• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian

Deskripsi sesi:

Penelitian selalu diawali dengan perumusan masalah dan penetapan tujuan yang ingin

dicapai pada akhir sebuah proses penelitian. Oleh karena penelitian bisnis berorientasi

pada pengambilan keputusan manajemen, maka perumusan masalah dan tujuan

penelitian berawal dari masalah manajemen yang dihadapi oleh lembaga rumah sakit.

Masalah manajemen perlu didiagnosis secara cermat, bukan hanya dikenali tanda dan

gejalanya saja. Analogi proses ini adalah pada penetapan diagnosis penyakit. Dengan

mengenali keluhan pasien dan identifikasi tanda-tanda yang ditemukan, maka dapat

ditegakkan diagnosis penyakit. Dalam setiap penelitian, proses ini memerlukan

pemahaman akan masalah manajemen yang komprehensif serta membutuhkan

judgement dari pihak manajemen rumah sakit.

Tujuan sesi:

Setelah mempelajari materi ini, diharapkan mahasiswa mampu:

1. Memahami perbedaan masalah manajemen dan masalah penelitian

2. Melakukan critical appraisal untuk masalah dan tujuan penelitian

Materi pembelajaran:

1. Hand-out perumusan masalah dan tujuan penelitian

2. Bahan bacaan:

a. Contoh bab 1 tesis di MMR

b. Cooper DR and Emory CW. 1996. Metode Penelitian Bisnis. Jilid 1, Edisi

kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga; halaman 53-65.

(2)

MENETAPKAN FAKTA DAN MASALAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN

Sesi ini membahas mengenai tiga konsep utama, yaitu fakta, masalah dan masalah penelitian. Ketiganya perlu dipahami secara jelas sehingga perumusan masalah penelitiannya dapat diterima dan layak diteliti. Langkah ini merupakan langkah yang paling utama, sekaligus paling sulit dalam sebuah penelitian.

II. FAKTA, MASALAH DAN MASALAH PENELITIAN

Terdapat berbagai macam definisi masalah. Pokras secara umum mendefinisikan bahwa masalah merupakan dilema tanpa jalan keluar yang tampak, keadaan yang tidak menyenangkan tanpa masalah, atau sebuah pertanyaan yang tidak dapat segera terjawab. Sedangkan WHO lebih melihatnya dari segi kesenjangan antara yang seharusnya terjadi dengan yang sesungguhnya terjadi. Menurut WHO "problems are the unintended and unsatisfactory

situations -something going wrong, some deviation from the expected standard -which prevent the achievement of objectives".

Untuk masalah penelitian, Kerlinger (1973) dan Rossi (1993) mendefinisikan masalah sebagai hubungan antara 2 variabel atau lebih (atau hubungan antara 2 fakta atau lebih). Sebagai contoh, terdapat fakta bahwa sebagian besar mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran bertempat tinggal jauh dari kampus. Apakah ini merupakan masalah? Jawabannya adalah belum tentu hal ini menjadi masalah, apabila mereka mempunyai sarana transportasi yang memadai atau memiliki sumber dana yang memadai untuk transportasi ke kampus. Namun demikian, fakta tersebut dapat menjadi masalah apabila dikaitkan dengan fakta lain, yaitu bahwa angka absensi mahasiswa pada setiap perkuliahan yang dilaksanakan pada pukul 07.00 pagi rendah. Dengan demikian, terdapat 2 fakta (atau lebih) yang dikaitkan, yaitu jarak antara tempat tinggal ke kampus serta absensi kuliah pagi hari.

Contoh lain, seorang peneliti memperoleh fakta bahwa rumah sakit Aditama belum memiliki rencana stratejik rumah sakit. Apakah hal ini merupakan masalah? Hal ini dapat menjadi masalah apabila dikaitkan dengan kondisi ideal (yaitu idealnya setiap rumah sakit memiliki rencana stratejik) atau dikaitkan dengan fakta lain seperti halnya kelangsungan hidup rumah sakit. Sebaliknya dalam dokumen yang diterbitkan oleh rumah sakit, terdapat fakta bahwa tidak Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 2

(3)

ada keluhan pasien di RS Mediterania. Dalam melihat fakta tersebut seolah-olah tidak ada masalah di rumah sakit tersebut. Akan tetapi ketika digali fakta-fakta lain, ternyata tidak adanya keluhan pasien tersebut justru merupakan masalah oleh karena rumah sakit tidak mempunyai sistem untuk mendeteksi keluhan pasien.

