• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KRIMINOLOGIS TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH PELAKU ANAK TERHADAP ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KAJIAN KRIMINOLOGIS TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH PELAKU ANAK TERHADAP ANAK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KRIMINOLOGIS TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH PELAKU ANAK TERHADAP ANAK

Deswandi Ahda, Erna Dewi, Firganefi email: (deswandiahda@ymail.com)

Abstrak

Pada kehidupan masyarakat modern saat ini kemajuan teknologi, urbanisasi, dan industrialisasi menimbulkan permasalahan sosial. Tidak mudah masyarakat untuk melakukan adaptasi terhadap kondisi tersebut, hal ini menyebabkan banyak kebingungan, kebimbangan, kecemasan dan konflik, baik konflik eksternal maupun internal dalam batin sendiri yang tersembunyi sifatnya. Tidak terkecuali pada anak yang kerap kali melakukan tidak pidana. Senyatanya anak sekarang sudah berani melakukan kekerasan bahkan pembunuhan terhadap anak. Permasalahan dalam skripsi ini adalah apa sajakah faktor penyebab tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku anak terhadap anak dan bagaimanakah upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku anak terhadap anak. Pendekatan masalah yang digunakan untuk menjawab permasalahan di atas yaitu pendekatan Kriminologis, pendekatan yuridis normatif, dan yuridis empiris. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, faktor penyebab tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku anak terhadap anak, terdiri atas dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern(berasal dari dalam diri manusia), yaitu faktor kepribadian (dalam diri anak), dan faktor biologis, sedangkan faktor ekstern yaitu faktor keluarga, faktor lingkungan, faktor agama, dan perkembangan teknologi. upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku anak terhadap anak adalah tindakan preventif dengan cara non penal dengan cara memberikan bekal agama kepada anak dan penyuluhan hukum. Upaya penanggulangan dengan melalui cara penal yaitu pemberian sanksi pidana sesuai Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak yang telah dirubah dengan Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

(2)

CRIMINOLOGICAL STUDY OF THE CRIMINAL ACT OF MURDER COMMITTED BY CHILDREN AGAINTS CHILD OFFENDERS

Deswandi Ahda, Erna Dewi, Firganefi email: (deswandiahda@ymail.com)

Abstract

In the life of today’s modern technological advances, urbanization, and industrialization lead to social problems. Society is not easy to adapt to these conditions, this causes a lot of confusion, indecision, anxiety and conflict, both external and internal conflicts in his own mind that the hidden nature. No exception in children who often commit a crime. In fact the child now has dared to commit violence and even murder of children. Problems in this thesis is what causes of criminal acts commited by perpetrators of the murder of a child to the child and how the response to he crime of murder commited by children againts child offenders. Approaches used to answer the question above, namely criminological approach, normative juridical approach, empirical juridical approach, based on the results of research and discussion, the causes of the crime of murder committed by children againts child offenders, consists of two factors, namely internal factors and factors external. Internal factors ( derived from in man ), namely the personality factors ( in children), and biological factors, whlie exeternal factors that family faktors, environmental factors, religious factors, and technological developments. The response to the crime of murder committed by children againts child offenders is a preventive action by way of a non-penal by way of provision for children’s religious and legal counseling through a reduction in the penal way is the provision of criminal sanctions in accordance law no. 3 of 1997 on juvenile justice as ammended by way no 11 of 2012 on juvenile criminal justice system.

(3)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada kehidupan masyarakat modern saat ini kemajuan teknologi, urbanisasi, dan industrialisasi menimbulkan permasalahan sosial. Tidak mudah masyarakat untuk melakukan adaptasi terhadap kondisi tersebut, hal ini menyebabkan banyak kebingungan, kebimbangan, kecemasan dan konflik, baik konflik eksternal maupun internal dalam batin sendiri yang tersembunyi sifatnya. Sebagai akibatnya orang melakukan perilaku menyimpang dari norma-norma umum, dengan berbuat atas keinginannya sendiri demi kepentingan pribadi, kemudian menggangu dan merugikan pihak lain.

