• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, 2 kali pertemuan untuk pelaksanaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, 2 kali pertemuan untuk pelaksanaan"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

56

A. Hasil Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada materi pokok gerak pada tumbuhan ini dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, 2 kali pertemuan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan 2 kali pertemuan untuk uji akhir THB. Penelitian ini diamati oleh dua orang pengamat, yaitu: satu orang guru biologi MTsN-1 Mentaya Hilir Selatan dan satu orang mahasiswa STAIN Palangka Raya.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus. Satu siklus terdiri atas tahap perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).

1. Siklus I

Pertemuan I

a. Perencanaan (Planning)

Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu gerak pada tumbuhan, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat langkah-langkah kegiatan guru dan siswa pada proses pembelajaran, membuat lembar observasi, mempersiapkan bahan ajar yang dituangkan dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), mempersiapkan hadiah untuk memberikan

(2)

penghargaan pada kelompok terbaik 1, 2, dan 3, membuat tes hasil belajar siswa, menyiapkan sumber belajar, mempersiapkan daftar nama-nama kelompok belajar, mempersiapkan atribut-atribut TSTS serta menyiapkan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pelaksanaan penelitian, guru bertindak sebagai pengajar seperti biasa, sedangkan pengamat pertama duduk di ujung depan dan pengamat kedua duduk di belakang. Tindakan yang dilakukan dalam tindakan siklus I adalah melaksanakan rencana pembelajaran yang telah disusun. Ada tiga kegiatan yang dilaksanakan dalam pembelajaran ini yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan akhir. Berikut gambaran umum pembelajaran dari setiap kegiatan:

1) Kegiatan Awal

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan memberikan motivasi dengan melakukan tanya jawab kepada siswa, dilanjutkan dengan menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu gerak tropisme dan gerak taksis, kemudian menyampaikan indikator pencapaian dan tujuan pembelajaran yaitu menjelaskan beberapa manfaat yang dapat diperoleh siswa dari penguasaan materi dan menggali pengetahuan awal siswa dengan memberikan penjelasan berupa contoh-contoh

(3)

gerak pada tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari dengan sambil tanya jawab bersama siswa.

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti pertama-tama guru menyampaikan secara singkat materi gerak tropisme dan gerak taksis, setelah selesai menjelaskan materi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum mereka mengerti, selanjutnya guru menjelaskan sistem pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS). Kegiatan berikutnya guru mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok secara heterogen yang masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang, karena kelas berjumlah 32 siswa, sehingga siswa dapat dibagi menjadi 8 kelompok. Setelah itu, guru membagikan LKPD, dan atribut TSTS. Sebelum mengerjakan LKPD, guru menentukan masing-masing kelompok yang mana nantinya siswa yang bertugas sebagai stay dan sebagai stray dan selanjutnya guru menjelaskan prosedur kerja LKPD, saat siswa mengerjakan LKPD, guru berkeliling memberikan bimbingan kepada kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah semua kelompok selesai mendiskusikan LKPD, guru memberikan isyarat bahwa TSTS dimulai, dan siswa yang bertugas sebagai stray pada masing-masing kelompok, segera bertamu ke kelompok lain dengan skema yang sudah ditentukan oleh guru. Berikut rincian jumlah kunjungan

(4)

masing-masing kelompok saat melaksanakan TSTS: kelompok 1 → 2 kali kunjungan (ke kelompok 2 dan 3), kelompok 2 → 2 kali kunjungan (ke kelompok 3 dan 4), kelompok 3 → 2 kali kunjungan (ke kelompok 4 dan 5), kelompok 4 → 2 kali kunjungan (ke kelompok 5 dan 6), kelompok 5 → 2 kali kunjungan (ke kelompok 6 dan 7), kelompok 6 → 2 kali kunjungan (ke kelompok 7 dan 8), kelompok 7 → 2 kali kunjungan (ke kelompok 8 dan 1), kelompok 8 → 2 kali kunjungan (ke kelompok 1 dan 2). Setelah mereka merasa cukup memperoleh informasi dari kelompok lain, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing untuk mendiskusikan hasil temuan mereka dari kelompok lain. Pada saat waktu yang direncanakan untuk kegiatan TSTS berakhir, guru memberikan isyarat kepada semua siswa untuk kembali ke kelompoknya. Guru mengundi dengan kertas seperti arisan, untuk menentukan salah satu kelompok yang akan maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka dan kelompok lain ada yang bertanya.

3) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, guru bersama-sama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran, dan diakhir pembelajaran, guru mengumumkan kelompok-kelompok terbaik yang mendapatkan penghargaan.

(5)

c. Pengamatan (Observing)

Pengamat terdiri dari 2 orang: pengamat 1 dan pengamat 2 yang mengamati jalannya proses pembelajaran baik dalam pengelolaan pembelajaran maupun aktivitas siswa.

d. Analisis Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes pada siklus I, selanjutnya dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk melaksanakan siklus II. Data secara umum dari hasil refleksi adalah sebagai berikut: Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) yang dilaksanakan guru sudah baik dan dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat mendorong siswa terlibat aktif dalam kegiatan pemelajaran. Namun ada beberapa hal yang perlu diperbaiki pada siklus I dan hasil yang diperoleh masih dirasa kurang dan belum maksimal. Hal ini karena pada pelaksanaan siklus I ini masih terdapat kekurangan-kekurangan antara lain sebagai berikut; siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS), sehingga setiap tahap-tahap pembelajaran belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh siswa untuk belajar dan aktivitas siswa banyak terfokus pada mendengarkan atau memperhatikan penjelasan dari guru atau siswa lain serta suasana kelas menjadi sedikit gaduh saat pembentukan kelompok serta saat melakukan kegiatan TSTS, oleh karena

(6)

itu pada pertemuan selanjutnya guru harus lebih menjelaskan tentang tahapan-tahapan model Two Stay Two Stray (TSTS) khususnya pada tahapan bertamu dan menerima tamu. Siswa yang aktif dalam diskusi mengerjakan LKPD hanya sebagian, karena pembagian tugas dalam kelompok masih kurang. LKPD yang diterima dari kelompok hanya satu, sehingga menyebabkan siswa banyak yang tidak bekerja melainkan menggantungkan jawaban pada teman yang paling pintar. Dalam pelaksanaan diskusi masih banyak kelompok yang kurang berani dalam menyampaikan gagasan jawaban LKPD, sehingga guru harus dapat mengaktifkan seluruh kelompok sehingga akan didapatkan keragaman jawaban. Pada presentasi keaktifan masih didominasi kelompok tertentu saja, masih ada kelompok yang kurang aktif dalam bertanya maupun menyampaikan jawaban, oleh karena itu pada pertemuan selanjutnya harus diperhitungkan tindakan yang akan diberikan sehingga seluruh kelompok bisa lebih aktif dan tidak didominasi oleh beberapa kelompok saja. Setelah diadakan koreksi pada THB siklus I diperoleh hasil sebagai berikut: Nilai tertinggi 93, nilai terendah 27 dan nilai rata-rata kelas sebesar 62,4. Hasil selengkapnya pada lampiran 3.3.

Dari beberapa kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus I, perlu diperbaiki lagi dan apa yang sudah baik pada siklus I perlu dipertahankan sehingga diharapkan pada perencanaan siklus II semua target awal penelitian dapat tercapai.

(7)

2. Siklus II

Pertemuan II

a. Perencanaan (Planning)

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini sebagai berikut: membuat program pembelajaran yaitu, RPP, LKPD, mempersiapkan lembar observasi, mempersiapkan bahan belajar, mempersiapkan hadiah untuk memberikan penghargaan pada kelompok terbaik 1, 2, dan 3, membuat tes hasil belajar siswa, mempersiapkan daftar nama-nama kelompok belajar, dan mempersiapkan atribut-atribut TSTS, serta menyiapkan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung. b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

1) Kegiatan Awal

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan apersepsi, yaitu mengaitkan pelajaran sekarang tentang gerak tropisme dan taksis dengan yang terdahulu tentang gerak nasti dan autonom, memberikan motivasi dengan melakukan tanya jawab kepada siswa, dilanjutkan dengan menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu gerak nasti dan gerak autonom, kemudian menyampaikan indikator pencapaian dan tujuan pembelajaran yaitu menjelaskan beberapa manfaat yang dapat diperoleh siswa dari penguasaan materi dan menggali pengetahuan awal siswa dengan menanyakan pengertian dari gerak nasti.

