• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. dikembangkan berlandaskan Al-Qur an dan Hadits Nabi SAW. Secara konsep,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. dikembangkan berlandaskan Al-Qur an dan Hadits Nabi SAW. Secara konsep,"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Secara konsep, bank syariah adalah bank yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam, yaitu mengedepankan keadilan, kemitraan, keterbukaan, dan universalitas bagi seluruh kalangan.1

Keberadaan bank syariah di tengah-tengah perbankan konvensional adalah untuk menawarkan sistem perbankan alternatif bagi masyarakat yang membutuhkan layanan jasa perbankan tanpa harus khawatir atas persoalan bunga (riba). Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis yang terkait. Prinsip utama yang diikuti oleh bank syariah adalah:

a. Larangan riba (bunga) dalam berbagai bentuk tradisi.

b. Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan pendapatan dan keuntungan yang sah (revenue sharing atau profit sharing).

(2)

c. Memberikan zakat sebagai salah satu instrumen dalam perhitungan pembagian keuntungan dan laporan keuangan.2

Setiap lembaga keuangan syariah mempunyai falsafah mencari keridhoan Allah untuk memperoleh kebajikan didunia dan di akhirat. Oleh karena itu, setiap keinginan lembaga keuangan yang dikhawatirkan menyimpang dari tuntunan agama, harus dihindari.3

Bank syariah memiliki fungsi sebagai:4 a. Manajer investasi

Bank syariah dapat mengelola investasi atas dana nasabah dengan menggunakan akad mudharabah atau sebagai agen investasi

b. Investor

Bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya dengan menggunakan alat investasi yang sesuai dengan syariah.

c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran

Bank syariah dapat melakukan kegiatan jasa-jasa layanan perbankan seperti bank non syariah sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah

d. Pengemban fungsi sosial

Bank syariah dapat memeberikan pelayanan sosial dalam bentuk pengelolaan dana zakat, infaq, sadaqah serta pinjaman kebajikan (qardhul hasan) sesuai ketentuan yang berlaku.

2 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta : Alvabet, 2002), h. 3. 3 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Yogyakarta : Ekonisia, 2004), h.2.

4 Ikatan Akuntan Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia, 2003), h.1.

(3)

2. Sistem Operasional Bank Syariah

Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha), dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan.5 Sistem operasional tersebut meliputi:

I. Sistem Penghimpunan Dana

Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank konvensional didasari teori yang diungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang untuk tiga kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan dan investasi. Teori tersebut menyebabkan produk penghimpunan dana disesuaikan dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan deposito. Berbeda halnya dengan hal tersebut, bank syariah tidak melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya. Pada dasarnya, dilihat dari sumbernya, dana bank syariah terdiri atas:

a. Modal

Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner). Dana modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah, perlengkapan, dan sebagainya yang secara tidak langsung menghasilkan (fixed asset/non earning asset). Selain itu, modal juga dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif, yaitu disalurkan menjadi pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari modal, hasilnya tentu saja

(4)

bagi pemilik modal, tidak dibagikan kepada pemilik dana lainnya. Mekanisme penyertaan modal pemegang saham dalam perbankan syariah, dapat dilakukan melalui musyarakah fi sahm asy-syarikah.

b. Titipan (Wadi’ah)

Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Akad yang sesuai dengan prinsip ini adalah al-wadi’ah. Dalam prinsip ini, bank menerima titipan dari nasabah dan bertanggung jawab penuh atas titipan tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak untuk mengambil setiap saat, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.atau equity participation pada saham perseroan bank.

c. Investasi (Mudharabah)

Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah yang mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib), dalam hal ini adalah bank. Pemilik dana sebagai deposan di bank syariah berperan sebagai investor murni yang menanggung aspek sharing risk dan return dari bank. Deposan, dengan demikian bukanlah lender atau kreditor bagi bank seperti halnya pada bank konvensional.

II. Sistem Penyaluran Dana (Financing)

Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga model, yaitu:

a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli.

(5)

Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan pembiayaan murabahah, salam dan istishna’.

b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa (Ijarah).

Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek transaksinya jasa.

c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank syariah dioperasionalkan dengan pola-pola musyarakah dan mudharabah.

d. Jasa Layanan Perbankan, yang dioperasionalkan dengan pola hiwalah, rahn, al-qardh, wakalah, dan kafalah.

3. Laporan Keuangan Bank Syariah

Bank syariah sebagai lembaga intermediary keuangan diharapkan dapat menampilkan dirinya secara baik dibandingkan dengan bank dengan sistem yang lain (bank dengan basis bunga). Gambaran tentang baik buruknya suatu bank syariah dapat dikenali melalui kinerjanya yang tergambar dalam laporan keuangan.

Laporan keuangan adalah suatu laporan yang mempunyai tujuan untuk memberi informasi keuangan mengenai jumlah aktiva, kewajiban, dan modal bank pada periode tertentu, memberi informasi mengenai hasil usaha yang

(6)

tercermin dari pendapatan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu, memberi informasi mengenai perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban, dan modal bank serta memberi informasi mengenai kinerja manajemen bank dalam suatu periode.6

Tujuan laporan keuangan pada sektor perbankan syariah adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan aktivitas operasi bank yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan.7

Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (pengguna laporan keuangan) dalam pengambilan keputusan ekonomi yang rasional, seperti:8

1. Shahibul maal / pemilik dana

2. Pihak-pihak yang memanfaatkan dan menerima penyaluran dana 3. Pembayar zakat, infaq, dan shadaqah

4. Pemegang saham 5. Otoritas pengawasan 6. Bank Indonesia 7. Pemerintah

8. Lembaga penjamin simpanan; dan 9. Masyarakat

6 Teguh Pudjo Mulyono, Analisa Laporan Keuangan Untuk Perbankan (Jakarta : Jambatan, 1992), h. 6.

7 Ikatan Akuntan Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia, 2003), h. 1.

(7)

Secara praktis, laporan keuangan (bank syariah) yang berkualitas harus memenuhi kriteria berikut :

a. Dapat dipahami (understandability)

Informasi keuangan yang ditampilkan dalam laporan keuangan harus jelas sehingga mudah dimengerti dan dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

b. Relevan (relevance)

Data yang diolah serta informasi yang disajikan dalam laporan keuangan hanya ada kaitannya dengan transaksi yang bersangkutan.

c. Andal

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan juga harus memenuhi kualitas andal, yaitu bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

d. Dapat dibandingkan (comparability)

Laporan keuangan yang disusun harus dapat dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya untuk mengikuti perkembangan posisi dan kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. Selain itu juga dapat dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis, untuk mengevaluasi posisi keuangan dan kinerja secara relatif.

e. Dapat diuji kebenarannya (auditability)

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat ditelusuri sampai ke bukti asalanya, baik dalam bentuk dokumen dasar, fisik aktiva yang

(8)

bersangkutan. Artinya semua transaksi yang terjadi dapat dipertanggungjawabkan oleh pihak manajemen.

Berdasarkan PSAK No.101, laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:

1. Neraca;

2. Laporan laba rugi; 3. Laporan arus kas;

4. Laporan perubahan ekuitas

5. Laporan perubahan dana investasi terikat; 6. Laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil; 7. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat; 8. Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan 9. Catatan atas laporan keuangan

Laporan neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas merupakan laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial bank

Laporan perubahan dana investasi terikat merupakan laporan keuangan yang mencerminkan perubahan dalam investasi terikat yang dikelola oleh bank untuk kemanfaatan pihak-pihak lain berdasarkan akad mudharabah atau agen investasi.

Laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil merupakan rekonsiliasi antara pendapatan bank Syariah yang menggunakan dasar akrual (acrual basis) dengan pendapatan yang dibagi hasilkan kepada pemilik dana yang menggunakan dasar kas (cash basis)

(9)

Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan merupakan laporan keuangan yang mencerminkan peran bank sebagai pemegang amanah dana kegiatan sosial yang dikelola secara terpisah.

Laporan sumber dan penggunaan zakat merupakan laporan yang menunjukkan sumber dana,penggunaan dan dalam jangka waktu serta sumber dana zakat yang menunjukkan dana zakat yang belum disalurkan pada tanggal tertentu.

