• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013 DAN

CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah

Gambaran umum kondisi daerah Kabupaten Sijunjung memberikan gambaran tentang kondisi daerah dan capaian pembangunan Kabupaten Sijunjung periode yang lalu secara umum. Gambaran umum merupakan pijakan awal penyusunan dokumen perencanaan tahun berikutnya melalui pemetaan secara obyektif kondisi daerah dari aspek geografis dan demografi, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Analisis gambaran umum kondisi daerah memberikan pemahaman awal sejauh mana keberhasilan pembangunan daerah yang dilakukan selama ini dan mengindetifikasi faktor-faktor atau berbagai aspek yang perlu ditingkatkan dalam mendorong pencapaian target kinerja daerah.

2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi

Pembangunan daerah bertumpu pada kondisi kewilayahan daerah, aspek geografi dan demografi merupakan salah satu aspek kondisi kewilayahan yang mutlak diperhatikan sebagai ruang dan subyek pembangunan. Dari uraian ini diharapkan dapat terpetakan potensi dan permasalahan yang dihadapi Kabupaten Sijunjung dalam pembangunan kedepannya.

2.1.1.1. Karekteristik Wilayah

Kabupaten Sijunjung merupakan salah satu dari 19 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat. Secara geografis posisi astronomis Kabupaten Sijunjung berada pada 0o 18’ 43” Lintang Selatan (LS) sampai dengan 1o 41’ 46”

Lintang Selatan (LS) dan dari 100o 37’ 40” Bujur Timur (BT) sampai dengan 101o

30’ 52” Bujur Timur (BT). Posisi Kabupaten Sijunjung berada di bagian Timur Provinsi Sumatera Barat, pada jalur utama yang menghubungkan Provinsi Riau dan Provinsi Jambi. Mengingat letaknya di persimpangan jalur tersebut Kabupaten Sijunjung merupakan jalur ekonomi dan jalur pariwisata yang sangat strategis.

(2)

Luas wilayah Kabupaten Sijunjung telah mengalami tiga kali perubahan sejak terbentuk pada tanggal 18 Februari 1949 melalui Surat Keputusan Gubernur Militer Sumatra Barat Nomor: SK/9/GN/IST dan diperkuat oleh Undang-Undang No.12 Tahun 1956. Perubahan terakhir terjadi ketika dilakukannya pembentukan Kabupaten Dharmasraya melalui Undang-Undang No. 38 Tahun 2003 dimana wilayahnya merupakan 49 persen dari wilayah Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung, sehingga luas wilayahnya sekarang menjadi 313.080 ha. Luas tersebut setara dengan 7,40% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Barat dan merupakan kabupaten nomor dua terkecil di Provinsi Sumatra Barat.

Secara administratif Kabupaten Sijunjung terdiri dari 8 (delapan) kecamatan dan 61 (enam puluh satu) nagari/desa, dengan batas-batas administrasi adalah sebagai berikut:

a) Sebelah utara dengan Kab. Tanah Datar, Kab. 50 Kota dan Kab. Kampar, Provinsi Riau .

b) Sebelah timur dengan Kab. Kuantan Singingi, Provinsi Riau. c) Sebelah selatan dengan Kab. Dhamasraya, dan

d) Sebelah barat dengan Kab. Solok dan Kota Sawahlunto.

Untuk melihat gambaran posisi Kabupaten Sijunjung dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.1

(3)

Secara rinci luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Sijunjung dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.1

Luas Wilayah Administrasi Kecamatan di Kabupaten Sijunjung

No. Kecamatan Luas Wilayah

(Ha) Persentase Terhadap Luas Kabupaten (%) Jumlah Nagari/Desa 1. Kamang Baru 88.773 28,35 11 2. Tanjung Gadang 50.628 16,17 9 3. Sijunjung 56.252 17,.97 9 4. Lubuk Tarok 19.195 6,14 6 5. IV Nagari 12.519 3,99 5 6. Kupitan 6,971 2,23 4 7. Koto VII 13.614 4,34 6 8. Sumpur Kudus 65.168 20,81 11 Jumlah 313.080 100,00 61

Sumber : RTRW Kab. Sijunjung 2011-2031

2.1.1.2. Topografi Wilayah

Kondisi topografi wilayah Kabupaten Sijunjung memiliki ciri yang berbukit-bukit, terletak pada ketinggian antara 100 sampai 1.250 m di atas permukaan laut. Secara umum, luasan terbesar Kabupaten Sijunjung berada pada:

a. Ketinggian <100 mdpl hanya seluas 2.691 Ha (0,86%) terdapat di Kecamatan Kamang Baru, Kecamatan IV Nagari, Kecamatan Koto VII, dan Kecamatan Sijunjung.

b. Ketinggian 100-200 meter dari permukaan laut dengan perkiraan 79.257 Ha (25,32%) tersebar pada seluruh kecamatan dengan luasan terbesar berada pada Kecamatan Kamang Baru dan yang terkecil berada di Kecamatan Tanjung Gadang.

c. Ketinggian 200-300 mdpl seluas 65.163 Ha( 20,9%) tersebar pada seluruh kecamatan dengan luasan terbesar berada pada Kecamatan Kamang Baru dan yang terkecil berada di Kecamatan Koto VII

d. Ketinggian 300-400 mdpl seluas 53.719 ha (17,15%) tersebar pada seluruh kecamatan dengan luasan terbesar berada pada Kecamatan Sumpur Kudus dan yang terkecil berada pada Kecamatan Koto VII

e. Ketinggian 400-500 mdpl seluas 43.553 (13,91%) tersebar pada seluruh Kecamatan dengan luasan terbesar berada pada Kecamatan Sumpur Kudus dan yang terkecil berada pada Kecamtan Koto VII

(4)

f. Ketinggian 500-600 mdpl seluas 27.482 Ha (8,78%) tersebar pada seluruh Kecamatan dengan luasan terbesar berada pada Kecamatan Sumpur Kudus dan yang terkecil berada pada Kecamtan Koto VII

g. Ketinggian 600-700 mdpl seluas 18.016 Ha (5,76 %) tersebar pada seluruh wilayah kecamatan kecuali di Kecamatan Kupitan

h. Ketinggian 700-800 mdpl seluas 10.285 Ha (3,29%) hanya tersebar di Kecamatan Kamang Baru, Sumpur Kudus, Tanjung Gadang, Lubuk Tarok, dan Sijunjung.

i. ketinggian >800 mdpl seluas 12.914 Ha (4,12%) hanya tersebar di Kecamatan Kamang Baru, Sumpur Kudus, Tanjung Gadang, Lubuk Tarok, dan Sijunjung. Ketinggian 1.250 mdpl hanya berada pada Kecamatan Sumpur Kudus.

2.1.1.3. Kondisi Geologi dan Kerawanan Bencana

Sedangkan kondisi geologi Kabupaten Sijunjung merupakan daerah yang dipenuhi perbukitan dengan lembah yang masih curam. Secara geologi, Kabupaten Sijunjung didominasi oleh jenis bebatuan Batu Apung Tufa (76.549 Ha atau 24,45%), Batu Andesit Campur Tufa (61,833 Ha atau 19,75%), Batu Sabah campur Kwarsa (60.880 Ha atau 19,44%), Batu Napal dan Lempung(36.850 atau 11,77%), Batu Napal Gamping (34.640 atau 11,06%), Batu Sabah campur Batu Gamping (24,405 atau 7,8%), serta beberapa jenis batuan lainnya dalam jumlah yang relatif kecil. Keadaan yang demikian menyebabkan sering timbul bencana alam seperti tanah longsor (land slide), gerakan tanah runtuh atau gerakan tanah merayap.

2.1.1.4. Kondisi Klimatologi

Karakteristik iklim Kabupaten Sijunjung termasuk beriklim tropis. Daerah ini beriklim tipe B yaitu daerah bayangan hujan (penerima curah hujan lebih kecil) karena berada di lereng timur Bukit Barisan. Perubahan iklim global (global climate change) kelihatannya juga dirasakan oleh Kabupaten Sijunjung. Intensitas curah hujan dan rentang suhu cenderung meningkat. Kondisi ini menunjukkan seringnya terjadi cuaca ekstrem di mana ketika musim hujan intensitas curah hujan cenderung tinggi dan ketika musim kemarau suhu udara juga semakin panas. Bulan yang mengalami curah hujan tertinggi juga mengalami pergeseran, dimana pada tahun 2010 dan 2011 curah hujan tertinggi

(5)

terjadi pada bulan April, pada tahun 2012 bergeser ke bulan November. Perkembangan iklim di Kabupaten Sijunjung Tahun 2010-2012, dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.2

Perkembangan Iklim di Kabupaten Sijunjung Tahun 2010- 2012

Indikator 2010 2011 2012

Curah hujan rata-rata/bulan

(mm) 242,66 223,98 210,75

Jumlah hari hujan rata-rata

(hari) 12,60 12,35 12,28

Curah hujan tertinggi (mm) 370,00 (April)

341,40 (April)

335,20 (April) Daerah curah hujan tertinggi

(mm/bulan) Sungai Langsek (448 mm) Sungai Langsek (467 mm) Sungai Langsek (467 mm) Suhu 210 - 320 C 210 - 330 C 210 - 330 C

Sumber : Sijunjung Dalam Angka 2011, 2012, 2013

2.1.1.5. Kondisi Hidrologi

Kondisi hidrologi di Kabupaten Sijunjung sangat bervariasi antara satu tempat dengan tempat yang lain. Beberapa faktor penyebabnya antara lain adalah perbedaan iklim, topografi dan struktur geologi. Keadaan hidrologi tersebut dapat dibedakan menjadi :

1. Air permukaan menurut letaknya dapat dibedakan menjadi;

a. Air yang mengalir, yaitu yang mengalir di Batang Ombilin, Batang Sukam, Batang Sumpur, Batang Kuantan, Batang Palangki, dan lainnya.

b. Air yang menggenang di telaga/bendungan hampir terdapat di seluruh wilayah kecamatan.

