• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. 1. Pengertian Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. 1. Pengertian Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

A. Kepercayaan Diri

1. Pengertian

Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga seseorang tidak terpengaruh oleh orang lain (Lauster, 2002). Selanjutnya Angelis (2003) menambahkan bahwa rasa percaya diri adalah mempunyai keyakinan pada kemampuan-kemampuan yang dimiliki, keyakinan pada suatu maksud atau tujuan dalam kehidupan dan percaya bahwa dengan akal budi bisa melaksanakan apa yang diinginkan, direncanakan dan diharapkan. Lebih lanjut Centi (2003) menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah suatu perasaan atau sikap tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain, karena telah merasa cukup aman dan tahu apa yang dibutuhkan di dalam hidup ini.

Menurut Thantaway (2005), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberikan keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya dalam kemampuannya, karena itu sering menutup diri.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kepercayaan diri adalah kondisi mental atau psikologis seseorang dan yakin pada kemampuan diri mereka sendiri, dimana individu tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, serta memiliki perasaan positif yang ada dalam diri seseorang tersebut, serta dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki tersebut

(2)

responden merasa mampu untuk mengerjakan segala tugasnya dengan baik dan untuk meraih tujuan hidupnya.

2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri

Lauster (Gufron, 2010) mengemukakan aspek-aspek kepercayaan diri sebagai berikut : a. Percaya pada kemampuan diri

Kepercayaan diri diartikan sebagai suatu keyakinan seseorang untuk mampu berperilaku sesuai dengan yang diharapkan dan diinginkan. Selanjutnya kepercayaan diri merupakan sikap mental seseorang dalam menilai diri maupun objek sekitarnya, sehingga individu mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya untuk dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya. Contohnya seorang remaja harus yakin dapat meraih keberhasilan dengan usaha dan kerja kerasnya.

b. Optimis

Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan kemampuannya. Contohnya seorang remaja yang selalu yakin akan kemampuan tubuh yang dimilikinya.

c. Objektif

Oraang yang memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan kebenaran yang semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri. contohnya seorang remaja yang dapat menyelesaikan masalah tidak hanya melihat dari sudut pandang dirinya saja namun lebih menyeluruh.

(3)

Bertanggung jawab adalah kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. Contohnya seorang remaja yang berani menanggung segala sesuatu yang telah menjadi resiko atau konsekuensinya yang telah disepakati.

e. Rasional dan realistis

Rasional dan realistis adalah analisis terhadap sesuatu masalah, sesuatu hal dan suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan. Contohnya seorang remaja yang dapat menyelesaikan masalahnya dengan penjelasan yang masuk akal dan tidak hanya memandag permasalahan tersebut dari sudut pandang individu tersebut akan tetapi lebih menyeluruh.

Menurut Anthony (1996), mengemukakan aspek-aspek kepercayaan diri antara lain: a. Optimis

Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud optimis adalah orang yang selalu berpandagan baik dalam menghadap segala hal atau persoalan. Pengertian optimisme dalam kamus besar bahasa indonesia adalah keyakinan atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menguntungkan. Orang yang memiliki sikap optimisme disebut orang optimis atau dapat diartikan orang yang selalu semangat berpengharapan baik. Contohnya seorang remaja yang sedang melakukan sebuah program diet dan seorang remaja tersebut berharap bahwa berat badannya bisa turun sesuai dengan yang diharapkannya. b. Menghadapi persoalan yang ada dengan hati yang tenang

Manusia hidup selalu menghadapi masalah. Apapun masalah yang datang hendaknya seseorang menerima dengan pasrah dan tenang. Orang yang percaya diri memiliki ciri pengendalian dirinya baik dan emosinya stabil ( Rini, 2002). Contohnya

(4)

seorang remaja harus bisa menerima dan mampu menghadapi segala permasalahan dengan hati yang tenang tidak dengan emosi yang berlebihan dan kekerasan.