Menurut Kerlinger (1973), masalah penelitian seharusnya dirumuskan dalam suatu kalimat interogratif dan terdapat 3 ciri bagi perumusan masalah yang baik:

(1) menanyakan hubungan antara 2 variabel atau lebih; (2) diungkapkan secara jelas; dan

(3) mengandung implikasi kemungkinan untuk diuji secara empirik. Tabel 2. Perumusan masalah penelitian dan hipotesis (Rossi, 1993)

MASALAH

HIPOTESIS

Apakah fakta A berkaitan dengan Fakta B?

Semakin tinggi/rendah X, maka semakin tinggi/rendah Y.

Ada hubungan yang kuat antara X dan Y Bagaimana fakta A berkaitan dengan

fakta B?

Ada hubungan yang kuat antara X dan Y melalui Z

Ada hubungan yang kuat antara X dan Y dengan mengendalikan Z

Bila fakta A dimanipulasi apakah fakta B akan terpengaruh?

Subyek-subyek yang mendapat X1 akan menunjukkan O yang lebih tinggi/rendah dibanding dengan subyek-subyek yang mendapat XO

Bila kita melihat penjelasan di atas maka perumusan masalah selalu didasari atas fakta-fakta. Masalah ditetapkan berdasarkan beberapa fakta, yang kemudian dianalisis sehingga teridentifikasi masalahnya. Analoginya, seorang pasien menderita batuk dan pilek (fakta, simtom), maka masalahnya adalah infeksi saluran pernafasan akut (masalah, diagnosis).

Pada menulis latar belakang, maka berbagai fakta-fakta dipaparkan dan dimanfaatkan untuk merumuskan masalah penelitian. Permasalahan yang akan dipecahkan melalui penelitian tentu saja merupakan sebuah masalah yang sulit dipahami atau dipecahkan tanpa proses penelitian. Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 3

(4)

Contohnya masyarakat miskin yang tidak dapat menjalani operasi jantung bukan merupakan masalah penelitian oleh karenanya masalahnya sudah jelas, yaitu tidak adanya sumber dana. Selain itu masalah yang akan dipecahkan pada sebuah penelitian haruslah fokus pada sebuah bidang tertentu bukan merupakan masalah yang luas dan umum. Salah satu kiat atau strategi termudah yang bisa kita lakukan untuk menentukan fakta dan data yang sesuai adalah dengan cara membuat list of true problems.

Diskusikan kasus berikut ini dalam kelompok dan gunakan lembar kerja berikut

KASUS 1: THE FISHING TRIP

Kelompok ini memutuskan untuk berlibur bersama ke Bali Utara sebelum wisuda. Dua

minggu lagi sudah wisuda, oleh karenanya liburan ini dirancang agar bisa relaks dan

untuk menikmati hari-hari terakhir sebelum bekerja penuh kembali dengan menyandang

gelar MKes. Liburan dirancang selama 2 hari dengan pergi ke sebuah pulau di Bali

Utara.

Kelompok ini menyewa perahu bermotor sepanjang 6 meter yang dilengkapi dengan

peralatan memancing. Kegiatan utama yang direncanakan selama liburan adalah

memancing, dan menginap semalam di pulau tersebut. Perahu tersebut dilengkapi pula

dengan radio komunikasi, peralatan camping, serta beberapa peralatan untuk safety.

Kelompok berangkat dengan kondisi cuaca yang sangat cerah. Namun demikian, pada

sore harinya tiba-tiba angin mulai bertiup kencang, menjadi badai dan

mengombang-ambingkan perahu. Hingga akhirnya perahu terdampar dan terdapat lubang pada

perahu. Sialnya, beberapa peralatan dalam perahu pun ikut hanyut Setelah terdampar,

kelompok mulai berusaha mencari posisi mereka saat itu. Ternyata mereka terdampar

di sebuah pulau kecil, 100 km dari pulau yang dihuni yang semula dituju.

