15
A.KERANGKA TEORI
1. Tugas dan Kewenangan Polisi.
Kepolisian Negara Republik Indonesiua sebagai salah satu lembaga
penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintahan dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya juga harus berdasarkan legitimasi hukum yang berlaku.
Fungsi utama dari polisi adalah menegakkan hukum dan melayani
kepentingan masyarakat. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tugas polisi
adalah melakukan pencegahan terhadap kejahatan dan memberikan
perlindungan kepada masyarakat. Pekerjaan kepolisian hanya boleh
dijalankan dengan mengikuti dan mematuhi berbagai batasan tertentu. Salah
satu batasan tersebut adalah hukum. Polisi ditugasi untuk menciptakan dan
memelihara ketertiban dalam kerangka hukum yang berlaku.21
Dalam Undang Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia Bab III Pasal 13 disebutkan bahwa tugas pokok
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah :22
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
b. Menegakkan hukum dan
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.
21 UU No. 2 Tahun 2002 tentangKepolisian Negara Republik Indonesia, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta 2017, h. v.
22 Pasal 13 UU No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia,
Secara rinci dijelaskan pada Pasal 14 ayat 1 UU No 2 tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bahwa “dalam melaksanakan
tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara
Republik Indonesia bertugas”:23
a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap
kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.
b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;
c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,
kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap
hukum dan peraturan perundang – undangan;
d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa;
g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana
sesuai dengan hukum secara pidana dan peraturan perundang – undangan
lainnya;
h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas
kepolisian;
i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan
lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan / atau bencana termasuk
memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia;
j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum di
tangani oleh instansi dan / atau pihak yang berwenang;
k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan
dalam lingkup tugas kepolisian serta melaksanakan tugas lain sesuai
dengan peraturan perundang – undangan.
Dalam Pasal 15 ayat (1) UU No 2 Tahun 2002 disebutkan bahwa
“dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 dan 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum
berwenang”:24
a. Menerima laporan dan / atau pengaduan;
b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat
mengganggu ketertiban umum;
c. Mencegah dan menangggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;
d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa;
e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan
administratif kepolisian;
f. Melksanakan pemeriksaaan khusus sebagai bagian dari tindakan
kepolisian dalam rangka pencegahan;
g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian ;
h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya sert memotret seseorang;
i. Mencari jketerangan dan barang bukti
j. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal nasional;
k. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan
dalam rangka pelayanan masyarakat;
l. Memberikan bantuan pengamanan dalam siding dan pelaksanaan
putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;
m.Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.
Wewenang polisi di rinci lagi dalam Pasal 15 ayat 2 UU No 2 tahun
2002 yang menyebutkan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia
sesuai dengan perturan perundang – undangan lainnya berwenang:25
a. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan
masyarakat lainnya;
b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor;
c. Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor;
d. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;
e. Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak,
dan senjata tajam;
f. Memberikan izin opperasional dan melakukan pengawasan terhadap
badan usaha di bidang jawa pengamanan;
g. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus
dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian;
h. Melakukan kerja sama dengan kepolisian Negara lain dalam menyidik
dan memberantasan kejahatan internasional;
i. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing
yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait;
j. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian
internasional;
k. Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas
kepolisian.
Dibidang proses pidana seperti yang tercantum dalam Pasal 16 ayat (1)
UU No 2 tahun 2002 Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang
untuk:26
a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;
b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian
perkara untuk kepentingan penyelidikan;
c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka
penyidikan;
d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri;
e. Melakukan pemeriksaan dan penyiksaan dan penyitaan surat;
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
h. Mengadakan penghentian penyidikan;
i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang
berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak
atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka
melakukan tindak pidana;
k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai
negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri
sipil untuk diserahkan kepada penuntut umu; dan
l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab.
Tindakan lain tersebut diatas adalah tindakan penyelidikan dan
penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagaimana tercantum
pada Pasal 16 ayat 2 UU No 2 tahun 2002 yaitu :27
a. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;
b. Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut
dilakukan;
c. Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;
d. Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa, dan
27 Pasal 16 ayat 2 UU No 2 Tahun 2002 tentangKepolisian Negara Republik Indonesia,
e. Menghormati hak asasi manusia.
“Untuk kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara Republik
Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak
menurut penilaianya sendiri. Hal itu hanya dapat dilakukan dalam keadaan
yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan,
serta Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia”.28
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, pejabat Kepolisian
Negara Republik Indonesia senantiasa bertindak berdasarkan norma hukum
dan mengindahkan norma agama, kesopanan, kesusilaan, serta menjunjung
tinggi hak asasi manusia. Untuk melaksanakan upaya tersebut Kepolisian
Negara Republik Indonesia mengutamakan tindakan pencegahan.29
2. Kewenangan Polisi dalam Menangani Lalu Lintas
Pada uraian sebelumnya telah dikemukakan tentang tugas dan
wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Salah satu wewenang
kepolisian adalah menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin
keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan, yang termaktub
pada UU Nomor 2 tahun 2002 Pasal 14 ayat (1) butir b “lalu lintas adalah
gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan”.30 Sedangkan pada
pasal 1 ayat 1 UU No 22 tahun 2009 disebutkan bahwa “lalu lintas dan
28 Pasal 18 ayat 1 dan 2 UU No 2 Tahun 2002 tentangKepolisian Negara Republik Indonesia, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta 2017, h. 13.
29 Pasal 19 ayat 1 dan 2 Ibid. h. 13.
angkutan jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu lintas,
angkutan jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, Prasarana lalu lintas
dan angkutan jalan, Kendaraan, Pengemudi, pengguna jalan, serta
pengelolaanya”.31 Berdasar uraian tersebut dapat dipahami bahwa cakupan
dari lalu lintas sangat luas. Untuk lebih memberikan gambaran beberapa
konsep dari unsur pengertian lalu lintas dan angkutan jalan berikut beberapa
batasan yang disebutkan dalam UU NO 22 tahun 2009 pasal 1
diantaranya:32
a. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan,
(ayat 3)
b. Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan adalah serangkaian simpul
dan/atau ruang kegiatan yang saling terhubungkan untuk
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan. (ayat 4)
c. Simpul adalah tempat yang diperuntukkan bagi pergantian antarmoda
dan intermoda yang berupa terminal, stasiun kreta api, pelabuhan laut,
pelabuhan sungai dan danau, dan/atau Bandar udara. (ayat 5)
d. Prasarana lalu lintas dan angkutan jalan adalah ruang lalu lintas, terminal,
dan perlengkapan jalan yang meliputi marka, rambu, alat pemberi isyarat
lalu lintas, alat pengendali dan pengaman pengguna jalan, alat
pengawasan dan pengamanan jalan, serta fasilitas pendukung. (ayat 6)
31Pasal 14 ayat 1 butir b UU No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, Pustaka Mahardika, Yogyakarta, 2015, h.1
e. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri kendaraan
bermotor dan kendaraan tidak bermotor. (ayat 7)
f. Ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak
pindah kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa jalan dan fasilitas
pendukung. (ayat 11)
g. Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan
tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air kecuali jalan rel dan jalan
kabel. (ayat 12)
h. Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di
jalan yang telah memiliki Surat Ijin Mengemudi. (ayat 23)
i. Pengguna jalan adalah orang yang menggunakan jalan untuk berlalu
lintas. (ayat 27)
Itulah beberapa batasan konsep yang menjadi bagian dari pengertian
lalu lintas dan angkutan jalan. Mengacu pada pengertian lalu lintas dan
angkutan jalan maka tugas dan wewenang kepolisian meliputi berbagai hal
yang berkaitan dengan penyelenggaraan segala kegiatan dalam menjamin
keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan.
Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan dalam kegiatan
pelayanan langsung kepada masyarakat dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, badan hukum dan/atau masyarakat.33 Penyelenggaraan
lalu lintas dan angkutan jalan oleh pemerintah dilaksanakan sesuai dengan
33Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
tugas pokok dan fungsi instansi masing – masing.34 Kepolisian Negara
Republik Indonesia merupakan salah satu penyelenggara lalu lintas dan
angkutan jalan disamping instansi – instansi lain. Hal tersebut termaktub
dalam Pasal 7 ayat 2 butir e UU No 22 tahun 2009 yang menyatakan bahwa
“urusan pemerintahan di bidang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan
Bermotor dan Pengemudi, Penegakan hukum, Operasional Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas, serta pendidikan berlalu lintas oleh Kepolisian
Negara Republik Indonesia”.35 Penyelenggaraan dibidang Registrasi dan
identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penegakan hukum,
operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta pendidikan berlalu
lintas meliputi :
a. Pengujian dan Penerbitan Surat Izin Mengemudi kendaraan bermotor.
b. Pelaksanaan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor.
c. Pengumpulan, pemantauan, pengolahan dan penyajian data lalu lintas
dan jalan raya.
d. Pengelolaan pusat pengendalian sistem infomasi dan komunikasi lalu
lintas dan angkutan jalan.
e. Pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli lalu lintas.
f. Penegakan hukum meliputi penindakan pelanggaran dan penanganan
kecelakaan lalu lintas.
g. Pendidikan berlalu lintas.
34 Pasal 14 ayat 1 butir b UU No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pustaka Mahardika, Yogyakarta, 2015,h. 13.
h. Pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas.
i. Pelaksanaan manajemen operasional lalu lintas.36
Beberapa aspek tersebut merupakan salah satu acuan dari tugas dan
wewenang kepolisian dalam menangani lalu lintas dan angkutan jalan
disamping tugas dan wewenang di bidang lain. Untuk itu dalam organisasi
kepolisian terdapat satu unit kerja tersendiri yang menangani masalah lalu
lintas.
3. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
Dalam kamus bahasa Indonesia “manajemen” diartikan sebagai
pemanfaatan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan atau sasaran
yang dimaksud.37 Sedangkan “rekayasa” merupakan sesuatu yang dirancang
dengan baik untuk dilaksanakan, penerapan kaidah – kaidah ilmu dalam
pelaksanaan.38 Dengan demikian secara leksikal dapat diartikan bahwa
manajemen lalu lintas merupakan upaya memanfaatkan sumber daya yang
efektif sehingga arus lalu lintas dapat berjalan dengan lancar, tertib, aman,
dan nyaman bagi seluruh pengguna jalan. Demikian juga dengan “rekayasa
lalu lintas” merupakan upaya yang dirancang secara seksama dalam bidang
lalu lintas untuk dapat dilaksanakan guna menunjang arus lalu lintas
berjalan dengan baik.
36 Pasal 12 Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, Pustaka Mahardika, 2015, h. 17.
37EmZul Fajri dan Ratu Parilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Difa Publisher, h.547
Manajemen lalu lintas adalah suatu pengaturan dan penggunaan
sistem jalan raya yang sudah ada dengan tujuan untuk memenuhi suatu
tujuan tertentu tanpa perlu penambahan/pembuatan infrastruktur baru.
Manajemen lalu lintas diterapkan untuk memecahkan masalah lalu lintas
jangka pendek (sebelum pembuatan infrastruktur baru dilaksanakan), atau
diterapkan untuk mengantisipasi masalah lalu lintas yang berkaitan.Tujuan
pokok manajemen lalu lintas adalah memaksimumkan pemakaian sistem
jalan yang ada dan meningkatkan keamanan jalan, tanpa merusak kualitas
lingkungan.39
Institute of Transportation Engineers, USA mendefinisikan makna
“rekayasa lalu lintas” sebagai suatu tahap dari rekayasa transportasi yang
menyangkut perancangan, perencanaan geometri dan operasi lalu lintas dari
segala macam jalan, jaringan jalan, terminal, tanah sekitarnya serta
hubungan dengan jenis angkutan yang lainnya. Sedangkan menurut Institute
of Civil Engineers, England “rekayasa lalu lintas adalah bagian dari
kerekayasaan yang berhubungan dengan perencanaan lalu lintas dan
perencanaan jalan, lingkungan dan fasilitas parkir dan dengan alat – alat
pengatur lalu lintas guna memberikan keamanan, kenyamanan dan
pergerakan yang ekonomis bagi kendaraan dan pejalan kaki.40 Secara umum
sasaran dari rekayasa lalu lintas (Traffic Engineering) adalah penggunaan
prinsip – prinsip ilmiah, alat – alat, cara – cara, teknik – teknik dan
penemuan – penemuan untuk mengatur lalu lintas sedemikian sehingga
39Alik Ansyori Alamsyah, Rekayasa Lalu Lintas, UMM Press, Malang, 2005, h. 237.
dapat dijamin pergerakan manusia dan barang dengan aman, cepat, leluasa,
dan nyaman.41 Rekayasa lalu lintas adalah bidang kajian yang mempelajari
metode perancangan ruang lalu lintas jalan yang aman dan nyaman bagi
pengguna jalan dan efisien dari sudut pandang pembiayaan / penggunaan
lahan.42 Batasan ini cenderung pada rekayasa lalu lintas sebagai kaidah
keilmuan tersendiri sebagai bagian dari materi pembelajaran pada
pendidikan teknik sipil.
Uraian singkat diatas memberikan gambaran berbagai batasan tentang
manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas secara terpisah. Tetapi secara
umum manajemen dan rekayasa yang dimaksud diatas dikenakan pada
aktivitas jalan atau lalu lintas. Kaitannya dengan penelaahan ilmiah yang
penulis maksud seperti yang tercantum dalam Undang – Undang Nomor 22
tahun 2009 Pasal 1 ayat 29 bahwa “manajemen dan rekayasa lalu lintas
adalah serangkaian usaha dan kegiatan yang meliputi perencanaan,
pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pemeliharaan fasilitas
perlengkapan jalan dalam rangka mewujudkan, mendukung dan memelihara
keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas”.43
Pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas juga dilakukan apabila
terjadi perubahan kinerja lalu lintas yang tiba – tiba. Seperti yang ditegaskan
pada Pasal 97 ayat 1 UU No 22 tahun 2009 bahwa “dalam hal terjadi
perubahan arus lalu lintas secara tiba – tiba atau situasional, kepolisian
41 Alik Ansyori Alamsyah, Rekayasa Lalu Lintas, UMM Press, Malang, 2005, h. 2.
42 Leksmono Suryo Putranto, Rekayasa Lalu Lintas, Indeks, Jakarta, 2008, h.2.
Negara Republik Indonesia dapat melaksanakan manajemen dan rekayasa
lalulintas kepolisian”.44 Sedangkan pelaksanaan manajemen dan rekayasa
lalu lintas disebutkan dalam ayat (2) bahwa Manajemen dan rekayasa lalu
lintas kepolisian sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan menggunakan rambu lalu lintas, alat pemberi isyarat lalu lintas, serta
alat pengendali dan pengaman pengguna jalan yang bersifat sementara.
Dengan demikian keberadaan manajemen dan rekayasa lalu lintas
dapat merupakan upaya praktis yang bersifat sementara dan dapat juga
sebagai suatu tindakan kebijakan yang harus dilaksanakan oleh suatu
penyelenggara kebijakan. Dalam Pasal 9 UU No 22 tahun 2009 disebutkan
bahwa Penyelenggara di bidang sarana dan prasarana lalulintas dan
angkutan jalan meliputi:45
a. Penetapan rencana umum lalu lintas dan angkutan jalan;
b. Manajemen dan rekayasa lalu lintas;
c. Persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor;
d. Perizinan angkuatan umum;
e. Pengembangan sistem informasi dan komunikasi di bidang sarana dan
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan;
f. Pembinan sumber daya manusia penyelenggara sarana dan prasarana
lalu lintas dan angkutan jalan; dan
g. Penyidikan terhadap pelanggaran perizinan angkutan umum, persyaratan
teknis dan kelaikan kalan kendaraan bermotor yang memerlukan keahlian
44 Pasal 97 ayat 1 UU No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pustaka Mahardika, Yogyakarta, 2015. h. 74.
dan/atau peralatan khusus yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Undang – Undang ini.
