• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PERILAKU POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN CALON KEPALA DESA DI DESA JENETALLASA, KECAMATAN PALLANGGA, KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PERILAKU POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN CALON KEPALA DESA DI DESA JENETALLASA, KECAMATAN PALLANGGA, KABUPATEN GOWA"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PERILAKU POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN CALON KEPALA DESA DI DESA JENETALLASA, KECAMATAN PALLANGGA, KABUPATEN GOWA

Oleh:

MUH, IQRA HARSUDA MUDA Nomor Stambuk : 105640191414

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

▸ Baca selengkapnya: contoh surat perjanjian kontrak politik calon kepala desa

(2)

SKRIPSI

PEILAKU POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN CALON KEPALA DESA DI DESA JENETALLASA, KECAMATAN PALLANGGA, KABUPATEN GOWA

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan (S.IP)

Disusun dan Diajukan Oleh:

MUH. IQRA HARSUDA MUDA Nomor Stambuk: 105640191414

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)
(6)

4

ABSTRAK

MUH. IQRA HARSUDA MUDA 2020. Perilaku Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Calon Kepala Desa Di Desa Jenetallasa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. (Dibimbing oleh Amir Muhiddin dan Ahmad Harakan).

Penelitian ini membahas tentang perilaku politik masyarakat dalam pemilihan calon kepala desa di desa Jenetallasa dan mengetahui faktor pendukung dan penghambatnya. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan tipe pendekatan fenomenologi dan menggunakan informan yang dipilih menggunakan teknik Voting Behavior dengan jumlah 4 (Empat) orang, pengumpulan data yang digunakan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, kemudian dianalisis mengunakan tahap reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku politik masyarakat dalam pemilihan calon kepala desa di desa Jenetallasa untuk melihat apakah calon kepala desa lebih mementingkan inovasi dan transparansi dimana masyarakat lebih membutuhkan calon kepala desa yang akan menduduki pimpinan kepala desa yang memiliki inovasi untuk desa jenetallasa kedepannya dan transparansi terhadap semua masyarakat jenetallasa. Adapun faktor pendukung yaitu perilaku politik masyarakat desa dalam setiap pemilihan kepala desa dimana masyarakat desa jenetallasa memiliki kecenderungan yang variatif dalam menentukan sikap dan perilaku politik selama proses berlangsungnya pemilihan kepala desa. Faktor penghambat yaitu dalam pemilihan kepala desa di masyarakat tentu harus menganalisa visi dan misi setiap calon agar dapat mengarah kepada desa yang lebih baik agar apa yang diharapkan dari setiap pemimpin untuk kemajuan setiap desa.

Hasil penelitian ini menunjukkan calon kepala desa mempunyai perilaku yang inovasi dan transparansi, karena selayaknya kepala desa yang di inginkan oleh masyarakat ialah calon kepala desa yang transparansi dalam segi apapun dan mempunyai inovasi yang dapat membangun desa Jenetallasa lebih baik lagi kedepannya. Serta dapat mengayomi masyarakat desa Jenetallasa dengan ramah. Dimana masyarakat desa Jenetallasa lebih menghormati calon kepala desa yang amanah dan dapat mengayomi masyarakat dibanding calon kepala desa yang lebih mementingkan serangan fajar dan masih ber money politik. Calon kepala desa juga harus mempunyai program-program yang dapat menguntungkan masyarakat dan menjalankan program-program dengan baik dan benar. Adapun faktor pendukung yaitu masyarakat desa Jenetallasa memiliki kecenderungan yang variatif dalam menentukan sikap dan perilaku politik selama proses berlangsungnya pemilihan kepala desa. Faktor penghambat yaitu dalam pemilihan kepala desa di masyarakat tentu harus menganalisa visi dan misi setiap calon agar dapat mengarah kepada desa yang lebih baik, agar apa yang diharapkan dari setiap pemimpin untuk kemajuan setiap daerah.

(7)

5

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberi berbagai karunia dan nikmat yang tiada terhitung kepada seluruh makhluknya terutama manusia. Demikian pula salam dan shalawat kepada Nabi kita Muhammad SAW yang merupakan panutan dan contoh kita di akhir zaman. Dengan keyakinan ini sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Calon Kepala Desa Di Desa Jenetallasa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang saya ajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiayah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat Bapak Dr. Amir Muhiddin. M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Ahmad Harakan. S.IP.,M.H.I selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Secara khusus penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta dan tersayang Ayahanda Anshar S.Sos., M.Si dan Ibunda Dra. Yummi yang sangat berjasa dalam membersarkan, merawat dan

(8)

6 memberikan pendidikan sampai jenjang saat ini,

yang tidak pernah bosan untuk mendoakan, menyemangati, memotivasi serta memberikan bantuan moril maupun materil. Dan tak lupa pula kasih sayang yang tak hentinya beliau berikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse.M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada program S1 Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP.,M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberi ilmu kepada penulis selama menempuh perkuliahan.

5. Pihak Kantor Desa Jenetallassa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa yang telah banyak memberikan informasi dan data yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung.

6. Saudara(i)ku anak Ilmu Pemerintahan angkatan 2014 seperjuangan dalam meraih cita-cita yang telah banyak memberikan saran, dukungan, motivasi dan

(9)

7 selalu setia menemani saya dalam suka maupun duka, serta semua pihak yang telah membantu dan mendukung terselesaikannya skripsi ini.

7. Serta senior-senior yang telah membimbing dan memberikan nasehat-nasehat yang baik selama saya kuliah selalu mendukung dan mendoakanku agar bisa secepatnya menyelesaikan skripsi ini.

8. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Nurul Zulfa Aribah. S.Pd yang selalu setia membantu dan menyemangati penulis di kala sedang dalam kesusahan. Penulis berharap untuk dapat terus bersama dan saling mendorong dalam hal kebaikan.

Dan seluruh rekan serta pihak yang penulis tidak sebutkan namanya satu persatu, penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga atas bantuan dan doanya. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini sangatlah jauh dari kata sempurna. Dan demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun penulis sangat diharapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 2 Desember 2020 Penulis

(10)

8

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...

Halaman Persetujuan…... i

Halaman Penerima Tim...ii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah...iii

Abstrak...iv Kata Pengantar... vii Daftar Isi... viii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...7 C. Tujuan Penulisan...7 D. Manfaat Penulisan...7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Politik...9

B. Konsep Pemiliha Desa...14

C. Konsep Desa...19

D. Kerangka Pikir...24

E. Fokus Penelitian...25

F. Deskripsi Fokus Penelitian...25

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian...27

B. Jenis dan Tipe Penelitian...27

C. Sumber Data...28

D. Informan Penelitian...29

E. Teknik Pengumpulan Data...29

F. Teknik Analisa Data...30

G. Keabsahan Data...32

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian...34 B. Perilaku Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Calon

(11)

9

Kabupaten Gowa...44

C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Perilaku Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Calon Kepala Desa di Desa Jenetallasa, Kecamatan Pallangga, kabupaten Gowa...60 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan...63 B. Saran...65 DAFTAR PUSTAKA...66 LAMPIRAN...67 RIWAYAT HIDUP...77

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Secara umum Pengertian Budaya Politik adalah pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati terhadap seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya politik diartikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat secara sadar untuk berpartisipasi dalam mengambil kepetusan kolektif dan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya. Secara sederhana, Pengertian Budaya politik adalah nilai-nilai yang berkembang dan dipratikan suatu masyarakat tertentu dalam bidang politik.

