• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak pakan hijauan ternak ruminansia. Pada pabrik pe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak pakan hijauan ternak ruminansia. Pada pabrik pe"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

INTEGRASI SAWIT - SAPI SALAH SATU ALTERNATIF

PEMANFAATAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI

KALIMANTAN SELATAN

AKHMAD HAMDANdan AHMAD SUBHAN

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Jl . Panglima Batur Barat No . 4 PO. Box 1832 Banjarbaru 70700

ABSTRAK

Kalimantan Selatan mempunyai luas wilayah 3 .737 .743 ha dengan luas lahan kering 1 .845 .090 Ha (49 .36%), diantaranya 427 .684 Ha (11,39%) digunakan untuk padang penggembalaan dan lahan perkebunan kelapa sawit. Luas pertanaman kelapa sawit dan populasi sapi potong sampai tahun 2005 masing-masing mencapai 173 .392 Ha dan 182.639 ekor . Luas pertanaman yang setiap tahun cenderung bertambah dan adanya industri pengolahan kelapa sawit membuka peluang integrasi sapi potong dengan perkebunan kelapa sawit. Namun demikian informasi mengenai potensi ini dirasakan masih kurang . Tulisan ini bertujuan sebagai informasi potensi Iimbah perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit untuk pengembangan ternak sapi potong di Kalimantan Selatan . Melalui sistem penggembalaan rotgsi diperkirakan hijauan/gulma di areal perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan dapat menampung hingga 190.731 ekor. Dengan potensi yang ada dapat dihasilkan pupuk organik sebanyak 1,5 juta ton yang sangat bermanfaat bagi tanaman kelapa sawit. Disamping itu limbah pabrik pengolahan seperti tandan kosong sawit (TKS), serat buah sawit (PPF), bungkil inti sawit (KPC) dan padatan limbah cair (solid) dapat dimanfaatkan sebagai pakan sumber serat, energi dan protein dalam konsentrat sapi potong. Estimasi produksi TKS, PPF dan KPC di Kalsel berturut-turut 259 .617 ton, 146 .740 ton dan 53 .880 ton . Meskipun sangat besar, potensi agroindustri kelapa sawit di

Kalimantan Selatan belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pengembangan sapi potong . Belum adanya pemahaman yang sama antara pemegang kebijakan terhadap potensi agroindustri kelapa sawit merupakan salah satu kendala yang menyebabkan integrasi sapi-sawit belum optimal . Perlu adanya sosialisasi dan diseminasi yang tepat untuk pemanfaatan limbah perkebunan dan limbah industri kelapa sawit .

Kata kunci : Perkebunan, pengolahan, kelapa sawit, sapi potong, Kalimantan Selatan

PENDAHULUAN

Luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan sekitar 3 .737 .743 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 3 .250 .100 jiwa . Dari luas wilayah yang dimiliki tercatat bahwa luas lahan kering sekitar 1 .845 .090 Ha, dan sekitar 427 .684 Ha (11,39%) diantaranya digunakan untuk lahan perkebunan (BPS, 2005) . Kelapa sawit dan ternak sapi potong merupakan salah satu komoditas unggulan sektor perkebunan dan peternakan Provinsi Kalimantan Selatan . Peningkatan populasi ternak yang cukup besar untuk mengejar swasembada sapi potong (2010) akan menuntut tersedianya sumber hijauan yang cukup . Peningkatan produktivitas per satuan ternak perlu juga didukung sistem pemberian pakan yang lebih baik yakni pakan tambahan sebagai suplai energi dan protein .

Luas perkebunan kelapa sawit yang cukup luas di Kalimantan Selatan mencapai 173 .392

Ha (2005) yang terdiri dari perkebunan rakyat (27 .364 Ha), perkebunan besar negara (2 .844 Ha) dan perkebunan besar swasta (143 .184 Ha)

(BPS KALIMANTAN SELATAN, 2005),

merupakan salah satu sumber daya hijauan dan bahan pakan inkonvensional yang potensial dikembangkan pemanfaatannya. Perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan tersebar pada 6 (enam) kabupaten dengan luasan yang berbeda, yaitu Kabupaten Tabalong, Hulu Sungai Utara, Tanah Laut, Kotabaru, Tanah Bumbu dan Kabupaten Banjar (DINAS

PERKEBUNAI PROVINSI KALIMANTAN

SELATAN,2005) .

