• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena sastra berisikan ide para pengarang yang. lebih memaknai arti dari sebuah karya sastra tersebut.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena sastra berisikan ide para pengarang yang. lebih memaknai arti dari sebuah karya sastra tersebut."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra adalah bagian dari kebudayaan yang tidak terbatas pada nilai-nilai subjektif atau semata-mata terfokus pada daya khayal pengarang atau sastrawan saja, tetapi sastra juga mencoba untuk memasuki dan berorientasi pada pola kehidupan masyarakat. Sastra memberi kegunaan yang sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia, karena sastra berisikan ide para pengarang yang menghasilkan suatu karya sastra dan menjadi daya tarik bagi setiap manusia untuk lebih memaknai arti dari sebuah karya sastra tersebut.

Menurut Fananie (2001 : 71) “Hasil karya sastra tidak saja mampu menaikkan motivasi pengarang, melainkan juga mampu memberikan pengetahuan yang berharga bagi pembaca khususnya dalam meningkatkan kemampuan penghayatan dan apresiasi”. Jadi, sastra bukanlah hanya untaian kata-kata indah tetapi sebuah karya imajinasi dari seorang pengarang yang selalu menampilkan diri sebagai pengungkapan kehidupan yang dinamik dan penuh konflik. Sastra diharapkan membentuk watak dan intelektual seseorang.

Indonesia mempunyai beragam suku yang mempunyai budaya sendiri dan memiliki kelebihan yang menjadi suatu ciri khas, sehingga orang selalu mengetahui dan dapat membedakan antara suku tersebut. Nilai-nilai budaya etnik tidak pernah hilang dalam masyarakat, begitu juga halnya dengan masyarakat Melayu. Salah satu di antaranya yang tergambar dalam hasil kesusasteraan Melayu adalah gambaran masyarakat Melayu dan tata nilai, serta pola tingkah

(2)

masyarakat. Karya sastra Melayu, dalam bentuk prosa lama, sering dimasukkan unsur mitos yang sangat berlebihan. Seperti halnya dalam hikayat, secara umum dapat dijelaskan sebagai cerita yang mengandung unsur-unsur luar biasa (supranatural) yaitu kekuasaan yang luar biasa terdapat pada manusia dan makhluk-makhluk lainnya.

Sebagai suatu karya sastra sudah barang tentu ciri-ciri atau sifat suatu karya sastra tercermin dalam naskah cerita itu. Salah satu unsur karya sastra ialah unsur imajinasi atau fantasi. Unsur khayal dan dongeng itu tidak dapat dipisahkan dari hasil-hasil sastra Melayu lama, malah unsur itu merupakan satu bagian yang penting serta membayangkan pula segala kepercayaan dan pegangan bagi yang melahirkan hikayat-hikayat tersebut.

Karya sastra dalam bentuk hikayat dapat berguna dan menyenangkan hati pembaca karena hikayat tersebut menimbulkan rasa kebanggaan dan kesenangan. Dikatakan berguna karena dalam hikayat itu terkandung ide atau buah pikiran yang luhur dan tinggi, pertimbangan yang dalam tentang sifat-sifat baik dan buruk, khususnya sifat-sifat raja, dan pandangan yang jauh ke depan.

Menurut Djamaris (1989 : 1), “Hasil sastra Indonesia lama dapat digolongkan dalam beberapa golongan berdasarkan pengaruh kebudayaan asing, yaitu (1) sastra tradisional atau sastra rakyat, yaitu hasil sastra yang belum atau sedikit sekali mendapat pengaruh asing, khususnya pengaruh Hindu atau islam; (2) sastra pengaruh Hindu; (3) sastra pengaruh peralihan Hindu ke Islam; dan (4) sastra pengaruh Islam.