(5)

Di pulau kecil tersebut hanya ada tanaman-tanaman perdu dan tidak ada air bersih. Dari

ramalan cuaca, diberitakan cuaca akan panas dan kering, dengan suhu 38 derajat,

tidak ada badai sampai dengan akhir minggu.

Keluarga dan teman-teman berharap kelompok ini akan kembali 2 hari lagi serta akan

menjemput di tempat yang telah disepakati. Mereka tentunya akan melaporkan apabila

tidak menjumpai kelompok pada hari tersebut. Meskipun melapor, akan tetapi butuh

beberapa hari untuk dapat menemukan peragu tersebut.

Berikut adalah barang-barang yang tersisa di perahu:

Senter

Jaket anti angin dan hujan

Sleeping bag

Tongkat pemukul

5 lt Cocacola

Pisau

5 lt galon air

Kompas

Radio komunikasi

Kotak P3K

Tenda dan peralatan untuk pendirian tenda

Identifikasi fakta-fakta dan masalah pada kasus tersebut

(6)

Rumuskan masalahnya (True Problem, Diagnosis masalah)

III. MENGIDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN

Menurut Sigit (1992) sebelum merumuskan masalah untuk penelitian hendaknya difahami bahwa masalah itu:

• Mengundang dilakukan dan diarahkannya penelitian

• Mengenai sesuatu bidang yang khusus, bukan bersifat umum • Tidak menimbulkan bermacam-macam tafsir

• Jelas batas-batasnya

• Ada konteksnya, artinya masalah itu tidak dalam keadaan vakum. Jadi masalah bersifat konkrit, dan ada datanya yang dapat dikumpulkan.

• Istilah-istilahnya jelas.

Dengan demikian, penelitian yang dilakukan dapat dilaksanakan dalam waktu yang layak dan biaya yang wajar.

(7)

Dalam merumuskan masalahnya, seorang mahasiswa yang sedang mempersiapkan penyusunan penelitian hendaknya mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini kepada dirinya sendiri untuk mengevaluasi masalah penelitian yang dipilih:

• Apakah masalah yang akan dirumuskan itu layak untuk dijadikan alasan dilakukannya penelitian?

• Apakah masalah yang akan dirumuskan itu bukannya merupakan masalah yang setiap orang sudah tahu cara pemecahannya?

• Apakah masalah yang akan dirumuskan itu ada datanya, dan apabila ada dapatkah dianalisis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau memecahkan masalahnya?

IV. METODE MENCARI FAKTA DAN MERUMUSKAN MASALAH

Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis. Untuk mengawalinya, maka langkah yang utama adalah merumuskan masalah penelitiannya secara tepat. Masalah penelitian harus diyakinkan justifikasinya mengapa masalah tersebut penting dan layak untuk diteliti, serta mempunyai manfaat praktis maupun teoritis. Untuk itu, masalah perlu didukung dengan fakta-fakta yang relevan. Fakta-fakta-fakta awal harus dikumpulkan untuk dirumuskan melalui proses

pengumpulan data awal yang sistematis. Kegiatan ini dilakukan dalam langkah pertama

penelitian, yang seringkali memuat studi pendahuluan. Tujuan studi pendahuluan adalah mengumpulkan fakta-fakta dan merumuskan masalah penelitian dengan tepat.

Fakta-fakta dapat dikumpulkan melalui pengumpulan data sekunder, yaitu data yang telah tersedia sebelumnya. Data sekunder ini dapat berskala nasional ataupun tersedia di organisasi setempat. Contoh data yang berskala nasional adalah data yang dikumpulkan pada Survei Kesehatan dan Rumah Tangga, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, Survei Sosial Ekonomi Nasional dan sebagainya. Data sekunder yang tersedia di suatu rumah sakit atau Puskesmas, misalnya data kunjungan pasien rawat jalan, data kunjungan pasien rawat inap, lama pasien dirawat inap, dan sebagainya, merupakan contoh data berskala lokal. Pengumpulan data sekunder dapat pula berasal dari laporan-laporan penelitian sebelumnya (studi kepustakaan).

Selain pengumpulan data sekunder, fakta dapat diperoleh pula melalui pengumpulan data primer, baik secara kuantitatif dengan melakukan survei pendahuluan atau menyebarkan angket maupun secara kualitatif dengan melakukan wawancara dengan beberapa responden, Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 7

(8)

wawancara dengan pakar, diskusi dengan sekelompok orang ataupun melakukan pengamatan (observasi). Terkadang data primer dapat dilacak berasal dari data sekunder, misalnya untuk menemukan pasien Tuberkulosis, maka dicari register TB di rumah sakit untuk kemudian dilakukan wawancara pendahuluan.