Dalam Pasal 12 UU No 22 Tahun 2009 disebutkan bahwa
penyelenggaraan di bidang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor
dan Pengemudi, Penegakan hukum, Operasional Manajemen dan Rekayasa
Lalu Lintas serta pendidikan berlalu lintas meliputi:46
a. Pengujian dan penerbitan Surat Izin Mengemudi Kendaraan bermotor;
b. Pelaksanaan registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor;
c. Pengumpulan, pemantauan, pengolahan, dan penyajian data Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan;
d. Pengelolaan pusat pengendalian Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan;
e. Pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli Lalu Lintas;
f. Penegakan hukum yang meliputi menindakan pelanggaran dan
penanganan Kecelakaan Lalu Lintas;
g. Pendidikan berlalu lintas;
h. Pelaksanaan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dan
i. Pelaksanaan manajemen dan operasional Lalu Lintas
Dalam Pasal 93 ayat 1 UU No 22 tahun 2009 disebutkan bahwa
Manajemen dan rekayasa lalu lintas dilaksanakan untuk mengoptimalkan
penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas dalam rangka menjamin
keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan
jalan.47 Dengan demikian dapat dipahami bahwa manajemen dan rekayasa
lalu lintas merupakan program kerja yang tersusun secara matang guna
meningkatkan efektifitas kinerja lalu lintas, disamping juga dapat
merupakan program yang bersifat sementara atau situasional.
Berdasar uraian tersebut diatas maka dapat di tarik benang merah
bahwa manajemen dan rekayasa lalu lintas merupakan upaya yang
dilakukan oleh pihak yang berwenang dalam hal ini adalah kepolisian untuk
mengantisipasi suatu permasalahan lalu lintas yang direncanakan secara
matang dengan memanfaatkan dan memaksimalkan sumber daya dan
fasilitas yang ada dalam rangka mewujudkan, mendukung dan memelihara
keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas. Pelaksanaan
manajemen dan rekayasa lalu lintas akan menjamin keamanan, keselamatan
dan ketertiban serta kelancaran lalu lintas sehingga akan mempengaruhi
terjadinya kecelakaan. Dengan berlalu lintas secara tertib berdasar rambu –
rambu dan arahan pihak kepolisian akan lebih menjamin keselamatan
perjalanan di jalan. Dengan demikian terdapat korelasi adanya manajemen
dan rekayasa lalu lintas dengan tingkat angka kecelakaan yang terjadi
walaupun ada beberapa faktor lain penyebab kecelakan.
4. Ruang Lingkup Manajemen dan Rekayasa lalu Lintas.
Sasaran – sasaran manajemen lalu lintas sesuai dengan tujuan
diantaranya:
a. Mengatur dan menyederhanakan lalu lintas dengan melakukan
permisahan terhadap tipe, kecepatan dan pemakai jalan yang berbeda
untuk meminimalkan gangguan terhadap lalu lintas
b. Mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas dengan menaikkan kapasitas
ruas jalan dengan menentukan fungsi jalan dan kontrol terhadap aktifitas
– aktifitas yang tidak cocok dengan fungsi jalan tersebut.48
Untuk mencakup sasaran – sasaran manajemen lalu lintas maka ruang
lingkup manajemen lalu lintas meliputi:
a. Manajemen lalu lintas yang melakukan perubahan system jalan secara
(fisik)
b. Manjemen lalu lintas yang berupa pengaturan – pengaturan terhadap arus
lalu lintas (non fisik)
c. Penyedian informasi bagi pemakai jalan
d. Penerapan tarif untuk pemakai prasarana jalan.49
Sedangkan ruang lingkup rekayasa lalu lintas meliputi lima bagian
yaitu:
a. Studi Karakteristik lalu lintas:
1) Faktor – faktor kendaraan dan manusia
2) Volume lalu lintas, kecpatan dan kerapatan
3) Arus lalu lintas, kapasitas jalan dan persimpangan
4) Pola perjalanan, faktor pertumbuhan dan asal tujuan lalu lintas
5) Faktor – faktor mengenai parkir dan terminal
48 Alik Ansyori Alamsyah, Rekayasa Lalu Lintas, UMM Press, Malang, 2005, h. 238.
6) Pelayanan fasilitas dan pemakainya
7) Analisis kecelakaan lalu lintas
b. Perencanaan transportasi yang meliputi:
1) Studi transportasi regional
2) Perencanaan jangka panjang mengenai jaringan jalan, sistem
transportasi umum, terminal dan parkir
3) Perencanaan khusus pembangunan, peningkatan atau penyebaran
kembali lalu lintas
4) Studi tentang dampak lingkungan
5) Penelitian faktor – faktor sistem transportasi dan perilaku pemakai
jalan pada suatu sistem lalu lintas
c. Perencanaan geometrik jalan, penerapan rekayasa lalu lintas pada
perencanaan geometrik jalan, meliputi:
1) Perencanaan jalan baru, dimana jumlah kendaraan yang direncanakan
akan melaluinya serta kecepatan rencana, direncanakan pada analisa
rekayasa lalu lintas, demikian juga dengan perencanaan alinyemen
horisontal, vertikal, kelandaian, kemiringan dan potongan melintang
jalan
2) Perancangan ulang jalan dan persimpangan lama untuk meningkatkan
kapasitas dan keamanan
3) Perencanaan parkir dan terminal
4) Perencanaan standar – standar untuk jalan raya
d. Operasi lalu lintas, operasi lalu lintas dilaksanakan oleh pejabat yang
sesuai dengan standar dan ketentuan lainnya. Penerapan dapat dilakukan
melalui:
1) Peraturan perundan – undangan
2) Alat – alat kontrol
3) Standar dan kebutuhan
e. Administrasi untuk mencapai tujuan dari rekayasa lalu lintas dibutuhkan
sejumlah administrasi yang meliputi:
1) Organisasi berwenang menjalankan tugas lalu lintas
2) Kantor pelaksana harian
3) Hubungan antar instansi yang terkait
4) Administrasi lanjutan yang mengelola anggaran kebutuhan personil
untuk perubahan administrasi atau organisasi50
Uraian pengkajian tersebut di atas merupakan tinjauan secara teoritis
yang disampaikan oleh sesorang. Pada penerapannya dilapangan,
manajemen dan rekayasa lalu lintas dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
perundang – undangan yang berlaku. Dalam UU No 22 tahun 2009 Pasal 93
ayat 3 disebutkan bahwa manajemen dan rekayasa lalu lintas meliputi
kegiatan perencanaan; pengaturan; perekayasaan; pemberdayaan; dan
pengawasan. Kegiatan perencanaan meliputi:
1) Identifikasi masalah lalu lintas
2) Inventarisasi dan analisis situasi arus lalu lintas
3) Inventarisasi dan analisis kebutuhan angkutan orang dan barang;
4) Inventarisasi dan analisis ketersediaan dan analisis ketersediaan atau
daya tampung kendaraan
5) Inventarisasi dan analisis angka pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas;
6) Inventarisasi dan analisis dampak lalu lintas ;
7) Penetapan tingkat pelayanan
8) Penetapan rencana kebijakan pengaturan penggunaan jaringan jalan dan
gerakan lalu lintas51
Kegiatan pengaturan meliputi penetapan kebijakan penggunaan
jaringan jalan dan gerakan lalu lintas pada jaringan jalan tertentu dan
pemberian informasi kepada masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan yang
telah ditetapkan.52 Kegiatan perekayasaan meliputi:
1) Perbaikan geometrik ruas jalan dan/atau persimpangan serta
perlengkapan jalan yang tidak berkaitan langsung dengan pengguna
jalan;
2) Pengadaan, pemasangan, perbaikan, dan pemeliharaan perlengkapan
jalan yang berkaitan langsung dengan pengguna jalan; dan
3) Optimalisasi operasional rekayasa lalu lintas dalam rangka meningkatkan
ketertiban, kelancaran, dan efektivitas penegakan hukum.53
Kegiatan pemberdayaan meliputi pemberian arahan; bimbingan;
penyuluhan; pelatihan; dan bantuan teknis. Sedangkan kegiatan pengawasan
51 Pasal 94 ayat 1 UU NO 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
Pustaka Mahardika, Yogyakarta, 2015. h. 70.
