• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA dengan Menggunakanmodel Make A Match pada Siswa Kelas III SD N Randuacir 02 Tahun 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA dengan Menggunakanmodel Make A Match pada Siswa Kelas III SD N Randuacir 02 Tahun 2014/2015"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Kajian Teori

2.1.1 Pengertian IPA

Menurut Trianto (2013:136) Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.

Menurut Wahyana dalam (Trianto, 2013:136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejal-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Menurut Kardi dan Nur dalam (Trianto, 2013:136) mengatakan bahwa ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik mahkluk hidup maupun benda mati yang di amati. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang alam yang didapat melalui observasi untuk dapat mengetahui hasil yang dicari berdasarkan fakta.

2.1.2 Pembelajaran IPA

Menurut Trianto (2013:141) pembelajaran IPA merupakan cakupan yang terdapat dalam IPA meliputi alam semesta keseluruhan, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indra maupun yang tidak dapat diamati dengan indera.

(2)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah matri yang tercangkup dalam IPA baik yang dapat diamati ataupun yang tidak dapat di amati.

2.1.2.1 Tujuan Pembelajaran IPA

Tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai berikut.

1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi.

3) Ketrampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan observasi.

4) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitive, obyektif, jujur terbuka, benar,dan dapat bekerja sama.

5) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam.

6) Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilak alam serta penerapannya dalam teknologi. (Depdiknas, 2003:2)

2.1.3 Model Pembelajaran Make a Match

(3)

Menurut Miftahul Huda (2014:135) Dikembangkan oleh Lorna Curran (1994) Siswa mencari pasangan sambil mempelajari sesuatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan. Bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, model Make a Match adalah suatu model pembelajaran dimana guru memperhatikan skemata/latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata agar bahan pelajaran menjadi lebih menyenangkan yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.

Menurut Miftahul Huda (2013:252) langkah-langkah dari pembelajaran Make a Match sebagai berikut :

a) Guru menyampaikan materi atau memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi di rumah.

b) Siswa dibagi ke dalam 2 kelompok, misalnya kelompok A dan B. Kedua kelompok diminta untuk berhadap-hadapan.

c) Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B.

d) Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari/mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain.

e) Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan kepada mereka.

(4)

g) Jika waktu sudah habis, mereka harus diberi tahu bahwa waktu sudah habis. Siswa yang belum menemukan pasangan diminta untuk berkumpul tersendiri.

h) Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan siswa yang tidak mendapat pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan apakah psangan itu cocok atau tidak. i) Terakhir, guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan

kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi.

j) Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan presentasi.

Menurut Anita Lie (2004:55) Langkah-langkah pembelajaran make a match adalah sebagai berikut :

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yng berisi beberap konsep atau topik yang mungkin cocok untuk sesi review

b. Setiap siswa mendapat sebuah kartu.

c. Setiap siwa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.

d. Siswa juga bisa bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok.

Dari langkah-langkah di atas dapat di simpulkan langkah-langkah pembelajaran make a match adalah sebagai brikut :

a. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari.

b. Guru menyiapkan beberapa kartu yng berisi pertanyaan dan jawaban.

c. Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok. d. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

(5)

f. Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan siswa yang tidak mendapat pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan apakah psangan itu cocok atau tidak. g. Terakhir, guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan

kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi.

h. Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya ampai Seluruh pasangan melakukan presentasi.

Kelebihan dari model Make a Match menurut Miftahul Huda (2013:253) adalah sebagai berikut :

a) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik.

b) Metode ini menyenangkan karena ada unsur permainan.

c) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.

d) Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

e) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi.

Menurut Anita Lie (2004:55) keunggulan dari teknik mencari pasangan atau Make A Match adalah:

1. Siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. 2. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran. 3. Teknik ini bisa digunakan untuk semua tingkatan usia anak

didik.

Sedangkan kelemahan dalam model make a match Selain memiliki keunggulan, Miftahul Huda (2013:253-254) juga mengungkapkan bahwa model pembelajaran make a match juga memiliki beberapa kelemahan yaitu:

(6)

b.Banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya.

c.Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan.

d.Guru harus hati – hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu. e.Jika model pembelajaran make a match digunakan terus menerus

akan menimbulkan kebosanan.

2.1.4 Hasil Belajar

Ketrampilan guru serta aktivitas siswa yang berkembang dalam pembelajaran akan menghasilkan nilai, perilaku siswa, peningkatan prestasi. Hal ini tersebut pertanda hasil belajar siswa mengalami perubahan secara optimal. Nawawi (dalam Ahmad susanto 2013 : 5) menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Menurut Ahmad susanto (2013:5) yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatuu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap.

Dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil atau skor yang diperoleh anak setelah anak melalui kegiatan belajar mengajar.

a. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

(7)

kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark pada tahun 1981 bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga oleh faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas penbelajaran (Sudjana, 2006 : 39 ).