2. Air tanah, yaitu jebakan air yang menurut letaknya dapat dibedakan menjadi: a. Confined Aquifer, merupakan air tanah tertekan yang berada di antara dua

lapisan kedap air, pada umumnya merupakan air tanah dalam bersifat lebih stabil.

b. Uncofined Aquifer, merupakan air tanah tidak tertekan yang berada pada zone jenuh air, merupakan air tanah dangkal dan sangat tergantung pada musim, sehingga air tanah jenis ini relatif stabil.

Air tanah tersebut, apabila keluar akan membentuk mata air. Untuk Kabupaten Sijunjung terdapat beberapa mata air yang tersebar di setiap kecamatan.

(6)

2.1.1.6. Jenis Tanah

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Sijunjung memiliki 6 (enam) jenis tersebar di seluruh kecamatan. Jenis tanah tersebut adalah:

1. Jenis tanah alluvial disebut juga sebagai tanah tumbuh tanah endapan, kandungan bahan arganiknya rendah, reaksi tanah asam sampai netral, struktur tanahnya pejal atau tanpa struktur dan konsistensinya keras waktu kering, teguh waktu lembab, kandungan unsur haranya relatif kaya dan banyak bergantung pada bahan induknya. Secara keseluruhan tanah alluvial mempuyai sifat fisik kurang baik sampai sedang, sifat kimia sedang sampai baik, sehingga produktivitas tanahnya sedang sampai tinggi. Luasan jenis tanah ini adalah ± 443 Ha (0,15%) hanya terdapat di Kecamatan Kamang Baru

2. Jenis tanah andosol yaitu jenis tanah yang berwarna hitam kelam, sangat sarang, mengandung bahan organik dan lempung tipe amorf, silika, alumina, atau hidroxida besi. Tanah jenis ini sangat gembur dan memilki Ph antara 4,5-6. Luasan tanah jenis ini hanya terdapat di Kecamatan IV Nagari, Koto VII, Kupitan, Sijunjung dan Sumpur Kudus dengan jumlah luasan 21.352 Ha (6,82%) dari luas wilayah kabupaten

3. Jenis tanah Glei Humus yatu jenis tanah yang pada umumnya mempunyai solum kurang dari satu meter dengan warna umum kelabu kelam sampai hitam, lekat jika basah dan keras jika kering serta mengandung bahan organik lebih dari 3% sehingga Ph nya sedikit asam sampai netral , tingkat kesunburannya sedang dengan derajat kejenuhan basa lebih dari 60%. Luasan tanah jenis ini lebih kurang 45.555 Ha(14,55%) dari luas wilayah yang ada. Jenis tanah ini terdapat di Kecamatan Sijunjung, Sumpur Kudus, Tanjung Gadang dan yang terbesar luasannya di Kecamatan Kamang Baru 4. Jenis tanah Kambisol yaitu jenis tanah yang sedikit mengalami pelapukan

dengan bahan induk bertekstur pasir sangat halus 145.481 (45,45%). Jenis tanah ini terdapat di seluruh wilayah kecamatan dengan luasan terbesar berada di Kecamatan Tanjung Gadang.

5. Jenis tanah Latosol yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan intensif dan perkembangan tanah lanjut sehingga terjadi pengurangan unsur basa, bahan organik dan silika, dan rata-rata berwarna merah. Jenis tanah ini terdapat di Kecamatan IV Nagari, Kamang Baru, Lubuk Tarok, Sijunjung, dan Tanjung

(7)

Gadang dengan jumlah luasan keseluruhan 23.124 Ha (7,38%) dari luas wilayah kabupaten.

6. Jenis tanah podsolik memiliki solum tanah yang agak tebal, yaitu 90-180 cm,tektur tanahnya lempung berliat hingga liat, konsistensinya gembur dibagian atas dan teguh di lapisan bawah, kandungan bahan organiknya kurang dari 5%, kandungan unsur hara tanaman rendah, reaksi tanah (PH) sangat rendah sampai rendah yaitu antara 4 – 4,5. Secara keseluruhan tanah ini memiliki sifat kimia yang kurang baik, sifat kimia tidak mantap karena stabilitas agregatifnya kurang, sehingga mudah terjadi erosi. Produktifitas tanah ini rendah sampai sedang tumbuh dengan baik, tetapi harus dengan perlakuan khusus untuk mencegah erosi, karena tanah yang bertekstur sedang lebih peka terhadap erosi. Tanah dengan tekstur kasar menyerap air sangat tinggi, tetapi daya simpan air sangat rendah, sehingga kurang cocok untuk tanaman pangan lahan kering. Jenis tanah ini luasannya mencapai ± 77.125 Ha (24,64%) hampir terdapat di seluruh kecamatan dengan jumlah terbesar berada di Kecamatan Sumpur Kudus dan yang terkecil di Kecamatan Tanjung Gadang.

2.1.1.7. Penggunaan Lahan

Secara umum penggunaan lahan di Kabupaten Sijunjung pada tahun 2012 di dominasi oleh hutan dengan luas sebesar 51,03% dan ikuti oleh perkebunan rakyat dengan luas lahan sebesar 23,21% serta tanah kering dengan luas sebesar 10,00% dari total luas Kabupaten Sijunjung. Kondisi ini menunjukkan penggunaan lahan di Kabupaten Sijunjung belum dapat dioptimalkan karena didominasi oleh kawasan hutan dan tanah kering. Hal ini perlu adanya arah dan

kebijakan pembangunan untuk mengantisipasi pesatnya dinamika

perkembangan dan pertumbuhan daerah yang berimplikasi pada penyesuaian terhadap kebutuhan lahan untuk pengembangannya. Komposisi penggunaan lahan di Kabupaten Sijunjung pada tahun 2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

(8)

Gambar 2.2

Grafik Komposisi Penggunaan Lahan di Kabupaten Sijunjung Tahun 2012 (ha)

Sumber: Sijunjung dalam Angka, 2013

2.1.1.8. Potensi Sumber Daya Alam dan Pengembangan Wilayah A. Potensi Sumber Daya Alam

Kabupaten Sijunjung memiliki potensi sumberdaya alam yang perlu dikembangkan, sehingga mempunyai nilai tambah bagi daerah. Potensi sumber daya alam tersebut adalah sebagai berikut :

1) Sektor Perkebunan

Berdasarkan analisa GIS yang dilakukan, luas lahan perkebunan yang dikelola secara intensif/perkebunan besar/plasma di Kabupaten Sijunjung adalah 5.123 ha (1.6% dari luas Kabupaten) dan 120.357 Ha ( 38.44%) dari total luas wilayah Kabupaten merupakan kebun campuran. Komoditas perkebunan yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat adalah karet, kelapa sawit dan kakao (coklat). Sesuai data dari Dinas Tanaman Pangan dan Perkebunan, produksi kakao Sijunjung mencapai 581,53 ton setiap tahun, karet sebesar 62.164 ton serta kelapa sawit sebesar 51.702 ton setiap tahun atau 7% dari produksi kelapa sawit Sumatera Barat. Produksi kelapa sawit dan karet tertinggi berada di Kecamatan Kamang Baru yaitu sebesar 51.372 ton untuk kelapa sawit atau 99,36% produksi di Kabupaten Sijunjung dan 19.035,2 ton untuk karet atau 30,6% dari produksi kabupaten.

51.03% 23.21% 10.00% 6.12% 3.92% 3.63% 1.57% 0.28% 0.19% 0.01% 0.01% 0.03% Hutan Perkebunan Rakyat Tanah Kering Semak Kebun Campuran Sawah Permukiman Tanah Terbuka Pertambangan Industri Perairan Darat Lainnya

(9)

2) Sektor Pertambangan

Kabupaten Sijunjung merupakan wilayah yang kaya akan hasil pertambangan terutama, batubara dan berbagai pertambangan mineral lainnya seperti emas, sirtu dan tanah urug. Namun, potensi besar tersebut masih belum di ekploitasi secara optimal, indikasinya dapat dilihat dari jumlah produksi yang dihasilkan dari batubara dan sirtukil cenderung fluktuasi. Sedangkan kegiatan penambangan emas dilakukan oleh individu dengan status kepemilikan tanah pertambangan berupa milik sendiri, sewa dan termasuk wilayah sungai. Penambangan dengan status individu ini (berizin/tidak berizin) dilakukan di beberapa tempat dengan sistem tambang terbuka sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan pada satu daerah terlihat luas. Disamping potensi yang ada menurut hasil survey geologi yang dilakukan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam, Kabupaten Sijunjung memiliki cadangan gas dan minyak bumi yang cukup besar.

3) Sektor Pariwisata

Kabupaten Sijunjung merupakan salah satu Kabupaten di Sumatera Barat yang memiliki potensi wisata yang sangat potensial. Potensi wisata tersebut meliputi potensi wisata alam, budaya dan wisata buatan yang tersebar di beberapa kecamatan. Sebagai daerah tujuan wisata dalam wilayah provinsi, Sijunjung termasuk dalam DPP V destinasi wisata Sumatera Barat yang meliputi wisata alam, wisata budaya/sejarah, dan wisata buatan yang sudah dapat dijangkau dari segala penjuru dan didukung prasarana jalan yang memadai.