52 Pasal 94 ayat 2 Ibid. h. 71.
meliputi, penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan; tindakan korektif
terhadap kebijakan; dan tindakan penegakan hukum.54
Uraian singkat di atas memberikan gambaran bahwa manajemen lalu
lintas dan rekayasa lalu lintas dalam kajian ilmu pengetahuan ada sedikit
perbedaan dengan penerapan dilapangan seperti yang dituangkan dalam
peraturan perundangan yang berlaku. Berkaitan dengan kajian ini yang akan
menjadi fokus perhatian dan pembahasan adalah manajemen dan rekayasa
yang berkaitan dengan peran Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai
petugas yang berwenang dalam mengatur lalu lintas di lapangan.
5. Permasalahan-Permasalahan Lalu Lintas dan Pemecahannya
Komponen pokok dalam lalu lintas adalah manusia, kendaraan dan
jalan.55 Pendapat lain ada yang mengemukakan bahwa unsur utama dalam
transportasi jalan raya meliputi Pengemudi, Kendaraan, Pejalan kaki dan
jalan. Oleh karena itu permasalahan yang timbul akan disebabkan oleh
komponen – komponen tersebut. Perilaku seseorang sebagai pengemudi
suatu kendaraan banyak dipengaruhi oleh oleh faktor dari luar dan dari
dalam dirinya baik yang bersifat fisik maupun psikis. Kondisi manusia
merupakan faktor yang paling tidak stabil dalam pengaruhnya terhadap
kondisi lalu lintas serta tidak dapat diramalkan secara tepat.
Faktor yang mempengaruhi perilaku arus lalu lintas selanjutnya adalah
Kendaraan. Kendaraan mempunyai 3 karakteristik yaitu:
54Pasal 94 ayat 4 dan 5 UU NO 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pustaka Mahardika, Yogyakarta, 2015. h. 71-72.
a. Karakteristik kinetic yang meliputi lebar lajur, tinggi bebas, dan ruang
untuk gerakan belok/berbalik arah / berputar; lebar bahu; panjang dan
lebar tempat parker; Panjang lengkung vertical dan lain lain.
b. Krakteristik kinetik yang meliputi gerakan menyiap; penerimaan gap
(gap acceptance); ukuran jalur penghubung jalan bebas hambatan
(freeway ramp); ukuran lajur menyiap dan lain – lain.
c. Karakteristik dinamik kendaraan meliputi tahanan udara; tahanan
kemiringan; tahanan gelinding (gesekan dalam mesin dan gesekan roda
dengan perkerasan); tahanan lengkung dari sistem roda; kebutuhan; jarak
pengereman dan jari – jari lengkung.56
Selanjutnya unsur yang mempengaruhi arus lalu lintas adalah jalan.
Karakteristik jalan berkaitan erat dengan rekayasa lalu lintas.Kondisi jalan
merupakan faktor yang sangat utama untuk menentukan aman dan efisien di
dalam memenuhi kebutuhan lalu lintas. Sedangkan faktor pejalan kaki
merupakan faktor manusia seperti halnya pengemudi, tetapi
keberadaanyanya berbeda dalam konteks lalu lintas. Karakteristik yang
penting pejalan kaki yang berpengaruh terhadap lalu lintas adalah kecepatan
berjalan terutama pada waktu menyeberang jalan, apalagi jika terjadi di
persimpangan yang terdapat lampu lalu lintas. Keceptan berjalan tentu saja
dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya jenis kelamin, usia disamping
juga kesehatan.
Secara garis besar beberapa unsur tersebut diatas merupakan penyebab
kelancaran arus lalu lintas jalan. Beberapa dampak yang dapat ditemui di
lapangan tentang permasalahan lalu lintas misalnya:
a. Masalah lingkungan, hal ini merupakan dampak dengan adanya polusi
udara, suara, air dll baik akibat kendaraan maupun pabrik pembuatnya.
b. Bahan bakar, bertambahnya jumlah kendaraan di jalan menuntut pula
pertumbuhan pemakaian bahan bakar. Bahan bakar pada umumnya
diproduksi dengan ongkos yang lebih besar dari harga jualnya sehingga
pemakaian bahan bakar yang berlebihan akan menghabiskan banyak
devisa negara.
c. Kecelakaan, jumlah kecelakaan baik yang ringan maupun yang fatal akan
bertambah sebagai konsekuensi pertumbuhan kendaraan.
d. Kemacetan, pertumbuhan jumlah kendaraan yang tidak seimbang dengan
kemampuan jalan untuk menampungnya akan menimbulkan kemacetan
yang akhirnya akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan
(transportation cost). Kemacetan juga akan mengurangi tingkat
kenyamanan dan kecepatan kendaraan disamping mempercepat
kerusakan jalan dan pemborosan.
e. Lain – lain. Masalah lain yang terdampak dari semakin banyaknya
kendaraan antara lain lahan parkir, alat pengatur lalu lintas dan lain –
lain.57
57Alik Ansyori Alamsyah, Rekayasa Lalu Lintas, UMM Press, Malang, 2005, h. 4 - 5.
Permasalahan–permasalahan tersebut di atas merupakan permasalahan
secara garis besar, dan masih banyak permasalahan lain yang lebih spesifik
yang dipengaruhi oleh waktu dan tempat, misalnya lalu lintas pada waktu
mudik lebaran di daerah satu dengan yang lain juga berbeda. Dalam
kaitannya dengan studi kasus yang diangkat, pembahasan dan pengkajian
terfokus pada permasalahan lalu lintas yang berkaitan dengan upaya
mengurangi kecelakaan melalui manajemen dan rekayasa lalu lintas.
Dengan meningkatnya pertumbuhan kendaraan yang ada dan terbatasnya
ruas jalan akan mengakibatkan kondisi jalan semakin padat yang secara
langsung menimbulkan kemacetan dan secara tidak langsung menimbulkan
kerawanan kecelakaan. Kondisi ini menuntut peran pihak yang berwenang
dalam hal ini kepolisian dalam rangka melakukan tindakan melalui berbagai
alternatif pemecahan masalah yang memungkinkan.
Pelaksanaan pemecahan masalah secara umum dilaksanakan dalam
tiga tahap yaitu:
a. Penyelidikan ( investigation ).
Penyelidikan dibutuhkan sebelum tindakan pengurangan masalah
dilakukan, misalnya dibutuhkan data survey lalu lintas dan interpretasi
terhadap informasi yang berhasil dikumpulkan untuk masalah kemacetan
persimpangan jalan.
b. Tindakan segera (Immediate Action).
Setelah detail penyelidikan diketahui, selanjutnya dilakukan tindakan
secepatnya untuk mengatasi masalah yang ada baik melalui teknik
c. Perencanaan akan datang (Future Planning).
Tindakan segera yang dilakukan seharusnya diikuti dengan
perencanaan akan datang sesuai dengan detail masalah yang berhasil
dikumpulkan melalui penyelidikan lalu lintas dan masalahnya58.
Berkaitan dengan permasalahan kemacetan, analisis kemacetan
dimulai dari statemen bahwa kemacetan disebabkan karena volume lalu
lintas melebihi kapasitas yang ada. Solusi yang dapat dilakukan adalah
dengan menaikan kapasitas atau mengurangi volume lalu lintas.
Kapasitas dapat diperbaiki dengan jalan mengurangi penyebab gangguan
misalnya dengan memindahkan tempat parkir, mengontrol pejalan kaki
atau dengan mengalihkan lalu lintas ke rute lainnya atau mungkin dengan
cara pengaturan yang lain seperti membuat jalan satu arah.59
Upaya pemecahan masalah dengan pembangunan konstruksi
membutuhkan biaya yang mahal disamping memungkinkan munculnya
permasalahan manajemen lalu lintas yang lebih buruk.Untuk itu
manajemen lalu lintas menjadi solusi yang relatif efektif dalam
pemecahan masalah. Ada tiga strategi manajemen lalu lintas yang dapat
dimanfaatkan yaitu:
a. Manajemen Kapasitas.