Perkembangan sistem politik dan demokrasi khususnya di daerah pedesaan sudah menunjukkan kemajuan yang cukup berarti. Hal tersebut terlihat antara lain dari tingkat antusiasme masyarakat yang cukup tinggi pada setiap penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa, mulai dari pendaftaran hingga saat hari pencoblosan tiba. Warga masyarakat menyambut pesta demokrasi di tingkat desa tersebut dengan berbagai bentuk sikapdan perilaku. Sebagian partisipasi aktifnya diperlihatkan dengan terang- terangan menyatakan dukungannya ke salah satu calon.

(13)

2

Ada pula beberapa yang bersifat tertutup akan tetapi membuktikan partisipasi aktifnya dengan mendatang lokasi tempat pemungutan suara dan mencoblos gambar calon yang menjadi pilihannya pada saat hari yang ditentukan tiba. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa di sana sini masih ada beberapa kelemahan pada sistem penyelenggaraan. Kualitas calon Kepala Desa yang kadang kurang dapat memenuhi sebagian keinginan masyarakat, hingga pelaksanaan kampanye yang tidak bisa luput dari praktikpraktik yang dinilai kurang mencerminkan sebagai calon pemimpin yang bersih dan berkualitas baik dari segi kecakapan maupun moral spiritualnya, padahal hal tersebut penting demi mewujudkan pemerintahan desa yang demokratis namun terhindar dari praktik kolusi serta nepotisme.

Pada umumnya para calon kepala desa memiliki jaringan kekeluargaan yang sangat kuat, solid dan kompak serta bagi yang memiliki modal uang besar, paling memiliki potensi besar pula untuk memenangkan pemilihan. Para calon kepala desa biasanya orang yang kuat secara politik dan ekonomi di desanya.

Pemilihan Kepala Desa tidak terlepas dari partisipasi politik masyarakat desa. Partisipasi pada hakikatnya sebagai ukuran untuk mengetahui kualitas kemampuan warga negara dalam menginterpretasikan sejumlah simbol kekuasaan (kebijaksanaan dalam menyejahterakan masyarakat sekaligus langkah-langkahnya) ke dalam simbol-simbol pribadi.

Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki peranan penting dalam sistem politik suatu negara. Karena manusia dalam kedudukannya

(14)

3

sebagai makhluk sosial, senantiasa akan berinteraksi dengan manusia lain dalam upaya mewujudkan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia tidak cukup yang bersifat dasar, seperti makan, minum, biologis, pakaian dan papan (rumah). Lebih dari itu, juga mencakup kebutuhan akan pengakuan eksistensi diri dan penghargaan dari orang lain dalam bentuk pujian, pemberian upah kerja, status sebagai anggota masyarakat, anggota suatu partai politik tertentu dan anggota dari suatu organisasi tertentu seperti menjadi anggota lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Setiap masyarakat tentu tidak terlepas dari kegiatan politik. Karena kegiatan politik yang terjadi pada masyarakat merupakan bagian dari keseharian dalam interaksi antara warga negara dengan pemerintah, dan institusi-institusi di luar pemerintah (non-formal), yang telah menghasilkan dan membentuk variasi pendapat, pandangan dan pengetahuan tentang praktik- praktik perilaku politik dalam semua sistem politik termasuk sistem Pemilihan kepala desa (Septi Meliana, 2011: 4).

Persiapan yang dilakukan dalam menyelenggarakan pemilihan Kepala Desa Jenetallasa tahun 2018 dibagi menjadi 4 (empat) tahap yaitu: rapat koordinasi persiapan pelaksanaan pilkades yang meliputi perencanaan penyelenggaraan yaitu pengaturan tata cara dan tahapan program dan jadwal kerja penyelenggaraan Pilkades serta pembentukan panitia pelaksana pendaftaran bakal calon Kepala Desa pendaftaran pemilih dan kampanye. Proses pelaksanaan Pilkades Desa Jenetallasa tahun 2018 dibagi menjadi 2 (dua) tahap yaitu: tahap pemungutan suara yang mencakup persiapan

(15)

4

pengucapan sumpah/janji panitia pemeriksaan kotak suara dan bilik suara pembagian tugas penandatanganan berita acara pemungutan suara dan tahap penghitungan suara.

Bentuk partisipasi yang dilakukan masyarakat dalam memeriahkan Pilkades Desa Jenetallasa tahun 2018 yaitu: menggunakan hak pilih membina hubungan baik dengan stakeholders (pengusaha) menjadi tim sukses membangun posko pemenangan serta memasang poster slogan di depan posko pemenangan memasang baliho di pinggir jalan memakai kaos bertuliskan slogan menempelkan stiker di mobil serta mengantar jemput warga pada saat pelaksanaan pemilihan.

Harold D. Lasswell yang dikutip oleh S.P. Varma, memberikan dua catatan penting mengenai perilaku politik. Pertama, perilaku politik selalu berorientasi pada nilai atau berusaha mencapai tujuan. Nilai dan tujuan dibentuk dalam proses perilaku politik, yang sesungguhnya merupakan suatu bagian. Kedua, perilaku politik bertujuan menjangkau masa depan, bersifat mengantisipasi, berhubungan dengan masa lampau, dan senantiasa memperhatikan kejadian masa lalu

Perilaku memilih merupakan pemilih yang menggunakan hak pilihnya untuk menentukan dan memilih salah satu calon dari kontestan politik yaitu calon kepala desal. Secara garis besar, pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan mereka yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan.

(16)

5

Pembahasan tentang budaya politik tidak terlepas dari perilaku memilih masyarakat. Perilaku memilih masyarakat pada dasarnya saling berkaitan antara budaya politik yang ada di masyarakat, karena perilaku memilih merupakan sikap masyarakat untuk memberikan suara dan menentukan calon siapa yang akan dipilih menjadi kepala desa secara.

langsung. Sehingga, budaya politik yang ada pada masyarakat juga mempengaruhi perilaku memilihnya. Dalam hal ini, masyarakat akan bersikap rasional, bersikap tidak rasional, bersikap acuh tak acuh ataukah masyarakat memang sudah mempunyai kesadaran politik untuk menggunakan hak pilihnya dalam memilih wakil rakyat yang ada didaerahnya ketika diadakan pemilihan umum kepala daerah.

Oleh karena itu, adanya perilaku memilih masyarakat dalam pilkades merupakan salah satu indikator adanya keterlibatan rakyat dalam kehidupan politik (partisipan). Seperti halnya pada masyarakat Desa Jenetallasa yang juga ikut berpartisipasi dalam pemilihan calon kepala desa secara langsung untuk memilih Kepala Desa. Hal tersebut menunjukkan adanya keterlibatan rakyat dalam kegiatan politik.

Perilaku Politik Masyarakat merupakan sebuah tinjauan terhadap sikap masyarakat dalam berpartisipasi pada pemilihan kepala desa. Perilaku ini menyangkut bagaimana masyarakat menentukan pilihan terhadap calon kepala desa. Bagi masyarakat yang sudah mulai maju dan kritis barangkali kondisi pemerintahan cenderung otoriter dan kurang terbuka itu dirasakan kurang nyaman. Oleh karena itu, mereka memimpikan sosok pemimpin yang

(17)

6

cenderung bersifat mengayomi, jujur, dan terbuka.

Desa Jenetallasa merupakan desa yang berada di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Desa Jenetallasa merupakan pemekaran dari desa Kanjilo menjadi dua desa, yaitu desa Kanjilo sebagai desa induk, dan desa Jenetallasa. Jumlah penduduk Desa.

Jenetallasa pada tahun 2018 sebesar 17.686 jiwa, salah satu desa dengan jumlah penduduk terbesar di kabupaten Gowa, dan menjadi desa dengan jumlah penduduk terbesar kedua setelah Bontoala di kecamatan Pallangga.

