• Tidak ada hasil yang ditemukan

GEOLOGI DAN POLA SEBARAN BATUBARA DAERAH SEPARI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR. Koeshadi Sasmito Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GEOLOGI DAN POLA SEBARAN BATUBARA DAERAH SEPARI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR. Koeshadi Sasmito Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

GEOLOGI DAN POLA SEBARAN BATUBARA DAERAH SEPARI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Koeshadi Sasmito

Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta

ABSTRACT

This study aims to determine the geological conditions and patterns of distribution of coal seams, performed in the PT. Jembayan Muarabara in District Tenggarong Seberang, Kutai regency, East Kalimantan Province.

Geomorphology of the study area can be divided into three kinds of landforms are mountains homoklin origin (S1), hilly landforms homoklin (S2), landforms swamp (F1) and alluvial landforms (F2). Drainage patterns in the area of research is parallel. In stratigraphic study area is divided into three units from the older to the younger rocks are mudstone units Balikpapan, Balikpapan sandstone unit, formed in the transitional environment of deposition the lower delta plain until back barrier. This unit of the Middle Miocene to Late Miocene. Alluvial sediment unit, a unit of Holocene age of the youngest rocks. Geological structures that developed in the research area of anticline, reverse fault, and fault down.

Based on the patterns of distribution of coal seams as well as the analysis of geological maps cropline coal in the study area, the spread southeast trending coal layer with a large slope ranges from 34-73. Deployment in the western coal because there is not affected by the reverse fault. Coal outcrop sandstone unit located at Balikpapan.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi dan pola penyebaran lapisan batubara, dilaksanakan di PT. Jembayan Muarabara di Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.

Geomorfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi tiga macam bentuk asal yaitu bentuklahan pegunungan homoklin (S1), bentuklahan perbukitan homoklin (S2), bentuklahan rawa (F1) dan bentuklahan dataran alluvial(F2). Pola pengaliran pada daerah penelitian adalah parallel. Secara stratigrafi daerah penelitian dibagi menjadi tiga satuan batuan dari tua ke muda yaitu satuan batulempung Balikpapan, satuan batupasir Balikpapan, terbentuk pada lingkungan pengendapan transisi yaitu lower delta plain sampai back barrier. Satuan ini berumur Miosen Tengah sampai Miosen Akhir. Satuan endapan Alluvial, merupakan satuan batuan termuda yang berumur Holosen. Struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian berupa antiklin, sesar naik, sesar turun.

Pola penyebaran lapisan batubara Berdasarkan analisa dari peta geologi serta cropline batubara pada daerah penelitian, penyebaran batubara berarah tenggara dengan besar kemiringan lapisan berkisar antara 34-73. Penyebaran batubara pada bagian barat tidak terdapat dikarenakan dipengaruhi oleh sesar naik. Singkapan batubara berada pada satuan batupasir Balikpapan.

PENDAHULUAN

Daerah Separi Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur memiliki cadangan sumberdaya alam yang sangat melimpah, salah satunya adalah

(2)

batubara. Batubara merupakan sumberdaya alam yang sangat potensial untuk dikelola dan dimanfaatkan. Pengelolaan dan pemanfaatannya harus dilakukan semaksimal mungkin sehingga dapat memberikan keuntungan bagi negara dan juga dapat dinikmati oleh seluruh rakyat indonesia khususnya rakyat Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.

Batubara merupakan produk dari proses geologi yang sangat menarik untuk diselidiki secara alamiah maupun terapan. Aplikasi geologi untuk tujuan-tujuan ekonomi sangat penting untuk dipelajari terutama masalah perhitungan cadangan batubara yang dapat ditambang dengan memperhatikan aspek geomorfologi, stratigrafi, maupun struktur geologi yang ada. Permasalahan pola sebaran lapisan batubara menjadi perlu dipelajari dan dipahami secara baik, karena merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan penambangan batubara serta dalam usaha mengembangkan industri pertambangan batubara.