(8)

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti pertama-tama guru menyampaikan secara singkat materi gerak nasti dan gerak autonom, dan membahas sedikit tentang materi yang belum dipahami siswa dilihat dari tes hasil belajar siswa pada siklus I. selanjutnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum mereka mengerti, selanjutnya guru menjelaskan sistem pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS). Kegiatan berikutnya guru mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok secara heterogen yang masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang, karena kelas berjumlah 32, maka terdapat 8 kelompok. Setelah itu, guru membagikan LKPD, dan atribut TSTS. Sebelum mengerjakan LKPD, guru menentukan masing-masing kelompok yang mana nantinya siswa yang bertugas sebagai stay dan sebagai stray dan selanjutnya guru menjelaskan prosedur kerja LKPD, saat siswa mengerjakan LKPD, guru berkeliling memberikan bimbingan kepada kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah semua kelompok selesai mendiskusikan LKPD, guru memberikan isyarat bahwa TSTS dimulai, dan siswa yang bertugas sebagai stray pada masing-masing kelompok, segera bertamu ke kelompok lain dengan skema yang sudah ditentukan oleh guru. Berikut rincian jumlah kunjungan masing-masing kelompok saat melaksanakan TSTS: kelompok 1 → 2 kali kunjungan (ke kelompok 2

(9)

dan 3), kelompok 2 → 2 kali kunjungan (ke kelompok 3 dan 4), kelompok 3 → 2 kali kunjungan (ke kelompok 4 dan 5), kelompok 4 → 2 kali kunjungan (ke kelompok 5 dan 6), kelompok 5 → 2 kali kunjungan (ke kelompok 6 dan 7), kelompok 6 → 2 kali kunjungan (ke kelompok 7 dan 8), kelompok 7 → 2 kali kunjungan (ke kelompok 8 dan 1), kelompok 8 → 2 kali kunjungan (ke kelompok 1 dan 2). Setelah mereka merasa cukup memperoleh informasi dari kelompok lain, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing untuk mendiskusikan hasil temuan mereka dari kelompok lain. Setiap kelompok tidak menggunakan jumlah maksimal yang disediakan dalam kunjungan, karena ada keterbatasan waktu dalam pembelajaran. Namun disaat ada kesulitan, guru berperan membimbing siswa. Pada saat waktu yang direncanakan untuk kegiatan TSTS berakhir, guru memberikan isyarat kepada semua siswa untuk kembali ke kelompoknya masing-masing. Guru mengundi dengan kertas seperti arisan, untuk menentukan salah satu kelompok yang akan maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka dan kelompok lain ada yang bertanya.

3) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, guru bersama-sama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran, dan diakhir pembelajaran, guru mengumunkan kelompok-kelompok terbaik yang mendapatkan penghargaan.

(10)

c. Pengamatan (Observing)

Pengamat mengamati jalannya proses pembelajaran baik dalam pengelolaan pembelajaran maupun aktivitas siswa.

d. Analisis Refleksi

Dari pengamatan yang dilakukan oleh dua orang observer, terlihat bahwa semua aspek yang diamati pada siklus II aktivitas siswa selama pembelajaran terlaksana dengan baik, yaitu siswa termotivasi untuk mempelajari materi tentang gerak nasti dan gerak autonom, siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, pada saat guru menyampaikan secara singkat materi gerak nasti dan autonom, siswa aktif dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar. Siswa membentuk kelompok secara disiplin dan mengerjakan LKPD serta saling berdiskusi dalam kelompok. Siswa mengikuti TSTS secara aktif, kreatif dan disiplin (dua orang anggota kelompok masing-masing, bertamu ke kelompok lain dan 2 orang anggota lainnya menjelaskan hasil diskusi mereka dengan tamu mereka). Kembali ke kelompok secara disiplin dan melaporkan hasil kunjungan dengan teman satu kelompok. Mempresentasikan hasil diskusi/memperhatikan serta aktif dalam diskusi, menyimpulkan materi (semua siswa ikut menyimpulkan materi). Dan diakhir pelajaran, siswa menerima penghargaan dengan tertib. Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung sudah baik, dimana para siswa mudah diatur dalam pembelajaran. Namun, karena memulai pelajaran

(11)

agak lambat, maka pembelajaran pun berlebih, sampai mengambil jam istirahat sekitar 10 menit. Setelah diadakan koreksi pada siklus II diperoleh hasil sebagai berikut: Nilai tertinggi 100, nilai terendah 43 dan nilai rata-rata kelas sebesar 77.0, nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan sebesar 14.6 dari siklus I. Hal ini, secara garis besar pelaksanaan siklus II berlangsung baik karena sudah meningkat dari siklus sebelumnya, dan hasilnya sudah mencapai KKM yang telah ditentukan di sekolah, dengan demikian siklus tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya, karena kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan terdahulu yang tentu saja untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang ditemukan pada siklus pertama. Tidak ada ketentuan tentang berapa kali siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri.56 Hal yang dimaksud disini adalah kepuasan dari guru sendiri karena yang mengajar adalah guru sendiri.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran, mendeskripsikan aktivitas siswa dan mengukur ketuntasan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran biologi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS).

56

(12)

1. Hasil Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay

Two Stray (TSTS)

Pengelolaan diartikan sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan dengan pola tertentu. Maka pengelolaan yang dilakukan guru dengan baik akan berpengaruh pada proses belajar mengajar dan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar mengajar menjadi optimal, sehingga siswa dapat memanfaatkan kemampuannya, bakatnya serta energi pada proses belajar mengajar.57

Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dinilai dengan menggunakan instrumen I yaitu pengamatan pengelolaan pembelajaran, pengamatan dilakukan oleh 2 orang pengamat yang sudah dilatih untuk mengisi lembar pengamatan pengelolaan secara benar.

Data hasil penilaian pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) untuk masing-masing pertemuan dapat dilihat secara rinci pada Tabel 4.1 sebagai berikut:

57

(13)

Tabel 4.1 Data Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

No Aspek yang diamati

Skor Hasil Pengamatan X Y Kategori Siklus I Siklus II I Pelaksanaan Kegiatan Awal

1. Mengucapkan salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa

2. Mengaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu

3. Memotivasi siswa 4. Meyampaikan indikator/tujuan pembelajaran 3,5 1 2,5 2 4 3,5 3 3 3.75 2,25 2,75 2,50 2,81 Baik Rata-rata I 2,25 3,37 Kegiatan Inti

1. Menyampaikan materi dan menjelaskan sistem model

pembelajaran kooperatif tipe TSTS 2. Mengorganisasikan siswa kedalam

kelompok -kelompok. 3. Membagikan LKPD dan

membimbing siswa dalam berdiskusi.

4. Memantau kegiatan siswa saat TSTS berlangsung dan mengatur siswa untuk kembali ke kelompok asal serta meminta salah satu kelompok mempresentasikan jawabannya 3 3 2,5 2 3,5 4 4 3 3,25 3,50 3,25 2,50 3,12 Baik Rata-rata II 2,62 3,62 Kegiatan Akhir 1. Menyimpulkan pelajaran 2. Melakukan evaluasi dan

memberikan penghargaan 3. Pengelolaan waktu 2 3,5 3 4 4 1 3,00 3,75 2,00 2,92 Baik Rata-rata III 2,83 3,00 II Suasana Kelas 2,5 3 4 4 3,25 3,50 3,37 Baik 1. Antusiasme guru 2. Antusiasme siswa Rata-rata IV 2,75 4,00

(14)

X = Rata-rata skor

Y = Rata-rata selama KBM Keterangan kategori penilaian:

1,00 – 1,49 = kurang baik 2,50-3,49 = Baik

1,50 – 2, 49 = cukup baik 3.50- 4.00 = Sangat Baik

Data hasil pengamatan pada Tabel 4.1 diketahui bahwa proses pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) termasuk kategori baik. Hal ini terlihat dari rata-rata keseluruhan sebesar 3,05. Hasil penilaian pengelolaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada siklus I menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam kegiatan awal atau pendahuluan memiliki skor pengamatan rata-rata 2,25 dengan kategori cukup baik, kemampuan guru dalam pelaksanaan KBM atau dalam kegiatan inti memiliki skor rata-rata 2,62 dengan kategori baik, dan kemampuan guru dalam kegiatan akhir atau penutup memiliki skor pengamatan rata-rata 2,83 dengan kategori baik.

