• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahasa, hingga kebudayaan yang beragam. Kebudayaan yang dimiliki Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahasa, hingga kebudayaan yang beragam. Kebudayaan yang dimiliki Indonesia"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara kepulauan yang majemuk. Terdapat banyak suku, bahasa, hingga kebudayaan yang beragam. Kebudayaan yang dimiliki Indonesia mengandung unsur-unsur filosofis yang menggambarkan jati diri bangsa Indonesia. Kemajemukan budaya tersebut bukan sebagai pemisah budaya satu dengan yang lain, tetapi untuk menyatukan setiap perbedaan agar selalu menghargai satu dengan yang lain. Salah satu bentuk kekayaan budaya yang dimiliki oleh Indonesia yaitu musik.

Musik atau khususnya tangga nada secara historis ditemukan oleh Pythagoras berdasarkan hukum alam. Pikiran manusia dapat merasakan adanya vibrasi dan proposisi nada sebagai nada musik dan interval. Hal ini sejalan dengan pikiran Pythagoras bahwa nada dan interval adalah refleksi dari tataran spiritual dan alam semesta (Djohan, 2006:52). Musik dalam pemikiran phytagoras merupakan manifestasi pemusik terhadap alam semesta.

Gamelan merupakan salah satu musik tradisional Indonesia, khususnya Jawa. Sumarsam berpendapat bahwa gamelan memiliki arti tetabuhan. Digamel berarti ditabuh atau dipukul, maka dari itu untuk memainkan gamelan adalah dengan cara ditabuh atau dipukul. Di dalam bahasa halus, gamelan biasa disebut gongso. Kata gongso ini berasal dari kata goso yaitu sejenis logam yang dicampur tembaga atau timah dan rejasa, singkatnya nama bahannya. (Siswanto, 2012: 5).

(2)

Gamelan Jawa sering dianggap sebagai musik yang kuno, bahkan beberapa orang menganggap gamelan Jawa banyak terdapat unsur hal gaib. Gamelan Jawa apabila ditelusuri lebih lanjut banyak pelajaran yang diambil, contohnya cara pembelajaran leluhur terhadap cara laku manusia Jawa. Beberapa pemusik dunia mengganggap gamelan Jawa adalah manifestasi keindahan alam atau surga di bumi. Mengutip Surjodiningrat, menurut maestro gitar spanyol Andres Segovia, gamelan Jawa bila diperhatikan para pemainnya berasa tak mempedulikan pemain lainnya, akan tetapi alunan tersebut malah terdengar indah dan keseluruhan harmoni gamelan tersebut sangat menakjubkan. Segovia menanggap gamelan Jawa ibarat surga di bumi (Surjodiningrat, 1970:2).

Gamelan mempunyai banyak alat musik, dan setiap alat musiknya memiliki kekhasnya sendiri-sendiri. Menurut Susetya Alat musik gamelan terdiri, 1) Kendhang; 2) Kethuk; 3) Kenong; 4) Gong; 5) Kempul; 6) Rebab; 7) Gender; 8) Gambang; 9) Slethem, Demung, Saron; 10) Bonang; 11) Celempung, Bonang Penerus. Gamelan di Indonesia khususnya Jawa terdapat 2 laras; slendro dan pelog (susetya, 2007: 83-84). Maka tidak salah apabila filosofi gamelan adalah guyub rukun atau gotong-royong. Makna tersebut seperti cita-cita pendiri bangsa Indonesia yang mencari identifikasi yang tepat untuk rakyat Indonesia.

