• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ada beberapa pendapat yang mendefinisikan yaitu : Doglas North seorang sejarawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ada beberapa pendapat yang mendefinisikan yaitu : Doglas North seorang sejarawan"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

13 2.1 Konsep dan Difinisi

2.1.1 Pemerintah

Ada beberapa pendapat yang mendefinisikan yaitu : Doglas North seorang sejarawan ekonomi terkemuka mendefinisikan kelembagaan sebagai batasan-batasan yang dibuat untuk membentuk pola interaksi yang harmonis antara individu dalam melakukan interaksi politik, sosial dan ekonomi. Kelembagaan sebagai sejumlah peraturan yang berlaku dalam sebuah masyarakat, kelompok atau komunitas, yang mengatur hak, kewajiban, tanggung jawab, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. (North, 1998)

Berdasarkan atas bentuknya (tertulis/tidak tertulis) North (2004) membagi kelembagaan menjadi dua: informal dan formal. Kelembagaan informal adalah kelembagaan yang keberadaannya di masyarakat umumnya tidak tertulis. Adat istiadat, tradisi, pamali, kesepakatan, konvensi dan sejenisnya dengan beragam nama dan sebutan dikelompokan sebagai kelembagaan informal. Sedangkan kelembagaan formal adalah peraturan tertulis seperti perundang-undangan, kesepakatan (agreements), perjanjian kontrak, peraturan bidang ekonomi, bisniss, politik dan lain-lain. Kesepakatan-kesepakatan yang berlaku baik pada tingkat international, nasional, regional maupun lokal termasuk ke dalam kelembagaan formal.

(2)

Menurut Davey (1998:21) memaparkan bahwa terdapat lima fungsi utama pemerintahan, antara lain adalah pertama, sebagai penyedia layanan, yaitu fungsi-fungsi pemerintahan yang berkaitan dengan penyediaan layanan yang beorientasi pada lingkungan dan masyarakatnya. Kedua, fungsi pengaturan, yaitu fungsi yang berkaitan dengan perumusan dan penegakan peraturan-peraturan. Ketiga, fungsi pembangunan, yaitu fungsi yang berkaitan dengan keterlibatan pemerintah dalam kegiatan ekonomi. Keempat, fungsi perwakilan, yaitu mewakili masyarakat diluar wilayah mereka. Kelima, fungsi koordinasi, yaitu berkaitan dengan peran pemerintah dalam pengkoordinasian, perencanaan, investasi dan tata guna

2.1.2 Modal Sosial

Menurut Bourdieu dan Wacquant (1992) modal sosial adalah jumlah sumberdaya, aktual atau maya yang berkumpul pada seseorang individu atau kelompok karena memiliki jaringan tahan lama berupa hubungan timbal balik perkenalan dan pengakuan yang sedikit banyak terinstitusionalisasikan. Bourdieu secara jelas melihat modal sosial sebagai hak milik eksklusif elite (berupa aset) yang didesain untuk mengamankan posisi elite tersebut. Jika modal sosial Bourdieu (1992) menitik beratkan sebagai aset individu dan modal sosial merupakan hasil, maka Coleman (1988) mendefinisikan modal sosial sebagai seperangkat sumber daya yang melekat pada hubungan keluarga dan dalam organisasi sosial komunitas dan yang berguna pada perkembangan kognitif atau sosial anak atau idividu. Pernyataan tersebut lebih sarat akan makna karena di dalamnya ia menggambarkan nilai hubungan bagi semua

(3)

aktor, individu, dan kolektif baik yang berkedudukan istimewa maupun yang kedudukannya tidak menguntungkan. Coleman melihat modal sosial sebagai sumberdaya karena dapat memberi kontribusi terhadap kesejahteraan individu.Menurut Liu et. al (2014) konsep modal sosial telah dijadikan pertimbangan penelitian pada berbagai bidang (multidisipliner) dalam beberapa dekade terakhir ini.

Putnam (1993) modal sosial adalah bagian dari kehidupan sosial jaringan, norma dan kepercayaan yang mendorong partisipan bertindak bersama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan bersama. Putnam berpendapat bahwa gagasan inti dari teori modal sosial adalah bahwa jaringan memiliki nilai kemudian kontak sosial akan mempengaruhi produktivitas individu dan kelompok. Pengertian lain yakni oleh Fukuyama (1995) yang dikutip oleh Cahyono dan Adhiatma (2012) bahwa modal sosial adalah serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama diantara mereka.

Modal sosial dapat didefinisikan sebagai serangkaian nilai dan norma informal yang dimilki bersama diantara para anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjadinya kerjasama diantara mereka (Francis Fukuyama, 2002: xii). Tiga unsur utama dalam modal sosial adalah trust (kepercayaan), reciprocal (timbal balik), dan interaksi sosial. Trust (kepercayaan) dapat mendorong seseorang untuk bekerjasama dengan orang lain untuk memunculkan aktivitas ataupun tindakan

(4)

bersama yang produktif. Trust merupakan produk dari norma-norma sosial

Cooperation yang sangat penting yang kemudian memunculkan modal sosial.

Fukuyama (2001), menyebutkan trust sebagai harapan-harapan terhadap keteraturan, kejujuran, perilaku kooperatif yang muncul dari dalam sebuah komunitas yang didasarkan pada norma-norma yang dianut bersama anggota komunitas-komunitas itu.Trust bermanfaat bagi pencipta ekonomi tunggal karena bisa diandalkan untuk mengurangi biaya (cost), hal ini melihat dimana dengan adanya trust tercipta kesediaan seseorang untuk menempatkan kepentingan kelompok diatas kepentingan individu.

Adanya high-trust akan terlahir solidaritas kuat yang mampu membuat masing-masing individu bersedia mengikuti aturan, sehingga ikut memperkuat rasa kebersamaan. Bagi masyarakat low-trust dianggap lebih inferior dalam perilaku ekonomi kolektifnya. Jika low-trust terjadi dalam suatu masyarakat, maka campur tangan negara perlu dilakukan guna memberikan bimbingan (Francis Fukuyama, 2002: xiii).

