BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.2. Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan adalah kemampuan perushaan dalam menjalankan
operasionalnya . Pada penelitian ini kinerja perusahaan diukur dengan
menggunakan ROA . ROA adalah bentuk dari Profitabilitas untuk mengukur
kemampuan perusahaann dalam mengasilkan laba dengan mengunakan total
aktiva yang ada. Dalam penelitian ini data ROA yang digunakan diambil dari
laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdapat di BEI periode
2011-2013 .
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalamkeseluruhan aktiva yang
dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba. ROA yangnegatif disebabkan
laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal inimenunjukkan
kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu
untuk menghasilkan laba.
ROA memiliki keunggulan, diantaranya yaitu (Hakim, 2006):
1. Merupakan ukuran yang komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.
2. Mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut.
3. Merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggungjawab terhadap profitabilitas dan unit usaha.
Namun menurut Lisa (1999), selain memiliki keunggulan terdapat pula
1. Pengukuran kinerja dengan menggunakan ROA membuat manajer divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan project-project yang menurunkan divisional ROA, meskipun sebenarnya proyek-proyek tersebut dapat
meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan secara keseluruhan.
2. Manajemen juga cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka pendek dan bukan tujuan jangka panjang.
3. Sebuah project dalam ROA dapat meningkatkan tujuan jangka pendek, tetapi project tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam jangka panjang. Yang berupa pemutusan beberapa tenaga penjualan, pengurangan budget pemasaran, dan penggunaan bahan baku yang relatif murah sehingga menurunkan kualitas produk dalam jangka panjang.
Informasi mengenai kinerja sangat bermanfaat bagi pengguna laporan
keuangan. Bagi kelompok investor, kreditor maupun masyarakat umum
menginginkan investasi mereka yangditanamkan ke bank perlu untuk
mengetahui kinerja bank tersebut. Pengembalian atas investasimodal berguna
bagi evaluasi manajemen, analisis profitabilitas, peramalan laba, serta
perencanaan dan pengendalian. Menggunakan angka pengembalian atas
investasi modal untuk tujuan tersebutmembutuhkan pemahaman mendalam
mengenai ukuran pengembalian ini. Karena ukuranpengembalian mencakup
komponen yang berpotensi memberikan kontribusi pada pemahaman kinerja
perusahaan (Wild, Subramanyam, Halsey, 2005).
Rumus yang digunakan adalah :
ROA ( Y )=
2.2.1 Laporan Keuangan Sebagai Informasi Dalam Menilai Kinerja Perusahaan
Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data
kepentingan manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian atau
mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.
Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan merupakan salah satu
informasi yang dapat digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. Kinerja
perusahaan adalah pengukuran prestasi perusahaan yang ditimbulkan sebagai
akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen yang kompleks dan sulit,
karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, efisiensi, dan rentabilitas
dari kegiatan perusahaan . Penilaian kinerja perusahaan harus diketahui
outputnya maupun inputnya . Outpun adalah hasil dari kinerja karyawan ,
sedangkan input adalah hasil dari suatu keterampilan yang digunakan untuk
mendaptkan hasil tersebut.
Penggunaan laporan keuangan sebagai aspek penilaian kinerja didasarkan
atas informasi akuntansi, yang mencerminkan nilai sumber daya yang
diperoleh perusahaan dari bisnisnya dan juga yang dikorbankan oleh para
manajer untuk menjalankan aktivitas bisnis perusahaan.
Kinerja perusahaan diwujudkan dalam berbagai kegiatan untuk mencapai
tujuan perusahaan karena setiap kegiatan tersebut memerlukan sumber daya,
maka kinerja perusahaan akan tercermin dari penggunaan sumber daya untuk
mencapai tujuan perusahaan. Pentingnya laporan keuangan sebagai informasi
dalam menilai kinerja perusahaan, mensyaratkan laporan keuangan haruslah
mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya pada kurun waktu
tertentu. Sehingga pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perusahaan
akan menjadi tepat, dengan demikian pemegang saham dapat menjadikan
keputusannya sebagai pemegang saham perusahaan. Salah satu bentuk
informasi akuntansi yang penting dalam proses penilaian kinerja perusahaan
adalah berupa rasio-rasio keuangan perusahaan untuk perioda tertentu. Dengan
rasio-rasio keuangan tersebut akan tampak jelas berbagai indikator keuangan
yang dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun
kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu.