Beberapa potensi wisata yang terdapat di Kabupaten Sijunjung dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.3

Potensi Wisata Kabupaten Sijunjung Menurut Kecamatan

Kecamatan Nama Objek Jenis Lokasi

Kamang Baru Wahana Wisata Alam Kamang Baru

Murai Tujuah Basanggik Alam Aie Amo

Danau Batang Karing Alam Batang Karing

Tanjung Gadang Panorama Bukik Sabalah Alam Pandam

Ngalau Pandam Alam Pandam

Sijunjung Ngalau Loguang Alam Aie Angek

Pemandian Aie Angek Alam Aie Angek

Ngalau Palukahan Alam Silokek

Arung Jeram

Minat

(10)

Kecamatan Nama Objek Jenis Lokasi

Ngalau Cigak Alam Silokek

Bersafar Budaya Calau Ma Sijunjung

Perkampungan Adat Budaya Pdg Ranah Sijunjung

Ngalau Solok Ambah Alam Solok Ambah

Ngalau Talago Alam Silokek

Lubuk Tarok Batu Ajuang Alam Batu Ajuang

Kerajaan Jambu Lipo Budaya Jambu Lipo

Rumah Gadang 13 Ruang Budaya Lubuk Tarok

Aia Tajun Buluah Kasok Alam Taratak

IV Nagari Tabek Silacan Alam Ranah Tibarau

Kupitan Goa Bukik Panjang Alam Kampung Baru

Lobang Japang Alam Padang Sibusuak

Pemandian Aia Angek Alam Padang Sibusuak

Rumah Gadang Piliang Budaya Padang Sibusuak

Koto VII Tabek Gadang Alam Padang Lawas

Makam Syekh Burhanudin Alam Aur Gading

Sumpur Kudus Lubuk Pandakian Alam Sumpur Kudus

Air Terjun Koto Salo Alam Koto Salo

Ngalau Sisawah Alam Sisawah

Makam Rajo Ibadat Budaya Sumpur Kudus

Monumen Sejarah PDRI Budaya Sumpur Kudus

Lubuk Hijau Alam Sumpur Kudus

Sumber: Sijunjung dalam Angka, 2013

B. Potensi Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah Kabupaten Sijunjung berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Sijunjung Tahun 2011-2031 terbagi 8 (delapan) kawasan untuk kepentingan lahan budidaya adalah sebagai berikut :

1) Kawasan peruntukan hutan produksi

Pengembangan kawasan hutan produksi hingga tahun 2031 seluas 16.438 ha dari luas yang ada sekarang seluas 30.615 ha. Pengembangan hutan produksi tersebut tersebar ke-8 kecamatan, dengan luas yang paling besar Kecamatan Sijunjung seluas 7.660 ha dan paling sedikit Kecamatan Sumpur Kudus seluas 521 ha.

2) Kawasan peruntukan pertanian lahan basah

Pengembangan kawasan pertanian lahan basah diarahkan untuk pemanfaatan secara intensif lahan-lahan yang belum dimanfaatkan dan tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Untuk pengembangan pertanian lahan basah (sawah) dialokasikan seluas 12.303 Ha terutama di Kecamatan IV Nagari, Kecamatan Kupitan, Kecamatan Lubuk Tarok, Kecamatan Sijunjung, wilayah bagian bawah Kecamatan Sumpur Kudus.

(11)

3) Kawasan peruntukan perkebunan

Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan untuk perkebunan karet dapat dikembangkan di seluruh wilayah kecamatan terutama di Kecamatan Sumpur Kudus, Kecamatan IV Nagari, Kecamatan Kupitan, dan di sebagian Kecamatan Sijunjung. Sedangkan untuk perkebunan sawit lahan yang sesuai di Kecamatan Kamang Baru dan Lubuk Tarok dan untuk perkebunan kakao dapat ditanam seluruh wilayah kecamatan terutama di Kecamatan Tanjung Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kecamatan Kupitan, Kecamatan Sumpur Kudus, Kecamatan IV Nagari, dan Kecamatan Lubuk Tarok. Sementara itu, pengembangan tanaman holtikultura, terutama manggis dapat ditanam di seluruh wilayah kecamatan dengan sentra di Kecamatan Tanjung Gadang dan Kecamatan Lubuk Tarok.

4) Kawasan peruntukan perternakan

Pengembangan kawasan pertenakan diarahkan antara lain : a) pengembangan budi daya ternak besar secara wilayah di arahkan di Kecamatan Sumpur Kudus, Kecamatan Kamang Baru, Kecamatan Koto VII, Kecamatan Sijunjung dengan Kecamatan IV Nagari sebagai sentranya, b) pengembangan budi daya ternak unggas diarahkan di Kecamatan Kupitan, Kecamatan Sumpur Kudus, Kecamatan Sijunjung dengan Kecamatan Koto VII sebagai sentranya, dan c) pengembangan budidaya ternak kecil (kambing/domba) diarahkan di seluruh wilayah kecamatan dengan sentranya di Kecamatan Tanjung Gadang.

5) Kawasan peruntukan pertambangan

Pengembangan kawasan pertambangan diarahkan hampir semua wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Sijunjung, hal ini disebabkan karena ke-8

kecamatan memiliki bahan pertambangan yang berpotensi untuk

dieksploitasi.

6) Kawasan peruntukan perindustrian

Pengembangan kawasan perindustrian untuk Kabupaten Sijunjung adalah Muaro Bodi (Kecamatan IV Nagari) dan Kiliran Jao (Kecamatan Kamang Baru). Kedua lokasi tersebut terletak posisi yang strategis dan sangat mudah dijangkau oleh petani dalam menyalur hasil pertaniannya.

7) Kawasan peruntukan pariwisata

Pengembangan kawasan pariwisata diarahkan pada Kawasan Wisata MUSIDUGA (Muaro, Silokek Durian Gadang) di Kecamatan Sijunjung, Wahana Wisata Telabang Sakti di Nagari Kunangan Parit Rantang Kecamatan Kamang

(12)

Baru, Ngalau Loguang di Nagari Aie Angek Kecamatan Sijunjung, dan objek wisata lainnya yang dapat dikembangkan adalah wisata sejarah Makam Syekh Abdul Wahab di Calau Muaro, Rajo Ibadat di Kecamatan Sumpur Kudus, wisata sejarah Rajo Jambu Lipo dan Rumah Gadang 13 Ruang di Kecamatan Lubuk Tarok.

8) Kawasan peruntukan permukiman

Pengembangan kawasan permukiman yang memiliki perumahan perkotaan diarahkan di Muaro Sijunjung (Kecamatan Sijunjung), Palangki (Kecamatan IV Nagari), Tanjung Ampalu (Kecamatan Koto VII), Kamang, dan Sei Tambang (Kecamatan Kamang Baru).

2.1.2. Aspek Demografi 2.1.2.1. Jumlah Penduduk

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sijunjung tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Sijunjung selama lima tahun terakhir menunjukkan kecenderungan meningkat, hal ini dapat dilihat jumlah penduduk pada tahun 2008 sebanyak 185.937 jiwa naik menjadi 207.474 pada tahun 2012 atau mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 2,80%. Kecamatan yang mengalami pertumbuhan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Sijunjung dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,55% dan terendah adalah Kecamatan Kecamatan Lubuk Tarok dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,01%. Selain itu, penyebaran penduduk di masing-masing kecamatan belum merata, jumlah penduduk tertinggi pada tahun 2012 berada di Kecamatan Kamang Baru yang merupakan pusat aktivitas ekonomi dengan jumlah 42.959 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terkecil yaitu Kecamatan Kupitan dengan jumlah penduduk 12.829 jiwa. Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Sijunjung Tahun 2008-2012 dapat dilihat tabel berikut ini:

(13)

Tabel 2.4

Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Sijunjung Tahun 2008-2012

No. Kecamatan

Jumlah Penduduk (jiwa)

2008 2009 2010*) 2011 2012 Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 Kamang Baru 39.111 40.235 41.375 42. 422 42. 959 2,38 2 Tanjung Gadang 22.206 22.506 22.868 23. 142 23. 292 1,20 3 Sijunjung 32.026 32.424 41.030 41. 611 42. 019 7,55 4 Lubuk Tarok 13.781 13.933 14.125 14. 333 14. 345 1,01 5 IV Nagari 13.240 13.629 14 .065 14. 438 14. 631 2,53 6 Kupitan 12.113 12.317 12.540 12. 729 12. 829 1,45 7 Koto VII 31.436 32.151 14.065 33. 522 33. 861 1,88 8 Sumpur Kudus 22.024 22.437 32.851 23 .345 23. 538 1,68 Total 185.937 189.632 201.823 205.542 207.474 2,80

*) Hasil sensus penduduk

Sumber: Sijunjung dalam Angka, 2013

Berdasarkan data jumlah penduduk Kabupaten Sijunjung tahun 2012, kepadatan penduduk bruto Kabupaten Sijunjung sebesar 66 jiwa/Km2. Kepadatan penduduk bruto terbesar terdapat di Kecamatan Koto VII (235Jiwa/Km2), kemudian Kecamatan Kupitan yaitu 157 jiwa/Km2. Sedangkan

untuk kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Sumpur Kudus yaitu 41 jiwa/Km2 dan diikuti oleh Kecamatan Kamang Baru dan Kecamatan Tanjung Gadang sebanyak 51 jiwa/Km2. Belum meratanya sebaran penduduk disebabkan adalah kondisi geografis dan topografi daerah yang berbukit-bukit. Kepadatan penduduk Kabupaten Sijunjung tahun 2012 per luas wilayah dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.5

Kepadatan Penduduk Kabupaten Sijunjung Tahun 2012

No Kecamatan Luas Wilayah (km) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Bruto (jiwa/km2) 1 Kamang Baru 837,80 42. 959 51 2 Tanjung Gadang 459,79 23. 292 51 3 Sijunjung 748,00 42. 019 56 4 Lubuk Tarok 187,60 14. 345 76 5 Kupitan 82,01 14. 631 156 6 IV Nagari 96,30 12. 829 152 7 Koto VII 143,90 33. 861 235 8 Sumpur Kudus 575,40 23. 538 41 Jumlah 3.130,80 207.474 66

(14)

2.1.2.2 Penduduk Miskin

Kemiskinan merupakan permasalahan sosial yang paling rumit yang dihadapi setiap negara sedang berkembang. Hal ini disebabkan, karena kemiskinan berkaitan dengan berbagai variabel ekonomi dan non ekonomi, maka upaya untuk mengurangi kemiskinan pun menjadi tidak mudah dan membutuhkan waktu yang lama. Secara data dan fakta sampai saat ini, penurunan jumlah penduduk miskin telah menunjukkan hasil cukup memuaskan.