c. Memandang permasalahan sebagai tantangan hidup yang harus dihadapi

Dalam menghadapi sebuah permasalahan diharapkan dapat diatasi dalam tingkatan yang lebih baik, sehingga sikapnya menjadi positif dan terbuka. Individu yang optimis mempunyai kemauan guna bekerja dan belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Contohnya seorang remaja yang tengah duduk dibangku kuliah yang mengalami penurunan tingkat prestasi memandang bahwa kegagalan dalam prestasi belajarnya adalah suatu tantangan hidup yang harus dijalani, dengan harapan kedepannya seorang remaja tersebut mampu untuk menjadi lebih baik.

d. Tidak mementingkan diri sendiri dan toleran

Tidak mementingkan diri adalah sikap murni seseorang tanpa tujuan untuk mendapatkan balasan sama sekali, sedangkan individu yang mempunyai toleransi akan mengenali kemampuan dan keterbatasan dirinya, kemampuan dan keterbatasan orang lain serta perbedaan potensi pribadi antar individu. Walgito (2002) menambahkan bahwa toleran berarti memahami dan menerima perbedaan orang lain dengan dirinya dan mengerti kekurangan yang ada pada dirinya serta dapat menerima pandangan dari orang lain. Contohnya seorang remaja diharapkan dapat membantu sesama tanpa mengharapkan imbalan dan memahami kekurangan yang ada dalam dirinya maupun orang lain.

e. Memiliki ambisi yang wajar

Ambisi adalah dorongan untuk mencapai hasil yang diperlihatkan dan dihargai oleh orang lain untuk mempertinggi rasa harga diri dan memperkuat rasa percaya diri. Contohnya

(5)

seorang remaja yang telah mencapai suatu ambisi yang diinginkan dan hasilnya pun cukup memuaskan hendaknya remaja bersikap sewajarnya saja tidak yang berlebihan.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek kepercayaan diri antara lain: Keyakinan akan kemampuan diri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki rasa positif terhadap diri sendiri, berani mengungkapkan pendapat, Rasional dan realistis, memiliki ambisi yang wajar, Tidak mementingkan diri sendiri dan toleran, dan menghadapi persoalan yang ada dengan hati yang tenang sebagai tekad diri yang terbina dari keyakinan dalam jiwa sebagai manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan kesediaan melakukan untuk berbuat sesuatu dan pantang menyerah. Oleh karena itu untuk menyelesaikan permasalahan ini peneliti menggunakan aspek menurut Lauster (Alsa, 2006) yang akan dijadikan sebagai indikator dalam penyusunan skala kepercayaan diri dikarenakan aspek-aspek tersebut dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepercayaan diri yang dimiliki remaja putri, alasannya karena lebih kongkrit, dan bahasa yang digunakan lebih mudah untuk dipahami.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

Menurut Lauster (2003) kepercayaan diri dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : a. Kondisi fisik

Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada kepercayaan diri, Anchok (dalam Anthony, 2002) mengatakan penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya harga diri dan kepercayaan diri seseorang. perubahan pada kondisi fisik seseorang yang tidak sesuai dengan yang diharapkan inilah yang akan menimbulkan sebuah persepsi dan gambaran pada penampilan fisik. penampilan fisik ini sangat erat hubungannya dengan gambaran dan persepsi individu terhadap kondisi fisik dan bentuk tubuhnya seperti: wajah, perut, pinggang, betis, bahu, lengan tangannya dan lain sebagainya. gambaran dan persepsi

(6)

pada individu inilah yang disebut dengan citra tubuh Menurut Schilder (dalam Grogan, 2008).

b. Cita-cita

Seseorang yang bercita-cita normal akan memiliki kepercayaan diri karena tidak perlu untuk menutupi kekurangannya pada diri sendiri dengan cita-cita yang berlebihan.

c. Sikap hati-hati

Seseorang yang percaya diri tidaklah bersikap hati-hati secara ber-lebihan. Dengan percaya diri seseorang memiliki keyakinan dan dengan hati-hati, dirinya sendiri tidak langsung melihat dirinya sedang mem-persoalkannya.

d. Pengalaman hidup

Lauster (1997) mengatakan bahwa kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman yang mengecewakan adalah paling sering menjadi sumber timbulnya rasa rendah diri. Apalagi jika pada dasarnya individu memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang perhatian.

