• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi. Lokasi penelitian ini di Kelompok Wanita Tani (KWT) P4S (Pusat Pelatihan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi. Lokasi penelitian ini di Kelompok Wanita Tani (KWT) P4S (Pusat Pelatihan"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Wilayah Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di Kelompok Wanita Tani (KWT) P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan) Nusa Indah berada di Desa Sukamantri, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Berada pada ketinggian 700 mdpl, dengan suhu berkisar 25°C - 32°C, curah hujan 500 mm/th.

Aksesibilitas kecamatan ini terhadap ibukota kabupaten sejauh 40 km, dengan ibu kota Provinsi Jawa Barat sejauh 120 km dan dengan ibukota negara RI sejauh 96 km. Luas wilayah Kecamatan Tamansari ini adalah 30.956,95 ha. Komposisi lahan wilayah ini terdapat pada diagram lingkaran Gambar 7.

Tanah saw ah Tegalan Perkebunan negara Perkebunan rakyat Lap OR Rekreasi Kuburan Saw ah Bengkok Tanah kering bengkok

Gambar 7. Diagram Lingkaran Komposisi Wilayah Kecamatan Tamansari Tahun 2005.

Kecamatan Tamansari berbatasan dengan wilayah lain di sekitarnya, yaitu: Utara : Kecamatan Ciomas

Timur : Kecamatan Cijeruk Selatan : Kabupaten Sukabumi Barat : Kecamatan Dramaga

(2)

Kondisi Sosial-Ekonomi

Jumlah penduduk Kecamatan Tamansari adalah 78.261 jiwa dengan penduduk laki-laki 39.457 jiwa dan penduduk wanita 38.804 jiwa, dengan 17.999 KK. Pengelompokan penduduk berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Usia Th 2005 No. Kelompok Usia Jumlah Penduduk

(orang) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 0-4 tahun 5-9 tahun 11-14 tahun 15-19 tahun 20-24 tahun 25-29 tahun 30-34 tahun 35-39 tahun 40 tahun ke atas 6.439 6.841 6.956 6.276 6.654 5.808 5.108 4.752 4.323

Sumber: Demografi Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, 2005. Dari tabel di atas terlihat bahwa porsi terbesar ada pada usia muda (di bawah 20 tahun), seperti dalam grafik pada Gambar 8.

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 0-4 th 5-9 th 11-14 th 15-19 th 20-24 th 25-29 th 30-34 th 35-39 th 40 th up Kelompok usia

Gambar 8. Grafik Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia.

(3)

Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk

(orang) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Belum sekolah Tidak tamat sekolah Tamat SD/sederajat Tamat SLTP/ sederajat Tamat SLTA/ sederajat Tamat Akademi/sederajat Tamat PT/sederajat Buta Huruf 442 266 24322 6943 6870 0 0 1973 Sumber: Demografi Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, 2005. Jumlah penduduk paling banyak ada pada tamatan SD/sederajat, tidak ada penduduk Kecamatan Tamansari yang tamat akademi atau perguruan tinggi, sampai tahun 2005 bulan Desember.

Lokasi P4S Tamansari Kabupaten Bogor

Penelitian ini dilakukan pada Kelompok Wanita Tani (KWT) dengan lembaga yang menaunginya yaitu Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. P4S Nusa Indah awalnya adalah kelompok tani yang berkumpul dan mendirikan Kelompok Wanita Tani (KWT) Nusa Indah. KWT Nusa Indah berdiri pada tahun 1996 kemudian berubah menjadi P4S Nusa Indah pada tahun 2002, yang diketuai oleh Ibu Cucu Komalasari dengan anggota berjumlah 20 orang. P4S mempunyai beberapa unit usaha, seperti ada pada Tabel 5.

P4S adalah lembaga yang dibentuk oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan di tingkat Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota, dimana fungsinya adalah untuk mengkoordinir petani dalam suatu kelompok dengan kegiatan yang terintegrasi dengan bimbingan program dari pemerintah setempat. Di Kabupaten Bogor ada 4

(4)

P4S unggulan yaitu P4S Nusa Indah Tamansari, P4S Kaliwung Kalimuncar Cisarua, P4S Melati Rancabungur dan P4S Karya Mekar di Cengal.

Tabel 5. Unit Usaha di P4S Nusa Indah Tamansari, Bogor Tahun 2002.

No Unit Usaha Jumlah Anggota

1 2 3 4 5

Jamur Tiram Putih Tanaman Hias

Poh-pohan (Tanaman Obat) Tanaman Keras Ikan Lele 20 40 80 50 20 Total 210

Dalam tubuh P4S memiliki pengurus yang cukup sederhana namun mencakup seluruh kegiatan yang ada di dalam P4S. Susunan Pengurus P4S Nusa Indah Tamansari adalah seperti pada Gambar 9.

Penasehat/UPTD Ir. Awal Kusumah MSc

Pembina Camat dan Dinas Terkait

Pengelola Cucu Komalasari Sekretaris Hayya Amalia Andi Bendahara Mustofa Seksi SDM Herie Hermawan Nasarudin Umam Mansur Sutisna Yuyun Seksi Teknologi Ibu Mimin Nurkim M. Yusuf Idam Nanang Seksi Produksi Saepuloh.A Siti Maryam Wulan Herman Seksi Pemasaran Andri M.H Adang Suryadi

Gambar 9. Susunan Pengurus Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.

(5)

Analisis Finansial Biaya

Biaya-biaya yang dibutuhkan dalam usaha tani meliputi biaya awal/ modal awal, proses produksi dan pemeliharaan. Modal awal merupakan biaya pembangunan kumbung dan sewa lahan, proses produksi meliputi pembelian bahan-bahan produksi, upah pekerja dan BBM. Pemeliharaan meliputi gaji pegawai dan listrik, rincian biaya tahunan dapat dilihat pada Lampiran 2.

Analisis finansial dari dua komunitas tersebut menunjukkan nilai positif. Komponen biaya dari kedua komunitas dengan mencari rata-rata dari dua respondennya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Biaya Produksi Jamur Tiram Putih.

