• Tidak ada hasil yang ditemukan

c. Peta struktur PMT5 d. Peta struktur PMT6 e. Peta struktur PMT7 f. Peta struktur PMT8

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "c. Peta struktur PMT5 d. Peta struktur PMT6 e. Peta struktur PMT7 f. Peta struktur PMT8"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Gambar III.9 Peta struktur horison 3 sampai horison 8 dengan sesar-sesar utama pembentuk cekungan

a. Peta struktur PMT3

b. Peta struktur PMT4

c. Peta struktur PMT5

d. Peta struktur PMT6

e. Peta struktur PMT7

f. Peta struktur PMT8

m-1 m-1 m-1 m-1 m-1 r-1 r-1 r-1 r-1 r-1 r-2 r-1 r-2 r-2 r-2 r-2 r-2 r-3 r-3 r-3 r-3 r-3 m-2 m-2 m-2 m-2 m-2 m-3 m-3 Tinggi Rendah U U U U U U 5km 5km 5km 5km 5km

(2)

III.3.2 Penafsiran Kinematika Struktur Paleogen

Untuk mengetahui kinematika pergerakan sesar diperlukan marker berupa stratigrafi ataupun sekuen batuan yang sudah ada sebelum terbentuknya struktur. Deformasi pada masa Paleogen umumnya mengakibatkan terbentuknya struktur-struktur sesar normal pada batuan dasar dan Kelompok Pematang dengan arah

strike utara-selatan dan timurlaut-baratdaya. Struktur-struktur baratlaut-tenggara

tidak muncul secara dominan membentuk perbedaaan relief yang tinggi pada Paleogen, namun peran struktur dengan arah ini dominan sebagai sesar transfer. Sesar-sesar berarah timurlaut-baratdaya berkembang dengan pematahan maju (forward breaking). Melihat arah-arah dip sesar-sesar utama yang hampir seluruhnya ke arah timur dan tenggara maka kuat dugaan bahwa net slip pada daerah Sub Cekungan Barumun adalah resultan dari dua arah dip sesar tersebut. Kemungkinan net slip mengikuti arah pergerakan strike slip pada sesar-sesar baratlaut-tenggara (Gambar III.10).

Gambar III.10 Peta struktur pada level interpretasi basement (kiri) mencakup data seismik 2D dan 3D yang menunjukkan pola dan arah-arah

Flexur al Margin Sitangk o shear z one Seism ik 3D

A. Basement structure map B. Pull apart model

Half graben Graben Syn-rift deposit Flexur al Margin Sitangk o shear z one Seism ik 3D

A. Basement structure map B. Pull apart model

Half graben Graben Syn-rift deposit U m1 m2

(3)

Pencarian bukti-bukti dan penafsiran net slip pada Sub Cekungan Barumun dilakukan pada bagian sesar border fault “m1” yang memiliki offset paling besar. Dari pembahasan sebelumnya diketahui Pematang 1-2-3 adalah sedimen pre-rift. Berpegang pada dugaan awal bahwa paket sedimen Pematang 1-2-3 diendapkan sebelum terbentuknya sesar utama “m1”, maka paket sedimen pre-rift ini dapat digunakan sebagai marker yang sangat baik untuk mendetaksi arah pergerakan sesar utama “m1”.

Teknik yang digunakan cukup sederhana, yaitu dengan mencari kesamaan ketebalan dan kemiripan karakter internal refleksi seismik dari paket Pematang 1-2-3 di bagian footwall dengan bagian paket Pematang 1-1-2-3 yang terpotong sesar di bagian hangingwall. Pencarian kesamaan blok footwall dan hangingwall dimulai pada penampang seismik crossline nomor 540 dengan azimuth berarah N156oE, dilanjutkan dengan membuat penampang seismik berputar radial yang berselisih sudut setiap 2 derajat searah jarum jam dan sebaliknya 2 derajat berlawanan arah jarum jam sampai ditemukan kenampakan ketebalan dan karakter seismik paling mirip pada kedua blok sesar.