Menurut Hakim (2002) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri antara lain :

a. Lingkungan keluarga

Keadaan lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan awal rasa percaya diri pada seseorang. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Gunarsa (2009) bahwa lingkungan keluarga merupakan “lingkungan pertama yang mula-mula memberikan pengaruh yang mendalam bagi anak”. Dari anggota-anggota keluarganya (ayah, ibu dan

(7)

saudara-saudaranya) anak memperoleh segala kemampuan dasar, baik intelektual maupun sosial. Hasbullah (2008) menambahkan bahwa lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapat didikan dan bimbingan. Dan dikatakan sebagai lingkungan yang utama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga.

b. Pendidikan formal

Sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan kedua bagi anak, dimana sekolah merupakan lingkungan yang paling berperan bagi anak setelah lingkungan keluarga dirumah, sekolah akan memberikan ruang pada anak untuk mengekspresikan rasa percaya dirinya terhadap teman-teman sebayanya. Contoh pelaksanaan pendidikan formal adalah belajar di sekolah dasar, sekolah menengah pertama. sekolah menengah atas dan perguruan tinggi, baik itu negeri maupun swasta yang diakui oleh pemerintah.

c. Pendidikan non formal

Salah satu modal utama untuk bisa menjadi seseorang dengan kepribadian yang penuh rasa percaya diri adalah memiliki kelebihan tertentu yang berarti bagi diri sendiri dan orang lain. Rasa percaya diri akan menjadi lebih mantap jika seseorang memiliki suatu kelebihan yang membuat orang lain merasa kagum. Kemampuan atau keterampilan dalam bidang tertentu bisa didapatkan melalui pendidikan non formal. Contoh pelaksanaan pendidikan nonformal adalah mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan kesetaraan Paket A, Paket B dan Paket C, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dll, Pendidikan nonformal sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan peserta didik antara lain: lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain sebagainya,

(8)

d. Kondisi fisik

Kondisi fisik merupakan keaadaan yang meliputi faktor kekuatan, kecepatan, dan daya tahan. Sedangkan dalam arti luas ketiga faktor di atas ditambah dengan faktor kelentukan ( fleksibility) dan koordinasi. Menurut Clara (1993), Penilaian yang positif terhadap keadaan fisik seseorang, baik dari diri sendiri maupun orang lain, sangat membantu perkembangan kepercayaan diri.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri adalah kondisi fisik, cita-cita, sikap hati-hati, pengalaman, lingkungan keluarga, pendidikan formal dan pendidikan non formal. Peneliti menggunakan faktor kepercayaan diri menurut Hakim (2002). Alasannya karena faktor yang diungkapkan dapat digunakan dalam menyelesaian permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti. Di dalam penelitian ini, peneliti memilih citra tubuh sebagai variabel bebas. Dimana citra tubuh tersebut masuk didalam faktor kondisi fisik.

Rudd dan Lennon (2001) mengemukakan bahwa citra tubuh adalah gambaran mental yang dimiliki individu tentang tubuhnya meliputi dua komponen, yaitu komponen perseptual (ukuran, bentuk, berat, karakteristik, gerakan, dan performa tubuh) dari semua komponen-komponen tersebut masuk didalam komponen kondisi fisik dan komponen sikap (apa yang kita rasakan tentang tubuh kita dan bagaimana perasaan ini mengarahkan pada tingkah laku). kondisi fisik juga digambarkan sebagai sebuah area psikologis dimana tubuh, pikiran, dan kebudayaan bergabung menjadi satu. Area ini mencakup pemikiran-pemikiran, perasan, persepsi, tingkah laku, nilai-nilai, dan anggapan seseorang mengenai tubuhnya Hutchinson (dalam Juntunen & Atkinson, 2002).

(9)

1. Pengertian

Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi: performance, potensi tubuh, fungsi tubuh, serta persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh. (Sunaryo, 2004). Lebih lanjut Cash (1994) menyatakan bahwa citra tubuh merupakan evaluasi dan pengalaman afektif seseorang terhadap karakteristik dirinya, bisa dikatakan bahwa investasi dalam penampilan merupakan bagian utama dari evaluasi diri seseorang. Cash dan Pruzinsky (1990) menyatakan bahwa citra tubuh merupakan gabungan dari gambaran, fantasi, dan pemaknaan individu tentang bagian dan fungsi tubuh yang dimiliki yang merupakan bagian dari komponen gambaran diri dan dasar representasi diri.

