.22 2.881

pengukuran_akhir 18 31 43 37.83 3.823

Valid N (listwise) 18

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang mengikuti pengukuran awaldan pengukuran akhir sebanyak 18 siswa. Skor rata-rata komponen afeksi kelas kontrol sebesar 32,22 dengan standar deviasi 2,881. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model konvensional, skor rata-rata kelas kontrol meningkat menjadi 37,83 dengan standar deviasi 3,823. Skor tertinggi yang dicapai siswa sebelum diberikan perlakuan adalah 37 dan skor terendah adalah 28. Setelah diberikan perlakuan, skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 43 dan skor terendahnya adalah 31.

Statistik deskriptif skor pengukuran awal dan pengukuran akhir komponen konasi pada kelompok kontrol disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.3

Statistik Deskriptif Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir Kelompok Kontrol pada Komponen Konasi

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

pengukuran_awal 18 28 36 32.00 2.544

pengukuran_akhir 18 21 38 30.33 4.379

Valid N (listwise) 18

(6)

deviasi 4,379. Skor tertinggi yang dicapai siswa sebelum diberikan perlakuan adalah 36 dan skor terendah adalah 28. Setelah diberikan perlakuan, skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 38 dan skor terendahnya adalah 21.

Untuk memperjelas rerata skor pengukuran awal dan pengukuran akhir pada tiap komponen di atas, maka disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut.

Gambar 4.1

Grafik Skor Rerata Pengukuran Awal dan Akhir tiap Komponen pada Kelompok Kontrol

Statistik deskriptif skor pengukuran awal dan pengukuran akhir kelompok eksperimen disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.4

Statistik Deskriptif Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir Kelompok Kontrol

Rerata Kognisi Rerata Afeksi rerata Konasi

R

er

at

a

Rerata Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir Komponen Kognisi, Afeksi dan Konasi pada

Kelompok Kontrol

(7)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang mengikuti pengukuran awaldan pengukuran akhir sebanyak 18 siswa. Skor rata-rata kelas kontrol sebesar 75,94 dengan standar deviasi 4.036. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model konvensional, skor rata-rata kelas kontrol meningkat menjadi 79,33 dengan standar deviasi 8,203. Skor tertinggi yang dicapai siswa sebelum diberikan perlakuan adalah 83 dan skor terendah adalah 68. Setelah diberikan perlakuan, skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 91 dan skor terendahnya adalah 67.

Data yang disajikan akan lebih efisien dan mudah dipahami jika disusun melalui tabel distribusi frekuensi. Pedoman yang digunakan untuk menentukan kelas interval yang terdapat pada tabel distribusi frekuensi adalah rumus Sturges (Sugiyono, 2013:35) yaitu K = 1 + 3,3 log n: dimana K adalah jumlah kelas interval dan n adalah jumlah data/siswa. Dari rumus Sturges tersebut diperoleh K = 1 + 3,3 log 18 = 1 + 3,3. 1,255 = 5,141 dibulatkan menjadi 5. Interval kelas diperoleh dari hasil rentang data (skor maksimum – skor minimum) dibagi jumlah kelas, sehingga diperoleh hasil

= 4,8 dibulatkan menjadi 4. Hasil distribusi frekuensi skor

pengukuran awaldan pengukuran akhirkelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Skor Hasil Pengukuran Awal dan Akhir Kelompok Kontrol

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

(8)

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui distrubusi skor pengukuran awal dan pengukuran akhir yang dikelompokkan ke dalam 5 kelas dengan panjang interval 4. Berikut akan dipaparkan skor hasil pengukuran awal kelompok kontrol. Dari jumlah keseluruhan siswa pada kelompok kontrol, terdapat 2 siswa yang mendapatkan skor antara 67-71 dengan persentase 11%; 7 siswa mendapatkan skor antara 72-76 dengan persentase 39%; 7 siswa mendapatkan skor antara 77-81 dengan persentase 39%; 2 siswa mendapatkan skor antara 82-86 dengan persentase 11%; tidak ada siswa yang mencapai skor antara 87-91.