Data hasil penilaian pengelolaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two (TSTS) pada Siklus II menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam kegiatan awal atau pendahuluan memiliki skor pengamatan rata-rata 3,37 dengan kategori baik, kemampuan guru dalam pelaksanaan KBM atau dalam kegiatan inti memiliki skor rata-rata

(15)

3,62 dengan kategori sangat baik, dan kemampuan guru dalam kegiatan akhir atau penutup memiliki skor pengamatan rata-rata 3,00 dengan kategori baik.

Pengamatan suasana kelas pada sisklus I mendapatkan skor rata-rata 2,75 dengan kategori baik, dan siklus II mendapatkan skor rata-rata 4,00 dengan kategori sangat baik. Suasana kelas pada siklus II ini mendapat respon yang baik dari siswa, terlihat pada saat pembelajaran antusias siswa pada pelajaran yang diajarkan guru sangat baik, karena siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

Pengelolaan pembelajaran pada siklus I diperoleh rata-rata keseluruhan 2,61 atau penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two (TSTS) saat pengelolaan dikategorikan baik, selanjutnya pada siklus II diperoleh rata-rata keseluruhan 3,50 atau penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two (TSTS) saat pengelolaan dikategorikan sangat baik. Peningkatan penilaian terhadap pengelolaan pembelajaran yang telah dilakukan guru menunjukkan bahwa guru sudah dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two (TSTS) dalam setiap aspek pembelajaran yang telah dilakukan.

Data pengelolaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two (TSTS) pada siklus I dan II selama KBM dapat digambarkan dalam bentuk diagram berikut:

(16)

Gambar 4.1 Grafik Hasil Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Siklus I dan II

2. Data Aktivitas Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

Aktivitas siswa merupakan salah satu instrumen pengumpulan data yang dilakukan siswa. Kegunaan dari aktivitas siswa ini adalah untuk mengamati perilaku siswa selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS).

Data hasil pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) ditunjukkan pada Tabel 4.2 berikut:

2.25 2.62 2.83 2.75 3.37 3.62 3 4 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

Kegiatan Awal Kegiatan Inti Kegiatan Akhir Suasana Kelas

Siklus I

(17)

Tabel 4.2 Data Aktivitas Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

Aktivitas Yang Diamati Persentase Aktivitas Siswa Rata-Rata (%) Siklus I Siklus II

1. Mendengarkan/memperhatikan

penjelasan guru atau siswa lain. 16,09 10,31 13,20 2. Aktif dalam berpendapat dan

menanyakan hal-hal yang dianggap sukar.

6,72 8,12 7,42

3. Membentuk kelompok 13,44 9,84 11,64

4. Mengerjakan LKPD yang telah

diberikan guru. 9,22 10,16 9,69

5. Saling berdiskusi dalam kelompok serta bertanya kepada guru apabila mendapatkan kesulitan dalam mengerjakan LKPD.

11,09 12,03 11,56

6. Mengikuti TSTS secara aktif, kreatif dan disiplin (dua orang anggota kelompok masing-masing bertamu ke kelompok lain dan 2 orang anggota lainnya menjelaskan hasil diskusi mereka dengan tamu mereka).

14,06 15,16 14,61

7. Kembali ke kelompok asal disaat Two stay-two stray berakhir serta melaporkan hasil kunjungan dengan teman satu kelompok.

7,66 10,78 9,22

8. Mempresentasikan/menjelaskan hasil diskusi kepada seluruh kelompok di kelas.

10,16 10,63 10,39

9. Berdiskusi/menyimpulkan pelajaran

antara peserta didik dengan guru. 8,12 9,53 8,83 10. Menerima penghargaan dengan tertib 3,44 3,44 3,44

(18)

Berdasarkan data hasil pengamatan pada tabel 4.2 di atas menunjukkan persentase aktivitas peserta didik. Hasil pengamatan pada Siklus I, yaitu mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain sebesar 16,09%, aktif dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar sebesar 6,72%, membentuk kelompok secara disiplin sebesar 13,44%, mengerjakan LKPD yang telah diberikan guru sebesar 9,22%, saling berdiskusi dalam kelompok serta bertanya kepada guru apabila mendapatkan kesulitan dalam mengerjakan LKPD sebesar 11,09%, mengikuti TSTS secara aktif, kreatif dan disiplin (dua orang anggota kelompok masing-masing bertamu ke kelompok lain dan 2 orang anggota lainnya menjelaskan hasil diskusi mereka dengan tamu mereka) sebesar 14,06%, kembali ke kelompok asal disaat Two stay-two stray berakhir serta melaporkan hasil kunjungan dengan teman satu kelompok sebesar 7,66%, mempresentasikan/menjelaskan hasil diskusi kepada seluruh kelompok di kelas sebesar 10,16%, berdiskusi/menyimpulkan pelajaran antara peserta didik dengan guru sebesar 8,12%, dan menerima penghargaan dengan tertib sebesar 3, 44%.

Hasil pengamatan pada Siklus II, yaitu mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain sebesar 10,31%, aktif dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar sebesar 8,12%, membentuk kelompok secara disiplin sebesar 9,84%, mengerjakan LKPD yang telah diberikan guru sebesar 10,16%, saling berdiskusi dalam kelompok serta bertanya kepada guru apabila mendapatkan kesulitan dalam mengerjakan

(19)

LKPD sebesar 12,03%, mengikuti TSTS secara aktif, kreatif dan disiplin (dua orang anggota kelompok masing-masing bertamu ke kelompok lain dan 2 orang anggota lainnya menjelaskan hasil diskusi mereka dengan tamu mereka) sebesar 15,16%, kembali ke kelompok asal disaat Two stay-two stray berakhir serta melaporkan hasil kunjungan dengan teman satu kelompok sebesar 10,78%, mempresentasikan/menjelaskan hasil diskusi kepada seluruh kelompok di kelas sebesar 10,63%, berdiskusi/menyimpulkan pelajaran antara peserta didik dengan guru sebesar 9,53%, dan menerima penghargaan dengan tertib sebesar 3, 44%.

Data aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran tipe Two Stay Two Stray (TSTS) materi gerak pada tumbuhan ditunjukkan pada gambar 4.2 berikut:

Gambar 4.2 Grafik Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Pada Siklus I dan II

0 5 10 15 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Siklus I 16.09 6.72 13.44 9.22 11.09 14.06 7.66 10.16 8.12 3.44 Siklus II 10.31 8.12 9.84 10.16 12.03 15.16 10.78 10.63 9.53 3.44 Rata-Rata 13.2 7.42 11.64 9.69 11.56 14.61 9.22 10.39 8.83 3.44 Per sen tase ( % )

(20)

Keterangan:

1. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain.

2. Aktif dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar. 3. Membentuk kelompok secara disiplin

4. Mengerjakan LKPD yang telah diberikan guru.

5. Saling berdiskusi dalam kelompok serta bertanya kepada guru apabila mendapatkan kesulitan dalam mengerjakan LKPD.

6. Mengikuti TSTSsecara aktif, kreatif dan disiplin (dua orang anggota kelompok masing-masing bertamu ke kelompok lain dan 2 orang anggota lainnya menjelaskan hasil diskusi mereka dengan tamu mereka).

7. Kembali ke kelompok asal disaat Two stay-two stray berakhir serta melaporkan hasil kunjungan dengan teman satu kelompok.

8. Mempresentasikan/menjelaskan hasil diskusi kepada seluruh kelompok di kelas.

9. Berdiskusi/menyimpulkan pelajaran antara peserta didik dengan guru. 10. Menerima penghargaan dengan tertib

3. Ketuntasan hasil belajar siswa pada Aspek Kognitif

Analisis ketuntasan hasil belajar siswa bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh ketuntasan hasil belajar siswa setelah kegiatan pembelajaran Biologi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Twtray (TSTS). Instrumen yang digunakan untuk mengukur ketuntasan ini adalah tes hasil belajar (THB) yang dianalisis menggunakan ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal. Individu dikatakan tuntas jika hasil belajarnya mencapai nilai ≥ 60, dan ketuntasan klasikal dapat dikatakan tuntas jika ≥ 85 % dari seluruh siswa mencapai nilai 60.