Badaruddin (2005), menyatakan dengan pelibatan warga dalam jaringan sosial yang akan menjadi satuan sosial/organisasi lokal, maka terciptalah apa yang disebut dengan kemampuan warga kolektif mengalihkan kepentingan ‘saya’ menjadi ‘kita’ terbangunlah kekompakan dan solidaritas antar warga. Jaringan sosial terdiri dari

(5)

lima unsur yang meliputi: adanya partisipasi, pertukaran timbal balik, solidaritas, kerjasama dan keadilan (Lubis, 2001).

2.1.3 Kesejahteraan

Kesejahteraan merupakan konsep yang digunakan untuk menyatakan kualitas hidup suatu masyarakat atau individu di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu (Suandi 2011).Konsep kesejahteraan atau rasa sejahtera yang dimiliki bersifat relatif, tergantung bagaimana penilaian masing-masing individu terhadap kesejahteraan itu sendiri.Dimensi kesejahteraan rakyat disadari sangat luas dan kompleks, sehingga suatu taraf kesejahteraan rakyat hanya dapat terlihat jika dilihat dari suatu aspek tertentu.

Secara mikro terdapat beberapa istilah yang digunakan untuk menganalisis tingkat kesejahteraan keluarga (Suandi 2011) antara lain: kesejahteraan finansial, status ekonomi, situasi ekonomi, interaksi sosial, dan lain lain. Kesejahteraan juga dapat dilihat melaui dua pendekatan, yakni: (1) kesejahteraan diukur dengan pendekatan objektif dan (2) kesejahteraan diukur dengan pendekatan subjektif.

1. Kesejahteraan Objektif

Kesejahteraan ekonomi objektif keluarga di wilayah penelitian diukur dengan besarnya pengeluaran keluarga (Suandi 2011). Disini dijelaskan bahwa pengeluaran keluarga yang dimaksud adalah pengeluaran yang diperuntukkan pembelian kebutuhan keluarga sehari-hari, yaitu kebutuhan pokok dan lainnya.Dengan demikian, pengeluaran keluarga dialokasikan untuk kebutuhan pangan, non pangan

(6)

dan investasi (dapat berupa biaya pendidikan). Terdapat pula indikator kesejahteraan BPS (2006) yaitu: (1) kependudukan, meliputi jumlah, komposisi dan distribusi penduduk, (2) Kesehatan dan gizi kualitas fisik penduduk yang dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk dengan menggunakan indikator utama angka kematian bayi, angka harapan hidup, angka kesakitan dan status gizi, (3) pendidikan, (4) ketenagakerjaan, (5) taraf dan pola konsumsi, dan (6) perumahan dan lingkungan. 2. Kesejahteraan Subjektif

Kesejahteraan subjektif menurut Suandi (2011) adalah tingkat kesejahteraan yang dilihat secara personal yang diukur dalam bentuk kepuasan dan kebahagiaan dan tingkat kesejahteraan ekonomi subjektif dapat diukur dari tingkat kepuasan pemenuhan kebutuhan pangan, non pangan dan investasi.

Berbagai modal sosial yang ada dipedesaan disinyalir telah mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat pedesaan.Hal tersebut diketahui melalui berbagai hasil penelitian yang dianalisis.Peran modal sosial dalam pencapaian kesejahteraan seharusnya bukan hanya merupakan kegiatan rutinitas bagi masyarakat, namun juga harus mampu menampung berbagai permasalahan dan melakukan pemecahan masalah secara kolektif.

2.2 Teori-teori yang relevan 2.2.1 Peran Pemerintah

Ekonom Jerman Aldoph Wagner (1835-1917) dengan rumusnya yang dikenal sebagai Hukum Wagner, menyatakan bahwa “ukuran pemerintah (size of government) yang

(7)

diukur oleh pengeluaran publik meningkat secara proposional lebih besar dari pertumbuhan pendapatan nasional”. Hukum Wagner didasari oleh kecenderungan umum untuk ukuran pemerintah yang tumbuh, yaitu (1) peningkatan permintaan untuk belanja public, (2) peningkatan penyediaan penerimaan pajak, (3) dan alasan politik-ekonomi, termasuk perpanjangan/perluasan waralaba suara serta munculnya kelompok-kelompok berkepentingan.Secara umum pada dapat dilihat, bahwa terjadi peningkatan pengeluaran publik pada negara-negara sepanjang abad 20, dimana data itu merupakan gabungan pengeluaran publik yang terdiri dari tunjangan kesejahteraan, tunjangan pengangguran, tunjangan pensiun dan subsidi perumahan.Belanja sosial tumbuh jauh di seluruh negara daripada yang terjadi pada abad 19. Wagner mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam pendapatan per kapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintahpun akan meningkat. Wagner menerangkan mengapa peran pemerintah menjadi semakin besar, yang terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya.

Wagner mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam prosentase terhadap PDB. Wegner mengemukakan pendapatnya bahwa dalam suatu perekonomian apabila pendapatan perkapita meningkat maka secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat. Wagner mengemukakan pendapatnya dalam bentuk suatu hukum Wagner, sebagai berikut : Dalam suatu perekonomian, apabila pendapatan perkapita

(8)

meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat.Hukum Wagner dikenal dengan “ The Law of Expanding State Expenditure”.

Selain itu, penggambaran teori Wagner juga dapat diilustrasikan pada grafik 2.1 Dimana kenaikan pemerintah memiliki hubungan eksponensial.

Gambar 2.1

Grafik Pengeluaran Pemerintah menurut Wegner

Wagner mendasarkan pandangannya dengan suatu teori yang disebut teori organis mengenai pemerintah (organic theory of the state) yang menganggap pemrintah sebagai individu yang bebas bertindak, terlepas dari anggota masyarakat lainnya. Formulasi hukum Wagner ialah sebagai berikut :

PkPP : Pengeluaran Pemerintah Perkapita PPk : Pendapatan Perkapita

(9)

Dasar hukum tersebut adalah pengamatan empiris di negara-negara majuyaitu, Amerika Serikat, Jerman, Jepang. Wagner menerangkan mengapa perananpemerintah menjadi semakin besar, terutama disebabkab karena pemerintah harusmengatur hubungan timbal balik dalam masyarakat. Kelemahan hukum Wagneradalah karena hukum tersebut tidak didasarkan pada suatu teori mengenaipemlilihan barang-barang publik. Wagner menadasarkan pandangannya dengansuatu teori organis mengenai pemerintah (organic theory of the state) yangmenganggap pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak, terlepas darianggota masyarakat lainnya.

