• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. di Kecamatan Sukasada, Buleleng, Bali. Sebagai salah satu sentral kerajinan, Desa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. di Kecamatan Sukasada, Buleleng, Bali. Sebagai salah satu sentral kerajinan, Desa"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa Tegallinggah secara geografis terletak di Bali bagian Utara, tepatnya di Kecamatan Sukasada, Buleleng, Bali. Sebagai salah satu sentral kerajinan, Desa Tegallinggah dikenal sebagai industri kerajinan kapuk. Sekalipun setelah dikenalnya kasur busa, industri kasur kapuk mengalami gejala kemunduran. Dalam penelitian Wayan Suarsa Dharmana (2007) dijelaskan bahwa kerajinan kapuk di Desa Tegallinggah muncul sekitar tahun 1970-an dengan memproduksi kasur dan bantal saja dengan motif berwarna merah dan putih. Dinamika kerajinan kapuk di Desa Tegallinggah mengalami pasang surut dari tahun ke tahun hingga tahun 2006 kerajinan kapuk mulai digemari kembali oleh konsumen dengan produk kasur lantai yang sedang menjadi trending dan produk andalan para pengerajin kapuk di Desa Tegallinggah. Hal ini menunjukkan bahwa bukan hanya kreatifitas, komoditas dan kesejahteraan pengerajin yang meningkat. Kenyataan ini tidak bisa dilepaskan dari proses adaptasi yang dilakukan oleh para pengerajin kapuk.

Desa Tegallinggah merupakan daerah yang memiliki suhu yang panas yang mengakibatkan Desa Tegallinggah menjadi daerah yang tandus, walaupun sebagian daerahnya berada di daerah pegunungan. Sumber air yang sedikit juga menjadi salah satu faktor Desa Tegallinggah menjadi daerah yang kering, sehingga mempengaruhi jenis tanaman yang dapat hidup di daerah ini. Salah satu tanaman yang cocok dan dapat berkembang dengan baik di Desa Tegallinggah adalah pohon kapuk, karena pohon kapuk bisa bertahan walaupun hanya terdapat sedikit air.

(2)

Banyaknya tanaman kapuk ini membuka peluang bagi penduduk setempat karena serat yang ada pada buah kapuk dapat dimanfaatkan menjadi kasur maupun bantal yang berbahan dasar kapuk. Awalnya pemanfaatan kapuk sebagai kasur dan bantal ini hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri saja, namun seiring berjalannya waktu kegiatan ini terus berlangsung sehingga produksinya melebihi kebutuhan. Hal inilah yang memicu dan dijadikan peluang oleh masyarakat (para pengerajin kapuk) Desa Tegallinggah sebagai sumber penghasilan dengan cara menjual hasil produk kerajinan kapuk kepada masyarakat sekitar.

Kegiatan sebagai pengerajin kapuk dilakukan oleh masyarakat Desa Tegallinggah sejak tahun 1970-an (Dharmana, 2007: 3) dan dapat bertahan hingga sekarang walaupun pernah mengalami kemunduran. Desa Tegallinggah selain terkenal karena memiliki penduduk yang heterogen dan dapat hidup harmonis dalam perbedaan, juga terkenal sebagai daerah penghasil kerajinan kapuk berupa kasur dan bantal khususnya di Buleleng dan di Bali Utara pada umumnya. Memilih profesi sebagai seorang pengerajin kasur dan bantal kapuk bukanlah hal yang mudah. Seiring kemajuan zaman dimana teknologi semakin canggih, muncul berbagai produk kasur dan bantal dengan berbahan dasar spon/busa dan springbad. Kemunculan industri rumah tangga kasur serta bantal yang berbahan dasar spon/busa dan Springbad yang membanjiri masyarakat dengan menawarkan efisiensi dan kenyamanan yang lebih dibandingkan dengan menggunakan kasur kapuk ini menyebabkan persaingan dagang. Namun yang mengherankan adalah mengapa kasur dan bantal kapuk ini masih bisa bertahan ditengah-tengah kemajuan zaman. Hal inilah yang menarik untuk diteliti oleh penulis mengapa kerajinan kapuk ini dapat bertahan ditengah-tengah kemajuan zaman.