Terdapat peningkatan pada skor pengukuran akhir dengan uraian sebagai berikut. Terdapat 3 siswa yang mendapatkan skor antara 67-71 dengan persentase 17%; 5 siswa mendapatkan skor antara 72-76 dengan persentase 28%; 3 siswa mendapatkan skor antara 77-81 dengan persentase 17%; 1 siswa mendapatkan skor antara 82-86 dengan persentase 6%; 6 siswa mendapatkan skor antara 87-91 dengan persentase 33%. Untuk memperjelas distribusi frekuensi skor pengukuran awal dan pengukuran akhir di atas, maka disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut.

Gambar 4.2

Grafik Distribusi Frekuensi Skor Pengukuran Awal dan Akhir Kelompok Kontrol

Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir

Kelompok Kontrol

(9)

4.1.2 Hasil Implementasi Pembelajaran PKn menggunakan Model Pembelajaran VCT sebagai kelompok Eksperimen

Pada sub bab ini akan dipaparkan hasil implementasi pembelajaran dan tingkat ketercapaian hasil belajar PKn dengan menggunakan model pembelajaran VCT pada kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen terdiri atas 18 siswa kelas 4 kelompok B SD Negeri Gendongan 01. Mata pelajaran yang diteliti adalah PKn dengan mengambil topik globalisasi yang didasarkan pada Standar Kompetensi 4 yaitu menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya dan kompetensi dasar 4.3 menentukan sikap terhadap pengaruh globalisai yang terjadi di lingkungannya. Indikator yang disusun adalah sebagai berikut: a) menjelaskan pengertian globalisasi, b) menyebutkan pengaruh globalisasi pada makanan, permainan, dan kebudayaan, c) menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi.

Tidak berbeda dengan perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen, upaya-upaya yang dilakukan peneliti untuk mengontrol variabel di luar treatment meliputi 4 hal yaitu a) history, yaitu pengaruh guru dalam penerapan treatment. Artinya perlakuan dalam menerapkan model pembelajaran konvensional dan VCT dilakukan oleh orang yang mempunyai kesetaraan kemampuan; dalam penelitian ini pemberian perlakuan dilakukan oleh orang yang mempunyai kemampuan setara sudah terpenuhi. b)

(10)

siswa tersebut dari kelompok. Dalam penelitian ini seorang siswa yang memperoleh skor pretest maksimal (100) dikeluarkan dari kelompok.

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran VCT

pada kelompok eksperimen dilaksanakan pada hari Kamis, 10 November 2016 dan 17 November 2016. Proses pembelajaran dilakukan di ruang kelas 4 SDN Gendongan 01 dengan diikuti oleh seluruh siswa kelas 4 kelompok eksperimen yang terdiri dari 18 siswa. Proses pembelajaran dilakukan selama 2x pertemuan (2 x 2 x 35 menit). Pemberian perlakuan dilakukan oleh peneliti sendiri yaitu Sara Puspitaning Tyas dengan diamati oleh Niken Indriani (rekan peneliti).

4.1.2.1Hasil Observasi Proses Pembelajaran Mata Pelajaran PKn a. Pertemuan 1

Pertemuan pertama proses pembelajaran PKn dengan VCT

dilaksanakan pada hari Kamis, 10 November 2016 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pembelajaran diikuti oleh 18 siswa.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan yang mencakup salam, presensi, apersepsi dan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti, siswa diberikan pengukuran awal. Soal pengukuran awal yang diberikan berupa soal berbentuk skala sikap sebanyak 20 butir. Setelah diberikan soal pengukuran awal, guru menggali pengetahuan siswa tentang globalisasi. Kemudian guru memberi ulasan singkat tentang materi globalisasi. Guru menjelaskan tata cara pembelajaran VCT. Selanjutnya, guru menampilkan masalah dilematik nilai melalui LCD. Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa membuat kesimpulan materi. Guru menutup pembelajaran dengan salam.

