• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FRAKSI VOLUME SERAT PELEPAH GEBANG (CORYPHA UTAN LAMARCK) TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKUATAN IMPAK PADA KOMPOSIT BERMATRIK EPOKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH FRAKSI VOLUME SERAT PELEPAH GEBANG (CORYPHA UTAN LAMARCK) TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKUATAN IMPAK PADA KOMPOSIT BERMATRIK EPOKSI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH FRAKSI VOLUME SERAT PELEPAH GEBANG (CORYPHA UTAN LAMARCK) TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKUATAN IMPAK

PADA KOMPOSIT BERMATRIK EPOKSI

Jufra Daud Johanis Abanat 1) Anindito Purnowidodo 2 Yudi Surya Irawan 3) ABSTRAK

Pohon gebang (Corypha Utan Lamarck) merupakan satu dari sekian banyak jenis flora di Indonesia yang belum dimanfaatkan secara optimal. Pada pelepah daun gebang memiliki serat yang belum banyak dikembangkan dari sisi teknik. Untuk itu dalam penelitian ini digunakan serat pelepah gebang sebagai alternatif bahan penguat pada komposit bermatrik epoksi untuk diaplikasikan pada badan perahu, interior perahu dan juga untuk helm. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik dan kekuatan impak material sesuai dengan kebutuhan aplikasi.

Penelitian ini diberlakukan pada komposit epoksi yang diperkuat serat pelepah gebang. Sebelum digunakan serat tunggal pelepah gebang yang masih murni diuji kekuatan tariknya dan diperoleh data sebesar 182,24 MPa. Kemudian dilakukan pengujian juga terhadap serat tunggal yang diberi perlakuan alkali NaOH 5% selama 2 jam dan diperoleh kekuatan tarik maksimum sebesar 212,29 MPa.

Berdasarkan data awal tersebut maka pembuatan spesimen komposit ini menggunakan serat dengan perlakuan alkali NaOH 5% selama 2 jam. Variasi fraksi volume seratnya adalah O%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60% dan 70%. Spesimen uji tarik berdasarkan standart ASTM D638-3 dan spesimen uji impak berdasarkan standart ISO 179-01. Dari hasil pengujian diperoleh kekuatan tarik komposit meningkat seiring dengan pertambahan fraksi volume serat hingga 70% yaitu 51,993 MPa. Kekuatan impak juga mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan fraksi volume serat sampai 70% yaitu 6,953 J.

Kata Kunci : Komposit epoksi, Kekuatan tarik, kekuatan impak, serat pelepah, fraksi volume

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pohon gebang (Corypha Utan Lamarck) merupakan jenis palma yang sangat bermanfaat dalam menunjang kehidupan manusia. Sekalipun masih berstatus liar dimata masyarakat dan tumbuh menjadi hutan kawasan, namun potensinya yang cukup besar tanpa disadari telah dimanfaatkan oleh masyarakat NTT khususnya dan Indonesia umumnya seperti; bahan bangunan, makanan, minuman, peralatan rumah tangga, kerajinan, ramuan obat-obatan. (Naiola et al., 1992; Sumiasri, 1992).

Alasan pemilihan serat pelepah gebang sebagai bahan baku komposit adalah karena murah, mudah diperolah dalam jumlah banyak. Berdasarkan data yang dilaporkan Ditjennak (2007) bahwa luas padang penggembalaan alam di Pulau Timor adalah 24.382.04 ha dan diperkirakan sekitar 5 – 10% dari luasan tersebut ditumbuhi pohon gebang. Karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan kegunaan pohon gebang adalah memanfaatkan pelepah gebang sebagai bahan baku komposit yang diharapkan dapat diaplikasikan pada berbagai industri.