(3)

Kemunduran kerajinan kapuk ini tidak terjadi secara serentak melainkan perlahan-lahan, satu per satu para pengerajin kapuk di Desa Tegallinggah beralih profesi. Kemunduran ini bukan hanya terjadi sekarang namun sebenarnya kemunduran ini sudah terjadi ketika diteliti oleh Wayan Suarsa Dharmana (2007), dalam penelitiannya yang berjudul “Usaha Kerajinan Kapuk Di Desa Tegallinggah, Sukasada, Buleleng-Bali 1970-2006: Kajian Sejarah Sosial Ekonomi”. Penelitian Suarsa Dharmana terfokus pada sejarah kerajinan kapuk dari tahun 1970-an sampai 2006 dan dinamikanya dalam kajian sejarah sosial ekonomi. Jumlah pengerajin kapuk pada tahun 2006 tercatat sebanyak 13 kepala keluarga, namun seiring berjalannya waktu kini hanya tersisa 6 kepala keluarga saja. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melanjutkan penelitian yang dilakukan oleh Wayan Suarsa Dharmana dari tahun 2006 hingga sekarang. Dalam penelitian ini akan lebih terfokus terhadap faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran dan proses adaptasi yang dilakukan oleh para pengerajin kapuk di Desa Tegallinggah dalam bentuk kreatifitas yang mempengaruhi jenis produk kerajinan kapuk.

Modernisasi mengakibatkan kebudayaan tradisional tersisihkan. Hal ini pun terjadi pada kerajinan kapuk di Desa Tegallinggah, seiring perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih mengakibatkan kerajinan kapuk ini tersisih. Beredarnya kasur busa/spon seperti spring bad yang lebih nyaman dan mudah dalam pemakaiannya mengakibatkan semakin sedikitnya peminat kasur dan bantal kapuk. Hal ini pun menyebabkan semakin sedikitnya pengerajin kapuk di Desa Tegallinggah. Sejarah sebagai pentas nilai dapat diintegrasikan dalam pembelajaran sejarah terkhusus nilai-nilai karakter, karena pada dasarnya adalah penanaman

(4)

karakter. Untuk mengintegrasikan nilai-nilai tersebut maka dibutuhkan perangkat pembelajaran antara lain adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Kajian tentang kerajinan kapuk di Desa Tegallinggah sudah pernah diteliti

oleh Wayan Suarsa Dharmana yang berjudul “Usaha Kerajinan Kapuk Di Desa

Tegallinggah, Sukasada, Buleleng-Bali 1970-2006: Kajian Sejarah Sosial Ekonomi”. Penelitian ini mendapatkan hasil mengenai sejarah usaha kerajinan kapuk yang ada di Desa Tegallinggah yaitu dari tahun 1970-an sampai tahun 2006 yang terfokuskan pada produk yang dibuat. Dalam penelitian ini dijelaskan secara rinci perkembangan serta pergolakan yang terjadi tentang usaha kerajinan kapuk sampai pemasarannya. Namun dalam penelitian ini hanya terfokus pada sejarah dan kehidupan sosial-ekonomi tanpa adanya potensi sebagai sumber belajar sejarah.

Penelitian tersebut membuat peneliti tertarik pada pertanyaan mengapa kerajinan kapuk ini masih bisa bertahan di tengah-tengah kemajuan zaman dan peralihan sektor pertanian yang ada di Desa Tegallinggah dari kapuk ke tanaman yang dianggap lebih menguntungkan seperti cengkeh, kopi, mangga, rambutan dan durian. Sehubungan dengan berbagai fenomena tersebut, maka penulis tertarik meneliti tentang kerajinan kapuk ini dengan mengambil judul Kerajinan Kapuk Di Desa Tegallinggah, Sukasada, Buleleng, Bali (Sejarah Kemunduran, Adaptasi dan Nilai-nilai Pendidikan Karakter Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Di SMA/MA).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Wayan Suarsa Dharmana adalah dalam penelitian ini terfokus pada kerajinan kapuk yang sekarang masih ada atau bertahan, dan sekarang berkembang dengan produk-produk yang dihasilkan masih berbahan dasar kapuk tetapi tidak dalam bentuk