Lokasi Biaya Produksi rata-rata/Baglo g Jumlah Produksi rata-rata/Th (Baglog/T h) Persentase Jumlah Produksi (%) Biaya Produksi rata-rata/Th Persentase Biaya Produksi (%) P4S Rp. 402,5 20.750 24 Rp. 8.351.875 30 Kertawang i Rp. 313,5 64.300 76 Rp. 20.158.050 70 Total 85.050 100 Rp. 28.509.925 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa biaya produksi per tahun di P4S lebih tinggi dibandingkan Kertawangi tetapi rata-rata produksi per tahun lebih tinggi Kertawangi dibandingkan P4S, sehingga biaya produksi per baglog lebih tinggi P4S daripada Kertawangi. Beberapa informasi yang bisa diambil dari keterangan di atas adalah:

(6)

1. Bahwa produktifitas di Komunitas Kertawangi lebih tinggi 52% dibandingkan komunitas P4S, hal ini karena pada Kertawangi pengelolaannya lebih profesional dan terintegrasi sehingga proses produksi berjalan secara terus menerus, sedangkan di P4S pengelolaannya lebih pada proyek dan individual, sehingga proses produksinya mengalami fluktuasi.

2. Bahwa dengan usaha yang terpadu dalam satu komunitas (dalam hal ini adalah Kertawangi) dapat menekan biaya produksi sebesar 40%.

Dari data di atas dapat diambil unsur kekuatan, kelemahan dan peluang dari komunitas Kertawangi dan munculnya kelemahan dan ancaman dari komunitas P4S. Pertama komunitas Kertawangi:

1. Kekuatan, adalah:

a. Pengelolaan yang profesional, dimana distribusi pekerjaan (job distribution) diberikan kepada orang tertentu sehingga pertanggungjawabannya jelas, bukan pembagian pekerjaan yang tidak jelas kepada siapa dan bertanggungjawab kepada siapa.

b. Biaya produksi yang dapat ditekan dengan pembelian bahan baku secara kolektif. c. Biaya produksi yang rendah memungkinkan harga jual jamur segar yang rendah

juga, sehingga hal ini akan menjadi kekuatan persaingan harga pasar. 2. Kelemahan:

Biaya produksi rendah yang memungkinkan harga jual yang rendah juga dapat menjadi kelemahan bagi petani yaitu pendapatan per kilogram yang rendah juga. Namun hal ini bisa diatasi dengan jumlah produksi yang tinggi.

(7)

a. Biaya produksi yang rendah akan memberi kemampuan kepada petani untuk semakin meningkatkan kuantitas produksi, sehingga hal ini akan membuka peluang terpenuhinya kebutuhan pasar.

b. Biaya produksi yang rendah juga memberi peluang bagi petani lain yang berada di dalam komunitas tersebut untuk mengembangkan usahanya, sedangkan untuk petani yang berada di luar komunitas tersebut dapat bekerja sama dengan membeli baglog yang diproduksi oleh komunitas Kertawangi.

Komunitas P4S memiliki biaya produksi lebih tinggi, oleh karenanya muncul kelemahan, peluang dan ancaman, yaitu:

1. Kelemahan:

a. Biaya yang tinggi akan memungkinkan rendahnya pendapatan bersih (bisa dilihat pada sub bab analisis pendapatan).

b. Biaya yang tinggi disebabkan oleh mahalnya pembelian bahan baku, karena dilakukan oleh perorangan dan oleh karena produktifitas yang rendah. 2. Peluang:

a. Biaya yang tinggi membuka peluang untuk peningkatan teknologi dengan biaya yang lebih murah.

b. Biaya yang tinggi juga membuka peluang untuk menjual jamur segar dengan harga tinggi, tetapi hal ini akan menimbulkan ancaman lain (dapat dilihat pada elemen ancaman).

3. Ancaman.

a. Biaya tinggi dapat menyebabkan proses produksi terhenti.

b. Biaya tinggi yang menyebabkan harga jual jamur segar yang tinggi akan menyebabkan daya saing yang lemah di pasar.

(8)

c. Biaya produksi yang tinggi juga menyebabkan terhambatnya kerjasama dengan petani dari luar komunitas karena harga jual baglog yang tinggi.

d. Biaya produksi yang tinggi diakibatkan meningkatnya harga BBM yang merupakan komponen biaya tertinggi. Oleh karena itu kondisi ekonomi makro juga bisa menjadi ancaman jika tidak kondusif.

Pendapatan

Penerimaan yang dihitung disini meliputi penjualan jamur segar, kecuali pada ketua P4S memiliki penerimaan dari penjualan baglog dan fee pelatihan jamur (Lampiran 3).

Panen jamur tiram putih memiliki siklus kurva yang menyerupai sebaran normal, artinya pada awal masa panen hasilnya kecil semakin lama semakin besar dan setelah melewati waktu dua bulan jumlah produksi akan menurun kembali, hal ini bisa dilihat pada Gambar 10.

1 2 3 4

Gambar 10. Siklus Panen Jamur Segar Tiram Putih (Fakultas Pertanian, UNWIM, Bulan

2002).

Produksi jamur tiram putih sangat tergantung dengan siklus produksi seperti di atas dan iklim, sehingga pada bulan-bulan basah hasil produksi meningkat sedang

(9)

pada bulan-bulan kering produksi akan menurun. Penerimaan pendapatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penerimaan Pendapatan Petani Jamur Tiram Putih Per Tahun (Juni 2005 – Mei 2006)

Pendapatan Petani Jamur/Th (Rp.) No Bulan, tahun P4S Kertawangi 1 Juni 2005 900.000 2.060.400 2 Juli 2005 1.106.250 5.770.975 3 Agustus 2005 2.124.250 4.133.250 4 Sept 2005 2.635.250 3.997.200 5 Okt 2005 3.593.070 11.114.000 6 Nov 2005 3.916.660 11.867.125 7 Des 2005 4.071.500 11.044.400 8 Jan 2006 3.680.400 10.453.750 9 Febr 2006 1.728.450 7.103.750 10 Maret 2006 728.250 3.089.000 11 April 2006 1.519.500 3.220.200 12 Mei 2006 1.599.125 1.726.250 Total 27.602.705 75.580.300 Total 2 Komunitas 103.183.005 Persentase Pendapatan (%) 27 73

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Kertawangi memiliki nilai pendapatan rata-rata per tahun lebih tinggi dibandingkan P4S, selisihnya adalah sebesar (73-27) = 45% dari nilai pendapatan total kedua komunitas tersebut. Hal ini disebabkan oleh: 1) orientasi usaha tani P4S bukan hanya mendapatkan hasil yang tinggi tetapi orientasinya lebih kepada pembelajaran, 2) unit usaha yang dikelola oleh P4S bukan hanya jamur tiram putih, sehingga pengawasan dan koordinasi dari ketua P4S kurang, 3) berkurangnya anggota P4S di unit usaha jamur tiram putih karena meningkatnya biaya produksi sehingga banyak anggota yang berhenti, 4) tidak berada dalam satu tempat sehingga tidak terjadi mekanisme kelompok.