Laras gamelan ialah bentuk harmoni untuk kelangsungan gamelan sebagai musik. Harmoni yang terdapat pada Gamelan Jawa bisa menimbulkan suatu ketenangan batin bagi penikmat maupun pelaku gamelan. Menurut Susanti, secara filosofi gamelan Jawa merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa. Hal demikian disebabkan filsafat hidup masyarakat

(3)

Jawa berkaitan dengan seni budaya yang berupa gamelan Jawa, serta berhubungan erat dengan perkembangan religi yang dianut (Susanti,1996:57). Harmoni gamelan Jawa yang tertinggi biasa dikatakan Gending (Dewantara,2013:175). Gamelan yang membentuk suara harmoni bagi masyarakat Jawa menjadi salah satu cara untuk mencari ketenangan batin bahkan menjadi suatu cara untuk mencapai kepada yang kudus atau mistik kejawen. Clifford Geertz mengatakan bahwa bermain gamelan merupakan disiplin spiritual, bukan hanya sekedar hiburan. Pemain gamelan sering memainkan serta mendengarkan harmoni gamelan Jawa sejenak pada malam hari untuk mendisiplinkan dan mengendalikan perasaan pemain gamelan, untuk menjadikan pemain gamelan alus (Geertz, 2014: 403).

Mistik Jawa lebih berkaitan dengan etika atau gaya hidup masyarakat Jawa tentang kehidupan. Masyarakat Jawa menanggapi bagaimana manusia berperilaku kepada alam dan manusia itu sendiri. Mistik dalam dunia Barat, dianggap sesuatu yang dekat dengan kerahasiaan. Mistik menyentuh keyakinan dan religiusitas pribadi, tidak untuk dikonsumsi publik (Mulder, 2013: 2). Menurut Geertz, mistisisme di Jawa adalah metafisika terapan, serangkaian aturan untuk memperkaya kehidupan batin manusia yang didasarkan pada analisis intelektual atau pengalaman ( Geertz, 2014: 446).

Mistik Jawa dalam masa sekarang, biasa dianggap sebagai klenik atau hal yang berbau gaib. Padahal mistik sendiri ialah tatacara untuk menyatu atau dekat dengan Tuhan. Mistik lebih kepada praktik dan praktik tersebut langsung kepada Tuhan. Mitos dengan mistik kadang disamkan oleh beberapa masyarakat Jawa.

(4)

Mitos ialah hal yang berkebendaan atau suatu materi yang lebih disakralkan dan dianggap benar kebenarannya. Mitos lebih berkaitan dengan cerita-cerita rakyat yang berkembang di suatu tempat.

Bunyi atau alunan musik dalam harmoni gamelan Jawa hampir sama dengan bunyi alam semesta. Menurut Edho, bunyi dalam harmoni gamelan Jawa bisa membuat pendengar memasuki konsep alam yang berbeda di kenyataannya untuk mencapai ke kosmos (konsep ruang dan waktu yang berbeda). Alunan harmoni gamelan Jawa merupakan salah satu bagian untuk para mistikus menciptakan suasana sakral dalam menghadap kepada Yang Kudus. Contohnya, Gending Pakurmatan ialah salah satu gending (bentuk alunan Gamelan Jawa), yang biasa di sajikan untuk menyertai acara-acara tertentu atau pada suatu acara tertentu, baik kelengkapan upacara ritual, agama, kepercayaan, kerajaan, masyarakat maupun keluarga (Edho, 2012: 35)

Harmoni gamelan Jawa bisa mengiringi musik bersifat keagaman sampai musik yang santai dan tenang. Mengutip Susanti, S. Reksosusilo mengemukakan bahwa gamelan Jawa mampu membuat hati bergetar bila didengarkan, sehingga baginya lebih mudah menghayati keagaman iman kristen dalam suasana gamelan. Iman Kristen dalam suasana gamelan lebih bisa diyakinkan dengan ungkapan rasa keagamaan yang dalam (Susanti, 1996: 15).