(5)

kerajinan kapuk konvensional (kasur dan bantal) saja. Meskipun mengalami kemunduran dalam bidang produksi dan bertahannya industri ini melalui proses adaptasi, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dharmana terbatas sampai tahun 2006 saja dengan bertumpu pada produk yang dihasilkan dalam kajian ekonomi. Selain itu hasil penelitian ini juga memiliki nilai-nilai pendidikan karakter dan juga dapat diintegrasikan dalam pembelajaran sejarah di SMA/MA. Saat ini pendidikan di Indonesia mengikuti kurikulum 2013. Berdasarkan Pemertahanan Produk Kerajinan Kapuk di Desa Tegallinggah, dapat dapat dimasukan ke dalam pembelajaran Sejarah Ekonomi Kelas XI KD 3.2 yaitu menganalisis konsep pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi serta permasalahan dan cara mengatasinya dan KD 4.2 yaitu menyajikan hasil temuan di lapangan tentang permasalahan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi serta cara mengatasinya. Berdasarkan studi pendahuluan di dapatkannya informasi belum diterapkan pengembangan kurikulum terkait Pemertahanan Produk Kerajinan Kapuk di Desa Tegallinggah, Sukasada, Buleleng-Bali, maka dari itu peneliti tertarik untuk menerapkan dalam Rancangan Pembelajaran (RPP) di Madrasah Aliyah.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas maka dirumuskan perrnasalahannya sebagai berikut.

1.2.1 Mengapa kerajinan kapuk di Desa Tegallinggah mengalami kemunduran? 1.2.2 Bagaimana pola adaptasi yang dilakukan oleh pengerajin kapuk yang tersisa

(6)

1.2.3 Nilai-nilai pendidikan karakter apa yang ada dibalik dinamika kerajinan kapuk di Desa Tegallinggah yang dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1.3.1 Mengetahui mengapa kerajinan kapuk di Desa Tegallinggah mengalami kemunduran.

1.3.2 Mengetahui bagaimana pola adaptasi yang dilakukan oleh pengerajin kapuk yang tersisa agar mampu mempertahankan kehidupannya.

1.3.3 Mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter apa yang ada dibalik dinamika kerajinan kapuk di Desa Tegallinggah yang dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan, khazanah ilmu pengetahuan khususnya sejarah ekonomi tentang pemertahanan produk kerajinan kapuk di Desa Tegallinggah.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu:

(7)

a) Jurusan Pendidikan Sejarah, diharapkan penelitian ini dapat memperkaya kajian-kajian tentang sejarah yang multidimensional, dan temuan ini diharapkan bermanfaat dalam pengembangan mata perkuliahan pada mata kuliah sejarah ekonomi yang terkait dengan pemertahanan produk kerajinan kapuk.

b) Masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasannya tentang kreativitas suatu masyarakat dalam membuka lapangan pekerjaan untuk menanggulangi pengangguran yang semakin meningkat serta dapat dijadikan sebagai peluang dalam memanfaatkan dengan baik apa yang ada di sekitar kita yang dapat bernilai ekonomis dan dapat berguna bagi kehidupan.

c) Pemerintah setempat, penelitian ini diharapkan dapat membantu agar kehidupan masyarakat pengerajin kasur dan bantal kapuk lebih diperhatikan dan tidak punah serta lebih memberdayakan sebagai sebuah lapangan pekerjaan yang menjanjikan serta diperlukannya sosialisasi tentang kerajinan kapuk dan teknologi untuk mendukung usaha kerajinan kapuk tersebut.

d) Peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan dapat memotivasi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian tentang sejarah ekonomi.

e) Penulis, semoga penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan wawasan yang berkaitan dengan pemertahanan produk kerajinan kapuk di Desa Tegallinggah. Sekaligus dijadikan sebagai refleksi dari pengetahuan yang di dapat di bangku kuliah.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan yang bermanfaat bagi Perusahaan Hotel Maesa di Ponorogo dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan fasilitas, serta

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak seperti guru SMA bersangkutan agar mendapatkan gambaran tentang remaja putri yang mengalami masalah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat sebagai bahan referensi bagi mereka yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak sebagai berikut: (1) bagi siswa hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

Penelitian yang dilakukan diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta dapat memperkaya ilmu pengetahuan terutama dalam bidang ilmu sosial yang berkaitan

Bagi Direktorat Jenderal Perkebunan dan pihak terkait, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat dalam mendukung keberhasilan pengembangan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam membantu mengetahui dan memperkaya pengetahuan bagi masyarakat khususnya keluarga pasien, kerabat pasien,

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat; (1) bagi orangtua, diharapkan para orangtua dapat memberikan bimbingan secara tepat kepada