Permintaan untuk belanja publik meningkat ketika pemerintah ditugaskanbertanggung jawab untuk mencapai tujuan sosial.Disini diasumsikan bahwa terjadipeningkatan pendapatan perkapita pada masyarakat, sehingga mengikuti hukumWagner, maka peningkatan permintaan masyarakat untuk kesejahteraan merekaterutama akan barang-barang publik akan meningkat pula Adanya kenaikanpendapatan berarti adanya peluang untuk meningkatkan konsumsi mereka,terutama untuk barang-barang publik. Karena barang publik yang tersedia tidakdapat mereka penuhi sendiri, maka jalan satu-satunya bagi masyarakat adalahdengan memintanya kepada pemerintah sebagai otoritas kekuasaan yangmengayomi mereka. Tentu saja hal ini akan membuat pemerintah harusmenyediakan kebutuhan akan penyediaan barang publik ke masyarakat melaluipeningkatan anggaran belanja publiknya antara lain:

(10)

Jika barang publik adalah barang normal, permintaan oleh voter (pemilih)dan wajib pajak meningkat dengan pendapatan (dan harga yang diberikan).HukumWagner mengisyaratkan bahwa elastisitas pendapatan dan permintaan barangpublik adalah lebih dari satu. Ukuran pemerintah akan meningkat ketikapermintaan akan barang publik yang mereka sediakan bertambah dan terjadiketika pemerintah berhasil terus menyediakan barang publik melalui pajak ataupinjaman pemerintah.

2) Eksternalitas

Peningkatan pendapatan akan membuat orang lebih memperhatikan sertamengurangi dampak negative dari eksternalitas negatif. Air bersih dan udarabersih menjadi sangat penting. Penyelesaian eksternalitas negative dipahamisangat penting karena terkait dengan kualitas hidup. Orang juga akan mencariperlindungan akan eksternalitas kejahatan dan pelecehan pribadi. Semuanyadidapatkan dari pemerintah sebagai regulator dan stabilitator.

3) Asuransi Sosial dan Pemberian Hak

Pemberian hak asuransi sosial meningkatkan pengeluaran publik.Ada lebihbanyak asuransi yang menjamin ketika seseorang mempunyai pendapatan lebihtinggi dan kaya sehingga lebih banyak resiko kerugian personal pada orang kayamenjadi lebih sedikit dan hilang.Hal ini tidak lepas dari preferensi masyarakatakan pentingnya segala hal yang berhubungan dengan keselamatan diri sertakaitannya dengan kejadian yang tak terduga. Oleh karena itu, masyarakat yangmenjadi takut dengan hal-hal negative yang terjadi tidak terduga atau sewaktu-waktumenuntut kepada pemerintah untuk menjamin mereka salah satunyamelalui pemberian hak asuransi sosial.

(11)

Dilain pihak, orang-orang miskin tentu menginginkan adanya kesetaraandan kesejahteraan sosial yang lebih.Dapat diasumsikan, adanya modernisasi yangterjadi di dunia ini membuka kesadaran mereka untuk menghargai diri lebihbaik.Namun karena keterbatasan pendapatan yang mereka miliki membuatmereka tidak mampu mengakses dengan baik terutama dalam pemenuhankebutuhan-kebutuhan dasar.Jalan yang mereka lakukan adalah memohon kepada pemerintah untuk membantu mereka dalam pencapaian kesejahteraan lebihtersebut. Pemerintah sebagai otoritas kekuasaan tentu memenuhi hak mereka salahsatunya dengan memperkecil jurang pendapatan antara orang kaya dan miskin,melalui transfer pendapatan seperti pengenaan pajak progresif pada orang kayayang kemudian akan di distribusikan kepada orang miskin baik secara langsungberupa uang atau tidak (biasanya melalui fasilitas barang publik) melaluiprogram-program pemerintah.Oleh karena itu transfer pendapatan kepada orangmiskin dan kurang beruntung dapat dipandang sebagai barang publik. Pemerintahtumbuh ketika seseorang mengiginkan kesetaraan sosial yang lebih. 4) Demografi, Kesehatan, dan Transfer Pendapatan Ke Orang Tua

Demografi dan kesehatan memperngaruhi ukuran pemerintah. Karenaterjadi kenaikan pendapatan perkapita pada masyarakat, maka konsumsi akanbarang atau jasa untuk keamanan mereka semakin meningkat. Adanyakesempatan akibat kenaikan pendapatan dalam memperoleh akses gizi maupunfasilitas kesehatan yang lebih baik menyebabkan peningkatan kesehatan padamasyarakat. Perbaikan pada kesehatan pada masyarakat ini menghasilkan orangorangyang hidup lebih lama (karena angka harapan hidup mereka menjadimeningkat). Hingga akhirnya, meningkatnya jumlah

(12)

orang yang mampu bertahanhidup sampai usia pensiun menuntut pemberian hak oleh pemerintah berupakepastian bahwa orang-orang tua hidup dengan martabat. Tak jarang ditemui,dinegara-negara maju atau bahkan di kehidupan yang lebih modern, hak-hakorang tua akan diabaikan oleh keluarganya karena alasan kesibukan. Maka orangorangtua ini harus meminta kepada pemerintah untuk penjaminan hak merekaagar bisa hidup lebih baik dan bermartabat. Salah satunya adalah permintaan akanlayanan kesehatan umum khusus manula serta wadah atau tempat khusus merekaagar mereka mampu mengekspresikan kehidupan tua mereka.

5) Paternialisme dan Regulasi

Permintaan akan kebijakan paternialistik dan regulasi meningkat denganpendapatan.Hubungan paternialistik adalah hubungan keorangtuaan yang terjadidari pemerintah sebagai orang tua yang menyediakan berbagai hal/pelayanan dengan masyarakat sebagai anaknya yang menuntut pelayanan.Denganpeningkatan pendapatan, orang-orang menjadi kurang mudah tertipu dan memintaperlindungan dari penipu.Disini pemerintah memberikan kesempatan kepadamasyarakat untuk memilih berbagai kebijakan paternialisme yang sesuai denganstandar hidup mereka yang semakin meningkat. Misalnya, peningkatan pendapatandan tingkat pendidikan menjadikan seseorang lebih sadar akan pendidikan dankesehatan.