Sastra sejarah ini pada umumnya merupakan sastra rakyat, disampaikan secara turun-temurun baik secara lisan maupun tertulis berupa naskah. Dengan demikian, pengaruhnya besar sekali terhadap cara berpikir dan pandangan hidup mayarakat. Itulah sebabnya masyarakat lama banyak yang fanatik serta memiliki

(3)

yang paling agung, paling tinggi kedudukannya, dan negerinyalah yang paling sakti, keramat dan tak mungkin dilupakannya. Hal ini dapat kita lihat pada cerita Melayu lama. Misalnya dalam hikayat Hang Tuah, pengarang menggambarkan Hang Tuah dan keempat sahabatnya sebagai panglima yang selalu setia kepada rajanya bahkan Hang Tuah bersedia menghadapi hukuman mati yang dijatuhkan oleh raja yang tidak adil.

Beranjak dari hal di atas, penulis ingin mengungkapkan apa-apa yang ada dalam Hikayat Indra Jaya Pahlawan. Hikayat Indra Jaya Pahlawan yang selanjutnya disingkat dengan HIJP, merupakan salah satu hasil karya sastra Melayu lama. HIJP menceritakan tentang kehidupan seorang raja dan permaisurinya yang menginginkan kelahiran seorang anak. Mereka rela bertapa selama empat puluh malam. Mereka bermimpi, jika ingin mempunyai anak, mereka harus pergi ke Gunung Baladewangga dan memakan bunga butut dadu.

Mereka pun melaksanakan sesuai petunjuk mimpinya tersebut. Setelah banyak menghadapi rintangan ketika naik ke gunung, akhirnya mereka menemukan bunga yang dicari, lalu memakannya. Tanpa disadari mereka berubah menjadi sepasang gajah. Dewa Langlang Buana mendatangi kedua gajah itu dan memberitahukan bahwa mereka akan kembali menjadi manusia setelah anaknya berumur 19 tahun, tetapi dengan syarat setelah berumur 2 tahun anak itu harus dibuang ke tengah kolam. Anak tersebut diberi nama Indra Jaya dan dipelihara oleh Maharaja Kaladarma. Indra Jaya diajari segala macam ilmu, baik ilmu hikmat, maupun ilmu peperangan, dan kesaktian. Setelah berumur sembilan belas tahun, Maharaja Kaladarma menyuruh Indra Jaya untuk membunuh kedua gajah yang ada di sekitar kolam itu, karena kedua gajah itu adalah orang tua Indra Jaya

(4)

dan syarat untuk menjadi manusia kembali mereka harus dibunuh terlebih dahulu. Setelah kedua gajah tersebut menjadi manusia, Indra Jaya membangun suatu negeri untuk orang tuanya, negeri itu bernama Mintarsyah. Indra Jaya melanjutkan perjalanannya ke arah matahari terbenam. Selama perjalanannya, Indra Jaya banyak menghadapi rintangan, akhirnya Indra Jaya bersama istri dan anaknya kembali ke negeri Mintarsyah dan hidup bahagia.

Berdasarkan ringkasan cerita di atas maka terlihat bahwa HIJP mengandung aspek-aspek kejiwaan yang sangat kaya, maka analisis psikologi sastra terhadap HIJP sangat perlu dilakukan guna memperkaya batin dan pengalaman hidup pembaca, sekaligus juga menambah khasanah pengkajian terhadap karya sastra Melayu yang telah ada selama ini.

Psikologi sastra memiliki peranan penting dalam pemahaman sastra. Dengan mempelajari psikologi sastra kita dapat memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam karya sastra khususnya dalam HIJP dan diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada pembaca melalui pemahaman terhadap tokoh-tokohnya, misalnya, pembaca dapat memahami perubahan, kontradiksi dan penyimpangan-penyimpangan lain yang dialami oleh tokoh-tokoh cerita HIJP.