(10)

Analisis pendapatan tersebut di atas, pada P4S memunculkan faktor-faktor yang mempengaruhi dan dipengaruhi yang berupa kekuatan, kelemahan dan peluang, yaitu:

1. Kekuatan:

Pendapatan komunitas P4S sepenuhnya menjadi hak milik petani tanpa ada pembagian hasil dengan pihak pemodal.

2. Kelemahan:

a. Pendapatan (reward) merupakan salah satu penyebab berjalannya suatu kerjasama antara principal dan agent, tetapi jika ini tidak diperoleh akan mengurangi motivasi berusaha.

b. Rendahnya pendapatan karena rendahnya produktifitas, hal ini disebabkan oleh produksi P4S bersifat fluktuatif, tergantung kebutuhan pelatihan. c. Orientasi P4S yang hanya mengedepankan pembelajaran sehingga

mengurangi visi untuk berusaha.

d. Lembaga P4S Nusa Indah memiliki 5 unit usaha, sehingga konsentrasi pengurus P4S tidak fokus pada unit usaha jamur tiram putih.

3. Peluang:

a. P4S adalah lembaga swadaya masyarakat yang dibina oleh pemerintah, sehingga hal ini menjadi peluang bagi P4S untuk dapat mengakses program pemerintah dengan lebih baik.

b. Lembaga ini merupakan lembaga pelatihan berbasis pertanian pedesaan, sedangkan lahan garapan bidang pertanian cukup luas, dengan luas wilayah didominasi oleh tanah kering bengkok dan sawah (Gambar 7). Tenaga kerja yang putus sekolah sebanyak 266 jiwa, yang tamat SD 24.322 jiwa dan yang

(11)

buta huruf 1973 jiwa (Tabel 3), sehingga bisa dikatakan tenaga kerja ini kurang keahlian di bidang teknologi dan pendidikan. Hal ini menjadi peluang bagi P4S untuk memberdayakan mereka untuk dapat meningkatkan produktifitas.

Sedangkan, pada komunitas Kertawangi faktor-faktor yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan adalah:

1. Kekuatan:

a. Pendapatan tinggi karena produktifitas tinggi dan biaya produksi rendah. b. Pendapatan yang tinggi menjadi reward yang baik, sehingga memberikan

motivasi berusaha kepada petani dan melancarkan hubungan dengan pemodal. 2. Peluang:

a. Pengembangan usaha di tempat lain atau pada produk lain yang sejenis. b. Menampung tenaga kerja lebih banyak lagi.

c. Pasar masih terbuka luas, termasuk pasar internasional.

Analisis Finansial

Kriteria analisis finansial secara komunitas diambil dengan merata-ratakan nilai kriteria tersebut dari dua responden pada masing-masing komunitas. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Analisis Finansial Usaha Jamur Tiram Putih.

IRR (%) BCR

No Lokasi

Penelitian Personal Kumulatif Personal Kumulatif

1 P4S 48,33 49,70 2,03 36,39

2 Kertawangi 49,00 51,30 2,45 63,61

(12)

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kedua komunitas layak secara finansial, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis aspek finansial H0 diterima. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa komunitas Kertawangi lebih layak usahanya dibandingkan dengan komunitas P4S Nusa Indah, hal ini dimungkinkan karena tingkat produksi Kertawangi lebih tinggi sehingga pendapatannya lebih tinggi, disamping itu komunitas yang bekerja bersama (action communal) lebih mampu menciptakan usaha yang terjaga keberlangsungannya dan mampu menciptakan kondisi ekonomi yang adil (fairness economic).

Kondisi di atas memunculkan faktor-faktor yang dipengaruhi dan yang mempengaruhi keberlangsungan produksi. Faktor-faktor tersebut dijabarkan dalam kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Pada komunitas P4S:

1. Kekuatan:

a. Modal hibah merupakan kelebihan bagi petani.

b. BEP yang kecil (Lampiran 4) menunjukkan bahwa usaha tani ini dapat dilakukan oleh petani kecil.

2. Kelemahan:

a. Modal hibah bersifat fluktuatif, sehingga petani harus berusaha untuk berswadaya, karena P4S tidak terbuka untuk investor dari luar.

b. Pengelolaan yang kurang integral mengakibatkan manfaat yang lebih kecil dibandingkan komunitas Kertawangi.

c. Meningkatnya biaya produksi menyebabkan kecilnya manfaat yang diperoleh. 3. Peluang:

a. Usaha tani jamur tiram putih masih memungkinkan untuk dikembangkan. b. Perhatian pemerintah terhadap petani pedesaan.

(13)

4. Ancaman:

Kondisi ekonomi makro mempengaruhi biaya produksi dan pendapatan yang diperoleh petani.

Pada komunitas Kertawangi terhadap kriteria finansial mempunyai faktor-faktor berikut:

1. Kekuatan:

a. Nilai IRR yang tinggi menjadi tanda kemampuan perusahaan untuk mengembalikan hutang atau investasi.

b. Orientasi integral dari petani menyebabkan tingginya nilai-nilai kriteria finansial.

c. Adanya kinerja kelompok menyebabkan kegiatan produksi dapat terus dilakukan, jika ada satu anggota tidak dapat membeli bahan baku maka anggota yang lain akan meminjamkan bahan baku untuk diproduksi dan hasilnya akan digunakan untuk mengembalikan bahan baku tersebut.

2. Kelemahan:

Modal dari investor mengharuskan petani bekerja dengan optimal untuk dapat mengembalikan investasi yang diterima.

3. Peluang:

a. Nilai kriteria yang tinggi memungkinkan usaha tani dapat memperluas skala usahanya.

b. Nilai kriteria yang tinggi dapat menarik investor luar lebih banyak lagi, sehingga akan memperbesar kapasitas produksi.

c. Peluang pasar masih terbuka luas, termasuk pasar internasional. 4. Ancaman:

(14)

a. Persaingan produk lain yang sejenis. b. Perubahan kondisi ekonomi makro.

c. Sharing profit dengan investor, terkadang memberatkan petani.