B. Kinerja Keuangan

1. Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan tentang kondisi financial perusahaan selama periode waktu tertentu. Untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada laporan keuangan disamping data-data non keuangan lain yang bersifat sabagai penunjang. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber dana yang ada.9

Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik tampilan perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standard dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.10 Pengukuran kinerja menurut Hongren mempunyai tujuan untuk mengukur kinerja bisnis dan manajemen dibandingkan dengan goal atau sasaran perusahaan. Dengan kata lain,

9 Erich A Helfert, Teknik Analisis Keuangan (Jakarta : Erlangga, 1997), h. 36. 10 Mulyadi, Akuntansi Manajemen (Yogyakarta: UPP STIE – YKPN, 2001), h.415.

(10)

pengukuran kinerja merupakan alat bagi manajemen untuk mengendalikan bisnisnya.11

Kinerja perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Laporan keuangan berupa neraca, rugi-laba, arus kas, dan perubahan modal yang secara bersama-sama memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan digunakan investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan deviden dimasa mendatang dan resiko atas penilaian tersebut. Dengan demikian pengukuran kinerja keuangan dari laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat ukur pertumbuhan kekayaan pemegang saham (investor).

Pengukuran kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan suatu metode atau pendekatan. Pengukuran kinerja perusahaan dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengukuran kinerja non keuangan (non financial performance measurement) dan pengukuran kinerja keuangan (financial performance measurement). Informasi yang digunakan dalam mengukur kinerja non keuangan adalah informasi yang disajikan tidak dalam satuan uang atau rupiah (non financial information) namun dengan satuan ukur non keuangan. Adapun informasi yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan adalah informasi keuangan (financial information), yaitu informasi akuntansi manajemen dan informasi akuntansi keuangan seperti laba sebelum pajak, tingkat pengembalian investasi, dan sebagainya.12

11 Charles Horhgen, T, Akuntansi di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat, 1998), h. 372.

12 Sam’ani, ”Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage terhadap Kinerja Keuangan Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2004-2007”, Tesis Magister Manajemen (Semarang : Universitas Diponegoro, 2008), h. 40-41.

(11)

Penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting, karena berdasarkan penilaian tersebut dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan suatu perusahaan selama periode waktu tertentu.

2. Ukuran Kinerja Keuangan

Terdapat tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif yaitu :13

a. Ukuran kriteria tunggal (Single Criterium)

Ukuran ini merupakan suatu ukuran untuk menilai kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajer.

b. Ukuran kriteria beragam (Multiple Criterium)

Ukuran kriteria beragam merupakan cara untuk mengatasi kelemahan kriteria tunggal dalam pengukuran kinerja. Tujuan kriteria beragam ini adalah agar manajer yang diukur kinerjanya mengarahkan usahanya kepada berbagai kriteria kinerja.

c. Ukuran kriteria gabungan (Composite Criterium)

Ukuran ini merupakan ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran, memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dalam pengukuran kinerja.

Rasio profitabilitas adalah salah satu rasio keuangan yang paling umum digunakan untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan. Menurut Zainul Arifin ada dua rasio yang biasa dipakai untuk mengukur kinerja bank yaitu return

(12)

on asset (ROA) dan return on equity (ROE).14 Rasio ini menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio profitabilitas/ rentabilitas terdiri dari: Return on Assets, Return on Equity, Gross Profit Margin, Net Profit Margin, dan Operating Ratio.

Rasio profitabilitas yang akan digunakan sebagai ukuran kinerja keuangan pada penelitian ini adalah Return on Asset dan Return on Equity:

a. Return On Assets (ROA)

Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitas dan mengelola tingkat efisiensi usaha bank secara keseluruhan. Semakin besar nilai rasio ini menunjukkan tingkat rentabilitas usaha bank semakin baik atau sehat. Return On Assets (ROA) adalah pengembalian atas aset-aset yang menentukan jumlah pendapatan bersih yang dihasilkan dari aset-aset perusahaan dengan menghubungkan pendapatan bersih ke total aset.15

Semakin besar Return On Assets (ROA) menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar. Sehingga dalam penelitian ini menggunakan Return On Assets (ROA) sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perusahaan perbankan.

Return on Assets (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan karena Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return on Assets (ROA) merupakan rasio antara laba bersih

14 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta : Alvabet, 2002), h. 64.