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa adalah instrumen (THB) yaitu berupa soal pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban yaitu, a, b, c, dan d yang berjumlah 31 butir soal. Pada siklus

(21)

I digunakan soal THB sebanyak 15 soal dan pada siklus II 16 soal. Data tes hasil belajar siswa ditampilkan pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Data Hasil Nilai Siswa Kelas VIIIC MTsN-1 Mentaya Hilir Selatan Tahun Ajaran 2012/2013

No. Nama Siswa

Nilai Siklus I Ketuntasan Hasil Belajar Nilai Siklus II Ketuntasan Hasil Belajar Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas 1 AS 67 √ 75 √ 2 AR 73 √ 81 √ 3 AB 67 √ 81 √ 4 AR 53 √ 69 √ 5 FR 87 √ 100 √ 6 HS 67 √ 75 √ 7 HH 75 √ 93 √ 8 IR 67 √ 81 √ 9 IH 27 √ 43 √ 10 KF 73 √ 75 √ 11 LF 67 √ 69 √ 12 MJ 53 √ 56 √ 13 MKA 47 √ 69 √ 14 MRP 93 √ √ 100 √ 15 M N 73 √ 94 √ 16 ML 69 √ 80 √ 17 MR 73 √ 94 √ 18 NJ 67 √ 75 √ 19 PGR 47 √ 56 √ 20 RH 40 √ 62 √ 21 RR 73 √ 81 √ 22 RRA 33 √ 62 √ 23 RM 67 √ 81 √ 24 RA 73 √ 94 √ 25 SR 53 √ 75 √ 26 SM 73 √ 88 √ 27 SN 67 √ 81

(22)

No. Nama Siswa Nilai Siklus I Ketuntasan Hasil Belajar Nilai Siklus II Ketuntasan Hasil Belajar Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas 28 SR 80 100 √ 29 SJ 47 √ 75 √ 30 TW 33 √ 62 √ 31 YJ 87 √ 94 √ 32 YF 27 √ 43 √ Jumlah 1998 2464

Jumlah siswa yang tuntas

21 28

Jumlah siswa yang tidak tuntas 11 4 Rata-rata kelas 62.4 77.0 Persentase (%) ketuntasan klasikal 65.6 % 34.3 % 87.5% 12.5%

Berdasarkan data hasil belajar tabel 4.3 di atas, dapat dijelaskan bahwa dari 32 orang siswa yang mengikuti tes hasil belajar pada siklus I, hanya 21 siswa yang hasil belajarnya tuntas dan 11 orang yang masih belum tuntas, sedangkan pada pada siklus II jumlah siswa yang tuntas 28 orang dan 4 orang yang belum tuntas dalam mengikuti pembelajaran.

Data tes hasil belajar pada siklus I memiliki nilai rata-rata kelas sebesar 62.4 dengan persentase ketuntasan klasikal 65.6%. Secara keseluruhan KKM yang dicapai pada siklus I sudah mencukupi rata-rata yang telah ditentukan sekolah, akan tetapi dalam proses pembelajarannya masih belum maksimal dan ketuntasan klasikal belum mencapai rata-rata yang telah ditentukan. Ketuntsan klasikal dapat dikatakan tuntas jika ≥85% dari seluruh siswa mencapai nilai 60. Dari data tes hasil belajar siklus I (tabel 4.3)

(23)

persentase ketuntasan klasikal belum mencapai rata-rata yang telah ditentukan, jadi pembelajaran berlanjut ke siklus II.

Hasil belajar pada siklus II memiliki nilai rata-rata kelas sebesar 77.0 dengan persentase ketuntasan klasikal 87,5%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan sebesar 14.6 (dari 62.4 menjadi 77.0) sedangkan ketuntasan klasikal meningkat sebesar 21,9% (dari 65,6% menjadi 87,5%). Pada siklus II persentase ketuntasan klasikal sudah mencapai rata-rata yang telah ditentukan, hal ini menunjukkan guru mampu mengelola pembelajaran dan mengarahkan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas, sehingga siswa dapat memperoleh nilai yang lebih baik dari siklus sebelumnya. Pada siklus I pengelolaan pembelajaran guru masih belum maksimal sehingga berimabas pada hasil belajar siswa yang rendah, sedangkan pada siklus II guru sudah mampu mengelola pembelajaran dengan baik, sehingga hasil belajar siswa meninggkat walaupun pada siklus II ini masih terdapat siswa yang tidak tuntas, ketidaktuntasan siswa tersebut dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa itu sendiri.

Data peningkatan nilai rata-rata hasil belajar pada aspek kognitif peserta didik kelas VIIIC MTsN-1 Mentaya Hilir Selatan materi gerak pada tumbuhan dapat digambarkan dalam bentuk diagram berikut:

(24)

Gambar 4.3 Diagram hasil rata-rata kelas siswa kelas VIIIC MTsN-1 Mentaya Hilir Selatan Siklus I dan Siklus II

B. Pembahasan

1. Pengelolaan Pembelajaran Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

Tugas utama guru adalah menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi interaksi belajar-mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Untuk itu, guru seyogyanya memiliki kemampuan untuk melakukan interaksi belajar-mengajar yang baik. Salah satu kemampuan yang sangat penting adalah kemampuan mengatur kelas.58 Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh guru (penanggung jawab) dalam membantu murid sehingga dicapai kondisi optimal pelaksanaan kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan.59

58Conny Semiawan, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar?, Jakarta: Grasindo, 1992, h. 63

59Syarafuddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Quantum Teaching : Jakarta, h 118 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Ketuntasan Peserta didik 62.4

77

Siklus I

(25)

Kemampuan peneliti dalam mengelola pembelajaran dinilai oleh dua orang pengamat berdasarkan hasil penilaian menunjukan bahwa kemampuan peneliti dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat terlaksana dengan baik. Hal ini dapat telihat dari hasil skor rata-rata pengelolaan pembelajaran yang dilakukan meliputi aspek kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir, dan suasana kegiatan belajar mengajar di kelas (Lampiran 3.1). Berdasarkan data tersebut diperoleh skor rata-rata keseluruhan aspek pengelolaan sebesar 3,00 kategori baik.

Pelaksanakan aspek kegiatan awal meliputi mengucapkan salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa mengaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu, memotivasi siswa, dan meyampaikan indikator/tujuan pembelajaran. Pada aspek kegiatan awal terjadi peningkatan sebesar 1.12, yaitu pada siklus I hanya mendapat nilai rata-rata 2.25 dengan kategori cukup baik. Hal ini karena pada siklus I guru terlalu tergesa-gesa, kaku dan masih dalam tahap adaptasi dengan siswa dan kondisi pembelajaran, sedangkan pada siklus II mendapatkan nilai rata-rata sebesar 3.37 dengan kategori baik. Peningkatan tersebut disebabkan guru mengaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu secara benar dan penjelasan yang disampaikan sesuai dengan materi yang diajarkan dibanding pada siklus I guru tidak mengaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu, guru lebih komunikatif dalam memberikan motivasi dibanding pada siklus I yang masih pada tahap permulaan adaptasi

(26)

dengan lingkungan belajar siswa, dan pada siklus II guru menyampaikan seluruh indikator sedangkan pada siklus I guru tidak menyampaikan indikator/tujuan pembelajaran secara keseluruhan.

Pelaksanaan aspek kegiatan inti meliputi menyampaikan materi dan menjelaskan sistem model pembelajaran kooperatif tipe TSTS, mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok, membagikan LKPD dan membimbing siswa dalam berdiskusi, memantau kegiatan siswa saat TSTS berlangsung dan mengatur siswa untuk kembali ke kelompok asal serta meminta salah satu kelompok mempresentasikan jawabannya. Pada aspek pelaksanaan kegiatan inti, untuk siklus I mendapatkan nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 2.62 dengan kategori baik. Pada siklus I guru masih mendominasi dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga hanya sebagian siswa yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Guru mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok secara heterogen berdasarkan kemampuan akademiknya (tinggi, sedang, dan rendah), tetapi siswa belum begitu memahami cara bekerja dalam kelompok karena model pembelajaran TSTS ini baru bagi mereka sehingga suasana kelas menjadi sedikit gaduh saat pembentukan kelompok dan saat melakukan kegiatan TSTS. Pada siklus II pelaksanaan kegiatan inti ini mengalami peningkatan menjadi 3.62 atau meningkat sebesar 1.00, dengan mempelajari kekurangan pada siklus I, pada siklus II guru sudah banyak melibatkan siswa dalam menyampaikan materi pelajaran. Saat pembagian kelompok siswa segera mengatur tempat duduk

(27)

sesuai kelompoknya. Saat diskusi berlangsung guru berkeliling ke masing-masing kelompok untuk mengamati kerja yang dilakukan siswa dan berusaha untuk memberikan pertanyaan bimbingan kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap LKPD yang didiskusikan. Diskusi juga kelihatan hidup karena guru berhasil memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi, dan karena siswa sudah memahami model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan guru berhasil dalam merefleksikan pembelajaran pada siklus I.