Metode Penelitian

Metodologi pada penelitian ini yaitu dimulai dengan studi literatur yang berhubungan erat dengan daerah penelitian . Perolehan data dengan cara pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer diambil melalui pemetaan lapangan dengan menganalisa geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, dan analisis lapisan batubara. Analisis stratigrafi lebih lanjut dengan cara anilisis profil dan analisis petrografi. Pada analisis struktur geologi lebih lanjut dengan melakukan analisis stereografi. Data sekunder diambil dari geologi regional daerah penelitian dan data bor. Analisis data bor dengan cara melakukan korelasi, yaitu korelasi struktur dan korelasi stratigrafi. Hasil akhir dari analisis tersebut adalah akan menghasilkan peta lintasan, peta geologi, peta geomorfologi, peta cropline , profil, dan peta korelasi.

Lokasi Kesampaian Daerah Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT. Jembayan Muarabara di Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah 25 km2. secara geografis lokasi pertambangan ini terletak pada koordinat dalam UTM adalah 9972.000 – 99976.000 dan 508.000 – 512.000 atau dalam lintang adalah 02o 01’ 38” LU-02o 05’ 86” LS dan 117o06’67”BB - 117O 11’ 20” BT.

Untuk mencapai lokasi tersebut dapat melalui beberapa alternatif perjalanan melalui rute darat. Balikpapan – Samarinda – Tenggarong Seberang dengan total jarak 155 km, dengan rincian Balikpapan – Samarinda = 110 km, Samarinda – Tenggarong Seberang = 45 km. Kondisi jalan aspal rusak terutama jalur Samarinda – Tenggarong Seberang dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat.

GEOLOGI REGIONAL

Secara fisiografi pulau kalimantan bagian selatan dibatasi oleh laut jawa dan di utara oleh Pegunungan Mangkalihat. Mandala Meratus ini dibagi dalam dua satuan yaitu Punggungan Meratus di selatan dan Antiklinorium Samarinda. Dari barat ke timur cekungan kutai dibagi menjadi 3 zona geomorfologi yang memanjang dari utara ke selatan. Zona-zona itu dari barat adalah tinggian kutai, bagian tengah Antiklinorium Samarinda dan bagian timur adalah Komplek Sinklinorium Delta Mahakam.

Menurut E. Supriatna dan E. Rustandi (1986), stratigrafi di Cekungan Kutai tersusun oleh batuan dari yang tertua sampai yang termuda adalah Formasi

(3)

Pamaluan, Formasi Bebuluh, Formasi Pulaubalang, Formasi Balikpapan, Formasi Kampungbaru dan Endapan Alluvial. Berdasarkan penjelasan dari peneliti terdahulu di atas mengenai geologi regional cekungan kutai maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sedimen cekungan kutai diendapkan pada Awal Tersier dari arah barat ke timur pada lingkungan delta. Cekungan kutai berkembang pada regresi laut ke arah timur. Formasi pembawa batubara yaitu Formasi Balikpapan dan Formasi Pulaubalang.

Cekungan Kutai mempunyai pola umum struktur lipatan - lipatan berupa antiklin dan sinklin. Evolusi struktur Cekungan Kutai dimulai pada kala Oligosen Akhir yang ditandai dengan Orogen Kuching. Lipatan - lipatan ini tersebar dari pegunungan Meratus hingga semenanjung Mangkaliat. Menurut Sumarso Priyomarsono dkk, 1996. Cekungan Kutai merupakan cekungan yang sangat dalam, ke arah selatan dibatasi cekungan Barito dan sesar Adang yang mengarah barat laut - tenggara. Ke arah utara dibatasi Mangkalihat dan sesar Sangkulirang. Cekungan Kutai dibagi menjadi 3 yaitu: Cekungan Kutai bagian barat, Antiklinorium Samarinda, dan Cekungan Kutai bagian timur. Cekungan Kutai terbentuk karena proses pemekaran pada kala Eosen Tengah yang diikuti oleh fase pelenturan dasar cekungan yang berakhir pada Oligosen Akhir. Peningkatan tekanan disebabkan oleh tumbukan lempeng yang mengakibatkan pengangkatan dasar cekungan ke arah barat laut yang menghasilkan siklus regresif utama sedimentasi klastik di Cekungan Kutai, dan tidak terganggu sejak Oligosen Akhir hingga sekarang.

Sejarah geologinya berawal pada kala Miosen Tengah pengangkatan dasar cekungan dimulai dari bagian barat Cekungan Kutai yang bergerak secara progresif ke arah timur sepanjang waktu dan dan bertindak sebagai pusat pengendapan. Pengendapan pada lingkungan laut terus berlangsung hingga Oligosen dan menandakan perioda genang laut maksimum. Secara umum dijumpai lapisan turbidit berselingan dengan serpih laut dalam, sedangkan batugamping terumbu ditemukan secara lokal dalam Fm. Antan. Sedangkan urutan regresif di Cekungan Kutai mencakup lapisan klastik delta hingga paralik yang banyak mengandung lapisan-lapisan batubara dan lignit. Siklus delta yang berumur Miosen Tengah berkembang secara cepat ke arah timur dan tenggara. Progradasi ke arah timur dan tumbuhnya delta berlangsung terus sepanjang waktu diselingi oleh tahapan-tahapan genang laut secara lokal.

GEOMORFOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bentuk lahan yang dijumpai adalah bentuk lahan struktural dan bentuk lahan fluvial diantaranya adalah satuan bentuklahan pegunungan homoklin (S1), satuan bentuk lahan perbukitan homoklin (S2), satuan bentuklahan rawa (F1), dan satuan bentuk lahan dataran alluvial (F2).

Satuan bentuk lahan pegunungan homoklin (S1)

Daerah yang memiliki topografi dengan ketinggian antara 25 – 125 mdpl, terletak dibagian barat daerah penelitian (Foto 1), dengan kelerengan miring sedang yaitu 20-40%, menempati 20 % dari daerah penelitian.

(4)

Foto 1

Satuan bentuk lahan pegunungan homoklin terletak di Desa Bukit Pariaman arah kamera N 152 E.

Satuan bentuk lahan perbukitan homoklin (S2)

Daerah yang memiliki topografi dengan ketinggian antara 25 – 100 mdpl, terletak dibagian tengah sampai timur daerah penelitian(Foto 2), dengan kelerengan miring landai yaitu 14-20%, menempati 60 % dari daerah penelitian.

Foto 2

Satuan bentuk lahan perbukitan homoklin terletak di Desa Bukit Pariaman arah kamera N 173 E.

Satuan bentuk lahan rawa (F1)

Bentuk lahan ini memiliki kontur yang renggang yang berarti menunjukkan daerah yang relatif datar/landai yaitu 0-2% (foto 3). Penyebaran bentuk lahan ini meliputi 5% dari luas total daerah penelitian.

Foto 3

Satuan bentuk lahan rawa terletak di Desa Bhuana Jaya arah kamera N 152 E.

(5)

Satuan bentuk lahan dataran alluvial (F2)

Daerah yang memiliki topografi dengan ketinggian antara 12 – 25 mdpl, terletak dibagian tengah sampai timur daerah penelitian (Foto 4), dengan kelerengan miring landai yaitu 0-2%, menempati 15 % dari daerah penelitian.

Foto 4

Satuan bentuk lahan dataran alluvial terletak di Desa Bhuana Jaya arah kamera N 014 E.

Pola Aliran

Pola pengaliran yang berkembang di daerah penelitian adalah pola pengaliran paralel. Sungai yang ada pada daerah ini didominasi oleh bedrock stream yaitu sungai yang mengalir di atas batuan dasar, dimana arah alirannya ke selatan. Pola pengaliran paralel.

STRATIGRAFI DAERAH TELITIAN

Daerah penelitian berada di daerah Separi tepatnya di Desa Bhuana Jaya dan Bukit Pariaman yang termasuk dalam formasi Balikpapan. penulis menjumpai 3 satuan batuan yang tersingkap, berturut-turut daru tua ke muda adalah satuan batulempung, satuan batupasir, dan satuan endapan alluvial (gambar 1).

Gambar 1. Kolom stratigrafi daerah penelitian (tanpa skala).