Penelitian ini membahas tentang hubungan antara harmoni gamelan Jawa sebagai jalan mistik. Jalan mistik ialah sarana untuk mencapai mistik. Pythagoras dalam konsep musik menghubungkan dengan nilai-nilai spiritual bahkan seseorang akan menuju kedamaian, ketenangan, kenyamanan melalui proses

(5)

bersatu dengan alam melalui musik. Masyarakat Jawa pada masa sekarang kurang mempedulikan gamelan akibat masuknya unsur musik yang dibawa oleh bangsa barat. Gamelan khususnya di Jawa kadang dianggap oleh para masyarakat Jawa sebagai musik kuno dan sebagainya, padahal apabila dibahas lebih lanjut gamelan Jawa memiliki unsur etika Jawa bahkan bisa menjadi alat penghubung dengan yang kudus. Peneliti mengharapkan penelitian tentang harmoni gamelan Jawa bisa dipelajari lagi mulai segi etika, gending, hubungan dengan yang kudus dan semua yang berhubungan dengan gamelan Jawa. Peneliti menghubungkan bagaimana konsep phytagoras tentang musik menuju jalan spiritual yang di praktekkan di Indonesia, salah satunya dengan gamelan khususnya gamelan Jawa.

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Apa hakikat harmoni musik dalam gamelan Jawa?

b. Apa saja jalan yang ditempuh untuk mencapai mistik Jawa?

c. Apa makna harmoni gamelan Jawa dipandang sebagai jalan mistik Jawa?

2. Keaslian Penelitian

Fokus kajian dalam penelitian ini adalah tentang konsep harmoni gamelan Jawa dilihat dari segi musik, yang selanjutnya akan dianalisis menggunakan teori mistik Jawa. Sejauh pengamatan dan penelusuran mengenai karya-karya ilmiah di lingkungan fakultas Filsafat UGM dan di luar fakultas Filsafat. Penelitian yang membahas dan mengkaji mengenai gamelan sudah ada. Penulis tidak menemukan

(6)

penelitian yang mengkaji gamelan Jawa ditinjau dari mistik Jawa. Berikut penulis menemukan beberapa karya yang berkaitan dengan tema:

a. Rizki Andi Prabowo. 2006. Harmonisasi batin manusia melalui Etika Mistik Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Skripsi. Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

b. Sukatmi Susanti. 1996. Inkulturasi Gamelan Jawa di gereja-gereja Katolik Yogyakarta. Tesis. Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta c. Ilga Liona Brenda Christie. 2015. Pembentukan Karakter pada Pelaku Kesenian Tradisional Gamelan Jawa. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

d. Panji Prasetyo. 2012. Seni Gamelan Jawa sebagai Reprentasi Tradisi Kehidupan Manusia Jawa dalam Pandangan Collingwood. Tesis. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Terkait dengan keaslian penelitian, peneliti menganalis keterkaitan hamoni musik gamelan Jawa dengan mistik khususnya mistik Jawa. Peneliti memfokuskan pada pembahasan harmoni musik gamelan Jawa dan alat gamelan sebagai jalan menuju mistik khususnya mistik Jawa

3. Manfaat Penelitian a. Bagi Filsafat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana baru pada cabang ilmu filsafat. Mampu memberikan wawasan baru mengenai kajian filsafat dalam gamelan Jawa dan Mistik Jawa.

(7)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan menambah pemahaman masyarakat dan kalangan akademis terhadap kajian dalam gamelan Jawa dan mistik Jawa.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman yang semakin matang di bidang filsafat mistik dan tentang gamelan Jawa. sehingga, dapat menyumbangkan pengetahuan baru tentangnya.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Menjelaskan dan memaparkan harmoni gamelan Jawa b. Memaparkan dan menjelaskan Mistik Jawa

c. Menganalisis harmoni gamelan Jawa ditinjau sebagai jalan musik Jawa

C. Tinjauan Pustaka

Gamelan merupakan alat musik tradisional yang sarat pesan makna masyarakat Jawa. Gamelan dengan segala filosofisnya mengisyaratkan tentang makna Guyub Rukun. Guyub Rukun ialah penuh kegotong-royongan atau kebersamaan yang dipimpin oleh kendhang. Gotong royong termasuk salah satu tujuan yang merupakan ciri khas rakyat Indonesia sebagaimana yang pernah digali Bung Karno ketika mencari identifikasi dari rakyatnya: ternyata „gotong royong‟ (Susetya, 2007: 84).

(8)

Harmoni Pra-ada. Konsep ini dipakai dalam pemecahan Leibniz terhadap masalah pikiran-tubuh; secara umum, pada penjelasan Leibniz tentang seluruh interupsi dan keteraturan dunia. Ia menentukan bahwa realitas terdiri atas montase–montase yang “tidak berjendela”, masing–masing berkembang dari daya internalnya sendiri. Dari situ ia merasa amat perlu menjelaskan semua bentuk interaksi berdasarkan analogi dua buah jam yang dihidupkan untuk menunjukkan waktu secara sempurna satu sama lain. Dengan cara yang sama Allah, dengan memilih dunia ini, memancarkan harmoni tiap montase dengan semua lainnya (Bagus, 1996: 282).

Pythagoras mengemukakan pendapat bahwa musik masuk ke dalam aspek spiritual:

Pythagoras menemukan musik melalui nada musik dan interval melalui hukum alam. Nada musik dan interval ialah refleksi dari tataran spiritual dan alam semesta. Pada tingkatan ini, nada mungkin tidak terdengar tetapi manusia bisa merefleksikan dan merencanakan melalui prinsip-prinsip dasar universal. Nada-nada musikal yang terorganisasi dapat tercipta karena refleksi, imajinasi dan impresi seniman tentang alam semesta, serta karena ia bersinggungan dengan alam, baik makrokosmos atau mikrokosmos. (Djohan, 2006:52)

Filosofi musik abad pertengahan memberikan perbedaan yang jelas antara:

a). Musica Undana: tingkat spiritual saat musik dipandang sebagai prinsip metafisik dan jalan menuju kedalaman pengalaman dan kebenaran universal. b). Musica human: tingkat jiwa atau pikiran ketika moral dan potensi etika dari musik terbentang. Meski belum terdapat kesepakatan tentang dimensi

(9)

sensorik dari musik, tetapi potensi musik mempengaruhi pikiran melalui cara yang positif membuka dan mengantar pikiran manusia pada dimensi Etika. c). Musica instrumentalis: musik pada tingkat dan tataran Fisika, yang terjadi ketika musik (instrumentalia dan vokal) dapat didengar manusia. Dari perspektif peringkat dan urutan, pengalaman musik pada tahap ini barulah pra kondisi atau “gerbang” menuju pengalaman pada tingkat yang lebih tinggi. (Djohan, 2006: 54). Pendapat tersebut menyimpulkan bahwa musik bisa membawa pada tingkatan spiritual dari pengalaman musik itu sendiri.

Tinjauan pustaka ini akan memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan yang akan dianalisis peneliti. Pertama, Rizki Andi Prabowo. 2006. Harmonisasi batin manusia melalui Etika Mistik Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Skripsi Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Keteraturan adalah kondisi yang harus ditegakkan dalam tujuan hidup manusia Jawa. Keteraturan berarti harmoni dengan tujuan kosmos, dan dalam penghayatan arti terdalam itulah yang terjadi kemanunggalan, kesatuan dari segala-galanya, antara pencipta dengan yang diciptakan, kawula dengan gusti, dan hakikat sangkan Paran. Para mistikus Jawa menunjuk prinsip kesatuan terdalam ini mengarah dengan yang kudus. Harmoni dengan prinsip terakhir dari apa saja yang ada ini merupakan kewajiban moral dari apa saja yang ada dan merupakan tujuan pokok dari praktek kebatinan. Skripsi Rizki Andi prabowo hanya membahas tentang bagaimana harmonisasi batin melalui Etika mistik Jawa. Penelitian ini meneliti akan hubungan antara harmoni musik gamelan Jawa dengan mistik.

(10)

Kedua, Sukatmi Susanti. 1996. Inkulturasi Gamelan Jawa di gereja-gereja Katolik Yogyakarta. Tesis. Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Menjabarkan tentang hubungan inkulturasi gamelan Jawa dengan gereja katolik di Yogyakarta. Filosofis gamelan Jawa sebagai filsafat hidup masyarakat Jawa yang berkaitan dengan seni budaya dan perkembangan religi yang dianut masyarakat Jawa. Tesis Sukamti Susanti membahas akan adanya inkulturasi gamelan Jawa dalam gereja Katolik Yogyakarta atau perpaduan liturugi dengan gamelan Jawa. Susanti tidak membahas akan ada kaitannya musik gamelan Jawa pada ajaran mistik.

Ketiga, Ilga Liona Brenda Christie. 2015. Pembentukan Karakter pada Pelaku Kesenian Tradisional Gamelan Jawa. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Memaparkan tentang karakter pelaku kesenian tradisional gamelan Jawa. Melihat pada psikologi pelaku kesenian gamelan secara individu. Menganalisis karakter pelaku gamelan yang akan terjadi melalui media kesenian tradisional gamelan Jawa. Skripsi Ilga meneliti bagaimana kontribusi Gamelan Jawa dalam pembentukan karakter bangsa Indonesia, dalam skripsi Ilga hanya dijelaskan bagaimana kesenian budaya khususnya Gamelan Jawa dapat mengubah karakter bangsa dengan pengaruh ajaran pembentukan karakter di gamelan sendiri. Gamelan Jawa bila dipelajari lebih lanjut akan menghasilkan manusia untuk bertata cara laku dalam kehidupannya, laku inilah yang diteliti oleh Ilga bukan kepada hubungan harmoni Gamelan Jawa sebagai jalan Mistik.

(11)

Keempat, Panji Prasetyo. 2012. Seni Gamelan Jawa sebagai Reprentasi Tradisi Kehidupan Manusia Jawa dalam Pandangan Collingwood. Tesis. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Menjabarkan nilai estetis manusia Jawa dalam pandangan Collingwood. gamelan dilihat dari „rasa‟ manusia Jawa serta komparasi akan keduanya. Skripsi Prasetyo membahas akan nilai estetis manusia Jawa dilihat dalam pemain gamelan Jawa melalui konsep pandangan Collingwood bukan bagaimana Harmoni gamelan Jawa dalam interpretasi kepada mistik.

D. Landasan Teori

Seorang mistikus memiliki tujuan untuk menyatu dengan Yang Kudus, dalam prosesnya seorang mistikus dengan mistikus lainnya memiliki cara yang berbeda. Cara yang digunakan adalah dengan kontemplasi, meditasi, dan sebagainya. Seorang Mistik memiliki kemampuan untuk “memahami kebenaran spiritual yang tidak terjangkau oleh intelek” (Krishna,2015: 7-8). Seorang mistikus apabila sudah mencapai tujuannya kadang tidak bisa di nalar secara intelektualitas.

Mistik Jawa sangat berkaitan dengan KeJawaan atau nilai estetika orang Jawa. Mistik Jawa biasanya dikaitkan dengan kebatinan Jawa, sebuah sistem gagasan tentang watak manusia dan masyarakat yang pada gilirannya mewarnai etika, adat-istiadat, dan gaya hidup orang Jawa (Mulder,2013:11). Dalam upaya mistik, mistikus berharap kembali kepada asal-usul mereka, juga untuk mengalami keutuhan eksistensi, kesemestaan hidup.

(12)

Praktik kebatinan adalah upaya untuk berkomunikasi dengan realitas tertinggi atau Yang Kudus. Sebagai sebuah cabang pengetahuan ia mempelajari tempat manusia di dunia ini dan di semesta. Kedudukan kebatinan lebih tinggi daripada agama yang ada di dunia, yang membedakan ranah Tuhan dengan ranah manusia. Kebatinan menerapkan kesatuan eksistensi, secara kosmologis yang menjadikan kehidupan menjadi pengalaman religius (Mulder,2013:65).

Dalam pengertian kebatinan, manusia memiliki sifat lahir/ lair dan batin yang menghubungkan dua aspek tersebut untuk saling berhubungan. Saat batin manusia sanggup untuk menguasai dan membimbing lair, maka kehidupan di dunia ini akan selaras dan sejalan dengan prinsip-prinsip ketunggalan pamungkas. Harmoni musik mengajarkan manusia dalam kehidupan keselarasan seperti manusia yang akan menyelaraskan kepada ketunggalan, mengutip Khan yang mengatakan dengan menyelaraskan harmoni musik secara sempurna adalah tingkat spiritual yang sejati (Khan, 2002:136).

Pada dasarnya, praktik mistisisme adalah praktik secara individual. Pencarian tunggal yang menghendaki penyatuan kembali dengan asalnya, yang mencita-citakan pengalaman penyingkapan rahasia keberadaan atau pelepasan dari segala urusan duniawi.

Penerapan mistik Jawa salah satunya dengan tapa atau meditasi yang bertujuan untuk melepaskan konsentrasi terhadap dunia, orang akan menjadi

(13)

terbuka untuk menerima tuntutan ilahiah dan pada akhirnya, penyingkapan misteri kehidupan, pengungkapan asal dari tujuan.

Harmoni musik bisa membuat manusia menuju ketenangan, kebahagian, hingga menuju pada batin manusia. Menurut Hazrat Inayat Khan, harmoni musik ialah bunyi yang memuat rahasia ketenangan dan kebahagian dalam diri manusia (Khan, 2002:33). Harmoni musik bila diperhatikan dengan kebatinan bisa dianggap sama dalam hal membuat manusia menuju ketenangan dan kebahagian. Harmoni musik bila didengar secara terus menerus dan dihayati manusia akan mencapai ektase, sama halnya kebatinan bila diasah akan mencapai ektase.

Pengasahan batin diri termasuk dalam kajian mistisisme Jawa. Pengasahan batin diri lebih dikenal dengan olah rasa. Batin yang kuat akan membentuk seseorang sanggup menghadapi berbagai kejadian atau biasanya disebut sabar. Rasa dalam mistik dan praktis dideskripsikan sebagai perasaan kedalaman intuitif yang dipunyai semua orang (Mulder,2013:128).

Kebatinan dalam pengajarannya membuat manusia berlaku baik dan mempelajari cara untuk hidup di dunia, harmoni kehidupan bisa dipelajari dengan harmoni musik (Khan, 2002:172). Telinga dilatih untuk mendengarkan mana kata atau nada yang baik dan buruk, dan akhirnya manusia terlatih untuk mengenal mana yang baik dan buruk serta bisa di praktekkan pada dirinya sendiri.

(14)

1. Model atau Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pengambilan data yang dilakukan studi pustaka. Penelitian menggunakan pendekatan filsafat mistik untuk meneliti harmoni gamelan Jawa sebagai jalan mistik. Penelitian ini menurut Anton Bakker masuk ke dalam penelitian sistematis reflektif (Bakker,2011).

2. Bahan dan Materi Penelitian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dapat dikategorikan dalam dua kategori yang bersumber dari data primer dan data sekunder. Adapun sumber pustaka primer adalah:

a. Sumarsam. 2003. Gamelan: Interaksi Budaya dan Perkembangan Musikal di Jawa. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

b. Endraswara, Suwardi. 2008. Laras Manis: Tuntutan Praktis Karawitan Jawa. Yogyakarta: Kuntul Press.

c. Surjodiningrat, Wasisto, dkk. 1977. Gamelan dan Komputer: Analisa Patet dan Komposisi Gending Jawa Laras Slendro. Yogyakarta: Gadjah Mada Univesity Press.

d. Mulder, Niels.2013. Mistisisme Jawa: Ideologi di Indonesia. Yogyakarta: LKIS.

e. Suyono, Capt. R.P. 2009. Dunia Mistik Orang Jawa. Yogyakarta: Lkis. Sumber data sekunder penelitian ini adalah berbagai buku, jurnal, dan tulisan maupun artikel di internet terkait dengan objek material dan objek formal penelitian.

(15)

3. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan penelitian, sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

Tahap ini diawali dengan pengumpulan data dan wawancara yang berkaitan dengan objek material dan objek formal penelitian ini. Data yang telah terkumpul disesuaikan dengan objek material dan objek formal. Setelah itu data diklasifikasikan menjadi data primer dan data sekunder.

b. Tahap penulisan

Tahap ini dilakukan penguraian masalah, analisis data yang relevan dengan rumusan masalah dan evaluasi kritis.

c. Tahap Penyelesaian akhir

Tahap ini, dilakukan penulisan yang sistematis dan koreksi penelitan. d. Alur penelitian

1. Interpretasi, menafsirkan harmoni musik Gamelan Jawa dan konsep berbagai jalan mistik sehingga dapat mengerti maksud yang dituju.

2. Holistika, memahami secara menyeluruh aspek-aspek dan latar belakang harmoni musik Gamelan Jawa serta jalan untuk mencapai mistik.

(16)

3. Deskripsi, membahasakan antara bahasa dan pikiran seperti antara badan dan jiwa dalam pembahasan harmoni musik Gamelan Jawa sebagai jalan mistik.

F. Hasil Yang telah Dicapai

Adapun beberapa hasil yang telah dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penjelasan dan pemahaman konsep harmoni gamelan Jawa b. Pemahaman berbagai jalan mistik

c. Analisa atas Harmoni musik gamelan Jawa untuk jalan mistik Jawa

G. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab yang disusun dengan sistematika berikut ini:

Bab pertama, berisi pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil yang dicapai, dan sistematika penulisan.

Bab kedua, menguraikan tentang objek material dalam penelitian ini, yang berisi harmoni gamelan Jawa berupa historis gamelan Jawa, pengertian, alat-alat gamelan Jawa, harmoni musik, harmoni musik di gamelan Jawa

(17)

Bab ketiga, membahas tentang objek formal yaitu mistik khususnya mistik Jawa yang terdiri dari pemaparan tentang mistik Jawa, sarana yang mencapai jalan mistik, hubungan antara mistik dengan musik

Bab keempat, analisis harmoni gamelan Jawa sebagai jalan mistik Bab kelima, berisi penutup yang memuat kesimpulan dengan meringkas secara garis besar pembahasan penelitian dan saran dari peneliti untuk penelitian berikutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu pemahaman guru musik dalam menafsirkan kurikulum pendidikan musik, hendaklah kritis dan kreatif dalam pengembangan model – model pengajaran musik, tentu

Kesamaan instrumentasi, kekayaaan harmoni dan pola ritme jazz, serta kebesaran nama sonata sebagai salah satu bentuk komposisi klasik, mendorong penulis untuk menggabunggkan

Berangkat dari rasa ketertarikan terhadap keanekaragaman musik etnik serta masih jarangnya ditemui karya musik bernuansa etnik yang disusun dengan menggunakan idiom

Selanjutnya Teori Norman Fairclough, bagaimana suatu teks dapat diuraikan melalui ketiga unsur-unsurnya, yaitu: representasi dalam teks, Relasi, dan Identidas kaitannya dengan

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori akulturasi yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat, yang menyatakan bahwa penelitian-penelitian yang menyangkut

Sejauh yang diketahui dan sejauh penelusuran, penulis belum menemukan adanya penelitian yang membahas mengenai pelestarian sumber daya air dengan teknik rawa buatan

Adapun objek sasaran yang dianalisis adalah kalimat tanya yang terdapat dalam naskah drama Ahlul-Kahfi babak I karya Taufi>q Al-Chaki>m yang selanjutnya dianalisis dengan

Data yang telah berhasil dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis secara deskriptif analitis, yaitu analisis yang bertujuan mendiskripsikan atau menggambarkan dan menjelaskan