(11)

guru dan siswa pada pertemuan pertama telah dilaksanakan dan tingkat keterlaksanaan pembelajaran dikategorikan sangat baik.

b. Pertemuan 2

Pertemuan kedua proses pembelajaran PKn dengan model pembelajaran VCT dilaksanakan pada hari Kamis, 17 November 2016 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pembelajaran diikuti oleh 18 siswa. Kegiatan pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan yang mencakup salam, presensi, apersepsi dan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru membagi siswa kedalam kelompok, kemudian guru meminta siswa untuk mengidentifikasi masalah yang disajikan. Guru meminta siswa menanggapi secara tertulis permasalahan yang disajikan, kemudian meminta siswa untuk berargumentasi secara lisan. Selama argumentasi berlangung, guru memantau dan meluruskan sesuai target nilai. Guru bersama siswa menyimpulkan apa yang telah dipelajari dan diarahkan pada target nilai.

Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa membuat kesimpulan. Setelah itu, guru memberikan soal pengukuran akhir pada siswa. Guru mengawasi pelaksanaan pengukuran akhir. Setelah selesai, guru bersama siswa mengkoreksi hasil pekerjaan siswa. Guru meluruskan kesalahpahaman siswa. Guru menutup pembelajaran dengan salam.

Berdasarkan hasil observasi, tingkat keterlaksanaan aktivitas guru pada pertemuan kedua mencapai 80% dari 10 Poin kegiatan. Demikian pula dengan tingkat keterlaksanaan aktivitas siswa mencapai 80% dari 10 poin kegiatan. Hal ini berarti bahwa semua aspek aktivitas guru dan siswa pada pertemuan pertama telah dilaksanakan dan tingkat keterlaksanaan pembelajaran dikategorikan baik.

4.1.2.2Tingkat Hasil Belajar PKn Siswa Kelas TInggi pada Kelompok Eksperimen

(12)

tiap komponen sikap (kognisi, afeksi, dan konasi) yang terdiri dari rata-rata (mean), skor tertinggi (max), skor terendah (min), standar deviasi, distribusi frekuansi dan penyajian data berbentuk grafik. Statistik deskriptif skor pengukuran awal dan pengukuran akhir komponen kognisi kelompok eksperimen disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.6

Statistik Deskriptif Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir Kelompok Eksperimen pada Komponen Kognisi

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

pengukuran_awal 18 9 14 10.83 1.505

pengukuran_akhir 18 10 15 13.17 1.249

Valid N (listwise) 18

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang mengikuti pengukuran awaldan pengukuran akhir sebanyak 18 siswa. Skor rata-rata komponen kognisi pada kelas eksperimen sebesar 10,83 dengan standar deviasi 4,189. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model VCT, skor rata-rata komponen kognisi pada kelas eksperimen meningkat menjadi 13,17 dengan standar deviasi 1,249. Skor tertinggi yang dicapai siswa sebelum diberikan perlakuan adalah 14 dan skor terendah adalah 9. Setelah diberikan perlakuan, skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 15 dan skor terendahnya adalah 10.

(13)

Tabel 4.7

Statistik Deskriptif Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir Kelompok Eksperimen pada Komponen Afeksi

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

pengukuran_awal 18 25 36 31.06 3.369

pengukuran_akhir 18 34 42 38.50 2.121

Valid N (listwise) 18

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang mengikuti pengukuran awaldan pengukuran akhir sebanyak 18 siswa. Skor rata-rata kelas eksperimen sebesar 31,06 dengan standar deviasi 3,369. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model VCT, skor rata-rata kelas eksperimen meningkat menjadi 38,50 dengan standar deviasi 2,121. Skor tertinggi yang dicapai siswa sebelum diberikan perlakuan adalah 36 dan skor terendah adalah 25. Setelah diberikan perlakuan, skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 42 dan skor terendahnya adalah 34.

. Statistik deskriptif skor pengukuran awal dan pengukuran akhir komponen konasi kelompok eksperimen disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.8

Statistik Deskriptif Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir Kelompok Eksperimen pada Komponen Konasi

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

pengukuran_awal 18 25 35 29.50 3.294

pengukuran_akhir 18 29 38 34.61 2.453

Valid N (listwise) 18

(14)

skor rata-rata kelas eksperimen meningkat menjadi 34,61 dengan standar deviasi 2,453. Skor tertinggi yang dicapai siswa sebelum diberikan perlakuan adalah 35 dan skor terendah adalah 25. Setelah diberikan perlakuan, skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 38 dan skor terendahnya adalah 29.