Citra tubuh sebagai gambaran tentang tubuh individu yang terbentuk dalam pikiran kita, atau dengan kata lain gambaran tubuh individu menurut individu itu sendiri Glesson & Frith (2006). Rudd dan Lennon (2000) menyatakan, bahwa citra tubuh adalah gambaran mental yang kita miliki tentang tubuh kita. Gambaran mental ini meliputi dua komponen, yaitu komponen perseptual (ukuran, bentuk, berat, karakteristik, gerakan, dan performansi tubuh) dan komponen sikap (apa yang kita rasakan tentang tubuh kita dan bagaimana perasaan ini mengarahkan pada tingkah laku). Grogan (1999) menyatakan bahwa citra tubuh merupakan persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang terhadap tubuhnya.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa citra tubuh merupakan gabungan dari gambaran mental, fantasi, sikap, pikiran, perasaan, pemaknaan, dan perasaan seseorang terhadap tubuhnya yang meliputi bentuk, ukuran, berat, karakteristik, dan performansi tubuh. Individu dapat memiliki penilaian positif maupun negatif terhadap citra tubuh diri.

(10)

Menurut Cash & Pruzinsky, (2002) membagi aspek citra tubuh di masa dewasa tengah menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

a. Penampilan fisik

Mengungkapkan informasi tentang evaluasi dari penampilan keseluruhan tubuh, perhatian individu terhadap penampilan dirinya, serta usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan fisiknya. Contohnya seorang remaja tidak perlu berlebihan dalam menilai tubuhnya serta usaha-usaha untuk memperbaiki tubuhnya.

b. Perasaan mengenai kemampuan tubuh

Didasarkan pada sensasi fisik yang terkait dengan penuaan, seperti perasaan tentang ketangkasan berolahraga, daya tahan tubuh, dan kekuatan fisik. Hal ini terlihat pada evaluasi derajat kebugaran yang dirasakan individu terhadap tubuhnya, perhatian individu terhadap kebugaran fisiknya, serta usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kebugaran fisiknya. Contohnya seorang remaja harus menyadari batasan dan kemampuan tubuhnya dan remaja pun harus menyadari bahwa tidak selamanya tubuhya tersebut kuat. c. Pengalaman tentang kesehatan dan penyakit

Berimplikasi mengenai kualitas hidup yaitu evaluasi penilaian individu mengenai kesehatan tubuhnya; mengukur derajat pengetahuan dan kesadaran individu terhadap pentingnya kesehatan fisik dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan sehingga selalu berusaha untuk mengembangkan gaya hidup sehat; serta mengukur kesadaran individu terhadap penyakit dan derajat reaksi terhadap masalah penyakit yang dialami tubuh. Contohnya seorang remaja yang rutin mengecek kesehatan fisiknya dan selalu menerapkan pola hidup sehat dikarenakan individu tersebut sadar bahwa betapa pentingnya kesehatan tubuh.

(11)

Berdasarkan aspek-aspek diatas yang dikemukakan oleh Cash & Pruzinsky (2002) mengatakan seorang remaja sering kali mengkhawatirkan penamplan fisiknya kemudian perasaan mengenai kemampuan tubuh yang dimilikinya dan ditambah lagi dengan pengalaman tentang kesehatan dan penyakit yang pernah diderita oleh seorang remaja tersebut.