Masyarakat Melayu pada umumnya bertempat tinggal di daerah pesisir dan mata pencahariannya adalah sebagai nelayan dan bercocok tanam. Sebelum masuknya agama Hindu dan Budha di Sumatera Timur, masyarakat Melayu menggunakan kepercayaan animisme. Mereka menganggap misalnya, sebuah pohon yang besar atau batu yang besar dan benda-benda lain memiliki kekuatan magis dan menyembahnya. Sejalan perkembangan pemikiran masyarakat Melayu, sekitar abad ke-5 agama Hindu dan Budha menjadi kepercayaan masyarakat

(5)

Melayu pada saat itu. Menurut Sinar (1971 : 243), “Lebih kurang 1000 tahun suku-suku Melayu menganut ajaran Hindu dan Budha”. Hal ini dapat dibuktikan dengan penemuan candi-candi dan hasil karya sastra yang berusia ribuan tahun. Salah satu karya sastra dari peninggalan zaman Hindu dan Budha adalah hikayat. Hikayat adalah bentuk prosa yang panjang bersifat sastra lama yang ditulis dalam bahasa Melayu dan sebagian besar kandungan ceritanya berupa unsur rekaan di dalam kehidupan istana. Pada zaman dahulu hikayat diciptakan oleh pengarang untuk menghibur raja-raja dan sebagai pelipur lara. Untuk itu hikayat merupakan bahan analisis yang tepat untuk memahami tingkah laku, pikiran dan falsafah kehidupan masyarakat pemilik cerita tersebut.

Sepengetahuan penulis kajian psikologi terhadap HIJP belumlah pernah dilakukan. Alasan lain memilih objek yang diteliti adalah ingin lebih banyak mengetahui tentang aspek-aspek kejiwaan yang terdapat dalam masyarakat Melayu terutama melalui hasil karya sastranya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan masalah yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah struktur dalam cerita yang meliputi tema, alur, penokohan, latar, serta struktur luar berupa nilai-nilai psikologi yang terdapat dalam HIJP tersebut. Oleh karena itu, masalah yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah struktur instrinsik yang terdapat dalam HIJP? 2. Nilai-nilai psikologis apakah yang terdapat dalam HIJP?

(6)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan pembahasan karya sastra lama merupakan suatu usaha untuk mengangkat kembali karya sastra lama, khususnya HIJP yaitu untuk mengetahui apa-apa yang terjadi di masa lampau sehingga nilai budaya yang baik dapat dipertahankan. Tujuan lain dari penelitian ini adalah :

1. Menjelaskan unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam HIJP. 2. Mengungkapkan nilai-nilai psikologi yang terdapat HIJP.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penganalisisan HIJP adalah sebagai berikut :

1. Dapat dipakai sebagai bahan bandingan terhadap penelitian hikayat lainnya. 2. Dapat memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap HIJP, khususnya

yang ditinjau berdasarkan struktur dan nilai-nilai psikologi yang terkandung di dalamnya.

3. Melengkapi kepustakaan Departemen Sastra Daerah sebagai bahan bacaan, khususnya bagi mahasiswa Departemen Sastra Daerah.

1.5 Anggapan Dasar

Suatu penelitian memerlukan anggapan dasar yang dapat memberi gambaran arah pengumpulan data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Anggapan dasar adalah pemikiran awal untuk melakukan suatu penelitian yang dapat diterima kebenarannya. Oleh karena itu, penulis beranggapan bahwa

(7)

HIJP memiliki struktur cerita yang baik dan memiliki nilai-nilai psikologis yang baik dan perlu dikemukakan kepada pembaca.

Dikatakan baik sebab HIJP memiliki unsur –unsur cerita yang lengkap seperti tema, alur, latar, tokoh, dan perwatakan sehingga dapat dijadikan bahan bacaan yang menarik sebagai sebuah karya sastra. Kelengkapan unsur-unsur cerita tersebut telah berbentuk tulisan karena unsur-unsur cerita itu memilki komponen-komponen pada setiap unsurnya.

1.6 Tinjauan Pustaka

Penelitian terhadap hikayat-hikayat Melayu dengan pendekatan psikologis telah ada dilakukan oleh para sarjana, di antaranya dilakukan oleh Roidah pada tahun 1993. Penelitiannya ditulis dalam bentuk skripsi yang berjudul : “ Hikayat

Langlang Buana Suatu Analisis Psikologis”. Dikatakan bahwa struktur Hikayat

Langlang Buana menceritakan tentang percintaan, pengembaraan, dan peperangan. Kemudian I Made Sudiarga dkk pada tahun 2002, meneliti tentang sastra lisan masyarakat Bali yang di dalam hasil karya tersebut selain menganalisis struktur dan fungsinya juga meninjau cerita dari aspek psikologis. Penelitiannya ditulis dalam bentuk buku yang berjudul “Geguritan Sewagati Analisis Struktur

dan Fungsi”.

