• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA STATUS DIABETES MELITUS DENGAN STATUS PENYAKIT ARTERI PERIFER (PAP) PADA PASIEN HIPERTENSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA STATUS DIABETES MELITUS DENGAN STATUS PENYAKIT ARTERI PERIFER (PAP) PADA PASIEN HIPERTENSI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 813-823

HUBUNGAN ANTARA STATUS DIABETES MELITUS DENGAN

STATUS PENYAKIT ARTERI PERIFER (PAP) PADA PASIEN

HIPERTENSI

Firsty Ilminovia1, K Heri Nugroho2, Akhmad Ismail3 1

Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

2 Staf Pengajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 3 Staf Pengajar Histologi Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Jl. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang -Semarang 50275, Telp. 02476928010

ABSTRAK

Latar Belakang: Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah kondisi akibat adanya sumbatan

aterosklerosis pada arteri yang mendarahi lengan atau kaki. PAP dapat menurunkan status fungsional, mengurangi kualitas hidup, menyebabkan terjadinya amputasi, infark miokard,

stroke, dan kematian. Hipertensi dan Diabetes Melitus (DM) merupakan faktor risiko PAP

yang sering ditemukan. Belum terdapat penelitian mengenai peranan status DM terhadap kejadian PAP pada pasien Hipertensi.

Tujuan: Mengetahui hubungan antara status DM dengan status PAP pada pasien Hipertensi Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional yang menggunakan cara purposive sampling. Diperoleh 38 subjek hipertensi tanpa

DM dan 40 subjek hipertensi dengan DM dalam rentang usia 40-60 tahun. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Status PAP ditentukan dengan melakukan pemeriksaan Ankle Brachial Index (ABI) menggunakan stetoskop saat istirahat dan post

exercise. Uji statistik dilakukan menggunakan uji Chi Square dan regresi logistik.

Hasil: Didapatkan 18 subjek (45%) berstatus PAP positif pada kelompok hipertensi dengan

DM, dan 8 subjek (21,1%) hipertensi tanpa DM. Uji chi square menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara Status DM dengan Status PAP pada pasien Hipertensi (p<0,025). Status diabetes melitus memberikan risiko 2,14 kali terhadap angka kejadian penyakit arteri perifer pada pasien hipertensi. Mayoritas subjek dengan status PAP positif pada penelitian ini juga berstatus dislipidemi. Tempat penelitian ini merupakan pelayanan kesehatan sekunder, sehingga memungkinkan adanya komorbiditas antara PAP dan manifestasi penyakit aterosklerosis lainnya seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan Stroke.

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara Status DM dengan Status PAP pada

pasien Hipertensi.

Kata kunci: hipertensi, diabetes mellitus, penyakit arteri perifer

ABSTRACT

THE ASSOCIATION OF DIABETES MELITUS STATUS AND PERIPHERAL ARTERIAL DISEASE (PAD) STATUS IN HYPERTENSIVE PATIENTS

Background: Peripheral Arterial Disease (PAD) is a condition due to the blockage of an

artery which supply arm or leg because of atherosclerosis. PAD can lower functional status, reduce quality of life, lead to amputation, myocardial infarction, stroke, and death. Hypertension and Diabetes Mellitus (DM) is a risk factor that is common in PAD. There has been no research on the role of PAD status on the incidence of diabetes in patients with hypertension.

(2)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 813-823 Objective: To determine the relationship between DM status with PAD status in patients with

hypertension

Methods: This study is an observational analytic research with cross sectional design using

purposive sampling method. There were 38 hypertensive subjects without DM and 40 hypertensive subjects with DM at ages ranging from 40 to 60 years. The data used are primary data and secondary data. PAD status is determined by examining Ankle Brachial Index (ABI) using a stethoscope at rest and post-exercise. Statistical tests are performed using Chi Square test and logistic regression.

Results: There were 18 subjects (45%) having positive PAD status in hypertension group

with DM, and 8 subjects (21.1%) in hypertension without DM. Chi-square test showed significant association between DM Status and PAD status in patients with hypertension (p <0.025). DM status give 2.14 times the risk for the incidence of peripheral arterial disease in patients with hypertension. The majority of subjects with positive PAD status in this study also have dislipidemi status. The place of this study is secondary health care, thus allowing the comorbidity between PAD and other manifestations of atherosclerotic disease such as Coronary Heart Disease (CHD) and stroke.

Conclusion: There is a significant association between DM Status and PAD status in patients

with hypertension.

Keywords: hypertension, diabetes mellitus, peripheral arterial disease PENDAHULUAN

Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan oleh adanya sumbatan pada arteri yang mendarahi lengan atau kaki. Arteri dalam kondisi ini tersumbat karena adanya aterosklerosis. 1 Saat ini, diperkirakan lebih dari 202 juta orang di dunia menderita PAP.2 Prevalensi PAP di Indonesia adalah 9,7%.3 PAP berdampak buruk bagi penderitanya. PAP dapat menurunkan status fungsional, mengurangi kualitas hidup, menyebabkan terjadinya amputasi, infark miokard, stroke, dan kematian.4,5

Identifikasi PAP adalah hal yang penting untuk dilakukan. karena adanya PAP pada satu arteri menjadi prediktor kuat adanya PAP pada arteri lainnya, termasuk pada pembuluh darah koroner, karotis dan serebral.6 Uji diagnosa yang banyak dilakukan di klinik adalah ABI (Ankle Brachial Index).7 ABI berfungsi sebagai alat pemeriksaan vaskular non-invasif yang cepat, sederhana dan akurat.7 ABI dengan nilai ≤ 0.90 mengindikasikan adanya PAP.8

Hipertensi dan Diabetes Melitus (DM) merupakan faktor risiko PAP yang sering ditemukan. Terdapatnya status diabetes pada pasien hipertensi diperkirakan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya PAP. Hal ini sesuai dengan studi yang menyatakan bahwa seseorang dengan satu faktor risiko memiliki kemungkinan menderita PAP sebesar 1,5 kali lipat dibandingkan dengan seseorang tanpa faktor risiko, serta apabila terdapat dua faktor risiko, kemungkinan terjadinya PAP meningkat sebesar 3,7 kali.9

(3)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 813-823 Belum terdapat penelitian mengenai peranan status DM terhadap kejadian PAP pada pasien Hipertensi. Padahal, pemahaman mengenai pentingnya penanganan PAP pada pasien yang memiliki faktor risiko multipel ini perlu, mengingat kedua penyakit ini sering ditemukan bersamaan.10 Untuk itu, diperlukan sebuah penelitian untuk mengetahui hubungan antara status diabetes melitus dengan status penyakit arteri perifer (PAP) pada pasien hipertensi.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross

sectional yang menggunakan cara purposive sampling. Penelitian dilaksanakan di RSUP Dr.

Kariadi Semarang dan rumah subjek penelitian pada bulan Januari-Juni 2015. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi yang datang berobat ke Instalasi Rawat Jalan RSUP Dr. Kariadi Semarang pada bulan September 2014-Juni 2015 yang berdomisili di Semarang. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder (rekam medik).

Hipertensi ditegakkan berdasarkan data rekam medik menurut kriteria Joint National

Commitee on the prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure

(JNC-VII). Kriteria inklusi dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1) Usia 40-60 tahun, didapatkan dari tanggal lahir pasien dalam rekam medik. Digunakan rentang usia ini untuk menghindari faktor usia sebagai variabel perancu, karena usia yang beresiko terkena PAP adalah usia >60 tahun. 2) Memiliki data hasil anamnesis 3P dan data GDP atau GDS / status DM pada rekam medik. Dalam penelitian ini, status DM ini perlu diketahui untuk memastikan apakah pasien masuk dalam kelompok hipertensi dengan DM, atau hipertensi tanpa DM. 3) Memiliki data kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida serum pada rekam medik untuk mengetahui apakah terdapat terdapat status dislipidemia pada pasien, yang merupakan perancu dalam penelitian ini. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1) Adanya status merokok pada pasien, diketahui melalui wawancara, hal ini dilakukan untuk mengontrol variabel perancu. 2) Kondisi pasien dimana terdapat kontraindikasi pemeriksaan ABI, antara lain adanya luka/kecacatan pada lokasi pengukuran tekanan darah dan tromboflebitis atau edema pada ekstremitas. 3) ABI ≥ 1,2, dimana memungkinkan adanya kalsifikasi arteri dan pada keadaan ini perlu dilakukan tes vaskular lainnya seperti TBI (Toe Brachial Index), dalam penelitian ini tidak dilakukan tes tersebut.11

Status PAP ditentukan dengan mendatangi rumah pasien, dan dilakukan pemeriksaan

Ankle Brachial Index, yakni resting ABI dan post exercise ABI. Pemeriksaan dilakukan oleh

(4)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 813-823 peneliti dan dibantu oleh 3 orang mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FK yang telah terlatih. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan standar cara pemeriksaan yang sama, menggunakan stetoskop & tensimeter onemed. Interpretasi nilai ABI dilakukan menurut

American College of Cardiology Foundation/American Heart Association. Pemeriksaan

resting ABI dilakukan dengan pasien posisi berbaring. Nilai ABI pada pemeriksaan resting ABI ≤ 0,9 menandakan adanya PAP. Apabila didapatkan nilai ABI normal pada pemeriksaan resting ABI, dilakukan pemeriksaan post exercise ABI. Sebelum dilakukan pemeriksaan ABI, pasien diprovokasi terlebih dahulu, antara lain dengan naik-turun bangku harvard selama 4 menit untuk wanita, atau 5 menit untuk laki-laki atau jalan kaki selama 6 menit atau melakukan dorsoflexi-plantarflexi selama 6 menit.11 Penurunan tekanan darah sistolik kaki sebesar ≥30 mmHg setelah tes provokasi dibandingkan dengan saat istirahat menandakan adanya PAP.11 Pasien disebut drop out jika menolak untuk dilakukan pemeriksaan ABI. Uji statistik dilakukan menggunakan SPSS, yakni dengan uji Chi Square (bivariat) dan regresi logistik (multivariat).

HASIL

Total jumlah subjek penelitian ini adalah 78 orang, yakni 38 subjek hipertensi tanpa DM dan 40 subjek hipertensi dengan DM.

Karakteristik Umum Subjek

Subjek mayoritas berusia 50-60 tahun. Lamanya hipertensi pada mayoritas subjek adalah <10 tahun. Subjek perempuan lebih banyak dibandingkan subjek laki-laki. Sebagian besar subjek berstatus dislipidemi (75,6%). Dalam penelitian ini, semua subjek tidak merokok, tetapi 19 subjek (24,4%) diantaranya berstatus mantan perokok. Sebagian besar subjek minum obat secara teratur, yakni sejumlah 62 orang (79,5%). Kurang lebih separuh dari keseluruhan subjek penelitian merupakan subjek yang memiliki manifestasi penyakit aterosklerosis lainnya, antara lain Penyakit Jantung Koroner (PJK) sebanyak 26 orang, stroke sebanyak 9 orang, dan 2 orang menderita PJK dan Stroke.

(5)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 813-823 Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian

Karakteristik Hipertensi tanpa DM Hipertensi dengan DM Total

n (%) n (%) n (% total) Usia 40-45 3 (7,5) 2 (5,3) 5 (6,4) 46-50 8 (20) 7 (18,4) 15 (19,2) 51-55 14 (35) 10 (26,3) 24 (30,8) 56-60 15 (37,5) 19 (50%) 34 (43,6) Total 38 (100) 40 (100) 78 (100) Lamanya Hipertensi <5 tahun 19 (47,5) 14 (36,8) 33 (42,3) 5-10 tahun 11 (27,5) 14 (36,8) 25 (32,1) 11-15 tahun 5 (12,5) 4 (10,5) 9 (11,5) 16-20 0 (0) 2 (2,6) 2 (2,6) >20 tahun 5 (12,5) 4 (10,5) 9 (11,5) Total 38 (100) 40 (100) 78 (100) Lamanya DM <5 tahun - 15 (37,5) - 5-10 tahun - 18 (45) - 11-15 tahun - 5 (12,5) - 16-20 - 2 (5) - Total 38 (100) 40 (100) 78 (100) Jenis Kelamin Laki-Laki 11 (27,5) 12 (31,6) 23 (29,5) Perempuan 29 (72,5) 26 (68,4) 55 (70,5) Total 38 (100) 40 (100) 78 (100) Status Dislipidemi Ya 31 (77,5) 28 (73,7) 59 (75,6) Tidak 9 (22,5) 10 (26,3) 19 (24,4) Total 38 (100) 40 (100) 78 (100) Status merokok

(6)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 813-823 Mantan perokok 10 (26,3) 9 (22,5) 19 (24,4) Tidak pernah merokok 28 (73,7) 31 (77,5) 59 (75,6) Total 38 (100) 40 (100) 78 (100) Minum Obat Teratur 38 (95) 24 (63,2) 62 (79,6) Tidak teratur 2 (5) 14 (36,8) 12 (24,4) Total 38 (100) 40 (100) 78 (100) Penyakit aterosklerosis lain Stroke 1 8 9 PJK 13 13 26 PJK & Stroke 0 2 2 Total 14 23 37 Status PAP Prevalensi PAP

Total didapatkan 26 subjek (33,3%) berstatus PAP positif. Terdapat 25 subjek yang dapat langsung diketahui bahwa ia berstatus PAP positif. Sedangkan, 1 orang subjek lainnya perlu melakukan post exercise ABI untuk diketahui bahwa ia berstatus PAP positif. Subjek berstatus PAP positif pada kelompok hipertensi tanpa DM berjumlah 8 orang (21,1%). Pada kelompok hipertensi dengan DM, subjek berstatus PAP positif berjumlah 18 orang (45%).

Karekteristik Pasien dengan PAP

Pada kelompok hipertensi tanpa DM, PAP lebih banyak terjadi pada subjek perempuan. Seluruh subjek dengan status PAP positif berstatus dislipidemi. Pada kelompok hipertensi dengan DM, PAP juga lebih banyak terjadi pada subjek perempuan. Mayoritas subjek dengan status PAP positif berstatus dislipidemi Pada penelitian ini, terdapat kejadian komorbid antara PAP dan penyakit aterosklerosis lainnya, seperti PJK dan stroke. Dari total 37 subjek yang memiliki manifestasi penyakit aterosklerosis lainnya, 11 subjek (33%) diantaranya berstatus PAP positif. Dari 8 subjek yang menderita PJK pada kelompok hipertensi tanpa DM, 2 diantaranya (25%) juga menderita PAP. Pada kelompok ini, dari

(7)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 813-823 seluruh pasien yang menderita stroke, 25% diantaranya juga menderita PAP. Pada kelompok hipertensi dengan DM, 42% diantaranya terdapat komorbiditas antara PJK & PAP, dan terdapat 1 orang pasien yang menderita stroke serta menderita PAP.

Hubungan antara Status DM dengan Status PAP pada Pasien Hipertensi

Berdasarkan hasil uji Pearson chi-square diperoleh nilai p<0,025, yang berarti terdapat hubungan bermakna antara Status Diabetes Melitus dan Status Penyakit Arteri Perifer pada pasien hipertensi. Rasio prevalensinya adalah 2,14. Hal tersebut mengindikasikan bahwa status diabetes melitus memberikan risiko 2,14 kali terhadap angka kejadian penyakit arteri perifer pada pasien hipertensi.

Tabel 2. Hubungan antara Status Diabetes Melitus dan Status Penyakit Arteri Perifer pada

pasien Hipertensi

Status Diabetes Melitus

Status PAP Total

n (%) P RP (95% CI) Ya Tidak N % N % Ya 18 45% 22 55% 40 (100%) 0,02 2,14 (1-4,3) Tidak 8 21,1% 30 78,9% 38 (100%)

p= nilai kebermaknaan; n=jumlah subjek; RP=rasio prevalens

Hasil uji bivariat antara variabel perancu dengan status PAP yang ditunjukkan pada tabel 3, diketahui bahwa hanya variabel status dislipidemi memiliki hubungan bermakna dengan status PAP.

Tabel 3. Pengaruh Variabel Perancu

Parameter P

Status Dislipidemi 0,015

Jenis Kelamin 0,81

Hasil uji analisis multivariat antara variabel perancu dislipidemi, variabel dislipidemi dan status PAP pada tabel 4 menunjukkan bahwa variabel dislipidemi memiliki hubungan dengan PAP. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel dislipidemi merupakan perancu dalam penelitian ini.

(8)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 813-823 Tabel 4. Hasil Analisis Multivariat terhadap Variabel Perancu

Variabel OR (95% CI) P

Diabetes Melitus 3,2 1,1-9 0,029

Dislipidemi 6,0 1,2-29 0,026

PEMBAHASAN

Pada kelompok hipertensi tanpa DM, didapatkan prevalensi PAP sebesar (21,1%). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tessa dkk. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa prevalensi PAP pada pasien hipertensi tanpa DM sebesar 21%. Hasilnya hampir sama dengan penelitian ini, walaupun terdapat perbedaan usia subjek yang digunakan dan tidak adanya status dislipidemi pada seluruh populasi penelitian tersebut.12 Pada kelompok hipertensi dengan DM, prevalensi PAP adalah 45%. Prevalensi ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Xiaomin dkk dengan subjek penelitian dinasti Han di China. Pada penelitian tersebut didapatkan prevalensi PAP sebesar 9,6% pada pasien hipertensi dengan DM.13 Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan ras, status dislipidemi, jumlah populasi penelitian, dan adanya manifestasi aterosklerosis lainnya seperti PJK dan stroke dalam penelitian ini.

Pada penelitian ini, PAP lebih banyak terjadi pada subjek hipertensi dengan DM (45%) bila dibandingkan dengan subjek hipertensi tanpa DM (21,1%). Setelah dilakukan analisis statistik, pada penelitian ini didapatkan hubungan bermakna antara status DM dengan status PAP pada pasien hipertensi. Sepengetahuan peneliti, penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang membandingkan kejadian PAP pada pasien hipertensi tanpa DM dan hipertensi dengan DM. Diharapkan, dengan didapatkanya hasil penelitian ini, para klinisi lebih waspada akan pentingnya penanganan pasien yang memiliki faktor risiko PAP multipel, khususnya DM dan Hipertensi.

Pada penelitian ini, status diabetes melitus memberikan risiko 2,14 kali terhadap angka kejadian penyakit arteri perifer pada pasien hipertensi. Hal ini berbeda dengan penelitian Louis yang menunjukkan bahwa seseorang berusia ≤ 60 tahun yang memiliki 2 faktor risiko PAP, memiliki kemungkinan 1,6 kali untuk menderita PAP (CI 95% 0,7-3,4). 9 Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian tersebut dimungkinkan karenakan terdapat variabel perancu dislipidemi dan adanya penyakit arterosklerosis yang juga diderita oleh cukup banyak subjek dalam penelitian ini.

(9)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 813-823 Pada penelitian ini didapatkan prevalensi PAP lebih tinggi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki, baik pada kelompok hipertensi tanpa DM maupun kelompok hipertensi pada DM. Namun, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan status PAP. Hasil penelitian serupa yang dihasilkan oleh XiaoMin dkk menyebutkan bahwa PAP lebih sering terjadi pada wanita.13 Pada penelitian ini, mayoritas subjek dengan status PAP positif pada masing masing kelompok berstatus dislipidemia. Status displipidemi pada kelompok hipertensi tanpa DM didapatkan pada seluruh subjek 100% dan pada kelompok hipertensi dengan DM sebesar 88,9%. Hal ini kurang lebih sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh PARTNERS yang menunjukkan bahwa prevalensi hiperlipidemia pada pasien PAP adalah 77%.14 Dengan analisis multivariat didapatkan hasil bahwa status dislipidemi merupakan variabel perancu yang tidak bisa dipisahkan hubungannya dengan PAP. Sehingga, status PAP dalam penelitian ini selain dipengaruhi oleh status diabetes, juga dipengaruhi oleh status dislipidemi.

PAP, PJK, dan Stroke merupakan manifestasi aterosklerosis, sehingga tidak heran jika tiga kondisi ini umumnya terjadi bersamaan. Pada penelitian ini, padda kelompok hipertensi dengan DM terdapat 15 % pasien dengan PJK yang juga menderita PAP, dan pada kelompok hipertensi dengan DM, didapatkan angka kejadian sebesar 33%. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pemaparan dalam guideline TASC II, bahwa pasien dengan PJK, lebih mungkin untuk menderita PAP. Prevalensinya dapat bervariasi sekitar 10-30%.14 Dari penelitian ini juga dapat diambil kesimpulan bahwa kejadian komorbiditas antara PJK dan PAP pada kelompok hipertensi dengan diabetes lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok hipertensi tanpa DM. Pada kelompok hipertensi tanpa DM, dari 8 subjek yang menderita stroke, 2 diantaranya (25%) juga menderita PAP. Pada kelompok hipertensi dengan DM, hanya terdapat 1 pasien dengan stroke yang juga menderita PAP. Hal ini sesuai dengan guideline TASC II memaparkan bahwa hubungan antara PAP dan stroke sepertinya lebih lemah dibandingkan dengan PJK.14

Beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut. Pertama, mayoritas subjek dengan status PAP juga berstatus dislipidemi, yang merupakan variabel perancu dalam penelitian ini. Kedua, setting tempat penelitian yang dilakukan di tempat pelayanan kesehatan sekunder, sehingga banyak terdapat pasien dengan manifestasi penyakit aterosklerosis lainnya seperti PJK dan Stroke.

(10)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 813-823 KESIMPULAN DAN SARAN

Terdapat hubungan yang bermakna antara Status DM dengan Status PAP pada pasien Hipertensi. Status diabetes melitus memberikan risiko 2,14 kali terhadap angka kejadian penyakit arteri perifer pada pasien hipertensi.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan desain penelitian cohort untuk mengetahui hubungan sebab-akibat, jumlah sampel yang lebih banyak, setting tempat pelayanan kesehatan tingkat primer/komunitas, pemeriksaan ABI menggunakan doppler vascular agar hasil lebih objektif.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. Heri Nugroho HS, Sp. PD, K-EMD, dr. Akhmad Ismail, M.Si.Med., dr. Darmawati Ayu, dr. Hardian, Anggi Vita, Dwi Khoiriyyani, Lalita Khairunnisa, Nova Soraya, Rizki Azhari Permata, Farid Setiawan seluruh sahabat serta pihak-pihak lain yang telah membantu hingga penelitian dan penulisan artikel ini dapat terlaksana dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Gornik HL, Beckman JA. Peripheral arterial disease. Circulation. 2005;111(13):e169-e72.

2. Fowkes FGR, Rudan D, Rudan I, Aboyans V, Denenberg JO, McDermott MM, et al. Comparison of global estimates of prevalence and risk factors for peripheral artery disease in 2000 and 2010: a systematic review and analysis. The Lancet. 2013;382(9901):1329-40.

3. Fowkes FGR, Low L-P, Tuta S, Kozak J. Ankle-brachial index and extent of atherothrombosis in 8891 patients with or at risk of vascular disease: results of the international AGATHA study. European heart journal. 2006;27(15):1861-7.

4. Dermott MM, Greenland P, Guralnik JM, Liu K, Criqui MH, Pearce WH, et al. Depressive symptoms and lower extremity functioning in men and women with peripheral arterial disease. Journal of general internal medicine. 2003;18(6):461-7.

5. Regensteiner JG, Hiatt WR, Coll JR, Criqui MH, Treat-Jacobson D, McDermott MM, et al. The impact of peripheral arterial disease on health-related quality of life in the Peripheral Arterial Disease Awareness, Risk, and Treatment: New Resources for Survival (PARTNERS) Program. Vascular Medicine. 2008;13(1):15-24.

6. Stein R, Hriljac I, Halperin JL, Gustavson SM, Teodorescu V, Olin JW. Limitation of the resting ankle-brachial index in symptomatic patients with peripheral arterial disease. Vascular medicine. 2006;11(1):29-33.

7. Stehouwer CD, Clement D, Davidson C, Diehm C, Elte JW, Lambert M, et al. Peripheral arterial disease: a growing problem for the internist. European journal of internal medicine. 2009;20(2):132-8.

(11)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 813-823 8. Aboyans V, Criqui MH, Abraham P, Allison MA, Creager MA, Diehm C, et al. Measurement and Interpretation of the Ankle-Brachial Index A Scientific Statement From the American Heart Association. Circulation. 2012;126(24):2890-909.

9. Eraso LH, Fukaya E, Mohler ER, Xie D, Sha D, Berger JS. Peripheral arterial disease, prevalence and cumulative risk factor profile analysis. European journal of preventive cardiology. 2014;21(6):704-11.

10. Epstein M, Sowers JR. Diabetes mellitus and hypertension. Hypertension. 1992;19(5):403-18.

11. Hirsch AT, Haskal ZJ, Hertzer NR, Bakal CW, Creager MA, Halperin JL, et al. ACC/AHA 2005 practice guidelines for the Management of Patients with Peripheral Arterial Disease (lower extremity, renal, mesenteric, and abdominal aortic): a collaborative report from the American Association for Vascular Surgery/Society for Vascular Surgery, Society for Cardiovascular Angiography and Interventions, Society for Vascular Medicine and Biology, Society of Interventional Radiology, and the ACC/AHA Task Force on Practice Guidelines (writing committee to develop guidelines for the management of patients with peripheral arterial disease): endorsed by the American Association of Cardiovascular and Pulmonary Rehabilitation; National Heart, Lung, and Blood Institute; Society for Vascular Nursing; Transatlantic Inter-Society Consensus; and Vascular Disease Foundation. Circulation. 2006;113(11):e463-654.

12. Thendria T, Toruan IL, Natalia D. Hubungan Hipertensi dan Penyakit Arteri Perifer Berdasarkan Nilai Ankle-Brachial Index. eJurnal Kedokteran Indonesia. 2014;2(1). 13. Yang, XiaoMin, et al. "Prevalence of and risk factors for peripheral arterial disease in the

patients with hypertension among Han Chinese." Journal of vascular surgery 46.2 (2007): 296-302.

14. Norgren L, Hiatt WR, Dormandy Ja, Nehler MR, Harris KA, Fowkes FGR, et al. Inter-society consensus for the management of peripheral arterial disease (TASC II). European Journal of Vascular and Endovascular Surgery. 2007;33(1):S1-S75.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian
Tabel 2. Hubungan antara Status Diabetes Melitus dan Status Penyakit Arteri Perifer pada  pasien Hipertensi

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses pemotongan logam dengan sumber panas yang dihasilkan oleh gas, panas dihasilkan oleh pembakaran gas oksigen dengan asetilen atau juga dari

[r]

Dari penelitian tentang las titik yang telah penulis lakukan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “ Rancang Bangun Las Titik dan Soldering

[r]

ROI merupakan rasio yang berkaitan dengan profitabilitas perusahaan, dimana rasio ini digunakan untuk menunjukkan seberapa mampu. perusahaan menggunakan aset yang ada guna

Fadjrir, SpOG beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada Saya selama menempuh pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi.. Rushakim Lubis, SpOG terima

Analisis data diperlukan untuk menganalisi dan mengindentifikasi data- data yang didapatkan dari studi lapangan maupun stuti pustaka. Data yang diperoleh akan

Hasil penelitian menunjukan bahwa partisipasi politik masyarakat dalam perencanaan pembangunan khususnya pada forum musrenbang desa masih rendah, hal ini disebabkan karena