Kelompok dibuat heterogen agar terjadi pemerataan siswa yang memiliki kemampuan lebih dalam kelompok. Dengan harapan siswa yang lemah atau kurang memahami materi dapat dibantu oleh siswa yang lebih memahami, dan siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat meningkatkan kemampuannya. Seperti yang dikatakan oleh Lie (2007: 43) bahwa dengan anggota yang heterogen siswa yang berkemampuan tinggi akan dapat membantu teman sekelompoknya yang memiliki kemampuan dibawahnya untuk memahami pelajaran.60

Pelaksanaan aspek kegiatan akhir meliputi menyimpulkan pelajaran, melakukan evaluasi dan memberikan penghargaan, dan pengelolaan waktu. Pada aspek kegiatan akhir terjadi peningkatan sebesar 0.17, yaitu pada siklus I mendapatkan nilai rata-rata sebesar 2.83 dengan kategori baik, sedangkan

60 Maghfirah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray (Ts-Ts) Pada Materi Trigonometri Siswa Kelas X Sman 1 Kuala Pembuang, Skripsi Sarjana, Palangka Raya: Universitas Palangka Raya , 2011, h. 106 , t.d.

(28)

pada siklus II mendapatkan nilai rata-rata sebesar 3.00 dengan kategori baik. Hal tersebut menunjukkan guru sudah lebih maksimal dalam mengelola pembelajaran akhir serta mengaktifkan siswa dalam menyusun kesimpulan dari pembelajaran. Pada analisis penilaian pengelolaan pembelajaran diketahui pada aspek pengelolaan waktu terjadi penurunan yang signifikan yaitu sebesar 2.00, pada siklus I mendapatkan nilai sebesar 3.00 (baik), sedangkan pada siklus II mendapatkan nilai sebesar 1.00 (kurang baik). Hal ini disebabkan karena guru terlambat memulai pembelajaran sekitar 15 menit sehingga pembelajaran berakhir sampai mengambil jam istirahat. Tetapi, fakta yang diperoleh saat proses KBM, pada siklus I keefektifan pengelolaan waktu dalam pembelajaran belum sepenuhnya bisa dikontrol oleh guru, karena waktu yang diberikan masih belum bisa dimanfaatkan siswa untuk melakukan diskusi/belajar. Pada prinsipnya mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS memerlukan waktu yang panjang, sehingga banyak waktu yang digunakan pada tahap berdiskusi dalam kelompok, namun setelah berdiskusi antara peneliti/guru dengan pengamat, maka guru berhasil dalam merefleksikan pembelajaran pada siklus I, sehingga pada siklus II guru mampu mengontrol dan memanfaatkan waktu semaksimal mungkin.

Pelaksanaan aspek suasana kelas yaitu antusias siswa dan antusias guru. Pada aspek suasana kelas terjadi peningkatan sebesar 0.75, yaitu pada siklus I mendapatkan nilai rata-rata sebesar 2.75 dengan kategori baik, sedangkan pada siklus II mendapatkan nilai rata-rata sebesar 4.00 dengan

(29)

kategori sangat baik. Hal tersebut dikarenakan guru berhasil dalam merefleksikan pembelajaran pada siklus I dan guru mampu mengoptimalkan peran serta dan keaktifan siswa dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil tersebut, nilai rata-rata keseluruhan pada siklus I sebesar 2.61, sedangkan pada siklus II sebesar 3.50. Jadi, rata-rata penilaian pengelolaan pembelajaran meningkat sebesar 0.89. Peningkatan pengelolaan pembelajaran tersebut, selain kerjasama guru dan siswa juga tidak terlepas kemampuan mengatur siswa berdasarkan situasi yang ada ketika proses belajar mengajar berlangsung.61 Oleh karena itu guru harus mengatur kapan siswa bekerja perorangan, berpasangan, berkelompok atau klasikal. Sehingga melalui proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu membimbing dan memfasilitasi siswa agar mereka dapat memahami kekuatan serta kemampuan yang mereka miliki, untuk selanjutnya memberikan motivasi agar siswa terdorong untuk belajar sebaik mungkin dalam mewujudkan keberhasilan berdasarkan kemampuan yang mereka miliki.62

Memberikan motivasi kepada seseorang siswa, berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Pada tahap awal akan menyebabkan si subjek belajar merasa akan kebutuhan dan ingin

61Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung, Penerbit: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2008, h. 112.

62

(30)

melakukan sesuatu kegiatan belajar.63 Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa motivasi, akan selalu berkaitan dengan soal kebutuhan. Sebab seseorang akan akan terdorong melakukan sesuatu bila merasa ada suatu kebutuhan.64

Skor rata-rata pengelolaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dalam KBM yang diperoleh guru menunjukkan guru dapat mengelola dan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada materi gerak pada tumbuhan dengan baik yaitu dengan skor rata-rata sebesar 3.05. Semakin baik metode yang dipakai semakin efektif pencapaian tujuan belajar, 65 sehingga ketika melakukan refleksi di akhir siklus II dapat disimpulkan bahwa kegiatan dihentikan pada siklus ini (siklus II). Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa siklus baru berhenti apabila tindakan substantif yang dilakukan oleh penyaji sudah dievaluasi baik, yaitu penyaji yang mungkin peneliti sendiri atau mitra guru sudah menguasai keterampilan mengajar yang dicobakan dalam penelitian tersebut. Kemudian dinyatakan bagi peneliti pengamat atau observer, siklus dihentikan apabila data yang dikumpulkan untuk penelitian sudah jenuh, atau kondisi kelas sudah stabil.66

63Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, h.77-78.

64

Ibid, h.78.

65Lalu Muhammad Azhar, Proses Belajar Mengajar Pola C.B.S.A, Surabaya: Usana Offset Prining, 1993, h. 95.

66Rochiati Wiriaatmadja, Model Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008, h. 63.

(31)

Pernyataan tersebut dipertegas oleh pendapat lain yang menyatakan bahwa tidak ada ketentuan tentang berapa kali siklus harus dilakukan dan banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri.67

2. Aktivitas Siswa Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

Aktivitas sangat diperlukan dalam pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku, yaitu melakukan kegiatan dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada belajar apabila tidak ada aktivitas, itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar.68

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hasil pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) sebagaimana yang telah dideskripsikan sebelumnya, bahwa penggunaan model pembelajaran di atas dapat mendorong siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2 (Lampiran 3.2).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa yang dominan selama KBM pada aspek nomor 6, yaitu mengikuti TSTS secara aktif, kreatif dan disiplin (dua orang anggota kelompok masing-masing bertamu ke kelompok lain dan 2 orang anggota lainnya menjelaskan hasil diskusi mereka

67Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2010, h. 75. 68

(32)

dengan tamu mereka) dengan rata-rata sebesar 14.61%. Pada siklus I diperoleh hasil sebesar 14.06% dan siklus II diperoleh hasil sebesar 15.16%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 1.10%.

Hasil peningkatan tersebut disebabkan aktivitas siswa lebih aktif dari sebelumnya, semua kelompok sangat antusias. 2 siswa yang bertugas sebagai stay, begitu serius menjelaskan hasil diskusi dalam kelompoknya kepada tamunya, dan 2 siswa yang bertugas sebagai stray, mendengarkan dengan baik penjelasan dari tuan rumah tempatnya bertamu dan sesekali mereka saling bertukar pendapat. Bahkan ada sebagian dari mereka yang seolah-olah bertamu sungguhan ke rumah orang lain, dengan mengucapkan salam. Dari penerapan Two Stay Two Stray (TS-TS) didapat siswa sangat aktif, bersemangat dan minat mereka dalam belajar pun meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS), yaitu a) membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar, b) dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan, c) kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna, d) lebih berorientasi pada keaktifan, dan e) siswa dapat bekerjasama dengan temannya.69

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS), banyak memberikan manfaat kepada siswa antara lain; siswa dalam

69Putra, Muhammad R. P, 2010, Penelitian Tindakan Kelas Menigkatkan Keterampilan MenyimakMelaluiModelPembelajaran Kooperatif Two Stay – Two Stray. Http://Www. Scribd. Com / Doc/33879464/Ptk-Menigkatkan-Keterampilan Menyimak-Melalui-Model-Pembelajaran-Kooperatif-Two-Stay-%E2%80%93-Two-Stray. (Online 25 Januari 2011)

(33)

kelompoknya mendapat informasi sekaligus dari kelompok yang berbeda, siswa belajar untuk mengungkapkan pendapat kepada siswa lain, siswa dapat meningkatkan daya ingat, siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, dan dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.

Aktivitas siswa selanjutnya pada aspek nomor 1, yaitu mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain. Hasil rata-rata yang diperoleh melalui aktivitas mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru atau siswa lainnya sebesar 13.20%. Pada siklus I diperoleh hasil sebesar 16.09% dan pada siklus II diperoleh hasil sebesar 10.31%. Di sini adanya penurunan dari siklus I kepada siklus II sebesar 5.78%. Besarnya angka penurunan pada siklus II ini disebabkan pada siklus I aktivitas siswa banyak terfokus pada mendengarkan/memperhatikan penjelasan dari guru atau siswa lain karena siswa masih kurang mengerti dan bingung dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, dalam menyampaikan materi pelajaran guru masih mendominasi, namun seteleh dilakukan refleksi maka pada siklus II hal tersebut mendapat efek baik sehingga aktivitas siswa tak hanya duduk diam mendengarkan penjelasan dari guru atau kelompok lain, dan siswa sudah memahami model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, sehingga aktivitas siswa lebih banyak dalam mengikuti TSTS secara aktif, kreatif dan disiplin (dua orang anggota kelompok masing-masing bertamu ke kelompok lain dan 2 orang anggota lainnya menjelaskan hasil diskusi mereka

(34)

dengan tamu mereka), serta guru lebih banyak melibatkan siswa dalam menyampaikan materi pelajaran.

Mendengarkan penjelasan dari guru tentang prosedur kerja yang akan dilakukan merupakan bagian dari bentuk aktivitas siswa aktif, karena mendengarkan merupakan aktivitas belajar guna mendengarkan penjelasan dari guru. Ketika guru menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan, setiap siswa diharuskan mendengarkan apa yang disampaikan guru.70Dalam pendidikan, aktivitas memandang termasuk dalam kategori aktivitas belajar. Di kelas, seorang pelajar memandang papan tulis yang berisikan tulisan yang baru saja guru tulis. Tulisan yang pelajar pandang itu menimbulkan kesan dan selanjutnya tersimpan dalam otak.71

Aktivitas siswa selanjutnya pada aspek nomor 2, yaitu aktif dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar. Hasil rata-rata yang diperoleh melalui aktivitas aktif dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar sebesar 7.42%. Pada siklus I hasil yang diperoleh sebesar 6.72% dan pada siklus II diperoleh 8.12%. Deskripsi ini menunjukkan adanya peningkatan pada siklus II yaitu sebesar 1.40%. Hal ini disebabkan bahwa dari hasil aktivitas pada siklus II, keakraban dan komunikasi guru dengan siswa dapat berjalan dengan baik. Berbeda halnya ketika berada pada siklus I sebelumnya yang masih belum terjalinnya keakraban antara siswa dan

70Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, h. 38 71

(35)

guru. Dengan adanya keakraban ini sebenarnya dapat memberikan motivasi keapada siswa untuk aktif menjawab pertanyaan dari guru dan berani mengemukakan ide atau pendapat dalam pembelajaran. Oleh karena itu guru harus dapat membuat siswa mau dan berani mengemukakan ide-ide atau pendapat-pendapatnya dengan cara mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab oleh siswa dengan caranya sendiri.72

Adanya peningkatan pada bagian aktif dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar ini tampaknya karena peran model TSTS. Dikatakan demikian karena dengan penerapan model pembelajaran TSTS, siswa juga akan terlibat secara aktif, sehingga akan memunculkan semangat siswa dalam belajar (aktif). Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan siswa dikelompok lain yang menjadikan siswa mudah dalam memahami materi, dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir secara menyeluruh dengan waktu yang efisien, serta dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

Aktivitas siswa selanjutnya pada aspek nomor 3, yaitu membentuk kelompok. Hasil rata-rata yang diperoleh melalui aktivitas membentuk kelompok sebesar 11.64%. Pada siklus I hasil yang diperoleh sebesar 13.44% dan pada siklus II diperoleh 9.84%. Deskripsi ini menunjukkan adanya penurunan pada siklus II yaitu sebesar 3.60%. Hal ini disebabkan karena pada

72Uus Toharudin, dkk, Membangun Literasi Sains Peserta Didik, Bandung:Humaniora, 2011, hal.76.

(36)

siklus I saat guru membacakan anggota kelompok banyak siswa yang protes terutama siswa putri karena mereka lebih senang dengan kelompok teman sebangkunya dari pada harus pindah ke bangku lain dengan kelompok baru, sehingga guru harus memberikan arahan bahwa pembentukan kelompok ini penting agar nantinya kalian dapat bertukar pikiran dengan siswa lain, dan apabila kalian memiliki gagasan lebih kalian dapat menjelaskan kepada teman kelompok kalian. Setelah diberikan arahan akhirnya semua siswa bersedia untuk duduk berkelompok sesuai dengan kelompok yang dibentuk oleh guru. Sedangkan pada siklus II saat pembentukan kelompok siswa segera mengatur tempat duduk sesuai kelompoknya dan mereka terlihat dengan cepat mmposisikan dirinya dalam masing-masing kelompok. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan, pada siklus II siswa terlihat lebih mudah diatur dan tidak terlalu banyak bicara seperti pada siklus I.

Aktivitas siswa selanjutnya pada aspek nomor 4, yaitu mengerjakan LKPD yang telah diberikan guru. Hasil rata-rata yang diperoleh melalui aktivitas ini sebesar 9.69%. Pada siklus I hasil yang diperoleh sebesar 9.22% dan pada siklus II diperoleh 10.16%. Deskripsi ini menunjukkan adanya peningkatan pada siklus II yaitu sebesar 0.94%. Hal ini disebabkan karena pada siklus I aktivitas siswa yang aktif dalam diskusi mengerjakan LKPD hanya sebagian, karena pembagian tugas dalam kelompok masih kurang. LKPD yang diterima dari kelompok hanya satu, sehingga menyebabkan siswa banyak yang tidak bekerja melainkan menggantungkan jawaban pada teman

(37)

yang paling pintar, untuk mengatasi masalah tersebut pada siklus II guru memberitahukan kepada siswa bahwa salah satu penilaian dalam kerja kelompok adalah kerjasama dalam pembagian tugas diskusi, artinya apabila suatu kelompok dapat menjalin kerjasama dan membagi tugas dengan baik, maka kelompok tersebut dapat penilaian yang baik. Untuk mengatasi keadaan siswa yang terlalu santai dalam diskusi, selalu menggantungkan jawaban kepada teman yang pandai dalam kelompoknya, maka guru memberikan LKPD kepada semua siswa dalam kelompok agar siswa lebih termotivasi dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap proses pembelajaran dirinya, sehingga pada siklus II siswa sangat berperan aktif dalam kegiatan mengerjakan LKPD, siswa dikondisikan untuk mengerjakan dan mengumpulkan ide/pengetahuan yang dimiliki serta menyajikan hasil diskusi yang lebih baik dari pembelajaran sebelumnya.

Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.73 Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja) dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, perubahan kearah yang lebih baik ini terlihat dari peningkatan yang cukup signifikan pada siklus II.

73

(38)

Aktivitas siswa selanjutnya pada aspek nomor 5, yaitu saling berdiskusi dalam kelompok serta bertanya kepada guru apabila mendapatkan kesulitan dalam mengerjakan LKPD. Hasil rata-rata yang diperoleh melalui aktivitas ini sebesar 11.56%. Pada siklus I hasil yang diperoleh sebesar 11.09% dan pada siklus II diperoleh 12.03%. Deskripsi ini menunjukkan adanya peningkatan pada siklus II yaitu sebesar 0.94%. Peningkatan ini disebabkan siswa pada siklus II sudah bisa beradaptasi dan terjalin komunikasi yang baik dengan teman sekelompok dan guru sehingga limit waktu yang diberikan bisa dimanfaatkan untuk mendiskusikan dan bertukar pendapat tentang hasil jawaban dari tugas yang diberikan. Sedangkan pada siklus I siswa belum terbiasa berdiskusi dan belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan guru.

Aktivitas siswa selanjutnya pada aspek nomor 7, yaitu kembali ke kelompok asal disaat Two Stay Two Stray berakhir serta melaporkan hasil kunjungan dengan teman satu kelompok. Hasil rata-rata yang diperoleh melalui aktivitas ini sebesar 9.22%. Pada siklus I hasil yang diperoleh sebesar 7.66% dan pada siklus II diperoleh 10.78%. Aktivitas ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada siklus II sebesar 3.12%. Peningkatan ini disebabkan karena berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II setelah kembali ke kelompok asal terlihat bahwa dalam tiap kelompok terjadi perdebatan dalam membahas hasil temuannya dengan hasil diskusi atau jawaban dari kelompok sendiri, bahkan siswa sudah banyak yang berani

(39)

bertanya langsung kepada guru mengenai jawaban yang benar yang mana, pada saat itu guru tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut tetapi guru hanya membimbing agar siswa sendiri yang menemukan jawaban yang benar. Setelah melakukan diskusi dan perdebatan, akhirnya mereka menemukan kesepakatan. Sedangkan pada siklus I setelah kembali kekelompok asal banyak kelompok yang terlihat pasif atau siswa masih belum berdiskusi dengan baik, karena siswa terkesan langsung percaya saja atau langsung menolak dengan jawaban temannya dan tidak mendiskusikan lagi jawaban tersebut.

Keunggulan dari model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray, salah satunya yaitu; memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk bertanya, menjawab dan saling membantu atau berinteraksi dengan teman, dengan demikian maka akan menambah wawasan siswa mengenai materi yang sedang dipelajari.

Aktivitas siswa selanjutnya pada aspek nomor 8, yaitu mempresentasikan/menjelaskan hasil diskusi kepada seluruh kelompok di kelas. Hasil rata-rata yang diperoleh melalui aktivitas ini sebesar 10.39%. Pada siklus I hasil yang diperoleh sebesar 10.16% dan pada siklus II diperoleh 10.63%. Aktivitas ini mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 0.47%. Peningkatan ini disebabkan pada siklus II pada saat waktu presentasi dimulai banyak kelompok yang bersedia secara sukarela untuk mempresentasikan hasil diskusi, bahkan terkesan berebut untuk maju menjadi kelompok yang

(40)

mempresentasikan jawaban hasil diskusi, untuk menghindari suasana yang semakin ramai guru memutuskan untuk memilih seara acak kelompok yang maju yaitu kelompok 6. Pada presentasi ini guru mengingatkan kepada siswa bahwa keaktifan bertanya adalah salah satu kriteria penilaian dalam kelompok, sehingga siswa harus bekerjasama untuk membuat pertanyaan atau menanggapi presentasi tersebut. Guru mewajibkan setiap kelompok minimal harus pernah bertanya satu kali atau menanggapi pertanyaan satu kali. Hal ini dilakuakan agar tiap-tiap kelompok berlatih untuk berani berbicara dan berlatih untuk berfikir kritis dalam menanggapi suatu masalah. Sedangkan pada siklus I tidak ada kelompok yang berani secara sukarela untuk mencoba mempresentasikan jawaan dari hasil diskusi kelompoknya. Oleh karena itu guru segera memilih secara acak kelompok yang akan maju mempresentasikan yaitu kelompok 2. Diskusi berjalan lancar walaupun masih belum sempurna karena sedikit siswa yang bertanya maupun menyampaikan jawaban yang berbeda pada saat presentasi. Hal ini terlihat hanya satu kelompok yang berani menanggapi dan bertanya kepada kelompok yang mempresentasikan jawabannya. Pada tahap mempresentasikan jawaban tersebut merupakan tahap untuk berbagi (sharing) yaitu guru meminta siswa untuk menjelaskan/berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.

Aktivitas mempresentasikan/menjelaskan hasil diskusi kepada seluruh kelompok di kelas merupakan cara pembelajaran kooperatif dalam

(41)

menciptakan proses peran aktif siswa, sehingga pembelajaran yang hanya terpaku pada guru tidak ada dalam KBM ini. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru.74

Aktivitas siswa selanjutnya pada aspek nomor 9, yaitu berdiskusi/menyimpulkan pelajaran antara siswa dengan guru. Hasil rata-rata yang diperoleh melalui aktivitas ini sebesar 8.83%. Pada siklus I hasil yang diperoleh sebesar 8.12% dan pada siklus II diperoleh 9.53%. Aktivitas ini mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 1.41%. Peningkatan ini disebabkan pada siklus II, hampir semua siswa terlibat dalam aktivitas ini, karena pada proses ini guru banyak mengajukan pertanyaan pada siswa membimbing siswa dalam membuat kesimpulan pembelajaran. meskipun ada jawaban siswa yang kurang tepat tetapi masih bisa dilengkapi oleh siswa lainnya ketika guru meminta jawaban dari siswa yang lain dan guru meluruskan jawaban siswa yang kurang tepat. Aktivitas menjawab pertanyaan saat menyimpulkan pelajaran terlihat antusiasme para siswa dalam menyampaikan pendapatnya, hal ini menunjukkan pengetahuan siswa yang didapat siswa dapat mereka aplikasikan dengan baik. Sedangkan pada siklus I kurangnya konsentrasi siswa mendengarkan penjelasan guru sehingga mereka pun tidak memberikan kesimpulan terhadap materi yang baru disampaikan.

Aktivitas siswa yang terakhir pada aspek nomor 10 yaitu menerima penghargaan dengan tertib mendapat hasil rata-rata sebesar 3.44%. Pada

74

(42)

siklus I mendapat hasil sebesar 3.44% dan siklus II sebesar 3.44%. Meskipun pada siklus I dan II tidak mengalami peningkatan tetapi pada saat guru mengumumkan kelompok-kelompok terbaik yang mendapatkan penghargaan, siswa yang mejadi perwakilan maju ke depan menerima penghargaan dengan tertib. Memberikan penghargaan merupakan upaya guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.75

3. Ketuntasan hasil belajar siswa pada Aspek Kognitif

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatau tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku.76

Berdasarkan Tes Hasil Belajar (THB) yang telah dilaksanakan dengan menggunakan instrumen tes hasil belajar berjumlah 31 soal yang mana dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu 15 soal pada siklus I dan 16 soal pada siklus II, soal tersebut diberikan setelah kegiatan belajar mengajar pada tiap siklus. Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa pada siklus I dari 32 orang siswa terdapat

75 Ibid. h.49 76

(43)

11 orang siswa yang tidak tuntas, yaitu siswa nomor 4, 9, 12, 13, 19, 20, 22, 25, 29, 30, dan 32, yang masing-masing hanya mendapatkan nilai 53, 27, 53, 47, 47, 40, 33, 53, 47, 33, dan 27 yang berada di bawah nilai 60 yang menunjukkan bahwa siswa tersebut tidak tuntas. Penyebab ketidaktuntasan dikarenakan siswa tersebut melakukan aktivitas di luar pembelajaran seperti bermain dalam melaksanakan tugas kelompok, berbicara di luar konteks pembelajaran, kurang memperhatikan penjelasan dari guru, dan kurang aktif dalam menanyakan sesuatu yang belum dipahami. Faktor lain juga karena model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) yang diterapkan peneliti merupakan model pembelajaran yang baru bagi siswa, sehingga siswa masih belum terbiasa dengan pembelajaran tersebut.

Ketidaktuntasan siswa tersebut, sebenarnya memiliki hubungan dengan rendahnya aktivitas siswa dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar yaitu dengan hasil rata-rata sebesar 7.42%. Pada siklus I sebesar 6.72% dan siklus II sebesar 8.12%. Perolehan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa guru belum maksimal mengelola pembelajaran dan memberdayakan kemampuan berpikir siswa, khususnya pada siklus I.