Dalam usaha perkebunan kelapa sawit dan pengolahannya terdapat limbah yang cukup besar yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak . Pada areal perkebunan kelapa sawit banyak jenis gulma dan limbah padat berupa batang, pelepah, tandan kosong, cangkang dan serabut buah yang bisa dimanfaatkan sebagai

(2)

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak

pakan hijauan ternak ruminansia . Pada pabrik pengolahan kelapa sawit terdapat limbah antara lain berupa bungkil inti sawit dan lumpur (solid) sawit dimana limbah pengolahan kelapa sawit ini apabila tidak segera dimanfaatkan dapat menimbulkan masalah pencemaran lingkungan (SUDARYANTO, 1999 yang disitasi BATUBARA, et a!., 2003) .

Minimnya informasi tentang potensi areal perkebunan, limbah padat dan limbah pengolahan kelapa sawit sebagai pakan ternak menyebabkan pemanfaatannya dinilai belum optimal khususnya di Provinsi Kalimantan Selatan . PURBA dan GINTING, (1997) menyebutkan bahwa integrasi perkebunan kelapa sawit dengan ternak merupakan agroindustri masa depan yang memberikan harapan dan nilai tambah cukup meyakinkan asalkan dikelola dengan balk . Seiring dengan berkembangnya luas pertanaman perkebunan kelapa sawit yang setiap tahun cenderung bertambah dan tumbuhnya industri pengolahan kelapa sawit, merupakan potensi yang cukup besar untuk pengembangan usaha peternakan khususnya sapi potong .

Populasi sapi potong di Kalimantan Selatan pada tahun 2005 mencapai 182 .639 ekor dengan tingkat pertumbuhan sebesar 5,18% . Sapi potong merupakan sumber utama daging setelah ayam ras pedaging, dengan produksi daging masing-masing tercatat 4 .819 .399 kg dan 17 .471 .356 kg (DINAS PETERNAKAN KALIMANTAN SELATAN, 2005) . Sapi potong, disamping berperan sebagai penghasil daging juga berperan sebagai sumber pendapatan, sarana investasi, tabungan, fungsi sosial,

sumber pupuk dan membantu dalam

pengolahan tanah (HERMAWAN, et al., 1996) . Permasalahan yang umum dihadapi dalam pemeliharaan sapi potong adalah sulitnya mendapatkan hijauan terutama pada musim kemarau, keadaan ini tidak jarang memaksa peternak untuk menjual ternaknya karena tidak

mampu menyediakan hijauan pakan .

Pemanfaatan areal dan limbah perkebunan serta limbah industri pengolahan kelapa sawit sebagai pakan ternak merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka tercapainya tujuan pembangunan peternakan (swasembada sapi potong) di Kalimantan

Selatan . Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa areal dan limbah perkebunan serta limbah industri pengolahan

kelapa sawit berpotensi sebagai sumber pakan dan dapat meningkatkan kinerja produksi ternak (PURBA dan GINTING, 1997 ; PURBA, et a!., 1997) .

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui potensi limbah perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit untuk pengembangan ternak sapi potong secara terintegrasi di Kalimantan Selatan .

POTENSI LAHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Luas areal perkebunan kepala sawit di Kalimantan Selatan terbagi atas tanaman belum menghasilkan (TBM) 59 .102 Ha, tanaman menghasilkan (TM) 114 .092 Ha dan tanaman tua/rusak (TTR) 198 Ha (BPS, 2005) . Produksi hijauan dari gulma dan tanaman penutup di areal tegakan kelapa sawit umur 1-5 tahun diperkirakan dapat mencapai 15 ton/Ha (PURBA dan GINTrNG, 1997) . Pada umur >6 tahun kerapatan tanaman meningkat yang menyebabkan berkurangnya produksi hijauan, sehingga pada tanaman menghasilkan (TM) pemeliharaan sapi potong diarahkan untuk dapat memanfaatkan batang dan pelepah sawit sebagai pakan . Menurut SUTARDI yang disitasi BATUBARA, et al ., (2003) setiap hektar kebun kelapa sawit dapat menghasilkan sebanyak 10-15 ton tandan buah sawit segar (TBS) dan jika diolah maka tiap ton TBS akan menghasilkan 3 jenis limbah yang dapat dipergunakan sebagai pakan ternak yaitu 45-46% bungkil inti sawit , 12% sabut sawit dan 2% lumpur sawit (DAVENDRA, 1983) .

Berdasarkan luasan areal perkebunan kelapa sawit yang terdapat di Kalimantan Selatan, maka pemanfaatan lahan perkebunan kelapa sawit untuk peternakan sapi potong secara terintegrasi sangat memungkinkan. Disamping mengurangi biaya pengendalian gulma yang biasa dilakukan secara kimiawi atau mekanis dan memaksimalkan keuntungan dari sumber daya lahan perkebunan, integrasi sapi potong di areal perkebunan kelapa sawit juga dapat memberikan pemasukan bagi perusahaan/petani, meskipun hal ini memer-lukan perhitungan dan kontrol yang baik . Menurut AWALUDIN dan SHARIFFUDDIN (2003) integrasi sapi potong di lahan perkebunan kelapa sawit umumnya dilakukan pada

(3)

tanaman berumur lebih dari 5 tahun Meskipun keuntungannya lebih kecil jika dibandingkan dengan keuntungan dari produksi minyak sawit namun beberapa keuntungan sebagaimana disebutkan di atas mendorong meningkatnya kerja sama antara peternak dan perusahaan perkebunan kelapa sawit.

Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa sistem pemeliharaan kambing dan domba secara konvensional (ekstensif) di lahan perkebunan kelapa sawit lebih memungkinkan untuk diterapkan dibandingkan sistem pemeliharaan semi intensif (PURBA, et al., 1995). Analisis eknonomi menunjukkan penggembalaan 10 ekor domba untuk usaha perbibitan di areal TBM cukup meng-untungkan bagi petani kelapa sawit, yaitu nilai B/C 1,4 dan NPV yang positif (PURBA dan GINTING, 1997) . Selajutnya BATUBARA, et al .

Tabel 1 . Nila gizi pelepah dan daun (tanpa lidi) serta tandan kosong kelapa sawit

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawii dan industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak

Meskipun nilai nutrisinya Iebih rendah dibanding rumput, pelepah dan batang sawit dapat digunakan sebagai pakan substitusi ketika ketersediaan hijauan berkurang . PURBA, el al., (1997) memperkirakan pelepah sawit dapat menggantikan hingga 83% rumput dalam ransum domba tanpa menurunkan bobot badan . Untuk dapat meningkatkan pemanfaatan pelepah sawit sebagai pakan perlu pengem-bangan teknologi pakan, seperti aplikasi fermentasi menggunakan mikroorganisme lignoselulolitik untuk meningkatkan kecerna-annya.

POTENSI LIMBAH PABRIK KELAPA SAWIT SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG

Seiring dengan pertambahan luas areal tanam yang cenderung meningkat akan

(2003) melaporkan bahwa pemanfaatan limbah dan hasil ikutan perkebunana kelapa sawit sebagai ransum kambing potong mampu meningkatkan pertambahan berat badan harian berkisar 53 - 77 g/ekor/hari jauh lebih besar dari ternak kambing yang hanya diberimakan rumput lapangan saja (30 g/ekor/hari).

Melihat potensi yang dimiliki, maka dengan luas kebun kelapa sawit di Kalimantan Selatan yang mencapai 173 .392 ha akan dapat diusahakan untuk penggembalaan secara rotasi sekitar 182 .500 ekor sapi bali perbibitan dan atau penggemukan . Potensi ini tentu saja masih dapat ditingkatkan jika dari lahan kelapa sawit dapat pula dimanfaatkan pelepah dan batangnya . Menurut MATIUS (2003) kandungan gizi pelepah dan daun (tanpa lidi) dan tandan kosong kelapa sawit, seperti tertera pada Tabel

1 .

mendorong berkembangnya industri peng-olahan kelapa sawit di Kalimantan Selatan. Perkembangan agroindustri ini akan meng-hasilkan berbagai produk dan limbah pengolahan . Potensi ini merupakan peluang besar bagi perkembangan industri peternakan di Kalimantan Selatan sebagai bahan pakan ternak terutama sapi potong .