Untuk memperjelas rerata skor pengukuran awal dan pengukuran akhir pada tiap komponen di atas, maka disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut

Gambar 4.3

Grafik Skor Rerata Pengukuran Awal dan Akhir tiap Komponen pada Kelompok Eksperimen

.

10.83

31.06 29.5

13.17

38.5

34.61

0 10 20 30 40 50

Rerata Kognisi Rerata Afeksi Rerata Konasi

R

er

at

a

Rerata Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir Komponen Kognisi, Afeksi dan Konasi pada

Kelompok Kontrol

(15)

Statistik deskriptif skor pengukuran awal dan pengukuran akhir kelompok eksperimen disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.9

Statistik Deskriptif Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir Kelompok Eksperimen

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pengukuran_Awal 18 60 78 71.39 4.189

Pengukuran_Akhir 18 81 92 86.28 3.545

Valid N (listwise) 18

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang mengikuti pengukuran awaldan pengukuran akhir sebanyak 18 siswa. Skor rata-rata kelas eksperimen sebesar 71,39 dengan standar deviasi 4,189. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model VCT, skor rata-rata kelas eksperimen meningkat menjadi 86,28 dengan standar deviasi 3.545. Skor tertinggi yang dicapai siswa sebelum diberikan perlakuan adalah 78 dan skor terendah adalah 60. Setelah diberikan perlakuan, skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 92 dan skor terendahnya adalah 81.

Data yang disajikan akan lebih efisien dan mudah dipahami jika disusun melalui tabel distribusi frekuensi. Pedoman yang digunakan untuk menentukan kelas interval yang terdapat pada tabel distribusi frekuensi adalah rumus Sturges (Sugiyono, 2013:35) yaitu K = 1 + 3,3 log n: dimana K adalah jumlah kelas interval dan n adalah jumlah data/siswa. Dari rumus Sturges tersebut diperoleh K = 1 + 3,3 log 18 = 1 + 3,3. 1,255 = 5,141 dibulatkan menjadi 5. Interval kelas diperoleh dari hasil rentang data (skor maksimum – skor minimum) dibagi jumlah kelas, sehingga diperoleh hasil

= 6,2 dibulatkan menjadi 6. Hasil distribusi frekuensi skor

(16)

Tabel 4.10

Distribusi Frekuensi Skor Pengukuran Awal Dan Pengukuran Akhir Kelompok Eksperimen

No. Kelas

Kelas Interval

Nilai Pengukuran awal Nilai Postest Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

1 60 - 66 2 11% 0 0%

2 67 - 73 11 61% 0 0%

3 74 -80 5 28% 0 0%

4 81 -87 0 0% 10 56%

5 88 - 91 0 0% 8 44%

Jumlah 18 100% 18 100%

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui distrubusi skor pengukuran awal dan pengukuran akhir yang dikelompokkan ke dalam 5 kelas dengan panjang interval 6. Berikut akan dipaparkan skor hasil pengukuran awal kelompok eksperimen. Dari jumlah keseluruhan siswa pada kelompok eksperimen, terdapat 2 siswa yang mendapatkan skor antara 60-66 dengan persentase 11%; 11 siswa mendapatkan skor antara 67-73 dengan persentase 61%; 5 siswa mendapatkan skor antara 74-80 dengan persentase 28%; dan tidak ada siswa yang mencapai skor antara 81-91.

(17)

Gambar 4.4

Grafik Distribusi Frekuensi Skor Pengukuran Awal dan Akhir Kelompok Eksperimen

4.1.3 Deskripsi Komparasi Hasil Pengukuran

Berikut akan dipaparkan perbandingan hasil pengukuran kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berdasarkan nilai pengukuran awal dan pengukuran akhirdalam bentuk deskripsi komparasi. Deskripsi berikut akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

Tabel 4.11

Tabel Komparasi Hasil Pengukuran Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui adanya perbedaan skor rata-rata tahap pengukuran awal dan pengukuran akhir kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Perbedaan tersebut dapat diketahui dari selisih skor rata-rata antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pada tahap pengukuran pengukuran awal, selisih skor antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah 4,55, dimana rata-rata skor kelompok kontrol lebih unggul dari rata-rata kelompok eksperimen. Sedangkan pada

2

Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran

Akhir Kelompok Eksperimen

(18)

tahap pengukuran pengukuran akhir, perbedaan skor rata-rata kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebesar 6,95, dimana skor rata-rata kelompok eksperimen lebih unggul dari kelompok kontrol.