Satuan Batulempung Balikapapan

Satuan batulempung Balikpapan ini tersebar di tengah daerah penelitian dan menempati daerah topografi perbukitan bergelombang lemah. Penyebaran satuan ini meliputi 20% dari luas daerah penelitian. Satuan batulempung Balikpapan,

(6)

merupakan satuan batuan tertua yang terdapat pada daerah penelitian, dengan litologi batupasir, batulempung, batulempung karbonan, dan serpih.

Pada satuan batulempung Balikpapan ditemukan penciri dari lingkungan pengendapan, yaitu didapat sub lingkungan pengendapan pada profil di LP10 (Foto 5) berupa Tidal Channel yang mencirikan selang-seling batupasir dan terjadi pola mengkasar ke atas dan Tidal Flat dicirikan dengan perselingan batulempung dengan batupasir ukuran butir sedang sehingga lingkungan pengendapan masuk dalam lingkungan pengendapan transisi yaitu delta dengan lingkungan back Barrier (horne, 1978). Berdasarkan hasil pengamatan dan perolehan data dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pembentukannya secara selaras dengan satuan batuan di atasnya yaitu batupasir. Berasal dari proses pelapukan batuan sebelumnya, dimana terbentuk jauh dari sumber.

Foto. 5.

Kenampakan singkapan batulempung, satuan batulempung Balikpapan, foto pada lokasi pengamatan 72 jalan hauling Desa Bukit Pariaman. Arah kamera N 354 E.

Satuan Batupasir Balikapapan

Satuan batupasir Balikpapan ini tersebar di barat dan timur daerah penelitian dan menempati daerah topografi perbukitan bergelombang lemah dan sedang. Penyebaran satuan ini meliputi 60% dari luas daerah penelitian. Satuan batupasir Balikpapan, terdiri dari litologi batupasir kuarsa (foto 6), batulempung, serpih, batulempung karbonan, batubara, batugamping kristalin, serpih karbon, dan batulanau.

Pada satuan batupasir Balikpapan ditemukan penciri dari lingkungan pengendapan, yaitu Pada lokasi pengamatan 10 analisa profil (foto 7) diketahui perselingan antara batupasir dan batulempung serta diikuti oleh sisipan dari batulanau dan selain profil interpretasi pada hasil singkapan ditemukan lensa-lensa batugamping kristalin pada lokasi pengamatan 24, 79, 81, 82, dan 83 ditentukan sebagai lingkungan pengendapan Back Barrier(horne,1978). Sedangkan pada lokasi pengamatan 56 dengan menganalisis profil yaitu dapat disimpulkan masukkan dalam sub lingkungan pengendapan channel dicirikan dengan adalah struktur crossbedding dan perselingan antara batupasir dan batulempung, swamp dicirikan dengan adanya batubara yang terbentuk di daerah rawa, dan crevasse splay dicirikan dengan batupasir halus sampai sedang, batulanau, dan batulempung

(7)

dapat diketahui bahwa proses pembentukannya dalam kondisi tenang (foto 8). Dari analisis kedua profil tersebut daerah telitian masuk dalam lingkungan pengendapan transisi yaitu lower delta plain(Horne,1978).

Satuan batupasir hanya mempunyai kontak stratigrafi yaitu di bagian atasnya tidak selaras dengan alluvial dan selaras dengan batulempung. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan data yang diperoleh proses pembentukan serta pengendapannya dipengaruhi oleh arus laut yang berkembang, dilihat ditemukannya struktur sedimen crosbedding.

Foto 6.

Kenampakan singkapan batupasir kuarsa pada satuan batupasir Balikpapan, foto pada lokasi pengamatan 73 jalan hauling Desa Bhuana Jaya. Arah kamera N 076 E.

Foto 7. Model Lingkungan Pengendapan Back Barrier pada lokasi pengamatan 10 (Horne , 1978)

(8)

Foto 8. Model Lingkungan Pengendapan Lower Delta Plain pada lokasi pengamatan 56 (Horne , 1978)

Satuan Endapan Alluvial

Sebaran satuan endapan alluvial berada di bagian tenggara daerah penelitian, dengan luas 20% dari daerah penelitian. Satuan ini dapat dijumpai pada lokasi pengamatan 108 meliputi daerah Desa Bhuana Jaya.

Satuan endapan alluvial mempunyai kontak stratigrafi dengan satuan batuan dibawahnya dengan melihat pengamatan dilapangan dan di penampang geologi, hubungan stratigrafi satuan endapan alluvial dengan satuan batupasir dan batulempung adalah tidak selaras.

Satuan endapan alluvial merupakan satuan termuda dari daerah penelitian. Satuan ini berumur Holosen kerena masih terjadi pengendapan sampai sekarang.

STRUKTUR GEOLOGI DAERAH TELITIAN

Struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian berupa antiklin, dengan arah utara - selatan dan kenampakan dilapangan berupa adanya perbedaan arah kemiringan yang berlawanan ( utara- selatan ) dengan kemiringan antara 12o-52o. Dari hasil analisa, didapatkan nama lipatan Inclined Plunging Fold (gambar 2) meliputi Sayap Timur : N010E/48, Sayap Barat : N208E/13, Hinge Surface : N 196E/775, dan Hinge Line : 15, N005E.

Struktur kekar dalam hal ini kekar tektonik tidak berkembang di daerah penelitian, namun peneliti melakukan pengambilan data kekar di luar daerah penelitian. Berdasarkan bukti-bukti yang didapatkan di lapangan kekar gerus sangat berkembang dimana memiliki orientasi arah relatif tenggara – barat laut dan timur laut - barat daya. dari hasil analisa kekar menggunakan diagaram kipas didapatkan arah umum kekar N250ºE – N260ºE dimana tegasan relative Barat Laut (Gambar 3)

(9)

Gambar 2. Analisa Stereonet Lipatan (Rickard, 1972)

Gambar 3. Diagram roset arah umum kekar pada daerah penelitian (Rickard, 1972)

- Sesar Naik

Penamaan sesar naik didasarkan pada data yang didapatkan di di luar daerah penelitian yang berjarak sekitar 500 meter sebelah selatan di daerah penelitian yang mana merupakan singkapan pada air terjun. Kedudukan bidang sesar : N186E/64, Plunge,bearing dan rake dari hasil analisa : 32°, N341°E dan 64°, Gash : N 070 E / 71, Shear : N 337 E/ 72, maka nama sesar menurut Rickard (1972) adalah Left Trhust Slip Fault (Gambar 4).

(10)

- Sesar Turun

Penamaan sesar normal didasarkan pada data yang didapatkan di daerah penelitian yang mana terdapat singkapan pada lokasi pengamatan 64 (foto 9). Kedudukan bidang sesar N 091°E/78°, Plunge, bearing dan rake dari hasil analisa : 75°, N221°E dan 83°, Maka nama sesar menurut Rickard (1972) adalah Left Normal Slip Fault (Gambar. 5).

Gambar 4. Hasil analisa stereografis sesar naik (Rickard, 1972)

(11)

SEJARAH GEOLOGI

Geologi daerah penelitian termasuk dalam formasi Balikpapan, dengan urutan satuan dari tua ke muda adalah satuan batulempung Balikpapan yang di endapkan pada Miosen Tengah. Secara selaras di atas dari satuan batulempung terendapkan satuan batupasir Balikpapan, Setelah satuan batupasir terendapkan, terjadi deformasi yang diperkirakan berlangsung pada Miosen Akhir. Deformasi ini mengakibatkan struktur geologi perlipatan dan struktur sesar. Setelah itu, terjadi gaya extention dengan arah yang sama membentuk struktur sesar normal pada kala pliosen. Setelah itu pada kala holosen, terendapkan satuan endapan alluvial. Satuan batuan ini merupakan satuan termuda pada daerah penelitian.

POLA SEBARAN BATUBARA

Karakteristik Fisik Lapisan Batubara di Lapangan

Batubara didaerah penelitian dijumpai pada lokasi pengamatan 1, 56, 69 70, 73, dan 107. Ketebalan batubara dari setiap lokasi pengamatan memiliki ketebalan 0,37 sampai 1,03 meter. Lapisan pengapit batubara sendiri bervariasi yaitu roof dan floor berupa batulempung karbonan dan batulempung, batupasir dan batulempung. Arah kedudukan lapisan batubara pada lokasi penelitian dengan strike relatif utara selatan dan dip relatif ke tenggara. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan tersebut, maka pada daerah penelitian terdapat 3 seam yaitu seam A, B, dan C. (gambar 6).

Pola Penyebaran Batubara Pada Daerah Penelitian

Berdasarkan analisa dari peta geologi serta singkapan batubara pada daerah penelitian, penyebaran batubara berarah tenggara dengan besar kemiringan lapisan berkisar antara 34-73. Singkapan batubara berada pada satuan batupasir Balikpapan.

Berdasarkan korelasi menggunakan data bor dan singkapan, pola penyebaran batubara seam A, B, dan C relatif berarah tenggara dengan ketebalan bervariasi (gambar 7).

Pada seam A, B dan C dilihat dari penampang profil bor terjadi penipisan ketebalan tenggara. Perubahan ketebalan tersebut, bisa disebabkan oleh pengaruh tekanan akibat tektonik yang berkembang, karena pada saat batubara terbentuk jika terkena tekanan maka batubara tersebut akan ikut memipih sehingga batubara tersebut memiliki ketebalan yang tidak sama, selain itu bentuk cekungan pembentukan batubara juga dapat mempengaruhi ketebalan batubara. Penyebaran batubara pada bagian barat tidak terdapat dikarenakan dipengaruhi oleh sesar naik, mengakibatkan lapisan batubara tidak menerus ke arah barat.

(12)

Gambar 6. Peta cropline pola sebaran batubara

(13)

KESIMPULAN

1. Geomorfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi tiga macam bentuk lahan (klasifikasi Zuidam, 1983) yaitu : Bentuklahan pegunungan homoklin, Bentuklahan, perbukitan homoklin, bentuklahan rawa, bentuklahan dataran alluvial

2. Secara stratigrafi, pada daerah penelitian dapat dibagi menjadi tiga satuan batuan dari tua ke muda yaitu Satuan batulempung Balikpapan, merupakan satuan batuan tertua yang terdapat pada daerah telitian, dengan litologi batupasir, batulempung, batulempung karbonan, dan serpih. Satuan batupasir Balikpapan, terdiri dari litologi batupasir kuarsa, batulempung, serpih, batulempung karbonan, batubara, batugamping kristalin, serpih karbon, dan batulanau. Satuan endapan alluvial, terdiri dari material lepas dengan ukuran butir kasar sampai halus.

3. Struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian berupa antiklin , dengan arah utara – selatan. Dari hasil analisa, didapatkan nama lipatan Inclined Plunging Fold. Struktur kekar dalam hal ini kekar tektonik berkembang di luar daerah penelitian namun memiliki kemenerusan pada daerah penelitian dari hasil analisa kekar menggunakan diagaram kipas didapatkan arah umum kekar N250ºE – N260ºE dimana tegasan relative barat laut. Struktur sesar yang didapatkan di daerah penelitian berupa sesar naik dan sesar normal. Sesar naik diambil berkembang di luar daerah penelitian namun memiliki kemenerusan pada daerah penelitian dengan menganalisa kekar-kekar yang ada didapat Left Trhust Slip Fault. Sedangkan sesar turun yang berkembang tidak menerus, berupa sesar yang kecil. Hasil analisanya yaitu Left Normal Slip Fault.

4. Batubara didaerah penelitian dijumpai pada lokasi pengamatan 1, 56, 69, 70, 73, dan 107. Penarikan seam atau lapisan batubara berdasarkan pada ciri fisik batubara, Ketebalan batubara, lapisan pengapit batubara (roof dan floor) dan berdasarkan arah kedudukan lapisan batubara tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, maka pada daerah penelitian terdapat 3 seam yaitu seam A, B, dan C.

5. Pola penyebaran lapisan batubara Berdasarkan analisa dari peta geologi serta cropline batubara pada daerah penelitian, penyebaran batubara berarah tenggara dengan besar kemiringan lapisan berkisar antara 34-73. Penyebaran batubara pada bagian barat tidak terdapat dikarenakan dipengaruhi oleh sesar naik. Singkapan batubara berada pada satuan batupasir Balikpapan.

DAFTAR PUSTAKA

Cook, A.C., 1999, Coal Geology and Coal Properties, Keiraville Konsultans, Australia, p :68-78 and 179-185.

Dunham, R.I., 1962, Clasificastion of Carbonate Rock According to The Depositional Texture; Ann, Assoc. Petroleum Geologis Bull., Memoir I, Oktahoma, hal. 100-121.

(14)

Horne, J.C., Caruccio, F.T., Baganz., B.P., 1978, Deposistional Models in Coal Exploration and Mining Planning in Appalachian Regioan, AAPG Bulletin 62 p: 2379-2411, America

Jeremic, M.L., 1985, Strata Mechanics in Coal Mining, A.A. Balkema Publs, Netherlands,p.564.

Koesoemadinata, R . P., 1981, Prinsip – Prinsip Sedimentasi, Departemen Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung.

Larry Thomas. Coal Geology. Jhon Wiley & Sons, Ltd, USA. 2002 Moss and Chambers, 1999, Lithostratigrafi Regional Cekungan Kutai._

Pettijohn, F.J.,1957, Sedimentary Rock, Oxford and IBH, Publishing Company, New Dehli, Second Edition.

Pieters, Peter E, 2006, Literatur Revew On Geological Setting Of Kutai Basin, PT. Rekasindo Guriang Tandang, Jakarta.

Prasongko, Bambang Kuncoro, 1996, Perencanaan Eksplorasi Batubara, Program Studi Khusus Eksplorasi Sumberdaya Bumi Program Pasca Sarjana, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Rose, R., dan Hartono, P., 1978, Struktur Geologi Cekungan Kutai._

Gambar

Gambar 1. Kolom stratigrafi daerah penelitian (tanpa skala).
Foto 7. Model Lingkungan Pengendapan Back Barrier  pada lokasi pengamatan 10 (Horne ,  1978)
Foto 8. Model Lingkungan Pengendapan Lower Delta Plain  pada lokasi pengamatan 56  (Horne , 1978)
Gambar 3. Diagram roset arah umum kekar pada daerah penelitian (Rickard, 1972)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Stratigrafi daerah penelitian terdiri dari lima satuan batuan, dari tua ke muda adalah Satuan Batugamping Tawun berumur Miosen Bawah - Miosen Tengah (N.8- N.9)

Stratigrafi daerah telitian terdiri dari tiga satuan batuan dari tua ke muda adalah Batupasir Semilir yang berumur Miosen Awal yang diendapkan pada Batial Atas

Satuan batuan tersebut berurutan dari tua ke muda yaitu Satuan Batupasir – batulempung yang berumur Miosen Tengah, Satuan Batulempung, Satuan Batugamping dan Satuan Batupasir –

Stratigrafi daerah penelitian dibagi menjadi tujuh satuan tidak resmi yang terbentuk sejak Oligosen Akhir sampai Resen, dari tua ke muda yaitu : Satuan Batupasir,

Stratigrafi daerah penelitian dibagi menjadi lima satuan tidak resmi yang terbentuk sejak Miosen Tengah sampai Pleistosen dengan urutan tua ke muda yaitu Satuan

Stratigrafi pada daerah penelitian terbagi menjadi 4 satuan batuan yang tersusun secara berurutan dari umur tua ke umur yang lebih muda yaitu satuan breksi vulkanik,

Stratigrafi daerah penelitian terbagi menjadi empat satuan tidak resmi diurutkan dari tua ke muda, yaitu satuan batulempung batupasir berumur Eosen Akhir yang disetarakan

Menurut Pusat Sumber Daya Geologi (2007), stratigrafi di daerah penelitian dikelompokkan menjadi tiga belas satuan batuan dengan urutan dari tua ke muda, yaitu: Satuan