Menurut Cash (2004) mengemukakan pendapatnya dengan menyebutkan bahwa ada lima dimensi citra tubuh, yaitu:

a. Evaluasi penampilan (Appearance Evaluation), yaitu mengukur evaluasi dari penampilan dan keseluruhan tubuh, apakah menarik atau tidak menarik serta memuaskan dan tidak memuaskan. Contohnya seorang remaja yang selalu menilai penampilannya apakah sudah menarik atau tidak.

b. Orientasi penampilan (Appearance Orientation), yaitu perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya. Contohnya seorang remaja yang selalu melakukan perawatan dan akan melakukan segala hal untuk memperbaiki bagian tubuh yang menurut mereka kurang menarik.

c. Kepuasan terhadap bagian tubuh (Body Area Satisfaction), yaitu mengukur kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut, tubuh bagian bawah (pantat, paha, pinggul, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), tubuh bagian atas (dada, bahu, lengan), dan penampilan secara keseluruhan. Contohnya contohnya seorang remaja yang selalu memperhatikan setiap bagian atau sisi tubuhnya.

d. Kecemasan menjadi gemuk (Overweight Preocupation), yaitu mengukur kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadan individu terhadap berat badan, kecenderungan melakukan

(12)

diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan. Contohnya seorang remaja yang selalu merasa khawatir bila badannya akan menjadi gemuk dan tidak menarik lagi. e. Pengkategorian ukuran tubuh (Self-Classified Weight),yaitu mengukur bagaimana individu

mempersepsi dan menilai berat badannya, dari sangat kurus sampai sangat gemuk. Contohnya seorang remaja yang selalu mengukur bentuk tubuhnya atau berat badannya , kira-kira individu tersebut termasuk golongan yang mana gemuk, kurus atau sudah terasuk dalam golongan bentuk tubuh yang ideal.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek citra tubuh antara lain, Penampilan fisik, Perasaan mengenai kemampuan tubuh, Pengalaman tentang kesehatan dan penyakit, Appearance Evaluation (Evaluasi penampilan), Appearance Orientation (Orientasi penampilan), Body Area Satisfaction (Kepuasan terhadap bagian tubuh), Overweight Preocupation (Kecemasan menjadi gemuk), dan Self-Classified Weight (Pengkategorian ukuran tubuh). Oleh karena itu untuk menyelesaikan permasalahan ini peneliti menggunakan aspek menurut Cash & Pruzinsky, (2002) yang akan dijadikan sebagai indikator dalam penyusunan skala citra tubuh dikarenakan aspek-aspek tersebut dapat digunakan untuk mengukur citra tubuh seorang remaja putri di karenakan aspek tersebut lebih mudah dipahami dan lebih kongkrit dalam mengungkap citra tubuh seseorang.

C. Hubungan antara Citra Tubuh dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Putri

Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa remaja mempunyai berbagai perubahan yang timbul pada masa ini, diantaranya perubahan fisik dan perubahan psikologis. Perubahan fisik merupakan gejala pertumbuhan primer pada remaja. Sementara perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan fisik (Sarwono, 2005).

(13)

Perubahan psikologis yang terjadi pada masa remaja dibarengi pula dengan perubahan sosial yang besar, hal ini dikaitkan dengan pencarian jati diri, keinginan untuk lebih mandiri, suasana hati, fokus dengan citra tubuh dan penampilan, peningkatan keinginan untuk bersosialisasi dengan teman dan mulai tertarik dengan lawan jenis (Worthingson dalam Bakhtiani, 2007). Sedangkan perubahan fisik dapat menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Pertumbuhan badan yang mencolok dapat membuat remaja tersisih dari temannya (Sarwono, 2005).

Berikut ini akan dijelaskan lebih mendalam tentang aspek-aspek citra tubuh menurut Cash & Pruzinsky, (2002) yaitu sebagai berikut : penampilan fisik, perasaan mengenai kemampuan tubuh, pengalaman tentang kesehatan dan penyakit. Seorang remaja yang memiliki citra tubuh yang positif akan menunjukkan ciri-ciri seperti kepercayaan diri yang tinggi. ketika individu memiliki gambaran yang akurat dan benar tentang tubuhnya, serta perasaan pengukuran atau penilaian yang sewajarnya terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya secara tidak langsung individu tersebut akan memiliki kepercayaan diri yang baik Melliana (2006).

Menurut Conger dan Petersen (dalam Perdani, 2009) seseorang yang memasuki masa remaja akan semakin memperhatikan penampilan fisik mereka dan mulai berpikir bagaimana memperbaiki penampilan fisik agar semakin menarik, contohnya melakukan perawatan, seperti kesalon, gym dan melakukan perawatan lainnya. Bukan hanya remaja, individu yang memasuki usia dewasa awal juga selalu memperhatikan penampilan fisik dan berusaha tampil menarik saat berhadapan dengan orang lain seperti cara mereka perpakaian, menggunakan make up dan lain sebagainya.

