• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. akibat infeksi oleh virus Dengue pada manusia. Virus ini ditularkan melalui

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. akibat infeksi oleh virus Dengue pada manusia. Virus ini ditularkan melalui"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Demam Berdarah Dengue (DBD)

1.1.1 Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue adalah salah satu bentuk klinis dari penyakit akibat infeksi oleh virus Dengue pada manusia. Virus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk genus aedes terutama A. aegypti dan A. albopictus. Manifestasi klinis yang muncul pada setiap individu berbeda – beda tergatung dari daya tahan tubuh individu itu sendiri. Diperlukannya beberapa pemeriksaan untuk menegakan diagnosis seperti, anamnesis, pemeriksaan fisik, dan juga pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan darah lengkap dan juga pemeriksaan serologi (Peeling dkk., 2010).

1.1.2 Epidemiologi

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang penting didaerah tropis dan sub tropis. Di Indonesia infeksi virus Dengue selalu dijumpai sepanjang tahun. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk (WHO, 2012).

Insiden Demam Berdarah Dengue (DBD) mengalami peningkatan secara dramatis di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir. Lebih dari 2,5 miliar orang (> 40% dari populasi dunia) sekarang berisiko terjangkit virus Dengue.

(2)

7

WHO memperkirakan saat ini ada 50-100 miliar infeksi dengue di seluruh dunia setiap tahun (WHO, 2012).

Sebelum tahun 1970, hanya sembilan negara mengalami epidemi Demam Berdarah Dengue (DBD) yang parah. Namun, Penyakit ini sekarang menjadi endemik di lebih dari 100 negara di Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat yang merupakan daerah dengan penderita paling parah (WHO, 2012).

Kasus di Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat telah melampaui 1,2 juta kasus pada tahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta pada tahun 2010 (berdasarkan data resmi yang disampaikan oleh Negara-negara Anggota). Baru-baru ini jumlah kasus yang dilaporkan terus meningkat. Pada tahun 2010, 1,6 juta kasus dengue dilaporkan di Amerika dan pada 49.000 kasus menderita demam berdarah yang parah (WHO, 2012).

Tidak hanya jumlah kasus meningkat sebagai penyakit yang menyebar ke daerah - daerah baru, tetapi juga terjadinya ledakan wabah. Ancaman kemungkinan wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) sekarang ada di Eropa dan transmisi lokal virus dengue dilaporkan untuk pertama kalinya di Perancis dan Kroasia pada tahun 2010 dan terdeteksi di tiga negara Eropa lainnya. Pada tahun 2012, wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) di Madeira kepulauan Portugal mengakibatkan lebih dari 2 000 kasus dan terdeteksi di 10 negara lain di Eropa selain dari daratan Portugal (WHO, 2012).

Pada 2013, kasus yang terjadi di Florida (Amerika Serikat) dan Provinsi Yunnan di Cina. Demam Berdarah Dengue (DBD) juga terus menyebar

(3)

8

kebeberapa negara Amerika selatan terutama Honduras, Kosta Rika dan Meksiko. Di Asia, Singapura telah melaporkan peningkatan kasus setelah selang beberapa tahun dan wabah juga telah dilaporkan terjadi di Laos (WHO, 2012).

Diperkirakan 500 000 orang dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) yang parah memerlukan rawat inap setiap tahun dan sebagian besar di antaranya adalah anak-anak. Sekitar 2,5% dari mereka yang terkena meninggal dunia. (WHO, 2012).

1.1.3 Etiologi

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue family flaviviridae dengan genusnya adalah flavivirus. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal. Virus ini mempunyai empat serotip yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang ditularkan melalui gigitan nyamuk genus aedes terutama A. aegypti dan A. albopictus. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut. Masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari. Sekali virus masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, maka nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif) (Peeling dkk., 2010 ; Simmons dkk., 2012).

Nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya. Di dalam tubuh manusia, virus berkembangbiak dalam sistem retikuloendothelial dengan target utama adalah APC (Antigen Presenting Cells) dimana pada umumnya berupa monosit atau makrofag jaringan

(4)

9

seperti sel Kupfer di sinusoid hepar. Virus terebut memerlukan waktu masa tunas 4 – 6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit pada manusia (Peeling dkk., 2010 ; Simmons dkk., 2012)..

1.1.4 Patogenesis

Patogenesis terjadinya Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga saat ini masih diperdebatkan. Berdasarkan data yang ada, bahwa mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue. Teori yang banyak dianut adalah hipotesis infeksi sekunder (secondary heterologous infection theory) atau teori antibody dependent enhancement (ADE). Hipotesis infeksi sekunder mengatakan bahwa Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe yang berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi anamnestik antibodi sehingga mengakibatkan konsentrasi kompleks imun yang tinggi. Infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang memfagositosis kompleks virus antibodi non netralisasi sehingga virus bereplikasi di makrofag. Namun, teori ADE mengatakan bahwa dengan adanya antibodi yang timbul justru bersifat mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag (Martina dkk., 2009).

Infeksi virus Dengue dimulai saat vector mengambil darah host dan memasukkan virus kedalam tubuh host. Virus Dengue berikatan dan masuk ke dalam sel host melalui proses endositosis yang dimediasi oleh reseptor afinitas rendah seperti DC-Sign (dendritic cells). Selama terjadi internalisasi dan asidifikasi endosom, virus berifusi dengan membran vesikuler mengakibatkan

(5)

10

masuknya nukleokapsid menuju sitoplasma dengan genome tanpa amplop (uncoating genome) (Martina dkk., 2009).

Selanjutnya proses translasi terjadi di membran retikulum endoplasma, suatu protein intermediate rantai negatif terbentuk dan menjadi dasar dicetaknya beberapa rantai RNA virus (vRNA). Sehingga terbentuknya protein virus dalam jumlah yang banyak. Bersama dengan struktur protein lainnya seperti inti (core), premembran (prM), dan amplop (E), vRNA akan menjadi cikal bakal virus dengue baru. Pematangan virus terjadi dikompartemen golgi dan akhirnya akan disekresikan keluar sel menuju sirkulasi (Martina dkk., 2009).

Mekanisme imunopatogenesis infeksi virus dengue melibatkan respon humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi antibodi. Juga melibatkan limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8), monosit dan makrofag, sitokin serta aktivitas komplemen (Martina dkk., 2009).

Terjadinya infeksi makofag, monosit, atau sel dendritik oleh virus Dengue melalui proses endositosis yang dimediasi reseptor dan atau melalui ikatan kompleks virus antibodi dengan reseptor Fc. Infeksi ini secara langsung mengaktivasi sel T helper (CD4) dan sel T sitotoksik (CD8) yang menghasilkan limfokin dan interferon gamma. Selanjutnya interferon gamma akan mengaktifasi makrofag yang menyebabkan sekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNFα, IL-1, PAF (Platelet Activating Faktor), IL-6 dan histamin. Mediator inflamsi ini mengakibatkan terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma. Selain itu kompleks virus dan antibodi ini akan mengaktifkan sistem komplemen dengan mensekresikan C3a dan C5a. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3

(6)

11

dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang intravascular ke ruang ekstravaskular. Perembesan plasma ini terbukti dengan adanya peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium, dan terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura, asites). Syok yang tidak ditanggulangi secara adekuat akan menimbulkan asidosis dan anoksia yang dapat berakhir dengan kematian (Martina dkk., 2009).

Kompleks antigen-antibodi selain mengaktivasi komplemen dapat juga menyebabkan agregasi trombosit dan mengaktivasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah. Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks antigen-antibodi pada membran trombosit mengakibatkan pengeluaran ADP (Adenosine Difosfat) sehingga trombosit melekat satu sama lain. Adanya trombus ini akan dihancurkan oleh RES (Retikuloendotelial System) sehingga terjadi trombositopenia. Agregasi trombosit juga menyebabkan pengeluaran platelet faktor III mengakibatkan terjadinya koagulasi intravaskular deseminata yang ditandai dengan peningkatan FDP (Fibrinogen Degradation Product) sehingga terjadi penurunan faktor pembekuan. Agregasi trombosit juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit sehingga walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak namun tidak dapat berfungsi dengan baik. Di sisi lain aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor Hageman sehingga terjadi aktivasi kinin sehingga memacu peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat mempercepat terjadinya syok. Jadi perdarahan massif pada DBD disebabkan oleh trombositopenia, penurunan faktor pembekuan (akibat koagulasi intravascular deseminata), kelainan fungsi trombosit, dan

(7)

12

kerusakan dinding endotel kapiler. Akhirnya perdarahan akan memperberat syok yang terjadi (Martina dkk., 2009).

1.1.5 Manifestasi Klinis

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang memiliki manifestasi klinis yang bervariasi antara yang paling ringan sampai yang paling berat tergantung dari berbagai faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh penderita. Berbagai keadaan dapat muncul mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), demam ringan yang tidak spesifik, Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Dengue Shock Syndrome (DSS). Perbedaan klinis antara Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh mekanisme patofisiologi yang berbeda. Adanya renjatan pada Demam Berdarah Dengue disebabkan karena kebocoran plasma (plasma leakage) yang diduga karena proses imunologi. Hal ini tidak didapati pada Demam Dengue (DD) (Peeling dkk., 2010).

Gejala yang muncul pada Demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu demam tinggi mendadak antara 38 – 40 0C selama 2 – 7 hari, demam tidak dapat teratasi maksimal dengan penurun panas biasa. Terjadi mual, muntah, nafsu makan menurun, nyeri sendi atau nyeri otot (pegal – pegal), sakit kepala, nyeri atau rasa panas di belakang bola mata, wajah kemerahan, sakit perut (diare), kelenjar pada leher dan tenggorokan terkadang ikut membesar (Peeling dkk., 2010).

(8)

13

Gejala lanjutannya terjadi pada hari sakit ke 3 – 5. Fase ini merupakan fase yang berbahaya pada penyakit demam berdarah dengue yaitu suhu badan akan turun yang seolah–olah anak tampak sembuh (Peeling dkk., 2010).

Pada anak – anak, perlu diperhatikan tingkah laku anak, apabila demamnya menghilang, anak tampak segar dan mau bermain serta mau makan atau minum, biasanya termasuk demam dengue ringan. Tetapi apabila demam menghilang tetapi anak bertambah lemah, ingin tidur, dan tidak mau makan atau minum apapun apabila disertai nyeri perut, ini merupakan tanda awal terjadinya syok. Keadaan syok merupakan keadaan yang sangat berbahaya karena terjadi kekurangan oksigen pada tubuh yang dapat berakibat fatal yang mana dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (Peeling dkk., 2010).

Pada hari ke 6 demam dan seterusnya, merupakan fase penyembuhan. Pada Fase ini, demam telah menghilang dan suhu menjadi normal kembali, tidak dijumpai lagi perdarahan baru, dan nafsu makan timbul kembali. Pada umumnya, setelah sembuh dari sakit, anak masih tampak lemah, muka agak sembab disertai perut agak tegang tetapi beberapa hari kemudian kondisi badan anak pulih kembali normal tanpa gejala (Peeling dkk., 2010).

Proses penyembuhan DBD dengan atau tanpa adanya syok berlangsung singkat dan sering kali tidak dapat diramalkan, bahkan dalam kasus syok stadium lanjut, segera setelah syok teratasi, pasien sembuh dalam waktu 2 – 3 hari. Timbulnya kembali selera makan merupakan prognostik yang baik (Peeling dkk., 2010).

(9)

14

1. Derajat I : Dengan tanda terdapat demam disertai gejala tidak khas dan uji torniket + (positif).

2. Derajat II : Yaitu derajat I ditambah ada perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.

3. Derajat III : Ditandai adanya kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi (<20 mmHg), hipotensi (sistolik menurun sampai <80 mmHg), sianosis di sekitar mulut, akral dingin, kulit lembab dan pasen tampak gelisah.

4. Derajat IV : Ditandai dengan syok berat (profound shock) yaitu nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.

1.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Gejala penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) kadangkala sulit dibedakan dengan penyakit malaria, leptospirosis, maupun demam tifoid maka dari itu, para pekerja medis atau dokter akan terlebih dahulu mengecek sejarah kesehatan dan perjalanan pasien untuk mencari informasi kemungkinan pasien tergigit nyamuk. Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka terjangkit demam dengue berupa pemeriksaan trombosit, hematokrit, leukosit, hemoglobin, protein albumin, ALT, AST dan hemostatis untuk melihat adanya limfositosis relative disertai gambaran limfosit plasma biru (Suhendro dkk., 2009).

Trombosit pada infeksi virus dengue mengalami penurunan, sampai terjadi trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000). Hematokrit mengalami peningkatan sebesar ≥ 20% dari hematokrit awal karena terjadi kebocoran plasma

(10)

15

biasanya dimulai pada hari ke-3 demam. Pada protein albumin bisa terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma. Tes fungsi hati ALT/AST (serum alanin aminotransferse) dapat meningkat pada infeksi virus dengue. Pemeriksaan hemostatis, dilakukan pemeriksaan PT, APTT, pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah (Peeling dkk., 2010).

Untuk menegakkan diagnosis yang lebih tepat dapat dilakukan tes serologi dengan uji imunokromatografi (ICT-DFRT) yang memeriksa IgM dan IgG, Hemaglutination Inhibition Assay (HIA), Complement Fixation (CF), Neutra-lization Test (NT), IgM Capture Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (MEC ELISA), dan Indirect IgG ELISA. Pemeriksaan RNA (ribonucleic acid) virus dilakukan menggunakan PCR (Polymerase Chain Reaction) dan penemuan antigen non-struktural protein NS1. Penyakit Demam Berdarah Dengue primer memperlihatkan gejala yang lebih ringan daripada Demam Berdarah Dengue sekunder yang dapat dibedakan dengan pemeriksaan ICT-DFRT IgG dan IgM (Peeling dkk., 2010).

1.1.7 Tes Serologi IgM dan IgG

Setelah masuk dalam tubuh manusia, virus dengue berkembang biak dalam sel retikulo endotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung 5-7 hari. Akibat infeksi ini, muncul respon imun baik humoral maupun selular, antara lain anti netralisasi, anti - hemaglutinin dan anti komplemen. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgM dan IgG. Pada infeksi primer didapatkan kadar antibodi IgM setelah hari ke 4 - 5 demam dan menghilang setelah 60-90 hari. Sedangkan, antibodi IgG akan timbul setelah hari

(11)

16

ke 14 demam dan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Pada infeksi sekunder, antibodi IgG akan timbul lebih dahulu yaitu 1 – 2 hari setelah gejala demam timbul dan antibodi IgM akan timbul pada setelah hari ke 5 – 10 demam (Peeling dkk., 2010).

Kinetik kadar IgG berbeda dengan kinetik kadar antibodi IgM, oleh karena itu kinetik antibodi IgM dan IgG harus dibedakan antara infeksi primer dan sekunder.

Referensi

Dokumen terkait

Demam Berdarah Dengue (dengue haemorhagie fever) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk

Virus Dengue menyebabkan spektrum penyakit yang bervariasi dari infeksi yang tidak menimbulkan gejala sampai demam ringan/demam dengue (DD) juga dapat menyebabkan

Kesimpulan dari beberapa pengertian di atas adalah demam berdarah dengue merupakan suatu penyakit demam yang di sebabkan oleh virus dengue yang menyerang pada anak dan dewasa

Pemetaan kejadian demam berdarah dengue berdasarkan Angka Bebas Jentik (ABJ) dan Jenis Infeksi Virus Dengue dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis

Demam dengue atau dengue fever (DF) dan demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan virus dengue

Melihat tingginya angka demam berdarah pada anak usia sekolah, sehingga perlu dilakukan pemahaman tentang demam berdarah, maka dapat ditarik rumusan masalah yaitu

Cara yang tepat guna dalam pembersihan penyakit demam berdarah dengue adalah melaksanakan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) yaitu : kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan dapat juga ditularkan oleh Aedes albopictus,