• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak semua individu dapat menikmati kesehatan tersebut karena terjangkit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak semua individu dapat menikmati kesehatan tersebut karena terjangkit"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan fisik dan psikologis merupakan harapan setiap individu. Pada pembukaan konstitusi WHO tahun 1998 disebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan yang lengkap dari kesejahteraan fisik, mental, sosial, dan spiritual, tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau kesakitan. Namun, tidak semua individu dapat menikmati kesehatan tersebut karena terjangkit suatu penyakit.

Penyakit yang diderita oleh individu bentuknya beraneka ragam. Ada jenis penyakit yang tergolong ringan yaitu penyakit yang proses pengobatannya relatif mudah dan tidak terlalu menimbulkan dampak psikologis bagi penderitanya tetapi ada penyakit yang tergolong berat sehingga dapat menimbulkan dampak psikologis terhadap penderitanya (Rosviantika, 2013). Salah satu penyakit yang tergolong berat dan menjadi momok bagi kaum hawa adalah kanker serviks.

Kanker serviks merupakan jenis kanker yang disebabkan oleh hPV (Human papillomavirus). Anwar, Baziad, & Prabowo (2011) mengatakan bahwa kanker serviks merupakan penyakit kanker perempuan yang dapat menyebabkan kematian terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang. Noviana (2012) mengatakan bahwa kanker serviks merupakan jenis kanker penyebab kematian kedua terbanyak pada wanita

(2)

commit to user

di seluruh dunia dengan insiden sebesar 25-40 per 100.000 wanita per tahun. Menurut American Social Health Association, sekitar 6,2 juta orang di Amerika Serikat terinfeksi hPV setiap tahunnya.

Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki kasus kanker serviks yang cukup tinggi. Sebanyak 15.000 kasus kanker serviks terjadi di Indonesia setiap tahunnya. Kanker serviks juga merupakan penyakit ganas yang banyak ditemukan di Indonesia (Romadhoni, Noor, & Aviyanti, 2012). Berdasarkan data Yayasan Kanker Indonesia pada tahun 2011, kanker serviks menempati urutan pertama dengan presentase sebesar 16% dari jenis kanker yang menyerang perempuan Indonesia (Fitriana & Ambarini, 2012). Tingginya kasus kanker serviks yang terjadi di Indonesia membuat WHO menjadikan negara Indonesia sebagai negara yang memiliki kasus kanker serviks terbanyak di dunia. Data tentang infeksi hPV dan kanker serviks dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1

Data Infeksi hPV dan Kanker Serviks

Wanita yang beresiko terkena kanker serviks 79,14 juta

Jumlah kanker serviks per tahun 13.762

Jumlah kasus kematian akibat kanker serviks per tahun 7.493 Perkiraan jumlah kasus kanker serviks baru tahun 2025 21.155 Perkiraan jumlah kematian akibat kanker serviks tahun

2025

(3)

commit to user

Prevalensi infeksi hPV pada populasi (wanita tanpa kelainan sitologi)

31,05%

Prevalensi hPV tipe 16 dan/ atau pada wanita:

 Tanpa kelainan sitologi 4,0%

 Low-grade cervical lesions (LSIL/CIN-1) -  High-grade cervical lesions (HSIL/2 and

CIN-3)

-

 Kanker serviks 80,1%

Sumber: WHO/ICO Information Centre on hPV and Cervical Cancer

(hPV Information Centre). Human Papillomavirus and related Cancer. Summary Report Update. 3rd edition. 2010 (dalam Noviana 2012).

Penyakit kanker serviks merupakan salah satu penyakit kronis yang menyerang kaum hawa sehingga akan menjadi sumber stres pada individu yang menderita kanker serviks. Cooper (dalam Pettinger, 2002) memberikan pengertian stres sebagai sesuatu yang menghalangi seseorang dari tujuan dan semangat, dan memberikan perasaan negatif tentang dirinya dengan disertai kecemasan, ketegangan, rasa kelelahan, kekosongan dan kesia-siaan. Penyakit kanker serviks akan menimbulkan kecemasan, ketakutan serta perasaan negatif bagi penderitanya karena penyakit kanker selalu diasosiasikan dengan penyakit yang sulit disembuhkan dan akan membawa seseorang pada kematian.

(4)

commit to user

Berdasarkan hasil wawancara terhadap petugas kesehatan di Bangsal Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta, terdapat dua puluh pasien kanker serviks yang menjalani pengobatan di rumah sakit tersebut pada bulan November 2013. Pasien tersebut berasal dari berbagai daerah di Pulau Jawa seperti Ngawi, Boyolali, Wonogiri, Klaten, Sragen dan Blora. Pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta rata-rata berusia 40 tahun sampai 60 tahun. Pasien yang menderita kanker serviks rata-rata mengeluhkan sulit tidur, kehilangan selera makan, cemas memikirkan penyakit yang dideritanya dan merasa bosan menjalani pengobatan. Selain itu, sejak menderita kanker serviks, pasien mengeluhkan menjadi mudah lupa dan menjadi sensitif dengan perkataan orang lain. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan keluarga pasien yang mengatakan bahwa sejak pasien divonis menderita kanker serviks, pasien mengalami stres sehingga menjadi mudah marah dan sering terlihat murung.