15 Artur J. Keown, et al., Manajemen Keuangan : Prinsip dan Penerapan, alih bahasa Marcus PW (Jakarta : PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008), h. 80.

(13)

terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian semakin besar. Apabila Return on Asset meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat.16 Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dalam penggunaan asset.

Untuk mengukur besarnya ROA digunakan rumus:17

b. Return on Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang menggambarkan besarnya kembalian atas modal yang ditanamkan atau kemampuan dari modal untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham (Shahibul Mal).18

Analisis Return On Equity (ROE) atau sering disebut juga dengan Return On Common Equity. Dalam bahasa Indonesia, istilah ini sering juga diterjemahkan sebagai rentabilitas modal sendiri. ROE merupakan rasio antara laba bersih terhadap penyertaan modal saham sendiri yang berarti juga merupakan untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian (prosentase) dari saham sendiri yang ditanamkan dalam bisnis.

Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di pihak lain atau dengan kata lain rentabilitas

16 Suad Husnan, Manajemen Keuangan – Teori dan Penerapan, Buku 2 (BPFE Yogyakarta. 1998), h. 53.

17 Erich A Helfert, Teknik Analisis Keuangan (Jakarta : Erlangga, 1997), h. 102.

18 Ivan Rahmawan A, Kamus Istilah Akuntansi Syariah (Yogyakarta : Pilar Media, 2005), h. 29.

ROA = Laba Bersih X 100%

……….Rumus 2.1

(14)

modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan laba yang diperlukan.19

ROE ini merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembagian deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham.

Untuk mengukur ROE digunakan rumus:20

ROE = Laba Bersih X 100% ……….

Rumus 2.2

Modal Sendiri

C. Ukuran Bank

Ukuran (size) suatu perusahaan adalah suatu skala, dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi menjadi 3 kategori yang didasarkan kepada total asset perusahaan yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), dan perusahaan kecil (small firm).

Pada perusahaan perbankan, ukuran (size) juga ditentukan dengan cara yang serupa dengan perusahaan pada umumnya. Ukuran bank bisa diukur dengan beberapa cara, yakni:21

1. Total Assets 2. Total Deposits

19 Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan (Yogyakarta : BPFE,1995), h. 36. 20 Erich A Helfert, Teknik Analisis Keuangan (Jakarta : Erlangga, 1997), h. 102

(15)

3. Total Capital

4. Risk Weighted Assets on Total Footing : Risk Weighted Assets

……….Rumus 2.3

Total Footing

5. Total Contingents to total footing : Total Contingents

……….Rumus 2.4

Total Footing

Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolok ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Pada perusahaan perbankan, ukuran aktiva dipakai sebagai wakil pengukur (proxy) besarnya bank. Bank yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa bank tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa bank relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding bank dengan total asset yang kecil.

Faktor ukuran suatu perusahaan yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan merupakan faktor penting dalam pembentukan laba. Perusahaan besar yang dianggap telah mencapai tahap kedewasaan merupakan suatu gambaran bahwa perusahaan tersebut relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasikan laba dibandingkan perusahaan kecil.

(16)

Bagi perusahaan yang stabil biasanya dapat memprediksi jumlah keuntungan di tahun-tahun mendatang karena tingkat kepastian laba sangat tinggi. Sebaliknya bagi perusahaan yang belum mapan, besar kemungkinan laba yang diperoleh juga belum stabil karena kepastian laba lebih rendah. Sementara Chen A Dhei dalam Seniwati Sembiring memberikan alasan bahwa smallfirm lebih berisiko karena mempunyai effisiensi yang rendah, leverage yang tinggi dan berada dalam “marginal firms” dengan probabilitas yang lebih rendah dalam kelangsungan hidupnya. Dengan demikian diperkirakan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan.22

Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari krediturpun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Pada sisi lain, perusahaan dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leveragenya akan lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil.

Aktiva merupakan tolok ukur besaran atau skala suatu perusahaan. Biasanya perusahaan besar mempunyai aktiva yang besar pula nilainya. Secara teoritis perusahaan yang lebih besar mempunyai kepastian (certainty) yang lebih besar daripada perusahaan kecil sehingga akan mengurangi tingkat ketidakpastian

22 Seniwati Sembiring, op.cit., “Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti di Bursa Efek Jakarta”,Tesis Magister Sains Prodi Akuntansi (Sumatera Utara : USU, 2008), h. 17.