Perkembangan masyarakat seperti ini, pengaruh budaya di luar sistem masyarakat sangat mempengaruhi perilaku anggota masyarakat itu sendiri, khususnya anak-anak, lingkungan, terutama lingkungan sosial, mempunyai peranan yang amat besar terhadap pembentukan perilaku anak-anak, termasuk perilaku tindak pidana yang dilakukan oleh anak-anak. Di samping itu keadaan ekonomi pun juga bisa menjadi pendorong bagi anak untuk melakukan perbuatan yang dilarang.

Anak merupakan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Setiap anak mempunyai harkat dan martabat yang patut dijunjung tinggi dan setiap anak yang terlahir harus mendapatkan hak-haknya tanpa anak tersebut meminta. Hal ini sesuai dengan ketentuan Konvensi Hak

Anak (Convention on the Rights of the Child) yang diratifikasi oleh pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990, kemudian juga dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dan Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang kesemuanya mengemukakan prinsip-prinsip umum perlindungan anak, yaitu non diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, kelangsungan hidup dan tumbuh kembang, dan menghargai partisipasi anak.1

Perilaku tindak pidana yang dilakukan anak merupakan salah satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Pengaruh sosial dan kultural memainkan peranan penting dalam pembentukan atau pengkondisian tingkah laku kriminal anak-anak.

Pengertian anak menurut Pasal 1 angka 1 UU Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, yaitu : “ Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun, dan belum pernah kawin”.2

Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 1/PUU-VIII/2010, maka anak dalam UU Pengadilan Anak mengalami perubahan menjadi: anak adalah “orang yang dalam

1

http://anjarnawanyep.wordpress.com-konsep-restorative-justice, diakses melalui internet pada tanggal 6 Juni 2014, pukul 22.00 wib.

2

Tri Andrisman, Hukum Peradilan Anak,

(4)

perkara anak nakal telah mencapai umur 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 1 Ayat (3) menyebutkan bahwa anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas), tetapi belum mencapai 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana. Terkait tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku anak terhadap anak merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan nyawa seseorang dengan cara yang melanggar hukum. Tindak pidana pembunuhan di atur dalam bab XIX Buku ke- II yakni dimulai dari Pasal 338, Pasal 339, Pasal 340, Pasal 341, Pasal 344, Pasal 345, Pasal 346, Pasal 359 KUHP, yang selanjutnya dikategorikan sebagai kejahatan terhadap nyawa.

Melihat dari sebuah contoh kejadian nyata, pada zaman sekarang nyatanya anak sudah berani melakukan tindak pidana pembunuhan, adalah kasus tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku anak terhadap anak. Seorang siswa kelas IX SMP di Kalianda Arif Arianto (AR), 16 tahun divonis 6 tahun penjara karena membunuh mantan pacarnya sendiri, Ayu Lestari (AL), 17 tahun. Nomor putusan 08/ Pid.AN/AN/2012/P.N. KLD.

Kasus tersebut bermula saat AR memutuskan tali pacaran dengan AL. Namun dua (2) minggu setelah putus,

3Ibid

., hlm. 39.

AR minta bertemu disebuah pemakaman di Natar, Lampung Selatan pada 24 Februari 2012 untuk mengajak kembali pacaran, tetapi tidak ditanggapi. Mendapat jawaban ini, AR menagih uangnya yang masih ditangan AL sebanyak Rp 80 ribu. AL menjawab uang tersebut sudah dipakai oleh pacar barunya. Tidak habis akal AR minta ponsel AL sebagai gantinya tetap AL mengaku tidak punya ponsel, ketika mendengar HP yang disembunyikan di jok motor berdering, lalu marahlah AR dan menusuk AL di pinggang. Mendapat tusukan ini, AL lalu berteriak meminta tolong sehingga membuat AR kalap. Langsung saja dia menusukkan pisau kemuka AL tetapi AL mengelak. Sehingga pisau AR menancap di leher AL yang mengakibatkan AL meninggal dunia.4

Contoh lain adalah kematian Dwi Komala Sari (16) tahun siswi kelas II Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMTI) Bandar Lampung, cukup tragis dan memilukan. Jasad korban berada di dalam karung terkubur di tanah sedalam 40 cm. Yang ditemukan di belakang gedung milik PT Pusri di jalan Gatot Subroto, Pahoman, Teluk Betung Utara, yang dilakukan rekan sekolahnya Derry (16) tahun karena dilatarbelakangi motif percintaan. Nomor putusan 791/ Pid.A/2012/P.N.TK.