(14)

Aspek selanjutnya yaitu perasaan mengenai kemampuan tubuh yaitu didasarkan pada sensasi fisik yang terkait dengan penuaan, seperti perasaan tentang ketangkasan berolahraga, daya tahan tubuh, dan kekuatan fisik. Hal ini terlihat pada evaluasi derajat kebugaran yang dirasakan individu terhadap tubuhnya, perhatian individu terhadap kebugaran fisiknya, serta usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kebugaran fisiknya. Contohnya seorang remaja harus menyadari batasan dan kemampuan tubuhnya dan remaja pun harus menyadari bahwa tidak selamanya tubuhya tersebut kuat Cash & Pruzinsky, (2002).

Aspek yang ketiga yaitu pengalaman tentang kesehatan dan penyakit berimplikasi mengenai kualitas hidup yaitu evaluasi penilaian individu mengenai kesehatan tubuhnya; mengukur derajat pengetahuan dan kesadaran individu terhadap pentingnya kesehatan fisik dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan sehingga selalu berusaha untuk mengembangkan gaya hidup sehat; serta mengukur kesadaran individu terhadap penyakit dan derajat reaksi terhadap masalah penyakit yang dialami tubuh. Contohnya seorang remaja yang rutin mengecek kesehatan fisiknya dan selalu menerapkan pola hidup sehat dikarenakan individu tersebut sadar bahwa betapa pentingnya kesehatan tubuh Cash & Pruzinsky, (2002).

Schilder (dalam Grogan, 2008) mengatakan bahwa banyak aspek yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang yang meliputi penampilan fisik, perasaan mengenai kemampuan tubuh, dan pengalaman tentang kesehatan dan penyakit. Ketiga aspek tersebut sangat erat hubungannya dengan gambaran dan persepsi individu terhadap bentuk tubuhnya seperti wajah, berat badan, lingkar pinggang, berut dan lain sebagainya. Selanjutnya gambaran dan persepsi yang dimiliki seseorang inilah yang disebut dengan citra tubuh.

(15)

Citra tubuh yang kurang menarik akan menjadi penghambat bagi remaja untuk bergaul dengan teman sebaya dan membina hubungan dekat dengan lawan jenis. Remaja putri yang kurang menarik akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan perhatian dan kurang diterima dalam pergaulan. Kondisi ini menyebabkan remaja putri menjadi semakin merasa tidak puas terhadap dirinya. Ketidak puasan inilah yang menjadi salah satu penyebab timbulnya krisis percaya diri pada mereka (Hurlock, 1997). Sejumlah peneliti menemukan bahwa penampilan fisik menjadi kontributor yang sangat berpengaruh pada rasa percaya diri remaja, pada penelitian Harter (1990) penampilan fisik secara konsisten berkorelasi paling kuat dengan rasa percaya diri secara umum (Santrock, 2003).

Menurut Suryani (dalam Bestiana, 2012), perubahan-perubahan fisik yang dialami oleh remaja putri menghasilkan persepsi yang berubah-ubah mengenai citra tubuh seperti positif dan negatif, namun hampir selalu bersifat negatif dan menunjukkan penolakan terhadap fisiknya seperti melakukan diet, dikarenakan mereka menolak memiliki tubuh yang gemuk. Penolakan terhadap fisik dipengaruhi oleh pandangan negatif pada diri remaja, maka dari itu sebagian remaja memiliki perasaan kurang puas terhadap fisiknya. Seperti yang diungkapkan oleh Melliana (2006), remaja yang memiliki pandangan negatif terhadap fisiknya akan menjadi resah, takut, minder, cemas, sedih dan memiliki pikiran, perasaan yang negatif dalam menilai tubuhnya atau kondisi fisiknya. Berbeda halnya dengan remaja yang memiliki pandangan yang positif terhadap fisiknya secara keseluruhan remaja tersebut akan merasa nyaman dan lebih percaya diri dalam beraktifitas, bergaul dan mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

