• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi syarat syarat mencapai Gelar Ahli Madya Program Studi Diploma III Manajemen Industri. Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi syarat syarat mencapai Gelar Ahli Madya Program Studi Diploma III Manajemen Industri. Oleh :"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

“PENERAPAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN MATERIAL PROSES PRODUKSI KAIN GREY PADA PT. ISKANDAR INDAH PRINTING

TEXTILE”.

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi syarat – syarat mencapai Gelar Ahli Madya Program Studi Diploma III Manajemen Industri

Oleh :

GUNTUR WICAKSONO F3507086

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN INDUSTRI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)
(3)
(4)

MOTTO

Do all the goods you can, All the best you can, In all times you can, In all places

you can, For all the creatures you can.

Kita tidak bisa menjadi bijaksana dengan kebijaksanaan orang lain, tapi kita bisa

berpengetahuan dengan pengetahuan orang lain.

“Jika Anda tak pernah memutuskan berhenti, Anda tak akan pernah terkalahkan”

~Ted Turner, Pendiri CNN~

”Masalah sebenarnya adalah soal apa yang akan Anda lakukan kepada penyelesai

masalah setelah masalah itu terselesaikan.”

~Gay Talese~

Diwajibkan atasmu berperang: padahal berperang itu sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi

kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi pula kamu

menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui,

sedangkan kamu tidak mengetahui

~Q. S. Al-Baqarah: 216~

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

~Q. S. Al-Insyirah: 6~

Ketika engkau putus asa, pertolongan itu menghampirimu, yang diberikan oleh Yang

Maha Lembut Lagi Maha Memberi

(5)

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini saya persembahkan untuk :

Bapak - Ibu & Adik Tercinta.

Saudara-saudara & Sahabat - sahabat baik yang aku sayangi.

Almamaterku.

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “PENERAPAN METODE

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) DALAM

PENGENDALIAN PERSEDIAAN MATERIAL PROSES PRODUKSI KAIN GREY PADA PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE”.

Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Ahli Madya pada Program Diploma 3 Program Studi Manajemen Industri Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Tugas akhir ini mungkin kurang tepat waktunya seperti yang di harapkan, bukan karena sumber – sumber study pustaka ataupun sumber – sumber pendukung lainya namun hanya semata – mata keterbatasan kepemikiran penulis.

Tugas akhir ini tidak akan selesai tanpa do’a, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Intan Novela, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Industri pada Program Diploma III FE UNS.

3. Siti Khoiriyah, SE, Msi selaku dosen pembimbing Tugas Akhir yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberi saran dan masukan kepada penulis hingga selesainya tugas akhir ini.

4. Bambang Setiawan selaku Direktur PT. Iskandar Indah Printing

Textile yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan

magang dan pelatihan.

5. Agus Mulyo selaku pembimbing magang yang telah memberikan pengarahan dan pengetahuan selama magang.

(7)

6. Semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya tugas akhir ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini. Diluar kekurangan tersebut, penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca sekalian.

Surakarta, November 2010

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

ABSTRAK... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

MOTTO………...……… v

PERSEMBAHAN……… ………. vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... ... 6 C. Tujuan Penelitian... 6 D. Manfaat penelitian... 7 E. Metode Penelitan... 8 F. Kerangka Pemikiran... 9

G. Teknis Analisis Data... 11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi... 12

(9)

C. Pengawasan Persediaan... 17 D. Material Requirement Planning (MRP)... 19 BAB III. PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan... 27 B. Laporan Magang... 47 C. Analisis Dan Pembahasan... 52 BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan... 78 B. Saran... 79 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

III.1. Tabel Shift bagian dan jumlah karyawan... 35

III.2. Volume order bulan Januari 2010... 55

III.3. Data Persediaan dan Lead time... 56

III.4. Daftar Kebutuhan Komponen Kain Grey /meter... 57

III.5. Item kain grey dengan konstruksi 84.82/40.40... 60

III.6. Item Benang Pakan untuk kain grey dengan konstruksi 84.82/40.40... 61

III.7. Item Benang Lusi untuk kain grey dengan konstruksi 84.82/40.40... 62

III.8. Item Cornstarch untuk kain grey dengan konstruksi 84.82/40.40... 63

III.9. Item PVA untuk kain grey dengan konstruksi 84.82/40.40... 64

III.10 Item Acrylic untuk kain grey dengan konstruksi 84.82/40.40... 65

III.11 Item Wax untuk kain grey dengan konstruksi 84.82/40.40... 66

III.12 Item kain grey dengan konstruksi 84.64/40.30... 67

III.13 Item Benang Pakan untuk kain grey dengan konstruksi 84.64/40.30... 68

III.14 Item Benang Lusi untuk kain grey dengan konstruksi 84.64/40.30... 69

III.15 Item Cornstarch untuk kain grey dengan konstruksi 84.64/40.30... 70

III.16 Item PVA untuk kain grey dengan konstruksi 84.64/40.30... 71

III.17 Item Acrylic untuk kain grey dengan konstruksi 84.64/40.30... 72

III.18 Item Wax untuk kain grey dengan konstruksi 84.64/40.30... 73

III.19 Kebutuhan bahan baku kain grey konstruksi 84.82/40.40... 74

(11)

III.21Perbandingan kebutuhan bahan baku kain grey konstruksi 84.82/40.40... 76 III.22Perbandingan kebutuhan bahan baku kain grey konstruksi

(12)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

I.1. Kerangka Kepemikiran... 10

II1. Bill of Material (BOM)... 22

II.3. Inventori Record File (IRF)... 22

III.1. Struktur Organisasi... 33

III.2. Bill Of Material (BOM) Kain Grey Konstruksi 84.82/40.40... 58

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

1. Surat Pernyataan

2. Nilai Kinerja Peserta Magang Kerja 3. Surat Keterangan Magang Kerja

4. Perhitungan Menggunakan Aplikasi POM QM for Windows

(14)

ABSTRAK

“PENERAPAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN MATERIAL PROSES

PRODUKSI KAIN GREY PADA PT. ISKANDAR INDAH PRINTING

TEXTILE”.

Guntur Wicaksono F3507086

PT. Iskandar Indah Printing Textile merupakan industri manufaktur yang bergerak di bidang textile. Perusahaan ini mengolah bahan baku dari benang menjadi kain grey dan kemudian diolah menjadi batik printing. Perencanaan bahan baku sangat penting bagi perusahaan mengingat jumlah permintaan yang bersifat fluktuatif, hal tersebut untuk mendukung kelancaran produksi sehingga pada akhirnya mempunyai kualitas yang baik dan tersedia pada waktu yang disepakati.

Selama ini dalam mengendalikan persediaan bahan baku PT. Iskandar Indah Printing Textile hanya menerapkan perhitungan manual dan hanya memperkirakan dari order – order sebelumnya.

Analisis yang digunakan adalah menggunakan perhitungan material

requirement planning (MRP) dengan menentukan terlebih dahulu jadwal

induk produksi, kemudian dianalisa dengan menggunakan metode MRP untuk mengetahui perencanaan produksi dan kebutuhan baku dalam tiap komponen, dan menentukan lead time (waktu tunggu pemesanan). Komponen – komponen utama penyusun kain grey terdiri dari benang pakan, benang lusi, PVA, Cornstarch, Wax, Acrylic.

Dari analisis perhitungan di atas dilakukan pengambilan kesimpulan bahwa Selama ini PT. Iskandar Indah Printing Textile menerapkan perhitungan manual dalam merencanakan kebutuhan bahan baku dengan menggunakan insting dari proses – proses produksi sebelumnya. Dengan menggunakan metode material requirement planning (MRP) perusahaan dapat memproduksi kain grey berdasarkan jadwal yang sesuai sehingga terhindar dari keterlambatan pengiriman barang. Selain itu metode MRP lebih efisien dibanding dengan metode yang diterapkan perusahaan saat ini.

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka perlu diajukan saran yaitu mengingat penggunaan metode Material Requirement Planning (MRP) yang dapat mengendalikan persediaan dan waktu pengiriman bahan baku yang baik, maka PT. Iskandar Indah Printing Textile sebaiknya menerapkan metode MRP dalam merencanakan kebutuhan bahan baku, karena lebih efektif dalam operasi produksinya. Selain itu perusahaan mengembangkan sumberdaya manusia agar dapat menerapkan metode

Material Requirement Planning (MRP).