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa itu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu dari dalam dan dari luar diri siswa. Sehingga hasil belajar siswa hasil yang dicapai oleh siswa karena adanya usaha berupa pengetahuan yang nampak pada diri siswa tersebut.

2.2Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian dari Raehanun, 2011 dengan judul penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe make a macth dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SDN 1 Sukarara 2010/2011. Hal ini, ditunjukkan dengan adanya peningkatan dari siklus I kesiklus II. Tampak peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 76,59 menjadi 84,04. Dengan peningkatan prosentasi ketuntasan secara klasikal sebesar 71,43% menjadi 90,48%.

Suratman (2012) dalam skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Pendekatan Make a Match pada Siswa Kelas V

SDN Timbang 01 Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan model make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V. Terbukti pada hasil belajar siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa 70,59% dengan 12 siswa yang mengalami tuntas belajar dan 5 siswa atau 29,41% siswa yang belum tuntas. Pada siklus II ketuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi 100% atau 17 siswa sudah tuntas.

Astuti, Ria Yuni (2012) dalam skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa Kelas V SD Negeri 1 Colo Kecamatan Dawe

(8)

penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai siswa dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. Pada saat kondisi awal terdapat 5 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 41,7% dan yang belum tuntas terdapat 7 siswa atau sebesar 58,3%. Pada siklus I terdapat 9 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 75%, dan yang belum tuntas terdapat 3 siswa atau sebesar 25%, sedangkan pada siklus II terdapat 12 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 100%, dan yang belum tuntas dalam belajar terdapat 0 siswa atau sebesar 0 %. Dari analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V.

Adapun penelitian ini adalah penelitian yang digunakan untuk memecahkan permasalahan pembelajaran IPA di SDN Randuacir 02 dan melengkapi penelitian yang telah ada sebelumnya.

2.3Kerangka Berpikir

Dalam proses belajar mengajar IPA di SDN Randuacir 02 siswa lebih banyak menjadi pendengar atau bersifat pasif. Disamping itu metode yang digunakan masih dominan menggunakan metode ceramah yaitu guru menjelaskan di depan kelas dan siswa mendengarkan. Setelah guru menjelaskan, siswa disuruh mengerjakan latihan dan siswa disuruh menghapal apa yang sudah dipelajari hari itu, serta kadang-kadang pemberian tugas pekerjaan rumah (PR). Pembelajaran seperti ini dilakukan secara monoton dan kurang bervariasi sehingga peran guru lebih dominal yang menyebabkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran kurang.

(9)

siswa dalam mengikuti pelajaran IPA yang didapat berdampak pada prestasi belajar IPA siswa.

Untuk dapat meningkatkan keterlibatan langsung siswa dalam belajar salah satunya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match yang menuntun keterlibatan siswa secara aktif dan guru sebagai fasilitator. Pembelajaran dengan kooperatif tipe make a match, dalam pembelajaran ini siswa belajar secara kelompok. Dimana siswa disediakan kartu soal dan jawaban, setiap siswa memegang satu buah kartu dan mereka akan mencari pasangan yang cocok dari kartu yang dipegangnya. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe make a match akan mengajarkan siswa untuk belajar dalam kelompok dan berperan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga dalam proses belajar diharapkan aktivitas siswa dapat meningkat dan berakibat terhadap hasil belajar siswa yang meningkat pula.

2.4Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002:62)

Referensi

Dokumen terkait

- Guru memberikan reward/penghargaan kepada siswa yang aktif - Guru memberi tugas pada siswa yang nilainya kurang baik - Guru memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajar

 Guru membagikan beberapa gambar kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi permukaan bumi kepada masing – masing kelompok..  Siswa diminta untuk mengelompokkan

Sintak model pembelajaran tipe Make A Match yang paparkan ahli di atas ada beberapa tahap, yaitu: guru menyampaikan materi atau siswa mempelajarinya di rumah, guru membagi siswa

masing-masing dan memberi salam.  Guru melakukan presensi dan memberikan motivasi kepada siswa.  Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan selama proses pembelajaran.

berpendapat  Memberi instruksi kepada siswa untuk belajar dan bekerjasama secara optimal didalam kelompok masing-masing mempelajari pelajaran TIK sub pokok materi

Berdasarkan tabel 4.5 mendiskripsikan bahwa hasil analis observasi kinerja guru siklus 2 pertemuan 1 jumlah nilai 104 sudah termasuk kategori yang baik, hal ini dikarenakan

Berdasarkan analisis data dalam penelitian yang telah dilaksanakan di kelas 3 SDN Randuacir 02 maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapa model make a match

kartu-kartu tersebut, sebelumnya telah dibuat oleh guru berdasarkan materi yang akan disampaikan pada kegiatan belajar mengajar (KBM) sesuai dengan RPP dan