6. Penawaran Pendapatan dan Pertumbuhan Pemerintah

Ketika pemerintah tumbuh karena pengaruh dari sisi permintaan danpemerintah merespon dengan murah hati (tanpa adanya politik principal-agent danmasalah birokrasi), maka manfaat dapat ditarik dari respon pemerintah terhadappermintaan

(13)

untuk peningkatan pengeluaran publik. Hal itu membuat pemerintahuntuk meningkatkan pendapatan mereka untuk tanggung jawab penyediaanbarang publik kepada masyarakat.Namun, adanya dasar pengenaan pajak dankurva Laffer membatasi pasokan penerimaan pajak dan menghambatpertumbuhan pemerintah – seperti halnya penggelapan pajak. Selain itu, masalah politik, birokrasi agent-principal, dan ilusi fiskal akanmembuat pemerintah bisa menghabiskan lebih banyak daripada yang diharapkanvoters dan wajib pajak dan bisa memilih pengeluaran dari

voters dan wajib pajakyang tidak menguntungkanmereka.

Ketikapemerintahtumbuhkarenapasokanpeningkatanpenerimaan pajak, adalebih

banyaksikap menduatentangmanfaat sosialdaripada

ketikapemerintahtumbuhkarenapeningkatan permintaanpemilihdan pembayar pajakuntukbelanja publik.

Barton (2000) menyebutkan peran utama pemerintah secara garis besar adalah: 1) peran alokasi sumber daya, 2) peran regulator, 3) peran kesejahteraan sosial, 4) peran mengelola ekonomi makro. Penjelasan kempat peran pemerintah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dalam peran alokasi sumber daya tercakup soal penentuan ukuran absolut dan relatif pemerintah dalam perekonomian (keseimbangan sektor publik dan sektor swasta) dan penyediaan barang-barang publik serta pelayanan kesejahteraan sosial bagi masyarakat.

(14)

2. Peran regulator. Hal ini mencakup undang-undang dan tata tertib yang dibutuhkan masyarakat termasuk undang-undang yang mengatur dunia bisnis yang memadai untuk memfasilitasi aktivitas bisnis dan hak-hak kepemilikan pribadi.

3. Peran kesejahteraan sosial. Mencakup kebijakan-kebijakan yang mendorong pemerataan sosial di negara yang bersangkutan seperti perpajakan, jaminan sosial

(transfer payment) dan penyediaan sejumlah barang publik campuran bagai

masyarakat.

4. Peran mengelola ekonomi makro yang memfasilitasi stabilitas secara umum dan kemakmuran ekonomi negara melalui kebijakan-kebijakan yang didesain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang stabil, full employment, inflasi yang rendah, dan stabilitas neraca pembayaran.

1) Peranan Alokasi

Tidak semua barang dan jasa yang ada dapat disediakan oleh sektor swasta.Barang dan jasa yang tidak dapat disediakan oleh sistem pasar ini disebut barang publik, yaitu barang yang tidak dapat disediakan melalui transaksi antara penjual dan pembeli.Adanya barang yang tidak dapat disediakan melalui sistem pasar ini disebabkan karena adanya kegagalan sistem pasar. Sistem pasar tidak dapat menyediakan barang/jasa tertentu oleh karena manfaat dari adanya barang tersebut yang tidak hanya dirasakan secara pribadi akan tetapi juga akan dinikmati oleh orang lain.

Untuk barang-barang yang manfaatnya dirasakan oleh semua orang, sekali barang ini tersedia, tidak ada seorang pun yang bersedia untuk membayar biaya

(15)

penyediaan barang tersebut, oleh karena setiap orang tahu bahwa apa yang mereka bayar hanya merupakan sebagian kecil dari total biaya. Jadi kesimpulannya, peranan pemerintah dalam bidang alokasi adalah untuk mengusahakan agar alokasi sumber-sumber ekonoomi dilaksanakan secara efisien.

2) Peranan Distribusi

Distribusi pendapatan tergantung dari pemilikan faktor-faktor produksi,permintaan dan penawaran faktor produksi, sistem warisan dan kemampuanmemperoleh pendapatan.Distribusi pendapatan dan kekayaan yang ditimbulkanoleh sistem pasar mungkin dianggap oleh masyarakat sebagaian tidakadil.Masalah keadilan dalam distribusi pendapatan merupakan masalah yang rumitdalam ilmu ekonomi.Namun masalah keadilan ini tidak sepenuhnya berada dalamruang lingkup ilmu ekonomi oleh karena masalah keadilan tergantung daripadapandangan masyarakat terhadap keadilan itu sendiri.Pemerintah dapat merubahdistribusi pendapatan secara langsung dengan pajak yang progresif, yaitu relatifbeban pajak yang lebih besar bagi orang kaya dan relatif lebih ringan bagi orangmiskin, disertai dengan subsidi bagi golongan miskin. Pemerintah dapat jugasecara tidak langsung mempengaruhi distribusi pendapatan dengan kebijaksanaanpengeluaran pemerintah misalnya: perumahan murah untuk golongan pendapatantertentu, subsidi pupuk untuk petani dan sebagainya.

Anggaran publik atau anggaran pemerintah memainkan sederet peranandalam pembangunan suatu negara. Salah satu peranan tersebut kita kenal dengannama fungsi alokasi. Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negaraharus

(16)

diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya,serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.Sehingga pada intinyafungsi alokasi memainkan peranan dalam pengalokasian anggaran untukkepentingan publik. 3) Peranan Stabilisasi

Perekonomian yang sepenuhnya diserahkan ke sektor swasta akan sangat peka terhadap goncangan keadaaan yang akan menimbulkan pengangguran dan inflasi. Tanpa adanya campur tangan pemerintah, penurunan permintaan akan mobil menyebabkan pengusaha mobil untuk mengurangi pegawai. Pegawai yang menganggur akan memperkecil pengeluaran untuk barang-barang konsumsi seperti sepatu, TV, dan pakaian akan mengurangi pegawai. Jadi gangguan di satu sektor akan mempengaruhi sektor lain, yang tanpa adanya campur tangan pemerintah akan menimbulkan pengangguran tenaga kerja yang akan menganggu stabilisasi ekonomi. Inflasi atau deflasi juga merupakan hal yang dapat mengganggu stabiliasi ekonomi.Masalah inflasi atau deflasi harus ditangani pemerintah melalui kebijaksanaan moneter.