 

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belakangan ini industri merupakan salah satu faktor penggerak roda perekonomian suatu negara, baik itu negara maju maupun negara berkembang. Hal ini dikarenakan industri mempunyai konstribusi yang sangat besar dalam perkembangan suatu negara. Suatu negara dapat dikatakan berkembang dan maju apabila sektor industri mereka mengalami kemajuan yang baik.

Perencanaan dan pengendalian produksi sangat diperlukan dalam suatu perusahaan untuk menjamin kelancaran produksi yang dilakukan. Perencanaan dan pengendalian produksi perlu mempertimbangkan semua keterbatasan perusahaan, terutama yang menyangkut persediaan material dan kapasitas yang dibutuhkan untuk dapat menghasilkan produk yang menguntungkan sesuai dengan selera konsumen, mempunyai kualitas yang baik dan tersedia pada waktu yang disepakati.

Peran persediaan dalam suatu industri manufacturing sangat penting. Pada umumnya perusahaan menghadapi dua masalah yang saling bertentangan terhadap persediaan. Perusahaan dapat menentukan tingkat persediaan yang tinggi untuk mencegah terhentinya proses produksi karena kekurangan bahan. Bila

(16)

menganggur yang besar yang tertanam dalam persediaan, meningkatnya biaya simpan dan resiko kerusakan barang menjadi lebih besar. Sebaliknya bila perusahaan menentukan tingkat persediaan yang rendah akan berakibat resiko terjadinya shortage, terhentinya proses produksi bahkan hilangnya pelanggan. Oleh karena itu perlu dilakukan perencanaan dan pengendalian persediaan dengan baik.

Dengan adanya persaingan pasar, banyak sekali industri – industri baru yang memproduksi berbagai macam jenis produk. Dengan demikian kebutuhan akan faktor – faktor produksi menjadi bertambah banyak. Di lain pihak kegiatan perusahaan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kegiatan produksi. Perusahaan melakukan kegiatan produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Agar kegiatan produksi dapat berjalan dengan baik. Maka dibutuhkan sistem pengendalian bahan baku sebagai bagian yang sangat vital dalam perusahaan. Pada akhirnya sistem pengendalian bahan baku ini harus diselaraskan dengan semua unsur perusahaan tanpa terkecuali.

Pengendalian bahan baku sangat penting di terapkan disuatu perusahaan karena dalam pelaksanaan kegiatan produksi harus ada bahan baku. Oleh karena itu di dalam dunia usaha masalah bahan baku merupakan masalah yang sangat penting. Agar jangan sampai terjadi keterlambatan persediaan bahan baku, maka harus diadakan penentuan persediaan bahan baku dengan baik. Hal ini sejalan

(17)

dengan pendapat Yamit (1998 : 216) Persediaan bahan baku sebagai kekayaan perusahaan memiliki peranaan penting di dalam operasi bisnis dalam pabrik.

Bahan baku merupakan faktor utama bagi perusahaan untuk menunjang kelancaran proses produksi baik dalam perusahaan yang berskala besar maupun kecil. Penentuan persediaan bahan baku berbeda-beda untuk setiap perusahaan, baik untuk jumlah unit persediaan bahan baku yang ada dalam perusahaan, waktu penggunaan persediaan bahan baku, maupun jumlah biaya untuk membeli bahan baku tersebut. Menurut Baroto (2002:53) penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut :

1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan. Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila barang tersebut tidak tersedia sebelumnya.

2. Keinginan untuk meredam ketidak pastian. Ketidakpastian terjadi akibat: permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun waktu kedatangannya. Ketidakpastian ini dapat diredam dengan mengadakan persediaan

3. Keinginan untuk melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga dimasa mendatang.

Pihak perusahaan harus mengantisipasi untuk menghadapi ketiga unsur ketidakpastian di atas. Antsipasi tersebut berkaitan erat dengan

(18)

1. Untuk memberikan layanan yang terbaik pada pelanggan. 2. Untuk memperlancar proses produksi.

3. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan.

4. Untuk menghadapi fluktuasi harga.

Pencapaian tujuan tersebut menimbulkan konsekuensi bagi perusahaan, yaitu harus menanggung biaya maupun resiko yang berkaitan dengan persediaan (Yamit, 1998 : 216).

Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu sistem pengadaan persediaan, utamanya persediaan bahan baku yang baik. Ada beberapa metode untuk merencanakan persediaan bahan baku, salah satunya dengan menggunakan metode MRP (Material

Requirement Planning). Dengan mengadakan perencanaan

kebutuhan dengan metode MRP yang perencanaannya diawali dengan melakukan peramalan akan jumlah permintaan/ produksi untuk waktu yang akan datang. Perencanaan kebutuhan material

(Material Requirement Planning, MRP) adalah suatu konsep dalam

manajemen produksi, sehingga barang yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan yang direncanakan. Menurut Nasution (2003:110) MRP sangat berarti dalam meminimasi investasi persediaan, memudahkan penyusunan jadwal kebutuhan setiap komponen yang diperlukan, dan sebagai alat pengendalian produksi dan persediaan.

(19)

System perencanaan bahan baku harus bekerja sama dengan system perencanaan keperluan kapasitas guna memastikan bahwa produksi yang telah terjadwal akan sesuai dengan kapasitas pabrik. Hal ini dilakukan untuk menerapkan metode MRP dalam perusahaan. Setelah penentuan ini dibuat, system perencanaan kebutuhan bahan baku akan menghasilkan beberapa output.

Menurut Nasution (2006 : 274 ) output dari MRP adalah :

1) Memberikan catatan tentang pesanan penjadwalan yang harus dilakukan atau direncanakan, baik dari pabrik sendiri maupun dari suplier.

2) Memberikan indikasi untuk penjadwalan ulang. 3) Memberikan indikasi untuk pembatalan pesanan. 4) Memberikan indikasi untuk keadaan persediaan.

PT. Iskandar Indah Printing Textile merupakan perusahaan yang bergerak di bidang textile dengan tujuan pemasaran dalam dan luar negeri. Untuk memenuhi pesanan tersebut, perusahaan ini masih menggunakan metode perkiraan sebagai pedoman untuk menentukan kapan dan berapa banyak bahan baku yang dibutuhkan dalam proses produksi, pembelian bahan baku untuk proses produksi dalam jumlah yang sama setiap kali pesan. Manajemen yang kurang terencana dan minimnya sumber daya manusia menjadi faktor utama dalam masalah pemenuhan kebutuhan bahan baku.

(20)

komitmen terhadap pelanggan untuk memenuhi pengiriman barang tepat waktu dapat terpenuhi. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ini mengambil judul “PENERAPAN METODE MATERIAL

REQUIREMENT PLANNING (MRP) DALAM PENGENDALIAN

PERSEDIAAN MATERIAL PROSES PRODUKSI KAIN GREY PADA PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE”.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian latar belakang di atas, maka pokok permasalahan yang akan dibahas adalah:

1. Bagaimana penerapan kebijaksanaan MATERIAL

REQUIREMENT PLANNING (MRP) pada PT. Iskandar

Indah Printing Textile?

2. Bagaimana keefisiensian penerapan metode MATERIAL

REQUIREMENT PLANNING (MRP) dengan perhitungan

menggunakan metode MRP pada PT. Iskandar Indah Printing Textile?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui bagaimana penerapan kebijaksanaan

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) pada PT.

(21)

2. Mengetahui keefisiensian penerapan metode MATERIAL

REQUIREMENT PLANNING (MRP) dengan perhitungan

menggunakan metode MRP pada PT. Iskandar Indah Printing Textile.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini ada 2 yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai penelitian – penelitian yang berkaitan dengan Material

Requirement Planning (MRP). Serta dapat memberikan

pengetahuan dan pemahaman mengenai perencanaan bahan baku yang digunakkan dan diharapkan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian mengenai perencanaan dan persediaan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi manajemen PT. Iskandar Indah Printing Textile. Hal ini terkait penggunaan metode MRP dalam melakukan pengendalian persediaan bahan baku sebagai salah satu

(22)

ketat dipasaran serta diharapkan dengan ini perusahaan mampu menjawab kebutuhan konsumen dengan tidak mengabaikannya kualitas produk yang dihasilkan.