Dari tujuh belas (17) penampang yang berporos pada tengah sesar “m1” diperoleh hasil bahwa kemiripan paket Pematang 1-2-3 di blok footwall dan

hangingwall yang paling tinggi diperoleh pada penampang seismik dengan azimuth berarah N140oE + 8o. Pada penampang ini diperoleh ketebalan paket Pematang 1-2-3 yang paling mirip dan karakter internal seismik yang paling mendekati antara paket Pematang 1-2-3 pada blok footwall dan hangingwall (Gambar III.11). Jika diukur jarak lateral antara paket di footwall dan paket di

hangingwall yang diperkirakan sebelumnya menyatu, diperoleh jarak pergeseran

lateral minimum yang diketahui sepanjang 3 – 3.3 kilometer mengikuti azimuth berarah N140oE + 8o.

Berdasarkan observasi dan temuan diatas, dapat diketahui bahwa arah pergerakan

net slip dari basement Sub Cekungan Barumun pada saat rifting adalah ke arah

(4)

pergeseran vertikal sepanjang 1000 milidetik (Gambar III.11) kemungkinan setara dengan 1-1,5 kilometer. Menggunakan hukum phytagoras diperkirakan panjang total net slip sebenarnya pada bidang sesar “m1” bisa mencapai 3,5 kilometer.

Melihat gejala ini bahwa sesar utama yang berarah utara selatan ternyata memiliki net slip diagonal ke arah tenggara maka diduga kuat bahwa mekanika pembentukan Sub Cekungan Barumun melibatkan strike slip dengan arah tenggara. Hal ini juga merupakan bukti kuat bahwa pembentukan Sub Cekungan Barumun pada Paleogen sudah melibatkan strike slip.

Penafsiran pembentukan Sub Cekungan Barumun sebenarnya dapat dilakukan dengan lebih baik lagi dengan melakukan palinspatic analysis pada penampang yang sejajar dengan arah net slip. Pada penelitian ini restorasi balance cross

section tidak dilakukan karena batas waktu yang tidak lagi memungkinkan untuk

(5)

Gambar III.11 Teknik pencariaan net slip dengan rotasi penampang seismik. Net slip dari patahan m1 didapatkan pada penampang seismik B dan C. N158oE T. PMT3 Map T. PMT3 N144oE N148oE N126oE T. PMT3 Map T. PMT3 Map T. PMT3 Map T. PMT3 T. PMT3 T. PMT3 m1 m1 m1 m1 A B C D

(6)

III.3.3 Pembuatan Peta Isopach

Untuk membahas tektonostratigrafi akan digunakan peta isopach dari masing-masing interval dikombinasikan dengan penampang vertikal seismik untuk mengetahui peran struktur sesar terhadap penebalan dan penipisan isopach.

Diharapkan penebalan dan atau penipisan pada peta isopach akan menunjukkan sesar-sesar yang aktif mengontrol deposisi. Dengan mengetahui arah sesar dan

dip sesar bisa ditafsirkan arah ekstensi yang berkontribusi membentuk cekungan.

Peta isopach dibuat dengan cara mengurangkan nilai kedalaman horison-horison seismik yang lebih muda terhadap horison-horison seismik yang lebih tua sehingga diperoleh selisih jarak yang mewakili ketabalan interval diantara dua horison tersebut. Gambar III.12 menunjukkan contoh peta isopach dari hasil pengurangan peta struktur Horison Pematang 3, 4, dan 5. Peta-peta tersebut digunakan pada tahap berikutnya sebagai alat bantu penafsiran tektonostratigrafi.

Gambar III.12 Contoh peta isopach interval hasil pengurangan Horison Pematang 3-4 (A) dan Pematang 4-5 (B).

Tipis Tebal U U 5km 5km A B Tipis Tebal

(7)

III.4 Evolusi Sub Cekungan Barumun pada Paleogen

Untuk merekonstruksi evolusi Sub Cekungan Barumun pada masa Paleogen pada saat interval Kelompok Pematang diendapkan dilakukan dengan dua langkah. Langkah pertama adalah melihat hubungan perkembangan cekungan dengan interval stratigrafi atau tektonostratigrafi. Langkah kedua adalah menafsirkan secara lebih detil proses sedimentasi dan konfigurasi lingkungan pengendapan masing-masing interval stratigrafi pada saat interval tersebut diendapkan berdasarkan data seismik dan data sumur.