58 Alik Ansyori Alamsyah, Rekayasa Lalu Lintas, UMM Press, Malang, 2005, h. 6 – 7
Membuat penggunaan kapasitas dan ruas jalan seefektif mungkin
sehingga pergerakan lalu lintas dapat berjalan lancar sebagai persyaratan
utama. Hal ini dapat dilakukan dengan
1) Perbaikan persimpangan untuk meyakinkan penggunaan kontrol dan
geometrik secara optimum;
2) Manajemen ruas jalan dengan melakukan pemisahan tipe kendaraan,
kontrol on stret parking ( tempat, waktu ) dan pelebaran jalan;
3) Area Traffic Control, batasan tempat membelok, sistem jalan satu arah
dan koordinasi lampu lalu lintas.
b. Manajemen Prioritas
Terdapat beberapa pilihan yang dapat dilakukan dalam manajemen
prioritas terutama adalah prioritas bagi kendaraan penumpang umum
yang menggunakan angkutan masal karena kendaraan tersebut bergerak
dengan jumlah yang banyak dengan demikian efisiensi penggunaan ruas
jalan dapat dicapai. Teknik yang dapat dilakukan antara lain:
1) Jalur khusus bus
2) Prioritas persimpangan
3) Jalur bus
4) Jalur khusus sepeda
5) Prioritas bagi angkutan jalan.
c. Manajemen permintaan (demend)
Strategi yang dapat dilakukan antara lain:
1) Merubah rute kendaraan pada jaringan dengan tujuan untuk
2) Merubah moda perjalanan dari angkutan pribadi ke angkutan umum
pada jam sibuk yang berarti penyediaan prioritas bagi angkutan
umum.
3) Kontrol terhadap penggunaan tata guna lahan.
Sedangkan teknik yang dapat dilakukan dalam manajemen demand ini
antara lain dengan melakukan kebijakan parkir, mpenutupan jalan, area
cordon lincesing dan batasan fisik.60
Beberapa upaya manajemen lalu lintas tersebut dapat dilaksanakan
secara terpisah maupun dapat dikombinasikan sesuai kebutuhan dan
kapasitas yang memungkinkan dengan mempertimbangkan tujuan utama
yaitu menguraikan kemacetan. Permasalahan kemacetan ini mengurangi
kenyamanan dalam berkendara yang pada akhirnya dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan.
6. Tindak Pidana di Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Untuk lebih memberikan gambaran tentang tindak pidana alangkah
baiknya kita bahas terlebih dahulu tentang “pidana”. Muladi dan Barda
Nawawi (1992 : 2) mengutip pendapat Sudarto menyatakan bahwa yang
dimaksud pidana ialah penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang
yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat – syarat tertentu.
Sedangkan Roslan Saleh mengemukakan bahwa pidana adalah reaksi atas
delik, dan ini berujud suatu nestapa yang dengan sengaja ditimpakan negara
60 Alik Ansyori Alamsyah, Rekayasa Lalu Lintas, UMM Press, Malang, 2005, h. 240 –
pada pembuat delik.61 Pada dasarnya pengertian pidana mencakup tiga
unsur yaitu:
a. Pidana itu pada hakekatnya merupakan suatu pengenaan penderitaan atau
nestapa atau akibat – akibat lain yang tidak menyenangkan;
b. Pidana itu diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang
mempunyai kekuasaan ( oleh yang berwenang )
c. Pidana itu dikenakan kepada seseorang yang telah melakukan tindak
pidana menurut undang – undang;62
Dengan demikian tindak pidana merupakan tindakan seseorang yang
menyalahi/melanggar ketentuan perundangan yang berlaku. Dalam bab 1
Pasal 2 KUHP disebutkan bahwa ketentuan pidana dalam perundang –
undangan Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang melakukan sesuatu
tindak pidana di Indonesia.63 Dengan demikian jelaslah bahwa tindak
pidana merupakan perilaku seseorang yang telah melanggar hukum
perundang – undangan dan dapat dikenai suatu ketentuan pidana. Dengan
kata lain seseorang dipidana karena melakukan tindak pidana. Seperti
disebutkan pada Pasal 55 KUHP bahwa dipidana sebagai pelaku tindak
pidana:64
a. Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut
serta melakukan perbuatan;
61 Muladi dan Barda Nawawi, Teori – Teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung,
1992. h. 2.
62Ibid. h. 3.
63 Bab 1 Pasal 2 KUHP, SL Media, Bandung, h.13.
b. Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman
atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan
akibatnya.
Sanksi pidana yang diberikan terhadap pelaku tindak pidana meliputi
pidana pokok dan pidana tambahan. Dalam Pasal 10 Butir a KUHP
disebutkan ada 5 pidana pokok yaitu:65
a. Pidana mati;
b. Pidana penjara;
c. Pidana kurungan;
d. Pidana denda;;
e. Pidana penutupan.
Sedangkan dalam Pasal 10 butir b KUHP disebutkan pidana tambahan meliputi:
a. pencabutan hak – hak tertentu;
b. perampasan barang – barang tertentu;
c. pengumuman putusan hakim.66
Berkaitan dengan tindak pidana lalu lintas merupakan tindakan pidana
yang berkaitan dengan peraturan – perundangan yang mengatur aktifitas
berlalu lintas. Pelanggaran terhadap undang – undang lalu lintas termasuk
tindak pidana lalu lintas. Mengacu pada Undang Undang Nomor 22 tahun
2009 dapat disimpulkan bahwa secara garis besar pelanggaran tersebut
meliputi:
a. Kelengkapan kendaraan,
b. Kelengkapan pengemudi
c. Pelanggaran rambu – rambu lalu lintas,
d. Tata tertib berkendara di jalan
e. Pelanggaran oleh penyelenggara angkutan masal
f. Pelanggaran kendaraan angkutan barang.
g. Perilaku seseorang yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Dalam Undang – Undang Nomor 22 tahun 2009 dibedakan menjadi
dua tindak pidana yaitu sebagai pelanggaran dan kejahatan. Hal itu
tercantum dalam Pasal 316 UU No 22 tahun 2009 dan Pasal 317 UU No
22 tahun 2009. Pasal 316 menyebutkan bahwa:
“Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 274, Pasal 275 ayat (1), Pasal 276, Pasal 278, Pasal 279, Pasal 280, Pasal 281, Pasal 282, Pasal 283, Pasal 284, Pasal 285, Pasal 286, Pasal 287, Pasal 288, Pasal 289, Pasal 290, Pasal 291, Pasal 292, Pasal 293, Pasal 294, Pasal 295, Pasal 296, Pasal 297, Pasal 298, Pasal 299, Pasal 300, Pasal 301, Pasal 302, Pasal 303, Pasal 304, Pasal 305, Pasal 306, Pasal 307, Pasal 308, Pasal 309 dan Pasal 313 adalah pelanggaran”.67
Sedangkan Pasal 317 menyebutkan bahwa “ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 273, pasal 275 ayat (2), pasal 277, pasal 310, pasal
311 dan pasal 312 adalah kejahatan”.68
Berdasar uraian singkat diatas maka semua tindakan sesuai ketentuan
pada pasal-pasal tersebut di atas baik berupa pelanggaran maupun
67 Pasal 316 ayat 1 UU No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pustaka Mahardika, Yogyakarta, 2015, h. 190.
kejahatan termasuk tindak pidana di bidang lalu lintas yang memiliki
sanksi hukum sesuai ketentuan yang berlaku.
7. Tindakan Kepolisian dalam Manajemen dan Rekayasa lalu lintas
Uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa salah satu tugas dan Satuan
Polisi Lalu Lintas adalah melaksanakan manajemen dan rekayasa lalu lintas.