2.3 Analisis Laporan Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan bagian dari analisis bisnis. Analisis
laporan keuangan (financial statement analysis) adalah aplikasi dari alat dan
tehnik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang
berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam
analisis bisnis (Wild, Subramanyam. 2010:4). Analisis laporan keuangan
mengurangi ketergantungan pada firasat, tebakan, dan intuisi dalam
pengambilan keputusan, serta mengurangi ketidakpastian analisis bisnis.
Menurut Stice, et al (2009:791) “analisis laporan keuangan adalah
mempelajari hubungan antara angka-angka dalam laporan keuangan dan tren
dari angka-angka tersebut dari waktu ke waktu”. Salah satu tujuan analisis
laporan keuangan adalah menggunakan kinerja masa lalu untuk memprediksi
profitabilitas dan arus kas sebuah perusahaan di masa mendatang. Tujuan lain
dari analisis laporan keuangan adalah untuk mengevaluasi kinerja sebuah
perusahaan dengan maksud mengidentifikasikan letak masalah yang ada.
Menurut Kasmir (2008:66) “agar laporan keuangan menjadi lebih
dilakukan analisis laporan keuangan”. Bagi pihak pemilik dan manajemen,
tujuan utama analisis laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi
keuangan perusahaan saat ini. Dengan mengetahui posisi keuangan, akan
terlihat pencapai target yang direncanakan sebelumnya.
Analisis laporan keuangan memiliki sifat diagnostik, mengidentifikasi
letak-letak masalah perusahaan, dan prognostik, memprediksi kinerja
perusahaan di masa mendatang. Sebagian besar informasi berguna saat
informasi tersebut dapat dibandingkan dengan beberapa patokan tertentu.
Dalam buku Stice, et al (2009:792) “The Accounting Principles Board
menyatakan bahwa perbandingan laporan keuangan akan menjadi paling
informatif dan berguna jika memiliki kriteria sebagai berikut ini :
1. Ditampilkan dalam format yang baik: maksudnya pengaturan untuk setiap laporan harus sama.
2. Isi dari laporan sama; maksudnya memiliki pos-pos yanng sama dalam pencatatan akuntansi yang mendasari dan diklasifikasikan berdasarkan penjelasan yang sama.
3. Prinsip-prinsip akuntansi tidak diubah, atau, jika diubah, pengaruh keuangan dari perubahan diungkapkan.
4. Perubahan dalam keadaan atau dalam sifat transaksi yang mendasari diungkapkan
Untuk melakukan analisis laporan keuangan diperlukan metode dan
analisis yang tepat. Tujuan penentuan metode dan teknik analisis yang tepat
adalah agar laporan keuangan tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal.
Selain itu, pengguna hasil analisistersebut dapat dengan mudah untuk
menginterpretasikannya.
Terdapat dua metode analisis laporan keuangan yang biasa dipakai
1. Analisis Vertikal (Statis)
Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu Periode laporan keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang ada, dalam satu periode. Informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode saja dan tidak diketahui perkembangan ke periode selanjutnya. 2. Analisis Horizontal (Dinamis)
Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil analisis ini akan terlihat perkembangan perusahaan dari periode yang satu ke periode yang lain.
2.3.1 Rasio Keuangan
Rasio keuangan atau analisis rasio “merupakan salah satu alat analisis
keuangan yang populer dan banyak digunakan”(Wild, Subramanyam,
2010:40). Rasio keuangan perannya penting dan dapat menjadi pedoman dalam
mengevaluasi kegiatan aktivitas perusahaan, selain itu membandingkan kinerja
dan hasil yang dicapai perusahaan antara periode tahun-tahun sebelumnya.
Juga dapat menjadi ukuran perbandingan dengan perusahaan lainnya.
Rasio keuangan menyatakan hubungan matematis antara dua kuantitas.
Meskipun perhitungan rasio merupakan operasi arimatika sederhana,
interpretasinya lebih kompleks. Agar bermakna, sebuah rasio harus mengacu
pada hubungan ekonomis yang penting.
Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhadap kondisi
yang mendasari. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengidentifikasi
area yang memerlukan investigasi yang lebih lanjut. Analisis rasio dapat
mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam
menemukan kondisi dan trend yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari
masing-masing komponen yang membentuk rasio. Seperti alat analisis lainnya,
menyesuaikan faktor-faktor yang mempengaruhi rasio untuk kemungkinan tren
dan ukurannya di masa depan.
2.3.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan
Secara umum, rasio yang digunakan untuk menganalisis laporan
keuangan suatu perusahaan diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu :
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi biasanya dalam jangka
pendek. Kewajiban jangka pendek adalah utang (debt) yang mesti dibayar
dalam periode waktu yang sama yang dipakai dalam menentukan aktiva lancar.
Pihak-pihak yang berkepentingan dalam menilai tingkat likuiditas perusahaan
adalah kreditor, seperti pemasok dan bankir.
Kelikuiditasan perusahaan diukur dari kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan dapat dikatakan likuid
bila perusahaan mampu untuk membayar kewajiban jangka pendeknya, seperti
utang dagang, utang gaji, utang pajak. Sebaliknya, perusahaan yang tidak
mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dikatakan illikuid atau
tidak likuid.
Aktiva lancar merupakan sumber daya yang relatif likuid. Aktiva lancar
seperti kas, piutang dagang, persediaan, dan beban dibayar dimuka. Menurut
Simamora (2000:523) “untuk memenuhi syarat sebagai aktiva lancar, suatu
aktiva lancar harus bisa dikonversikan menjadi kas dalam jangka waktu yang
Rasio likuiditas dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Rasio likuiditas
menurut Simamora (2000:524) “antara lain rasio lancar, acid test ratio, putaran
piutang dagang, dan putaran persediaan. Menurut Kasmir (2008:134) “jenis
rasio likuiditas yang ada seperti current ratio, quick ratio atau acid test ratio,
cash ratio, rasio perputaran kas, inventory to net working capital”.
Rasio yang menjadi variabel dan fokus penelitian ini adalah rasio likuiditas.
Namun tidak semua rasio likuditas yang akan diuji, hanya rasio lancar (current
ratio). Seperti yang dikemukakan Subramanyam dan Wild (2010:45) “rasio
likuiditas yang paling penting adalah rasio lancar”. Rasio lancar menurut
Kasmir (2008:134) “merupakan rasio untuk mengukur kemampuan jangka
pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan”. Rasio lancar mengukur tingkat kemampuan dan keamanan
perusahaan, yaitu ketersediaan aktiva lancar untuk menutupi kewajiban.
Menurut Stice, et al (2009:806) “rasio lancar adalah sebuah ukuran tidak
langsung atas kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban
yang akan datang. Rasio-rasio berdasarkan arus kas dari kegiatan operasi
memberikan indikasi langsung terhadap kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan kas yang cukup untuk memenuhi prediksi jumlah kas yang harus
dipenuhi”. Rumus untuk menghitung rasio lancar menurut Wild, Subramanyam
(2010:44)
Current Ratio ( X1) = x100%
Pendanaan perusahaan bersumber dari dua pendanaan yaitu dari kreditor
jangka pendek seperti pemasok dan kreditor jangka panjang seperti pemegang
saham. Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka panjangnya (Wild, Subramanyam. 2010:46).
Menurut Rahardjo (2008:118) “rasio solvabilitas adalah kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka
panjangnya”. Rasio solvabilitas mengukur kontribusi pemegang saham
dibandingkan dengan dana yang berasal dari kreditor.
Pada penelitian ini yang menjadi fokus dan variabel adalah rasio debt to
equity ratio. Menurut Kasmir (2008:157) “debt to equity ratio merupakan rasio
yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini membandingkan
antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas”. Rasio ini
berfungsi mengetahui setiap modal yang dimiliki yang dijadikan untuk jaminan
utang dan memberikan petunjuk mengenai kelayakan dan risiko keuangan
perusahaan. Bagi pihak kreditor, semakin besar rasio solvabilitas akan tidak
menguntungkan disebabkan akan semakin besar risiko yang ditanggung atas
kegagalan yang mungkin terjadi diperusahaan. Namun bagi pihak pemegang
saham, semakin tinggi rasio ini akan semakin baik.