Berdasarkan pemahaman beberapa penelitian dan pembahasan tentang hikayat Melayu di atas jelas menunjukkan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan dari sisi objek penelitian maupun fokus pada analisisnya.

(8)

1.7 Metodologi Penelitian

Metodologi berasal dari bahasa Yunani, methodos yang artinya cara atau jalan, logos yang artinya adalah ilmu pengetahuan, atau metodologi dapat diartikan ilmu mengenai metode. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000 : 258), metodologi adalah ilmu tentang metode atau cara yang teratur dan ilmiah dalam mencapai untuk memperoleh ilmu dengan cara mendekati, mengamati, menganalisis dan menjelaskan suatu fenomena dan menggunakan landasan teori.

Arti kata penelitian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan.

Menurut Ratna (2004 : 34), “Dalam pengertian yang lebih luas, metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya. Sebagai alat, sama dengan teori, metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa metodologi penelitian itu adalah cara kerja untuk memahami objek permasalahan setelah menghimpun data sebagai bahan acuannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu penulis mendeskripsikan cerita kemudian menguraikan unsur tema, amanat, alur, tokoh, latar, dan nilai psikologinya.

1.7.1 Metode Dasar

Metode dasar yang digunakan pada penelitian ini yakni metode deskriptif analisis, yaitu metode dengan mendeskripsifkan semua data yang terdapat dalam HIJP kemudian disusul dengan analisis. Menurut Ratna (2004: 53), “Analisis yang berasal dari bahasa Yunani, analyein (‘ana’ = atas, ‘lyein’ = lepas, urai), telah

(9)

diberikan arti tambahan, tidak semata-mata menguraikan melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya”. Dan dengan cara ini maka penulis dapat mengumpulkan, memahami dan memilih teks yang terdapat di dalam HIJP sehingga dapat diketahui unsur-unsur pembentuk cerita dan nilai-nilai psikologisnya.

Selain menerapkan metode penelitian di atas, untuk mendapatkan data yang akurat maka penulis juga menggunakan metode kajian pustaka.

1.7.2 Objek Kajian

Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah naskah

Hikayat Indra Jaya Pahlawan yang diperoleh dari perpustakaan :

Judul Buku : Hikayat Indra Jaya Pahlawan Bentuk Karya Sastra : Prosa Lama

Penyusun Buku : Dra. Nikmah Sunardjo dan Dra Siti Zahra Penerbit : Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan

Daerah Tahun Terbit : 1992

Jumlah Halaman : 149 halaman

Ukuran : 20 x 14 cm

Sampul Depan : Warna Hijau Sampul Belakang : Warna Hijau

(10)

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, maka digunakan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Hikayat dibaca secara cermat dan mendalam, guna mendapatkan data yang diperlukan untuk penelitian, atau membaca buku secara berulang-ulang dengan seksama bahan yang hendak diteliti.

2. Mengadakan penyeleksian terhadap data yang telah diperoleh. Data yang sangat berhubungan dengan masalah yang akan dibahas merupakan prioritas utama dalam menyeleksi data.

3. Menafsirkan teks terhadap struktur cerita dan nilai-nilai psikologis yang terdapat di dalam HIJP

1.7.4 Teknik Menganalisis Data

Dalam menganalisis data skripsi ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif yaitu melakukan dengan tidak mengutamakan angka-angka tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji dalam HIJP.

Menurut Endraswara (2003 : 5), ciri penting dari penelitian kualitatif dalam kajian sastra antara lain :

1. Peneliti merupakan instrumen kunci yang membaca secara cermat sebuah karya sastra.

2. Lebih mengutamakan proses dibandingkan hasil, karena karya sastra merupakan fenomena yang banyak mengandung penafsiran.