Gambar 4.5

Grafik Deskripsi Komparasi Hasil Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

4.1.4 Hasil Uji ANCOVA Rerata Hasil Belajar

Pada sub bab ini akan dilakukan uji ANCOVA. Sebelum dilakukan uji ANCOVA, harus dilakukan uji prasyarat dan dilanjutkan dengan uji hipotesis. Uji prasyarat yang harus dilakukan yaitu uji normalitas data dan uji homogenitas variansi data serta uji homogenitas koefisien regresi linier. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui distribusi kenormalan data, sementara uji homogenitas digunakan untuk mengetahui tingkat kesetaraan data. Selanjutnya uji homogenitas koefisien regresi linier digunakan untuk memastikan tingkat kesetaraan regresi linier antara variabel kovariat pengukuran awal (X2) dengan variabel terikat hasil belajar (Y). Pengujian

normalitas, homogenitas data dan uji homogenitas koefisien regresi linier dilakukan dengan bantuan SPSS 16.00 for Windows.

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui data berasal dari distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dilakukan dengan

(19)

bantuan uji Kolmogorov-Smirnov, dengan dasar pengambilan keputusan; jika nilai signifikansi/probabilitas < 0,05, maka data berdistribusi tidak normal. Apabila nilai signifikansi/probabilitas>0,05, maka data berdistribusi normal.

Tabel 4.12

Hasil Uji Normalitas Skor Pengukuran Awal-Pengukuran Akhir Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) uji Kolmogorov-Smirnov Z hasil pengukuran awal-pengukuran akhir kelompok kontrol adalah 0,991 dan 0,599. Sedangkan hasil pengukuran awal-pengukuran akhirkelompok eksperimen adalah 0,567 dan 0,575. Bila dirumuskan sebuah hipotesis H0 adalah sebuah sampel yang

berasal dari populasi berdistribusi normal dan Ha adalah sampel yang tidak

berasal dari populasi berdistribusi normal, maka dapat diputuskan jika probabilitas < nilai α (0,05) H0 ditolak, jika sebaliknya maka H0 diterima.

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa nilai signifikansi/probabilitas Asymp. Sig. (2-tailed) data-data tersebut berturut-turut 0,991; 0,599; 0,567; 0,575 > 0,05 maka H0 diterima, artinya dapat

(20)

akhir kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Setelah uji normalitas terpenuhi, selanjutnya dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui varian kedua kelompok homogen atau tidak. Apabila nilai signifikansi/probabilitas < 0,005, maka data dikatakan tidak homogen. Apabila nilai signifikasi/probabilitas .> 0,005, maka data dikatakan homogen. Pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 16.00 for windows. Berikut hasil dari uji homogenitas data kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Tabel 4.13

Hasil Uji Homogenitas Skor Pengukuran Akhir Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Berdasarkan tabel 4.13 di atas diketahui bahwa hasil Test of Homogeneity of Variances signifikansi/probabilitas nilai pengukuran akhir menunjukkan angka 0,000. Bila dirumuskan sebuah hipotesis H0 adalah

variansi data pada tiap kelompok sama (homogen) dan Ha adalah variansi

data pada tiap kelompok tidak sama (tidak homogen), maka dapat diputuskan jika probabilitas < nilai α (0,05) H0 ditolak, jika sebaliknya maka

H0 diterima. Oleh karena nilai signifikansi/probabilitas data adalah sebesar

0,000, dimana 0,000 > 0,05 maka H0 diterima. Artinya dapat dikatakan

bahwa skor pengukuran akhir kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah homogen. Melihat skor signifikansi/probabilitas pengukuran akhir kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, dapat disimpulkan bahwa data skor pengukuran akhir kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki varian data yang homogen atau sama.