Bagi setiap perusahaan akan berbeda rasio debt to equity rasio,tergantung
karakteristik perusahaan dan arus kasnya. Menurut Wild, Subramanyam
(2010:44) rumus untuk menghitung total utang terhadap ekuitas ( debt to equity
rasio)
3.Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktivanya. Rasio ini mengukur
tingkat efisensi pemanfaatan sumber daya perusahaan. Rasio aktivitas atau
pemanfaat asset menurut Wild, Subramanyam (2010:45) dapat dklasifikasikan
menjadi “rasio perputaran kas (cash turover), rasio perputaran piutang usaha
(account receveible turnover), rasio perputaran persediaan (inventory
turnover), rasio perputaran modal kerja (working capital turnover), rasio
perputaran aset tetap (PPE turnover), dan rasio perputaran total aset (total asset
turnover).
Rasio aktivitas yang menjadi fokus dan variabel pada penelitian ini adalah
rasio perputaran total asset (total asset turn over). Rasio ini digunakan untuk
mengukur perputaran aktiva perusahaan untuk memperoleh penjualan yang
dilakukan perusahaan. Rumus rasio ini menurut Wild, Subramanyam (2010:45)
Total Asset TurnOver ( X3) =
Total Aktiva (Total Assets Turnover) merupakan rasio aktivitas yang
digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan
dalam menggunakan sumber dayanya yang berupa asset. Semakin tinggi
efisien penggunaan asset Maka semakin cepat pengembalian dana dalam
bentuk kas (Abdul Halim, 2007). Total Assets Turnover sendiri merupakan
rasio antara penjualan dengan total aktiva yang mengukur efisiensi penggunaan
aktiva secara keseluruhan. Apabila rasio rendah itu merupakan indikasi bahwa
Sedangkan menurut (Weston dan Brigham, 1989), TATO merupakan rasio
pengelolaan aktiva terakhir, mengukur perputaran atau pemanfaatan dari semua
aktiva perusahaan. Apabila perusahaan tidak menghasilkan volume usaha yang
cukup untuk ukuran investasi sebesar total aktivanya, penjualan harus
ditingkatkan.
Beberapa aktiva harus dijual, atau gabungan dari langkah-langkah
tersebut harus segera dilakukan. Apabila dalam menganalisis rasio ini selama
beberapa periode menunjukkan suatu trend yang cenderung meningkat,
memberikan gambaran bahwa semakin efisien penggunaan aktiva sehingga
meningkat (Sawir, 2001). Sedangkan TATO dipengaruhi oleh besar kecilnya
penjualan dan total aktiva, baik lancar maupun aktiva tetap. Karena itu, TATO
dapat diperbesar dengan menambah aktiva pada satu sisi dan pada sisi lain
diusahakan agar penjualan dapat meningkat relatif lebih besar dari peningkatan
aktiva atau dengan mengurangi penjualan disertai dengan pengurangan relatif
terhadap aktiva, (Pieter Leunupun, 2003)
3. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba. Rasio ini memberi ukuran tingkat
efektivitas manajemen perusahaan. Tujuan perusahaan adalah mempertahankan
kelangsungan hidupnya, untuk tetap bertahan perusahaan harus mampu untuk
menghasilkan laba. Bila perusahaan rugi, pihak kreditor akan
mempertimbangkan untuk tetap memberi pinjaman atau menanamkan
Menurut Kasmir (2008:199) rasio profitabilitas dapat diklasifikasikan
menjadi 4 yaitu :
1. Profit margin ( profit margin on sales) yang terdiri dari a. Gross Profit margin
b. Net Profit Margin
2. Return On Investment (ROI) 3. Laba Per Lembar Saham 4. Return On Equity (ROE)
2.4. Size
Size adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil
perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar
saham, dan lain-lain. . Rumus ukuran perusahaan sebagai berikut:
Size ( X4) = Total Aset
Size merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap manajemen
laba perusahaan. Perusahaan besar cenderung bertindak hati-hati dalam
melakukan pengelolaan perusahaan dan cenderung melakukan pengelolaan laba
secara efisien. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat
sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan,
sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat
(Nuryaman, 2008:7).