Beberapa contoh kenakalan yang dilakukan anak nyatanya terjadi zaman sekarang, AR dan Derry merupakan beberaapa contoh anak nakal yang telah melakukan tindak

4

(5)

pidana pembunuhan, dan terbukti bersalah di pengadilan, sehingga pengadilan menjatuhkan pidana penjara 6 (enam) tahun pada AR dan 10 (sepuluh) tahun pada Derry.

Masyarakat yang baik dimasa akan datang bergantung dari perilaku anak-anak sekarang sebagai generasi penerus. Anak-anak yang baik dalam berprilaku sangat menunjang terbentuknya sistem sosial masyarakat. Oleh karena itu permasalahan perilaku tindak pidana anak perlu mendapat perhatian demi terbentuknya sistem sosial masyarakat yang baik.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Apakah yang menjadi faktor penyebab tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku anak terhadap anak dan (2) bagaimanakah upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku anak terhadap anak.

C. Metode Penelitian

Pendekatan masalah yang digunakan untuk menjawab permasalahan di atas yaitu Pendekatan Kriminologis, pendekatan yuridis normatif, dan yuridis empiris. Data yang digunakan adalah data primer, dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan, dan studi lapangan. Data-data tersebut lalu dilakukan pengolahan melalui tahap editing, evaluasi, klasifikasi data, dan sistematisasi data. Data yang sudah diolah tersebut kemudian disajikan dalam bentuk uraian, yang lalu diinterpretasikan atau ditafsirkan untuk dilakukan pembahasan dan dianalisis secara

kualitatif, kemudian untuk selanjutnya ditarik suatu kesimpulan dengan menggunakan metode induktif.

II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Pembunuhan yang Dilakukan oleh Pelaku Anak terhadap Anak

Kejahatan sebagai fenomena sosial dipengaruhi oleh berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat seperti politik, ekonomi, sosial budaya dan hal – hal yang berhubungan dengan upaya pertahanan dan keamanan negara. Adapun prespektif kriminologi bersifat dinamis dan mengalami pergeseran dari perubahan sosial dan pembangunan yang berkesinambungan. Mengetahui tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak, maka penulis melakukan penelitian di LSM Lembaga Advokasi Anak Lampung, Dosen Bagian Hukum Pidana Universitas Lampung, Tokoh masyarakat tempat kediaman pelaku (Ketua RT 02 lingkungan I Tanjung Raya, Kecamatan Kedamaian, Bandar Lampung), Terpidana kasus pembunuhan, dan Lapas I Bandar Lampung.

(6)

seorang supir truk dan ibunya bekerja sebagai buruh cuci rumah tangga yang kurang memberikan perhatian dan tidak adanya tanggung jawab sebagai orang tua yang harus memberikan hak-hak anak seperti yang tertera dalam konvensi Hak Anak, serta kurangnya pengertian atau nasihat-nasihat, serta kasih sayang yang diberikan oleh orang tua.

Berdasarkan uraian diatas, faktor yang menyebabkan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku anak terhadap anak, penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Ramli Atmasasmita yaitu :

1. Teori Differential Association teori ini mengetengahkan suatu penjelasan sistematik mengenai penerimaan pola-pola kejahatan. Perilaku jahat tidak diwariskan tetapi dipelajari melalui pergaulan yang akrab.5

Berdasarkan hasil wawancara penulis menurut Dede Suhendri (Direktur Eksekutif LSM LadA), faktor penyebab tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak adalah :6

Lingkungan sosial tempat hidup seseorang banyak berpengaruh dalam membentuk tingkah laku kriminal, sebab pengaruh sosialisasi seseorang tidak akan lepas dari pengaruh lingkungan. Bahwa bukan hanya pengaruh faktor lingkungan sosial yang ikut berperan akan timbulnya

5

Romli Atmasasmita, Teori dan Kapita

Selekta Kriminologi, Bandung: PT Refika

Aditama, 2010, hlm. 23-49.

6

Berdasarkan hasil wawancara dengan Dede Suhendri tanggal 11 September 2014 Pukul 14.41

kejehatan tetapi faktor tempat tinggal pun ikut juga mempengaruhi kejahatan seperti tindak pidana pembunuhan. Apabila seseorang itu bergaul dengan orang yang berperilaku buruk tentu akan mempengaruhi tingkah lakunya pula.

Menurut penulis berdasarkan hasil wawancara diatas, penulis sependapat bahwasanya faktor penyebab tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak sesuai dengan teori differential Association bahwa faktor lingkungan begitu mempengaruhi seorang anak melakukan tindakan kriminal, karena disitu terdapat interaksi dan sosialisai, hubungan ini yang menjadi faktor apabila anak tersebut salah bergaul dengan orang yang berperilaku buruk itu dapat menjadi pengaruh tidak baik bagi dirinya. 2. Teori Kontrol Sosial, Teori ini merujuk kepada pembahasan delinkuensi dan kejahatan yang dikaitkan dengan variabel-variabel yang bersifat sosiologis: antara lain struktur keluarga, pendidikan dan kelompok dominan.7

Menurut Dede Suhendri,8 faktor penyebab lain tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak yaitu :

1. Kepribadian (Personaliti)

Mempersoalkan tentang kepribadian seseorang, maka yang menjadi perhatian adalah tingkah laku ini erat hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan.

2. Faktor Kondisi Keluarga

Khususnya di kota-kota besar di Indonesia, generasi muda yang orang

7

Romli Atmasasmita, Loc. Cit.

8

(7)

tuanya disibukkan dengan kegiatan bisnis sering mengalami kekosongan batin karena bimbingan dan kasih sayang langsung dari orang tuanya sangat kurang.

Penulis sependapat, bahwa faktor keluarga disini sesuai dengan teori kontrol sosial yaitu orang tua yang kurang memperhatikan segala aktivitas anaknya diluar maupun didalam rumah dapat mengakibatkan anak mudah terjerumus pergaulan yang tidak baik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, Menurut Pendapat Mahfud,9 faktor yang mempengaruhi anak melakukan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku anak terhadap anak, bisa disebabkan : faktor pendidikan, dengan adanya pendidikan disekolah yang mengajarkan pengetahuan umum juga memberikan pendidikan anti kekerasan serta penjelasan mengenai pendidikan ini. Setidaknya anak dapat menyaring mengenai hal-hal buruk. kurang pengertian orang tua dengan pendidikan.

3. Teori Anomi

Teori Anomie : Emile Durkheim, ia menekankan mengendornya pengawasan dan pengendalian sosial yang berpengaruh terhadap terjadinya kemerosotan moral yang menyebabkan individu sukar menyesuaikan diri.10

9

Berdasarkan hasil wawancara dengan Mahfud tanggal 11 September 2014 Pukul 15.00

10

Romli Atmasasmita, Loc. Cit.

menurut Heni Siswanto,11 faktor penyebab anak melakukan tindak pidana pembunuhan terhadap anak dapat disebabkan oleh Faktor di dalam diri anak itu sendiri, yaitu bisa timbul karena bakat, lemahnya pertahanan diri, kurangnya kemampuan penyesuaian diri, dan kurangnya dasar-dasar keimanan di dalam diri remaja.

Selain dari ketiga teori yang digunakan diatas Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku anak terhadap anak. penulis juga menggunakan teori yang dikemukakan oleh Abdul Syani, yaitu 12:

Berdasarkan wawancara penulis menurut Mahfud,13 faktor penyebab tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak adalah sebagai berikut :14

A. Faktor intern, yang dimaksud dengan faktor intern ialah faktor yang datangnya dari dalam tubuh manusia sendiri, tanpa pengaruh lingkungan sekitar, termasuk dalam faktor ini yaitu :

1. Kelamin

Perbedaan sex atau kelamin memang dapat mempengaruhi tindakan atau sikap. Hal ini sangat jelas pada periode pubertas.

11

Berdasarkan hasil wawancara dengan Heni Siswanto tanggal 1 September 2014 Pukul 12.43

12

Abdul Syani. Sosiologis Kriminalitas.

Bandung. Remaja Karya. 1987. hlm. 37.

13

Berdasarkan hasil wawancara dengan Mahfud tanggal 11 September 2014 Pukul 15.00

14

(8)

B. Faktor ekstern, yaitu faktor yang berasal pada lingkungan diluar dari diri manusia (ekstern), yaitu :

1. Faktor Lingkungan atau Tempat Tinggal. Adanya pengaruh yang kuat dari hubungan seorang anak dengan lingkungan sosial tempat tinggalnya. Lingkungan yang buruk dapat memicu anak berbuat hal yang tidak baik.

2. Faktor Kondisi Keluarga

Keluarga yang kurang harmonis dan kurang baik juga akan memberikan faktor negatif terhadap perkembangan anak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber di atas, penulis sependapat bahwa faktor lingkungan dan kondsi keluarga yang kurang harmonis dan kurang baik, faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku anak. Karena pengaruh lingkungan yang buruk dapat membuat anak berperilaku tidak baik

menurut Heni Siswanto,15 faktor penyebab anak melakukan tindak pidana pembunuhan terhadap anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal (dari dalam diri si anak) dan faktor eksternal (dari luar diri).

Faktor internal (dari dalam diri) : 1. Faktor dilingkungan keluarga, yaitu anak kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tua.

2. Faktor yang berasal dari lingkungan masyarakat dan sekolah, yaitu kurangnya pengawasan terhadap anak, pengaruh norma-norma baru dari luar, dan

15

Berdasarkan hasil wawancara dengan Heni Siswanto tanggal 1 September 2014 Pukul 12.43

pelaksanaan ajaran-ajaran agama secara konsekuen.

Adapun faktor eksternal ( dari luar diri) :

1. Faktor pergaulan teman sebaya, Pengaruh pergaulan anak dengan teman sebayanya tidak selalu baik, apabila anak salah bergaul dengan teman yang kurang baik tentu akan berdampak pada perilaku anak tersebut yang tidak baik.

2.Banyaknya tayangan negatif Video, vcd dan tayangan televisi yang mengandung unsur kekerasan begitu marak dikalangan masyarakat dengan mudahnya didapat dan dibeli oleh siapa saja, bahkan anak dibawah umur.

Selain sebagaiamana disebutkan di atas, menurut penulis, ada pula faktor kontrol diri, kenakalan anak juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangakan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Beberapa anak gagal dalam mengembangakan kontrol diri yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan. Kontrol diri mempunyai peranan penting dalam kenakalan anak. Mereka mungkin gagal membedakan tingkah laku yang dapat diterima, atau mungkin mereka sebenarnya sudah mengetahui perbedaan itu untuk membimbing tingkah laku mereka

(9)

menggunakan teori penanggulangan tindak pidana, yaitu:16

1. Upaya Preventif

Yaitu upaya penanggulangan non penal (pencegahan) misalnya penyantunan dan pendidikan sosial dalam rangka mengembangkan tanggung jawab sosial warga masyarakat, penggarapan jiwa masyarakat melalui pendidikan moral, agama dan sebagainya. Usaha-usaha non penal ini dapat meliputi bidang yang sangat luas di seluruh sektor kebijakan sosial.

2. Upaya Represif

Usaha yang dilakukan untuk menghadapi pelaku kejahatan seperti dengan pemberian sanksi berupa pidana, pencegahan serta perlindungan sosial.

Berdasarkan hasil penelitian, upaya penanggulangan terhadap tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak dapat dilakukan dengan upaya preventif dan upaya represif, sebagai berikut : 1. Upaya preventif

Melalui yang bersifat preventif (pencegahan/penangkalan/pengendali an) upaya ini meliputi bidang-bidang yang sangat luas diseluruh sektor kebijakan sosial. Yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi sosial tertentu yang secara tidak langsung mempengaruhi preventif terhadap kejahatan.

Berdasarkan wawancara penulis, Menurut Dede Suhendri,17 upaya

16

Barda Nawawi Arif, Bunga Rampai

Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 42.

17

Berdasarkan hasil wawancara dengan Dede Suhendri, tanggal 11 September 2014 Pukul 14.41

penanggulangan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak adalah melalui lingkungan keluarga. Perkembangan karakter seoarang anak dipengaruhi oleh perlakuan keluarga terhadapnya. Karakter seseorang terbentuk sejak dini, dalam hal ini peran keluarga tentu sangat berpengaruh, sebagai lembaga sosial terkecil, keluarga merupakan miniatur masyarakat yang kompleks, karena dimulai dari keluarga seorang anak mengalami proses sosialisasi. Dalam keluarga, seorang anak belajar bersosialisasi, memahami, menghayati, dan merasakan segala aspek kehidupan yang tercermin dalam kebudayannya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai kerangka acuan di setiap tindakannya dalam menjalani kehidupan. Selain itu harus ada perhatian juga dari aparat penegak hukumnya, adanya perhatian dari pemerintah untuk melindungi agar anak dapat terhindar dari kejahatan pembunuhan.

Selain itu, Mahfud menambahkan,18 upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kejahatan pembunuhan ini dengan cara pemerintah bersama-sama masyarakat menyeleksi film yang berbau atau mengandung unsur kekerasan, tidak hanya pemerintah saja yang turut andil dalam upaya ini, akan tetapi dukungan masyarakat lingkungan tempat tinggal serta peran sekolah dan pendidikan agama amat penting.

18

(10)

Selanjutnya, Heni Siswanto berpendapat,19 upaya preventif penanggulangan terhadap tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak dengan melakukan pendidikan hukum kepada masyarakat umum dan anak-anak sekolah tentang anti kekerasan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. Yang bertujuan dihapuskannya atau dihilangkannya faktor penyebab tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak ini baik internal maupun eksternal.

Kemudian berdasarkan wawancara oleh Diah Gustiniati,20 upaya yang dapat dilakukan untuk penanggulangan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak, dapat dilakukan melalui :

1. Peranan orang tua

Dalam lingkungan keluarga tugas pembinaan dan pembentukan kondisi yang berdampak positif bagi perkembangan mental anak sebagian besar menjadi tanggung jawab orang tua. Keluarga menjalankan peranannya sebagai suatu sistem yang dapat membentuk karakter serta moral seorang anak. Keluarga tidak penanggulangan, membekali anak-anaknya dengan agama, kegiatan-kegiatan positif, memberi motivasi

19

Berdasarkan hasil wawancara dengan Heni Siswanto, tanggal 1 September 2014 Pukul 12.43

20

Berdasarkan hasil wawancara dengan Diah Gustiniati, tanggal 23 September 2014 Pukul 14.02

kepada anak, dan memberi contoh yang baik.

2. Pendidik atau sekolah

Peranan lembaga pendidikan formal atau sekolah dalam hal ini adalah pendidik,berperan penting dalam usaha pencegahan kenakalan anak. Sebab sekolah secara nyata adalah tempat yang paling sering bahkan setiap hari dikunjungi oleh anak, sehingga mempunyai kaitan erat secara berkelanjutan antara anak dan aktivitas sekolah. Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah yaitu dengan menegakkan disiplin yang baik dan wajar dapat diterapkan dengan pembentukan aturan aturan yang sesuai.

Kemudian menurut welly,21 ia menyatakan, dalam upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak ini yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pembekalan agama dan moral yang diberikan kepada keluarga terhadap anak serta pemberian perhatian dan rasa kasih sayang orang tua untuk anak.

Menurut penulis, berdasarkan hasil wawancara dengan para narasumber, penulis sependapat bahwasanya upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku anak terhadap anak melalui jalur non penal (pencegahan) dapat dilakukan dengan memberikan pembekalan agama, rasa kasih sayang dan perhatian oleh keluarga serta peran aktif masyarakat serta pendidik sekolah dalam mengawasi, mencegah timbulnya perilaku menyimpang dikalangan anak

21

(11)

khususnya, serta memberikan pendidikan hukum atau penyuluhan terhadap anak tentang pengaturan hukum yang relevan dengan perbuatan-perbuatan nakal yang sering kali mereka lakukan. Sehingga anak-anak akan memahami perilaku yang baik, yang bertujuan agar anak dapat bertindak mengarah ke hal-hal yang positf.

III. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis dapat ditarik simpulan bahwa :

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku anak terhadap anak ada dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor internal meliputi faktor kepribadian atau dalam diri si anak, faktor biologis. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan, faktor, faktor sosio ekonomi. Upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak dapat dilakukan melalui upaya preventif dan upaya represif. Upaya preventif dapat dilakukan dengan memberi pengarahan, pembekalan agama, pendidikan hukum atau penyuluhan yang luas kepada anak mengenai anti kekerasan dimulai dari keluarga, lingkungan, pemerintah, serta masyarakat, dengan demikian anak akan memahami dan mengetahui perilaku yang baik. Sedangkan upaya represif yang dapat dilakukan dengan memberikan sanksi pidana atau penjatuhan pidana sebagaimana diatur dalam UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Untuk kasus yang diteliti oleh penulis dalam hal ini menggunakan

Pasal 339 KUHP tentang Pembunuhan juncto Pasal 80 Ayat (3) UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juncto Pasal 26 Ayat (1) dan (2) UU No. 3 Tahun 1997 tentang peradilan Anak

DAFTAR PUSTAKA Buku/Literatur :

Andriman, Tri, 2013. Hukum Peradilan Anak. Bandar Lampung: Fakutas Hukum Unila.

Atmasasmita, Romli. 2010. Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Bandung: PT Refika Aditama.

Nawawi Arief, Barda. 2010. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), Jakarta: Kencana.

Syani. Abdul. 1987. Sosiologis Kriminalitas. Bandung. Remaja Karya

Internet :

http://www.solopos.com

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu diantaranya muncul yang dinamkan sistem, sistem adalah sekelompok unsure yang erat berhubungan dengan yang lainya, sehingga dengan adanya sistem dan

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang dapat dikemukakan adalah (1) Bagaimana bentuk pertunjukan Kelompok Jaranan Pegon Suko Budoyo di Kabupaten

Yang berarti bahwa dari variabel produk/hasil belum secara signifikan mendukung tercapainya tujuan program BOS SMA dalam mewujudkan Pendidikan Menengah Universal

Peristiwa erupsi yang menyisakan timbunan material vulkanik, peristiwa banjir lahar dingin, perubahan profil ekosistem lereng Gunung Merapi dan sekitarnya,

The objectives of this final project report are to know and to understand the English teaching and learning activities in SDN 03 Jaten, including the process

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menemukan ada atau tidaknya perbedaan pengaruh prestasi belajar antara siswa yang diajar dengan metode Make A Match dan siswa yang diajar dengan

Hasil penelitian, adanya perbedaan karakteristik morfologi dan anatomi jahe berdasarkan perbedaan ketinggian tempat, tanaman jahe di Kecamatan Tugumulyo memiliki

Bigne et al ., (2010) dalam studinya di bidang pariwisata menemukan bukti nyata bahwa citra secara positif mempengaruhi niat untuk berkunjung lagi diwaktu yang akan