Setelah uji normalitas dan homogenitas terpenuhi dilanjutkan uji homogenitas koefisien regresi linier untuk mengetahui kehomogenitasan koefisien regresi X2 (variabel kovarian = pengukuran awal) dengan hasil

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

(21)

belajar (Y). Paramenter yang digunakan untuk menentukan homogenitas koefisien regresi adalah nilai koefisien beta (B) pada tabel output parameter estimates dan nilai t serta probabilitasnya. Syarat yang lain adalah bahwa nilai beta (B) haruslah lebih besar sama dengan 0,60 (Budiyono, 2009: 300). Jika probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka koefisien regresi linier kedua sampel homogen.

Tabel 4.14

Hasil Uji Homogenitas Koefisien Regresi Linier Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir Kelompok Kontrol dan Kelompok

Eksperimen

Parameter Estimates

Dependent Variable:P_akhir

Parameter B

Std.

Error t Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Intercept 66.872 20.250 3.302 .002 25.673 108.070

P_awal .164 .266 .617 .541 -.377 .705

[Treatment=1] 7.692 2.447 3.144 .004 2.714 12.670

[Treatment=2] 0a . . . . .

a. This parameter is set to zero because it is

redundant.

(22)

Uji analisis berikutnya adalah ANCOVA atau uji kombinasi analisis regresi dan varians

Tabel 4.15

Ringkasan Hasil Uji ANCOVA

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:P_akhir

Source

Type I Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 449.516a 2 224.758 5.526 .009

Intercept 246843.361 1 246843.361 6.069E3 .000

P_awal 47.542 1 47.542 1.169 .287

Treatment 401.974 1 401.974 9.884 .004

Error 1342.123 33 40.670

Total 248635.000 36

Corrected Total 1791.639 35

a. R Squared = .251 (Adjusted R Squared = .205)

Ringkasan uji ANCOVA pada tabel di atas memberikan informasi tentang nilai F dan signifikansinya. Pada sumber varian Corrected Model, nampak bahwa F hitung sebesar 5,526 dengan taraf signifikansi 0,009. Oleh karena 0,009 < α= 0,050, maka dampak variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen signifikan. Artinya bahwa model pembelajaran VCT dan pengukuran awal secara simultan memiliki dampak yang berbeda secara signifikan terhadap hasil belajar siswa, dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Pada varian intercecept nampak bahwa F hitung sebesar 6,069 dengan taraf signifikansi hitung 0,000. Oleh karena 0,000 < α= 0,050, maka nilai intercept

signifikan. Nilai intercept merupakan besaran konstanta perubahan nilai variabel dependen sebesar nilai tersebut meskipun tanpa dipengaruhi keberadaan kovariat dan variabel independen. Pada kovarian pengukuran awal, diperoleh data F hitung 1,169, dengan taraf signifikansi 0,287. Oleh karena 0,253 > α= 0,05, maka nilai dampak kovariat tidak signifikan. Artinya tidak ada perbedaan pengaruh pengukuran awalterhadap hasil belajar siswa.

(23)

signifikan. Artinya bahwa dampak pembelajaran VCT berbeda secara signifikan dengan konvensional.

4.1.5 Hasil Uji Hipotesis.

Hasil uji hipotesis didasarkan pada hasil uji ANCOVA nilai pengukuran awal-pengukuran akhir kelompok kontrol dan eksperimen. Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini adalah:

H0:µ1 ≤µ2 = Hasil belajar berupa sikap terhadap Globalisasai pada

pembelajaran PKn menggunkan VCT tidak lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan hasil pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional.

Ha:µ1 > µ2 = Hasil belajar berupa sikap terhadap Globalisasai pada

pembelajaran PKn menggunkan VCT lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan hasil pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan uji ANCOVA yang telah dilakukan terhadap nilai pengukuran akhir kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diperoleh hasil signifikansi/probabilitas 0,004 atau < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha

diterima. Artinya terdapat perbedaan hasil belajar PKn yang signifikan pada siswa kelas atas SDN Gendongan 01 dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional dan VCT.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar berupa sikap terhadap Globalisasi pada pembelajaran PKn menggunakan VCT lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional pada kelas tinggi SD Negeri Gendongan 01. Hasil uji hipotesis menggunakan teknik ANCOVA diperoleh probabilitas 0,004.

Oleh karena nilai probabilitas lebih kecil dari nilai Alpha (α= 0,05), maka H0

ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan nilai probabilitas tersebut, dapat diartikan

(24)

Temuan bahwa hasil belajar berupa sikap terhadap Globalisasi pada pembelajaran PKn menggunakan VCT lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional didukung oleh perbedaan rerata masing-masing komponen (kognisi, afeksi, dan konasi) pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pada kelompok kontrol,rerata pada komponen kognisi mengalami penurunan dari 11,72 menjadi 11,17. Komponen afeksi mengalami peningkatan dari 32,22 menjadi 37,83 dan pada komponen konasi mengalami penurunan dari 32, 00 menjadi 30,33. Ketidakkonsistenan rerata sebelum dan sesuadah diberi perlakuan ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model konvensional tidak memberikan dampak terhadap hasil belajar pada aspek sikap. Hal ini dikarenakan tiap komponen pada aspek sikap yaitu kognisi, afeksi dan konasi saling mempengaruhi satu sama lain. Berbeda dengan rerata pada kelompok eksperimen yang menunjukkan kekonsistenan pada tiap komponen kognisi, afeksi dan konasi setelah diberi perlakuan. Pada kelompok eksperimen, rerata pada komponen kognisi mengalami peningkatan dari 10,83 menjadi 13,17. Begitu pula pada pada komponen afeksi mengalami peningkatan dari 31,06 menjadi 38,50 dan pada komponen konasi mengalami peningkatan dari 29,50 menjadi 34,61. Sehingga dapat dimaknai bahwa perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran VCT memberikan dampak terhadap hasil belajar ranah sikap yang leih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan pembelajaran mengggunakan model konvensional.

Berdasarkan rerata tiap komponen aspek tersebut dapat diketahui perbedaan rerata dari kedua sampel dimana rerata skor pada penerapan model pembelajaran VCT sebesar 86,28, sedangkan rerata skor pada penerapan model konvensional sebesar 71,39. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran

VCT memberikan dampak berbeda dan lebih tinggi daripada model pembelajaran konvensional.

(25)

dikemukakan oleh Djahriri dalam Taniredja, Faridli, dan Harmianto (2011: 91) yang berpendapat bahwa pembelajaran dengan model VCT dianggap unggul untuk pembelajaran afektif karena; pertama, mampu membina dan menanamkan nilai dan moral pada internal side; kedua, mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan isi pesan materi yang disampaikan; ketiga mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri siswa dan nilai moral dalam kehidupan nyata; keempat, mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan potensi diri siswa terutama potensi afektualnya; kelima, mampu memberikan pengalaman belajar dalam berbagai kehidupan; keenam, mampu menangkal, meniadakan mengintervensi dan menyubversi berbagai nilai moral naif yang ada dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang; ketujuh, menuntun dan memotivasi untuk hidup layak dan bermoral tinggi.

Temuan keampuhan model pembelajaran VCT dimungkinkan karena dilaksanakannya sintak/langkah-langkah VCT. Adapun isi sintak tersebut adalah penyajian stimulus berdilema nilai, kemudian siswa menentukan pilihan nilai, menguji alasan atas pemilihan tersebut, adu argumentasi yang kemudian diarahkan pada target nilai dan penyimpulan, selanjutnya adalah tindak lanjut.

Berdasarkan sintaksnya, model pembelajaran VCT mempunyai kelebihan seperti yang dikemukakan oleh Djahiri dalam Taniredja, Faridli, dan Harmianto (2011: 91), bahwa dengan model VCT ini nilai dan moral pada

(26)

itu, dalam VCT juga terdapat sesi diskusi sehingga akan mengembangkan kemampuan kerja sama siswa.

Keistimewaan model VCT, sesuai pendapat yang diungkapkan Sanjaya (2006) bahwa VCT dapat membatu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada daan tertanam dalam diri siswa. Dengan model pembelajaran VCT ini, siswa tidak serta merta menerima nilai yang dianggap baik oleh pengajar, melainkan siswa dapat menyelaraskan nilai yang dia miliki dengan nilai yang akan diterapkan melalui proses klarifikasi nilai sehingga nilai tersebut akan lebih tertanam dalam diri siswa.