Limbah pabrik kelapa sawit yang memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan pada ransum sapi potong antara lain berupa tandan kosong sawit (TKS), serat buah sawit (palm press fibre/PPF) dan bungkil inti sawit (palm kernell cake/KPC) . Diperkirakan setiap TBS yang diolah menjadi CPO akan menghasilkan 23% TKS dan 13% PPF (ERNINGPRAJA dan DARNOKO, 2005) . Jika dikonversikan dari data produksi CPO Kalimantan Selatan tahun 2004 (DINAs

No . Kandungan bahan kimia Macam limbah perkebunan sawit

Pelepah Daun tanpa lidi Tandan kosong

I Bahan kering (%) 26,07 46,18 92,1 2 . Protein kasar (%) 5,8 14,12 3,7 3 . Serat kasar (%) 50,94 21,52 47,93 4 . Lemak kasar (%) 1,07 4,37 4,7 5 . . Energi (Kkal/kg) 4 .841 4 .461 3 .367 6 . Abu (%) 5,10 13,40 7,89 7 . Kalsium (%) 0,96 0,84 0,24 8 . Phospor (%) 0,08 0,17 0,04

(4)

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan industri Olahannya sebagai Pakan Ternak

PERKEBUNAN KALIMANTAN SELATAN, 2005)

ke produksi tandan buah segar (TBS) maka estimasi produksi limbah padat kelapa sawit yang berpotensi sebagai bahan pakan ternak adalah :259 .617ton TKS, 146 .740ton PPF dan 53 .880 ton KPC . Selain ketiga limbah padat pabrik kelapa sawit tersebut, endapan padat dari limbah cair (solid) juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan sapi potong. Penambahan solidakan meningkatkan penggunaan KPC dan PPF antara 40-50% dari ransum sapi potong(TURNOUR, 1996) .

Walaupun limbah padat pabrik kelapa sawit pada dasarnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak sapi potong, namun dalam pemanfaatannya tidak serta merta dapat diberikan tanpa memperhatikan beberapa hal, antara lain : kandungan serat kasar yang sangat tinggi, lebih dari 70%,pada TKS(ERWINSYAH, et al., 1997) dan PPF (HARTADI, et al.; 1980)

menyebabkan rendahnya nilai kecernaan dan konsumsi bahan kering pakan . Kandungan minyak yang masih tinggi pada PPF dan KPC menyebabkan pemberian dalam ransum harus segar karena mudah tengik dan berjamur. Penggunaan bahan pakan tinggi kandungan lemak dibatasi pada ternak ruminansia, karena akan menekan perkembangan mikroorganisme pendegradasi serat dalam rumen (PALMQUIST, et al., 1993 ; DOREAUdanCHILLIARD, 1996) .

Meskipun sebagai bahan pakan ternak ruminansia kandungan serat kasar relatif rendah (19,7%) dan protein kasar cukup tinggi (15%), pemberian KPC dibatasi maksimal 20% dari ransum karena diduga kandungan Cu yang tinggi pada KPC akan berakibat toksik bagi mikrobia rumen(PARAKKASI, 1999) .

Walaupun berkembangnya industri pengolahan kelapa sawit merupakan potensi yang sangat besar didalam penyediaan bahan pakan ternak, namun pemanfaatannya untuk pengembangan sapi potong dirasakan belum optimal . Hal ini antara lain disebabkan pengetahuan peternak akan pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit sebagai pakan ternak dirasakan masih rendah dan tidak ada sentra pemeliharaan sapi potong di daerah

sekitar pabrik . Sementara di daerah dengan budidaya sapi potong yang telah berkembang baik tidak memiliki informasi atau akses untuk memanfaatkannya dan pembelian dalam skala kecil tidak dimungkinkan, sehingga menutup peluang pemanfaatannya oleh kelompok ternak atau peternak rakyat.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan kegiatan sosialisasi pemanfaatan limbah perkebunan dan industri kelapa sawit . Perlu dikembangkan sentra peternakan sapi potong di sekitar industri/perkebunan kelapa sawit untuk memanfaatkan peluang yang ada dari industri/perkebunan kelapa sawit . Perlu adanya keterbukaan dari pihak perusahaan untuk kemungkinan pemanfaatan limbah pengolahan kelapa sawit oleh masyarakat .