Menurut pendapat yang telah dijelaskan di atas, bahwa citra tubuh memiliki hubungan dengan kepercayaan diri. Kepercayaan diri menurut Anthony (dalam Gufron, 2010) merupakan

(16)

sikap pada diri individu yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan kesadaran diri, berpikir positif, memiliki kemandirian, dan mempunyai kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu yang diinginkan. Maka dari itu remaja yang memiliki kepercayaan diri terhadap tubuhnya akan menunjukkan rasa puas akan penampilannya, menghargai segala yang ada ditubuhnya, menerima kelebihan dan kekurangan yang ada ditubuhnya.

Sejumlah peneliti berpendapat bahwa citra tubuh sangat berpengaruh pada rasa percaya diri remaja, citra tubuh berkorelasi paling kuat dengan rasa percaya diri (Harter dalam santrock, 2005). Menurut Hurlock (2006), kepuasan terhadap citra tubuh akan menimbulkan sikap positif yang diekspresikan dalam bentuk rasa percaya diri, keyakinan diri dan konsep diri yang sehat. Hal itu akan mempengaruhi perasaan aman dalam menghadapi diri sendiri dan dunia luar.

Berdasarkan pada uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa seseorang yang memasuki masa remaja akan semakin memperhatikan citra tubuh mereka dan mulai berpikir bagaimana memperbaiki penampilan fisik agar semakin menarik. Hal ini beresiko tinggi dalam menimbulkan kecenderuangan memiliki ketidak puasan yang sangat tinggi akan bentuk tubuhnya, selain itu juga masalah kepercayaan diri adalah masalah yang paling sering mengganggu pada masa remaja di karenakan, seorang remaja yang memiliki kepercayaan diri yang rendah atau telah kehilangan kepercayaan dirinya, cenderung merasa tidak berharga, tidak ada artinya dan merasa kecil jika menghadapi tindakan dari orang lain seorang remaja yang percaya diri akan menjadi lebih mudah bergaul, lebih mudah mengontrol perilakunya dan akan lebih mudah menikmati hidupnya.

(17)

D. Hipotesis

Ada hubungan yang positif antara citra tubuh dengan kepercayaan diri pada remaja putri. Artinya remaja yang memiliki citra tubuh yang positif maka akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Sebaliknya remaja yang memiliki citra tubuh yang negatif maka akan memiliki kepercayaan diri yang rendah.

Referensi

Dokumen terkait

ABSTRAK PENGEMBANGAN PROTOTIPE SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERSAHABAT DAN KARAKTER CINTA DAMAI BERBASIS FILM KARAKTER DI SMP Uji Coba Terbatas pada Siswa Kelas VII A

Menurut Pasal 1 angka 10 undang-undang nomor 51 tahun 2009 tentang sengketa tata usaha negara menyebutkan, sengketa tata usaha negara adalah sengketa

Gagasan ini secara lebih nyata dituangkan menjadi sebuah program dengan tujuan umum untuk “memperkuat kapasitas dalam mengelola konflik dan risiko bencana alam dengan me-

Trend Bullish & Fase Akumulasi; Candle Bullish Opening Marubozu; Stochastic Bullish. Trend Netral & Fase Distribusi; Candle Bullish Harami, Sto- chastic Oversold.. 3945

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dijelaskan bahwa program BRI Peduli Pasar Rakyat (BRI Pesat) merupakan bentuk kegiatan Corporate Social Responsibility yang

Hasil penelitian memperlihatkan kadar kreatinin serum broiler betina yang di injeksi kombinasi tylosin dan gentamisin broiler betina tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Tylosin dan

Keluhan subyektif adalah keluhan yang dirasakan pada saat bekerja di Pengolahan Debu Kapas UD Tuyaman Desa Sidomukti Kabupaten Kendal.. Keluhan yang dirasakan pada

Poppy Indriani dan Harjahdi (2013) Pengambilan Keputusan Transaksi Berdasarkan Analisis Teknikal Dan Fundamental Pengambilan Keputusan dalam transaksi emas di perdagangan