Pada dasarnya menurut Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005: 138)
ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu : “perusahaan besar,
perusahaan menengah dan perusahaan kecil. Penentuan ukuran perusahaan ini
didasarkan kepada total asset perusahaan”. Menurut Suwito dan Herawaty (2005:
138) yang mengambil pendapat Moses (1987) menemukan bukti bahwa :
pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan
yang lebih kecil karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar menjadi subyek
pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat
umum/general public)”.
2.4.1 Indikator Size
Salah satu Size kemampuan perusahaan dalam kinerja keuangan yang
maksimal dapat dilihat dari rasio-rasio yang menunjukkan perkembangan atau
kemunduran dari operasional normal perusahaan tersebut, hal ini dapat dilihat
salah satunya dari rasio pertumbuhan, dimana rasio pertumbuhan menunjukkan
ukuran kenaikan atau penurunan kinerja keuangan suatu perusahaan yang dapat
dilihat dari perbandingan tahun sebelum dan sesudah maupun sedang berjalan
untuk beberapa pos akuntansi keuangan perusahaan.
Dalam rasio pertumbuhan ini akan dihitung seberapa jauh pertumbuhan dari
beberapa pos penting dalam laporan keuangan. Variabel ini diukur dengan
rata-rata jumlah nilai kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan . Skala pengukuran
yang digunakan adalah skala rasio.
Size bisa diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan, atau modal
dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya
perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang
memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah
mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah
positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif
lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang
kecil .
2.5 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Penelitti (Tahun
Penelitian)
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1. Ade Afrina Pulungan (2010)
Variabel Independen Current ratio, debt to equity ratio, Total asset trun over , gross frofit . Variabel Dependen Perubahan Laba
Secara simultan Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, Gross
Profit Margin tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. Pengujian secara parsial Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, Gross Profit
Totall Asset Turn Over Return On Invesment
Variabeln dependent Kinerja perusahaan
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa Current Ratio
Totall Asset Turn Over berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja dan Return On Invesment berpengeruh negative terhadap kinerja sebesar 0,000%). Sementara secara simultan (CR, DER, TAT, dan NPM) terbukti signifikan berpengaruh terhadap ROE perusahaan manufaktur di BEI pada level kurang dari 5% yaitu
Kemampuan prediksi dari keempat variabel tersebut terhadap ROE sebesar
No Penelitti (Tahun Penelitian)
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
97,9% sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya adjusted R square sebesar 97,9%, sedangkan sisanya 2,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.
3. M. Rofiq
Sunarko ( 2012)
Variabel Independen current ratio, debt to total assets,
variable secara parsial
berpengaruh secara signifikan kecuali variable
current ratio yang tidak
berpengaruh secara regresi tepat (fit) untuk memprediksi pengaruh sales gross profit sales leverage ratio
Variabel dependen pertumbuhan laba
Secara simultan operating income to sales, gross profit sales leverage ratio mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Pengujian secara parsial
profit sales, leverage ratio
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
5. Uliva Dewi Ardiatmi (2013)
Variabel independen Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, Firm Size, dan Debt Ratio
Variabel dependen: ROE, (X3) Total Asset
Turnover tidak berpengaruh terhadap ROE. (X4) SIZE perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE dan (X5) Debt Ratio tidak Berpengaruh terhadap ROE. Return on Equity dapat dijelaskan oleh variabel bebas sebesar 53,8
Srimindarti (2009) melukan penelitian mengenai Pengaruh Current Ratio ,
Total Assets TurnOver dan Return on Invesment terhadap Kinerja Perusahaan
Pada Insdustri Food and Beverages yang terdapat di BEJ . Variebel Independen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio , Total Assets
TurnOver dan Return on Invesment. Variabel Dependen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Kinerja Perusahaan . Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa pengaruh current rasio, total assets turnover, dan return on
Efek Jakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverage
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Metode penyampelan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling. Analisis regresi digunakan untuk
menguji pengaruh current rasio, total assets turnover, dan return on investment
terhadap kinerja yang diproksi dengan laba setelah pajak. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa current rasio dan assets turnover memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja. Sedangkan return on investment tidak memiliki
pengaruh terhadap kinerja.