E. Metode Penelitian 1. Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. Iskandar Indah Printing

Textile yang berlokasi di Jl. Pakel No : 11 Solo - Indonesia. Pada

kesempatan kali ini obyek yang diamati yaitu tentang bagaimana cara merencanakan dan menentukan persediaan bahan baku agar pembeliannya sesuai dengan kebutuhan proses proses produksi dan juga dapat memenuhi pesanan konsumen dengan menggunakan metode MRP.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan dan data dari perusahaan yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1) Data order perusahaan

Merupakan data yang berupa daftar pesanan yang diterima departemen weaving perusahaan dari konsumen luar perusahaan ataupun dari departemen printing dalam satu atap perusahaan tersebut yang harus dipenuhi pada periode yang telah disepakati.

(23)

2) Bill of Material ( struktur produk yang diperlukan dalam proses produksi )

Data ini berupa struktur beberapa komponen atau bahan yang digunakan untuk membuat atau memproduksi produk utama dan biasanya dibuat dalam bentuk struktur produk. 3) Catatan Persediaan

Data ini tentang catatan persediaan data kuantitatif mengenai jenis serta jumlah bahan utama dan sub – sub komponen yang diperlukan.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode analisa dokumen. Jenis metode ini adalah jenis metode dengan melakukan penganalisaan dan pengelolaan terhadap dokumen-dokumen yang diberikan oleh pihak perusahaan agar sesuai dengan metode yang digunakan.

F. Kerangka Kepemikiran

Berikut ini merupakan gambar bagan sistem MRP mulai dari input sampai output menurut Baroto ( 2002 : 145 )

(24)

Gambar I.1. Kerangka Pemikiran

Untuk memproduksi barang yang bersifat komplek yang berarti bahwa barang tersebut terdiri dari beberapa komponen yang membentuknya, diperlukan suatu perencanaan atau penyimpanan - penyimpanan komponen tersebut sesuai jumlah yang diperlukan. Karena kebutuhan komponen tergantung pada jumlah barang yang akan di produksi, sehingga apabila terjadi kekurangan jumlah salah satu komponen, proses peoduksi akan mengalami masalah. Untuk itu perlu diterapkan metode MRP yang merupakan cara untuk merencanakan kebutuhan bahan baku yang memungkinkan adanya ketepatan waktu dan ketepatan jumlah komponen.

Pada proses produksi kain grey yang diangkat dalam penelitian ini jumlah tiap komponen dari hasil penghitungan MRP akan diterjemahkan dalam bentuk kilogram bahan baku yang dibutuhkan. Dari hasil tersebut perusahaan akan mengambil keputusan mengenai kapan dan berapa jumlah bahan baku yang akan dipesan untuk proses produksi.

(25)

G. Teknik Analisis Data

Dalam analisis ini penulis menggunakan metode MRP pada perusahaan PT. Iskandar Indah Printing Textile. MRP pada dasarnya merupakan metode untuk menentukan kebutuhan bahan baku secara tepat untuk memenuhi schedule produksi utama. Dari analisis utama ini akan ditentukan kapan bahan dipesan untuk diproduksi dan berapa banyak suatu bahan harus tersedia. Sehingga nantinya proses produksi tersebut akan efektif dan efisien.

Sedangakan untuk mengolah data yang sudah ada penulis menggunakan software POM QM for Windows. POM QM for Windows merupakan sebuah program komputer yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam bidang produksi dan operasi yang bersifat kuantitatif. Tampilan grafis yang menarik dan kemudahan pengoperasian menjadikan POM QM for Windows sebagai alternatif aplikasi guna membantu pengambilan suatu keputusan. Selain itu software ini mampu menyelesaikan berbagai masalah dalam research

operation dengan cepat salah satunya yaitu MRP ( Material Requirement Planning ).

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Proses industri harus dipandang sebagai suatu perbaikan yang terus menerus. Diawali dari ide – ide akan sebuah produk hingga distribusi pada konsumen. Berdasarkan umpan balik yang didapatkan dari pengguna produk tersebut maka dapat dikembangkan gagasan baru untuk memperbaiki produk lama ataupun membuat produk yang sama sekali baru. Perencanaan dan pengendalian produksi telah dinyatakan dalam berbagai istilah yang berbeda. Beberapa perusahaan menamakan departemen yang melaksanakan kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi ini dengan istilah departemen produksi, departemen pengawasan produksi, departemen operasi, departemen perencanaan produksi atau departemen perencanaan dan pengawasan produksi. Saat ini, istilah yang populer untuk departemen yang dimaksud adalah PIPC/PPIC (Production and inventory planning and control).

Peran serta departemen PPIC/produksi sangatlah krusial dalam proses tersebut diatas. Karena departemen tersebutlah yang merancang, mengefisienkan, dan meningkatkan mutu dari suatu produk berdasarkan atas informasi tentang konsumen dari departemen pemasaran. Tanpa adanya efisiensi, peningkatan mutu, dan sistem distribusi yang unggul, maka sangatlah sulit bagi perusahaan untuk bertahan dan bertarung menghadapi pesaing di era globalisasi sekarang ini.

(27)

Menurut Baroto (2002:14) perencanaan dan pengendalian produksi adalah bagaimana mengelola proses produksi tersebut. Perencanaan dan pengendalian produksi merupakan tindakan manajemen yang sifatnya abstrak. Sistem komputer barang kali merupakan analogi yang tepat untuk system produksi. Proses produksi adalah perangkat kerasnya (hardware) dan PPC adalah perangkat lunaknya (software).

Proses untuk merencanakan dan mengendalikan aliran material, mengalir dan keluar dari sistem produksi/operasi sehingga permintaan pasar dapat dipenuhi dengan jumlah yang tepat, waktu penyerahan yang tepat, dan biaya produksi minimum Nasution (2003:13). Hal ini bertujuan guna mengusahakan perusahaan agar dapat berproduksi secara efisien dan efektif sehingga tujuan dari persahaan itu dapat terwujud.

B. Persediaan 1. Pengertian

Setiap perusahaan yang melakukan proses produksi tentunya akan memerlukan persediaan. Dengan adanya persediaan maka diharapkan perusahaan dapat melakukan proses produksi sesuai kebutuhan atau permintaan konsumen. Selain itu dengan adanya persediaan yang cukup tersedia di gudang diharapkan dapat memperlancar kegiatan produksi sehingga dapat menghindari terjadinya kekurangan bahan baku proses produksi. Keterlambatan

(28)

jadwal pemenuhan produk yang dipesan kosumen dapat mengakibatkan masalah yang krusial bagi perusahaan.

Persediaan adalah suatu kegiatan yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijualdalam suatu periode usaha normal, atau persediaan barang-barang yang masih dijual dalam pengerjaan proses produksi Ahyari( 2004:149 ). Persediaan adalah bagian utama dari modal kerja, merupakan aktiva yang pada setiap saat mengalami perubahan Gitosudarmo( 2002:93 ). Inventory atau persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus-menerus mengalami perubahan Riyanto( 2001:69 ). 2. Fungsi Persediaan

Pada prinsipnya semua perusahaan melaksanakan proses produksi akan menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kelangsungan proses produksi dalam perusahaan tersebut. Efisiensi operasional suatu organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi penting persediaan.

Menurut Subagyo (2000 : 206) fungsi persediaan adalah “menyimpan” untuk melayani kebutuhan perusahaan akan bahan mentah/barang jadi dari waktu ke waktu.

Beberapa fungsi persediaan menurut Baroto (2002:53) yaitu : a. Fungsi Independensi

Persediaan bahan diadakan agar departemen – departemen dan proses individual terjaga kebebasannya. Persediaan

(29)

barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan pelanggan yang tidak pasti. Permintaan pasar tidak dapat diduga dengan tepat, demikian pula dengan pasokan pemasok. Seringkali keduanya meleset dari perkiraan.

b. Fungsi Ekonomis

Seringkali dalam kondisi tertentu, memproduksi dengan jumlah produksi tertentu (lot) akan lebih ekonomis dibandingkan memproduksi secara berulang atau sesuai permintaan. Pada beberapa kasus lainnya, membeli dengan jumlah tertentu juga akan lebih ekonomis ketimbang membeli sesuai dengan kebutuhan. Jadi, memiliki persediaan bisa merupakan tindakan yang ekonomis.

c. Fungsi Antisipasial

Fungsi ini diperlukan untuk mengantisipasi perubahan permintaan atau pasokan. Seringsekali perusahaan mengalami kenaikan permintaan setelah dilakukan program promosi. Untuk memenuhi hal ini, maka diperlukan sediaan produk jadi agar tak terjadi stock out.

d. Fungsi Fleksibilitas

Bila dalam proses produksi terdiri atas beberapa tahapan proses operasi dan kemudian terjadi kerusakan pada salah satu tahapan proses operasi, maka akan diperlukan waktu untuk perbaikan. Berarti produk tidak akan dihasilkan untuk

(30)

process) pada situasi ini akan merupakan faktor penolong untuk kelancaran proses operasi. Hal lain adalah dengan adanya sediaan barang jadi, maka waktu untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup.