Tindakan konkrit terhadap program tersebut mengacu pada peraturan
perundangan yang berlaku seperti tercantum dalam Undang – Undang No
22 tahun 2009 yang meliputi :
a. Pasal 93 ayat 2 butir a UU Nop 22 tahun 2009 yang berbunyi
“Penetapan prioritas angkutan massal melalui penyediaan lajur atau jalan
khusus”.
b. Pasal 93 ayat 2 butir b UU NO 22 tahun 2009 yang berbunyi “Pemberian
prioritas keselamakan dan kenyamanan pejalan kaki”.
c. Pasal 93 ayat 2 butir c UU No 22 tahun 2009 yang menyatakan
“Pemberian kemudahan bagi penyandang cacat”.
d. Pasal 93 ayat 2 butir d UU NO 22 tahun 2009 yaitu bahwa manajemen
dan rekayasa lalu lintas dapat dilakukan dengan “pemisahan atau
pemilahan pergerakan arus lalu lintas berdasarkan peruntukan lahan,
mobilitas dan aksebilitas”.
e. Pasal 93 ayat 2 butir e Undang – Undang No 22 tahun 2009 yang
berbunyi bahwa Manajemen dan rekayasa lalu lintas dapat dilakukan
f. Pasal 93 ayat 2 butir f UU No 22 tahun 2009 yang menyebutkan bahwa
manajemen dan rekayasa lalu lintas dapat dilakukan dengan
“pengendalian lalu lintas pada persimpangan”.
g. Pasal 93 ayat 2 butir g UU No 22 tahun 2009. Pasal 94 ayat 1 butir a
yang menyatakan bahwa manajemen dan rekayasa lalu lintas meliputi
kegiatan perencanaan, yang salah satunya adalah dengan “identifikasi
masalah lalu lintas”.
h. Pasal 94 ayat 1 butir b UU No 22 tahun 2009 yang menyatakan bahwa
manajemen dan rekayasa lalu lintas meliputi perencanaan yang salah
satunya adalah “inventarisasi dan analisis situasi arus lalu lintas”.
i. Pasal 94 ayat 1 butir f UU NO 22 tahun 2009 yang menyatakan bahwa
“inventarisasi dan analisis angka pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas”.
j. Pasal 94 ayat 1 butir g UU No 22 tahun 2009 yang berbunyi
“inventarisasi dan analisis dampak lalu lintas”.
k. Pasal 94 ayat 1 butir i UU No 22 tahun2009 yang menyatakan bahwa
rencana manajemen dan rekayasa lalu lintas dilakukan dengan
“penetapan rencana kebijakan pengaturan penggunaan jaringan jalan dan
gerakan lalu lintas”.
l. Pasal 94 ayat 3 butir a UU No 22 tahun 2009. Perbaikan jalan yang
dilakukan berkoordinasi dengan pihak – pihak terkait. Koordinasi yang
dilakukan merupakan bentuk forum lalu lintas seperti yang diamanatkan
dalam Pasal 13 ayat 3 UU No 22 tahun 2009 yaitu bahwa “Forum lalu
penyelenggara yang memerlukan keterpaduan dalam merencanakan dan
menyelesaikan masalah lalu lintas dan angkutan jalan”.
m.Pasal 94 ayat 3 butir b tentang adanya “pengadaan, pemasangan dan
pemeliharaan perlengkapan jalan yang berkaitan langsung dengan
pengguna jalan. Tindakan yang dilakukan bertujuan untuk mewujudkan
“kanseltibcarlantas” sesuai dengan kewenangannya masing – masing.
n. Pasal 94 ayat 3 butir c yang menyatakan bahwa “optimalisasi operasional
rekayasa lalu lintas dalam rangka meningkatkan ketertiban, kelancaran
dan efektifitas penegak hukum”.
o. Pasal 94 ayat 5 butir a yang menyatakan bahwa kegiatan pengawasan
meliputi “penilaian terhadap pelaksanbaan kebijakan”.
p. Pasal 94 ayat 5 butir b UU No 22 tahun 2009. Tindakan korektif
dilakukan sebagai tindak lanjut dari penilaian yang telah dilakukan
sebelumnya.
q. Pasal 94 ayat 5 butir c UU No 22 tahun 2009 yang menyatakan bahwa
kegiatan pengawasan manajemen dan rekayasa lalu lintas dilakukan
dengan tindakan penegakan hukum.
Dengan demikian tindakan kepolisian dalam manajemen dan rekayasa
lalu lintas merupakan implementasi peraturan perundangan yang berlaku
sehingga memperjelas konsep dan arah dari pelaksanaannya.
8. Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas.
Kecelakaan lalu lintas termasuk salah satu permasalahan lalu lintas.
(pengemudi dan pejalan kaki), kendaraan dan jalan. Terjadinya kecelakaan
lalu lintas di dipengaruhi oleh komponen – komponen tersebut baik secara
sendiri maupun saling mempengaruhi. Misalnya kecelakaan yang terjadi
karena pengemudi yang kelelahan sehingga mengantuk, Kecelakaan yang
terjadi di jalan menurun dan perangkat pengereman tidak berfungsi,
Kecelakaan yang terjadi karena pengemudi menghindari pejalan kaki yang
menyeberang sembarangan. Kecelakaan yang terjadi pada angkutan barang
yang kelebihan muatan sehingga ban meletus dan sebagainya.
Dalam kondisi normal yakni komponen - komponen transportasi lalu
lintas dalam kondisi yang baik, kecelakaan juga dapat dipengaruhi oleh
kinerja lalu lintas. Ada 3 variabel yang digunakan untuk mengekspresikan
kinerja lalu lintas yaitu arus, kecepatan dan kepadatan. Arus merupakan
perkalian antara kecepatan rata – rata ruang dengan kepadatan.69 Arus lalu
lintas merupakan interaksi yang unik pengemudi, kendaraan, dan jalan.70
Arus lalu lintas tidak ada yang sama walaupun pada keadaan yang sama.
Oleh karena itu arus lalu lintas memerlukan parameter untuk dapat
menunjukkan kondisi arus lalu lintas. Parameter arus lalu lintas antara lain:
a. Volume
Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan ( atau mobil penumpang )
yang melalui suatu titik tiap satuan waktu.
b. Kecepatan
69 Leksmono Suryo Putranto, Rekayasa Lalu Lintas, Indeks, Jakarta, 2008, h. 56.
Kecepatan merupakan jarak yang dijalani pengemudi kendaraan dalam
waktu tertentu.
c. Jarak antara dan waktu antara
Ruang (space) dapat diukur baik dalam batasan jarak maupun waktu,
yang dikenal sebagai jarak antara ( distance headway ) dan waktu antara
( time headway ).
d. Kerapatan
Kerapatan merupakan jumlah kendaraan yang menempati panjang ruas
jalan tertentu atau lajur yang umumnya dinyatakan sebagai jumlah
kendaraan per kiolometer, atau jumlah kendaraan per kilometer per jalur.
e. Tingkat pelayanan
Tingkat pelayanan menyatakan tingkat kualitas arus lalu lintas yang
terjadi. Tingkat ini dinilai oleh pengemudi atau penumpang berdasar
tingkat kemudahan dan kenyamanan pengemudi. Penilaian berdasarkan
kebebasan memilih kecepatan dan kebebasan bergerak (manuver ).
f. Derajat kejenuhan
Derajat kejenuhan adalah perbandingan dari volume (nilai arus) lalu
lintas terhadap kapasitasnya. Hal ini merupakan gambaran suatu ruas
jalan mempunyai masalah atau tidak berdasarkan asumsi jika ruas jalan
makin dekat dengan kapasitas kemudahan bergerak makin terbatas.
g. Derajat iringan
Derajat iringan adalah perbandingan volume (nilai arus) lalu lintas yang
suatu rangkaian kendaraan yang bergerak beriringan dengan waktu antara
≤ 5 detik.
h. Arus tidak terganggu
Arus tidak terganggu ( uninterrupted flow ) yaitu arus lalu lintas pada
jalan tanpa pengaturan seperti rambu beri jalan, rambu stop atau lampu
lalu lintas yang menyebabkan (mengharuskan) kendaraan – kendaraan
berhenti secara periodik. Arus lalu lintas seperti ini tidak selalu berarti
lancar. Apabila volume lalu lintas sudah mendekati kapasitasnya arus
lalu lintas dapat menjadi tidak lancar sehingga terjadi kemacetan
i. Arus terganggu
Arus terganggu (Interupted flow) yaitu arus lalu lintas pada jalan dengan
pengaturan yang menyebabkan kendaraan harus berhenti secara periodik.
Pengaturan tersebut dapat berupa rambu beri jalan, rambu stop, lampu
penyeberangan, lampu lalu lintas (dipersimpangan) adanya perlintasan
dengan jalan kereta api.71
Dengan demikian kinerja lalu lintas juga dapat memicu terjadinya
kecelakaan. Arus lalu lintas dilihat dari berbagai sudut pandang yang
memiliki parameter tersendiri dapat menjadi salah satu terjadinya
kecelakaan apabila pengguna jalan kurang hati – hati dan waspada.
Secara garis besar faktor - faktor penyebab terjadinya kecelakaan
meliputi faktor manusia (Human Error); faktor kesalahan teknis kendaraan
(Mechanical failure), faktor kondisi jalan, dan faktor cuaca.72 Faktor
71 Alik Ansyori Alamsyah, Rekayasa Lalu Lintas, UMM Press, Malang, 2005, h. 41–54.
manusia seringkali menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan.
Penyebabnya bisa karena mengantuk, kurang konsentrasi, melakukan
aktifitas lain, mabuk alkohol/obat-obatan, kondisi psikis (stress, depresi) dan
lain lain. Faktor mechanical failure juga merupakan salah satu pemicu
terjadinya kecelakaan. Persentasenya sekitar 15%. Kurangnya pengetahuan
pengendara terhadap kondisi kesiapan kendaraan bisa berakibat fatal.
Kerusakan mesin, spare part, komponen pada kendaraan sangat berbahaya
bagi pengendara. Oleh karena itu sebelum sebaiknya berkendara dengan
kendaraan yang prima. Untuk itulah perlunya melakukan pengecekan rutin
terhadap kondisi kendaran. Faktor ketiga yaitu kondisi jalan. Kondisi jalan
sering menjadi kambing hitam ketika terjadi kecelakaan. Kondisi jalan yang
rusak sangat berbahaya bagi pengendara sepeda motor. Oleh karena itu
pengendara harus tetap hati – hati dan waspada ketika memasuki daerah
yang jalannya rusak. Sedangkan faktor keempat yaitu kondisi cuaca/alam.
Cuaca alam termasuk sebagai pemicu terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Kondisi cuaca buruk akan dapat berakibat pada jarak pandang berkurang,
pengereman menjadi jauh, kondisi jalan licin.
Berbagai faktor penyebab kecelakaan mengharuskan pengendara
untuk selalu hati – hati dan waspada. Karena faktor manusia merupakan
Gambar 1.
Ilustrasi aktivitas pengendara
penyebab kecelakaan lalulintas
B.HASIL PENELITIAN
1. Gambaran tentang Struktur Organisasi Satlantas Polres Temanggung.
Secara struktural organisasi Satlantas Polres Temanggung dibawah
Kapolres dan Wakapolres. Secara rinci struktur organisasi Satlantas sebagai
salah satu satuan di tingkat Polres adalah sebagai berikut:
Bagan 1.
Struktur Organisasi Satlantas
Sumber. Data Satlantas Polres Temanggung KASAT LANTAS
KAUR BIN OPS
KANIT DIKYASA
KAUR MIN TU
BA TIL BA MIN OPS
BA BB BENMA TIL
KANIT REGIDENT KANIT TURJAWALI
POS
KANIT LAKA
BPKB
STNK SIM
Keterangan:.
KASAT LANTAS : Kepala Satuan Lalu Lintas
KAUR MIN TU : Kepala Urusan Administrasi Tata Usaha
KAUR BIN OPS : Kepala Urusan Pembinaan Operasional
BA TIL : Bintara Tilang
BA BB : Bintara Barang Bukti
BA MIN OPS : Bintara administrasi Operasional
BENMA TIL : Bendahara Penerimaan Tilang
KANIT TURJAWALI : Kepala Unit Pengaturan Penjagaan Pengawalan
Patroli
KANIT DIKYASA : Kepala Unit Pendidikan Rekayasa Lalu Lintas
KANIT LAKA : Kepala Unit Kecelakaan
KANIT REGIDEN : Kepala Unit Registrasi dan identifikasi
Sedangkan struktur organisasi Laka Lantas sebagai bagian dari Satlantas
dapat digambarkan secara terpisah seperti pada bagan berikut:
Bagan. 2.
Struktur Organisasi Unit Laka Lantas
Sumber. Data Unit Laka Lantas Polres Temanggung KA UNIT LAKA
PENYIDIK
PEMBANTU I PEMBANTU II PENYIDIK PEMBANTU III PENYIDIK
BAMIN OPS UNIT LAKA
PENYIDIK
PEMBANTU I PEMBANTU II PENYIDIK PEMBANTU III PENYIDIK
2. Tugas Pokok dan Fungsi Satlantas Polres Temanggung. 73
Tugas dan fungsi polisi lalu lintas Polres Temanggung mengacu pada
tugas dan fungsi polisi lalu lintas secara umum. Berdasar hasil wawancara
dengan Kanit Dikyasa Polres Temanggung diketahui bahwa “tugas polisi
lalu lintas secara umum adalah melaksanakan tugas Polri di bidang lalu
lintas yang meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan dalam
pengendalian lalu lintas untuk mencegah dan meniadakan segala bentuk
gangguan serta ancaman agar terjamin keamanan, ketertiban, keselamatan
dan kelancaran lalu lintas di jalan umum”.74 Sedangkan fungsi polisi lalu
lintas yang merupakan penjabaran kemampuan teknis profesional yang
meliputi:75
a. Pendidikan masyarakat lalu lintas (police traffic Education )
Pendidikan dan pembinaan dalam rangka keamanan lalu lintas dengan
kegiatan – kegiatan yang diarahkan terhadap:
1) Masyarakat terorganisir, melalui:
a) Patroli Keamanan Sekolah ( PKS )
b) Pramuka Lantas
c) Karma Lantas
2) Masyarakat yang tidak terorgnisir
a) Penerangan,penyuluhan, pemberitaanmelalui media massa, film
dan brosur.
73 Wawancara, Iptu Sri Suryani, SH, Kanit Dikyasa Polres Temanggung, 29 – 11 – 2018.
b) Pekan lalu lintas, pameran
c) Taman lalu lintas
b. Pengkajian masalah lalu lintas (Police traffic Engineering) meliputi
kegiatan:
1) Penelitian terhadap penyebab kecelakaan, kemacetan dan pelanggaran
lalu lintas ( yang menyangkut kondisi jalan dan kendaraan)
2) Pengawasan terhadap pemasangan dan penempatan: Jalan (way),
Rambu – rambu lalu lintas (Trafic Sign). Alat – alat pengatur lalu
lintas (Traffic Signal), dan maerka jalan (Road Mark)
c. Penegakkan hukum lalu lintas (Police Traffic Law Enforcemen )
1) Preventif
a) Pengaturan Lalu Lintas ( Traffic Direction )
b) Penjagaan/pengawasan lalu lintas ( Traffic observation
c) Pengawasan Lalu lintas (Traffic Escort)
d) Patroli Lalu lintas ( Traffic Patrol )
2) Represif
a) Penyidikan kecelakaan lalu lintas ( Traffic AccidentInvetigation )
b) Penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas ( Traffic Enforcement )
d. Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor
1) Pemeriksaan pengetahuan dan kemampuan calon pengemudi
kendaraan bermotor.
2) Penyelenggaran dan perijinan pengemudi kendaraan bermotor
3) Penyelenggaraan Administrasi, Registrasi dan Identifikasi Kendaraan
4) Pengumpulan dan pengolahan data lalu lintas.
e. Patroli Jalan Raya ( PJR )
1) Menyelenggarakan kegiatan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan
patroli di sepanjang jalan raya lingkungannya
2) Melaksanakan penindakan pelanggar lalu lintas dan penanganan
pertama TKP kecelakaan lalu lintas di sepanjang jalan yang menjadi
tanggungjawabnya
3) Melaksanakan penindakan kriminalitas yang terjadi di sepanjang
jalan atau melalui jalan tempat kejadian perkara
4) Mengirimkan berkas perkara pelanggaran lalu lintas ke pengadilan
dan berkas penanganan pertama kecelakaan lalu lintas dan
kriminalitas ke satuan kewilayahan sesuai dengan tempat kejadian
perkara.
5) Membuat rencana dan program kegiatan PJR dalam menghadapi
ancaman Kamtibmas di jalan dalam wilayah tugasnya
6) Memelihara sarana pendukung tugas sesuai dengan spesifikasi,
kualitas dan kuantitasnya.