Teknik pengumpulan fakta-fakta secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 cara : Secara kuantitatif :

1. Kuesioner: dapat diisi secara self-administered (diisi secara mandiri oleh responden), dapat pula diwawancarakan oleh surveyor dengan tatap muka langsung, atau dapat pula diwawancarakan oleh surveyor melalui telepon (telephone survey). Kuesioner dapat berisi pertanyaan tertutup (yaitu pertanyaan dengan pilihan-pilihan jawaban yang telah disediakan) dan pertanyaan terbuka (yaitu tanpa pilihan jawaban, sehingga responden bebas berpendapat).

2. Pengukuran dengan alat ukur tertentu seperti pengukuran Hb, pengukuran infeksi nosokomial, dll

Secara kualitatif :

1. Wawancara terbuka dengan responden, dengan pertanyaan terbuka dan jawaban berupa deskripsi atau narasi.

2. Observasi: langsung ataupun tidak langsung, partisipasi maupun non-partisipasi. 3. Diskusi kelompok terarah

4. Studi dokumen/studi pustaka

5. Metode proyektif (visualisasi) untuk melihat persepsi fenomena tertentu, misalnya diminta menggambar alat reproduksi, membuat skema pengambilan keputusan, membuat ranking, dan sebagainya. Intinya responden diminta untuk menvisualisasikan persepsinya.

(9)

Secara ringkas dalam bentuk bagan adalah sebagai berikut:

Metoda Pengumpulan Data

Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 9

Data Primer Kuesioner Observasi Interview Non-Partisipasi Non-Terstruktur Terstruktur Collective Questioner Mailed Questioner Diskusi Kelompok Partisipasi Dokumen Data Sekunder

Contoh-contoh fakta dan masalah:

Dalam penelitian tentang kejadian medical error yang paling sering terjadi adalah prescribing

error. Fakta dalam penelitian tersebut adalah:

• Terdapat kejadian prescribing error yang cukup tinggi di rumahsakit • Prescribing dapat dilakukan secara manual ataupun on line.

Masalah penelitiannya adalah apakah prescribing on line dapat menekan kejadian prescribing

error?

V. DAFTAR PUSTAKA

Kerlinger FN. Foundation of Behavioral Research. 2 nd ed. New York, Holt, Rinehart, and Winston

Inc; 1973

Gambar

Tabel 2. Perumusan masalah penelitian dan hipotesis (Rossi, 1993)

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu hal lain yang ingin dicapai adalah tersedianya pemetaan pegawai terutama yang terkait dengan kompetensi pegawai yang dapat dimonitor dan diupdate setiap saat oleh

Pada penelitian ini menggunakan simulasi transient tiga dimensi untuk melihat pola pelelehan dan melting time dari PCM.. Pressure discretitation yang digunakan adalah

Artikel ini merupakan bagian dari Penelitian Tindakan Kelas. Penulisan artikel ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kemampuan guru dalam mengenalkan kosakata bahasa Inggris

dengan orientasi rumah menghadap jalan saling berhadapan dengan pintu masuk rumah menghadap jalan merupakan bentuk pola permukiman yang paling kuat interaksi sosial,

Pengertian tauhid Asma  (mengesakan Tuhan dengan asma -Nya) yang dimaksud oleh Syaikh Nafis al-Banjari pada intinya menyatakan bahwa semua asma  yang ada di dalam alam

Kedua, kebutuhan yang dipandang perlu dila- kukan sebagai solusi dari masalah-masalah di atas adalah sebagai berikut: (1) guru perlu memberi ke- sempatan siswa

Wijaya, Lanni : "Identifikasi dan Penetapan Kadar Zat Warna Merah dalam Dawet yang Dijual di Sepanjang Jalan "X" Secara KLT-Densitometri. Untuk uji

Konsentrasi Kollicoat Protect dan macam pelarut berpengaruh terhadap kekerasan, kerapuhan, waktu hancur tablet, dan pertambahan bobot tablet salut film ekstrak