3. Jenis Persediaan

Setiap jenis persediaan memiliki karakteristik tersendiri dan cara pengelolaan yang bebeda. Render dan Heizer ( 2005:61 ) membagi persediaan menjadi beberapa jenis, yaitu :

a. Persediaan bahan mentah

Persediaan bahan mentah adalah bahan yang telah dibeli namun belum diproses.

b. Persediaan barang dalam proses (Work in Proses – WIP) WIP di selenggarakan karena untuk membuat suatu produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus) pengurangan waktu siklus menyebabkan persediaan WIP berkurang.

c. Persediaan MRO (Perlengkapan Pemeliharaan, atau Perbaikan, atau Operasi)

MRO diselenggarakan karena waktu dan kebutuhan peralatan tidak dapat di ketahui. Walaupun permintaan untuk persediaan MRO ini sering kali merupakan fungsi dari jadwal jadwal pemeliharaan, permintaan MRO lainnya perlu diperhatikan.

(31)

d. Persediaan barang jadi

Barang jadi dimasukkan dalam permintaan yaitu untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan permintaan konsumen terhadap suatu produk.

4. Model persediaan

Terdapat dua model persediaan berdasarkan jenis produknya Render dan Heizer ( 2005 : 68 ) :

a. Persediaan dengan permintaan dependen

Model pengendalian persediaan yang mengasumsikan bahwa permintaan untuk satu produk berkaitan dengan permintaan produk lainnya.

b. Persediaan dengan permintaan independen

Model pengendalian persediaan yang mengasumsikan bahwa permintaan untuk satu produk tidak berkaitan dengan permintaan produk lainnya.

C. Pengawasan Persediaan

Perusahaan harus dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan optimum yang dapat menjamin kebutuhan bagi kelancaran kegiatan dalam jumlah dan mutu yang tepat serta dengan biaya yang serendah-rendahnya. Guna membangun tercapainya efisiensi dalam perusahaan, pengawasan sangatlah penting dilakukan. Karena jika tidak dilakukan pengawasan terhadap

(32)

kembangnya suatu perusahaan. Persediaan yang terlalu besar akan mengakibatkan kerugian pada perusahaan, hal ini terjadi karena lebih banyak modal dan biaya – biaya yang tertanam yang ditimbulkan oleh persediaan tersebut. Begitu pula sebaliknya, ketika persediaan terlalu kecil akan mengganggu jalannya proses produksi. Oleh karena itu pengawasan sangatlah penting adanya dalam sebuah perusahaan.

Adapun keuntungan melakukan pengawasan persediaan antara lain :

1. Pengadaan dan Penyimpanan untuk memenuhi kebutuhan dalam kuantitas dan kualitas.

2. Memininumkan penanaman modal / investasi bahan

3. Terjaminnya barang yang diterima sesuai dengan spesifikasi purchase order.

4. Terlindung dari pencurian, kerusakan dan kerusakan mutu.

5. Dapat melayani produksi dengan bahan – bahan yang dibutuhkan pada waktu, tempat serta mencegah penyalahgunaan dan penyelewengan.

6. Pencatatan persediaan yang akurat tentang barang masuk, keluar dan penggunaannya.

(33)

D. Material Requirement Planning (MRP)

1. Definisi Material Requirement Planning (MRP)

Menurut Nasution (2006:271) MRP adalah prosedur logis, aturan keputusan, dan teknik pencatatan terkomputerisasi yang dirancang untuk menerjemahkan jadwal induk produksi atau MPS

(master production schedulling) menjadi kebutuhan bersih atau NR (net requirement) untuk semua item.

Sementara itu menurut Render & Heizer (2005:160) MRP adalah sebuah teknik permintaan terikat yang menggunakan daftar kebutuhan bahan, persediaan, penerimaan yang diperkirakan, dan jadwal produksi induk untuk menentukan kebutuhan material.

Definisi lain juga dikemukakan oleh Gaspersz (2005 : 177) MRP adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders yang kemudian diajukan untuk analisis lanjutan berkenaan dengan ketersediaan kapasitas dan keseimbangan menggunakan perencanaan kenutuhan kapasitas

(capacity requirements planning = CRP). 2. Tujuan MRP

MRP biasanya digunakan untuk menghasilkan informasi persediaan yang mampu digunakan untuk mendukung melakukan tindakan secara tepat dalam melakukan produksi. Suatu sistem MRP pada dasarnya bertujuan untuk merancang suatu sistem yang mampu menghasilkan informasi untuk mendukung aksi yang tepat

(34)

ulang. Menurut Baroto (2002 : 142) System MRP adalah suatu sistem yang bertujuan untuk menghasilkan informasi yang tepat untuk melakukan tindakan yang tepat ( pembatalan pesanan, pesan ulang, dan penjadwalan ulang ). Ada empat tujuan yang menjadi ciri utama sistem MRP yaitu sebagai berikut :

a. Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat. b. M enentukan kebutuhan minimal setiap item. c. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan.

d. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan.

3. Komponen utama sistem MRP

Sistem MRP dikembangkan untuk membantu perusahaan manufaktur mengatasi kebutuhan akan item-item dependent secara lebih baik dan efisien. Disamping itu, sistem MRP dirancang untuk membuat pesanan produksi dan pembelian untuk mengatur aliran bahan baku dan persediaan dalam proses sehingga sesuai dengan jadwal produksi untuk produk akhir. Hal ini memungkinkan perusahaan memelihara tingkat minimum dari item-item yang kebutuhannya dependent, tetapi tetap dapat menjamin terpenuhinya jadwal produksi untuk produk akhirnya. Sistem MRP juga dikenal sebagai perencanaan kebutuhan berdasarkan tahapan waktu

(Time-phase requirements planning).

Material Requirements Planning (MRP) merupakan suatu strategi material proaktif. Maksudnya, MRP melihat ke masa depan

(35)

dan mengidentifikasi material yang akan diperlukan, jumlahnya, dan tanggal diperlukannya. Komponen utama sistem MRP dapat dikatakan juga sebagai input dari MRP itu sendiri yang antara lain adalah sebagai berikut :

a. Master Production Schedule (MPS)

Merupakan suatu pernyataan definitif tentang produk akhir apa yang direncanakan perusahaan untuk diproduksi, berapa kuantitas yang dibutuhkan, pada waktu kapan dibutuhkan, dan bilamana produk itu akan diproduksi. Dapat dikatakan juga sebagai jadwal produksi utama yang berupa skedul produksi produk jadi untuk produksi mendatang sebesar pesanan dan ramalan permintaan.

b. Bill of Material (BOM)

Merupakan daftar dari semua material, part, dan subasemblies serta kuantitas dari masing – masing yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk atau parent

assembly. MRP menggunakan BOM sebagai basis untuk

memperhitungkan banyaknya setiap material yang dibutuhkan untuk setiap periode waktu.

Gambar II.1. Bill of Material (BOM) Sumber : Nasution ( 2006 : 273 ) c. Inventory Record File

(36)

Inventory Record File atau arsip pencatatan persediaan

yang berisi dokumen lengkap tentang status persediaan barang jadi, bahan baku, dan sub-bahan baku dalam struktur produk, jumlah yang ada di tangan, level persediaan pengaman (safety stock) dan lamanya tenggang waktu (lead

time). Inventory record file atau arsip pencatatan persediaan

dapat dilihat pada table di bawah ini :

Item : On Hand : Lead Time : Week 1 2 3 4 5 Total Requirement Schedule recept On hand Net Requirement Planned recept Order Release

Gambar II.2. Inventori Record File Sumber :

http://ocw.gunadarma.ac.id/course/economics/management-s1/manajemen-operasional/perencanaan-persediaan d. Inventory record file atau arsip pencatatan persediaan terdiri

dari : 1) Item.

Item merupakan jenis komponen apa yang akan dipakai, dipantau kebutuhan dan perhitungannya dalam data

inventory record file (IRF).