7) Melaksanakan pedoman/petunjuk dan prosedur tugas – tugas PJR
8) Mengadakan koordinasi dan kerjasama dalam rangka melaksanakan
kengkajian terbatas, penegakkan hukum gabungan ( emisi, teknik
lain jalan), penelitian keselakaan lalu lintas dan survey rute
perjalanan VVIP / VIP.
9) Melaksanakan kegiatan Dikmas lantas kepada masyarakat pemakai
10) Melaksanakan pengawasan, analisa dan evaluasi pelaksanaan tugas
PJR secara kualitatif dan kuantitatif dengan berjenjang dari Unit PJR
sampai dengan DEN PJR
f. Informasi lalu Lintas
1) Pelaksanaan perumusan kebijaksanaan penyelenggraan pembinaan
sistem informasi lalu lintas dalam rangka pembinaan fungsi lalu
lintas kepolisian secara menyeluruh
2) Pelaksanaan dan penyiapan serta perumusan rencana
penyelenggaraan kegiatan sistem informasi lalu lintas yang bersifat
terpusat maupun tingkat kewilayahan
3) Penyiapan dan perumusan rencana pengadaan piranti lunak dan
piranti keras serta aplikasi guna mendukung kegiatan sistem
informasi lalu lintas
4) Penyelenggaraan pengkajian dan pengembangan teknologi informasi
lalu lintas untuk menjamin kecepatan, ketepatan dan kelancaran serta
keamanan dan kerahasiaan data dan informasi lalu lintas.
5) Penyelenggaraan administrasi operasional pengumpulan dan
pengolahan data kendaraan bermotor, pengemudi, kecelakaan lalu
lintas dan pelanggaran lalu lintas serta pelaksanaan dan
pengevaluasian untuk menjadi informasi lalu lintas dalam bentuk
angka, statistik, diagram atau badan / peta yang teratur.
6) Penyelenggaran koordinasi dan kerjasma dengan organisasi/badan/
7) Membantu pelaksanaan pemantauan situasi lalu lintas di jalan dan
pengerahan sistem pengendalian mobil patroli jalan raya yang
menggunkan GPS / GIS
8) Penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan terhadap piranti lunak
maupun keras sistem aplikasi yang telah berjalan dan digunakan.
9) Penyelenggaraan pelatihan komputer guna peningkatan kemampuan
personel lalu lintas dalam mengoperasikan aplikasi bidang lalu lintas
untuk mendukung tugas sehari – hari.
Sedangkan peran polisi lalu lintas antara lain:76
a. Aparat penegak hukum lalu lintas
b. Aparat penyidik kecelakaan lalu lintas
c. Aparat yang memiliki kewenangan tugas polisi umum
d. Unsur bantuan komunikasi dan lain - lain
Berdasar uraian tersebut bahwa tugas fungsi dan peran polisi lalu lintas
sangat merupakan pelaksana dari tugas polisi di bidang lalu lintas yang
memiliki wewenang yang kompleks dalam menangani permasalah lalu
lintas.
Dalam menjalankan tugas sesuai dengan wewenangnya, kepolisian wilayah
Temanggung menyesuaikan dengan kondisi geografis. Wilayah
Temanggung sebagian besar daerah perbukitan. Kondisi tersebut
mempengaruhi kondisi sarana lalu lintas yakni kondisi jalan yang berkelok,
dekat dengan tebing, jurang, serta menanjak dan menurun. Karakteristik
jalan tersebut berpengaruh terhadap kinerja lalu lintas terutama di beberapa
titik yang rawan terjadi masalah lalu lintas. Hal ini perlu mendapat perhatian
untuk melengkapi dan/atau menambah prasarana lalu lintas guna membantu
kelancaran lalu lintas. Oleh karena itu mempengaruhi petugas kepolisian
dalam melaksanakan manajemen dan rekayasa lalu lintas di wilayah rawan
kecelakaan. Kondisi wilayah Temanggung merupakan salah satu indikasi
dalam mengenali pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas.
3. Mekanisme Penanganan Penyelesaian Perkara Laka Lantas
Salah satu permasalahan lalu lintas yang secara langsung melibatkan
masyarakat khususnya pengguna jalan adalah adanya kecelakaan lalu lintas.
Perkara Kecelakaan lalu lintas menjadi tugas dan wewenang polisi
khususnya Satuan Lalu Lintas Unit Kecelakaan Lalu Lintas (Laka Lantas).
Tugas Unit Laka Lantas terbagi menjadi dua yaitu Tugas Kepala Unit Laka
Lantas dan Unit Laka Lantas itu sendiri. Rincian tugas tersebut adalah
sebagai berikut:77
a. Kepala Unit Kecelakaan Lalu Lintas
1) Menerima laporan terjadinya kejadian kecelakaan lalu lintas
2) Meneliti Berita Acara Pemeriksaan ( BAP ) dari Penyidik Pembantu
dan Kepolisian lalu lintas jajarannya
3) Melaksanakan koordinasi dengan Penuntut Umum, Rumah Sakit dan
Pengadilan Negeri.
4) Mengirimkan Berkas Perkara ke Jaksa Penuntut Umum ( JPU )
5) Bertanggung jawab kepada Kepala Satuan Lalu Lintas.
b. Unit Kecelakaan Lalu Lintas.
1) Menerima laporan terjadinya kecelakaan lalu lintas
2) Mendatangi TKP kecelakaan lalu lintas.
3) Membuat pelaporan awal
4) Membuat sket TKP, memeriksa saksi dan tersangka untuk membuat
BAP
5) Meneliti BAP dari penyidik pembantu dan Pos jajaran
6) Koordinasi dengan Penuntut Umum, Rumah akit dan Pengadilan
7) Mengirimkan berkas perkara ke Penuntut Umum .
Sedangkan secara sistematis mekanisme penanganan penyelesaian
Bagan 3.
Mekanisme Penanganan Penyelesaian Perkara Laka Lantas
Sumber. Data Unit Laka Lantas Polres Temanggung
4. Angka Kecelakaan Lalu Lintas yang terjadi di Wilayah Hukum Polres
Temanggung.
Angka kecelakaan menunjukkan berapa banyak kecelakaan terjadi di
suatu wilayah pada jangka waktu tertentu. Akibat kecelakaan dapat
digolongkan menjadi tiga yakni korban meningggal, korban luka berat dan
korban luka ringan. Di wilayah hukum Polres Temanggung angka
Tabel 1. Jumlah kecelakaan lalu lintas diwilayah Kabupaten Temanggung tahun 2016
KECAMATAN JML
LAKA KORBAN KERUGIAN
Meninggal Luka Berat Luka Ringan
LK PR JML LK PR JML LK PR JML Sumber: Data Laka Lantas Polres Temanggung
Berdasar dasar data tersebut diketahui bahwa kecelakaan paling banyak
terjadi di Kecamatan Temanggung dan paling sedikit di Kecamatan Bansari
dan Gemawang. Kecamatan Temanggung sebagai kota kabupaten banyak
terjadi kecelakaan karena arus lalu lintas Temanggung lebih padat dari pada
di kecamatan lain. Sedangkan di Kecamatan Bansari dan Gemawang kondisi
arus lalu lintas relatif tidak padat dan cenderung lengang. Sedangkan dilihat
dari kondisi korban kecelakaan meninggal di kecamatan Pringsurat
menduduki peringkat pertama yang sebagian besar adalah laki – laki. Hal itu
Pringsurat yang cenderung banyak tanjakan dan turunan serta berkelok –
kelok. Disamping itu Kecamatan Pringsurat juga dilewati jalan raya jalur
propinsi yang menghubungkan ke kota propinsi sehingga menjadi jalur
utama yang banyak dilalui kendaran – kendaraan besar, sehingga jika terjadi
kecelakaan akibatnya menjadi fatal. Data kecelakaan dengan korban
meninggal jika ditampilkan pada bentuk grafik adalah sebagai berikut.
Grafik 1. Laka Lantas dengan Korban Meninggal di Kabupaten Temanggung Tahun 2016
Sumber: Data Laka Lantas Polres Temanggung
Berdasar data tersebut juga diketahui bahwa korban luka ringan paling