Perkembangan jumlah penduduk miskin Kabupaten Sijunjung periode 2008-2012 mengalami penurunan dari 21.900 orang pada tahun 2008 berkurang menjadi 18.300 orang pada tahun 2012, sedangkan secara persetasenya dari 11,51 % pada tahun 2008 menjadi 8,80 % pada tahun 2012. Untuk melihat perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin Kabupaten Sijunjung tahun 2008-2012, dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.6

Jumlah dan Persentase Rumah Tangga Miskin periode 2008 – 2012

Tahun Jumlah Penduduk

Miskin Persetase Penduduk Miskin 2008 21.900 11.51 2009 18.950 9,80 2010 21.100 10,45 2011 20.300 9,94 2012 18.300 8,80

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Barat, 2013

Perbandingan angka kemiskinan Kabupaten Sijunjung periode 2008-2010 dengan nasional dan Provinsi Sumatera Barat menunjukkan persentase penduduk miskin Kabupaten Sijunjung secara rata-rata nasional berada dibawah, namun secara rata-rata provinsi masih berada diatas. Hal ini menunjukkan relatif rendahnya persentase penduduk miskin Kabupaten Sijunjung terhadap rata-rata nasional, namun untuk Provinsi Sumatera Barat persentase penduduk miskin Kabupaten Sijunjung relatif tinggi. Untuk melihat perbandingan persentase penduduk miskin Kabupaten Sijunjung periode 2008-2012 dengan rata-rata nasional dan Provinsi Sumatera Barat, dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

(15)

Gambar 2.3

Grafik Perkembangan Persentase Penduduk Miskin Nasional, Prov. Sumbar dan Kabupaten Sijunjung Tahun 2008-2012

Sumber : BPS Prov. Sumatera Barat, 2013

Melihat perkembangan menurunnya tingkat kemiskinan Kabupaten Sijunjung periode 2008-2012, hal ini menunjukkan program pembangunan yang dilaksanakan selama periode tersebut cukup berhasil. Namun untuk mencapai target nasional pada tahun 2015 sebesar 7,55% (MDG’s) dan Provinsi Sumatera Barat tahun sebesar 6,95% diperlukan langkah-langkah strategis dalam menentukan intervensi program dan kegiatan pembangunan dalam upaya menanggulangi kemiskinan pada tahun terakhir periode RPJMD Kabupaten Sijunjung 2010-2015. Dengan analisis tersebut, maka permasalahan kemiskinan merupakan tantangan yang utama akan dihadapi Kabupaten Sijunjung dalam mewujudkan visi pembangunan daerah jangka menengah yang telah ditetapkan.

2.1.2.3 Sosial dan Budaya

Secara adat istiadat penduduk Kabupaten Sijunjung sebagian besar merupakan suku Minangkabau yaitu 186.176 jiwa (92,33%), lainnya adalah penduduk dengan suku bangsa Jawa, Batak, Kerinci dan Melayu. Keanekaragaman suku bangsa ini telah mampu memperluas khasanah budaya di Kabupaten Sijunjung. Kembali ke sistem pemerintahan nagari salah satu tujuannya adalah untuk mempertahankan adat isitiadat yang ada di nagari, hingga saat ini dinilai berjalan cukup efektif. Sebagaimana masyarakat

15.42 14.15 13.33 12.49 11.66 10.57 9.45 9.44 8.19 8.00 11.51 9.80 10.45 9.94 8.80 2008 2009 2010 2011 2012

(16)

Minangkabau lainnya, masyarakat Kabupaten Sijunjung sangat terkenal dan teguh dalam menjalankan “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”. Ini artinya masyarakat menjalankan agama beriringan dengan mempertahankan adat istiadatnya, sehingga terciptanya kerifan lokal yang kuat dalam tatanan masyarakat.

Suatu hal menarik yang bisa menjadi modal dasar bagi Kabupaten Sijunjung dalam menjalankan pembangunan adalah sebuah hasil penelitian yang menunjukkan bahwa masyarakat melalui sub-suku yang ada pada masing-masing nagari dalam Kabupaten Sijunjung ternyata mempunyai hubungan kultural/adat/tali persaudaraan antara satu nagari dengan nagari lainnya. Jika hal ini terus digali dan dikembangkan keberadaanya, maka akan menjadi modal dasar dalam membangun Kabupaten Sijunjung kedepannya. Selain itu, masyarakat Kabupaten Sijunjung dalam kesehariannya juga masih melakukan aktifitas dalam upaya mempertahankan budaya lokal seperti; kegiatan randai, tari, baillau, batobo, berkaul adat, dan lainnya.

2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.1.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi A. Pertumbuhan PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi struktur ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa (netto) yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam suatu wilayah dan waktu tertentu.

Salah satu kegunaan angka-angka PDRB adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan. Perhitungan PDRB terdiri dari 2 pendekatan yaitu :

1. Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)

PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu, sedangkan PDRB harga konstan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

(17)

2. Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga setiap tahun dan perhitungan PDRB harga berlaku untuk melihat penggeseran dan struktur ekonomi.

Berdasarkan ketersediaan data yang ada, perkembangan nilai dan kontribusi sektor usaha dalam PDRB Kabupaten Sijunjung tahun 2008-2012 berdasarkan atas dasar harga harga dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Tabel 2.7

Perkembangan Nilai dan Kontribusi Sektor Usaha dalam PDRB Kabupaten Sijunjung Tahun 2008– 2012 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)

Sektor Usaha 2008 2009 2010 2011 2012 M Rp % M Rp % M Rp % M Rp % M Rp % 1. Pertanian 320,34 26,58 334,90 26,34 352,21 26,22 370,72 26,10 391,32 25,97 2. Pertambangan dan Penggalian 205,68 17,06 221,49 17,42 236,11 17,58 248,39 17,49 260,96 17,32 3. Industri Pengolahan 63,38 5,26 67,97 5,34 71,39 5,31 75,61 5,32 79,56 5,28 4. Listrik Gas dan Air Bersih 14,68 1,22 15,72 1,24 16,86 1,26 18,12 1,28 19,47 1,29 5. Bangunan 123,18 10,22 129,54 10,19 138,08 10,28 147,80 10,41 161,09 10,69 6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran

137,58 11,41 143,85 11,31 150,27 11,19 157,91 11,12 167,09 11,09

7. Pengangkutan dan

Komunikasi 82,22 6,82 87,26 6,86 93,14 6,93 99,77 7,02 104,96 6,97 8. Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan

44,15 3,66 46,49 3,66 49,08 3,65 52,06 3,67 55,31 3,67 9. Jasa-Jasa 214,20 17,77 224,42 17,65 236,14 17,58 249,98 17,60 266,94 17,72

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

1.205,42 100 1.271,64 100 1.343,28 100 1.420,36 100 1.505,68 100 Sumber : PDRB Kabupaten Sijunjung,, 2013

Sedangkan perkembangan nilai dan kontribusi sektor usaha dalam PDRB Kabupaten Sijunjung tahun 2008-2012 berdasarkan atas dasar harga harga berlaku, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

(18)

Tabel 2.8

Perkembangan Nilai dan Kontribusi Sektor Usaha dalam PDRB Kabupaten Sijunjung Tahun 2008– 2012 Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

Sektor Usaha 2008 2009 2010 2011 2012 M Rp % M Rp % M Rp % M Rp % M Rp % 1. Pertanian 644,38 26,65 737,65 27,37 843,43 27,78 959,87 28,08 1.061,1 7 27,74 2. Pertambangan dan Penggalian 387,09 16,01 434,70 16,13 491,61 16,19 555,46 16,25 609,54 15,93 3. Industri Pengolahan 106,70 4,41 116,23 4,31 126,63 4,17 137,96 4,04 151,11 3,95 4. Listrik Gas dan Air

Bersih

34,47 1,43 38,05 1,41 42,26 1,39 46,94 1,37 51,80 1,35

5. Bangunan 299,3 11,97 323,05 11,99 372,48 12,27 429,47 12,56 497,49 13,00

6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran 272,25 11,26 300,51 11,15 333,62 10,99 370,39 10,84 426,66 11,15 7. Pengangkutan dan Komunikasi 202,14 8,36 206,24 7,65 224,70 7,40 244,64 7,16 267,32 6,99 8. Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan 81,92 3,39 90,33 3,35 99,23 3,27 109,04 3,19 120,98 3,16

9. Jasa-Jasa 399,64 16,53 448,09 16,63 502,53 16,65 564,61 16,52 639,66 16,72

Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) 2.417.98 100 2.694,86 100 3.036,49 100 3.418,39 100 3.825,73 100

Sumber : PDRB Kabupaten Sijunjung,, 2013

Berdasarkan tabel-tabel diatas, perkembangan PDRB Kabupaten Sijunjung periode 2008 - 2012 menunjukkan kecenderungan positif, baik dihitung berdasarkan ADHK dan ADHB. Kondisi ini menujukkan kondisi struktur ekonomi Kabupaten Sijunjung cukup kuat dalam menghadapi krisis ekonomi baik secara nasional maupun global. Pada dasarnya struktur ekonomi daerah memperlihatkan sektor-sektor mana saja yang memberi pengaruh dan kontribusi terhadap PDRB daerah itu sendiri. Namun jika dilihat dari angka perkembangan masing-masing sektor cenderung fluktuasi, terutama sektor penyumbang terbesar. Hal ini menunjukkan belum adanya konsitensi dalam menentukan program pembangunan terhadap sektor-sektor usaha PDRB.