III.4.1 Tektonostratigrafi Sub Cekungan Barumun

Prosser (1993) mengajukan bahwa secara umum tahap-tahap pembentukan cekungan rifting dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: pre- rift (s1), rift initiation (s2),

rift climax (s3) dan post rift (s4). Saat laju pergerakan pada sesar mencapai

maksimum disebut sebagai rift climax. Pada tahap ini laju sedimentasi lebih rendah dibanding laju subsidence dan laju pembentukan relief sepanjang bidang sesar. Pada cekungan yang tidak terbuka terhadap air laut maka pada rifting maksimum ini dapat dibagi menjadi 3 system tract yaitu :

a. Early rift climax system tract. b. Onset rift cllimax system tract. c. Late rift climax system tract.

Pembagian tahap-tahap pembentukan cekungan diatas dicoba untuk diadopsi pada penelitian ini dengan beberapa perubahan. Sub Cekungan Barumun memiliki ciri khusus seperti yang sudah dibahas sebelumnya yaitu sub cekungan ini memiliki lebih dari satu border fault berbentuk dogleg dan net slip blok

hangingwall ke arah tenggara. Paket-paket sedimen yang sudah dibahas

sebelumnya diteliti lebih lanjut menurut ciri-ciri seismik, litologi, dan urutan posisi-nya terhadap perkembangan cekungan, kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama yaitu pre-rift, syn-rift dan post rift. Di dalam tiga kelompok besar tersebut masih dapat dikenali beberapa sub kelompok yang mencirikan tahap-tahap perkembangan cekungan.

(8)

Pengelompokan secara lebih lengkap adalah sebagai berikut: 1. Pre-rift

2. Syn-Ruft :

a. Rift initiation dan Early Maximum Rift b. Mid Maximum rift

c. Late maximum rift

3. Post Rift :

a. Early post rift b. Late post rift

Pembahasan secara mendetil mengenai karakter masing-masing sekuen perkembangan pembentukan Sub Cekungan Barumun dibahas lebih lanjut dalam sub bab berikut.

III.4.1.1 Sekuen Pre-Rift – Sekuen Pematang 1, 2 dan 3

Sekuen pre-rift pada Sub Cekungan Barumun terlihat dengan jelas dan memiliki ketebalan yang signifikan dengan ciri-ciri sedimen pre rift yang meyakinkan pada refleksi seismik. Untuk itu sekuen pre rift ini dibahas secara tersendiri sebagai satu sekuen sedimentasi.

Karakter seismik dari urutan paket refleksi seismik Pematang 1-2-3 ini secara vertikal adalah paket refleksi beramplitudo kuat dan kontinyu di bawah, paket refleksi amplitudo lemah dengan pola progradasi toplap dan downnlap, dan di bagian atas ditumpangi oleh paket refleksi seismik beramplitudo kuat dan kontinyu. Dengan ketebalan total seluruh paket di bagian footwall antara 300-700 milidetik pada kedalaman rata-rata dibawah 2000 milidetik.

Berdasarkan karakter kontinyuitas refleksi diperkirakan paket ini diendapkan oleh lingkungan sedimentasi yang berenergi rendah, disusul oleh lingkungan dengan energi tinggi dan diakhiri oleh sedimentasi pada lingkungan berenergi rendah.

(9)

Pada penampang seismik baratlaut-tenggara (Gambar III.13) karakter internal reflektor seismik pada paket pre-rift yang sepadan dengan Pematang 1-2-3 ini menunjukkan karakter progradasi toplap dan downlap ke arah tenggara di bagian tengah paket yang memiliki amplitudo rendah. Karakter internal seismik ini mirip dengan karakter internal pada sedimen delta pada penampang dipline. Bagian dasar paket ini, seperti terlihat pada Gambar III.13, mengalami deformasi bersifat kontraksi dengan lipatan rebah dan sesar-sesar naik.

Gambar III.13 A. Penampang seismik inline 454 yang menunjukkan karakter internal sedimen “pre-rift” , dalam arsiran kuning. B. penampang seismik XLN# 650 yang menunjukkan paket Pematang1-2-3 yang lengkap dan paling tebal, terpotong sesar “m1” dan tergeser secara diagonal slip ke arah tenggara.