2.2.2 Peran Norma Modal Sosial

Norma Modal sosial adalah sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu. Menurut Fukuyama (2001), norma merupakan bagian dari modal sosial yang terbentuknya tidak diciptakan oleh birokrat atau pemerintah. Norma terbentuk melalui tradisi, sejarah, tokoh kharismatik yang membangun sesuatu tata cara perilaku seseorang atau sesuatu

(17)

kelompok masyarakat, didalamnya kemudian akan timbul modal sosial secara spontan dalam kerangka menentukan tata aturan yang dapat mengatur kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok. Menurut Liu et. al(2014) tingkah laku modal sosial penduduk secara langsung digambarkan melalui norma, nilai dan aturan yang berlaku dalam masyarakat tersebut.

Hasbullah (2006) yang mengetengahkan enam unsur pokok dalam modal sosial berdasarkan berbagai pengertian modal sosial yang telah ada, yaitu: (1) participation

in a network: kemampuan sekelompok orang untuk melibatkan diri dalam suatu

jaringan hubungan sosial, melalui berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan atas dasar prinsip kesukarelaaan (voluntary), kesamaan (equality), kebebasan (freedom), dan keadaban (civility), (2) reciprocity: Kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam suatu kelompok atau antar kelompok itu sendiri tanpa mengharapkan imbalan, (3) trust: suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, (4)

social norms: Sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh

masyarakat dalam suatu entitas sosial tertentu, (5) values: Sesuatu ide yang telah turun temurun dianggap benar dan penting oleh anggota kelompok masyarakat, dan (6) proactive action: Keinginan yang kuat dari anggota kelompok untuk tidak saja berpartisipasi tetapi senantiasa mencari jalan bagi keterlibatan anggota kelompok dalam suatu kegiatan masyarakat.

(18)

2.2.3 Peran Jaringan Modal Sosial

Aspek ketiga dalam modal sosial adalah jaringan. Menurut J. Mawardi (2007) modal sosial tidak dibangun hanya oleh satu individu, melainkan terletak pada kecenderungan yang tumbuh dalam suatu kelompok untuk bersosialisasi sebagai bagian penting dari nilai-nilai yang melekat. Jaringan hubungan sosial biasanya akan diwarnai oleh suatu tipologis khas sejalan dengan karakteristik dan orientasi kelompok. Pada kelompok sosial biasanya terbentuk secara tradisional atas dasar kesamaan garis turun temurun (repeated sosial experiences) dan kesamaan kepercayaan pada dimensi kebutuhan (religious beliefs) cenderung memiliki kohesif tinggi, tetapi rentang jaringan maupun trust yang terbangun sangat sempit. Sebaliknya pada kelompok yang dibangun atas dasar kesamaan orientasi dan tujuan serta dengan ciri pengelolaan organisasi yang lebih modern, akan memiliki tingkat partisipasi anggota yang lebih baik dan memiliki rentang jaringan yang lebih luas. Pada tipologi kelompok yang disebut terakhir akan lebih banyak menghadirkan dampak positif bagi kelompok maupun kontribusinya pada pembangunan masyarakat secara luas (Hasbullah, 2006).

2.2.4 Peran Kepercayaan Modal Sosial

Kepercayaan(trust) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam

(19)

suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya (Putnam, 1995). Menurut Fukuyama (2001), trust merupakan sikap saling mempercayai di masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial. Memandang trust atau kepercayaansebagai komponen ekonomi yang relevan melekat pada kultur yang ada pada masyarakat yang akan membentuk kekayaan modal sosial. Menurut Pretty dan Ward (2001), Terdapat dua macam kepercayaan: kepercayaan terhadap individu yang kita mengenalnya, dan kepercayaan terhadap orang yang kita tidak tahu, namun akan meningkat karena kenyamanan kita dalam pengetahuan struktur sosial. Saling percaya terhadap yang lain dalam sebuah komunitas memiliki harapan yang lebih untuk dapat berpartisipasi dalam memecahkan permasalahan lingkungan (Liu et. Al (2014); Krisnhna dan Uphoff, (1999); Jones (2005, 2010); Pretty dan Ward (2001).

Pranadji (2006) melihat tata nilai yang ada dalam masyarakat melalui empat elemen nilai komposit, yaitu:

1. Ditegakkannya sistem sosial di perdesaan yang berdaya saing tinggi (produktif) namun berwajah humanistik tidak eksploitatif dan intimidatif terhadap sesama manusia atau masyarakat;

2. Ditegakkannya sistem keadilan yang dilandaskan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia (tidak imperialistik dan menegasi kehidupan sosial);

3. Ditegakkannya sistem solidaritas yang dilandaskan pada hubungan saling percaya (mutual trust) antar elemen pembentuk sistem masyarakat; dan

(20)

4. Dikembangkannya peluang untuk mewujudkan tingkat kemandirian dan keberlanjutan kehidupan masyarakat yang relatif tinggi, yang merupakan salah satu bagian terpenting keberadaan suatu masyarakat.

Pendapat Pranadji tersebut mendukung konsep Fukuyama (2002) bahwa kepercayaan adalah dasar dari tatanan sosial yaitu komunitas tergantung pada kepercayaan timbal balik dan tidak akan muncul spontan. Dalam penelitian studi kasus modal sosial “bentukan” PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) yang dilakukan oleh Purnomoet al. (2007) juga mendukung pendapat Pranadji (2006). Hasil penelitian tersebut adalah masyarakat lebih memilih melakukan interaksi sosial dan memanfaatkan modal sosial asli yang berupa nilai-nilai asli masyarakat daripada melakukan kebijakan sebagai modal sosial “bentukan”. Dalam pelaksanaan kebijakan PHBM syarat akan persaingan mendapat keuntungan ekonomi. Penelitian tersebut mengemukakan anggapan rumah tangga lokal bahwa kebutuhan yang dipenuhi dalam suasana persaingan dan menegasikan solidaritas sosial, bukanlah etika moral yang terpuji dan dikehendaki dalam tatanan budaya ekonomi lokal. Kemudian terdapat nilai yang masih dipertahankan yang ditunjukan oleh rumahtangga terhadap rumah tangga lain pada kegiatan hajatan, kondangan, dan sejenisnya merupakan modal sosial asli yang berada dalam masyarakat

Menurut penelitian Pretty dan Smith (2003) menunjukan bahwa hubungan antara kepercayaan, timbal balik dan pertukaran, peraturan biasa, norma dan sanksi dan keterkaitan dengan masyarakat semuanya merupakan hal penting untuk mencegah adanya tindakan individual agar secara positif menghasilkan outcome yang baik.