Kegiatan pembelajaran di kelas sikap dan kebiasaan belajar siswa sangat penting. Sikap siswa dalam proses pembelajaran itu sangat penting karena aktivitas belajar siswa banyak ditentukan oleh sikap siswa ketika memulai kegiatan belajar. Ketika siswa memiliki sikap menerima dalam belajar, maka ia akan cenderung untuk berusaha dalam kegiatan belajar dengan

(44)

baik, namun apabila yang lebih dominan itu sikap menolak maka siswa tersebut cenderung kurang memperhatikan atau mengikuti kegiatan pelajaran.77 Seperti yang telah dikemukakan di atas siswa melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan pembelajaran dan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Selain sikap belajar siswa faktor lain adalah kebiasaan belajar siswa. Kebiasaan belajaran adalah prilaku seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga mempunyai ciri terhadap aktivitas belajar yang dilakukannya.78 Seperti yang telah dikemukakan pada latar belakang bahwa siswa banyak berperan sebagai pendengar dan pencatat pelajaran, kebiasaan belajar siswa seperti itu relatif lama sehingga perpengaruh terhadap aktivitas siswa di dalam kelas ketika diterapkan model pembelajaran baru.

Berdasarkan hasil dari siklus I, maka guru dan pengamat bersama melakukan refleksi untuk memperbaiki proses pembelajaran, menyelesaikan masalah-masalah pada siklus I dan mengevaluasi hal-hal yang terjadi di dalam kelas sehingga pada siklus II semua masalah tersebut dapat diatasi dengan baik. Pada tahap refleksi, segala pengalaman, pengetahuan, dan teori pembelajaran yang dikuasai dan relevan dengan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan menjadi pertimbangan sekaligus pembanding sehingga dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan sahih. Proses refleksi memegang peran yang sangat penting dalam menentukan suatu keberhasilan PTK. Dengan suatu refleksi yang tajam

77 Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010, h,178-179 78

(45)

dan terpercaya, akan diperoleh masukkan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah selanjutnya.79

Guru berusaha mengantisipasi segala kekurangan yang ada pada siklus I dan mencoba memperbaiki segala kekurangan tersebut pada siklus II, siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran perlu lebih mendapatkan perhatian dan dituntun untuk lebih aktif dalam pembelajaran, seperti memintanya untuk aktif dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar, mempresentasikan hasil kerja kelompok, menanggapi presentase atau merespon jawaban temannya. Hal ini dilakukan guru agar siswa berperan aktif dalam KBM.

Hasil belajar adalah bentuk perubahan tingkah laku pada seseorang, misalnya tidak tahu menjadi tahu, dan tidak mengerti menjadi mengerti.80 Hasil belajar juga merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik, bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.81 Oleh karena itu, keaktifan siswa dalam pembelajaran pada siklus II mampu meningkatkan hasil belajar secara maksimal serta membawa perubahan yang lebih baik.

Hasil belajar siswa pada siklus II, menunjukkan bahwa masih terdapat 4 orang siswa yang tidak tuntas yaitu siswa nomor 9, 12, 19, dan 32, walaupun nilainya meningkat dari siklus I tetapi tidak mencapai standar ketuntasan

79Herawati Sosilo, dkk, Penelitian Tindakan Kelas sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru, Malang : Bayumedia Publishing, 2009, h. 16.

80Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2006, h.45. 81

(46)

individu. Menurut peneliti ketidaktuntasan siswa tersebut dipengaruhi oleh faktor dari murid atau anak itu sendiri, di mana setiap anak memiliki kondisi yang berbeda-beda seperti: kurangnya minat atau rasa ingin tahu terhadap pembelajaran yang diajarkan, sehingga mereka cenderung malas mengerjakan tugas yang diberikan guru. Dari hasil observer yang peneliti ketahui siswa tersebut memang kurang cepat dalam memahami pelajaran bukan pelajaran biologi saja pelajaran lain juga kurang. Kurangnya minat siswa dalam belajar atau kurang cepatnya siswa dalam memahami pelajaran dipengaruhi oleh kondisi fisiologis dalam diri siswa tersebut. Secara umum kondidsi fisiologis seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan cape, dan sebagainya akan sangat membantu dalam proses pembelajaran dan hasil belajar. Anak yang kekurangan gizi misalnya, ternyata kemampuan belajarnya berada dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, biasanya cepat lelah dan cape, mudah mengantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran.82

Hasil belajar pada siklus II secara keseluruhan, mengalami peningkatan rata-rata kelas yaitu pada siklus I sebesar 62.4 sedangkan pada siklus II sebesar 77.0 atau meningkat dari siklus I sebesar 14.6. Kemudian persentase ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 65.6% sedangkan pada siklus II sebesar 87.5% atau meningkat dari siklus I sebesar 21.9% (Gambar 4.3), sehingga berkaitan dengan aktivitas siswa pada siklus II dalam hal

82 Abu Ahmadi dan Joko Prasetya, Strategi Belajar dan Mengajar (SBM), Bandung, Pustaka Setia, 1997, H. 103.

(47)

keaktifan dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar yaitu 8.12%.

Hasil belajar telah mencapai standar nilai ketuntasan yang ditetapkan sekolah dapat dilihat pada ketuntasan klasikal sebesar 87,5%. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) sudah cukup baik. Kegiatan melakukan pengamatan yang tidak pernah dilakukan dalam pembelajaran IPA sebelumnya, membuat peserta didik mempunyai keingintahuan yang besar untuk mempelajarinya sehingga hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan. Materi pelajaran akan lebih mudah dipelajari, dipahami, dihayati dan diingat dalam waktu yang relatif lama bila siswa sendiri memperoleh pengalaman langsung dari peristiwa belajar tersebut melalui pengamatan.83

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada awal pembelajaran guru memberikan motivasi dan menggali pengetahuan awal siswa yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas hal ini dilakukan agar siswa lebih siap menghadapi bahan pelajaran sehingga siswa menjadi mempunyai rasa ingin tahu yang kuat terhadap materi yang akan dibahas. Dalam kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray

83Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan(KTSP), Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 150

Gambar

Tabel  4.1  Data  Hasil  Observasi  Pengelolaan  Pembelajaran  Dengan  Menerapkan  Model  Pembelajaran  Tipe  Two  Stay  Two  Stray  (TSTS)
Gambar  4.1    Grafik  Hasil  Pengamatan  Pengelolaan  Pembelajaran  Dengan  Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe  TSTS Siklus  I dan II
Tabel  4.2  Data  Aktivitas  Siswa  Menggunakan  Model  Pembelajaran  Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)
Gambar  4.2  Grafik  Hasil  Pengamatan  Aktivitas  Siswa  Dengan  Menerapkan  Model  Pembelajaran  Kooperatif  Tipe  TSTS  Pada Siklus I dan II
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian diperoleh Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kesadaran keluarga terhadap gizi menurut indikator penimbangan berat badan balita sebagian besar

Kesepuluh tugas relawan tersebut (1) Memberikan edukasi ke masyarakat tentang Covid-19; (2) Mendata penduduk rentan sakit; (3) Menyiapkan Ruang Isolasi Covid-19 di

Untuk mendapatkan keuntungan produksi yang maksimal, maka disarankan pada perusahaan “Rendang Erika” agar memproduksi rendang telur karena memberikan jumlah keuntungan

Hingga saat ini di dunia terdapat lebih dari 2300 spesies rayap yang dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok ekologi yang berbeda: kayu lembab, kayu kering, tanah

(1), (2) Teknologi yang digunakan untuk literasi digital sumber penelitian Evaluasi pelaksanaan kegiatan berdasarkan hasil wawancara sekitar 80% mengatakan bahwa kegiatan yang

1 Saya menanyakan materi yang belum saya pahami kepada guru saat pembelajaran aqidah akhlak di kelas.. 2 Ketika tidak hadir, saya bertanya kepada teman mengenai

Dari data yang diperoleh pada siklus I adalah dengan presentase 74, 99% atau 24 dari 32 peserta didik aktif dalam pembelajaran, pada siklus II mengalami peningkatan yaitu

a. bahwa pengangkatan, pemindahan dan pemberh<:ntian pegawai dalam dan dari jabatan pada Badan dan Dinas tertentu, serta Saluan Polisi Pamong Praja yang mempunyai perangkal