Perbedaaan gaya struktur ini memunculkan keyakinan bahwa paket sekuen Pematang 1-2-3 adalah paket yang telah diendapkan jauh sebelum rifting pada

Contractional structures SSE Sesar “m1” NNW

A

B

North of Footwall-1

(10)

sebuah cekungan yang lebih tua dan telah mengalami deformasi yang tidak mungkin bersamaan dengan rifting terakhir. Gaya struktur kontraksi pada sedimen pra rifting bertolak belakang dengan gaya struktur ekstensi yang terjadi selama pembentukan Sub Cekungan Barumun.

Bentuk arsitektur cekungan pada saat sebelum dimulainya rifting ditafsirkan sebagai paparan yang relatif luas dengan slope rendah (Gambar III.14). Hal ini ditafsirkan dari karakter seismik pada bagian atas dari sekuen pre-rift yang menunjukkan amplitudo yang kuat dan kontinyu yang mengindikasikan energi pengendapan yang relatif rendah. Bentuk arsitektur cekungan selama pengendapan Pematang 1-2-3, tidak mudah diketahui oleh karena paket sedimen Pematang 1-2-3 telah terdeformasi oleh struktur-struktur sesar pembentuk cekungan.

Gambar III.14 Ilustrasi model Sub Cekungan Barumun sebelum dimulainya

rifting dialasi oleh sekuen Pematang 1-2-3, diperkirakan berada

pada daerah dataran rendah. Lokasi data seismik 3D dalam kotak merah.

(11)
(12)

Secara ringkas bukti-bukti penunjang bahwa Pematang 1, 2 dan 3 adalah pre rift untuk Barumun adalah sebagai berikut:

1. Sedimen Pematang 1, 2, dan 3 melampar melampaui sesar batas terluar dari Sub Cekungan Barumun.

2. Peta isopach dan penampang seismik vertikal tidak menunjukkan pertumbuhan ketebalan paket ini sebagai respon atas pergerakan border

fault.

3. Interval ini didominasi oleh amplitudo reflektor yang kuat di bagian bawah dan atas, kontinyu, dan sejajar dengan basement. Kemungkinan diendapkan pada lingkungan berenergi rendah, sedangkan sedimen

syn-rift di bagian atas cenderung tidak kontinyu dengan kuat amplitudo

bervariasi tergantung posisi dalam cekungan

4. Bagian atas interval Pematang 3 di beberapa blok footwall tampak tererosi akibat pengangkatan oleh rotasi blok-blok sesar, diilustrasikan pada Gambar III.15 bagian kanan bawah.

III.4.1.2 Sekuen Rift Initiation dan Early Maximum Rift Pematang 4

Sekuen inisiasi rifting tidak mudah dikenali dan sulit dipisahkan pada Sub Cekungan Barumun. Paket sedimen rift initiation memiliki ketebalan yang relatif sangat tipis dengan penyebaran sangat terbatas sehingga tidak mudah untuk dipetakan. Oleh karena rekaman rift initiation ini diduga kuat merupakan bagian dasar dari sekuen awal rifting maka sekuen rift initiation ini dibahas menjadi satu dengan kelanjutan sekuen early maximum rift.

Rift Initiation – dasar sekuen Pematang 4

Tahap pembukaan Sub Cekungan Barumun diawali oleh pemotongan sedimen

pre rift dan basement oleh sesar-sesar yang sebagian besar memanjang berarah

utara-selatan. Sesar-sesar utama pembentuk cekungan ini terdiri dari beberapa segmen yang sejajar membentuk pola syntethic sesar tangga. Di bagian utara Sub Cekungan Barumun cenderung berbentuk half graben sedangkan ke arah selatan

(13)

Sebagian sedimen yang terendapkan pada tahap sebelumnya tererosi pada blok sesar yang terangkat tinggi, diilustrasikan dalam model oleh gambar III.16. Pemancungan sekuen Pematang 1-2-3 pada blok-blok sesar yang terotasi dapat dilihat pada beberapa penampang seismik 3D di bagian barat cekungan. Pada tahap ini erosi bagian footwall ataupun daerah drainase cekungan yang terangkat belum berlangsung efektif sehingga cekungan masih kelaparan sedimen.