Masyarakat Desa Jenetallasa memiliki kecenderungan yang variatif dalam menentukan sikap dan perilaku politik selama proses berlangsungnya pemilihan Kepala Desa. Mereka terlihat cukup antusias dalam menyambut datangnya hari pemungutan suara dengan berbagai cara. Di antaranya melalui diskusi-diskusi kecil yang dilakukan secara tidak sengaja pada waktu berkumpul dengan tetangga. Topik seputar isu nama-nama calon, hingga kualitas serta kredibilitas calon di mata masyarakat rupanya menjadi sebagian dari tema yang dibicarakan.

Dalam pemilihan kepala desa di masyarakat tentu harus menganalisa visi dan misi setiap calon agar dapat mengarah kepada pembangunan desa yang lebih baik. Namun pemilihan kepala desa Jenetallasa masyarakat lebih cenderung memilih kandidat karena kedekatan hubungan emosional dan keakraban tanpa melihat terlebih dahulu latar belakang calon serta visi misi dari calon dalam program pembangunan desa.

(18)

7

ada kandidat yang ketokohannya sangat dikenal atau bergelar bangsawan tentu masyarakat akan cenderung menentukan pilihannya kekandidat tersebut tanpa mempertimbangkan latar belakang dan bagaimana pengetahuan calon tentang politik ataupun pemerintahan.

Berdasarkan dari latar belakang dapat dilihat variasi pendidikan masyarakat yang ada di desa Jenetallasa dan hal tersebut tentu sangat mempengaruhi perilaku masyarakat dalam menentukan sikap politiknya terutama dalam pemilihan kepala desa. Atas dasar tersebut peneliti tertarik menganggkat judul “Perilaku Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Calon Kepala Desa di Desa Jenetallasa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa”. B. Rumusan Masalah

Berdasarakan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana perilaku Politik Masyarakat dalam pemilihan kepala desa di desa Jenetallasa?

2. Faktor apa saja yang melatar belakangi perilaku Politik Masyarakat dalam pemilihan kepala desa di desa Jenetallasa?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini jika dikaitkan dengan rumusan masalah tersebut diatas adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perilaku Politik Masyarakat dalam pemilihan kepala desa di desa Jenetallasa.

(19)

8

Masyarakat dalam pemilihan kepala desa di desa Jenetallasa. D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Secara Teoritis

Penelitian yang akan dilakukan ini dapat dijadikan suatu bahan studi perbandingan selanjutnya dan akan menjadi sumbansi pemikiran ilmiah dalam melengkapi kajian-kajian yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan hususnya pada, Perilaku Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Calon Kepala Desa di Desa Jenetallasa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumbangan pemikiran dan bahan masukan untuk pelaksanaan bagaimana perilaku masyarakat dalam menggunakan hak politiknya pada suatu pemilihan kepala desa.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Politik

Perilaku politik pada umumnya ditentukan oleh faktor internal dari individu itu sendiri seperti idealisme. Tingkat kecerdasan, kehendak hati dan oleh faktor eksternal (kondisi lingkungan) seperti kehidupan beragama, sosial, politik, ekonomi, dan sebagainya yang mengelilinginya. Perilaku politik adalah kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan keputusan politik. Perilaku politik merupakan salah satu unsur atau aspek perilaku secara umum, disamping perilaku politik, masih terdapat perilaku-perilaku lain seperti perilaku organisasi, perilaku budaya, perilaku konsumen/ekonomi, perilaku keagamaan dan lain sebagainya (Surbakti, 2010: 167).

Perilaku politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik dan yang melakukan kegiatan politik tersebut adalah pemerintah dan masyarakat. Perilaku politik dapat dibagi ke dalam dua bagian pokok yakni: pertama, perilaku politik lembaga-lembaga dan pejabat pemerintah, kedua, perilaku politik warga negara biasa (Sitepu, 2012:88).

Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh penduduk Desa setempat. Usia minimal Kepala Desa adalah 25 tahun, dan Kepala Desa haruslah berpendidikan paling rendah SLTP, penduduk Desa setempat. Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa dilakukan oleh

(21)

Panitia Pemilihan, dimana dibentuk oleh BPD, dan anggotanya terdiri dari unsur perangkat Desa, pengurus lembaga kemasyarakatan, dan tokoh masyarakat.

Kepala desa dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan kepala desa atau disingkat pilkades. Masa jabatan kepala desa adalah 6 tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Kepala desa dan perangkat desa umumnya berasal dari penduduk setempat dan menetap atau bertempat tinggal di desa itu

.

Perilaku memilih (Voting Behavior ) selama ini selain didasarkan dua model atau pendekatan, yaitu pendekatan sosiologi dan pendekatan psikologi, ada pula pendekatan rasional. Untuk melihat kecenderungan perilaku pemilih pemula ada beberapa pendekatan yang dilihat terdapat 3 model pendekatan di dalam perilaku memilih (voting behavior), yakni, pendekatan sosiologis, psikologis dan rasional (Kavanagh dalam Efriza 2012):

a. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan sosiologis digambarkan peta kelompok masyarakat dan setiap kelompok dilihat sebagai basis dukungan terhadap Pilkades tertentu. ini bisa berdasarkan gender (perempuan dan laki-laki), usia (muda dan lanjut usia). Dapat pula berdasarkan organisasi formal dan informal. Pendekatan sosiologis mengasumsikan bahwa preferensi politik, sebagaimana juga preferensi voting, adalah produk karakteristik sosio ekonomi, seperti pekerjan, kelas, agama dan ideologi.

(22)

Beberapa faktor psikologis yang mendorong pemilih menentukan pilihannya, yaitu: identifikasi Pilkades orientasi kandidat, dan orientasi isu/tema. Pertama, identifikasi Pilkades digunakan untuk mengukur sejumlah faktor predisposisi pribadi maupun politik. Seperti pengalaman pribadi atau orientasi politik yang relevan bagi individu. Pengalaman pribadi danorientasi politik sering diwariskan oleh orang tua, namun dapat pula dipengaruhi oleh lingkungan, ikatan perkawinan, dan situasi krisis.

c. Pendekatan Rasional

Pendekatan ini lahir sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap pendekatan sosiologis dan psikologis. Pemikiran baru ini mempergunakan pendekatan ekonomi yang sering pula disebut sebagai pendekatan rasional. perilaku pemilih terhadap kandidat tertentu berdasarkan perhitungan, tentang apa yang diperoleh bila seseorang menentukan pilihannya.

Salah satu unsur dari perilaku adalah gerak sosial yang terikat oleh empat syarat, yakni (Setiyawati, 2013):

a. Diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. b. Terjadi pada situasi tertentu.

c. Diatur oleh kaidah-kaidah tertentu.

d. Terdorong oleh motivasi-motivasi tertentu.

Perilaku politik atau (Politic Behaviour) adalah perilaku yang dilakukan oleh insan/individu atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajibannya sebagai insan politik. Seorang individu/kelompok diwajibkan oleh negara untuk melakukan hak dan kewajibannya guna melakukan perilaku politik

(23)

adapun yang dimaksud dengan perilaku politik adalah (Sobolim, 2013). Seorang Kepala Desa sebagai pemimpin harus bisa mempengaruhi masyarakat atau pengikutnya maka gaya komunikasi yang digunakan haruslah tepat karena masyarakat mempunyai tipe dan karakter yang berbeda-beda. Seorang Calon Kepala Desa tentunya juga harus mampu menggunakan gaya-gaya komunikasi yang tepat agar masyarakat benar-benar mendukung dan memilihnya.

Suasana menjelang Pemilihan Kepala Desa biasanya terjadi suasana yang sangat menegangkan terutama bagi desa yang mempunyai lebih dari satu calon karena bersinggungan dengan perbedaan pilihan terhadap calon kepala desa tersebut. Sebelum masa pendaftaran calon Kepala desa terdengar ada tiga orang yang bakal mencalonkan tetapi pada pelaksanaannya ternyata hanya satu orang yang mendaftar diri sebagai calon Kepala desa hal ini disebabkan karena

a. Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat / pemimpin b. Mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang mengikuti

suatu partai politik atau parpol, mengikuti ormas atau organisasi masyarakat atau LSM (lembaga swadaya masyarakat)

c. Ikut serta dalam pesta politik

d. Ikut mengkritik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas e. Berhak untuk menjadi pimpinan politik

(24)

insan politik guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh undang undang dasar danperundangan hukum yang berlaku.

Model perilaku memilih (Voting Behavior) sehingga perilaku memilih ditentukan oleh 3 model faktor yang mempengaruhinya yaitu (Newman dan Sheth dalam Muluk, 2012) :

a. Perasaan emotional terhadap pilkades merupakan dimensi emotional yang ditunjukkan oleh kandidat dengan menggunakan penawaran-penawaran politik.

b. Isu-isu dan kebijakannya yang didalamnya terdapat program- program yang diperjuangkandan dijanjikan kandidat.

c. Citra kandidat mengacu pada sifat-sifat pribadi yang dianggap sebagai karakter kandidat.

Sejalan dengan akselerasi teknologi informasi (komunikasi), kini peradaban manusia mencapai kemajuan yang sangat pesat. Dengan dukungan teknologi informasi, batas interaksi manusia semakin tak terbatas, mulai dari lintas budaya, lintas negara, bahkan lintas Benua, akibat kecanggihan alat komunikasi. Hampir setiap kejadian baru atau event penting di belahan dunia ini, kita bisa langsung melihatnya dalam tempo waktu itu juga. Luar bisa kemajuan teknologi komunikasi saat ini. Demikian halnya dengan di Desa sekarang ini teknologi komunikasi sudah merambah di pedesaan.

(25)

tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan. Pemilih dalam hal ini dapat berupa konstituen maupun masyarakat yang merasa diwakili oleh suatu idiologi tertentu yang kemudian dimanifestasikan dalam institusi politik seperti parpol (Firmanzah dalam Efriza, 2012:480)

Budiarjo (2008;136) mendefinisikan prilaku pemilih sebagai kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public

policy). Memilih ialah suatu aktifitas yang merupakan proses menentukan

sesuatu yang dianggap cocok dan sesuai dengan keinginan seseorang atau kelompok.

Studi tentang perilaku memilih merupakan studi mengenai alasan dan faktor yang menyebabkan seseorang memilih suatu partai atau kandidat yang ikut dalam kontestasi politik. Perilaku memilih baik sebagai konstituen maupun masyarakat umum di sini dipahami sebagai bagian dari konsep partisipasi politik rakyat dalam sistem perpolitikan yang cenderung demokratis.

B. Konsep Pemilihan Kepala Desa

Pembangunan nasional di dalam pemerintahan pada dasarnya merupakan pembangunan secara keseluruhan sektor pemerintahan dari tingkat pusat hingga tingkat Kelurahan maupun Desa. Pembangunan itu sendiri

(26)

dimaksudkan agar pemerintahan dapat berjalan dengan baik dan pelayanan kepada masyarakat dapat diwujudkan dengan sebaik mungkin sesuai aturan yang ada (Dahlan, 2000:11).

Kepala Desa merupakan unsur terpenting yang harus ada dalam suatu sistem Pemerintahan Desa selain dari pada BPD. Kepala Desa merupakan pimpinan tertinggi dalam suatu desa yang dipilih langsung oleh masyarakat desa. kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Kepala Desa adalah unsur penyelenggara pemerintahan desa yang dipilih langsung oleh penduduk desa sebagai Pemimpin Pemerintah.

C. Konsep Pemilihan Kepala Desa

Pembangunan nasional di dalam pemerintahan pada dasarnya merupakan pembangunan secara keseluruhan sektor pemerintahan dari tingkat pusat hingga tingkat Kelurahan maupun Desa. Pembangunan itu sendiri dimaksudkan agar pemerintahan dapat berjalan dengan baik dan pelayanan kepada masyarakat dapat diwujudkan dengan sebaik mungkin sesuai aturan yang ada (Dahlan, 2000:11).

Kepala Desa merupakan unsur terpenting yang harus ada dalam suatu sistem Pemerintahan Desa selain dari pada BPD. Kepala Desa merupakan pimpinan tertinggi dalam suatu desa yang dipilih langsung oleh masyarakat desa. kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Kepala Desa adalah unsur penyelenggara pemerintahan desa yang dipilih langsung oleh penduduk desa sebagai

(27)

Pemimpin Pemerintahan Desa (Purnomo 2016).

Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) adalah pesta demokrasi rakyat pedesaan yang di dalamnya kebebasan memilih rakyat tetap terjamin. Dalam pemilihan Kepala Desa, Kepala Desa dipilih secara langsung oleh rakyat. Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan secara langsung, umum, bebas dan rahasia oleh penduduk Indonesia yang berhak dan terdaftar sebagai pemilih (Ngabiyanto, 2006: 80).

Pemilihan Kepala Desa adalah suatu proses yang harus diamankan dari berbagai macam bentuk ancaman, khususnya kecurangan yang dapat merusak proses demokrasi dalam pemilihan kepala desa. Bila selama ini telah sarat dengan berbagai kecurangan, kecurangan semacam itu tidak boleh dibiarkan berlangsung dan harus ada tindakan untuk mengantisipasinya sekaligus menindak para pelanggarnya (Nurcholis 2011). Penggunaan asas luber ini juga diikuiti dengan asas lain yang dikenal dengan asas jurdil yang berarti asas jujur dan adil. Dengan adanya beberapa asas ini diharapkan akan terciptanya demokrasi dalam pemilihan kepala desa sehingga keinginan untuk mencipatakan pemerintahan desa yang baik akan dapat tercapai (Kuhon, 2016).

Dalam perkembangannya pemilihan Kepala Desa juga diatur dalam Undang Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa yang dijelaskan dalam Pasal 33 bahwasannya persyaratan untuk dapat dicalonkan sebagai kepala desa sebagai berikut (Mona, 2015):

(28)

a. warga negara Republik Indonesia.

b. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

c. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika.

d. Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat.

e. Berusia paling rendah 25 tahun pada saat mendaftar. f. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa.

g. Terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran.

h. Tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara.

i. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau lebih, kecuali lima tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang.

j. Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

(29)

l. Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama tiga kali masa jabatan. m. Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah.

Pemilihan kepala desa dilaksanakan oleh panitia pemilihan, biaya pemilihan kepala desa dibebankan kepada APB Desa yang bersumber pada APBD kabupaten/kota. Pemilihan kepala desa dilakukan melalui tahapan penjaringan dan penyaringan bakal calon, penetapan calon, kampanye, pemungutan suara, dan penetapan calon terpilih. Calon kepala desa terpilih ditetapkan berdasarkan perolehan suara terbanyak. Calon kepala desa

terpilih tersebut diatas kemudian diajukan oleh ketua panitia pemilihan kepada Badan Permusyawaratan Desa paling lama tuju hari setelah penetapan calon Kepala Desa terpilih, kemudian Badan Permusyawaratan Desa paling lama tuju hari setelah menerima laporan panitia pemilihan menyampaikan nama calon Kepala Desa terpilih kepada Bupati/Walikota.

Bupati/Walikota menerbitkan keputusan Bupati/Walikota tentang pengesahan calon kepala desa terpilih paling lama tiga puluh hari kerja terhitung tanggal diterimanya penyampaian hasil pemilihan dari panitia pemilihan dalam bentuk keputusan Bupati/Walikota. Kepala desa terpilih dilantik oleh bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk paling lama 30 hari kerja terhitung tanggal penerbitan keputusan bupati/walikota.

Di dalam setiap pemilihan kepala desa ataupun kompetisi dalam perebutan suatu jabatan tertentu maka yang diharapkan dari para calon yang berkompetisi adalah kemenangan. Dalam kaitannya dengan pemilihan kepala desa dukungan ataupun partisipasi masyarakat untuk memberikan suaranya

(30)

kepada salah satu calon amatlah penting (Natakusuma, 2015).

Sekarang ini dimana banyak terjadi pergeseran-pergeseran nilai dalam masyarakat walaupun masih banyak calon yang menggandalkan otoritas karismatik mupun tradisional untuk menggerakkan partisipasi rakyat untuk memilihnya, berkembang partisipasi yang bersifat perhitungan yang digerakkan karena pemberian imbalan, baik berupa uang ataupun lainnya. Tipe-tipe terakhir inilah yang sekarang lebih menonjol dan menjadi cara andalan untuk meraih kemenangan (Ngabiyanto, 2006:92).

Undang-undang No. 6 Tahun 2014 Pasal 31 menentukan, bahwa pemilihan kepala desa dilaksanakan secara serentak diseluruh wilayah kabupaten/kota. Pemerintahan daerah kabupaten/kota menetapkan kebijakan pelaksanaan pemilihan kepala desa secara serentak dengan peraturan daerah kabupaten/kota. Kemudian didalam Pasal 40 PP No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, ditentukan bahwa pemilihan kepala desa secara serentak dapat dilaksanakan bergelombang paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 6 (enam) tahun. Dalam hal terjadi kekosongan jabatan kepala desa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala desa serentak, bupati/walikota menunjuk penjabat kepala desa. Penjabat kepala desa berasal dari pegawai negri sipil dilingkungan pemerintah daerah kabupaten/kota.

Pemilihan Kepala Desa secara serentak diseluruh wilayah Kabupaten/Kota dimaksudkan untuk menghindari hal negatif dalam pelaksanaannya. Pemilihan Kepala Desa secara serentak mempertimbangkan

(31)

jumlah Desa dan kemampuan biaya pemilihan yang dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota sehingga dimungkinkan pelaksanaannya secara bergelombang sepanjang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Sebagai akibat dilaksanakannya kebijakan pemilihan Kepala Desa secara serentak, dalam Undang-Undang ini diatur mengenai pengisian jabatan Kepala Desa yang berhenti dan diberhentikan sebelum habis masa jabatan.

Pemimpin yang dibutuhkan oleh masyarakat sekarang yakni seseorang memiliki akseptabilitas namun ditunjang oleh moral yang baik, memiliki kemampuan yang cukup untuk memimpin dan membimbing masyarakatnya.

Adapun hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lisna Warliana (2018) dengan judul Rivalitas Politik Yang Berkelanjutan Pra dan Pasca Pilkades di Desa Ta’cipong Kecamatan Amali Kabupaten Bone Tahun 2016 Persaingan politik yang dimaksud dalam penelitian ini lebih melihat dengan keadaan yang terjadi di Desa Ta’cipong Kecamatan Amali Kabupaten Bone, terus-menerus konflik antara masyarakat yang mendukung Kepala Desa sekarang dengan lawannya (Calon Kepala Desa No 2, Tahun 2016), sehingga pada saat ini masyarakat terbagi menjadi dua kelompok yang sukar untuk akur kembali. Penelitian ini lebih meneliti pra dan pasca pemilihan Kepala Desa (Pilkades). Perlu diketahui salah-satu persaingan politik tidaklah asing dalam hal ini apalagi jika kita melihat persaingan pada saat pilkades.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Iwan Nuryanto (2013) dengan judul Partisipasi Masyarakat Dalam Pilkades Tahun 2013 (Penelitian di Desa

(32)

Batursari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak) Hasil penelitian ini menunjukkan keputusan untuk tidak memilih atau menjatuhkan pilihan dalam pelaksanaan pilkades di Batur sari 2013, ternyata memperlihatkan beberapa fenomena yang menarik dan variatif. Seorang pemilih bersikap memilih dengan cara menghadiri bilik suara atau TPS pada waktu yang telah ditentukan tiba, namun demikian faktor mengapa pemilih menjatuhkan pilihannya kepada salah satu kandidat Kades, bukan semata karena pengaruh visi dan misi yang di usung kandidat, namun bukan semata karena pengalaman dan ketokohan (kapasitas kepemimpinan yang dimiliki), akan tetapi juga dipengaruhi oleh besar kecilnya politik yang diterima masyarakat sebagai pemilih.

D. Konsep Desa

Pada umumnya, desa dimaknai oleh masyarakat sebagai tempat bermukim suatu golongan penduduk yang ditandai dengan penggunaan tata bahasa dengan logat kedaerahan yang kental, tingkat pendidikan relatif rendah, dan umumnya warga masyarakatnya bermata pencaharian di bidang agraris atau kelautan.

Desa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa didefinisikan sebagai desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan hak tradisional

(33)

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Poerwadarminta, 2007:286).

Desa merupakan subsistem dari Pemerintahan yang berhubungan langsung dengan masyarakat, tentunya mempunyai hubungan yang lebih dekat dengan masyarakat. Selain itu, desa memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat dengan berpedoman pada keanekaragaman, partisipasi otonomi asli, demokrasi dan pemberdayaan masyarakat. Karena itu desa diharapkan dapat meningkatkan pelayanan publik, dan partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaan pembangunan.

Desa secara etimologi berasal dari bahasa sansekerta, desa yang berarti tanah air, tanah asal atau tanah kelahiran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, desa adalah satu kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang Kepala Desa) atau desa merupakan kelompok rumah luar kota yang merupakan kesatuan.

Kewenangan desa meliputi kewenangan di Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa. Kewenangan desa meliputi (Widjaja, 2012):

a. Kewenangan berdasarkan hak asal usul. b. Kewenangan lokal berskala Desa.

(34)

Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

d. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Definisi secara sosiologis, desa merupakan sebuah gambaran dan kesatuan masyarakat/komunitas penduduk yang bertempat tinggal dalam lingkungan dimana mereka saling mengenal dengan baik dan arahkehidupan mereka relatif homogen serta banyak bergantung pada alam. Komunitas di atas kemudian berkembang menjadi satu kestuan masyarakat hukum dimana kepentingan bersama penduduk diatur menurut hukum adat yang dilindungi dan dilambangkan. Ciri dari masyarakat hukum adat yang otonomi adalah yang berhak mempunyai wilayah sendiri dengan batas yang sah, berhak mengangkat kepala desa di daerahnya/majelis sendiri berhak mempunyai sumber keuangan sendiri, serta berhak atas tanahnya sendiri.

Urusan rumah tangga desa adalah urusan yang berhak diatur dan diurus oleh Pemerintah Desa sendiri. Untuk mengatur dan mengurus urusannya, Pemerintah Desa membuat peraturan desa. Peraturan desa dibuat oleh Kepala Desa bersama dengan BPD. Peraturan desa dilaksanakan oleh Kepala Desa dan di pertanggung jawabkan kepada rakyat melalui BPD (Solekhan, 2014).

Desa adalah sebuah aglomerasi permukiman di area pedesaan di Indonesia, istilah desa adalah pembagian wilayah administratif di bawah kecamatan yang dipimpin oleh Kepala Desa. Sebuah Desa merupakan kumpulan dari beberapa unit pemukiman kecil yang disebut kampung atau

(35)

dusun (sebutan banyak daerah terkecil di wilayah Indonesia). Desa adalah sekelompok rumah di luar kota yang merupakan satu kesatuan kampung dan dusun. Pengertian ini menunjukkan beberapa ciri (Kushandajani, 2008):

a. Bahwa desa merupakan suatu lokasi pemukiman di luar kota dan sekaligus bukan kota.

b. Desa adalah suatu komunitas kesatuan dan lebih bersifat homogeny. c. Desa menunjukkan suatu sifat dan lokasi sebagai akibat dan posisinya

yang berada di pedalaman.

Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya sendiri sesuai kondisi dan sosial budaya setempat. Konsep pengaturan Pemerintahan Desa salah satunya adalah demokratisasi yang bermakna bahwa penyelenggaraan Pemerintahan Desa harus mengakomodasi aspirasi masyarakat yang diartikulasi melalui Badan Permusyawaratan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan sebagai mitra pemerintah desa. Desentralisasi memungkinkan berlangsungnya perubahan mendasar dalam karakteristik hubungan kekuasaan antara daerah dengan pusat, sehingga daerah diberikan keleluasaan untuk menghasilkan keputusan-keputusan politik tanpa intervensi pusat (Soleh dan Rochmansjah, 2014:187).

Dengan konstruksi menggabungkan fungsi self-governing community dengan local self government, diharapkan kesatuan masyarakat hukum adat yang selama ini merupakan bagian dari wilayah desa, ditata sedemikian rupa menjadi Desa dan Desa Adat. Desa dan desa adat memiliki fungsi pemerintahan, keuangan desa, pembangunan desa, serta mendapat fasilitasi dan pembinaan dari pemerintah kabupaten/kota. Dalam posisi seperti ini,

(36)

Desa dan Desa Adat mendapat perlakuan yang sama dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Arif, 2007).

Berdasarkan ketentuan Pasal 4 Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa bahwa tujuan pengaturan desa adalah:

a. Memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia

b. Memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

c. Melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa d. Mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk

pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama

e. Membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta bertanggung jawab

f. Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat perwujudan kesejahteraan umum

g. Meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional

h. Memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional

(37)

Desa dapat menjalankan fungsi pemerintahan dan pelayanan, seirama dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat desa. Dalam kontek ini kalaupun ada pembaharuan bukan berarti membuang atau mengganti sama sekali apa yang menjadi ciri khas pemerintahan desa. Pembaharuan yang dimaksud adalah pada segi-segi pengelolaan, pengembangan sumber daya, orientasi pemerintahan dan lain-lain

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan rumusan masalah yang akan diteliti terkait dengan Perilaku Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Calon Kepala Desa di Desa Jenetallasa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa maka penulis membangun bagan kerangka pikir berdasarkan teori dari (Kavanagh dalam Efriza 2012) yang digambarkan sebagai berikut:

Bagan Kerangka Pikir Perilaku Politik Masyarakat

Desa. Faktor Pendukung a. b. c. Pendekatan Sosiologis Pendekatan Psikologi Pendekatan Rasional Faktor Penghambat

Perilaku Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Calon Kepala Desa di Desa Jenetallasa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.

(38)

F. Fokus Penelitian

Berdasarkan dari Bagan Kerangka Pikir yang di bangun maka yang menjadi fokus penelitian terkait Perilaku Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Calon Kepala Desa di Desa Jenetallasa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa adalah: Perilaku Politik Masyarakat, Perasaan Emosional, Isu-isu dan kebijakannya dan Citra kandidat serta apa yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat yang terjadi pada Pemiliran Calon Kepala Desa di Desa Jenetallasa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa

G. Deskripsi Fokus Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian yang dibangun oleh penulis maka yang menjadi deskripsi fokusnya adalah sebagai berikut:

1. Perilaku Politik adalah perilaku yang dilakukan oleh insan/individu atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajibannya sebagai insan politik. 2. Pendekatan sosiologis digambarkan peta kelompok masyarakat dan setiap kelompok dilihat sebagai basis dukungan terhadap Pilkades tertentu. Pengelompokan ini bisa berdasarkan gender (perempuan dan laki-laki), usia (muda dan lanjut usia). Dapat pula berdasarkan organisasi formal dan informal. Pendekatan sosiologis mengasumsikan bahwa preferensi politik, sebagaimana juga preferensi voting, adalah produk karakteristik sosio ekonomi, seperti pekerjan, kelas, agama dan ideologi.

3. Pendekatan Psikologi yang mendorong pemilih menentukan pilihannya, yaitu: identifikasi Pilkades orientasi kandidat, dan orientasi isu/tema.

(39)

Pertama, identifikasi Pilkades digunakan untuk mengukur sejumlah faktor predisposisi pribadi maupun politik. Seperti pengalaman pribadi atau orientasi politik yang relevan bagi individu. Pengalaman pribadi danorientasi politik sering diwariskan oleh orang tua, namun dapat pula dipengaruhi oleh lingkungan, ikatan perkawinan, dan situasi krisis.

4. Pendekatan Rasional ini lahir sebagai bentuk ketidak puasan terhadap pendekatan sosiologis dan psikologis. Pemikiran baru ini mempergunakan pendekatan ekonomi yang sering pula disebut sebagai pendekatan rasional. perilaku pemilih terhadap kandidat tertentu berdasarkan perhitungan, tentang apa yang diperoleh bila seseorang menentukan pilihannya.

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Adapun waktu dalam penelitian ini dilakukan setelah seminar proposal dan lokasi penelitian bertempat di Desa Jenetallassa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa tentang Perilaku Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Calon Kepala Desa) di Desa Jenetallasa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Adapun alasan memilih obyek lokasi penelitian tersebut adalah karena tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi saat pemilihan kepala desa.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis dan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang Perilaku Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Calon Kepala Desa) di Desa Jenetallasa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa adalah :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, adalah penelitian untuk menjawab sebuah permasalahan secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif dilapangan. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan Sugiono (2012:9). Proses penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan terhadap narasumber, berinteraksi dengan mereka dan berupaya dalam memahami

(41)

bahasa dan tafsiran mereka tentang Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan Dalam Implementasi Pengembangan Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Ujung Pandang Kota Makassar. Untuk itu peneliti harus terjun dalam lapangan dalam waktu yang cukup lama.

2. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe pendekatan fenomenologi karena terkait langsung dengan gejala-gejala yang muncul disekitar penelitian yang menggunakan pendekatan fenomenologis berusaha untuk memahami makna dalam situasi tertentu, pendekatan ini menghendaki perilaku orang dengan maksud menemukan “fakta” atau “penyebab”. C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini di jaring dari sumber data primer dan sekunder sesuai dengan tujuan penelitian ini.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan berupa hasil wawancara dengan beberapa pihak atau informan yang benar-benar berkompeten dan bersedia memberikan data dan informasi yang dibutuhkan dengan kebutuhan penelitian. Salah satunya kepala bagian atau instansi yang terkait dalam penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bacaan ataupun kajian pustaka, buku-buku atau literatur yang terkait dengan permasalahan yang

(42)

sedang diteliti, internet, dokumen dan laporan yang bersumber dari lembaga terkait dengan kebutuhan data dalam penelitian.

D. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah narasumber atau orang yang dimintai keterangan berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan. Informan penelitian ini dipilih dari orang-orang yang mengetahui pokok permasalahan penelitian. Dimana informan ini diharapkan memberikan data secara obyektif, netral dan dapat dipertanggung jawabkan. Adapun informan dari penelitian ini berdasarkan Perilaku Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Calon Kepala Desa di Desa Jenetallasa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa adalah sebagai berikut :

1. Aparat Desa : 1 Orang 2. Panitian Pemilihan : 1 Orang 3. Masyarakat : 4 Orang E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, serta instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(43)

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku obyek sasaran. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan langsung yang berkaitan dengan Perilaku Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Calon Kepala Desa) di Desa Jenetallasa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden sesuai dengan jenis data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Dalam berwawancara terdapat proses interaksi antara pewawancara dengan responden.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini dipergunakan untuk melengkapi teknik observasi dan wawancara sekaligus menambah keakuratan, kebenaran data atau informasi yang dikumpulkan dari bahan-bahan dokumentasi yang ada dilapangan serta dapat dijadikan bahan dalam pengecekan keabsahan data.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

(44)

dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy :103). Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen : 1). Reduksi data (data reduction), 2). Penyajian data (data display), 3). Penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions) (Pawito, 2007).

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama, melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data. Pada tahap kedua, peneliti menyususn kode-kode dan catatan-catatan mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktifitas serta proses-proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-kelompok, dan pola- pola data.

2. Penyajian Data (Data Display)

Komponen kedua yakni penyajian data (data display) melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan, karena dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa bertumpuk, maka penyajian data (data display) pada umumnya sangat diyakini sangat membantu proses analisis.

3. Penarikan serta Pengujian Kesimpulan (Drawing and Verifying

(45)

Pada komponen terakhir, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan (drawing dan verifying conclusions), peneliti pada dasarnya mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecenderungan dari penyajian data yang telah dibuat.

G. Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2014: 39), Triangulansi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dengan demikian triangulansi sumber, triangulansi teknik pengumpulan data dan triangulansi waktu yakni sebagai berikut:

1. Triangulasi sumber

Triangulansi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini penelitian melakukan pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh melalui hasil pengamatan, wawancara dan dokumen-dokumen yang ada, kemudian peneliti membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

2. Triangulasi teknik

Triangulansi teknik dilakukan dengan cara menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Dalam hal yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumen. Apabila dengan tiga teknik

(46)

pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda maka penelitian melakukan diskusi lebih lanjut kepada informan yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda-beda

3. Triangulansi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kerdibilitas data dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. Triangulansi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian dari tim peneliti lain diberi tugas melakukan pengumpulan data.

(47)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

a. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Gowa

Dalam khasanah sejarah nasional, nama Gowa sudah tidak asing lagi. Mulai abad ke-15, Kerajaan Gowa merupakan kerajaan maritim yang besar pengaruhnya di perairan Nusantara. Bahkan dari kerajaan ini juga muncul nama pahlawan nasional yang bergelar Ayam Jantan dari Timur, Sultan Hasanuddin, Raja Gowa XVI yang berani melawan VOC Belanda pada tahun-tahun awal kolonialisasinya di Indonesia. Kerajaan Gowa memang akhirnya takluk kepada Belanda lewat Perjanjian Bungaya.

Namun meskipun sebagai kerajaan, Gowa tidak lagi berjaya, kerajaan ini mampu memberi warisan terbesarnya, yaitu Pelabuhan Makassar. Pelabuhan yang kemudian berkembang menjadi Kota Makassar ini dapat disebut anak kandungnya, sedangkan Kerajaan Gowa sendiri merupakan cikal bakal Kabupaten Gowa sekarang. Kota Makassar lebih dikenal khalayak dibandingkan dengan Kabupaten Gowa. Padahal kenyataannya sampai sekarang Kabupaten Gowa ibaratnya masih menjadi ibu bagi kota ini.

Kabupaten yang hanya berjarak tempuh sekitar 10 menit dari Kota Makassar ini memasok sebagian besar kebutuhan dasar kehidupan kota. Mulai dari bahan material untuk pembangunan fisik, bahan pangan, terutama sayur-mayur, sampai aliran air bersih dari Waduk Bili-bili. Kemampuan

(48)

37

Kabupaten Gowa menyuplai kebutuhan bagi daerah sekitarnya dikarenakan keadaan alamnya. Kabupaten seluas 1.883,32 kilometer persegi ini memiliki enam gunung, di mana yang tertinggi adalah Gunung Bawakaraeng. Daerah ini juga dilalui Sungai Jeneberang yang di daerah pertemuannya dengan Sungai Jenelata dibangun Waduk Bili-bili.

Keuntungan alam ini menjadikan tanah Gowa kaya akan bahan galian, di samping tanahnya subur. Secara Geografis Kabupaten Gowa terletak pada 5°33' - 5°34' Lintang Selatan dan 120°38' - 120°33' Bujur Timur.

Kabupaten Gowa terdiri dari wilayah dataran rendah dan wilayah dataran tinggi dengan ketinggian anatar 10-2800 meter diatas permukaan air laut. Namun demikian wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar merupakan dataran tinggi yaitu sekitar 72,26% terutama di bagian timur hingga selatan karena merupakan Pegunungan Tinggimoncong, Pegunungan Bawakaraeng- Lompobattang dan Pegunungan Batureppe-Cindako.

Dari total luas Kabupaten Gowa 35,30% mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya dan Tompobulu. Kabupaten Gowa dilalui oleh banyak sungai yang cukup besar yaitu ada 15 sungai. Sungai dengan luas daerah aliran yang terbesar adalah Sungai Jeneberang yaitu seluas 881 km² dengan panjang sungai utama 90 Km.

(49)

38

 Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

Utara Kota Makassar, Kabupaten Maros, dan Kabupaten Bone Timur Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bantaeng, dan Kabupaten

Jeneponto

Selatan Kabupaten Takalar dan Kabupaten Jeneponto Barat Kota Makassar dan Kabupaten Takalar

b. Gambaran Umum Wilayah Desa Jenetallasa, Kecamatan Pallangga

UU 6 tahun 2014 tentang Desa (UU Desa) menyebutkan bahwa Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

UU 6 tahun 2014 tentang Desa lebih dikenal dengan UU Desa. Dalam UU Desa disebutkan bahwa Desa atau yang disebut dengan nama lain telah ada sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk.

(50)

39

Sebagai bukti keberadaannya, Penjelasan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Desa Jenetallasa terletak di wilayah Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa dengan jarak dari pusat kecamatan ± 500 m, ± 2 km dari pusat Kecamatan dan ± 5 km dari pusat Provinsi. Secara atronomis, letak Desa Jenetallasa berada pada 5°12’30”- 5°14’00” Lintang selatan dan di antara 119°25’15” - 119°26’45” Bujur Timur dengan luas wilayah 3,22 Km²

1. Batas-batas wilayah Desa Jenetallasa adalah sebagai berikut :

Secara administrasi, Desa Jenetallasa termasuk dalam wilayah Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa di Provinsi Sulawesi Selatan. Desa Jenetallasa terdiri atas 4 Dusun, yaitu Dusun Cambaya, Dusun Jenetallasa, Dusun Tombolo, dan Dusun Sanrangan serta terbagi kedalam 101 RT / RW dengan rincian :

Batas Utara Desa Bontoala dan Desa Taeng Kecamatan Pallangga Batas Selatan Kelurahan Lambang Parang Kecamatan Barombong Batas Barat Desa Kanjilo Kecamatan Barombong

Batas Timur Kelurahan Pallangga

(51)

40

 Dusun Cambaya : 8 RW / 24 RT

 Dusun Jenetallasa : 7 RW / 20 RT

 Dusun Tombolo : 5 RW / 13 RT

 Dusun Sanrangan : 7 RW / 17 RT

Desa Jenetallasa memiliki tradisi yang masih dipertahankan hingga saat ini, yaitu tradisi Barazanji sebagai ucapan syukur atas nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu dalam peraturan Desa menetapkan bahwa seluruh Masyarakat yang akan melaksanakan Pernikahan wajib untuk mengadakan pesta sebagai bentuk pelestarian dari budaya lokal Masyarakat.Berdasarkan Dusun dan Jenis Kelamin.

2. Berdasarkan Dusun dan Jenis Kelamin

NO DUSUN JUMLAH PENDUDUK (Orang) JUMLAH

Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa)

1 Cambayya 2451 2396 4847

2 Jenetallasa 2325 2353 4678

3 Tombolo 2430 2501 4931

4 Sanrangan 1617 1613 3230

(52)

41

3. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

NO Pendidikan

Jenis Kelamin

Jumlah

L P

1 Belum Sekolah 3345 3504 6049

2 Tidak/ Belum Tamat SD 1284 1448 2732

3 Tamat SD 807 1448 1717 4 Tamat SLTP 284 321 605 5 Tamat SLTA 1105 1247 2352 6 D3 384 433 817 7 Sarjana (S1) 897 108 1905 8 Magister (S2) 510 575 1085 9 Doktor (S3) 204 230 434 Jumlah 8820 8866 17686

(53)

42

4. Berdasarkan Mata Pencaharian

NO Pekerjaan Jenis Kelamin Jumlah

1 Petani 2183 512 2695

2 Pelajar/ Mahasiswa 700 800 1500

3 Pegawai Swasta 2002 498 2500

4 Pedagang 1370 900 2270

5 Pegai Negeri Sipil 1163 1145 2308

6 TNI/ Polri 125 5 130 7 Buruh Swasta 407 480 687 8 Pegawai BUMN 205 201 406 9 Pengusaha 100 5 105 10 Dokter 2 1 3 11 Lain-lain 563 4319 4882 Jumlah 8820 8876 17686

5. Berdasarkan Kelompok Umur

Desa Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah

L P

JENETALLASA

0 – 5 Tahun 345 533 878

(54)

43

6. V i

7. Visi dan Misi Desa Jenetallasa Visi

Menciptakan Pemerintahan yang transparansi dan akuntabilitas, sehingga masyarakat Jenetallasa tahu pemanfaatannya dari Desa Misi

- Bank Sampah - Bumdesmart

- Penanaman 1000 Pohon - Pembagian Bibit Gratis - Pos Kamling Terbaik - Bedah Rumah

- Jenetallasa Bersih (Pengadaan Mobil Jasa Angkutan Sampah) Sarana Hunian yaitu Hunian atau rumah tinggal adalah tempat yang berkenaan dengan kegiatan keluarga, serta merupakan bukti fisik adanya sebuah kehidupan dalam suatu daerah atau kawasan. Dalam perkembangannya unit hunian telah memiliki banyak pembagian dalam variabel

16 – 39 Tahun 5857 5391 11248

40 – 64 Tahun 1510 99 3232

> 65 Tahun 71 99 170

(55)

44

Di Desa Jenetallasa dalam beberapa tahun terakhir mulai di bangun beberapa perumahan. Terdapat 12 perumahan yang tersebar di setia Dusun yang ada di Desa Jenetallasa. Disamping itu sarana hunian Penduduk lokal Desa Jenetallasa Merupakan rumah permanen dan semi permanen.

Desa Jenetallasa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Pallangga yang memiliki persentase kemiringan lereng berkisar antara 2 – 5% dengan ketinggian berkisar antar 5 – 9 mdpl yang menunjukan kondisi topografi dengan relief pendataran. Karakteristik bantuan dan tanah yang menyusun di Desa Jenetallasa adalah jenis batuan sedimen dan batuan piroklastik. Sedangkan jenis tanah yang menyusun adalah tanah mediteran

Desa Jenetallasa tergolong iklim tropis basah dengan temperatur udara rata- rata 24° - 30°C dengan dua musim dan perubahan iklim setiap tahunnya, yaitu :

 Oktober – Maret, Intensitas hujan rendah tetapi merata

 April - July, Intensitas hujn tinggi terutama Juni – July

(56)

45

Kondisi hidrologi Desa Jenetallas di lintasi oleh Sungai Bontorea dan Sungai Burungunti yang juga melintasi daerah Desa Pallangga dan Desa Bontoala. Selain itu adanya aliran air untuk irigasi dari Bendungan Bili-bili.

Adapun Sarana Pemerintahannya yaitu Gedung yang berkenaan dengan segala urusan Pemerintahan dan sosial secara terstruktur seperti Kantor Desa, Balai Desa dan lain-lain. Di Desa Jenetallasa, Knator Desa dan Balai Desa bertempat dalam satu gedung dan kompleks Kantor Desa. Dilihat dari efektifitasnya cukup baik karena segala kegiatan berkenaan terkait fungsi gedungnya dapat di pantau dan di awasi oleh pihak Pemerintah Desa. Untuk pusat Pemerintaha Desa terletak di Dusun Jenetallasa.

B. PERILAKU POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMELIHAN CALON KEPALA DESA DI DESA JENETALLASA, KECAMATAN PALLANGGA, KABUPATEN GOWA

Perilaku politik pada umumnya ditentukan oleh faktor internal dari individu itu sendiri seperti idealisme. Tingkat kecerdasan, kehendak hati dan oleh faktor eksternal (kondisi lingkungan) seperti kehidupan beragama, sosial, politik, ekonomi, dan sebagainya yang mengelilinginya. Perilaku politik adalah kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan keputusan politik. Perilaku politik merupakan salah satu unsur atau aspek perilaku secara umum, disamping perilaku politik, masih terdapat perilaku-perilaku lain seperti perilaku organisasi, perilaku budaya, perilaku konsumen/ekonomi, perilaku keagamaan dan lain sebagainya

Referensi

Dokumen terkait

Terjadinya konflik kerusuhan pada pemilihan Kepala Desa di Desa Jatimulyo Kecamatan Dlingo pada Pilkades serentak tanggal 23 Oktober 2016 ditimbulkan oleh amukan

Berdasarkan penelitian Amanu (2013) yang berjudul politik uang dalam pemilihan kepala desa menunjukan bahwa politik uang dalam kepala desa dilakukan oleh calon kandidat desa, dan

PENGETAHUAN CALON PEMILIH PEMULA DI KECAMATAN LABUHAN DELI TENTANG SIAPA SAJA YANG AKAN MAJU PADA PEMILIHAN KEPALA DESA. No Pertanyaan Jawaban

Pemilihan Kepala Desa, atau seringkali disebut Pilkades, adalah suatu pemilihan kepala desa secara langsung oleh warga desa setempat, berbeda dengan lurah yang merupakan pegawai

Setelah panitia terbentuk barulah pihak panitia melakukan penjaringan dan penyaringan bakal calon Kepala Desa dan melakukan tugas-tugas berkenaan dengan pencalonan

Pada tahap penjaringan dan seleksi bakal calon kepala desa, panitia akan memutuskan dan mengumumkan syarat-syarat calon kepa- la desa dan syarat kelengkapan sesuai dengan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor ... tentang Desa jo. Peraturan Bupati Majalengka Nomor ... telah melakukan penyaringan Bakal Calon Kepala Desa

Para sesepuh/kokolot desa, kuncen Kampung Naga, para calon kepala desa, pamong desa dan masyarakat pemilih tanpa disa- dari telah berperan dalam pembentukan karakter bakal calon kepala