(37)

Merupakan waktu yang diperlukan oleh suatu item bahan baku sejak dilakukan pemesanan sampai bahan baku tersebut siap digunakan dalam proses produksi.

3) Week

System pengendalian persediaan dengan MRP, periode waktu yang digunakan adalah mingguan.

4) Schedule Receipt (penerimaan yang direncanakan)

Penerimaan yang akan direncanakan merupakan jumlah item yang diharapkan diterima pada awal suatu periode waktu dari pemasok atau bagian bahan karena pesanan-pesanan yang telah dilakukan.

5) On Head (persediaan akhir)

Merupakan jumlah item yang tersedia pada akhir periode waktu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam periode waktu yang akan datang. Persediaan di tangan meliputi penerimaan yang dijadwalkan ditambahkan dengan penerimaan pesanan yang direncankan dikurangi kebutuhan kotor untuk periode tersebut ditambah yang tersedia dari periode sebelumnya.

6) Net Requirement (kebutuhan bersih)

Adalah jumlah bersih suatu item bahan yang harus dipesan atau diproduksi untuk memenuhi output yang dijadwalkan untuk suatu periode. Jumlah ini dihitung

(38)

dijadwalkan untuk periode tersebut dikurangi yang tersedia dari periode sebelumnya.

7) Planned Receipt

Planned order release merupakan suatu item yang

direncanakan untuk dipesan dalam periode waktu yang direncanakan.

4. Output MRP

MRP merupakan suatu konsep dalam sistem produksi untuk menentukan cara yang tepat dalam perencanaan kebutuhan material dalam proses produksi, sehingga material yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan yang dijadwalkan. Tujuannya untuk mengurangi kesalahan dalam memperkirakan kebutuhan material, karena kebutuhan material didasarkan atas rencana jumlah produksi. Sehingga pada nantinya MRP dapat memberikan informasi atau output yang dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan tindakan selanjutnya.

Adapun output dari MRP menurut Nasution (2006 : 274 ) adalah :

a. Memberikan catatan tentang pesanan penjadwalan yang harus dilakukan atau direncanakan, baik dari pabrik sendiri maupun dari suplier.

(39)

c. Memberikan indikasi untuk pembatalan pesanan. d. Memberikan indikasi untuk keadaan persediaan

5. Langkah – langkah mendasar proses MRP

MRP merupakan sistem yang dirancang secara khusus untuk situasi permintaan yang bergelombang (tidak konstan), yang secara tipikal karena permintaan tersebut dependent.

Adapun langkah – langkah proses MRP adalah sebagai berikut menentukan Kebutuhan Bersih (Net Requirement). Net Requirement adalah selisih antara kebutuhan kotor (gross requirement) dengan persediaan yang ada di tangan (on hand). Data yang diperlukan dalam menentukan kebutuhan bersih adalah :

a. Kebutuhan kotor setiap periode b. Persediaan yang ada ditangan

c. Rencana penerimaan (scheduled receipts)

d. Menentukan Jumlah Pesanan. Berdasarkan kebutuhan bersih, ditentukan jumlah pesanan, baik item maupun komponennya

Menentukan BOM dan Kebutuhan kotor setiap Komponen. Kebutuhan kotor setiap komponen, ditentukan oleh rencana pemesanan (planned order released) komponen yg ada diatasnya dengan dikalikan kelipatan tertentu sesuai kebutuhan.

Menentukan Tanggal Pemesanan. Penentuan tanggal pemesanan yang tepat dipengaruhi oleh Rencana Penerimaan

(40)

BAB III

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

PT. Iskandar Indah Printing textile merupakan salah satu dari

sekian banyak perusahaan textile di Indonesia. Perusahaan ini

mengolah bahan baku dari benang menjadi kain grey yang kemudian

diolah menjadi batik printing untuk meningkatkan jenis produksi

perusahaan dan meningkatkan nilai jual dari kain tersebut. Dengan

adanya persaingan pasar, banyak sekali industri – industri baru yang

memproduksi berbagai macam jenis produk. Hal ini tidak menutup

kemungkinan terjadi juga pada PT. Iskandar Indah Printing Textile.

Dengan demikian kebutuhan akan faktor – faktor produksi menjadi

bertambah banyak. Di lain pihak kegiatan perusahaan mempunyai

hubungan yang sangat erat dengan kegiatan produksi. Perusahaan

melakukan kegiatan produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Agar

kegiatan produksi dapat berjalan dengan baik. Maka dibutuhkan

sistem pengendalian bahan baku sebagai bagian yang sangat vital

dalam perusahaan. Pada akhirnya sistem pengendalian bahan baku ini

harus diselaraskan dengan semua unsur perusahaan tanpa terkecuali.

Pengendalian bahan baku sangat penting di terapkan disuatu

perusahaan karena dalam pelaksanaan kegiatan produksi harus ada

bahan baku.

Oleh karena itu di dalam dunia usaha masalah bahan

(41)

baku merupakan masalah yang sangat penting. Agar jangan sampai

terjadi keterlambatan persediaan bahan baku, maka harus diadakan

penentuan persediaan bahan baku dengan baik. Agar jangan sampai

terjadi keterlambatan persediaan bahan baku, maka harus diadakan

penentuan persediaan bahan baku dengan baik.

Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu sistem

pengadaan persediaan, utamanya persediaan bahan baku yang baik.

Ada beberapa metode untuk merencanakan persediaan bahan baku,

salah satunya dengan menggunakan metode MRP (Material

Requirement Planning). Dengan mengadakan perencanaan kebutuhan

dengan metode MRP yang perencanaannya diawali dengan

melakukan peramalan akan jumlah permintaan/ produksi untuk waktu

yang akan datang. Perencanaan kebutuhan material (Material

Requirement Planning, MRP) adalah suatu konsep dalam manajemen

produksi, sehingga barang yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai

dengan yang direncanakan. Namun faktanya perusahaan ini belum

menerapkan MRP untuk mengadakan perencanaan kebutuhan

material. Hal ini dikarenakan tidak adanya SDM yang menguasai

tentang apa itu MRP dan bagaimana penerapannya di perusahaan.

Untuk merencanakan kebutuhan material, selama ini perusahaan

hanya mengandalkan dari perkiraan – perkiraan produksi sebelumnya,

(42)

di dalam perusahaan ini menggunakan asumsi zero stock. Dimana

barang akan habis terjual karena perusahaan hanya memproduksi

sesuai dengan order dari konsumen.

1. Sejarah perkembangan perusahaan

Pada mulanya adalah perusahaan keluarga yang dirintis oleh

keluarga Wahyu Iskandar. Produk yang dihasikan adalah kain batik

cap lokasi usahanya yang masih berada di daerah laweyan.

Karena usaha tersebut mengalami kemajuan, maka keluarga

Wahyu Iskandar sepakat untuk mendirikanbadan usaha yang

berbentuk CV (commanditer mennonschap) pada tanggal 23 Mei

1975 dengan bentuk usaha bernama CV Iskandartex berdasarkan

akta perusahaan No. 98 tanggal 23 Mei 1975.

CV Iskandartex didirikan d daerah lokasi yang tempatnya

berada di jalan Pakel No. 11 RT.03 RW.VIII Kelurahan Kerten,

Kecamatan Laweyan, Surakarta. Perusahaan ini memulai

produksinya satu tahun setelah didirikan yaitu pada tahun 1976.

Pada awal didirikan, perusahaan mempunyai 25 unit mesin tenun,

dan mulai mengalami perkembangan yang begitu pesat pada tahun

1977 perusahaan telah memilki 77 unit mesin tenun. Produksi

perusahaan juga terus mengalami peningkatan dengan dibuktinkan

pada tahun 1980, perusahaan mendatangkan mesin kanji dari

Negara Taiwan yang mempunyai fungsi mengeringkan kain secara

(43)

otomatis. Ditahun yang sama perusahaan juga menambah mesin

tenun menjadi 300 unit.

Karena permintaan pasar semakin meningkat maka

perusahaan menambah kapasitas produksi dengan menambah

mesin tenun, hingga akhir 1993 CV Iskandartex mencapai 614 unit.

Dan saat ini seluruh mesin tenun yang dimiliki adalah 625 unit.

Mesin – mesin tersebut terdiri dari :

a. Mesin palet

: 50 unit

b. Mesin warping

: 3 unit

c. Mesin kanji

: 2 unit

d. Mesin diesel

: 1 unit

Melihat perkembangan yang begitu pesat dari perusahaan

ini, maka pimpinan perusahaan mengambil kebijakan untuk

mengubah bentuk CV menjadi bentuk PT. Dengan bentuk PT ini

perusahaan lebih mempunyai peluang untuk mengembangkan

usahanya. Perusahaan ini resmi menjadi PT. Iskandartex pada

tanggal 2 Januari 1991 dengan nomor izin usaha

199/IIPB/1991/PT. Penggantian nama sejak bulan Februari 1996

menjadi PT. ISkandar Indah Printing Textile.

Adapun faktor – faktor yang mendorong pendirian PT.

Iskandar Indah Printing Textile, antara lain :

(44)

b. Adanya keinginan untuk memperoleh laba yang lebih dari

pada sebelumnya.

c. Adanya keyakinan bahwa permintaan akan textile di pasar

masih terbatas.

d. Adanya dorongan dari pemerintah agar pihak swasta turut

serta aktif menciptakan iklim kerja usaha yang baik.

e. Adanya dorongan untuk memenuhi kebutuhan textile luar

negeri

.

PT. Iskandar Indah Printing textile berdiri di atas tanah yang

luasnya kurang lebih 4 hektar. Pemilihan lokasi tersebut

didasarkan pada beberapa pertimbangan yang tentunya dapat

memberikan keuntungan bagi perusahaan, antara lain :

a. Ditinjau dari segi ekonomi.

1) Memberikan kemudahan kepada perusahaan dalam

pendistribusian barang, dari bahan sampai hasil

produksi sehingga diperoleh biaya transportasi yang

efisien.

2) Tersedianya

tenaga

kerja yang dibutuhkan

perusahaan.

3) Memberikan kemudahan dalam aspek pemasaran

produk karena lokasi berdekatan dengan jalan raya

atau jalan kota.

(45)

b. Ditinjau dari segi sosial.

1) Menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk

sekitar.

2) Membantu pemerintah dalam mensukseskan gerakan

pemakaian produk dalam negeri.

c. Ditinjau dari segi teknis

1) Lahan di sekitar perusahaan masih cukup luas

sehingga mendukung perusahaan untuk

mengembangkan usahanya.

2) Memberikan kemudahan dalam hal pengadaan alat –

alat, mesin – mesin, spare part dan memperoleh ahli

mesin.

2. Struktur Organisasi Karyawan.

Setiap perusahaan memiliki tujuan dalam menjalankan

usahanya untuk memperoleh keuntungan. Karena itu perusahaan

harus memiliki system yang terorganisir dengan baik karena setiap

kegiatan yang dilakukan perlu perencanaan, pengaturan,

pengawasan dan pengorganisasian agar fungsi – fungsi dari tiap

personel di dalam perusahaan tersebut tidak mengalami

kemunduran atau bahkan kemacetan total.

(46)

Perusahaan merupakan organisasi yang melakukan aktivitas

– aktivias yang dikembangkan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Didalamnya terdapat struktur organisasi yang secara

sadar dikoordinasikan dan disusun agar setiap personal yang

terlibat menyadari dan bertanggung jawab penuh dengan tugasnya

masing – masing.

3. Personalia Perusahaan.

a. Jumlah tenaga kerja

Di PT. ISkandar Indah Printing Textile, system ketenagakerjaan

di bagi ke dalam dua bagian yaitu :

1) Bagian Produksi

Yaitu bagian yang bekerja di departemen unit weaving dan

departemen unit printing serta bagian finishing.

2) Bagian non produksi

Yaitu bagian yang bekerja sebagai karyawan kantor dan

gudang.

Saat ini jumlah tenaga kerja di PT. Iskandar Indah Printing

Textile berjumlah 1295.

(47)

Table III.1

Shift bagian dan jumlah karyawan

PT.Iskandar Indah Printing Textile 2010

Shift dan Bagian

Jumlah karyawan

(orang)

a. Day Shift

70

b. Shift

1) Operator RRT52

2) Operator Picanol

3) Operator Toyoda

4) Pengisi Palet

210

135

22

60

(48)

7) Pengkanjian

8) Cucuk

9) Pengawasan Monitor

10) Pengawasan Umum

11) Bengkel

12) Listrik

13) Inspecting

14) Roll Kain

15) Finishing

16) Keamanan

17) Transportasi

18) Umum

90

80

45

20

45

15

45

10

30

20

20

10

Jumlah 1.129

Sumber : PT.Iskandar Indah Printing Textile 2010

b. Shift

Pada PT. Iskandar Indah Printing Textile, system kerja shift

dibagi menjadi tiga group, yaitu :

1) Shift I atau disebut sebagai Group A masuk pagi.

2) Shift II atau disebut sebagai Group B masuk siang.

3) Shift III atau disebut sebagai Group C masuk Malam.

Tiap - tiap shift dikepalai dengan kepala shift, pengawas dan

staff masing – masing bagian dan mendapatkan jam istirahat

selama 1 jam yang diatur dengan efektif sehingga tidak

mengganggu proses produksi.

(49)

Pembagian kerja PT. Iskandar Indah Printing Textile adalah

sebagai berikut.

1) Group A : pukul 07:00 WIB – 15:00 WIB dengan waktu

istirahat mulai pukul 11:30 WIB – 12:30 WIB.

2) Group B : pukul 15:00 WIB – 23:00 WIB dengan waktu

istirahat mulai pukul 18:45 WIB – 19:45 WIB.

3) Group C : pukul 23:00 WIB – 07:00 WIB dengan waktu

istirahat mulai pukul 02:00 WIB – 03:00 WIB.

Sistem pembagian kerja karyawan di atas berlaku untuk

karyawan bagian produksi dan teknik, sedangkan untuk

karyawan bagian non produksi jam kerjanya 40 jam/ minggu

dengan system pembagian jam mulai dari hari senin sampai

jum’at, dimulai pukul 07:00 WIB – 16:00 WIB dengan istirahat

mulai 11:45 WIB – 12:45 WIB dan hari sabtu masuk setengah

hari mulai pukul 07:00 WIB – 12:00 WIB. Pergantian masuk jam

kerja tiap bagian produksi setiap minggu sekali dan dimulai

setiap hari senin.

c. Sistem Pemberian Upah

System pemberian upah kepada karyawan yang ditetapkan PT.

Iskandar Indah Printing Textile adalah sebagai berikut :

(50)

Sistem upah ini dilakukan untuk karyawan yang bekerja di

bagian staf, kepala bagian atau mandor dengan menerima

upah pada bulan akhir.

2) Sistem Upah Mingguan.

Sistem ini diberlakukan untuk karyawan yang bekerja

sebagai operator mesin produksi paada unit weaving,

printing, dan finishing dengan menerima upah pada akhir

minggu.

3) Sistem

Upah Borongan.

Sistem upah ini diberikan sesuai dengan jumlah pekerjaan

yang telah disesuaikan, misalnya untuk bagian pengepakan

dan pembungkusan.

Selain itu, perusahaan juga memberikan upah lembur, yaitu

upah yang diberikan di luar jam kerja.

Upah lembur dapat dihitung dengan perhitungan sebagai

berikut:

Upah mingguan

: 150% dari gaji x hari lembur

Upah bulanan :

d. Kesejahteraan Karyawan.

Perusahaan memberikan beberapa fasilitas untuk menunjang

kesejahteraan karyawan dan memberikan beberapa hak yang

perlu diterima, antara lain :

(51)

1) Tunjangan

Hari Raya (THR)

Tunjangan kesejahteraan yang diberikan setiap menjelang

libur hari raya.

2) Mengikutsertakan

karyawan

dalam Asuransi Sosial Tenaga

Kerja (ASTEK)

3) Tunjangan

kesejahteraan berupa pembayaran suransi yang

dibayarkan perusahaan kepada jasa asuransi.

4) Fasilitas

pengobatan dan kesehatan.

5) Cuti

hamil.

Tunjangan ini berupa upah sebesar 50% dari upah, yang

diberikan selama cuti hamil.

6) Fasilitas

Transportasi.

7) Memberikan

pakaian

seragam atau dinas.

8) Kegiatan

berlibur

yang diadakan setahun sekali.

9) Fasilitas

mushola.

4. Bagian Produksi.

a. Bahan Produksi

Bahan – bahan yang digunakan dalam proses produksi adalah

sebagai berikut

1) Bahan baku yang digunakan terdiri atas dua jenis benang :

a) Benang katun yaitu benang yang berasal dari serat alami

(52)

b) Benang rayon yaitu benang yang berasal dari serat

buatan.

2) Bahan penolong atau bahan obat yang digunakan terdiri

dari:

a) PVA seperti film untuk melapisi bulu – bulu benang.

b) Tepung jagung (Cornstarch), yang berfungsi untuk

melenturkn benang.

c) Wax sejenis malam pet

d) Acrylic, yang berfungsi untuk melenturkan benang tetapi

kelenturannya lebih dari tepung jagung.

b. Mesin – mesin produksi.

Mesin – mesin produksi yang digunakan dalam proses produksi

antara lain :

1) Mesin Warping.

Mesin yang digunakan untuk memproses bahan baku

benang dari cones ke beam.

2) Mesin Kelos.

Mesin yang digunakan untuk memproses kembali benangg

yang putus dari mesin warping sehingga benang dapat

dipakai kembali.

(53)

Mesin yang digunakan untuk memproses bahan baku

benang, dengan cara melapisi benang hasil dari mesin

warping dengan menggunakan bahan penolong atau bahan

obat berupa campuran dari bermacam – macam bahan

kimia.

4) Mesin Cucuk.

Mesin yang digunakan untuk memproses benang lusi yang

dimasukkan ke mata jarum agar bias di pilah – pilah untuk

memudahkan proses tenun.

5) Mesin Winding.

Mesin yang digunkan untuk memproses bahan baku benang

menjadi benang pakan.

6) Loom

Untuk memproses benang lusi dan benang pakan menjadi

kain grey.

7) Mesin Folding.

Mesin untuk melipat kain tenun setelah dilakukan

pemeriksaan.

8) Mesin Inspecting

Mesin yang digunakan untuk pemeriksaan kualitas kain dari

mesin tenun.

(54)

Mesin yang digunakan dalam proses printing kain yaitu

proses memberikan corak kain putih.

10) Mesin Diesel.

Mesin yang digunakan sebagai sumber tenaga untuk

menggerakkan mesin – mesin produksi.

11) Ketel Uap.

Digunakan sebagai alat pemanas.

c. Proses Produksi

Departemen produksi weaving adalah departemen yang

menangani proses produksi dari bahan baku yang berupa

benang menjadi kain jadi berupa kain grey. Pada departemen

weaving di PT. Iskandar Indah Printing Textile, tiap proses

produksi terbagi menjadi beberapa tahap :

1) Tahap Persiapan.

a) Pembuatan benang lusi

Benang lusi adalah benang yang diarahkan membujur

atau memanjang dalam proses penenunan. Benang ini

digulung ke dalam alat yang disebut beam, kemudian

setelah itu dilakukan penarikan benang untuk

(55)

penyusunan benang yang disesuaikan dengan

banyaknya benang pada lebar kain.

b) Penghanian (warping)

Awal dari pembuatan benang lusi melalui proses

penghanian dalam mesin warping yang melakukan

proses penggulungan benang, sekaligus menentukan

jumlah dan panjang benang yang diperlukan. Semakin

lebar dan semakin halus suatu jenis kain yang akan

diproduksi, maka akan membutuhkan jumlah benang

yang semakin banyak karena dengan kain yang semakin

lebar tentunya lebar pula gulungan kain tersebut.

Demikian juga untuk produksi kain yang halus, akan

membutuhkan anyaman kain yang lebih rapat.

c) Pengkanjian (sizing)

Merupakan proses pemberian bahan penolong (bahan

obat) berupa kanji pada benang lusi yang sudah

terbentuk melalui proses pengeringan. Tujuan proses ini

adalah untuk meratakan bulu – bulu yang terdapat pada

benang, menghilangkan kotoran agar benang tidak kaku

sehingga nantinya benang tidak mudah putus.

(56)

dengan jumlah mata sisir tergantung dari jumlah benang

yang tersedia dari proses pengkanjian tadi. Proses ini

bertujuan untuk memisah – misahkan benang lusi

sehingga jumlah dan kerapatan benang pada lembar

kain yang akan diproduksi dapat diatur dalam proses

penenunan.

e) Pembuatan benang pakan.

Benang pakan adalah benang yang arahnya menyilang

dalam proses penenunan. Benang ini dimasukkan

kedalam mesin kelos kemudian diteruskan ke mesin

palet yang akan menggulung benang ke dalam kayu

klinting. Kemudian klinting yang telah berisi benang di

pindahkan ke bagian penenunan bersama – sama

benang lusi.

2) Tahap Penenunan.

Tahap penenunan dilakukan dalam mesin tenun yang

melakukan proses penyilangan benang lusi dan benang

pakan sehingga terbentuklah sebuah kain. Benang lusi yang

berada pada mesin tenun secara otomatis akan ditenun oleh

benang pakan yang arahnya melintang. Dalam proses ini

harus ada operator yang menjalankan mesin tenun.

Operator ini bertugas mengawasi jalannya mesin dan

menyambung benang jika ada yang putus dan secara

(57)

otomatis mesin akan berhenti. Serta memasukkan teropong

benang pakan apabila benang pakan telah habis.

3) Tahap Pengawasan.

a) Inspecting

Kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi dan

memeriksa hasil kain grey bila terdapat kerusakan atau

cacat kain yang perlu diperbaiki.

b) Repairing.

Kegiatan memperbaiki anyaman kain grey yang rusak

atau ada yang ganda pakan atau ganda lusi.

c) Smashing

Kegiatan membersihkan kain grey dari sisa – sisa

benang, serat, bulu – bulu.

d) Folding

Kegiatan terakhir yang dilakukan dengan melipat

sekaligus menghitung panjang kain.

d. Penetapan standar kuallitas.

Produk yang telah dihasilkan harus selalu diperiksa agar sesuai

dengan standart yag telah ditetapkan dan satuan – satuan

kerusakan dapat disingkirkan. PT. ISkandar Indah Printing

(58)

bertujuan untuk memenuhi kepuasan konsumen dan menjaga

kepercayaan konsumen yang sangat berpengaruh besar

terhadap citra perusahaan. Tingkat kerusakan yang ditetapkan

pada setiap kain grey maksimal 0,5%. Kerusakan atau cacat

kain terjadi karena :

1) Putus Lusi.

Yaitu putusnya benang tenun yang arahnya memanjang

pada kain tenun.

2) Putus Pakan.

Yaitu putusnya benang tenun yang arahnya memanjang

pada kain tenun.

3) Ganda Lusi.

Terdapat dua atau lebih jumlah benang lusi yang menempel

pada kain tenun.

4) Ganda Pakan.

Terdapat dua atau lebih jumlah benang pakan yang

menempel pada kain tenun.

5) Penenunan Loncat.

Penenunan tidak berurutan.

6) Kotor Oli.

Kain tenun terkena oli dari mesin produksi.

5. Bidang Pemasaran.

(59)

Pada PT. Iskandar Indah Printing Textile saluran industri yang

digunakan adalah :

1) Produsen – distributor industri – pemakai industri.

2) Produsen – agen – distributor industri – pemakai industri.

b. Daerah pemasaran.

Pada awal usaha ini dirintis dalam bentuk perusahaan

perseorangan, pemasaran hasil produksinya masih sekitar

Surakarta. Tetapi dengan semakin maju dan berkembangnya

usaha maka pemasaran hasil produksi turut berkembang

hamper di seluruh kota – kota besar di Indonesia, antara lain :

Surabaya, bali, Jakarta, Medan, Semarang, Yogyakarta,

Makasar, Pekalongan, Purwokerto, dan Surakarta Sendiri.

Sedangkan untuk daerah pemasaran eksport adalah Singapura,

timur Tengah, Bruneidarusallam, dan Negara Amerika Latin.

c. Jenis Produk Dalam Pemasaran.

Untuk produk kain yang d eksport, sudah berbentuk barang jadi

yang berupa kain batik. Sedangkan yang di jual di dalam negeri,

dijual dalam bentuk kain grey atau kain batik.

(60)

1. Pengertian Magang.

Program Magang Kerja adalah suatu upaya mengarahkan

mahasiswa agar dapat merasakan situasi dunia kerja, melihat, dan

melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan program

studinya. Magang kerja merupakan kegiatan penunjang

perkuliahan yang sifatnya wajib, dengan berorientasi pada dunia

usaha / dunia kerja.

2. Tujuan Magang Kerja.

Program Magang kerja adalah kegiatan intrakurikuler dan bersifat

wajib bagi semua mahasiswa Program Diploma III Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sehingga

mahasiswa yang belum atau tidak menempuh magang kerja tidak

bisa mengikuti ujian tugas akhir dan tidak dapat dinyatakan lulus.

Adapun tujuan pelaksanaan magang kerja ini adalah:

a. Mahasiswa dapat mengamati permasalahan yang ada di

dunia kerja.

b. Mahasiswa dapat belajar dan memperoleh pengalaman

secara langsung di lapangan tentang berbagai persoalan

yang dihadapi perusahaan/instansi tempat magang kerja.

c. Mahasiswa dapat melakukan adaptasi sebelum memasuki

dunia usaha / dunia kerja yang sesungguhnya, sehingga

dapat menciptakan tenaga terampil yang siap kerja serta

(61)

mampu mengembangkan diri secara profesional sesuai

dengan bidangnya.

3. Manfaat Magang Kerja

Magang kerja dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,

yaitu :

a. Bagi Mahasiswa

1) Agar mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan

yang sudah didapat selama menempuh pendidikan.

2)

Agar setelah lulus mahasiswa dapat menghadapi

masalah yang akan timbul dalam dunia kerja.

b. Bagi Perusahaan

1) Perusahaan akan mendapat sumber daya manusia yang

berkualitas di masa yang akan datang.

2) Hasil penelitian mahasiswa selama magang kerja dapat

memberikan sumbangan penelitian mengenai

perencanaan dan persediaan bahan baku yang

digunakan dalam proses produksi manajemen PT.

Iskandar Indah Printing Textile.

4 Pelaksanaan

Magang Kerja

a. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang Kerja

Tempat : PT. Iskandar Indah Printing Textile.

(62)

Kegiatan magang kerja dimulai pukul 08.00 WIB – 15.00 WIB

untuk hari Senin – Jum’at. Sedangkan pada hari sabtu, kegiatan

magang kerja dimulai pukul 08.00 WIB – 12.00 WIB. Mahasiswa

magang wajib mengenakan pakaian yang sopan dan berjas

almamater. Selain itu mahasiswa juga harus mentaati smua

peraturan yang ada di PT. Iskandar Indah Priting Textile tanpa

terkecuali.

b. Kegiatan Magang Kerja

Kegiatan Magang Kerja dilaksanakan pada tanggal 17 Maret –

17 April 2010. Kegiatan – kegiatan yang dilakukan pada waktu

penelitian kurang lebih adalah sebagai berikut :

1) Pada hari pertama masuk magang digunakan untuk

perkenalan dengan staff karyawan bagian administrasi PT.

Iskandar Indah Printing Textile.

2) Minggu I

Penempatan mahasiswa

Adapun kegiatan yang dilakukan pada minggu I :

a) Observasi bagian Produksi.

b) Wawancara dengan kepala bagian produksi mengenai

proses produksi.

Dari wawancara ini didapat informasi mengenai tahap –

tahap proses produksi kain grey di PT. Iskandar Indah

Printing Textile dari weaving sampai finishing.

(63)

3) Minggu II

a) Observasi bagian produksi.

b) Mencatat hasil produksi harian.

Disini penulis mendapat pekerjaan dimana pekerjaan ini

datang dari bagian produksi. Hasil produksi dilakukan

pencatatan guna menyelesaikan dan sebagai media

pengecekan terhadap job order yang di terima oleh

perusahaan.

c) Observasi cara kerja mesin dari proses weaving sampai

finishing.

Penulis melakukan observasi dengan cara turun

langsung ke bagian produksi perusahaan di temani

dengan pembimbing magang. Banyak informasi yang

penulis dapatkan mengenai mesin dan proses produksi.

Dari tahapan – tahapan produksi sampai cara kerja

mesin produksi.

4) Minggu III

a) Input data dari bagian produksi.

Penulis melakukan input data bagian produksi. Meliputi

hasil produksi bagian produksi per shift. Dan tidak

(64)

b) Mempelajari data administratif perusahaan.

Disini penulis mempelajari mengenai data – data

administratif perusahaan baik itu data administratif yang

berhubungan dengan bahan baku perusahaan maupun

data – data administratif lainnya.

c) Wawancara dengan kepala bagian personalia mengenai

latar belakang perusahaan.

Dari wawancara yang dilakukan dapat diperoleh data

atau informasi mengenai awal mula terjadinya

perusahaan ini.

5) Minggu IV

a) Mempelajari dokumen – dokumen perusahaan.

Penulis mempelajari dokumen – dokumen perusahaan

guna di jadikan reverensi dan penunjang penyusunan

tugas akhir

b) Mengolah data mengenai konstruksi benang.

Setelah data diperoleh melalui pengumpulan data seperti

yang dilakukan penulis pada hari – hari sebelumnya

setelah itu penulis mencoba mengolah dan

menuangkannya ke dalam metode yang di pakai penulis.

(65)

Hal ini dilakukan untuk membuktikan apakah data – data

yang diperoleh dapat diolah atau tidak.

c) Melengkapi data – data yang digunakan sebagai bahan

penelitian.

Disini penulis melengkapi data – data yang sudah di

dapat dari hari – hari sebelumnya guna

menyempurnakan reverensi bahan penyusun tugas

akhir.

d) Ucapan terimakasih.

C. Analisis dan Pembahasan.

PT. Iskandar Indah Printing Textile merupakan perusahaan di

bidang textile dimana perusahaan ini hanya akan melakukan proses

produksi jika ada pesanan dari konsumen saja. Dalam persediaan

bahan baku yang ada di gudang tidak terlalu banyak dan hanya

memperkirakan berapa bahan baku yang harus ada untuk persediaan

tanpa memperhitungkan berapa jumlah yang dibutuhkan untuk setiap

produk. Selain itu perusahaan juga menerapkan zero stock, di mana

tidak ada stock barang jadi di gudang karena seperti ditekankan di

atas bahwa perusahaan ini hanya memproduksi jika ada pesanan saja

dan jumlah kain yang di produksi sama dengan jumlah order.

(66)

dari pada awal bulan januari 2010. Adapun ketentuan konstruksi kain

yaitu dengan menggunakan konstruksi 84.82/40.40 127 cm dan

84.64/40.30 127 cm. Adapun bahan – bahan penyusun kain grey

adalah sebagai berikut :

1. Bahan Baku.

Bahan baku yang digunakan terdiri dari dua jenis benang :

a. Benang Lusi ( katun ) yaitu benang yang berasal dari serat

alami berupa kapas.

b. Benang Pakan ( rayon ) yaitu benang yang berasal dari

serat buatan.

2. Bahan Penolong.

Bahan Penolong atau bahan obat yang digunakan terdiri dari :

a. Cornstarch

Berfungsi untuk melenturkan benang.

b. PVA

Seperti film untuk melapisi bulu – bulu benang.

c. Acrylic

Berfungsi untuk melenturkan benang namun

kelenturannya lebih dari tepung jagung.

d. Wax

Gambar

Gambar I.1. Kerangka Pemikiran
Gambar II.1. Bill of Material (BOM)  Sumber : Nasution ( 2006 : 273 )  c. Inventory Record File
Gambar II.2. Inventori Record File  Sumber  :
Table III.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

C50 lebih digunakan pada pengukuran kualitas pidato, sedangkan C80 digunakan dalam penilaian kualitas ruang untuk fungsi musikal (Kuttruff, 2009). Kejelasan bunyi

Berdiri sekitar bulan Desember 2012, Elevation Records sesungguhnya pertama kali didirikan untuk merilis ulang ( reissue) album kedua Sajama Cut “The Osaka Journals” ke dalam

Membangun perangkat lunak pencarian dokumen untuk. membantu penemuan kembali informasi

Metode ini digunakan untuk memperkirakan nilai data curah hujan yang hilang di stasiun tertentu dengan membandingkan data curah hujan di stasiun lainnya... 2.3.3

Menurut Undang-Undang tentang perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pasal 1 tepatnya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 bahwa Bank Umum adalah bank yang

pada saat bekerja, subjek mudah lelah untuk menyelesaikan tugas pekerjaan yang.

Jenis penelitian ini kualitatif lapangan dengan pendekatan yang digunakan adalah: yuridis, sosiologis, dan norm atif syar‟i. Adapun sumber data penelitian ini adalah sumber data

Metode Istinbath Hukum Imam Abu Hanifah dan Imam Malik bin Anas tentang permasalahan pernikahan tanpa wali dan saksi yakni Metode Istinbath hukum yang dilakukan