Potensi sapi potong

Populasi ternak sapi potong pada tahun

2005 di Kalimantan Selatan mengalami kenaikan yang cukup berarti dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 5,18%, seperti tertera pada Tabel 2 . Besarnya jumlah pemotongan mencapai 17,04% dari populasi menunjukkan bahwa Kalimantan Selatan masih belum mampu menyediakan kebutuhan sendiri akan sapi potong . Sehingga selama ini kebutuhan sapi potong masih didatangkan dari luar pulau untuk mencukupi kebutuhan akan daging.

Berdasarkan data tersebut dapat

disimpulkan bahwa pengembangan sapi potong di Kalimantan Selatan masih terbuka lebar mengingat kebutuhan akan produk peternakan berupa daging yang cenderung selalu meningkat seiiring dengan peningkatan kesejahteraan dan pendidikan . Disamping itu Kalimantan Selatan juga merupakan sentra sapi potong bagi provinsi tetangga seperti Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur . Hal ini terlihat dari besarnya sapi potong yang dibawa keluar antar provinsi setiap tahun .

(5)

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak

Tabel 2. Dinamika populasi ternak sapi di Kalimantan Selatan tahun 2005

Sumber :DINAS PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN (2005)

PENUTUP

Seiring dengan perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit yang cenderung meningkat setiap tahunnya semestinya membuka peluang yang semakin besar untuk pengembangan usaha sapi potong di Kalimantan Selatan . Optimalisasi pemanfaatan lahan perkebunan dan limbah industri kelapa sawit untuk pengembangan sapi potong akan berdampak kepada peningkatan populasi dan pendapatan asli daerah (PAD) yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan peternak. Untuk itu perlu disusun bersama acuan yang memungkinkan akses pemanfaatan lahan perkebunan dan limbah industri pengolahan kelapa sawit oleh masyarakat peternakan di Kalimantan Selatan.

DAFTAR PUSTAKA

AWALUDIN,R danSHARIFFUDDIN . 2003 . Systematic

beef cattle integration in oil palm plantation with emphasis on the utilization of

undergrowth . Temu Aplikasi Paket Teknologi Pertanian . BPTP Banjarbaru .

BADAN PUSAT STATISTIK. 2005 . Kalimantan Selatan

Dalam Angka. Banjarmasin .

BATUBARA L .P ., S . P. GINTING,K . SIMANIHURUK,J . SIANIPARdan A .TARIGAN .2003 . Pemanfaatan

limbah dan hail ikutan perkebunan kelapa sawit sebagai ransum kambing potong . Prosiding Seminar Nasional Teknologi Petemakan dan Veteriner . Bogor, 29-30 September 2003 .

DAVENDRA, C . and M . BURNS . 1983 . Goat

production in the tropic . 2nd ed . Commonwealth Agricultural Bureaux . Farnham Royal . UK 183 pp .

No . Uraian Jumlah (ekor)

Prosentase dari populasi awal (%) Prosentase dari induk produktif (%) 1 . Populasi awal tahun (ekor) 173 .648

2 . Kelahiran (ekor) 29 .837 17,18 41,16

3 . Kematian (ekor) 1 .099 0,63

4 . Pemasukan (ekor) : 25 .603 14,74

Antar Kabupaten: 10 .741 6,19

- Siap potong (ekor) 6.955

- Bakalan (ekor) 2.824

- Bibit (ekor) 962

Antar Provinsi : 14.862 8,56

- Siap potong (ekor) 11 .061 - Bakalan/bibit (ekor) 2 .115 5 . - Bibit (ekor) Pengeluaran (ekor) : 1 .686 15 .758 r 9,07 Antar Kabupaten 10 .741 6,19 Antar Provinsi 5 .017 2,89 6. Pemotongan (ekor) 29.592 17,04 7. Pertumbuhan (ekor) 8 .991 5,18

(6)

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak

DINAS PERKEBUNAN KALIMANTAN SELATAN. 2005 . Statistik perkebunan Kalimantan Selatan tahun 2004 . Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru .

DINAS PETERNAKAN KALIMANTAN SELATAN . 2005 . Laporan tahunan 2004 . Dinas Petemakan Propinsi Kalimantan Selatan . Banjarbaru . DOREAU M . and Y . CHILLIARD. 1996 . Digestion and

metabolism of dietary fat in farm animals . In : An Interbational Conference on Fats in The Diet of Dairy Cows .

ERNINGPRAJA, L . dan DARNOKO . 2005 . Pengelolaan limbah kelapa sawit ramah lingkungan . Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan .

ERWINSYAH, K . PAIMIN dan P . GURITNO . 1997 . Pemanfaatan serat tandan kosong sawit untuk pot tanaman kelapa sawit pada pembibitan awal . Jurnal Penelitian Kelapa Sawii 5 (3) :

179-189 .

HARTADI, H., S . REKSOHADIPRODJO, S . LEBDOSOEKOJO, A . TILLMAN, L .C . KEARL dan L .E . HARRIS . 1980. Tabel-tabel dari komposisi bahan makanan ternak untuk Indonesia. International Feedstuffs Institute Utah and University of Gadjah Mada. Utah.

MATHIUS, I.W . 2003 . Perkebunan kelapa sawit dapat menjadi basis pengembangan sapi potong . Warta Lit bang Pertanian 25 (5) : 1-4 PALMQUIST D .L, M.R . WEISBJERG and T .

HVELPLUND . 1993 . Ruminal, intestinal and total digestibilies of nutrients in cows fed diets high in fat and undegradable protein . J. Dairy Sci. 76 : 1353-1364 .

PARAKKASI, A . 199 . Ilmu nutrisi dan makanan ternak ruminan. UI Press .

PURBA, A . dan S.P . GINTING . 1997 . Integrasi perkebunan kelapa sawit dengan ternak ruminansia.Warta PPKS 5 (2) :55-60 . PURBA, A., P . GIRSANG, Z . POELOENGAN dan A .U .

LUBIS. 1995 . Pemanfaatan lahan perkebunan kelapa sawit untuk ternak domba dan kambing.Warta PPKS 3 (3) : 101-111 . PURBA, A., S .P . GINTING, Z . POELOENGAN, K.

SIMAj4IHURUK dan J . SIANIPAR . 1997 . Nilai nutrisi dan manfaat pelepah sawit sebagai pakan domba.Jurnal Penelitian Kelapa Sawit

5 (3) :161-177.

TURNOUR, J . 1996 . Petunjuk teknis penggemukan sapi Australia. APFINDO-AMLC . Jakarta .

Referensi

Dokumen terkait

Penghitungan trombosit secara tidak langsung yang menggunakan sediaan apus dilakukan dalam 10 lpmi x 2000 atau 20 lpmi x 1000 memiliki sensitifitas dan spesifisitas

a) Guru memberikan beberapa soal tiket masuk kelas (menggunakan kartu soal) untuk mengingatkan materi yang sudah dipelajari yaitu pembulatan ke satuan terdekat dengan

Beberapa implikasi penting dari penelitian ini adalah: (1) perancangan teknologi harus mempertimbangkan cabai sebagai salah satu komponen dari penelitian ini adalah: (1)

Setelah dilakukan simulasi hingga mencapai nilai yang konvergen, maka tahap selanjutnya dilakukan analisis data yang meliputi pengaruh susunan serta sudut serang

Sistem informasi akuntansi penggajian harus dapat mendukung tugas-tugas bagian HRD terutama dalam membuat pendataan karyawan baru, membuat pendataan karyawan mutasi,

Triyantono. Studi Deskriptif Tentang Program Pemerintah Nawa Cita Melalui Kegiatan Pembangunan Tingkat Padukuhan Di Desa Karangasem Kecamatan Paliyan

Telah dilakukan preparasi RS dari pati kacang hijau varietas Walet dengan perlakuan kombinasi

Unsur Objektif dalam perkara ini yaitu unsur dengan sengaja “Melakukan pembakaran lahan sebagaimana dimaksud Pasal 69 Ayat (1) huruf h yakni melakukan pembukaan