(21)

Tridico (2013) menyatakan bahwa modal sosial dibagi menjadi beberapa nilai yaitu kepercayaan, kerjasama, masyarakat sipil yang melibatkan diri dalam urusan publik, kesadaran dalam peraturan, jaringan sosial, reputasi, dan norma sosial anti korupsi. Putnam (dalam Tridico, 2013) menyatakan bahwa modal sosial merupakan fitur organisasi sosial seperti jaringan, norma, dan kepercayaan sosial yang dapat memfasilitasi koordinasi dan kerja sama untuk manfaat bersama. Dengan demikian atribut pokok modal sosial terdiri dari norma (norm), kepercayaan (trust), jaringan (networking). Menurut Frick et.al (2012) modal sosial dilihat sebagai penghubung dalam menciptakan norma dan kepercayaan dalam struktur jaringan.

Melakukan penelitian hubungan antara institusional sosial , modal sosial dan penelitan tersebut menganalisis institusional sosial ,modal sosial dan hubungan antara keduanya serta pengaruhnya terhadap pengentasan kemiskinan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemiskinan disebabkan oleh faktor-faktor struktural ,yaitu perubahan didalam dasar-dasar kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan ekonomi dan politik. Disamping itu, pola kemiskinan mengikuti ciri-ciri individu ,seperti tingkat pendidikan, pendapatan, umur, agama, dan pencapaian tingkat pendidikan orang tua. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa pengentasaan kemiskinan tidak berhubungan dengan modal sosial bonding, tetapi berhubungan dengan bridging dan linking. Selanjutnya hasil penelitaian juga menunjukan bahwa pendidikan ,penghasilan , agama, tidak memberi pengaruh terhadap modal sosial bonding . Tetapi modal sosial bridging dan linking sangat kuat dipengaruhi oleh pendapatan dan tingkat pendidikan .

(22)

Kerangka konseptual untuk menganalisis pengaruh modal sosial pada kesejahteraan rumah tangga yang diukur melalui pengeluaran perkapita rumah tangga sama halnya dengan modal lainnya. Modal Sosial bersama-sama dengan modal manusia ,modal finansial ,dan modal lainnya digunakan dalam kegiatan produksi dirumah tangga untuk menghasilkan pendapatan.

Penelitian ini menerapkan kerangka analisis yang digunakan oleh Grootaert (2001)) Model Kovensionalprilaku ekonomi rumah tangga maksimali utilitas ,yang menghubungkan tingkat pengeluaran rumah tangga (indikator kesejahteraan )dengan kepemilikan aset ,variabel sosial,dan variabel ekonomi.

2.2.5Kesejahteraan Rumah Tangga Miskin

Menurut Strauss, (2004:63), pengertian kesejahteraan dilihat dari dua pendekatan, yakni: kesejahteraan objektif dan kesejahteraan subjektif. Milligan et al(2006:22), melihat bahwa kesejahteraan objektif adalah tingkat kesejahteraan individu atau kelompok masyarakat yang diukur secara rata-rata dengan patokan tertentu baik ukuran ekonomi, sosial maupun ukuran lainnya. Dengan kata lain, tingkat kesejahteraan masyarakat diukur dengan pendekatan yang baku (tingkat kesejahteraan masyarakat semuanya dianggap sama), sedangkan kesejahteraan subjektif adalah tingkat kesejahteraan seorang individu yang dilihat secara personal yang diukur dalam bentuk kepuasan dan kebahagiaan. Teori yang dikemukakan oleh Noll sejalan dengan hasil penelitian Sumarti, (Suandi, 2011) bahwa kesejahteraan

(23)

subjektif individu atau keluarga adalah wujud kebudayaan yang dihasilkan melalui proses pengalaman hidup sekelompok manusia dalam hubungannya dengan lingkungan (fisik dan sosial). Artinya, pengertian kesejahteraan haruslah berpedoman kepada subjektivitas (lokal) masyarakat setempat. Namun demikian, inti dari kesejahteraan adalah melihat kesenjangan antara aspirasi dengan tujuan yang ingin dicapai pada segolongan masyarakat maka menurut Campbell, Converse, dan Rodgers (Sumarwan dan Hira: Suandi, 2011), tolok ukur yang relevan dan akurat tentang kesejahteraan subjektif adalah menggunakan istilah “kepuasan.”

Kotze (dalam Hikmat, 2004:6) menyatakan bahwa masyarakat miskin memiliki kemampuan yang relatif baik untuk memperoleh sumber melalui kesempatan yang ada. Kendatipun bantuan luar kadang-kadang digunakan, tetapi tidak begitu saja dapat dipastikan sehingga masyarakat bergantung pada dukungan dari luar. Pendekatan pemberdayaan ini dianggap tidak berhasil karena tidak ada masyarakat yang dapat hidup dan berkembang bila terisolasi dari kelompok masyarakat lainnya. Pengisolasian ini menimbulkan sikap pasif, bahkan keadaan menjadi semakin miskin.

Supriatna (1997:90) menyatakan bahwa kemiskinan adalah situasi yang serba terbatas yang terjadi bukan atas kehendak orang yang bersangkutan. Suatu penduduk dikatakan miskin bila ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas kerja, pendapatan, kesehatan dan gizi serta kesejahteraan hidupnya, yang menunjukkan lingkaran ketidakberdayaan. Kemiskinan bisa disebabkan oleh terbatasnya sumber daya manusia yang ada, baik lewat jalur pendidikan formal

(24)

maupun nonformal yang pada akhirnya menimbulkan konsekuensi terhadap rendahnya pendidikan informal.

Lebih lanjut Supriatna(1997: 82) mengemukakan lima karakteristik penduduk miskin. Kelima karakterisktik penduduk miskin tersebut adalah: 1) Tidak memiliki faktor produksi sendiri, 2) Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri, 3) Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, 4) Banyak di antara mereka yang tidak mempunyai fasilitas, dan 5) Di antara mereka berusia relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai.

Booth dan Me Cawley (Dalam Moeljarto T., 1993) menyatakan bahwa "di banyak negara memang terjadi kenaikan tingkat kesejahteraan masyarakat yang diukur dari pendapatan perkapitanya, tetapi itu hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil masyarakatnya, sedangkan sebagian besar masyarakat miskin kurang memperoleh manfaat apa-apa, bahkan sangat dirugikan".

Untuk memecahkan masalah ini, perlu kebijaksanaan yang tepat dengan mengidentifikasi golongan masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan berikut karakteristiknya lebih dulu. Umumnya, suatu keadaan disebut miskin bila ditandai oleh kekurangan atau tidak mampu memenuhi tingkat kebutuhan dasar manusia. Kemiskinan tersebut meliputi tidak terpenuhinya kebutuhan dasar yang mencakup aspek primer dan sekunder. Aspek primer berupa miskinnya aset pengetahuan dan keterampilan, sedangkan aspek sekunder berupa miskinnya jaringan sosial,

(25)

sumber-sumber keuangan, dan informal, seperti kekurangan gizi, air, perumahan, perawatan kesehatan yang kurang baik dan pendidikan yang relatif rendah.

Tidak sedikit penjelasan mengenai sebab-sebab kemiskinan. Kemiskinan massal yang terjadi di banyaknegara yang baru saja merdeka setelah Perang Dunia II memfokuskan pada keterbelakangan dari perekonomian negara tersebut sebagai akar masalahnya Mudrajad Kuncoro, (1997:131). Penduduk negara tersebut miskin menurut Kuncoro (1997:131) karena menggantungkan diri pada sektor pertanian yang subsistem, metode produksi yang tradisional, yang seringkali dibarengi dengan sikap apatis terhadap lingkungan.

Sharp, et.al (dalam Kuncoro, 1997:131) mencoba mengidentifikasi penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.

(26)

Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty) menurut Nurkse (dalam Kuncoro, 1997:132): adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktifitas. Rendahnya produktivitasnya mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan, dan seterusnya.

2.3 Keaslian Penelitian

Sebagai acuan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang di lakukan oleh Suandi ( 201 2) yang berjudul “Hubungan Modal Sosial Dengan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga Di Daerah Perdesaan Jambi “Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh modal sosial terhadap kesejahteraan ekonomi keluarga di daerah perdesaan Kabupaten Kerinci. Desain penelitian adalah cross sectional. Penelitian dilakukan di Kabupaten Kerinci dengan memilih dua kecamatan, yaitu: Kecamatan Keliling Danau, dan Kecamatan Batang Merangin. Waktu penelitian secara keseluruhan dilakukan dari bulan Juni sampai dengan bulan Nopember 2012. Sampel penelitian sebanyak 132 keluarga atau 10 persen dari populasi (1.316 keluarga) yang diambil secara berturut-turut dengan cara cluster, purposive, dan simple random sampling. Variabel penelitian: (1) kesejahteraan ekonomi keluarga (kesejahteraan objektif, dan kesejahteraan subjektif,

(27)

dan (2) Modal sosial (asosiasi lokal dan karakter masyarakat). Analisis data menggunakan model Structural Equation Modelling (SEM) melalui program LISREL.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal sosial (asosiasi lokal dan karakter masyarakat) responden tergolong kuat. Mengacu kepada alokasi pengeluaran, tingkat ekonomi petani di daerah penelitian tergolong relatif kaya dengan distribusi keluarga yang tergolong pada kelompok sejahtera mencapai 78,8 persen, sedangkan kelompok miskin hanya 21,2 persen. Modal sosial (asosiasi lokal dan karakter masyarakat) baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh positif sangat nyata terhadap kesejahteraan ekonomi keluarga.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalahModal sosial (asosiasi lokal dan karakter masyarakat) yang terdapat di daerah penelitian dan dimiliki responden tergolong tinggi. Asosiasi lokal yang dimiliki dan diikuti responden di daerah penelitian cukup bervariatif baik dilihat dari jumlah asosiasi yang diikuti, tingkat partisipasi maupun manfaat dari asosiasi lokal itu sendiri dengan distribusi rata-rata mencapai 76 persen, dan tingkat keterpercayaan, solidaritas, dan semangat kerja yang dimiliki juga tinggi yaitu mencapai 68 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kepemilikan modal sosial bagi responden di daerah penelitian cukup tinggi dan kuat. Modal sosial (asosiasi lokal dan karakter masyarakat) baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh positif sangat nyata terhadap kesejahteraan ekonomi objektif dan kesejahteraan ekonomi subjektif petani. Artinya, semakin tinggi tingkat modal sosial

(28)

yang dimiliki oleh petani maka semakin baik pula tingkat kesejahteraan petani sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.

Peran modal sosial terhadap pembangunan ekonomi petani di daerah penelitian yaitu melalui kegiatan ”handel”. Kebijakan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan petani di daerah perdesaan perlu mempertimbangkan indikator ”modal sosial” sebagai variabel penentu pembangunan tersebut. Modal sosial memiliki nilai kearifan lokal terjalin secara turun temurun yang menjadi kebiasaan dan kekuatan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Penguatan modal sosial sangat tepat dalam pemberdayaan masyarakat perdesaan untuk mempercepat pembangunan ekonomi daerah dan kesejahteraan petani karena modal sosial memeliki kekuatan dalam menjalinkan hubungan antarkelompok masyarakat dan relasi

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada jumlah variabel bebas dan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini ditambah dengan lokasi penelitian.

Penelitian yang di lakukan oleh Ahmadriswan Nasution ,Ernan Rustiadi,Bambang Juanda,dan Setia Hadi (2014) yang berjudul “ Dampak Modal Sosil terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Perdesaan di Indonesia “ tujuan penelitian menganalisis dampak indeks modal sosial yang diinstrumen tasi terhadap kesejahteraan (proksi dengan pengeluaran perkapita ) rumah tangga diperdesaan di Indonesia untuk mengatasi masalah endogenitas .Menggunakan model estimasi

(29)

kuadrat kecil dua tahap (2SLS) ,penelitian ingin menjawab apakah modal sosial dapat meningkatkan pengeluaran per kapita rumah tangga .

Hasil penelitian menunjukan bahwa indeks modal sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan rumah tangga. Lebih lanjut hasil penelitian menunjukan bahwa estimasi pengaruh indek modal sosial yang diinstrumen terhadap pengeluaran per kapita dengan menggunakan model 2SLS lebih tinggi dibandingkan dengan model OLS biasa. Dari hasil temuan ini instansi pemerintah diharapkan memfasilitasi rumah tangga berpartisipasi pada kegiatan masyarakat dan meningkatkan jumlah organisasi sosial untuk meningkatkan kesejahteraan di perdesaan di Indonesia .

Penelitian yang dilakukan Vipriyanti (2007) tentang modal sosial di Provinsi Bali dengan menggunakan model structural equation model (SEM) untuk melihat komponen dominan modal sosial dan two stage least square(2SLS) untuk melihat keterkaitan antara modal sosial dan pembangunan ekonomi . Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1.) Modal sosial diwilayah belum berkembang lebih rendah daripada wilayah maju. Rasa percaya merupakan satu-satunya komponen dominan yang memberi kontribusi nyata terhadap modal sosial diwilayh maju (organisasi modern) .Komponen dominan diwilayah yang belum berkembang adalah norma. Sedangkan, komponen dominan modal sosial dalam orgnisasi tradisionaladalah jaringan kerja.; (2) Modal Sosial memiliki keterkaitan yang nyata dengan tingkat kesejahteraan rumah tangga dan pembangunan ekonomi wilayah, namun tidak

(30)

memiliki keterkaitan yang nyata terhadap kemiskinan dan laju pertumbuhan ekonomi wilayah.

Slamet ( 2010 ) melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara institusi sosial ,modal sosial ,dan pengaruhnya terhadap pengentasan kemiskinan “ .Penelitian tersebut menganalisa institusi sosial ,modal sosial dan hubungan antara keduanya serta pengaruhnya terhadap pengentasan kemiskinan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemiskinan disebabkan oleh faktor- faktor struktural, yaitu perubahan didalam dasar-dasar kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan ekonomi dan politik. Disamping itu pola kemiskinanmengikuti ciri-ciri individu, seperti tingkat pendidikan, pendapatan, umur agama, dan pencapaian tingkat pendidikan orang tua.

Hasil penelitian juga menunjukan bahwa pengentasan kemiskinan tidak berhubungan dengan modal sosial bonding, tetapi berhubungan dengan briging dan linking. Selanjutnya hasil penelitian juga menunjukan bahwa pendidikan ,penghasilan dan agama tidak memberi pengaruh terhadap modal sosial bonding. Tetapi modal sosial bridging dan linking sangat kuat dipengaruhi oleh pendapatan dan tingkat pendidikan.

Hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan selama ini terkait dengan peran pemerintah dan modal sosial terhadap kesejahreraan rumah tangga ,bahwa modal sosial memiliki efek positif pada peningkatan kesejahteraan yang diukur dari pengeluaran perkapita. Hasil penemuan ini menunjukan bahwa peningkatan akses modal sosial dapt mempengaruhi peningkatan kesejahteraan rumah tangga miskin .

(31)

Namun ada kemungkinan terjadi hubungan sebaliknya dimana tumah tangga miskin dengan pendapatan lebih cendrung memiliki kesempatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang berpendapatan lebih rendah dalam mengakses modal sosial. Rumah tangga miskin dapt meningkatkan akses terhadap modal sosial melalui partisipasi pada kegiatan kemasyarakatan dan kemudian rumah tangga miskin perlu difasilitasi untuk meningkatkan jumlah kegiatan yang dapat meningkatkan interaksi sosial dan meningkatkan terhadap modal sosial.

Sujana (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Social Capital Network And

Capabilities As Instruments Of The Poor Household ReductionStrategy: Case Study Of North Bali Province Indonesia “bahwasannya ikatan modal sosial dan bridgingadalah alasan dalam pengentasan kemiskinan dan juga memperkuat

kebijakan pemerintah. Disisi lain kemampuan manusia adalah isu lain yang relevan terhubung sebagai aspek penting dalam pengentasan rumah tangga miskin. Ada perbedaan yang signifikan positif dalam ikatan modal sosial sebagai jaringan yang kuat pada ikatan keluarga lokal ,sebagai hasil yang sama juga dapat ditemukan dalam kemampuan manusia sebagai instrumen untuk mempengaruhi kepuasan kesejahteraan rumah tangga miskin. Hasil penelitian dikatakan bahwa ikatan modal sosial adalah signifikan sebagai mediator dari kebijakan pemerintah ,secara tidak langsung berdampak pada kepuasan kesejahteraan rumah tangga miskin. Kebijakan pemerintah itu gagal membuktikan sebagai instrumen untuk pengurangan kemiskinan secara langsung. Ini secara empiris menunjukkan bahwa peran kebijakan pemerintah akan

(32)

lebih efektif untuk memperkuat ikatan keluarga lokal sebagai jaringan modal sosial dan pada hal yang sama arah kebijakan pemerintah harus dilakukan pada peningkatan kapasitas manusia dalam memberdayakan rumah tangga miskinguna mengatasi sumber pendapatan ketidakstabilan dan kesempatan kerja.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini yang telah dijalankan demensia sendiri didapatkan Hasil penelitian menunjukan bahwa 30 responden motifasi keluarga kepatuhan kontrol berobat

Hasil telaah pada hemodinamik menunjukkan bahwa ada beda skor TD sistol, TD diastol, nadi dan RR sebelum dan sesudah diberikan terapi murotal cenderung mengalami

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang pemerintahan desa, dari 1945 sampai 2005 memberikan posisi eksistensi Desa Pakraman, mengalami pasang surut, hal

[r]

Adanya teknologi yang kreatif dapat membuka kemungkinan terciptanya produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada (Yuliawati 2008), sehingga berkaitan dengan

a) Buku teks biologi terlalu banyak jenisnya sehingga sering membingungkan siswa dalam memilih buku teks yang tepat. b) Belum adanya standarisasi kualitas bahan ajar (buku

Telah dilakukan uji pengaruh formula dan waktu penyimpanan terhadap karakteristik fisika sediaan krim asam glikolat 40% menggunakan basis sepigel* 305 ® dibandingkan

Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa pendidikan kecakapan hidup (life skill) merupakan kecakapan-kecakapan yang secara praktis dapat membekali peserta didik