(2)

2

Penelitian ini dititik beratkan untuk meneliti kekuatan tarik dan kekuatan impak material yaitu untuk mengetahui sifat mekaniknya sesuai dengan aplikasi yang diinginkan. Arah dan proyeksi aplikasi dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan material baru yang nantinya dapat bermanfaat sebagai alternatif untuk pembuatan berbagai komponen seperti: badan perahu berbasis polimer, cangkang helm, dan material peredam lainnya. 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : Bagaimana pengaruh variasi fraksi volume terhadap sifat mekanik (kekuatan tarik dan kekuatan impak) komposit bermatrik epoksi yang diperkuat serat pelepah gebang. 1.3. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini batasan masalah yang diteliti, yaitu :

a. Komposit yang dibuat menggunakan epoksi sebagai matrik pengikat dan serat pelepah gebang sebagai penguat.

b. Susunan serat berbentuk panjang dengan susunan searah

c. Pengujian sifat mekanik hanya pada kekuatan tarik dan kekuatan impak. 1.4.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini yaitu:

a. Untuk mengetahui kekuatan serat pelepah gebang sehingga dapat dibandingkan dengan kekuatan serat alam lain yang sudah diteliti.

b. Untuk mengetahui nilai maksimal variasi fraksi volume serat pelepah gebang terhadap nilai kekuatan tarik dan kekuatan impak komposit bermatrik epoksi dengan serat pelepah gebang sebagai penguat.

1.5. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai berikut:

a. Untuk memperoleh bahan serat alam sebagai alternatif pengganti serat sintetis yang terkenal mahal dan tidak ramah lingkungan.

b. Memperoleh material teknik yang labih baik, kuat, murah dan mudah diperoleh. c. Untuk dijadikan bahan referensi dan informasi awal dalam pembuatan produk

komposit berpenguat serat alami. II. KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Sebelumnya

Kurnia, Subyakto dan Beth (2008) meneliti tentang sifat fisik dan mekanik batang gewang (Corypha utan Lamarck) dari Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini bertujuan mengetahui sifat fisik yaitu kerapatan, daya serap air dan penyusutan pada arah tebal dan panjang, selain itu sifat mekanik yaitu modulus of elasticity (MOE), modulus of rupture

(MOR) dan keteguhan tekan sejajar serat dari batang gewang. Batang atas memiliki

kerapatan rata-rata yaitu antara 0,97 ~ 0,10 g/cm3, daya serap air pada batang berkisar antara 10,7 ~ 213,7% dan ke arah tebal penyusutan 5,4 ~ 1,9% dan ke arah panjang berkisar 2,6 ~ 0,1%. Sifat mekanik (MOE), untuk batang atas (92459~2716 kgf/cm2), tengah (34069~930 kgf/cm2), bawah (57741~1166 kgf/cm2) dan nilai rata-rata MOE dengan kisaran antara (490~92459 kgf/cm2). Nilai rata-rata moduluf of rupture (MOR) cenderung sama yaitu batang atas (899~54 kgf/cm2), bawah (625~24 kgf/cm2) dan tengah (330~37 kgf/cm2). Nilai keteguhan tekan sejajar serat adalah batang atas (446~84 kgf/cm2), bawah (351~9 kgf/cm2) dan tengah (231~13 kgf/cm2). Disimpulkan bahwa daya

(3)

3

serap air berbanding lurus dengan penyusutan dan berbading terbalik terhadap kerapatan batang gebang.

Basuki (2008) meneliti tentang analisa sifat mekanik komposit epoksi dengan penguat serat pohon aren (ijuk) model lamina berorientasi sudut acak (random). Dari hasil pengujian diperoleh nilai kekuatan tarik rata-rata pada komposisi berat serat 20% dan 30% berturut-turut 2,577 kg/mm2 dan 2,251 kg/mm2, lebih menurun dibandingkan dengan komposisi 100% yaitu 3,687 kg/mm2. Pada komposisi berat serat 40%, 50% dan 60% kekuatan tarik rata-rata cenderung meningkat dibanding 100% epoksi yaitu 5,128 kg/mm2, 3,921 kg/mm2 dan 3,762 kg/mm2. Sedangkan pada uji impak terjadi kenaikan dan penurunan energi impak dari fraksi berat serat 20%-60%, sehingga yang memiliki energi impak tertinggi adalah 40% yaitu 11,132 joule/mm2.

2.2. Tinjauan Tentang Tanaman Gebang

Pohon Gebang (Corypha utan lamarck) adalah sejenis tanaman palma, tinggi besar dari daerah dataran rendah. Pohon ini juga dikenal dengan nama-nama lain seperti

gabang (Dayak Ngaju), gewang (Timor NTT), pucuk (Betawi), pocok (Madura), ibus (Batak), silar (Minahasa) dan lain-lain. Palma ini timbuh menyebar di dataran rendah hingga

ketinggian sekitar 400 m di atas permukan laut. Gebang menyukai padang rumput terbuka, aliran sungai, tepi rawa, dan kadang-kadang tumbuh pula di wilayah berbukit. (Gebang Wikipediah 2011).

Berdasarkan data dari Balai Tanaman Nasional Alas Purwo (BTNAP 2010), dapat dilihat secara lengkap spesifikasi dari pohon gebang seperti berikut;

Chorypha Utan Lamarck (Gebang)

Klasifikasi : Kingdom: Plantae Divisi : Magnoliphyta Kelas : Liliopsida Ordo : Arecales Family : Arecaceae Genus : Corypha Species : Corypha Utan Lamarck

Gambar 1. Poghon Gebang 2.3. Pengenalan Komposit

2.3.1.Pengertian Komposit

Komposit adalah struktur dalam skala makro atau mikro yang dibuat dari bahan-bahan yang berbeda, ciri-cirinya pun tetap terbawa setelah komponen terbentuk

(4)

4

sepenuhnya. Karena itu selalu ada antarmuka diantara dua bahan, dan sifat-sifat antarmuka ini mempunyai pengaruh yang jelas terhadap sifat-sifat komposit (John, 2009). Ada pendapat lain tentang komposit yaitu paduan dari dua atau lebih material untuk mendapatkan material baru dengan sifat-sifat tertentu sesuai yang diinginkan, baik dari sifat mekanik maupun sifat ketahanan terhadap korosi (Ary, 2006).

2.3.2. Unsur Penyusun Komposit

Pada umumnya ada dua unsur pembentuk komposit yaitu serat (fiber) sebagai bahan penguat dan resin sebagai bahan pengikat.

1. Serat

Ada banyak jenis serat baik serat alam maupun serat sintetis. Serat alam yang utama adalah kapas, wol, sutra dan rami (hemp), sedangkan serat sintetis adalah rayon, polyester, akril dan nilon. Masih banyak jenis serat yang dibuat untuk menjawab berbagai keperluan, sedangkan yang disebut di atas adalah jenis serat yang paling umum dikenal. Setiap serat sintetis terdiri dari rantai polimer, dan kebanyakan merupakan polimer berkristal. Oleh karena itu sifat kimianya tergantung pada struktur rantai polimer tersebut. Sedangkan serat alam terbentuk dari tiga unsur besar yang terkandung juga di alam yaitu serat tumbuhan, serat binatang dan serat galian/mineral. ( Tata dan Shinroku, 1995).

Komposit dengan penguat serat (fibrous composite) sangat efektif, karena bahan dalam bentuk serat jauh lebih kuat dan kaku dibanding bahan yang sama dalam bentuk padat (bulk).

2. Matrik / Resin

Syarat utama yang harus dimiliki oleh bahan matrik adalah harus dapat meneruskan beban. Oleh karena itu, serat harus dapat melekat pada matrik secara

chemical bond dan kompatibel antara serat dan matrik ( tidak ada reaksi kimia yang

mengganggu ). Berdasarkan karakteristik termalnya matrik dapat dibagi dua yaitu matrik thermosetting dan matrik termoplastik. Ada dua macam resin thermosetting yang banyak

digunakan saat ini, yaitu epoxy dan polyester.

(http://wahyuandfriends.blogspot.com/2010/11/pengertian-komposit.html,05 Januari 2012).

Tidak ada bahan yang dapat memenuhi semua persyaratan di atas tetapi pada saat ini paling banyak dipakai adalah polyester tak jenuh (Tata dan Shinroku, 1995). 2.4. Pembuatan Komposit

2.4.1. Metode Pembuatan Komposit

Secara umum ada 2 jenis proses pencetakan dalam pembuatan komposit yaitu proses cetakan terbuka (Open-Mold Process) dan Proses Cetakan Tertutup (Closed mold

Processes) dan pembuatan komposit pada penelitian ini akan menggunakan proses

cetakan terbuka (Open-Mold Process). Dimana matrik dituangkan diatas serat didalam rongga cetakan seperti (Gambar 2) dengan cara manual. Matrik langsung berkontak dengan udara, biasanya proses pencetakan dilakukan pada temperatur kamar.

(5)

5

Gambar 2. Proses Pencetakan dengan Contact Molding/Hand Lay-Up (Smith, 1996) 2.4.2. Proses Pembuatan Komposit

Proses pembuatan komposit yang paling umum dipakai adalah (mattew and Rowling,1994):

a. Pembuatan secara fasa padat yaitu dengan mencampurkan pengikat dan penguat dalam keadaan padat kemudian ditekan dalam keadaan panas.

b. Pembuatan secara fasa cair yaitu: mencamapurkan pengikat yang telah cair dan penguat yang padat dengan pengadukan manual

c. Deposition yaitu menyemprotkan penguat pada pengikat yang telah cair kemudian

membentuk butir-butir cairan dan penguat juga disemprotkan ke butir-butir cairan tersebut sehingga terbentuk campuaran yang merata.

d. Proses in situ yaitu mencampurkan pengikat padat dengan penguat menggunakan

kumparan induksi yang bergerak pada tempat tertentu. 2.5. Karakteristik Material Komposit

Salah satu faktor penting dalam menentukan karakteristik material komposit adalah kandungan atau persentase antara matrik dan serat. Sebelum melakukan cetakan komposit terlebih dahulu dilakukan penghitungan volume komposit (Vc), volume serat (Vserat), massa serat, dan massa matrik.

- Volume Komposit (Vc):

t

l

p

V

c

.

.

………(2.1) dengan : Vc = volume komposit (cm3) p = panjang komposit (cm) l = lebar komposit (cm)\ t = tebal komposit (cm) - Volume fraksi serat (Vf):

c f f

V

v

V

………..(2.2) dengan:

Vf = fraksi volume serat (%) Vf = volume serat (cm3)

(6)

6 c m m

V

v

V

……….(2.3) dengan :

Vm = fraksi volume serat (%) Vm = volume matrik (cm3) - Densitas Serat ( ρf) f f f

v

m

………(2.4) dengan:

ρf = masa jenis serat (gram/ mm3) mf = massa serat (gram)

vf = volume serat (mm3) - Densitas Matrik (ρm) m m m

v

m

………(2.5) dengan :

ρm = densitas matrik (gram/mm3) vm = volume matik (mm3) mm = massa matrik (gram) III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode “true exsperimental research” yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan saling keterkaitan sebab-akibat, dengan cara memberikan kepada satu atau lebih kelompok eksperimantal dengan satu atau lebih kondisi perlakuan kemudian membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok control yang tidak di kenai kondisi perlakuan.

Dalam penelitian ini penulis ingin memanfaatkan serat pelepah gebang sebagai bahan alternatif penguat komposit, yaitu akan diperlakukan pada komposit epoxy. Sebelumnya serat diberi perlakuan dengan perendaman dalam larutan Alkali NaOH sebanyak 5% per 1 liter aquades selama 2 jam guna meningkatkan sifat adhesif sehingga dapat menambah kekuatan tarik dan kekuatan impak dari komposit serat yang dibentuknya.

3.1.1. Hipotesa

Hipotesa pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

- Karena kekuatan serat pelepah gebang lebih besar dari kekuatan matrik, sehingga dapat diduga dengan meningkatnya variasi fraksi volume serat maka kekuatan tarik komposit akan meningkat.

- Karena kekuatan serat pelepah gebang lebih besar dari kekuatan matrik, sehingga dapat diduga dengan meningkatnya variasi fraksi volume serat maka kekuatan impak komposit akan meningkat.

3.1.2. Variabel Penelitian

(7)

7

a. Variabel Independen : merupakan variabel yang ditetapkan sebelum memulai

penelitian.

- Variasi fraksi volume serat : 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, dan 70%. - Waktu perlakuan serat : 2 jam (120 menit)

b. Variabel Dependen adalah : kekuatan tarik, kekuatan impak.

3.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengujian Bahan Jurusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya Malang, Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang, Laboratorium Sentral FMIPA Universitas Negeri Malang dan Laboratorium Bahan Teknik Jurusan Teknik Mesin dan Industri Universitas Gajah Mada Yogyakarta

3.3. Bahan dan Peralaan Penelitian a. Bahan yang digunakan adalah : 1. Matrik

Dalam penelitian ini digunakan matrik Epoxy sebagai pengikat. 2. Serat (Fiber)

Sebagai penguat ( natural fibre ) adalah serat Pelepah Gebang (Corypha Utan

Lamarck).

3. Katalis

Katalis yang digunakan adalah katalis Methyl Ethyl Keton Peroxide (MEPOXE) sebesar 1% volume resin, dengan bentuk cair, berwarna bening kemerahan.

4. NaOH dan Aquadest

Digunakan untuk proses alkalisasi serat pelepah gebang. Larutan NaOH dengan presentase 5% perliter aquades.

b. Peralatan yang digunakan 1. Alat Cetak

Alat cetak ini dibuat dari kayu jati dengan ukuran standart ASTM D638-03 untuk spesimen uji tarik dan ISO 179-1 untuk spesimen uji impak.

2. Mesin Uji Tarik 3. Mesin Uji Impak

4. Grinding Machine dan Amplas Belt

Grinding machine dan amplas belt digunakan dalam pembuatan spesimen.

5. Alat bantu lain

Alat bantu lain yang di gunakan meliputi : gunting, cater, spidol, kuas, gelas ukur, timbangan digital, penggaris, dan pisau.

3.4. Prosedur Penelitian

3.4.1. Prosedur Pengambilan Serat

Dalam penelitian ini serat alam yang digunakan berasal dari pelepah gebang (Corypha Utan Lamarck). Untuk memperoleh serat yang siap pakai sebagai penguat pada komposit, maka perlu dilakukan dengan prosedur yang benar agar menghindari faktor terjadinya cacat.

Adapun prosedur pengambilan serat peepah gebang sebagai berikut :

a. Pelepah diambil dari batang pohon gebang, dengan cara dipotong pada batas pangkal pelepah yang menempel pada batang.

(8)

8

b. Selanjutnya pelepah dirol atau digiling hingga hancur, dengan tujuan mempermudah proses pemisahan serat dari pati. Proses penggilingan harus dilakukan pada kondisi pelepah masih utuh sehingga mengamankan serat dari cacat akibat kontak langsung dengan rol atau penggiling.

c. Setelah pelepah hancur maka dilanjutkan dengan proses pengambilan serat yang dicabik-cabik dengan tangan.

d. Pembersihan serat dari pati yang masih terbawa dilakukan secara manual yaitu dengan tangan. Ada alasannya yaitu untuk menghindari cacat pada serat.

e. Serat yang sudah bersih diangin-anginkan selama kurang lebih 2 minggu baru disimpan. Hal ini bertujuan untuk menghindari jamur.

f. Selanjutnya serat dipotong dengan panjang 165 mm untuk spesimen uji tarik, dan 80 mm untuk spesimen uji impak.

Gambar 3. Serat pelepah gebang 3.4.2. Perlakuan Alkali

Pada langkah ini serat pelepah gebang diberi perlakuan Alkali (Alkali treatment) dengan cara di rendam. Larutan yang digunakan adalah NaOH 5% per liter aquades dengan lama waktu perendaman adalah 2 jam atau 120 menit.

Tujuan dilakukan proses perendaman (alkalisasi) adalah untuk merubah sifat permukaan serat secara kimiawi sehingga dapat memperbaiki ikatan resin dan fiber, dimana dengan perendaman dalam larutan alkali akan mengurangi hemicelluloses dan lignin pada serat alam (Vallo, 2004).

3.4.3. Pembuatan Spesimen

Spesimen uji dicetak sesuai dengan standar uji tarik (ASTM D638-03) dan uji impak (ISO 179-1). Perlu diperhatikan langkah-langkah pembuatan spesimen uji sesuai standar yang berlaku.

Berikut adalah contoh spesimen uji komposit epoksi dengan serat pelepah gebang sebagai penguat yang sudah jadi dan siap untuk dilakukan pengujian :

(9)

9 3.4.4. Pengujian Spesimen

a. Pengujian Tarik

Pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui sifat mekanik komposit, yaitu dengan membentuk spesimen sesuai standar kemudian ditarik hingga putus. Dari pengujian tersebut diperoleh kurva antara tegangan dengan regangan yang terjadi, sehingga diperoleh kekuatan, ketangguhan, keuletan, dan modulus elastisitas komposit dari kurva yang diperoleh. Berdasarkan ASTM D638-03 ukuran spesimen.

Gambar 6. Dimensi Spesimen Tarik Berdasarkan ASTM D638-03 b. Pengujian Impak

Pada penelitian ini pengujian dilakukan dengan metode carphy dimana kita mengukur energi yang diserap untuk mematahkan benda uji. Setelah benda uji patah, bandul akan berayun kembali. Makin besar energi yang diserap, makin rendah ayunan kembali dari bandul. Energi patahan yang diserap biasanya dinyatakan dalam satuan Joule.

Gambar 7. Dimensi Spesimen Impak Berdasarkan ISO 179-1 4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Pengujian Tarik

Pengujian diberlakukan pada spesimen tarik komposit berpenguat serat pelepah gebang yang diuji tarik. Berdasarkan data hasil pengujian selanjutnya diolah dan diperoleh kekuatan tarik dari komposit seperti pada tebel berikut :

Tabel 1. Kekuatan Tarik Komposit Berpenguat Serat Pelepah gebang. NO Fraksi Volume Serat ( % ) Tegangan Tarik Rata-rata σt (kgf/mm2)

1 0 1.98 2 10 2.16 3 20 2.27 4 30 2.59 5 40 2.75 6 50 3.16 7 60 4.13 8 70 5.30

(10)

10

Dari data pengujian di atas dapat dijelaskan dengan penampilan grafik sebagai berikut :

Gambar 8. Grafik Hubungan Tegangan Tarik Rata-rata vs Fraksi Volume 4.2 Pengujian Impak

Pengujian diberlakukan pada spesimen tarik komposit berpenguat serat pelepah gebang yang diuji tarik. Berdasarkan data hasil pengujian selanjutnya diolah dan diperoleh kekuatan tarik dari komposit seperti pada tebel berikut :

Tabel 2. Kekuatan Impak Komposit Berpenguat Serat Pelepah gebang. NO Fraksi Volume Serat ( % ) Harga Impak Rata-rata (J/mm2)

1 0 0.003294378 2 10 0.020810848 3 20 0.052742502 4 30 0.129016238 5 40 0.13045987 6 50 0.161904197 7 60 0.179088259 8 70 0.215210153

Dari data pengujian di atas dapat dijelaskan dengan penampilan grafik sebagai berikut :

Gambar 9. Grafik Hubungan Harga Impak Rata-rata vs Fraksi Volume 4.3 Pembahasan

Berdasarkan data kekuatan tarik pada (tabel 1) dan ditunjukkan melalui grafik tegangan tarik pada (gambar 5) terlihat bahwa ada peningkatan tegangan tarik yang berbanding lurus dengan fraksi volume serat. Pada grafik menjelaskan semakin tinggi fraksi volume serat maka tegangan tarik juga ikut meningkat. Hasil yang ada menunjukkan

(11)

11

bahwa sampai pada fraksi volume serat tertinggi 70%, tegangan tarik komposit juga adalah yang terbesar yaitu 5,3 kgf/mm2. Hasil ini membuktikan bahwa daya rekat antara serat dan matrik masih sangat baik sehingga tidak terjadi penurunan kekuatan tarik dan permukaan spesimen juga menunjukkan tidak ada retak.

Dari data pengujian impak pada tabel (2) dan ditampilkan melalui grafik pada gambar (6), harga Impak tertingi adalah pada komposit dengan fraksi volume serat tertinggi 70% yaitu (0,215210153 J/mm2), sedangkan harga impak terendah adalah pada komposit dengan fraksi volume serat 0% yaitu ( 0,003294378 J/mm2).

Hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar fraksi volume serat harga impak turut mengalami peningkatan. Hal ini juga disebabkan daya rekat antara serat dan matrik sangat baik sehingga sampai pada komposit dengan fraksi volume serat tertinggi sekalipun, kekuatan impak tidak mengalami penurunan.

V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dan pengolahan data yang terangkum dalam pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Fraksi volume serat mempengaruhi kekuatan tarik dan kekuatan impak komposit epoksi berpenguat serat pelepah gebang dimana kekuatan tarik tertinggi diperoleh pada komposit epoksi dengan fraksi volume serat 70% yaitu 5,3 kgf/mm2, sedangkan harga impak tertinggi diperoleh pada komposit epoksi dengan fraksi volume serat 70% pula yaitu 0,215 J/mm2.

2. Peningkatan kekuatan tarik dan kekuatan impak yang seiring dengan peningkatan fraksi volume serat ini juga karena didukung oleh daya ikat matrik komposit yang sangat baik terhadap serat

1)Mahasiswa Pasca Sarjana UB, 2)3) Staf pengajar Pasca Sarjana UB DAFTAR PUSTAKA

ASTM. D 6110 – (ISO 179-1) Standard test methods for determining the izod pendulum

impact resistance of plastics.

ASTM. (1997). ASTM D 638 Tensile Properties of plastics

Basuki Widodo, 2008. Analisa Sifat Mekanik Kompsit Epoksi Dengan Penguat Serat Pohon Aren (Ijuk) Model Lamina Berorientasi Sudut Acak (Random). Jurnal Teknologi Technoscientia.

BTNAP (Balai Taman Nasional Alas purwo), 2010. Corypha Utan Lamarck.

B Paul Naiola, 2006. Fluktuasi Potensial Air Harian Gewang (Corypha Utan Lamarck), Jenis Tumbuhan Hijau Abadi di Savana NTT. Berita Biologi, Volume 8, No 1. Bidang Botani, Pusat Panalitian Biologi-LIPI.

Bambang Wahono, 2008. Pengaruh Perlakuan Alkali (NaOH) Terhadap Karakteristik Komposit Serat Buah Kelapa Sawit – Poliester. Berita Teknologi Barang Dan Teknik No. 22. Puslit Telimek-LIPI.

John A. Schey, 2009. Proses Manufaktur Introduction to Manufacturing Processes. ANDI Yogyakarta.

Jacob, James. A and Kilduf, Thomas F, 1994. Engineering Materials Tecnology :

Structure,Processing, Properties & Selection. Prentice-Hall International, Inc.

(12)

12

Kurnia Wiji Prasetiyo, Subyakto dan B. Paul Naiola, 2008. Sifat Fisik dan Mekanik Batang Gewang (Corypha utan Lamarck) dari Nusa Tenggara Timur. J. Tropical Wood

Science and Technology

Tata Surdia dan Shinroku Saito, 1995. Pengetahuan Bahan Teknik. PT. Pradnya Paramita. Tukirin Partomiharjo dan BP Naiola, 2009. Ekologi Persebaran Gewang (Corypha Utan

Lamarck) di Savana Timor Nusa Tenggara Timur. Berita Biologi 9(5). Bidang

Botani, Pusat Panalitian Biologi-LIPI.

XJJ – 5 Charpy Pendulum Impak Testing Machine Instruction Manual, TIME Group Inc. 2008-2009.

Zulkifli Jafar dan Onny S. Sutresman, 2009. Pengaruh Perlakuan Permukaan Serat Alam Rami (Boehmeria Nivea) Terhadap Wettability dan Kemampuan Rekat Matrik

Gambar

Gambar 2. Proses Pencetakan dengan Contact Molding/Hand Lay-Up (Smith, 1996)
Gambar 3. Serat pelepah gebang  3.4.2. Perlakuan Alkali
Gambar 7. Dimensi Spesimen Impak Berdasarkan ISO 179-1  4. Hasil dan Pembahasan
Gambar 8. Grafik Hubungan Tegangan Tarik Rata-rata vs Fraksi Volume  4.2 Pengujian Impak

Referensi

Dokumen terkait

Pada sistem yang diusulkan, untuk menampilkan objek struktur rangka manusia 3 dimensi di layar monitor user mengarahkan marker pada kamera kemudian kamera

Berdasarkan dari penelitin terdahulu yang membuktikan adanya pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham yang dibuktikan dari penelitian Robianto Simbolon 2013 dengan judul

Mencit di kelompok P3 (pemberian teh apel 7,2 mg mL -1 ), pada konsentrasi tersebut terjadi penurunan berat badan yang signifikan di minggu ke-2 (0,335 gr), akan tetapi,

Pada program 7'M perintah ini akan selalu digunakan! Perintah ini digunakan untuk  memberitahukan assembler supaya program pada saat dijalankan 2diload ke memory3 ditaruh mulai

Untuk mewujudkan visi ini, Pusdiklat BPS telah merumuskan 4 penyataan misi yaitu : (1) Mengembangkan dan menyempurnakan sistem, kurikulum, silabi, modul

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terletak pada teknik sampling yaitu menggunakan teknik convenience sampling yang berarti mengambil sampel dari

Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan melalui angket kepada mahasiswa Pendidikan Tata Niaga, Fakultas Ekonomi di Universitas Negeri Jakarta di peroleh

Pajak Penghasilan (PPh) 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap