1. Pemerintah Kabupaten Biak Numfor tidak optimal dalam melaksanakan upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Biak Numfor
Pemerintah Kabupaten Biak Numfor tidak optimal dalam melaksanakan upaya penanggulangan kemiskinan, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
- Tim Koordinasi P2KP di tingkat kota/kabupaten secara resmi belum dibentuk (belum ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati),
- Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPKD) belum terbentuk,
- Bupati Kabupaten Biak Numfor tidak mengangkat PJOK di tingkat kecamatan/distrik untuk kelancaran administrasi BLM,
- Strategi Penanggulangan Kemiskinan (SPK) dan Program Penanggulangan Kemiskinan (Pronangkis) Kabupaten Biak Numfor belum dirumuskan,
- Penanggung Jawab Operasional Kegiatan BLM (PJOK-BLM) tidak maksimal dalam melakukan pemantauan proses pelaksanaan P2KP di wilayah kerjanya dan tidak melakukan pengecekan terhadap penggunaan dana yang telah disalurkan kepada BKM/UP maupun KSM dan masyarakat. PJOK juga tidak membuat laporan bulanan pelaksanaan tugas dan
tidak membuat laporan pertanggungjawaban pada akhir masa
jabatannya.
- Kepala kelurahan/ kepala desa di 12
Untuk itu kami sarankan kepada Bupati Kabupaten Biak Numfor untuk membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati, dan selanjutnya melalui tim tersebut ;
1) Membentuk Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPKD) melalui serangkaian kegiatan diskusi kelompok terarah (focus group discussion/FGD) dan rembug kota yang diikuti unsur-unsur Pemerintah Kabupaten,
DPRD,Badan/Dinas/Instansi, Kepala Distrik/Camat, Kelompok Peduli (LSM, swasta, pers, perguruan tinggi, relawan kota, dan para pihak lainnya) dengan difasilitasi oleh KMW dan Pemerintah Kabupaten,
2) Mengangkat Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) di tingkat kecamatan untuk kelancaran administrasi BLM P2KP,
3) Mendorong dan memfasilitasi perumusan Strategi Penanggulangan Kemiskinan (SPK) dan Program Penanggulangan Kemiskinan (Pronangkis) Kabupaten Biak Numfor,
4) Menginstruksikan kepada Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) untuk membuat laporan bulanan pelaksanaan tugas setiap bulan dan menyerahkanya kepada bupati dengan tembusan kepada camat, lurah dan
1) Pendampingan kepada Pemerintah Daerah terutama dinas-dinas terkait (Bupati, Wakil Bupati, Sekretaris Daerah, DPRD, Dinas Pekerjaan Umum, BP3D, BPM) dan stake holder lainnya perihal TKPKD dan TKPP telah berulang kali dilakukan oleh Askot CD Mandiri namun belum berhasil terbentuk TKPKD dan TKPP. Bahkan Tim dari TKPK-RI dari kementrian Kesra tercatat 2 (dua) kali datang ke Biak untuk maksud yang sama. Keterlambatan ini disebabkan karena, antara lain :
o Perbedaan pendapat dan ego sektoral dari berbagai dinas terutama BPM yang juga membentuk TKPKD internal BPM karena di BPM ada PNPM Respek, Dinas PU awalnya akan juga membentuk TKPKD dan TKPP di internal Dinas PU, serta BP3D yang berlum bersikap tegas. o Setelah berhasil mempertemukan
pendapat BPM, Dinas PU, dan BP3D draft SK TKPKD, dan TKPP cukup lama ditanda tangani oleh Bupati 2) Karena SK PJOK cukup lama tidak
keluar/tidak ditanda tangani Bupati, maka setelah berkoordinasi dengan Korkot Papua dan KMW (TA KP), akhirnya PJOK di SK-kan oleh Kepala SNVT PBL Dinas PU Prop Papua atas dasar usulan Pemda (Kadis PU Kab. Biak Numfor) 3) Koordinasi dengan PJOK meskipun
dilaksanakan tetapi PJOK jarang melakukan monitoring di lapangan karena
1) TKPK D dan TKPP telah terbentuk pada tanggal 10 September 2008 dengan SK Bupati Kabupaten Biak Numfor Nomor 119 Tahun 2008. 2) PJOK pada tahun 2007
diangkat berdasarkan Surat Keputusan Kepala SNVT PBL Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Papua Nomor : 01/KPT/SNVT- PBL/PAPUA/PJOK-BIAK/XI/2007 tanggal 29 Nopember 2007. Pada tahun 2008 telah diangkat ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Bupati Biak Numfor Nomor 61 Tahun 2008 tanggal 22 Mei 2008
3) SPKD masih dalam proses pembahasan di TKPKD karena mutlak sebuah sinkronisasi dari berbagai program PNPM Respek yang mencakup
seluruh wilayah kelurahan/desa di Kabupaten Biak Numfor, PNPM P2KP di 12 desa/kelurahan serta program-program dari
kelurahan/desa lokasi sasaran BLM P2KP tidak memfasilitasi proses-proses pemahaman masyarakat mengenai P2KP, tidak memfasilitasi terselenggaranya FGD, rembug warga dan jenis pertemuan lainnya yang melibatkan perangkat desa, masyarakat dan relawan masyarakat,
- Kepala kelurahan/ kepala desa tidak memfasilitasi BKM dan masyarakat agar mampu mencapai kinerja mandiri,
- Kepala kelurahan/ kepala desa tidak membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan P2KP di wilayahnya secara bulanan kepada Camat/Kepala Distrik,
BKM-BKM di wilayah kerjanya, dan
membuat laporan pertanggungjawaban pada akhir masa
jabatannya serta dan menyerahkannya kepada bupati,
5) Menginstruksikan kepada Kepala Kelurahan/Kepala Desa yang wilayahnya menjadi lokasi program P2KP agar memberikan dukungan yang memadai terhadap pelaksanaan P2KP di daerahnya, antara lain dengan memfasilitasi proses pemahaman masyarakat mengenai P2KP, memfasilitasi terselenggaranya FGD, rembug warga dan jenis pertemuan lainnya yang melibatkan perangkat desa, masyarakat dan relawan masyarakat, memfasilitasi BKM dan masyarakat agar mampu mencapai kinerja mandiri,
6) Menginstruksikan kepada kepala kelurahan/kepala desa yang wilayah kerjanya merupakan sasaran P2KP III supaya membuat laporan pelaksanaan P2KP III secara tepat waktu dan
menyampaikannya kepada camat/kepala distrik.
“insentif dan biaya-biaya operasional” PJOK tidak diberikan kepada pejabat yang ditunjuk.
4) Kepala Distrik dan Kepala Desa kurang memfasilitasi PNPM-P2KP dan lebih cenderung memfasilitasi PNPM Mandiri Respek karena terlibat dalam pengelolaan program dan ada alokasi dana operasional untuk mereka.
5) Sebagai Askot CD Mandiri dengan kendala rentang kendali yang sangat jauh dengan Korkot (harus perjalanan menggunakan pesawat), koordinasi dengan Pemda, Swasta, dan kelompok peduli lainnya tetap dilakukan dengan segala keterbatasan yang ada.
dinas atau SKPD.
4) Kepala Distrik dan Kepala Desa di 12 wilayah telah berhasil mendapatkan dana operasional pendamping dari pemda 12 jt/desa/tahun, namun tetap juga belum maksimal memfasilitasi masyarakat dan BKM.
2. Pelaksanaan Program P2KP di Kabupaten Biak Numfor terlambat dari jadwal.
Pelaksanaan program P2KP III sampai dengan saat audit berlangsung (15 Mei 2008) baru mencapai tahapan Pemanfaatan BLM Tahap I yaitu pelaksanaan kegiatan oleh KSM di 12 kelurahan/ desa di wilayah kabupaten Biak Numfor. Hal tersebut sudah tidak sesuai
Terhadap kondisi tersebut, kami menyarankan sebagai berikut:
1) Para Pelaksana P2KP di kabupaten, kecamatan dan desa untuk mentaati Revisi Rencana Pelaksanaan (Master Schedule) Kegiatan P2KP III,
2) Para Pelaksana P2KP di kabupaten, kecamatan dan desa agar cepat
Perihal keterlambatan pelaksanaan pendampingan PNPM P2KP di Kabupaten Biak Numfor lebih disebabkan karena diluar kemampuan Askot CD Mandiri terutama keterlambatan mobilisasi personil ke wilayah sasaran. Askot CD dimobilisasi pada tanggal 28 Mei 2007 dan Tim Faskel dimobilisasi pada tanggal 3 Juni 2008. Askot CD Mandiri
Status terakhir BLM tahap 2 sudah masuk rekening BKM per tanggal 10 Oktober 2008. Keterlambatan kali ini juga diluar kemampuan Askot CD mandiri dan Tim Faskel di Biak.
dengan Rencana Awal Pelaksanaan P2KP di Wilayah Maluku dan Papua (Master Schedule PNPM-P2KP Untuk KMW 14 – 15) yang direncanakan pada periode 17 April s.d. 8 Mei 2008 sudah pada tahapan Pemanfaatan BLM Tahap III yaitu Penyaluran dana BLM tahap-3 ke KSM / Panitia dan pelaksanaan kegiatan oleh KSM/panitia untuk pemanfaatan BLM tahap III.
Dari hasil audit secara sampel pada 7 kelurahan/desa teridentifikasi bahwa penyebab/ kendala yang ada adalah sebagai berikut:
1) Terlambatnya mobilisasi personil KMW dan fasilitator kelurahan yang menurut rencana, mulai dimobilisasi pada 1 Mei 2007, namun baru dilaksanakan tanggal 3 Juli 2007. 2) Kurang optimalnya dukungan dari pihak
Pemerintah Kabupaten Biak Numfor baik di tingkat kabupaten, kecamatan maupun kelurahan/ desa dalam pelaksanaan program P2KP, yang antara lain ditandai dengan belum terbentuknya Tim Koordinasi P2KP Tingkat Kabupaten dan belum terbentuknya KPKD Kabupaten Biak Numfor,
3) Kurang efektifnya monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan, baik oleh SKS P2KP Pusat, Tim Koordinasi P2KP Provinsi Papua, Pihak Kabupaten, KMP dan KMW, 4) Tidak lancarnya pembayaran gaji dan biaya
operasional untuk Askorkot dan Faskel yang berdampak besar terhadap kinerja Askorkot dan Faskel, misalnya pembayaran gaji Askorkot dan Faskel dan BOP Faskel
merespon mengenai permasalahan yang ada di kabupaten, kecamatan dan kelurahan/desa sehingga Rencana Pelaksanaan Kegiatan P2KP III dapat berjalan lancar dan sesuai jadwal.
3) SKS P2KP Pusat, Tim Koordinasi P2KP Provinsi Papua, Tingkat Kabupaten, KMP dan KMW agar
mengambil langkah-langkah percepatan dan tindak lanjut yang
tepat berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan di lapangan demi lancarnya pelaksanaan kegiatan P2KP III dan sebagai upaya mengurangi deviasi antara rencana dan realisasi.
4) Kepada Bupati Kabupaten Biak Numfor melalui Ketua Tim Koordinasi P2KP III Kabupaten Biak Numfor agar menginformasikan secara tertulis kepada Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) Penataan Bangunan dan Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua supaya melakukan pembayaran gaji dan BOP Askorkot dan Faskel secara tepat waktu (tidak terlambat),
dan Tim Faskel dimobilisasi dari Jayapura.
Percepatan dalam pelaksanaan pendampingan telah dilaksanakan sepanjang masih dalam kapasitas dan kewenangan Askot CD Mandiri serta terjaganya substansi pendampingan, namun banyak yang diluar kemampuan Askot CD Mandiri dan Tim Faskel misalnya pelaksanaan Pelatihan/Coaching di setiap awal siklus yang menunggu kepastian pemandu dan approval dari KMW yang ada di Jayapura, keterlambatan pembayaran gaji, bop faskel
bulan Januari, Februari dan Maret 2008 (3 bulan) baru dibayarkan pada bulan April 2008 oleh Satker SNVT Penataan Bangunan dan Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua.
3. Kekurangan Volume pekerjaan pada pembangunan sarana dan prasarana lingkungan sebesar Rp 11.175.000,00
Dari hasil audit terhadap kegiatan pembangunan sarana dan prasarana lingkungan dijumpai kekurangan volume pekerjaan, yaitu pada:
- Pembuatan Bak penampung air bersih (hidran umum) dan pengadaan pompa air oleh KSM Pandurama RT 07 Kelurahan Saramom, Distrik Biak Kota dengan nilai BLM P2KP Rp 4.525.000,00 belum dikerjakan.
- Pembuatan jalan setapak (cor karang) oleh KSM Keris Papua RT 13 RW VI Kelurahan Fandoi dengan nilai BLM Rp 7.500.000,00, pekerjaan baru selesai 70%, kurang volume sepanjang 54 m senilai Rp 2.250.000,00.
- Perbaikan parit/ selokan oleh KSM Oridek RT 02 RW I Kelurahan Waupnor dengan nilai BLM Rp 5.500.000 yang seharusnya panjang parit/selokan 125 m, hanya dikerjakan 25 m, sehingga kekurangan volume pekerjaan 100 m senilai Rp 4.400.000,00.
Dana untuk kegiatan-kegiatan tersebut seluruhnya sudah dibayarkan dari BKM kepada masing-masing KSM/panitia, namun
Kami sarankan kepada Bupati Kabupaten Biak Numfor melalui Tim Koordinasi P2KP Kabupaten Biak Numfor untuk:
1) Memerintahkan KSM segera mempertanggungjawabkan volume pekerjaan yang kurang dengan cara menyelesaikan pekerjaan tersebut, 2) Memerintahkan Pelaksana Teknis
Kegiatan/Pejabat Pembuat Komitmen P2KP Kabupaten Biak Numfor dan Konsultan Pendamping P2KP Kabupaten Biak Numfor memantau penyelesaian pekerjaan yang volumenya kurang dikerjakan tersebut.
1) Pada KSM Pandurama dengan kegiatan Pembuatan Bak penampung air bersih (hidran umum) dan pengadaan pompa air di RT 07 Kelurahan Saramom, Distrik Biak Kota dengan nilai BLM P2KP Rp 4.525.000,00, pada saat audit BPKP (15 Mei 2008) memang belum selesai pelaksanaan meskipun sudah dilakukan pencairan dana dari BKM ke KSM pada tanggal 10 April 2008, pada saat itu baru kagiatan pembelanjaan material. Rekomendasi BPKP sudah kami laksanakan dan status sudah mulai dikerjakan kekurangan pekerjaan KSM Pandurama pada tanggal 9 September 2008.
2) Pada KSM Keris Papua dengan kegiatan Pembuatan jalan setapak (cor karang) di RT. 13 RW VI Kelurahan Fandoi dengan nilai BLM Rp 7.500.000,00, kekurangan pekerjaan disebabkan oleh karena :
o Pembelian material (pasir laut) sebanyak 3 rit terjadi pembengkakan biaya karena KSM tidak membeli material di toko yang telah disepakati, tetapi diluar sepengetahuan Faskel Teknik membeli di family Ketua KSM di pulau seberang dan harus diangkut menggunakan perahu yang
1) KSM Pandurama sudah selesai pengerjaan. 2) KSM Keris Papua : Jika
dibandingkan volume jalan cor karang, panjang memang berkurang dari rencana 102 m menjadi 58 m, tetapi lebar jalan relatif bertambah dari rencana 1 m menjadi rata-rata 1, 5 m, sementara ketebalan tetap 10 cm. Jadi jika
dihitung secara berdasarkan volume kekurangan volume pekerjaaan jalan cor karang tidak sebesar temuan BPKP.
pekerjaan fisik berupa pembangunan fasilitas umum belum dilaksanakan/ kurang dilaksanakan.
menyebabkan pembengkakan biaya. o Komitmen swadaya masyarakat tidak
optimal ketika pelaksanaan pekerjaan. 3) Pada KSM Oridek dengan kegiatan
Pembersihan dan Perbaikan parit/ selokan oleh di RT 02 RW I Kelurahan Waupnor dengan nilai BLM Rp 5.500.000, yang masuk kategori perbaikan (tambal sulam) setelah dihitung sepanjang 25 m, tetapi ada pekerjaan pembersihan parit sepanjang 125 meter sehingga mengakibatkan biaya tenaga kerja membengkak disebabkan oleh swadaya masyarakat dalam bentuk tenaga kerja kurang maksimal. Rekomendasi dari BPKP sudah ditindaklanjuti dengan pertemuan warga menghasilkan kesepakatanuntuk mengadukan Ketua KSM a.n. Eko Sada beralamat di RT. 02 RW I Kelurahan Waupnor ke Polisi dengan alasan ybs juga masuk dalam DPO Kepolisian karena kasus hukum yang lain. Status ybs sampai sekarang belum diketahui keberadaannya
4. Terdapat kegiatan yang belum direalisasikan
Sampai dengan saat pemeriksaan di lapangan (tanggal 15 Mei 2008) terdapat beberapa kegiatan/pekerjaan yang belum dilaksanakan oleh KSM (prestasi kemajuan pekerjaan masih 0%), dengan anggaran biaya sebesar Rp 28.725.000,00 yaitu:
- Pembuatan Bak Penampungan Air Bersih oleh KSM Mansapur RT 14 RW VI Kelurahan Fandoi dengan dana BLM
Kami sarankan kepada Bupati Kabupaten Biak Numfor melalui Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah/ Tim Koordinasi P2KP Kabupaten Biak Numfor untuk:
1) Memerintahkan BKM dan KSM segera melaksanakan pekerjaan/ kegiatan yang belum dilaksanakan,
2) Memerintahkan Konsultan Pendamping P2KP kabupaten Biak Numfor (Askorkot dan Faskel) untuk
Kegiatan-kegiatan yang belum dilaksanakan pada saat BPKP melakukan audit (15 Mei 2008) sudah ditindak lanjuti sebagai berikut : 1) Pada KSM Mansapur dengan Kegiatan
Pembuatan Bak Penampungan Air Bersih di RT 14 RW VI Kelurahan Fandoi dengan dana BLM senilai Rp 7.500.000,00 pencairan dana dari BKM ke KSM tanggal 2 Juni 2008, pelaksanaan kegiatan 3-6 Juni 2008
1) Pada KSM Mansapur kegiatan telah selesai dilaksanakan.
2) Pada KSM Ekor Tuna kegiatan telah selesai dilaksanakan.
3) Pada KSM Melati kegiatan telah selesai dilaksanakan.
4) Pada KSM Fyaduru kegiatan telah selesai
senilai Rp 7.500.000,00 belum dilaksanakan karena belum ada proposal usulan kegiatan KSM,
- Pelatihan Pengolahan Hasil Laut bagi para nelayan oleh KSM Ekor Tuna Kelurahan Fandoi Distrik Biak Kota senilai Rp 3.000.000,00 belum dilaksanakan karena belum ada proposal usulan kegiatan dari KSM,
- Pelatihan Perkoperasian dan Manajemen Usaha Kecil oleh KSM Melati Kelurahan Fandoi Distrik Biak Kota senilai Rp 3.000.000,00 belum dilaksanakan,
- Santunan pendidikan tahap I bagi anak-anak yang orang tuanya tidak mampu oleh KSM Fyaduru Kelurahan Saramom nilai BLM Rp 6.300.000,00 belum dilaksanakan, - Santunan beasiswa tahap I oleh KSM
Fajuru, Desa Insrom nilai BLM Rp 8.925.000,00 belum dilaksanakan sama sekali.
melakukan fasilitasi, pendampingan dan pengawasan/ pemantauan pelaksanaan pekerjaan yang belum dilaksanakan tersebut.
2) Pada KSM Ekor Tuna Kelurahan Fandoi dengan kegiatan Pelatihan Pengolahan Hasil Laut bagi para nelayan senilai Rp 3.000.000,00, dana dicairkan dari BKM ke KSM 8 Mei 2008 dan pelaksanaan kegiatan tanggal 19 Mei 2008
3) Pada KSM Melati Kelurahan Fandoi dengan kegiatan Pelatihan Perkoperasian dan Manajemen Usaha Kecil senilai Rp 3.000.000,00, dana dicairkan dari BKM ke KSM 2 Juni 2008 dan pelaksanaan kegiatan tanggal 3 Juni 2008
4) Pada KSM Fyaduru Kelurahan Saramom dengan kegiatan Santunan pendidikan tahap I bagi anak-anak yang orang tuanya tidak mampu senilai Rp 6.300.000,00, dana dari BKM ke KSM dicairkan pada tanggal 10 April 2008, tetapi ketika BPKP melakukan audit dana baru dibelanjakan sebesar Rp. 3.225.000,- dalam bentuk seragam sekolah SD, buku tulis dan alat-alat tulis, Tas sekolah, dan sepatu untuk 18 siswa penerima santunan, sedangkan dana yang senilai Rp. 3.075.000 belum direalisasikan, dan diketahui dialihkan untuk pengadaan seragam gerak jalan bagi Ibu-Ibu PKK Kelurahan Saramom pada tanggal 16 Agustus 2008 oleh oknum Ketua KSM sepengetahun Koordinator BKM. Perubahan ini tanpa sepengetahuan Tim Fasilitator dan baru diketahui setelah Askot CD Mandiri dan Tim Fasilitataor melakukan
langkah-dilaksanakan, meskipun akhirnya disepakati terjadi pengalihan kegiatan dari sebagian dana yang dialokasikan. 5) Pada KSM Fajuru
kegiatan telah selesai dilaksanakan
langkah agar dana yang sudah dicairkan oleh BKM ke KSM tersebut segera merealisasikan kegiatannya. Setelah terjadi pertemuan di masyarakat akhirnya disepakati alokasi dana untuk KSM ini disetujui menjadi 2 kegiatan yaitu senilai Rp. 3.225.000 dialokasikan untuk santunan pendidikan kepada 18 siswa dari keluarga kurang mampu dan Rp. 3.075.000 dialokasikan pada pengadaan seragam gerak jalan bagi ibu-ibu PKK di Kelurahan Saramom. Hasil pertemuan ini sepengetahuan oleh BKM, KSM ybs, dan juga Lurah Saramom.
5) Pada KSM Fajuru Desa Insrom dengan kegiatan Santunan beasiswa tahap I senilai Rp 8.925.000,00 dana dicairkan pada tanggal 30 April 2008 dan kegiatan dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2008 5. Pelaksanaan Pekerjaan tidak sesuai jadwal.
Dari hasil audit terhadap pelaksanaan pekerjaan/ kegiatan yang dananya berasal dari Dana BLM P2KP Tahap I, dijumpai beberapa kegiatan/pekerjaan yang belum selesai dilaksanakan dan hasilnya belum dapat di manfaatkan oleh warga/masyarakat, yaitu: - Pembuatan bak penampungan air bersih
(beton bertulang) oleh KSM Siloam RT 01 RW I Kelurahan Fandoi dengan nilai BLM Rp 7.500.000,00 (pekerjaan yang belum dilaksanakan: pemasangan kran air dan pembuatan atap/penutup bak air),
- Santunan bea siswa untuk anak-anak sekolah oleh KSM Tut Wuri Handayani
Kami sarankan kepada Bupati Kabupaten Biak Numfor melalui Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah/ Tim Koordinasi P2KP Kab. Biak Numfor untuk:
1) Memerintahkan KSM segera menyelesaikan pekerjaan/ kegiatan yang belum selesai, dan segera memanfaatkan hasil kegiatan P2KP, 2) Memerintahkan Konsultan
Pendamping P2KP kabupaten Biak Numfor (Askorkot dan Fasilitator Kelurahan) untuk melakukan fasilitasi,
pendampingan dan pengawasan/pemantauan
pelaksanaan pekerjaan yang belum
Kondisi/Temuan Pelaksanaan Pekerjaan tidak sesuai jadwal ini karena memang telah menjadi strategi pendampingan Tim Fasilitataor yang memberikan rekomendassii pencairan dana dari BKM dan KSM yang lebih dari Rp. 10 jt dilaksakan bertahap/termin, dan rekomendasi pencairan termin tahap selanjutnya diberikan setelah dana yang dicairkan pada termin sebelumnya telah direalisasikan dan dipertanggungjawabkan.
Rincian penjelasan per KSM berdasarkan temuan BPKP dapat dijelaskan sebagai berikut :
Keterlabatan Pelaksanaan Pekerjaan lebih dikarenakan strategi pendampinganTim Faskel yang melaksanakan percairan bertahap dengan evaluasi pelaksanaan dan pertangggungjawaban
pencairan tahap sebelumnya. Dan statusnya
sekarang semua KSM yang ada dalam temuan no. 5 ini
telah selesai dikerjakan/dilaksanakan.
Kelurahan Fandoi dengan nilai BLM Rp 11.000.000,00 baru direalisasikan Rp 5.500.000,00 atau 50%,
- Pembuatan bak pelindung mata air (selobar), pemasangan pompa air, pembuatan bak penampung air bersih (beton bertulang) dan pemasangan pipa distribusi oleh KSM Mambesor RT 02 Desa Insrom, Distrik Biak Kota dengan nilai BLM Rp 18.525.000,00 pelaksanaan pekerjaan baru dibayarkan sebesar Rp 9.000.000,00 dan prestasi kemajuan pekerjaan baru mencapai 48,58%
- Pembuatan sumur umum (sumur gali), pemasangan pompa air, pembuatan bak penampung air bersih (beton bertulang) dan pemasangan pipa distribusi oleh KSM Kasumasa RT 01 Desa Insrom dengan nilai BLM Rp 15.475.000,00 pelaksanaan pekerjaan baru dibayarkan sebesar Rp 8.000.000,00 dan prestasi kemajuan pekerjaan baru mencapai 51,70%,
- Pembuatan dan pemasangan bak penampung air bersih oleh KSM Manisu RT 05 RW I Kelurahan Sorido, Distrik Biak Kota dengan nilai BLM Rp 5.000.000,00 belum bisa dimanfaatkan (pipa air patah, belum diperbaiki).
selesai dilaksanakan. 1) Pada KSM Siloam RT 01 RW I Kelurahan Fandoi dengan kegiatan Pembuatan bak penampungan air bersih (beton bertulang) senilai Rp 7.500.000,00 telah selesai dilaksanakan.
2) Pada KSM Tut Wuri Handayani Kelurahan Fandoi dengan kegiatan Santunan bea siswa untuk anak-anak sekolah yang pada saat audit BPKP baru dicairkan Rp. 5.500.000 adalah pencairan termin pertama, dan selesai pencairan termin kedua sebesar Rp. 5.500.000 pada tanggal 25 Mei 2008 3) Pada KSM Mambesor RT 02 Desa
Insrom, Distrik Biak Kota dengan kegiatan Pembuatan bak pelindung mata air (selobar), pemasangan pompa air, pembuatan bak penampung air bersih (beton bertulang) dan pemasangan pipa distribusi senilai Rp 18.525.000,00, pada saat audit BPKP memang baru dicairkan Rp. 9 juta adalah pencairan termin pertama, dan telah selesai dilakssanakan pencairan termin ke 2 dan 3 dan sekarang telah selesai dilaksanakan.
4) Pada KSM Kasumasa RT 01 Desa Insrom, Distrik Biak Kota dengan kegiatan Pembuatan sumur umum (sumur gali), pemasangan pompa air, pembuatan bak penampung air bersih (beton bertulang) dan pemasangan pipa distribusi senilai Rp 15.475.000,00 pada saat audit BPKP memang baru dicairkan
Rp. 8 juta adalah pencairan termin pertama, dan telah selesai dilakssanakan pencairan termin ke 2 dan 3 dan sekarang telah selesai dilaksanakan.
5) Pada KSM Manisu Manisu RT 05 RW I Kelurahan Sorido, Distrik Biak Kota dengan kegiatan Pembuatan dan pemasangan bak penampung air bersih senilai Rp 5.000.000,00 pada saat audit BPKP sebenarnya kegiatan telah selesai sejak tanggal 7 Maret 2008 dan hidran umum tersebut telah beroperasi selama 2 bulan dan terjadi kerusakan pipa pengeluaran dan kran patah, dan pada saat itu belum diperbaiki. Namun sekarang ini organisasi O dan M yang dibentuk telah memperbaiki kerusakan tersebut sehingga sekarang telah dapat dipergunakan lagi oleh warga masyarakat.
6. Pengeluaran belum didukung dengan bukti-bukti kwitansi.
Terdapat pengeluaran-pengeluaran (belanja) yang dilakukan oleh KSM pada 7 kelurahan/desa belum disertai dengan bukti-bukti (kwitansi) pembelian yang lengkap dan sah. Pengeluaran-pengeluaran tersebut belum dipertanggungjawabkan oleh KSM kepada BKM.
Kami sarankan kepada Bupati Kabupaten Biak Numfor melalui Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah/ Tim Koordinasi P2KP Kab. Biak Numfor untuk: 1) Memerintahkan kepada Penanggung
Jawab Oprasional Kegiatan (PJOK) dan BKM segera meminta pertanggungjawaban penggunaan dana oleh KSM dengan disertai bukti-bukti pengeluaran secara lengkap dan sah,
2) Memerintahkan Konsultan Pendamping P2KP Kabupaten Biak Numfor (Askorkot dan Fasilitator
Ada beberapa pengeluaran KSM yang belum disertai dengan bukti-bukti (kwitansi) pembelian yang lengkap dan sah terbatas pada belanja jasa (misalnya : sewa ojek, transportasi taksi kota oleh KSM).
Rekomendasi dari temuan BPKP sudah ditindak lanjuti oleh Askot CD Mandiri dan Tim Faskel dengan terus menerus melakukan fasilitasi, pelatihan, pendampingan dan pengawasan terhadap pertanggungjawaban pengeluaran. Hal ini juga dilakukan dengan sabar sebagai membiasakan kebiasaan yang baru bagi
Sudah ada perbaikan dan peningkatan kelangkapan bukti-bukti (kwitansi) pembelian atau pengeluaran yang sah meskipun harus diakui belum sempurna 100 %.
Kelurahan) untuk melakukan fasilitasi, pelatihan, pendampingan dan
pengawasan terhadap pertanggungjawaban pengeluaran.
masyarakat yang belum terbiasa dengan mengadministrasikan pengeluaran
7. Lokasi/lahan tempat pembangunan sarana dan prasarana lingkungan belum didukung dengan surat keterangan hibah.
Terdapat lahan/lokasi pembangunan bak penampungan air bersih, sumur umum dan MCK umum pada 7 kelurahan/desa sasaran P2KP III belum didukung dengan Surat Keterangan Hibah. Kesediaan pemilik lahan untuk menghibahkan tanah tersebut tidak diikat dengan Surat Keterangan Hibah.
Atas permasalahan tersebut kami sarankan agar lokasi/lahan tempat pembangunan sarana dan prasarana lingkungan didukung dengan Surat Keterangan Hibah dari pemilik lahan/ lokasi.
Di setiap perencanaan (proposal) kegiatan infrastruktur telah dilengkapi dengan Surat Pernyataan Hibah dari pemilik tanah bermeterai Rp 6000.
Namun meskipun surat pernyataan hibah ini sudah ditanda tangani ada kecenderungan bahwa pemilik lahan akan lebih dominan dalam pemanfaatannya.