Sementara itu, pertumbuhan PDRB atau lazim disebut pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan ADHK. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk mengukur kemajuan ekonomi daerah dalam mewujudkan tujuan dari pelaksanaan otonomi daerah karena pertumbuhan ekonomi mencerminkan terjadinya ekspansi kegiatan ekonomi, baik secara keseluruhan sektor maupun secara parsial satu sektor ekonomi, sehingga memberikan dampak yang positif terhadap pembangunan daerah. Salah satu dampak positif dari pertumbuhan ekonomi daerah adalah mendorong terciptanya lapangan pekerjaan, sehingga akan mengurangi tingkat pengangguran dan berimplikasi menurunya persentase penduduk miskin.

(19)

Dalam kurun waktu 2008-2012 kondisi perekonomian Kabupaten Sijunjung menunjukkan trend cukup positif, hal ini terlihat meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi disebabkan meningkatnya laju pertumbuhan sektor usaha listrik, gas dan air bersih dan bangunan yang sangat signifikan, namun sektor pertanian laju pertumbuhannya cederung melambat. Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sijunjung menurut sektor usaha Tahun 2008-2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.9

Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sijunjung Menurut Sektor Usaha Tahun 2008–2012 (%)

Sektor Usaha 2008 2009 2010 2011 2012

1. Pertanian 4,68 4,54 5,17 5,26 5,56

2. Pertambangan dan Penggalian 5,93 7,68 6,60 5,20 5,06

3. Industri Pengolahan 7,38 7,24 5,04 5,91 5,22

4. Listrik Gas dan Air Bersih 3,28 7,08 7,25 7,44 7,46

5. Bangunan 5,16 5,17 6,59 7,04 8,99

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,50 4,56 4,47 5,09 5,81 7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,53 6,13 6,74 7,12 5,20 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 5,97 5,30 5,56 6,09 6,23

9. Jasa-Jasa 4,76 4,77 5,22 5,86 6,79

Pertumbuhan PDRB 5,28 5,49 5,63 5,74 6,08

Sumber : PDRB Kabupaten Sijunjung,, 2013

Sedangkan jika dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional dan Provinsi Sumatera Barat periode 2008-2012 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sijunjung masih berada dibawah. Namun pada tahun 2009 tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sijunjung berada diatas pertumbuhan ekonomi nasional dan Provinsi Sumatera Barat, hal ini disebabkan sebagian besar daerah di Indonesia dan Provinsi Sumatera Barat pada tahun tersebut mengalami bencana alam, terutama gempa bumi, sehingga secara tidak langsung berimplikasi terhadap melambatnya pertumbuhan ekonomi. Gambaran perbandingan pertumbuhan ekonomi Nasional, Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Sijunjung tahun 2008-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini :

(20)

Gambar 2.4

Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Prov. Sumbar dan Kab. Sijunjung tahun 2008-2012

Sumber : BPS Prov. Sumatera Barat, 2013

B. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita

PDRB perkapita merupakan salah satu informasi yang lazim dijadikan patokan untuk melihat kesejahteraan masyarakat dalam suatu daerah, karena secara tidak langsung dapat dilihat rata-rata pendapatan yang dapat dihasilkan oleh setiap penduduk dalam satu tahun. Walaupun tetap dalam kenyataannya tidak seluruh penduduk secara merata menerima pendapatan tersebut.

Perkembangan PDRB per kapita masyarakat periode 2008-2012 menunjukkan kencederungan meningkat, namun dibandingkan dengan rata-rata Provinsi Sumatera Barat dan nasional masih berada dibawah, hal tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

6.01 4.58 6.10 6.49 6.25 6.88 4.28 5.93 6.22 6.35 5.28 5.49 5.63 5.74 6.08 2008 2009 2010 2011 2012

(21)

Gambar 2.5

Grafik Perkembangan PDRB per Kapita Nasional, Prov. Sumbar dan Kab. Sijunjung Tahun 2008-2012 (juta Rp)

Sumber : BPS Prov. Sumatera Barat, 2013

2.1.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial A. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk mengetahui tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang mencerminkan status kemampuan dasar penduduk, meliputi : angka umur harapan hidup untuk mengukur peluang hidup, rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf untuk mengukur status pendidikan serta pengeluaran riil perkapita untuk mengukur akses terhadap sumberdaya dalam standar hidup layak.

Perkembangan IPM Kabupaten Sijunjung dalam periode 2008-2012 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, dimana pada tahun 2008 IPM Kabupaten Sijunjung sebesar 69,77 meningkat pada tahun 2012 sebesar 71,80. Angka ini termasuk pada golongan IPM menengah atas yang memiliki nilai batas 65-80, namun masih dalam kategori daerah tertinggal. Terjadinya peningkatan IPM Kabupaten Sijunjung dalam kurun waktu 2006-2010 menunjukkan adanya peningkatan kualitas hidup masyarakat Kabupaten Sijunjung dari tahun ke tahun. Namun peningkatan kualitas hidup masyarakat Kabupaten Sijunjung belum berdaya saing dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Nasional, hal ini terlihat dari posisi IPM Kabupaten Sijunjung masih dibawah rata-rata Provinsi Sumatera Barat dan Nasional. Gambaran perkembangan IPM

21.00 23.60 26.80 30.40 33.30 17.05 16.34 17.53 19.14 20.29 12.41 13.58 15.05 16.74 18.44 2008 2009 2010 2011 2012

(22)

Kabupaten Sijunjung dengan Provinsi Sumatera Barat dan Nasional tahun 2008-2012, dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.6

Grafik Perkembangan IPM Nasional, Prov. Sumbar dan Kab. Sijunjung Tahun 2008-2012 (poin)

Sumber ; Pembangunan Manusia Berbasis Gender, 2013

B. Indeks Pembangunan Gender (IPG)

Indeks Pembangunan Gender (IPG) merupakan ukuran yang

mencerminkan terwujudnya Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) yang ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki dalam memperoleh akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Mengukur tercapainya kesetaraan gender dilihat dari samanya nilai IPG dengan nilai IPM. Komposit indikator yang digunakan dalam mengukur IPG adalah perbandingan antara perempuan dan laki-laki berdasarkan : a) angka harapan hidup, b) angka melek huruf, c) rata-rata lama sekolah, dan d) pengeluaran perkapita yang disesuaikan.

Perkembangam IPG Kabupaten Sijunjung periode 2008-2012

menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, dimana pada tahun 2008 IPG Kabupaten Sijunjung sebesar 58,25% meningkat pada tahun 2012 sebesar 60,85%. Namun peningkatan IPG dalam kurun lima tahun terakhir belum

2008 2009 2010 2011 2012 71.17 71.76 72.27 72.77 73.29 72.96 73.44 73.78 74.28 74.70 69.77 70.37 70.92 71.40 71.80

(23)

menunjukkan adanya kesetaraan gender di Kabupaten Sijunjung karena masih jauh dari angka IPM sebesar 71,80 dalam tahun yang sama. Daya saing pembangunan gender di Kabupaten Sijunjung belum optimal karena masih rendah dari rata-rata nasional dan Provinsi Sumatera Barat. Kondisi tersebut dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 2.7

Grafik Perkembangan IPG Nasional, Prov. Sumbar dan Kab. Sijunjung Tahun 2008-2012 (poin)

Sumber ; Pembangunan Manusia Berbasis Gender, 2013

C. Angka Melek Huruf

Angka melek huruf merupakan gambaran seberapa banyak masyarakat berusia lebih 15 tahun dapat membaca dan menulis. Perkembangan angka melek huruf Kabupaten Sijunjung periode 2008-2012 mengalami peningkatan cukup signifikan, dimana pada tahun 2008 sebesar 93,07% meningkat menjadi 94,78% pada tahun 2012. Kondisi ini menunjukkan program penurunan angka buta aksara mengalami kemajuan cukup berarti, hal ini disebabkan adanya kemauan dan kemampuan masyarakat untuk belajar pendidikan keaksaraan. Seiring menurunnya angka buta aksara di Kabupaten Sijunjung dari tahun ke tahun, namun belum memiliki daya saing karena masih rendah dari rata-rata Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan dibandingkan dengan rata-rata nasional, angka melek huruf Kabupaten Sijunjung berada diatas, hal tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

2008 2009 2010 2011 2012

66.38 67.46 66.77 67.74 67.20 68.50 67.80 68.52

69.55 70.11

58.25 58.67 59.53 60.50 60.85

(24)

Gambar 2.8

Grafik Perkembangan Angka Melek Huruf Nasional, Prov. Sumbar dan Kab. Sijunjung Tahun 2008-2012 (%)

Sumber ; Pembangunan Manusia Berbasis Gender, 2013

D. Rata-rata Lama Sekolah

Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Sijunjung pada tahun 2012 baru mencapai 7,51 tahun atau setara dengan kelas 2 SMP. Perkembangan Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Sijunjung dalam periode 2008-2012 tidak mengalami peningkatan cukup signifikan, hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anaknya masih rendah hanya sampai di tingkat SMP. Angka rata-rata lama sekolah Kabupaten Sijunjung dalam periode 2008-2012 masih rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional dan Provinsi Sumatera Barat, hal tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