Sumber stres akibat penyakit kanker serviks sangat kompleks. Diagnosis kanker serviks dan berbagai intervensi pengobatan yang dilakukan oleh tim medis mempunyai kemungkinan membuat individu mengalami stres (Nelson, Wenzel, Osann, Dogan-Ates, Chantana, Reina-Patton, Monk, dkk, 2008). Proses hospitalisasi sehingga menyebabkan pasien berada jauh dari keluarga yang dicintai juga menjadi sumber stres bagi pasien (Latha & Shankar BG, 2011; Amoros, Moreno, Flores, Perez, Sotorra, Lopez, & Quetglas, 2012). Biaya pengobatan yang harus

(5)

commit to user

ditanggung, proses kemoterapi dan dampak kemoterapi seperti mual-mual, muntah, kerontokan rambut, sariawan, nyeri di daerah panggul serta adanya kemungkinan operasi pengangkatan rahim turut mengambil bagian sebagai penyebab stres bagi pasien penderita kanker serviks (Rosviantika, 2013).

Stres yang dialami oleh individu dapat mempengaruhi fungsi fisiologis individu tersebut (Takai, Yamaguchi, Aragaki, Eto, & Uchihashi, 2004). Salah satu respon fisiologis terhadap stres adalah melalui jalur HPA (Hipothalamus, pituitary adrenocortical) aksis (Eck, Berkhof, Nicolson, & Sulon, 1996). Stres dapat memicu aktivasi HPA aksis. Aktivasi HPA aksis dapat meningkatkan sekresi hormon kortisol yang diproduksi oleh korteks adrenal sehingga dengan kata lain, stres dapat meningkatkan sekresi hormon kortisol oleh korteks adrenal (Boonen, Vervenne, Meersseman, Andrew, Mortier, Declercq, Berghe, dkk, 2013).

Hormon kortisol dapat digunakan sebagai parameter stres yang dialami oleh individu. Hormon kortisol tersebut dapat diukur menggunakan sampel saliva individu. Konsentrasi kortisol yang terdapat di dalam saliva dapat dipengaruhi oleh keadaan stres yang dialami oleh individu sehingga sampel saliva dapat digunakan sebagai salah satu parameter stres individu (Kalman & Grahn, 2004). Pengukuran dengan menggunakan sampel saliva lebih mudah dilakukan jika dibandingkan dengan mengukur kadar kortisol di dalam darah. Berbagai penelitian yang

(6)

commit to user

dilakukan menunjukkan bahwa stres psikologis yang dialami oleh individu dapat meningkatkan kadar kortisol yang terdapat di dalam sampel saliva individu (Takai dkk, 2004).

Dewasa ini, pendekatan psikologi dalam bidang kesehatan untuk menurunkan stres yang dialami pasien penderita penyakit kronis telah banyak dikembangkan. Salah satunya adalah pendekatan dengan memperhatikan dimensi spiritual. Hasan (2008) menyatakan bahwa dunia saat ini telah memasuki dunia baru dalam bidang kesehatan. Pada tahun 1998, WHO secara resmi telah mengubah pembukaan konstitusi yang dibuat pada tahun 1946 dengan memasukkan dimensi spiritual dalam definisi kesehatannya. Ide untuk memperhitungkan dimensi spiritual telah muncul pada awal tahun 1980-an dan perubahan ini telah memakan waktu selama empat belas tahun lebih. Perubahan ini telah membuat dimensi spiritual menjadi bagian penting dari pengembangan ilmu kesehatan di seluruh belahan dunia. WHO juga telah mengatur strategi internasional yang memasukkan dimensi spiritual dengan memperhatikan agama dan kepercayaan yang tumbuh di masyarakat setempat.

Pendekatan spiritual dengan menggunakan psikoreligius dipandang sebagai salah satu alternatif yang dinilai penting dan efektif untuk meningkatkan kepercayaan diri, optimisme dan kekebalan pasien. Hawari (2002) mengatakan bahwa pendekatan psikoreligius bertujuan untuk memperkuat keimanannya yang dapat meningkatkan kemampuan dan kekebalan pasien dalam mengatasi penyakit yang dideritanya.Tujuan

(7)

commit to user

tersebut terjadi sebagai akibat dari adanya penurunan stres setelah dilakukan pengobatan dengan menggunakan pendekatan psikoreligius.

Pendekatan psikoreligius dengan menggunakan benda-benda yang dianggap suci oleh individu menunjukkan hasil yang signifikan untuk mengurangi stres (Miller, Gall & Corbeil, 2011). Al Quran adalah kitab suci umat muslim di seluruh penjuru dunia yang dapat memberikan ketenangan jiwa sehingga bermanfaat untuk menurunkan stres. Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian di bidang kedokteran. Salah satu

penelitian tersebut adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Qadhi dalam bidang kedokteran Islam. Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa Al Quran memiliki pengaruh dalam ketenangan jiwa sebesar 97% dan penyembuhan penyakit (Al Battar, 2012).

Aktivitas mendengarkan bacaan Al Quran memiliki pengaruh positif dalam menurunkan stres. Hal tersebut telah dibuktikan oleh beberapa penelitian di bidang kesehatan dan psikologi. Penelitian yang dilakukan oleh Yustisia (2012) menunjukkan bahwa bacaan Al Quran terbukti efektif dalam menurunkan tingkat stres pada subjek dengan

gangguan mood (depresi) di Rumah Sakit Jiwa Malang. Penelitian lain yang dilakukan oleh Salim (dalam Al Battar, 2012) menunjukkan hasil bahwa bacaan Al Quran dapat memberikan ketenangan sebesar 65%. Penelitian Abdurrochman, Perdana & Andhika (2008) menunjukkan bahwa mendengarkan bacaan Al Quran dapat menaikkan gelombang delta di daerah frontal dan central baik di sebelah kiri maupun kanan otak.

(8)

commit to user

Adanya gelombang delta ini mengindikasikan bahwa kondisi individu berada dalam kondisi sangat rileks. Fungsi dari daerah frontal adalah sebagai pusat intelektual umum dan pengontrol emosi (Hadianto, Harahap & Budi, 2007; Kalat, 2010). Daerah central berfungsi sebagai pusat pengontrol gerakan yang dilakukan sehingga stimulan mendengarkan bacaan Al Quran dapat memberikan ketenangan, ketentraman dan kenyamanan bagi individu yang mendengarkannya. Efek ketenangan tersebut dapat diperoleh meskipun tidak memahami artinya. Hal ini telah dibuktikan oleh studi yang dilakukan oleh Thayyarah (2013).

Pasien kanker serviks yang menjalani proses hospitalisasi di rumah sakit rentan terhadap stres sehingga diperlukan pendekatan spiritual yang praktis dan mudah sebagai pendamping pengobatan medis untuk menurunkan stres yang dialami. Mendengarkan ayat-ayat Al Quran merupakan salah satu pendekatan spiritual yang mudah dilakukan kepada pasien karena dapat didengarkan dengan kondisi berbaring. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh mendengarkan ayat-ayat Al Quran terhadap penurunan stres pada pasien kanker serviks di Dr. Moewardi Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada pengaruh mendengarkan ayat-ayat Al Quran terhadap penurunan stres pada pasien kanker serviks.”

(9)

commit to user

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh mendengarkan ayat-ayat Al Quran terhadap penurunan stres pada pasien kanker serviks.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Manfaat teoritis

1) Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi, masukan, dan pemikiran kepada ilmuwan psikologi untuk memperkaya wawasan keilmuan bidang Psikologi Islam dan Psikologi Klinis mengenai pengaruh mendengarkan ayat-ayat Al Quran terhadap penurunan stres pada pasien kanker serviks. b. Manfaat praktis

1) Bagi pasien penderita kanker serviks, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan metode mendengarkan ayat-ayat Al Quran untuk menurunkan stres.

2) Bagi instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis melalui metode mendengarkan ayat-ayat Al Quran terhadap penurunan stres pada pasien kanker serviks di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

(10)

commit to user

3) Bagi muslim, penelitian ini diharapkan dapat menambah keimanan akan kebenaran ayat-ayat Al Quran.

4) Bagi ilmuwan psikologi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi batu loncatan untuk melakukan penelitian selanjutnya khususnya di bidang Psikologi Islam dan Psikologi Klinis.

Referensi

Dokumen terkait

di pasar Sidorejo tersebut semakin tinggi atau baik sesuai dengan ajaran. dan aturan

(2) Dalam hal setelah berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pembelian saham Bank lain dan mengakibatkan yang

Mengingat perubahan kondisi fisik yang menurun pada lansia maka lansia sering mengalami penurunan dalam kemampuan fungsional dan mengalami kesulitan dalam melakukan

Input data, yaitu: data Sumber PLN, Trafo, Saluran, dan beban yang diperoleh dari sistem yang terkait dengan catu daya Kawasan GI PUSPIPTEK dalam hal ini menggunakan catu

Kesultanan Aceh yang pernah dikenal sampai keluar negeri. Peninggalan berupa bangunan Cagar Budaya ini berada di sekitar lingkungan siswa. Salah satu peninggalan Sultan

0DNVXGDO)ƗUƗEƯPHQJHPXNDNDQSDKDP emanasi ini adalah untuk menghindarkan arti banyak dalam zat Allah. Karenanya Allah tidak bisa secara langsung menciptakan alam yang

 Handover is the process of transfer of user traffic channels at the time of active users without termination and without intervention from the user.  Handoff is no different

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa persentase larutan kapur sirih terbaik untuk bahan perendaman pada pembuatan keripik talas ketan adalah 20% dan lama