Gambar III.16 Ilustrasi perkembangan geometri inisiasi rifting sampai awal

rifting maksimum pada sekuen Pematang 4.

Struktur pembentuk cekungan sebelum pengendapan Pematang 4 didominasi oleh peergerakan sesar-sesar strike slip dengan arah baratlaut-tenggara (lihat Gambar III.10). Sesar-sesar berarah utara-selatan terbuka dan membentuk cekungan kecil, beberapa segmen timurlaut-baratdaya bergerak dengan kontak tegas bersama dengan kelompok sesar “m” yang berarah utara-selatan.

Interpretasi pembentukan cekungan diperkirakan merupakan ekstensi yang dipicu oleh pergeseran horisontal pada segmen-segmen strike slip dextral right stepping sesar baratlauttenggara (lihat Gambar III.10) menimbulkan efek ekstensi. Sesar -sesar berarah utara-selatan dan timurlaut-baratdaya tertarik dan membentuk -sesar normal kemudian membentuk ruang akomodasi. Panjang gabungan sesar-sesar

N

Pre-Pematang Unit 4 Structural Model

N N

Pre-Pematang Unit 4 Structural Model Transpresional

anticline

N

Pre-Pematang Unit 4 Structural Model

Transpresional anticline

N N

Pre-Pematang Unit 4 Structural Model

Unit 1.2 &3

N

Early Pematang Unit 4 Deformation

NW-SE Transtentional fault stopped/decreased and changed to more N-S Transtentional faults resulting compression/contraction for NW_SE trending structure

Kisaran & New PSC Team, ASN,260404,

Unit 1.2 &3

N

Early Pematang Unit 4 Deformation

NW-SE Transtentional fault stopped/decreased and changed to more N-S Transtentional faults resulting compression/contraction for NW_SE trending structure

Kisaran & New PSC Team, ASN,260404,

Pematang Unit 3 Erosion at Early Pematang 4 Time

Any uplifted pre-deposited sediments and or basement above the base level of erosion will be eroded and creating erosional sequence boundary.

Unit 1.2 &3

N

Potential erosional line

Kisaran & New PSC Team, ASN,260404,

Pematang Unit 3 Erosion at Early Pematang 4 Time

Any uplifted pre-deposited sediments and or basement above the base level of erosion will be eroded and creating erosional sequence boundary.

Unit 1.2 &3

N N

Potential erosional line Potential erosional line

(14)

pada pembukaan cekungan diperkirakan mencapai lebih dari 30 kilometer memanjang dari utara ke selatan. Ruang akomodasi yang terbentuk pada tahap awal ini tidak dapat langsung terisi oleh sedimen karena pembentukan relief daerah aliran sungai belum terbentuk secara berarti.

Di bagian tengah cekungan, rekaman sedimen inisiasi rifting tidak terekam dengan baik, kemungkinan sebagian besar berada di bawah resolusi seismik. Pada tinggian di bagian barat, baratlaut dan baratdaya terletak pada daerah sesar tangga, dicirikan erosi sedimen pre-rift di bagian footwall oleh pengangkatan akibat rotasi blok-blok sesar.

Di bagian timur cekungan (hinge margin), tinggian terbentuk oleh rotasi blok

hangingwall yang mengangkat basement dan atau paket Pematang 1-2-3 di tepian

timur cekungan, yang kemudian menjadi daerah asal suplai sedimen. Rekaman sedimentasi dari arah timur tampak pada penampang seismik 454 (lihat Gambar III.2 dan III.3) tampak progradasi sekuen Pematang 4. Pada bagian bawah sekuen Pematang 4 di tengah cekungan (lihat Gambar III.2 dan III.3) tampak suatu paket sedimen yang kemungkinan merupakan paket sedimen dari inisiasi rifting. Paket sedimen ini kemudian tenggelam secara cepat oleh tubuh air dan ditumpangi tidak selaras oleh paket bagian atas sekuen Pematang 4. Sangat terbatasnya penyebaran sedimen inisiasi rifting dengan tidak ditemukannya refleksi seismik yang dapat dipetakan, dimungkinkan jika awal pembentukan cekungan dimulai dengan laju subsidence yang lebih tinggi dibanding suplai sedimen.

Suplai material sedimen dari daerah drainase yang masih muda, hanya mampu mengisi bagian-bagian tepi cekungan yang terdiri dari beberapa depresi akibat rotasi blok-blok sesar, sedangkan bagian tengah cekungan diyakini relatif kekurangan suplai sedimen. Gambaran kondisi arsitektur Sub Cekungan Barumun pada awal pengendapan sekuen Pematang 4 digambarkan berupa cekungan yang dalam dengan blok-blok sesar tangga yang terotasi di bagian

(15)

dengan bentuk blok sesar naik yang tererosi. Gambar III.17 memperlihatkan model arsitektur Sub Cekungan Barumun dalam bentuk diagram blok.

Gambar III.17 Ilustrasi arsitektur cekungan pada awal pengendapan sekuen Pematang 4

Sekuen Early maximum rift

Pembukaan Sub Cekungan Barumun berlanjut dengan laju pergerakan sesar

border fault yang lebih tinggi dan mengakibatkan pembentukan ruang akomodasi

yang sangat besar pada saat mulainya pengendapan sekuen Pematang 4. Sesar-sesar yang aktif pada masa ini berarah utara-selatan dengan arah pergerakan diagonal slip. Sedangkan sesar timurlaut-baratdaya mengakomodasi ekstensi dengan arah pergerakan dip slip. Sesar-sesar berarah baratlaut-tenggara berfungsi sebagai sesar-sesar transfer untuk mengakomodasi ekstensi dengan pergerakan

strike slip.

Rekaman seismik menunjukkan dominasi sedimentasi pada tahap ini berasal dari arah hinge margin dan sebagian berasal dari arah sumbu cekungan. Sedimentasi dari arah blok footwall tidak dominan dan hanya mampu mengisi bagian-bagian depresi diantara sesar tangga. Lokasi terdalam pada tahap ini justru ditunjukkan oleh ketebalan sedimen sekuen Pematang 4 yang paling tipis di tengah cekungan

Pematang Unit 4 Paleo-topographic Model

Subsidence, Accommodation Space Forming for Unit 4 Deposition, 2nddeep lake.

Unit 1.2 &3 N

Kisaran & New PSC Team, ASN,260404, Pematang Unit 4 Paleo-topographic Model

Subsidence, Accommodation Space Forming for Unit 4 Deposition, 2nddeep lake.

Unit 1.2 &3 N

N

(16)

seperti tampak pada Gambar III.18. Sekuen Pematang 4 di bagian sumur

Footwall dijumpai sebagai sedimen delta danau sedangkan di bagian terdalam di

muka sesar “m1” sekuen ini menjadi sedimen kipas bawah air atau turbidit.

Flattening pada reflektor seismik yang onlap terhadap sedimen delta di footwall

menuju ke arah cekungan terdalam bisa menjadi indikasi palaeo water depth. Dengan teknik ini diperkirakan kedalaman danau pada titik terdalam saat akhir pengendapan sekuen Pematang 4 antara 250-400 meter. Mempertimbangkan penafsiran tersebut dapat ditafsirkan bahwa prograding downlap di bagian dasar cekungan di muka sesar “m1” bukanlah fan delta pada kedalaman air tersebut diatas. Penafsiran turbidit atau ujung terluar dan terdalam delta (delta toe) atau kipas danau dalam lebih mudah diterima.

Alasan-alasan penafsiran sekuen Pematang 4 adalah sedimen starved basin: 1. Berdasarkan data sumur dan geometri atribut seismik di bagian blok

footwall interval ini diendapkan pada lingkungan delta danau yang

dangkal. Pada bagian hangingwall yang secara struktur lebih dalam refleksi yang sepadan dengannya menunjukkan penipisan ke arah blok

hangingwall dengan berbentuk kipas dan berasosiasi dengan downlap ke

dasar pengendapan di bagian tengah cekungan.

2. Penipisan sekuen Pematang 4 ditemukan justru di depan sesar utama “m1” pada bagian dengan offset sesar yang besar yang membentuk ruang akomodasi maksimum. Fakta ini menunjukkan cekungan yang kelaparan sedimen di bagian tengah cekungan yang mungkin dicirikan oleh

condensed section di bagian tengah cekungan.