(17)

mengenai prospek perusahaan ke depan. Hal tersebut dapat membantu investor memprediksi risiko yang mungkin terjadi jika ia berinvestasi pada perusahaan itu

Menurut Agnes Sawir ukuran suatu perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda: 23

Pertama, ukuran suatu perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses, biaya peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan harga sedemikian rupa agar investor mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi secara signifikan.

Kedua, ukuran suatu perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk hutang, termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil.

Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya, ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur keuangan.

23 Agnes Sawir, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), h.101-102.

(18)

Ukuran suatu perusahaan akan mempengaruhi struktur pendanaan perusahaan begitu juga pada perusahaan perbankan. Hal ini menyebabkan kecenderungan perusahaan memerlukan dana yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Kebutuhan akan pendanaan yang lebih besar memiliki kecenderungan bahwa perusahaan menginginkan pertumbuhan dalam laba.

Ukuran (size) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah total asset yang dimiliki oleh bank, dimana total asset ini dapat dilihat pada total aktiva yang terdapat pada laporan keuangan bank tersebut pada bagian neraca. Ukuran bank diduga mempunyai pengaruh terhadap laba yang diperoleh pada suatu bank, dimana semakin besar ukuran dari suatu bank maka semakin besar pula kemungkinan laba yang diperoleh bank tersebut. Besar kecilnya ukuran suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuannya dalam menanggung risiko yang mungkin timbul akibat berbagai situasi yang dihadapi perusahaan berkaitan dengan operasinya.

Suatu bank yang memiliki total asset yang besar juga menunjukkan bahwa bank tersebut telah mencapai tahap kedewasaan (maturity) atau well established. Secara umum bank yang mempunyai total aktiva yang relatif besar dapat beroperasi dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank yang total aktivanya rendah. Oleh karena itu bank dengan total aktiva yang besar akan lebih mampu untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi.

(19)

D. Leverage

Leverage adalah hutang sumber dana yang digunakan perusahaan untuk membiayai asetnya diluar sumber dana modal atau ekuitas. Untuk mendanai operasional perusahaan yang terus meningkat, kerapkali perusahaan memakai dana pinjaman yang dikenal dengan leverage keuangan. Leverage keuangan adalah penggunaan pembiayaan dengan hutang.24

Rasio leverage adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya. Rasio leverage digunakan untuk menjelaskan penggunaan utang untuk membiayai sebagian daripada aktiva korporasi. 25 Dalam perbankan rasio leverage digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang atau kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank. 26

Pembiayaan dengan hutang mempunyai pengaruh bagi korporasi karena hutang mempunyai beban yang bersifat tetap. Kegagalan korporasi dalam membayar bunga atas hutang dapat menyebabkan kesulitan keuangan yang dapat berakhir dengan kebangkrutan korporasi. Tetapi penggunaan hutang juga memberikan subsidi pajak atas bunga yang dapat menguntungkan pemegang

24 Dewi Astuti, Manajemen Keuangan Perusahaan (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 35. 25 Bambang Riyanto,”Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan ”Edisi empat (Yogyakarta: BPFE, 1995), h. 331.

26 Teguh Pudjo Mulyono, Analisa Laporan Keuangan Untuk Perbankan (Jakarta : Jambatan, 1992), h. 97.

(20)

saham. Oleh karena itu penggunaan hutang harus menyeimbangkan antara keuntungan dan kerugiannya.27

Dalam bisnis perbankan, sebagian besar dana yang ada pada suatu bank berasal dari simpanan masyarakat, baik berupa simpanan giro, tabungan ataupun deposito. Dengan demikian, hanya sebagian kecil saja dana yang berasal dari modal sendiri. Selain memperoleh hutang (kewajiban) dari deposan (penyimpanan dana), pada umumnya bank juga bisa meperoleh pinjaman dari lembaga-lembaga perbankan, baik dalam maupun luar negeri, serta pinjaman dari Bank Indonesia (KLBI, BLBI, dan fasilitas lainnya).

Dengan mengetahui rasio leverage akan dapat dinilai tentang :28 a. Posisi perusahaan terhadap seluruh kewajibannya kepada pihak lain. b. Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap. c. Keseimbangan antara nilai aktiva tetap dengan modal.

Leverage dapat diukur dengan rasio antara lain:29

1. Debt to Total Assets Ratio (DTA)

Rasio ini menunjukkan beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan hutang atau beberapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang. Kreditur lebih menyukai rasio hutang yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham akan

27 Manahan P Tampubolon, Manajemen Keuangan : Finance Mnagement (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 37.

28 Jumingan, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006),h. 227

29 Agnes Sawir, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 13.

(21)

menginginkan leverage yang lebih besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan.

Formulasi dari Debt to Total Asset adalah sebagai berikut:

DTA = Total Hutang X 100%

……….Rumus 2.5

Total Aktiva

2. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini menggambarkan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Debt to Equity Ratio (DER), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh hutang-hutangnnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari dana bank sendiri. Rasio hutang terhadap ekuitas adalah suatu upaya untuk memperlihatkan, dalam format lain, proporsi relatif dari klaim pemberi pinjaman terhadap hak kepemilikan dan digunakan sebagai ukuran peranan hutang.30

Formulasi dari Debt to Equity Ratio adalah sebagai berikut:

DER = Total Hutang X 100% ……….

Rumus 2.6

Modal Sendiri

Bagi sektor perbankan yang sebagian besar operasi usahanya ditopang oleh hutang dari penyimpan (antara lain: tabungan, deposito masyarakat), keberadaan hutang bagi bank dapat menimbulkan masalah keagenan yang cukup serius. Hal ini disebabkan oleh keputusan-keputusan keuangan akan diambil oleh pemilik

(22)

(lewat pihak manajemen yang diangkat oleh pemilik) sedemikian rupa sehingga apabila keputusan tersebut ternyata bekerja dengan baik, maka manfaatnya akan dinikmati oleh seluruh pemilik perusahaan, tetapi bila gagal, pemberi kredit (dalam industri perbankan, para penyimpan) diminta untuk ikut menanggung kerugian tersebut.

Pada rasio leverage ada beberapa rasio yang umum digunakan tetapi penulis untuk mengevaluasi kinerja keuangan akan menggunakan dua rasio yaitu Debt to total Asset Ratio dan Debt to Equity Ratio. Pada bank-bank konvensional, penelitian yang meneliti pengaruh leverage terhadap kinerja keuangan sudah pernah dilakukan, dan menghasilkan kesimpulan bahwa leverage berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja keuangan, sedangkan bagi bank-bank syariah pengaruh tersebut masih harus diteliti lebih lanjut. Hal ini dikarenakan karakteristik bank syariah yang berbeda dengan bank konvensional, dimana bentuk hutang (kewajiban) yang ada tidak didasarkan pada bunga.

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan fenomenologi menggunakan pola pikir subjektivisme yang tidak hanya memandang masalah dari suatu gejala yang tampak, akan tetapi berusaha menggali makna

Jika dibandingkan dengan hasil yang didapatkan pada penelitian ini, senyawa BTEX dalam sampel tanah dimungkinkan berasal dari adsorpsi senyawa BTEX oleh mineral

Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan menggunakan Microsoft Word pada kertas ukuran A4, font Times New Roman ukuran 12, spasi 1,5 dengan batas atas

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena karena berkat dan rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Perangkat

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa penyebab lebih rendahnya riap pohon di hutan rawa dibandingkan di darat adalah bukan karena masalah air, tetapi adalah

karena pelibatan intelijen dalam mekanisme koordinasi antar aktor keamanan berpotensi menempatkan aktor- aktor lain menjadi sub-ordinat. Untuk itu, dibutuhkan pengaturan yang jelas

Setelah dilakukan perbaikan match factor terhadap peralatan coalgetting yang digunakan diperoleh bahwa untuk memenuhi target produksi berdasarkan pengaturan peralatan

Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden berdasarkan usia, indeks masssa tubuh dan masa kerja dengan low back pain dilakukan uji korelasi point