2008 2009 2010 2011 2012

92.24 96.66 93.07 92.67 96.81 93.08 93.09 97.09 94.78 93.14 97.16 94.79 93.25 97.23 94.80

(25)

Gambar 2.9

Grafik Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah Nasional, Prov. Sumbar dan Kab. Sijunjung Tahun 2008-2012 (tahun)

Sumber ; Pembangunan Manusia Berbasis Gender, 2013

E. Angka usia Harapan Hidup

Perkembangan Angka usia Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Sijunjung dalam periode 2008-2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari sebesar 66,25 tahun pada tahun 2008 menjadi 67,58 tahun pada tahun 2012, hal ini menunjukkan kualitas pelayanan di bidang kesehatan mengalami peningkatan cukup optimal, sehingga menambah harapan penduduk untuk hidup lebih panjang. Namun secara daya saing harapan hidup penduduk Kabupaten Sijunjung masih rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional dan Provinsi Sumatera Barat, hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

2008 2009 2010 2011 2012

7.52 7.72 7.92 7.92 7.98

8.26 8.45 8.48 8.57 8.60

7.20 7.30 7.43 7.50 7.51

(26)

Gambar 2.10

Grafik Perkembangan Angka usia Harapan Hidup Nasional, Prov. Sumbar dan Kab. Sijunjung Tahun 2008-2012 (tahun)

Sumber ; Pembangunan Manusia Berbasis Gender, 2013

2.1.3. Aspek Pelayanan Umum

2.1.3.1. Pelayanan Dasar Urusan Wajib A. Pendidikan

Kemajuan kualitas pelayanan di bidang pendidikan dapat diukur melalui 2 (dua) aspek yaitu : a) ketersedian pelayanan pendidikan, dan b) keterjangkauan pelayanan pendidikan. Aspek ketersedian pelayanan pendidikan diukur melalui rasio ketersediaan sekolah terhadap jumlah usia anak sekolah dan rasio guru terhadap murid dengan metode penghitungan jumlah guru tingkat pendidikan per 1000 jumlah murid. Sedangkan aspek keterjangkauan pelayanan pendidikan pencapaiannya dapat dilihat dari Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) di setiap tingkatan pendidikan dan nilai rata-rata Ujian Nasional (UN).

1) Ketersedian Pelayanan Pendidikan

Untuk mengukur ketersediaan pelayanan pendidikan yang lazim digunakan adalah : 1) rasio ketersediaan sekolah setiap tingkatan pendidikan, dan 2) rasio guru terhadap murid setiap tingkatan pendidikan. Rasio ketersediaan sekolah dihitung berdasarkan jumlah sekolah setiap tingkat pendidikan per 10.000 jumlah penduduk usia sekolah.

2008 2009 2010 2011 2012

70.40 69.00 66.25 70.70 69.25 66.58 70.90 69.50 66.92 71.10 69.76 67.25 71.15 70.02 67.58

(27)

a. Rasio Ketersediaan Sekolah

Rasio ketersediaan sekolah untuk setiap jenjang pendidikan di Kabupaten Sijunjung cenderung fluktuatif dalam periode 2008-2012, hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.10

Rasio Ketersediaan Sekolah dengan Penduduk Usia Sekolah Setiap Jenjang Pendidikan Kabupaten Sijunjung Tahun 2008 – 2012

No. Jenjang

Pendidikan/Indikator 2008 2009 2010 2011 2012

1. SD/MI

1.1 Jumlah sekolah 200 201 201 207 206

1.2 Jumlah penduduk usia 7-12

tahun 24.842 24.590 25.842 29.685 27.213

1.3 Rasio 80,51 81,74 77,78 69,73 75,70

2. SMP/MTsN

2.1 Jumlah sekolah 58 65 64 64 65

2.2 Jumlah penduduk usia 13-15

tahun 5.865 6.582 6.466 6.589 6.320

2.3 Rasio 98,89 98,75 98,98 97,13 102,85

3. SMA/SMK/MAN

3.1 Jumlah sekolah 14 23 25 24 25

3.2 Jumlah penduduk usia 16-19

tahun 2.674 4.172 4.391 3.244 5.012

3.3 Rasio 52,36 55,13 56,93 73,98 49,88

Sumber: Sijunjung Dalam Angka, 2013 dan diolah sendiri

Berdasarkan tabel diatas, terlihat jelas masih rendahnya rasio ketersediaan sekolah pada jenjang pendidikan SD/MI dan SMA/SMK/MAN selama periode 2008-2012. Oleh karena, perlu adanya kebijakan dan program pembangunan yang tepat untuk mengatasi hal tersebut, sehingga tidak ada murid sekolah yang tidak bisa bersekolah karena tidak alasan tidak tersedianya tempat belajar atau sekolah yang menampungnya.

Sedangkan rasio ketersediaan sekolah menurut Kecamatan pada tahun 2012 setiap jenjang pendidikan, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

(28)

Tabel 2.11

Rasio Ketersediaan Sekolah Tahun 2012 Menurut Kecamatan Setiap Jenjang Pendidikan

No Kecamatan SD/MI SMP/MTsN SMA/SMK/MAN Jml Sklh Jml Pddk Usia Sklh Rasio Jml Sklh Jml Pddk Usia Sklh Rasio Jml Sklh Jml Pddk Usia Sklh Rasio 1 Kamang Baru 40 5.791 69,07 18 1.478 121,79 5 1.032 48,45 2 Tanjung Gadang 26 3.241 80,22 7 669 104,63 1 243 41,15 3 Sijunjung 38 5.332 71,27 11 1.688 65,17 7 1.361 51,43 4 Lubuk Tarok 17 2.134 79,66 3 376 79,17 1 198 50,51 5 Kupitan 14 1.620 86,42 4 357 112,04 3 508 59,06 6 IV Nagari 13 1.701 76,43 4 308 129,87 2 182 109,89 7 Koto VII 29 4.174 69,48 9 862 104,41 3 1.034 29,01 8 Sumpur Kudus 29 3.220 90,06 9 582 154,64 3 454 66,08 Jumlah 206 27.213 75,70 65 6.320 102,85 25 5.012 49,88

Sumber: Sijunjung Dalam Angka, 2013 dan diolah sendiri

Berdasarkan tabel diatas, terlihat jelas belum meratanya ketersediaan sekolah setiap kecamatan menurut jenjang pendidikan. Kondisi ini menunjukkan kebijakan program pembangunan untuk penyediaan sekolah belum optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan dalam menyusun rencana program dan kegiatan pembangunan yang lebih mengedepankan kebutuhan.

b. Rasio Guru Terhadap Murid

Rasio guru terhadap murid dihitung berdasarkan jumlah guru setiap tingkat pendidikan per 1.000 jumlah murid. Perkembangan rasio jumlah guru terhadap murid di Kabupaten Sijunjung dalam periode 2008-2012 juga mengalami angka fluktuatif. Kondisi ini menunjukkan bahwa selama periode 2008-2012 ketersediaan guru berbanding lurus dengan dengan jumlah murid dari tahun ke tahun. Rasio guru terhadap murid setiap jenjang pendidikan di Kabupaten Sijunjung Tahun 2008-2012, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

(29)

Tabel 2.12

Rasio Guru terhadap Murid Setiap Jenjang Pendidikan Kabupaten Sijunjung Tahun 2008 – 2012 No. Jenjang Pendidikan/Indikator 2008 2009 2010 2011 2012 1. SD/MI 1.1 Jumlah guru 1.818 2.058 2.089 2.034 2.248 1.2 Jumlah murid 28.306 28.316 29.195 33.278 30.552 1.3 Rasio 64,23 72,68 71,55 61,12 73,58 2. SMP/MTsN 2.1 Jumlah guru 806 1.040 1.355 1.080 1.099 2.2 Jumlah murid 9.434 10.334 12.450 10.208 10.295 2.3 Rasio 85,44 100,64 108,84 105,80 106,75 3. SMA/SMK/MAN 3.1 Jumlah guru 398 415 716 492 696 3.2 Jumlah murid 5.363 7.302 7.776 6.249 9.093 3.3 Rasio 74,21 56,83 92,07 78,83 76,54

Sumber: Sijunjung Dalam Angka, 2013 dan diolah sendiri

Berdasarkan tabel diatas, terlihat jelas masih rendahnya rasio guru terhadap jumlah pada jenjang pendidikan SD/MI dan SMA/SMK/MAN selama periode 2008-2012. Kondisi ini menunjukkan ketersediaan guru sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sekolah setiap jenjang pendidikan. Sedangkan rasio guru terhadap murid menurut Kecamatan pada tahun 2012 setiap jenjang pendidikan, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.13

Rasio Guru terhadap Murid Tahun 2012 Menurut Kecamatan Setiap Jenjang Pendidikan

No Kecamatan SD/MI SMP/MTsN SMA/SMK/MAN Jml Guru Jml Murid Rasio Jml Guru Jml Murid Rasio Jml Guru Jml Murid Rasio 1 Kamang Baru 415 6.467 64,17 233 2.109 110,48 118 1.273 92,69 2 Tanjung Gadang 273 3.608 75,67 105 947 110,88 29 299 96,99 3 Sijunjung 425 6.046 70,29 225 2.532 88,86 263 2.341 112,35 4 Lubuk Tarok 177 2.376 74,49 53 562 94,30 23 259 88,80 5 Kupitan 169 1.953 86,53 73 664 109,94 62 794 78,09 6 IV Nagari 154 1.839 83,74 118 1.148 102,79 66 637 103,61 7 Koto VII 330 4.734 69,71 163 1.325 123,02 59 1314 44,90 8 Sumpur Kudus 305 3.529 86,43 129 1.008 127,98 76 537 141,53 Jumlah 2.248 30.552 73,58 1.099 10.295 106,75 696 9.093 76,54 Sumber: Sijunjung Dalam Angka, 2013 dan diolah sendiri

(30)

Berdasarkan tabel diatas, terlihat jelas bahwa pendistribusian guru setiap kecamatan sesuai dengan jenjang pendidikan belum merata, sehingga masih terdapatnya ketersediaan guru yang tidak proporsional disetiap kecamatan. Oleh karena itu, distribusi guru perlu dilakukan pemerataan, sehingga ketersediaan pelayanan pendidikan akan lebih optimal.

Ketersediaan pelayanan pendidikan tidak hanya melihat rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah dan rasio guru terhadap jumlah murid, namun kondisi ruang kelas dapat mempengaruhi terhadap pencapaian rasio tersebut. Pada tahun 2012 secara kuantitas kondisi ruang kelas yang baik di semua jenjang pendidikan sudah menunjukkan jumlah yang signifikan terhadap total ruang kelas yang ada. Namun masih terdapatnya kondisi ruang kelas yang rusak berat, terutama di tingkat SD/MI sebanyak 124 ruang kelas, sedangkan SMP/MTsN dan SMA/SMK/MA relatif sedikit. Kondisi ruang kelas berdasarkan jenjang pendidikan di Kabupaten Sijunjung pada tahun 2012, dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 2.11

Grafik Kondisi Ruang Kelas Sesuai Tingkatan Pendidikan di Kabupaten Sijunjung tahun 2012

Sumber: Sijunjung Dalam Angka, 2013

2) Keterjangkauan Pelayanan Pendidikan a. Angka Partisipasi Kasar (APK)

Perkembangan APK untuk tingkat SD/MI, SMP/MTsN dan

SMA/SMK/MAN di Kabupaten Sijunjung lima tahun terakhir ini (2008-2012) 1.00

10.00 100.00 1,000.00

Rusak Berat Rusak Ringan Baik Total

Rusak Berat Rusak Ringan Baik Total

SD/MI 124 293 959 1,376

SMP/MTsN 22 56 290 368

(31)

cenderung fluktuasi. Kondisi ini menunjukkan belum optimalnya peningkatan kualitas pelayanan pendidikan, sehingga pencapaian APK mengalami fluktuasi. Perkembangan APK menurut jenjang pendidikan di Kabupaten Sijunjung tahun 2008-2012, dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 2.12

Grafik Perkembangan APK Menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Sijunjung tahun 2008-2012

Sumber: Sijunjung Dalam Angka, 2013

b. Angka Partisipasi Murni (APM)

Perkembangan APM Kabupaten Sijunjung periode 2008-2012 tingkat SD/MI sudah melebihi standar nasional yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor : 129a/U/2004 sebesar 95%, sedangkan untuk SMP/MTsN dan SMA/SMK/MAN masih di bawah standar nasional (SMP/MTsN sebesar 90% dan SMA/SMK/MAN sebesar 60%), namun angkanya dalam periode 2008-2012 cenderung meningkat. Perkembangan APM menurut jenjang pendidikan di Kabupaten Sijunjung tahun 2008-2012, dapat dilihat pada gambar berikut ini :

119.5 108.5 111.69 112.54 113.2 65.04 84.37 89.61 87.75 89.50 31.32 46.94 53.15 87.75 62.13 0 20 40 60 80 100 120 140 2008 2009 2010 2011 2012 SD/MI SMP/MTsN SMA/SMK/MAN

(32)

Gambar 2.13

Grafik Perkembangan APM Menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Sijunjung tahun 2008-2012

Sumber: Sijunjung Dalam Angka, 2013

c. Nilai Rata-rata Ujian Nasional (UN)

Mengukur kualitas pelayanan pendidikan salah satu parameternya adalah nilai rata-rata siswa Ujian Nasional (UN) di setiap jenjang pendidikan, waluapun yang dilazim digunakan persentase kelulusan. Nilai rata-rata UN merupakan indikator yang lebih terukur dalam menilai kualitas pendidikan secara keseluruhan.

Periode 2008-2012 nilai rata-rata UN SD/MI, SMP/MTsN dan SMA/SMK/MAN di Kabupaten Sijunjung cenderung fluktuasi dari tahun ke tahun. Nilai rata-rata UN tingkat SD/MI dan SMA/SMK/MAN periode 2008-2012 stagnan diatas angka 6,5, sedangkan tingkat SMP/MTsN dibawah angka 6. Kondisi ini menunjukkan mutu dan kualitas pendidikan pada jenjang pendidikan

SMP/MTsN jauh tertinggal dengan jenjang pendidikan SD/MI dan

SMA/SMK/MAN. Oleh sebab itu peningkatan kualitas pendidikan di jenjang pendidikan SMP/MTsN perlu jadi prioritas utama dalam upaya menuntaskan program wajib belajar 9 tahun pada tahun 2015.

Untuk melihat perkembangan nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) menurut jenjang pendidikan di Kabupaten Sijunjung tahun 2008-2012, dapat dilihat pada gambar berikut ini :

106.44 96.02 98.93 99.39 99.4 50.62 64.87 67.61 68.9 73.93 23.62 35.96 42.38 52.9 56.71 0 20 40 60 80 100 120 2008 2009 2010 2011 2012 SD/MI SMP/MTsN SMA/SMK/MAN

(33)

Gambar 2.14

Grafik Perkembangan Nilai Rata-Rata UN Menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Sijunjung Tahun 2008-2012

Sumber: Sijunjung Dalam Angka, 2013

B. Kesehatan

Tujuan pembangunan kesehatan sebagaimana tertuang di dalam dokumen Sistem Kesehatan Nasional adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat. Derajad kesehatan dapat dilihat dari indikator berkurangnya Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKBA), dan prevelensi balita gizi buruk.

Perkembangan ke-empat indikator kinerja bidang kesehatan periode 2008-2012 di Kabupaten Sijunjung menunjukkan angka fluktuatif. Kondisi ini menunjukkan pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Sijunjung belum optimal, hal ini disebabkan karena belum adanya konsistensi pada tataran pelaksanaan rencana program pembangunan. Perkembangan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKBA), dan prevelensi balita gizi buruk Kabupaten Sijunjung tahun 2008-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini :

6.38 6.98 6.85 7.05 6.99 5.52 5.94 5.60 5.74 5.82 6.87 6.56 6.60 6.61 6.60 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 2008 2009 2010 2011 2012 SD/MI SMP/MTsN SMA/SMK/MAN

(34)

Gambar 2.15

Grafik Perkembangan Capaian Kinerja Bidang Kesehatan Kabupaten Sijunjung Tahun 2008-2012

Sumber: Sijunjung Dalam Angka, 2013

Belum optimalnya pencapaian kinerja dibidang kesehatan berbanding terbalik dengan rasio fasilitas kesehatan pelayanan dasar per 1.000 penduduk di Kabupaten Sijunjung tahun 2008–2012 cenderung meningkat, dimana pada tahun 2008 angka rasionya 0,41 naik tajam menjadi 1,01 pada tahun 2010. Kondisi ini menunjukkan ketersediaan unit layanan kesehatan pelayanan dasar mendekati angka yang ideal dalam mencapai ketersediaan fasilitas kesehatan. Sedangkan rasio pelayanan kesehatan rujukan per 100.000 penduduk pada tahun 2012 mencapai 0,48. Untuk melihat perkembangan rasio fasilitas kesehatan di Kabupaten Sijunjung Tahun 2008 – 2012, dapat dilihat pada tabel berikut ini: 68.72 24.28 1.6 0.11 68.03 27.40 3.63 1.66 92.4 23.30 3.00 8.48 109.4 21.70 5.47 2.57 56.39 21.49 23.40 4.81

Jumlah Kematian Ibu Melahirkan (%)

Angka Kematian Bayi (1 rb kelh. Hidup)

Angka Kematian Balita (%)

Prevelensi balita gizi buruk (%)

(35)

Tabel 2.14

Rasio Fasilitas Kesehatan terhadap Per Satuan Penduduk di Kabupaten Sijunjung Tahun 2008 – 2012

Fasilitas Kesehatan 2008 2009 2010 2011 2012

A. Fasilitas Kesehatan Pelayanan Dasar :

Puskesmas (unit) 12 12 12 12 12

Puskesmas Keliling (unit) 18 21 12 12 12

Puskesmas Pembantu (unit) 46 46 46 46 46

Poskesri (unit) 0 79 125 130 135

Fasilitas kesehatan lainnya (unit) 3 3 2 3 4

Jumlah 79 161 197 203 209

Jumlah Penduduk (jiwa) 193.473 197.463 201.823 205.542 207.474

Rasio fasilitas kesehatan

Pelayanan Dasar 0,41 0,82 0,98 0,99 1,01

B. Fasilitas Kesehatan Rujukan

Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) 0 0 0 0 1

Rasio fasilitas kesehatan

Pelayanan Rujukan 0 0 0 0 0,48

Sumber: Sijunjung Dalam Angka, 2013 dan diolah sendiri

Ketersediaan sarana dan prasarana di bidang kesehatan telah didukung dengan ketersediaan tenaga kesehatan, hal ini dapat dilihat pada rasio ketersediaan dokter dan tenaga paramedis terhadap per 100.000 penduduk. Ketersediaan tenaga kesehatan di Kabupaten Sijunjung pada periode 2008-2012 cenderung meningkat, hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.15

Rasio Dokter dan Tenaga Paramedis per Satuan Penduduk di Kabupaten Sijunjung Tahun 2008 – 2012

Ratio Tenaga Dokter dan Paramedis

per Satuan Penduduk 2008 2009 2010 2011 2012

Dokter Umum dan Dokter Spesialis 14,45 17,05 29,15 29,68 29,88

Bidan 71,84 73,43 111,48 112,39 118,09

Perawat 46,52 80,01 81,75 90,49 95,43

Ahli Kesehatan Masyarakat 8,79 6,58 8,42 8,73 10,12

Tenaga farmasi 12,92 23,80 38,66 38,92 39,04

Sumber: Sijunjung Dalam Angka, 2013 dan diolah sendiri

C. Pekerjaan Umum

Pembangunan di bidang pekerjaan umum hingga tahun 2012 belum menunjukkan capaian kinerja yang optimal, hal ini terlihat dari capaian indikator kinerja yang digunakan, yaitu : a) rasio jalan per luas wilayah, b) jalan

(36)

kabupaten kondisi baik, c) cakupan layanan irigasi, d) rasio drainase per panjang jalan, e) cakupan layanan air bersih, dan f) cakupan rumah tangga ber-sanitasi. Oleh karena itu, dalam menyusun rencana program dan kegiatan agar mengacu kepada indikator tersebut. Pencapaian kinerja pembangunan di bidang pekerjaan umum pada tahun 2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.16

Grafik Pencapaian Kinerja Pembangunan Infrastruktur dan Prasarana Dasar Kabupaten Sijunjung Tahun 2012 (%)

Sumber: Sijunjung Dalam Angka, 2013 dan diolah sendiri

D. Perhubungan

Pencapaian kinerja pembangunan aspek pelayanan umum dalam urusan perhubungan di Kabupaten Sijunjung selama periode 2008-2012 pada masing-masing indikator kinerja, dapat dilihat tabel berikut ini :

Rasio jln per luas

wilayah Jalan Kab. Kondisibaik

Cakupan lay. Irigasi Rasio drainase per

pjg. jalan Cakupan lay.AirBersih Cakupan RT ber-Sanitasi 38.18 54.32 58.01 2.56 48.31 35.39

(37)

Tabel 2.16

Capaian Indikator Kinerja Urusan Perhubungan Kabupaten Sijunjung Tahun 2008 – 2012

No. Indikator Kinerja 2008 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah terminal bis :

- Kelas A (unit) 1 1 1 1 1

- Kelas B (unit) - - - - -

- Kelas C (unit) - - - - -

2 Jumlah angkutan darat : - Antar Kota Dalam Provinsi

(unit) 9 9 12 12 12

- Angkutan kota (unit) - - - - -

- Angkutan pedesaan (unit) 30 25 25 22 22

3 Jumlah angkutan umum yang memilki KIR (unit)

2.195 2.295 2.715 2.895 2.915 4 Lama pengujian kelayakan

angkutan umum - KIR (menit).

25 15 15 14 10

5 Jumlah izin trayek angkutan kota/pedesaan yang dikeluarkan

30 25 25 22 22

6 Jumlah rambu-rambu jalan yang terpasang (unit)

- - 175 195 201

Sumber: Sijunjung Dalam Angka, 2013 dan Dishub& Kominfo,2013

Berdasarkan tabel diatas, capaian kinerja urusan perhubungan beberapa indikator kinerja mengalami peningkatan cukup signifikan antara lain: a) lama pengujian kelayakan angkutan umum dari 25 menit pada tahun 2008 naik menjadi 10 menit pada tahun 2012, b) jumlah angkutan umum yamg memiliki KIR dari 2.195 unit pada tahun 2008 naik menjadi 2.915 unit pada tahun 2012, dan c) jumlah rambu-rambu jalan yang terpasang pada tahun 2012 tersedia sebanyak 201 unit. Namun ketersediaan angkutan umum, khususnya angkutan pedesaan mengalami penurunan signifikan dari 30 unit pada tahun 2008 turun menjadi 22 unit pada tahun 2012, sedangkan angkutan umum antar kota dalam provinsi belum menunjukkan peningkatan siginifikan. Belum optimalnya ketersediaan angkutan umum menunjukkan pelayanan sarana transportasi di Kabupaten Sijunjung belum memadai.

E. Lingkungan Hidup

Isu lingkungan yang terdapat dalam konteks kekinian adalah persoalan lingkungan yang terkait dengan tekanan akibat aktivitas kegiatan manusia dan kerentanan yang terkait dengan bencana alam yang lebih disebabkan oleh proses alami bumi. Akan tetapi, untuk Kabupaten Sijunjung persoalan

(38)

lingkungan tampaknya lebih banyak diakibatkan oleh aktivitas kegiatan manusia terutama kegiatan di bidang pertambangan, terutama penambangan emas. Kegiatan penambangan tersebut lebih banyak dilakukan oleh masyarakat pada Daerah Aliran Sungai (DAS) tanpa memperhatikan efek pencemaran lingkungan terutama seperti penggunaan merkuri pada tambang emas akan mengakibatkan dampak buruk pada kesehatan manusia secara tidak langsung.

Makin maraknya kegiatan penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat baik di DAS maupun pada lahan kering lainnya dalam periode 2008-2012 terjadinya perubahan estetika DAS dan lahan kering, sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Untuk mengatasi persoalan tersebut agar tidak meluasnya kerusakan lingkungan, Pemerintah Kabupaten Sijunjung secara kontinue melakukan pembinaan kepada masyarakat. Disamping itu, tetap melakukan pemantauan kualitas air sungai secara berkala setiap tahunnya. Selain itu, penangganan sampah merupakan isu lingkungan yang perlu juga ditingkatkan.

Perkembangan pencemaran status mutu air dan cakupan penangganan sampah Kabupaten Sijunjung tahun 2010-2012 menunjukkan capaian kinerja cukup signifikan, hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.17

Grafik Perkembangan Pencemaran Status Mutu Air dan Cakupan Penangganan Sampah Kabupaten Sijunjung Tahun 2010-2012 (%)

Sumber: Sijunjung Dalam Angka, 2013 dan diolah sendiri Pencemaran status mutu air sungai

Cakupan penanganan sampah

80.00 44.44 70.00 50.00 60.00 50.00 2010 2011 2012

(39)

F. Kependudukan dan Catatan Sipil

Pelayanan bidang kependudukan dan pencatatan sipil merupakan salah satu sasaran utama pembangunan. Keberadaan penduduk yang merupakan salah satu modal utama pembangunan perlu mendapat perhatian agar penerapan administrasi kependudukan sesuai dengan amanat undang-undang yang berlaku. Untuk menyikapi hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan Keputusan Presiden RI Nomor 88 tahun 2004 tentang Sistem Informasi Adminitrasi Kependudukan (SIAK) dan untuk mengotimalkan system tersebut, pada tahun 2008 dikeluarkan Peraturan Presiden Nomor 25 tahun 2008 tentang Tata Cara Pendaftaran Pendudukan dan Pencatatan Sipil.

Dalam konteks itu, Pemerintah Kabupaten Sijunjung berupaya untuk menerapkan secara optimal, Namun kinerja pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil di Kabupaten Sijunjung tahun 2008-2012 menunjukkan angka yang positif walaupun pencapaian kinerja belum optimal, hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 2.18

Grafik Perkembangan Kinerja Pelayanan Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sijunjung Tahun 2008-2012

Sumber: Dinas Kependudukan & Capil, 2013 dan diolah sendiri

G. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Permasalahan yang masih dihadapi dalam pelaksanaan urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera antara lain, adalah sulitnya regenerasi kader dan keterbatasan petugas penyuluh Keluarga Berencana serta berbagai masalah

Kepemilikan KTP (%)

Kepemilikan Akta kelahiran (per 1.000 pddk.) 34.25 58.10 38.56 59.20 42.58 60.48 45.87 67.72 46.78 78.54 2008 2009 2010 2011 2012

Gambar

Grafik Perkembangan  Pencemaran Status Mutu Air dan Cakupan   Penangganan Sampah Kabupaten Sijunjung Tahun 2010-2012 (%)
Grafik  Perkembangan Produksi Batubara   di Kabupaten Sijunjung tahun 2008-2012 (ton)

Referensi

Dokumen terkait

BATU Kali/ UNTUK PONDASI/ rit colt rit BATU KALI/ UNTUK PONDASI BATU KALI/ UNTUK PONDASI/ RIT truck rit F.. BAHAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan pengaruh varietas dan kelompok terhadap sifat agronomi tanaman gandum dengan analisis ragam peubah ganda dan mengetahui

pembelajaran berbasis prezi dilakukan oleh 2 orang ahli materi, 2 orang ahli media, guru mata pelajaran geografi serta siswa SMA Negeri 1 Kubung kelas X IPS

Hal ini sesuai dengan pendapat Kinsey (dalam Sudjana, 2001) yang menyatakan bahwa perubahan tingkah laku ini mencakup pengetahuan (knowledge), sikap (attitude),

Berangkat dari pemikiran umum tentang kenyataan dan tantangan yang dihadapi oleh lembaga pendidikan Islam dan realitas empirik yang terjadi pada lembaga-lembaga MTs di

Pada periode 1945-1950, implementasi Pancasila bukan saja menjadi Pada periode 1945-1950, implementasi Pancasila bukan saja menjadi masalah, tetapi lebih dari itu

• Untuk Penanganan Kandungan Sedimen dan Sampah pada Intake, penanganan selain Relokasi intake dapat direkomendasikan. Relokasi intake tidak dapat direkomendasikan karena

t test and F test result with α = 10%, the effect is variable level of education, bussines duration, labor force, and capital, while the F-test indicates that the