Analisis Sensitivitas

Analisis yang dilakukan berdasarkan sifat usaha jamur yang terpengaruh oleh musim, ketika musim penghujan panen akan berlimpah, menyebabkan harga pasar turun, sehingga pendapatan juga akan turun. Penurunan pendapatan ini berkisar antara 8 – 15 %, sehingga diambil nilai tengahnya yaitu 10%.

Pada kondisi lain terjadi kenaikan biaya produksi yaitu dari komponen bahan bakar minyak yang naik sebesar 10 – 30 %, dan diambil nilai tengahnya yaitu 20%. Pada penelitian ini kedua kondisi tersebut diasumsikan tidak terjadi secara bersamaan.

Pada Lampiran 5 dan 6 dapat dilihat bahwa dengan analisis sensitivitas hasil kriteria finansial tetap positif. Penurunan pendapatan sebesar 10% atau kenaikan biaya produksi 20% tidak sensitif untuk mempengaruhi kondisi keuangan. Hal ini berarti usaha jamur tiram putih masih tetap layak untuk dilanjutkan walaupun terjadi penurunan harga jual sebesar 8 – 15 % dan kenaikan BBM sebesar 10 – 30 %.

Pada penelitian awal ditemukan bahwa banyak petani jamur yang berhenti berproduksi dengan alasan meningkatnya biaya produksi dari komponen BBM, ternyata setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan harga BBM rata-rata 20% tidak mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Hal tersebut bisa terjadi karena petani tidak menggunakan perhitungan analisis finansial seperti yang dilakukan dalam penelitian ini, sehingga petani tidak memiliki data konkrit kondisi

(15)

keuangan perusahaan. Kelemahan petani di dalam administrasi keuangan menyebabkan kurang proporsional dalam perputaran keuangan. Hal ini menyebabkan kurang terkontrolnya penggunaan keuangan atau arus cash (cash flow).

Analisis Kelembagaan

Analisis kelembagaan meliputi 3 aspek yaitu aspek batasan yurisdiksi,

property right dan aturan representatif. Data kelembagaan di lapangan dikategorikan

dalam dua pendekatan kelembagaan kemitraan, yaitu kelembagaan kemitraan pemodalan dan kelembagaan kemitraan pemasaran.

Struktur kelembagaan yang ada di komunitas petani P4S memunculkan hubungan dua tingkat. Hubungan tingkat pertama melibatkan pemerintah, dalam hal ini adalah Dinas Pertanian dan Kehutanan, selaku principal dan petani yang menjalankan proyek pemerintah selaku agent. Hubungan tingkat kedua ada dua macam yang pertama adalah hubungan antara ketua kelompok tani dan anggotanya dimana ketua selaku principal dan anggota selaku agent, yang kedua adalah hubungan petani dan pedagang.

Kelembagaan Kemitraan Pemodalan

Kemitraan pemodalan yang terjadi pada masing-masing lokasi berbeda, diantaranya:

1. Pada lokasi komunitas P4S, kemitraan pemodalan adalah antara pemerintah sebagai principal dan petani sebagai agent. Modal yang diberikan adalah dana bantuan bergulir atau hibah dan sedikit modal swadaya kelompok tani. Modal ini

(16)

kemudian dilanjutkan kepada anggota P4S sehingga disini ada hubungan kemitraan antara ketua P4S sebagai principal dan anggota sebagai agent. 2. Pada lokasi komunitas Kertawangi, kemitraan pemodalan adalah antara investor

sebagai principal dan petani sebagai agent. Setiap anggota bebas memperoleh investasi dari mana saja dan masing-masing anggota bertanggungjawab terhadap investor masing-masing.

3. Batasan yurisdiksi dari masing-masing lokasi penelitian juga berbeda, yaitu: Pihak-pihak yang terlibat pada lokasi komunitas P4S adalah instansi pemerintah yang memiliki program budidaya jamur tiram putih, diantaranya Dinas Pertanian dan Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Anggota P4S tidak terbatas, bisa dari daerah Bogor atau dari luar daerah Bogor. Anggota disini adalah dua macam yaitu anggota magang yang tidak terlibat modal dengan P4S dan anggota tetap dalam satu wilayah kecamatan yang terkait dengan pemodalan.

Komunitas Kertawangi lebih fleksibel dalam pemodalan karena dapat menampung investor dari mana saja, sedangkan anggota komunitas terbatas, yaitu yang berada di Kampung Cipeusing, Desa Kertawangi. Kepemilikan property right) dan aturan representatif dalam kemitraan pemodalan berbeda dari masing-masing lokasi, diantaranya:

1. Komunitas P4S, hak dan kewajiban kelompok tani dapat diketahui dari peraturan yang telah digariskan oleh pihak pemerintah. Jika dikaitkan dengan pemodalan, sepenuhnya merupakan hak dari P4S dan kewajiban yang berkaitan dengan pemodalan merupakan tanggung jawab pengurus P4S dan kewajiban pengurus adalah memberikan laporan kepada pemerintah. Sedangkan anggota berhak memperoleh dana bantuan tersebut dan berkewajiban mengembalikan sesuai

(17)

dengan kemampuan untuk dapat digulirkan kepada anggota yang lain. Dana bantuan ini diberikan kepada anggota yang memiliki kemampuan untuk mengelolanya, hal ini merupakan tugas dari pengurus P4S.

2. Komunitas Kertawangi mempunyai hak penuh atas modal yang diberikan investor. Kewajibannya adalah memberikan bagi hasil ketika panen dan mengembalikan investasi yang diberikan pada akhir masa investasi yang disepakati. Pihak investor berhak meminta bagi hasil dan investasi yang diberikan sesuai dengan kesepakatan. Kesepakatan antara petani dan investor terkadang kurang diperhatikan oleh petani sehingga terjadi pembagian hasil yang kurang seimbang antara petani dan investor.

Kelembagaan Kemitraan Pemasaran

Batasan yurisdiksi dalam kemitraan pemasaran dari ke empat responden

hampir sama, kecuali pada anggota P4S. Ada dua pola kemitraan yang terjadi yaitu sistem jual borongan ke pedagang perantara (tengkulak) dan sistem jual langsung ke pasar. Sistem jual ke pedagang perantara terjadi pada ketua P4S dan komunitas Kertawangi. Pada dua lokasi tersebut pedagang adalah murni pedagang bukan pemodal, sehingga petani bebas menjual hasil panennya. Sedangkan, anggota P4S menggunakan sistem jual langsung ke pasar, alasannya tidak ada pedagang yang datang karena hasil panennya sedikit (rata-rata 17 kg/hari) sehingga petani menjual langsung ke pasar di kecamatan Tamansari.

Property right dan aturan representatif yang terjadi adalah sebagai berikut:

1. Petani di komunitas P4S memperoleh informasi pasar dari pedagang dan dari pihak pemerintah (dalam hal ini UPTD terdekat) sehingga sedikit sekali pedagang perantara dapat mempermainkan harga pasar. Kemitraan antara petani

(18)

dan pedagang tidak ada ikatan secara tertulis, namun secara tidak tertulis petani terikat dengan satu pedagang, sehingga hal ini memunculkan adanya monopoli perdagangan.

2. Komunitas Kertawangi memiliki kebebasan dalam menentukan pembagian hasil panen untuk dijual kepada pedagang perantara karena ada beberapa pedagang, sehingga tidak terjadi monopoli pedagang. Informasi pasar tidak dapat diakses oleh petani secara langsung hal ini mengakibatkan pedagang dapat menentukan harga di tingkat petani. Oleh karena itu perlu ditingkatkan kemampuan petani daya tawar menawar harga jual.

Secara umum dua kelembagaan kemitraan di atas dapat dilihat kelebihan dan kekurangannya seperti pada Tabel 9 (halaman 63). Dari Tabel 9 dan uraian ciri kelembagaan yang terjadi menunjukkan bahwa semua ciri kelembagaan memiliki kelebihan lebih banyak dari kekurangannya, sehingga hipotesis kedua (aspek kelembagaan) H0 diterima.

(19)

Tabel 9. Kelebihan dan Kekurangan Kelembagaan Kemitraan

1

1 Ada jaminan pasar 1

2

3

1 Investasi besar dan terbuka untuk siapa saja

Kerjasama dalam komunitas mampu menghasilkan produktifitas tinggi dan pendapatan tinggi, sehingga nilai analisis finansial juga tinggi

Manajemen perusahaan mandiri tanpa ada intervensi kebijakan dari pihak luar

2 2 3 1 2 3 1

Ada kemungkinan terjadi asimetris informasi harga pasar

Bebas menentukan pembagian hasil panen kepada tengkulak.

Ada keharusan mengembalikan modal

Komunitas yang menghasilkan produktifitas tinggi akan menjadi jaminan barang bagi pedagang, sehingga perdagangan juga lancar 2

3

1 Ada kemungkinan moral hazard ex

post dimana petani tidak jujur melaporkan hasil panennya

2 No Lokasi

Penelitian

Model

Pemodalan/ Kelebihan Kekurangan

Kemitraan Pemasaran Kekurangan Kelebihan Kemitraan Pemodalan 2. Kertawangi Investor/ Tengkulak 1. P4S Hibah/ Tengkulak dan jual langsung

Sistem jual ke tengkulak harga dan kualitas ditentukan tengkulak Tidak ada tolok ukur

untung/rugi Membantu petani kecil dengan modal tanpa bunga

1 2 Tidak ada keharusan balik

modal

Sangat tergantung kepada proyek, fluktuatif

Sistem jual ke tengkulak ada jaminan pasar dan tidak perlu ada uang transport.

Sistem jual langsung ada kemungkinan jamur tidak terjual habis

Kecenderungan terjadi moral

hazard ex post, manajemen tertutup Sistem jual langsung ke pasar tidak terjadi asimetris informasi harga pasar 2

Ada kemungkinan asimetris informasi dari pemerintah ke anggota P4S karena hubungan kemitraan bertingkat

Harga dan kualitas ditentukan tengkulak

(20)

Pihak pemerintah memandang keberadaan pedagang perantara (tengkulak) kurang positif terhadap petani, petani dipandang selalu berada pada posisi kalah, karena petani hanya memiliki wilayah produksi dan tidak tahu wilayah pasar, sehingga petani berada pada posisi yang dirugikan. Pada komunitas P4S Nusa Indah hal ini sudah mulai diatasi dengan adanya Terminal Agribisnis, dimana terminal ini merupakan pasar antara petani dan pedagang besar yang berada di pasar induk secara langsung, sehingga keberadaan pedagang perantara akan ditiadakan. Hal ini dapat dilihat lebih jelas pada diagram Gambar 11.

Pedagang Perantara (tengkulak) Pedagang Besar (Pasar Induk) Pedagang Kecil (Pengecer) Konsumen Petani

Gambar 11. Diagram Alur Pemasaran Dengan Melalui Pedagang Perantara (Tengkulak)

Alur pemasaran dengan adanya Terminal Agribisnis akan menyederhanakan alur di atas seperti pada Gambar 12

.

Petani

Pedagang Besar

(Pasar Induk) Pedagang Kecil

(Pengecer)

Konsumen

Gambar 12. Alur Pemasaran Dengan Terminal Agribisnis.

Namun keberadaan Terminal Agribisnis ini belum dapat berfungsi secara penuh karena: 1) kurangnya sosialisasi terminal agribisnis (khusus di Tamansari)

(21)

kepada pedagang besar, 2) kurangnya kesadaran petani di wilayah Tamansari terhadap fungsi Terminal Agribisnis.

Oleh karena itu keberadaan pedagang perantara hingga penelitian ini ditulis masih mendapatkan tempat bagi petani jamur tiram putih di Kecamatan Tamansari.

Analisis SWOT

Analisis SWOT dilakukan dengan tahapan-tahapan yang berurutan, yaitu mulai dari identifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi, penilaian tiap elemen faktor, evaluasi total nilai bobot, pemetaan faktor internal dan eksternal dan formulasi strategi.

Identifikasi Faktor Internal

Faktor internal yang dimaksud disini adalah faktor yang mempengaruhi keberlangsungan usaha tani jamur tiram putih yang berasal dari kondisi kelompok petani yang membudidayakan usahatani ini. Ada dua kelompok dalam faktor internal ini yaitu kelompok kekuatan dan kelompok kelemahan. Identifitasi hanya dilakukan dari dua aspek yaitu aspek finansial dan aspek kelembagaan.

Aspek finansial disini meliputi masalah keuangan dan teknologi yang berkaitan dengan keuangan. Sedangkan, aspek kelembagaan disini meliputi masalah hubungan kemitraan yang terjadi dan manajemen.

Identifikasi Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi keberlangsungan usaha ini yang berasal dari luar kondisi manajemen para petani. Faktor eksternal terbagi dalam kelompok peluang dan kelompok ancaman. Identifikasi faktor eksternal juga dilihat dari dua aspek yaitu aspek finansial dan aspek kelembagaan.

(22)

Aspek finansial berkaitan dengan pasar, sedangkan aspek kelembagaan berkaitan dengan kebijakan pemerintah dan kondisi masyarakat di sekitar tempat usaha.

Elemen yang muncul dari faktor internal dan eksternal dari aspek finansial dan kelembagaan kedua komunitas dapat dilihat pada Tabel 10 dan 11 (hal.67)

Penilaian Bobot Faktor

Setiap elemen dari faktor internal dan eksternal dinilai bobot faktornya dengan matriks urgensi (dapat dilihat pada Lampiran 5) untuk diketahui urutan kepentingan dari tiap elemen pada faktor internak dan eksternal, secara umum bobot faktor dapat dilihat pada Tabel 12 sampai Tabel 15.

Tabel 12. Matriks Urgensi Faktor Internal dan Eksternal Untuk Aspek Finansial.di Komunitas P4S a. Faktor Internal Kekuatan Bobot Faktor (%) Kelemahan Bobot Faktor (%) 1. Hasil analisis

finansial positif 12,50 1. Produktifitas rendah 17,75 2. Sarana dan prasarana

mendukung

12,50 2. Biaya produksi tinggi

17,50

3. Tidak ada tuntutan dari principal untuk mengembalikan modal

6,25 3. Pendapatan kecil 17,50

4. Iklim dan sumber daya alam

6,25 4. Investasi bersifat fluktuatif

17,50

5. Ada kecenderungan

investasi tidak dapat digulirkan ke

anggota yang lain

(23)

Tabel 10. Faktor Internal dan Eksternal Aspek Finansial

1 Biaya produksi tinggi 2 Pendapatan kecil 3 Produktifitas rendah 4 Investasi bersifat fluktuatif

3 Jaringan pasar P4S luas. 4 Harga jual lebih tinggi.

4 Iklim dan sumber daya alam 5 Iklim ekonomi makro.

1 Biaya produksi rendah 2 Produktifitas tinggi

3 Pendapatan tinggi 2 Modal besar. 4 Orientasi bisnis 3 Resiko besar.

4 Teknologi tradisional 3 Iklim ekonomi makro.

5 Akses ke pemerintah.

4 Komunitas yang mendukung. 5 Pasar eksport.

Faktor Eksternal

Ancaman 1

2

1 Pendapatan kecil, akan

mempengaruhi komitmen anggota Kekuatan 5 Kelemahan Peluang 2 Pengembangan teknologi, kerjasama dengan instansi terkait.

P4S merupakan wadah untuk pengembangan pemberdayaan masyarakat

Sarana dan prasarana mendukung 1

2

3

Hasil analisis finansial semua menunjukkan nilai positif. Tidak ada tuntutan dari pihak

principal untuk

mengembalikan investasi, karena modal adalah dana bergulir.

Kertawangi

Hasil analisis finansial positif

5 3 No. Lokasi P4S 1. Faktor Internal 1 1 2 2.

Saingan produk lain yang sejenis.

Semakin banyak investor dari luar yang tertarik.

Semakin banyak petani yang bergerak di bidang ini.

Beberapa kebijakan pemerintah yang mendukung

Perubahan arah kebijakan pemerintah dalam moneter. Permintaan semakin

meningkat.

1 2

4 Program pemerintah yang kondusif.

Adanya pengembalian modal usaha

Kebutuhan pasar tidak terpenuhi.

Semakin banyak lembaga yang sejenis.

Perubahan arah kebijakan pemerintah.

Ada kecenderungan investasi tidak dapat digulirkan ke anggota yang lain

5

3 4

Tabel 11. Faktor Internal dan Eksternal Aspek Kelembagaan

4 Keahlian mengajar.

5 Penelitian teknologi. 4 Kecenderungan moral hazard 5 Tidak fokus pada usaha jamur 6 Orientasi pembelajaran.

1 1 1

2

2 2 Kurangnya akses pemerintah

3 3 3 4 Penelitian teknologi. 4 5 Integralitas orientasi Faktor Eksternal 1

Lemah dalam bargaining position dengan pedagang.

Moral hazard dalam hal sharing profit

Terjadi asimetris informasi kondisi pasar.

Terjadi moral hazard pedagang tengkulak. 4 1 2 3 Kelemahan 1 2 3

Moral hazard , jika petani ternyata tidak dapat bekerja dengan baik

1 2 3

Mempunyai dukungan dari pemerintah

Terjadi asimetris informasi karena pihak-pihak terkait mempunyai perbedaan kepentingan Membuka kerjasama program

pertanian pedesaan dengan instansi pemerintah

Komitmen anggota sulit dipertahankan, jika pendapatan rendah dan koordinasi kurang Munculnya asimetris

informasi karena hubungan kemitraan bertingkat Kurangnya koordinasi dengan anggota.

Terbatasnya hubungan

kemitraan pemodalan Membuka akses petani lebih luas lagi

Program pemberdayaan masyarakat.

Kecenderungan intervensi pemerintah

Perubahan program dari pemerintah

Ancaman No. Lokasi

Mempunyai akses ke petani secara umum Mempunyai akses ke pemerintah 1 2 3 Faktor Internal Kekuatan 1. P4S

Tata niaga dapat berkembang menjadi fairness economic .

Peluang

2. Kertawangi Bekerja sama dalam satu komunitas (action communal ) Tidak terjadi asimetri informasi investasi. Manajemen produksi profesional. Tidak terjadi monopoli perdagangan.

Kerjasama dengan pihak lain yang terkait.

Sosial, ekonomi dan budaya masyarakat mendukung 2

(24)

b. Faktor Eksternal

Peluang Faktor (%) Bobot Ancaman Faktor (%) Bobot 1. Jaringan pasar P4S

luas 16,67 1. Saingan produk lain yang sejenis 11,11 2. Pengembangan teknologi, kerjasama dengan instansi terkait 11,11 2. Semakin banyak lembaga yang sejenis 11,11

3. Harga jual lebih tinggi 11,11 3. Perubahan kebijakan pemerintah dalam hal moneter 5,56 4. Program pemerintah yang kondusif 11,11 4. Iklim ekonomi makro 5,56 5. Kebutuhan pasar belum terpenuhi 11,11

Tabel 13. Matriks Urgensi Faktor Internal dan Eksternal Untuk Aspek Kelembagaan.di Komunitas P4S

a. Faktor Internal

Kekuatan Bobot Faktor (%) Kelemahan Bobot Faktor (%) 1. Mempunyai akses ke petani secara umum 11,54 1. Terbatasnya hubungan kemitraan pemodalan 11,54 2. Mempunyai dukungan dari pemerintah 7,69 2. Kecenderungan moral hazard 11,54 3. Mempunyai akses ke pemerintah

7,69 3. Tidak fokus pada usaha jamur

11,54 4. Keahlian mengajar 7,69 4. Kurang koordinasi

anggota

7,69 5. Penelitian teknologi 7,69 5. Asimetris

informasi karena kemitraan bertingkat 7,69 6. Orientasi pembelajaran 7,69

(25)

b. Faktor Eksternal

Peluang Bobot Faktor (%) Ancaman Bobot Faktor (%) 1. Kerjasama program pertanian pedesaan dengan instansi pemerintah 15,38 1. Kebijakan pemerintah yang tidak mendukung P4S 15,38 2. Program pembinaan kelompok tani 15,38 2. Kecenderungan intervensi pemerintah lokal 7,69 3. Kemitraan kelompok tani 15,38 3. Perubahan program pemerintah 7,69 4. Promosi melalui media pemerintah 7,69 4. Asimetris informasi karena perbedaan kepentingan 7,69 5. Kebijakan yang mendukung lembaga P4S 7,69

Tabel 14. Matriks Urgensi Faktor Internal dan Eksternal Untuk Aspek Finansial di Komunitas Kertawangi.

a. Faktor Internal

Kekuatan Bobot Faktor (%) Kelemahan Bobot Faktor (%) 1. Orientasi bisnis/ integral 15,00 1. Resiko besar 15,00 2. Produktifitas tinggi 10,00 2. Adanya kewajiban mengembalikan modal 10,00

3. Pendapatan tinggi 10,00 3. Modal besar 10,00 4. Hasil analisis positif 10,00 4. Akses ke pemerintah 10,00 5. Biaya produksi rendah 5,00 5. Teknologi tradisional 5,00

(26)

b. Faktor Eksternal

Peluang Bobot Faktor

(%) Ancaman Bobot Faktor (%) 1. Permintaan lokal meningkat 17,65 1. Semakin banyak petani yang bergerak di bidang ini 11,76 2. Komunitas mendukung 17,65 2. Saingan produk lain yang sejenis

11,76 3. Investor semakin tertarik 11,76 3. Perubahan arah kebijakan pemerintah dalam moneter 5,88

4. Pasar ekspor 11,76 4. Iklim ekonomi makro 5,88 5. Kebijakan pemerintah dalam moneter 5,88

Tabel 15. Matriks Urgensi Faktor Internal dan Eksternal Untuk Aspek Kelembagaan di Komunitas Kertawangi.

a. Faktor Internal

Kekuatan Bobot Faktor

(%) Kelemahan Bobot Faktor (%) 1. Bekerja sama dalam satu komunitas 18,75 1. Moral hazard, petani tidak dapat bekerja dengan baik 12,50 2. Integralitas orientasi 18,75 2. Lemah dalam bargaining position dengan tengkulak 12,50 3. Manajemen produksi profesional 12,50 3. Akses pemerintah 6,25 4. Tidak terjadi asimetris informasi investasi 6,25 4. Penelitian teknologi 6,25 5. Tidak terjadi monopoli perdagangan 6,25

(27)

b. Faktor Eksternal

Peluang Bobot Faktor

(%) Ancaman

Bobot Faktor (%) 1. Kerjasama dengan

pihak lain yang terkait

18,18 1. Moral hazard dalam shearing

profit

18,18

2. Tata niaga dapat berkembang menjadi fairness economic 9,09 2. Terjadi moral hazard pedagang tengkulak 18,18 3. Sosial, ekonomi dan budaya masyarakat 9,09 3. Terjadi asimetris informasi kondisi pasar 9,09 4. Program pemerintah yang mendukung petani 9,09 4. Kebijakan pemerintah yang tidak mendukung petani 9,09

Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal

Evaluasi ini untuk menentukan total nilai bobot (TNB) dari setiap elemen pada faktor internal dan eksternal, hal ini dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 6. TNB ini merupakan nilai dari kelompok faktor yang mempengaruhi usaha ini, yaitu kelompok kekuatan dan kelemahan pada faktor internal serta kelompok peluang dan ancaman pada faktor eksternal. Sehingga akan terlihat faktor yang manakah yang lebih mendominasi usaha ini. Secara umum TNB dapat dilihat pada Tabel 16 dan 17.

Tabel 16. Daftar Total Nilai Bobot (TNB) Aspek Finansial. Total Nilai Bobot (TNB)

Faktor Internal Faktor Eksternal No. Lokasi

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

1. P4S 71,85 169,35 111,86 66,11

Selisih 71,85 – 169,35 = - 97,50 111,86 – 66,11 = 45,75

2. Kertawangi 162,99 80,97 154,07 79,17

(28)

Tabel 17. Daftar Total Nilai Bobot (TNB) Aspek Kelembagaan. Total Nilai Bobot (TNB)

Faktor Internal Faktor Eksternal No. Lokasi

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

1. P4S 117,38 99,11 185,34 87,29

Selisih 117,38 – 99,11 = 18,27 185,34 – 87,29 = 98,05

2. Kertawangi 188,30 77,11 138,55 88,65

Selisih 188,30 – 77,11 = 111,19 138,55 – 88,65 = 49,90

Peta Kekuatan Organisasi

Peta ini akan menunjukkan dimana posisi strategi yang paling tepat pada saat penelitian ini berlangsung. Walaupun strategi pengembangan usaha tidak harus melihat peta kekuatan organisasi ini namun cukup dengan melihat matriks strategi, akan tetapi peta ini menggambarkan kondisi keuangan, manajemen dan peluang yang dimiliki oleh masing-masing lokasi usaha.

Peta organisasi merupakan peta kuadran, dengan faktor internal sebagai absis dan faktor eksternal sebagai ordinat. Kuadran I menunjukkan strategi agresif, kuadran II menunjukkan strategi diversifikasi, kuadran III menunjukkan strategi

turn-around dan kuadran IV menunjukkan strategi defensif. Peta tersebut dapat dilihat

pada Gambar 13 dan 14.

Peluang 49,90 ■ ● 45,75 -97,50 82,02 Kelemahan Kuadran III Kuadran IV Kuadran II Kuadran I Kekuatan Ancaman

Gambar 13. Peta Kekuatan Organisasi Aspek Finansial. Ket: ● = Komunitas P4S ■ = Komunitas Kertawangi

(29)

98,05 ● 49,90 ■ 18,27 111,19 Kelemahan Peluang Kuadran III Kuadran IV Kuadran II Kuadran I Kekuatan Ancaman

Gambar 13. Peta Kekuatan Organisasi Aspek Kelembagaan. Ket: ● = Komunitas P4S ■ = Komunitas Kertawangi

Dari peta organisasi tersebut dapat dilihat bahwa secara finansial komunitas P4S berada pada kuadran III yaitu perusahaan menghadapi peluang pasar yang besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/ kelemahan internal (Rangkuti, 2006), strategi yang bisa diterapkan adalah turn around, dimana WO yaitu strategi berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada (Rangkuti, 2006).

Sedangkan pada aspek kelembagaan komunitas P4S dan Kertawangi berada pada kuadran yang sama yaitu kudran I. Menurut Rangkuti (2006) kuadran I merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi pada situasi ini adalah growth oriented yaitu memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

(30)

Formulasi Strategi Pengembangan Usaha

Formulasi strategi ini menjawab setiap kondisi yang ada kemudian dikombinasikan antar elemen yang muncul. Strategi ini mengkombinasikan antara aspek finansial dan kelembagaan. Untuk lebih jelas dapat dillihat pada Tabel 18.

Ada 27 macam strategi yang dapat direkomendasikan kepada kedua komunitas tersebut di atas. Strategi yang sesuai dengan peta kekuatan organisasi adalah:

1. Komunitas P4S adalah perbaikan manajemen, interaksi komunitas petani jamur tiram putih, proaktif terhadap program pemerintah dan membentuk forum komunikasi sebagai salah satu sarana untuk dapat berinteraksi secara intensif dengan petani magang serta mengoptimalkan Terminal Agribisnis.

2. Komunitas Kertawangi adalah memperluas jaringan pasar, ekspansi usaha ke daerah lain dan produk lain, membentuk badan usaha dan badan keuangan swadaya masyarakat.

Bagi komunitas P4S, strategi yang urgen pada kondisi sekarang adalah memperbaiki (repairing) organisasinya. Perbaikan tersebut dapat berupa restrukturisasi organisasi, rekoordinasi pengurus dan anggota dengan forum komunikasi atau melakukan perbaikan manajemen, baik berupa manajemen keuangan perusahaan maupun manajemen produksi secara umum. Setelah melakukan perbaikan kemudian melakukan peningkatan produksi, peningkatan jumlah penjualan dan peningkatan mutu produk serta melakukan diversifikasi produk.

(31)

Tabel 18. Strategi Pengembangan Usaha Produksi Jamur Tiram Putih.

No Lokasi Penelitian Kombinasi Faktor Strategi

Kekuatan-Peluang a. Rekrutment pengangguran untuk kegiatan produksi

b. Memperluas promosi dan market share c. Memanfaatkan secara optimal sarana

dan prasarana yang telah dimiliki

Kekuatan-Ancaman

d. Inovasi teknologi yang lebih murah e. Manajemen terbuka untuk anggota

tentang bantuan-bantuan dari pemerintah

f. Koordinasi anggota lebih baik

Kelemahan-Peluang

g. Perbaikan manajemen produksi h. Memperkokoh hubungan dengan

instansi terkait

i. Proaktif terhadap program pemerintah j. Membentuk forum komunikasi sebagai

salah satu sarana interaksi komunitas petani magang

k. Mengoptimalkan fasilitas terminal agribisnis yang telah dibuat 1 P4S

Kelemahan-Ancaman

l. Restrukturisasi pengurus dan anggota m. Inovasi bahan baku baru yang lebih

murah

n. Peningkatan profesionalisme Kekuatan-Peluang a. Memperluas jaringan pasar

b. Ekspansi usaha ke daerah lain c. Ekspansi produk lain yang sejenis d. Membentuk badan usaha bersama

Kekuatan-Ancaman

e. Membuka jalur ekspor dengan promosi melalui berbagai media

f. Memperbaiki bargaining position dengan pedagang perantara g. Memperhatikan quality control

Kelemahan-Peluang

h. Membuka hubungan dengan pemerintah

i. Adakan bagian Litbang

j. Interaksi aktif dengan lembaga ekspor non pemerintah dan pemerintah 2 Kertawangi

Kelemahan-Ancaman

k. Membuka jalur-jalur informasi pasar dan investasi

l. Bergabung dengan komunitas jamur nasional

m. Perlu ada kontrak tertulis untuk

sharing profit dan kesepakatan lain

Gambar

Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Usia Th 2005  No.  Kelompok Usia  Jumlah Penduduk
Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan.
Gambar 9. Susunan Pengurus Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S)                    Nusa Indah Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor
Tabel 6. Biaya Produksi Jamur Tiram Putih.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi perekonomian yang tidak stabil memiliki bobot keempat tertinggi dalam faktor eksternal ancaman yaitu sebesar 0,222609 dan menunjukkan bahwa faktor ini memiliki

Kami mohon dengan hormat agar peserta yang sedang sakit berat/keras dan ibu-ibu hamil yang mendekati masa persalinan tidak dipanggil untuk mengikuti PLPG.. Apabila Saudara

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat dan hasil belajar IPA siswa kelas VIII A melalui penerapan metode eksperimen terbimbing pada materi zat aditif

Kata “Benda hitam” pada bahasa Slang yang digunakan memiliki makna yang berbeda dari kata aslinya, jika dalam bahasa sehari- hari benda hidam merupakan suatu benda yang

* Hassad Bin Hassan Junainor Hassan Siti Norayu Mohd Basir Jamsari Jamaluddin Dr Mohd Irwan Yusoff Mohd Fhaizal Radzi Mohd Zamri Zahir Ahmad. Bilik Jubah, Jejawi DBT208

Tegangan setiap bus dari hasil eksekusi dari program perhitungan analisis aliran daya pada penyulang Durian 3 ditampilkan ke dalam gambar dibawah ini :.

Nilai posisi (variabel kontrol) dari setiap search agent pada setiap iterasi dievaluasi untuk memperoleh nilai fungsi objektif ( fitness ), yakni rugi-rugi daya aktif dan

Istilan dalam penyediaan jasa pekerja yang berdasarkan hukum Ketenagakerjaan, sumber sebenarnya berdasarkan ketentuan dalam Pasal 64 Undang - Undang No 13 tahun