Meliala (2010) melakukan penelitian mengenai Analisis Hubungan
Pertumbuhan Rasio Laporan Keuangan Dengan Prediksi Pertumbuhan Laba pada
Perusahaan-Perusahaan Go Public yang Terdaftar di BEI. Variabel independen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Operating Income to Sales, Gross
Profit Sales, Leverage Ratio. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
Pertumbuhan Laba. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di Jakarta Islamic Index. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
secara simultan Operating Income to Sales, Gross Profit Sales, Leverage Ratio
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba, sedangkan
secara parsial Operating Income to Sales berpengaruh secara signifikan terhadap
pertumbuhan laba. Gross Profit Sales dan Leverage Ratio tidak berpengaruh
secara signifikan.
Sunarko ( 2012) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Rasio keuangan
mempengaruhi Kinerja Perusahaan. Obyeknya perusahaan manufaktur kelompok
tekstil yang listed di BEI selama tahun 2004 – 2009. Rasio keuangan meliputi
current ratio, debt to total assets, sedangkankinerja keuangan perusahaan diukur
dari laba sebelum pajak, dengan alasan untuk menghindari pengaruh penggunaan
tarif pajak yang berbeda antar periodeyang dianalisis. Alat analisis yang
digunakan adalah analisis regresi berganda,Uji t, Uji F, dan R2. Hasil Penelitian
menyatakan dari keempat variable secara parsial berpengaruh secara signifikan
kecuali variable current ratio yang tidak berpengaruh secara signifikan. Variabel
yang memberikan pengaruh paling dominan terhadap kinerja perusahaan adalah
ukuran perusahaan. Berdasarkanpengujian model, hasilnya menunjukkan bahwa
model regresi tepat (fit) untukmemprediksi pengaruh variable independen
terhadap variable dependennya.
2.6 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu model yang menerangakan bagaimana hubungan suatu teori
dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah
tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara
variable-variabel penelitian yaitu variabel bebas dengan variable terikat.
Varibel Independent dalam kerangka konseptual adalah current ratio ( X1)
, debt to equity ratio ( X2 ) , total asser turn over ( X3 ) dan size ( X4 ) .
Sedangkan pada varibel dependent kerangka konseptual terdiri dari kinerja
Variabel Independent Variabel Dependent
Kerangka konseptual diatas menjelelaskan hubungan simultan maupun
parsial antara masing – masing variabel independen dan dependen . Penjelasan
dari gambar diatas adalah sebagai berikut :
1. .Hubungan Current Ratio( X1) terhadap Kinerja Perusahaan ( Y )
Current Ratio merupakan salah satu rasio likuiditas, yaitu rasio
yang bertujuan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin tinggi CR suatu
perusahaan berarti semakin kecil resiko kegagalan perusahaan dalam Current Ratio
(X1)
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Akibatnya resiko yang akan
ditanggung pemegang saham juga semakin kecil .
Nilai CR yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi
ketidakpastian bagi investor, namun mengindikasikan adanya dana yang
menganggur (idle cash) sehingga akan mengurangi tingkat profitabilitas
perusahaan, akibatnya ROA juga semakin kecil. Dengan demikian diduga
semakin besar nilai CR maka semakin kecil ROA
H1 : Current Ratio berpengaruh terhadap kinerja perusahaan .
2. .Hubungan Debt to Equity Ratio ( X2 ) terhadap kinerja perusahaan ( Y)
Kebijakan pendanaan yang tercemin dari debt equity ratio ( DER)
sangat mempengaruhi pencapaian laba yang diperoleh perusahaan. Ang
(1997) menyatakan bahwa semakin tinggi DER akan mempengaruhi
besarnya laba (return on asset) yang dicapai oleh perusahaan. Jika biaya
hutang yang tercermin dalam biaya pinjaman lebih besar daripada biaya
modal sendiri, maka rata-rata biaya modal (weighted average cost of
capital) akan semakin besar sehingga return on asset (ROA) akan semakin
kecil, demikian sebaliknya (Brigham, 1983)
Semakin tinggi DER menunjukkan semakin besar kepercayaan dari
pihak luar, hal ini sangat memungkinkan meningkatkan kinerja
perusahaan, karena dengan modal yang besar maka kesempatan untuk
terhadap ROA adalah positif. Hal tersebut didukung oleh pecking order theory yang menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan dimana para
manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan,
kemudian hutang, dan modal sendiri eksternal sebagai pilihan terakhir
(Brigham dan Houston, 2001).