3. Ciri-ciri pola log yang mengkasar dan menebal ke atas pada sumur

Footwall-1 menunjukkan awal kondisi pengendapan yang relatif dalam di

bagian footwall kemudian berangsur-angsur mendangkal oleh karena laju sedimen yang meningkat. Di bagian blok hangingwall pada saat yang sama bahkan belum menerima suplai sedimen.

(17)

Early rift climax system tract dicirikan oleh agradasi sedimen yang berasal dari

blok footwall, offlap dan progradasi material sedimen yang berasal dari

hangingwall (Prosser, 1993). Pada penampang seismik, jejak sistem awal rifting

maksimum idealnya dapat dibedakan dari jejak sistem inisiasi rifting dibawahnya oleh adanya permukaan downlap. Ciri-ciri tersebut berasosiasi dengan agradasi reflektor didekat footwall dan progradasi serta offlap dari hangingwall .

Dari peta isopach Pematang 4 (Gambar III.18) dan data penampang seismik (lihat Gambar III.2) paket sedimen Pematang 4 merupakan paket sedimen yang memiliki ciri-ciri yang disebutkan diatas. Paket ini dicirikan oleh subsidence yang sangat tinggi dengan suplai sedimen kecil ditunjukkan oleh minimnya ketebalan sedimen di muka border fault yang justru menyediakan ruang akomodasi sedimen paling besar namun tidak memiliki rekaman sedimen yang setebal ruang akomodasi.

Karakter tipisnya sedimen dimuka border fault menunjukkan karakter cekungan yang lapar akan sedimen. Suplai sedimen berasal dari bagian tepian cekungan di bagian barat, sepanjang sumbu cekungan dan bagian timur di cekungan dari arah tepian cekungan . Bagian tengah cekungan tidak cukup mendapat suplai sedimen sehingga ruang akomodasi yang ada tidak terisi dan tetap ada sampai deformasi setelahnya di Pematang 5. Sesar utama ter-reaktifasi kembali pada Pematang 5 sehingga ruang akomodasi bertambah menjadi sangat besar dan karena suplai sedimen yang mulai tinggi pada waktu Pematang 5 maka rekaman stratigrafi sangat tebal.

(18)

Gambar

Gambar III.9 Peta struktur horison  3 sampai horison  8 dengan sesar-sesar  utama pembentuk cekungan
Gambar III.10 Peta struktur pada level interpretasi basement (kiri) mencakup  data seismik 2D dan 3D yang menunjukkan pola dan arah-arah
Gambar III.11  Teknik pencariaan net slip dengan rotasi penampang seismik.
Gambar III.12 Contoh peta isopach interval hasil pengurangan Horison                                             Pematang 3-4 (A) dan Pematang 4-5 (B)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Menyimak permasalahan di atas, sudah selayaknya dosen dapat mengembangkan materi pembelajaran Fiqih yang ada supaya lebih bermakna bagi mahasiswa dan bisa

Untuk perancangan unified modeling language, dilakukan dengan merujuk pada business model canvas yang terdapat di dalam blok channels, sehingga unified modeling

While forward contracts and over-the-counter options are customized private contracts between parties with a presence of default risk, futures contracts have the least risk

From the reasons above, the researcher is motivated to analyze The Logico-Semantic Relation of Clause Complexes in the Abstract of Final Project by English

die Schuhbürste die Schuhbürsten sikat sepatu die Schuhcreme die Schuhcremen semir sepatu die Schuhgröße die Schuhgrößen ukuran sepatu der Schuhlöffel die Schuhlöffel sendok

There are some insightful discussions related to infrastructure, resilience, construction and sustainability, including climate change impacts on urban areas and

berdasarkan penelitian Transformasi Untuk Keadilan pada tahun 2013 perkebunan kelapa sawit di Indonesia hanya dikuasai oleh 25 grup, di mana Grup Sinar Mas menguasai lahan

hasrat id atau ego yang sesungguhnya (dalam bahasan Freud sendiri hasrat asali manusia adalah hasrat seks. Si anak yang mempunyai keinginan untuk menguasai sang