Keberhasilan penerapan model VCT sejalan dengan kerangka pikir yang telah disusun pada BAB II. Melalui pembelajaran menggunakan model VCT

pada mata pelajaran PKn, siswa dapat menjelasakan pengertian globalisasi, menyebutkan pengaruh globalisasi pada makanan, minuman dan kebudayaan, siswa mampu menentukan sikap terhadap globalisasi. Proses pembelajaran menggunakan model VCT ini terdiri dari 6 langkah.

(27)

target nilai dan penyimpulan, sehingga siswa dituntut untuk dapat terbuka dengan hal baru. Langkah terakhir yaitu follow up atau tindak lanjut. Tindak lanjut ini memungkinkan terbinanya kesinambungan nilai/moral yang diajarkan dengan realita, sehingga nilai/moral yang didapatkan dalam pembelajaran sesuai dengan relita kehidupan siswa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh N. L. P. Eka Agustini, Ndara Tanggu Renda, dan I Nyoman Murda (2015), bahwa perbandingan hasil perhitungan rata-rata hasil belajar ranah afektif mata pelajaran PKn siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model VCT lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran dengan model konvensional. Mendukung penelitian N. L. P. Eka Agustini, Ndara Tanggu Renda, dan I Nyoman Murda (2015), Kd. Dewi Anggarini, I Nym. Murda, I Wyn. Sudiana (2013), telah membuktikan bahwa model pembelajaran VCT lebih baik dibandingkan dengan model konvensional. Begitu pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Si Ayu Sri Wahyuni, Ni Nyn. Ganing, I Md. Suara (2013) yang menunjukkan bahwa penggunaan model VCT memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar ranah afektif siswa.

Dukungan terhadap temuan hasil penelitian ini, tidak hanya N. L. P. Eka Agustini, Ndara Tanggu Renda, dan I Nyoman Murda (2015); Kd. Dewi Anggarini, I Nym. Murda, I Wyn. Sudiana (2013); dan Si Ayu Sri Wahyuni, Ni Nyn. Ganing, I Md. Suara (2013); keampuhan model pembelajaran VCT juga telah dibuktikan oleh Mursetyadi Yuli Sadono dan Muhsinatun Siasah Masruri (2014), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran VCT

efektif dalam pembelajaran penanaman nilai. Sejalan dengan Mursetyadi Yuli Sadono dan Muhsinatun Siasah Masruri (2014), Dewa Ayu, I Made Suara, I Gede Meter (2014), membuktikan bahwa model pembelajaran VCT

berpengaruh dan signifikan terhadap hasil belajar PKn.

(28)

Perdana (2012) juga mengungkapkan bahwa model pembelajaran VCT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Begitu pula dengan Ni Ketut Angriyani (2013), simpulan hasil penelitiannya adalah model pembelajaran VCT dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Gambar

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir
Gambar 4.1 Grafik Skor Rerata Pengukuran Awal dan Akhir tiap Komponen
tabel berikut.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengolahan data responden ahli diperoleh bahwa prioritas utama penentuan Kajian Rencana Strategik Berdasarkan Efektifitas Sistem Informasi pada gambar5

Konsep (concept) ini meliputi tujuan pembuatan aplikasi, siapa target pengguna aplikasi. Pada menu belajar membaca terdiri dari tiga kategori. Kategori yang pertama akan menampilkan

The user interface of PDFStego is shown in Figure 4. From Figure 4, the kind of PDF files which are presented by the above section are regarded as cover-texts, and var- ious media

Pemilihan Ukuran Cluster Spasial Maksimum dari Statistika Pemindaian Spasial dengan Menggunakan Statistik Set-Proportion

Sebelum dilakukan konseling, keluarga belum mengerti tentang perkembangan motorik kasar normal pada bayi, faktor-faktor penyebab terjadinya keterlambatan

Sensor non-fotografik berupa scanner menerima pantulan dari satu wilayah sangat sempit pada permukaan bumi (instanteous field of view/IFOV = medan pandang sesaat) yang masuk ke

Dalam analisis fungsional ada banyak topik yang mengacu pada ruang, misal ruang Hilbert, dalam ruang Hilbert ada beberapa konsep dasar yang perlu diketahui terlebih dahulu yaitu

Jika bangunan kaku (fixed) terhadap tanah (dan tidak dapat tergeser) gaya inersia yang menahan percepatan tanah akan bekerja pada tiap-tiap elemen struktur