H2 : Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
3. Hubungan Total Asser Turn Over ( X3 ) terhadap Kinerja Perusahaan ( Y ) .
Total Asset Turn Over merupakan salah satu rasio aktivitas.Ang
(1997:50) menyatakan bahwa“TATO menunjukkan efisiensi penggunaan
seluruh aktiva (total assets) perusahaan untuk menunjang penjualan (sale)”
.Hanafi dan Halim (2009:16) menyatakan bahwa :
“Perputaran total aset mencerminkan kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan dari total investasi tertentu.Rasio ini juga biasa diartikan sebagai kemampuan perusahaan mengelola aktiva berdasarkan tingkat penjualan tertentu. Rasio ini mengukur aktivitas pengguanaan aktiva (asset) perusahaan”
Hanafi dan Halim (2009:81) menyatakan bahwa :
“ Rasio Total Asset Turnover yang tinggi biasanya menunjukan manajemen yang baik dan sebaliknya”.Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggitingkat penjualan maka semakin efektif perusahaan tersebut dalam mengelola aktivanya (asset) sehingga menunjukanTotal Asset Turnoveryang tinggi dan dapat menghasilkan laba yang tinggi pula
.Semakin besar TATO menunjukkan perusahaan efisien dalam
menggunakan seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan
aktiva suatu perusahaan untuk menunjang kegiatan penjualan
bersihnya,maka pendapatan yang diperoleh meningkat sehingga laba yang
didapat besar ”
Ini didukung oleh Ou (1990) dan Asyik dan Sulist (2000) yang
dalam penelitiannya menunjukkan bahwa TATO berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan laba.
H3 : Total Asset Turn Over berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
4. Hubungan Size ( X4 ) terhadap Kinerja Perusahaan ( Y ) .
Miyajima et al (2003) menunjukkan pengaruh dari size terhadap
kinerja perusahaan (ROA) sangat kuat. Perusahaan besar dengan akses
pasar yang lebih baik seharusnya mempunyai aktivitas operasional yang
lebih luas sehingga mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan
keuntungan yang besar yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan,
sehingga antara ukuran perusahaan dan kinerja perusahaan memiliki
hubungan yang positif .
Ekawati (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Level of
growth and accounting profitability in corporate value creation strategy
,” meneliti tentang kemampuan rasio-rasio keuangan dalam memprediksi
ROA, dimana Size berhubungan positif dengan ROA. Hasil penelitian
Ekawati (2003) didukung oleh penelitian Bardosa dan Louri (2003) yang
juga menunjukkan hasil bahwa size berpengaruh positif terhadap ROA.
Sehingga Sizediprediksikan mempunyai hubungan positif dengan ROA.
2.7 Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2007:51) “hipotesis dikembangkan dari telah
teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pernyataan penelitian
yang memerlukan ujian secara empiris. Hipotesis merupakan jawaban
sementara dari penelitian yang akan dilakukan”.
H1 : Current Ratio berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan
manufaktur
H2 : Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada
perusahaan manufaktur
H3 : Total Asset Turnover berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada
perusahaan manufaktur
H4 : Size berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan
manufaktur
H5 : Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, Size
berpengaruh signifikan maupun parsial terhadap kinerjaperusahaan pada
perusahaan manufaktur
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia ada 127 sampel perusahaan manufaktur yang
2.8Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
No Variabel Definisi Sakala Rumus
1. Current Ratio
Perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar
Rasio
2. Debt Equity Ratio
Perbandingan antara harga pokop penjualan yang terjadi dengan persediaan
Rasio
3. Total Asset Turn Over
Perbandingan anatar penjualan terhadap total asset
Rasio
4. Size Logaritma natural dari total asset
Rasio Size = Log Total Asset
5. Retrun On Asset
Rasio antara earning after tax terhadap total asset