(11)

Dari pendapat di atas penulis berkesimpulan bahwa penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan cara membaca dan memperhatikan lalu berusaha menggambarkan data tersebut untuk dianalisis.

Setelah data tersebut dianalisis maka penulis menentukan unsur instrinsik dan ekstrinsik yang terdapat di dalam HIJP yakni :

1. Unsur instrinsik, yaitu menganalisis unsur-unsur pembentukan cerita HIJP, seperti tema, alur, latar, dan penokohan. Unsur-unsur ini akan diuraikan terlebih dahulu sebagai dasar analisis unsur psikologis.

2. Unsur ekstrinsik, yaitu menganalisis data-data yang terdapat dalam HIJP dengan teori psikologis. Artinya, menganalisis cerita dengan pendekatan psikologis dengan tetap menitikberatkan pada cerita itu sendiri.

1.8 Keberadaan HIJP

Kebudayaan Indonesia yang berasal dari beberapa abad yang lampau dikenal karena adanya rekaman dalam berbagai bentuk tulisan pada batu atau pada logam, candi-candi atau peninggalan purbakala lainnya, serta naskah-naskah yang masih ditulis dengan tangan merupakan sebagian dari rekaman. Salah satu produk kebudayaan dalam bentuk tulisan pada masa lampau adalah naskah hikayat.

Menurut Hava (Baried, 1985 : 5), kata hikayat diturunkan dari bahasa Arab hikayat, yang artinya cerita, kisah, dongeng-dongeng, berasal dari bentuk kata kerja haka, yang artinya menceritakan, mengatakan sesuatu kepada orang lain-lain. Hikayat adalah prosa lama yang menceritakan penghidupan dewa-dewa dan raja-raja yang penuh dengan lukisan kejadian yang gaib-gaib yang terkadang tak berupa di akal kita kebenarannya (Bahrum Rangkuti, dalam Roidah, 1993 :

(12)

14). Wilkinson (Baried, 1985 : 6) berpendapat bahwa, “Hikayat adalah dongeng atau cerita dalam bahasa Malaysia berarti roman (prosa), sebagai lawan cerita yang berbentuk syair, sejarah (silsilah), atau kitab-kitab agama, serta berarti pula cerita yang dibawakan oleh pelipur lara. Di samping itu, hikayat juga berarti kenangan-kenangan, sebagai lawan riwayat atau tawarikh”. Sedangkan Hooykaas (Baried, 1985 : 6) berpendapat bahwa, “Hikayat adalah cerita yang berbentuk prosa dalam arti yang sempit, ialah cerita panjang yang berisi khayalan, berasal dari India, Persi, dan Arab; atau cerita yang dipengaruhi oleh cerita-cerita itu”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan arti dari hikayat adalah karya sastra tulis dalam bentuk prosa yang panjang, bersifat sastra lama yang ditulis dalam bahasa Melayu dan sebagian besar kandungan ceritanya berupa unsur rekaan di dalam kehidupan istana.

Naskah HIJP merupakan koleksi Bagian Naskah Museum Nasional Jakarta. Dalam Katalogus Koleksi Naskah Museum Pusat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1972) naskah tersebut tercatat dengan kode ML 626 atau kode semula W.152. Naskah tersebut berukuran 32 x 20 cm, terdiri atas 251 halaman dan tiap halaman terdiri atas 19 baris; bertuliskan huruf Arab Melayu, dan berbahasa Melayu. Kondisi naskah masih baik serta tulisannya jelas dan mudah dibaca. Kertasnya berukuran folio dan ditulis timbal balik dengan menggunakan tinta hitam. Kolofon tidak ada. (Sunardjo, 1992 : 1).

HIJP tergolong sebagai hasil sastra zaman peralihan, di mana terlihat unsur Islam yang masuk, sedangkan pengaruh Hindu belum benar-benar ditinggalkan. Terdapatnya unsur Islam dibuktikan dengan adanya lafaz-lafaz Islam seperti kata “Wallahu a’lam” yang terdapat di tengah-tengah cerita dan “Alkalamu bilkhairi

(13)

wassalamu ajma’in” yang digunakan sebagai kata penutup cerita. Jalan ceritanya

masih dominan pengaruh Hindu, dan dalam HIJP terdapat nama-nama yang masih dan belum dapat meninggalkan pengaruh Hindu. Karena dewa-dewa Hindu serta negeri kayangan belum dapat ditinggalkan begitu saja. Misalnya : Maharaja Kaladarma, Dewa Langlang Buana, Dewa Brama Dewa, Dewa Surya. Jadi, HIJP ini adalah hasil sastra zaman peralihan di mana pengarang mau meninggalkan pengaruh Hindu dan memasukkan sedikit demi sedikit pengaruh Islam.

1.9 Sifat dan Bentuk Hikayat Indra Jaya Pahlawan

Seorang pengarang hikayat pada zaman dahulu dalam menciptakan karyanya kebanyakan menciptakan suatu karya sastra yang merupakan unsur rekaan dan khayalan. Karena seorang pengarang harus selalu menaikkan derajat raja beserta keluarganya. Kehidupan raja beserta keluarganya tidaklah sama dengan masyarakat kebanyakan, yang pada masa itu raja adalah segalanya. Cerita HIJP ini bersifat anonim karena tidak diketahui siapa pengarangnya dan tahun berapa hikayat ini dikarang. Oleh karena itu, hikayat ini diperuntukkan kepada raja dan keluarganya serta menjadi milik bagi semua masyarakat pada zaman itu.

Hasil karya sastra Melayu lama dibagi menjadi dua bentuk yaitu bentuk prosa dan puisi. Hikayat merupakan bentuk prosa, pada mulanya hikayat disampaikan oleh tukang cerita (pawang). Seorang pawang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Baru setelah masuknya Islam, hikayat mulai dibukukan. Bagi masyarakat yang tidak dapat membaca dan menulis, mereka dapat menghadiri pertemuan yang dibuat oleh pawang di daerah-daerah Melayu. HIJP termasuk hikayat yang romantis, ceritanya berisikan tentang raja-raja,

(14)

anak-anak raja, dewa-dewa, jin, dan tidak ada lagi batas antara alam manusia dan alam dewa-dewa. Tokoh protagonis diciptakan sebagai seorang yang memiliki ilmu kesaktian dan benda-benda sakti yang dianggap dapat membantu dalam pengembaraannya, sehingga tokoh protagonis jarang sekali dapat dikalahkan oleh tokoh antagonis.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan unsure tokoh dan penokohan yang lebih ditekankan terhadap tokoh Bratasena dalam cerita pewayangan Bale Sigala-gala untuk

Hasil penelitian ini mendapati bahwa nilai rata-rata pre dan post tes setelah diberikan intervensi yaitu sebanyak 22 siswa mengalami peningkatan nilai sikap dan 7

Jawaban : Karena kadar air dari daun mimba segar (basah) adalah 57%, maka dalam penelitian ini digunakan daun mimba kering dengan tujuan agar jumlah daun yang

Materi pada kegiatan praktik pengalaman lapangan 2 yang terdiri dari pengajaran terbimbing dan mandiri adalah kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, yaitu

Karena derajat disosiasi asam lemah kecil, maka berdasarkan persamaan kimia dari reaksi ionisasi asam lemah tersebut diketahui bahwa konsentrasi ion hidrogen sama dengan

tersebut dlaksanakan dalam waktu satu setengah tahun dan untuk tu Lemgas harus menyewa komputer dengan kapastas yang besar untuk dapat melakukan smulas reservor dengan

Dikarenakan ada data yang tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji korelasi statistik non parameterik yaitu Korelasi Spearman untuk mengetahui apakah

Mata diklat ini diberikan dalam rangka agar para peserta mampu: Mengikuti pelajaran ini, peserta kompeten dalam mengkaji ulang fasilitasi/ pendampingan yang meliputi kegiatan: