• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROVINSI SUMATERA BARAT. DINAS KESEHATAN Jl. Perintis Kemerdekaan No.65 A Padang- Sumatera Barat Telpon : , Fax

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROVINSI SUMATERA BARAT. DINAS KESEHATAN Jl. Perintis Kemerdekaan No.65 A Padang- Sumatera Barat Telpon : , Fax"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

PROVINSI SUMATERA BARAT

DINAS KESEHATAN

Jl. Perintis Kemerdekaan No.65 A Padang- Sumatera Barat Telpon : 0751-25642, Fax 0751-33437

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-NYA telah dapat disusun Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat merupakan data dan informasi untuk landasan pengambilan keputusan dalam pembangunan kesehatan sesuai dengan amanat Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 setiap orang berhak mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, ketersedian data dan informasi sangat diperlukan dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Penyusunan Profil Kesehatan ini menggambarkan seluruh program yang ada di Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Umum Pemerintah maupun Swasta dan lintas sektor terkait di Provinsi Sumatera Barat. Penyusunannya berdasarkan pada format yang diberikan oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam bentuk tabel yang disajikan secara sistematis sesuai dengan Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan. Langkah perbaikan dan penyempurnaan dalam proses kualitas Profil Kesehatan selalu diupayakan dari waktu ke waktu dalam hal keakuratan data, ketepatan waktu dan kesesuaian dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.

Untuk meningkatkan mutu penyajian Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat berikutnya, kami sangat mengharapkan sumbang saran, tanggapan peran serta dari semua pihak terkait sumber data, terutamanya para pengelola program kesehatan di semua tingkatan administrasi, sehingga penyusunan akan menjadi lebih baik lagi. Semoga Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat 2014 ini dapat memenuhi tuntutan ketersedian data dan informasi untuk menjadi landasan

(3)

ii

pengambilan keputusan yang evidence-based dalam pembangunan kesehatan Provinsi Sumatera Barat

PADANG, 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT

Dr. Hj. ROSNINI SAVITRI, M.KES NIP 19561207 198310 2 001

(4)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR LAMPIRAN / TABEL v

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK 5

a. Keadaan penduduk ... 6

b. Administrasi ... 6

c. Keadaan kesehatan lingkungan & perilaku ... 6

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN 11 a. Meningkatkan umur harapan hidup (UHH) ... 11

b. Angka kematian bayi (AKB) ... 12

c. Angka kematian ibu (AKI) ... 13

d. Jumlah kematian neonatal ... 14

e. Jumlah kematian bayi ... 15

f. Jumlah kematian anak balita ... 16

g. Menurunnya angka gizi kurang BB/TB ... 16

h. Morbiditas ... 17

1. Tuberkulosis ... 17

2. HIV dan AIDS ... 19

3. ISPA ... 21

4. Penanggulangan dan pemberantasan diare dan ISPL ... 22

BAB IV PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG 24 a. Penanggulangan & pemberantasan DBD ... 24

b. Penanggulangan & pemberantasan malaria ... 26

c. Penanggulangan& pemberantasan filariasis ... 28

BAB V SITUASI UPAYA KESEHATAN 30 a. % Ibu Hamil yang mendapat pelayanan Antenatal care/K1 ... 31

(5)

iv

b. % Ibu Hamil mendapatkan pelayanan antenatal (K4)

... 32

c. % ibu bersalin yang ditolong oleh nakes Terlatih

... 33

d. % Ibu Hamil, Bersalin, Nifas yang dapat Penanganan Komplikasi Kebidanan (PK)

... 33

e. % Pasangan Usia Subur yang menjadi Peserta KB Aktif %

... 34

f. Jumlah Kematian Ibu di Prov. Sumbar tahun 2014

... 35

g. Imunisasi Rutin ... 35

h. Wanita Usia Subur (15-39 tahun), Bumil dan Catin

... 39

i. Desa UCI ... 40

j. Promosi Kesehatan ... 42

BAB VI SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

a. Pembiayaan kesehatan ... 46

b. Tenaga kesehatan ... 47

c. Sarana & prasarana ... 48

BAB VII PENUTUP

(6)

v

DAFTAR LAMPIRAN

TABEL 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA DAN KEPADATAN PENDUDUK

TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR

TABEL 3 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF DAN IJAZAH TERTINGGI YANG DIPEROLEH MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 5 JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 6 JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR

TABEL 7 KASUS BARU TB BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS TB PADA ANAK DAN CASE NOTIFICATION RATE (CNR) PER 100.000 PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 8 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 9 ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TB

PARU BTA+ SERTA KEBERHASILAN PENGOBATAN

MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 10 PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 11 JUMLAH KASUS HIV, AIDS DAN SYPHILIS MENURUT JENIS KELAMIN

(7)

vi

TABEL 12 PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 13 KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 14 JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 15 KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 16 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT TIPE/JENIS, MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 17 PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT (RELEASE FROM TREATMENT/RFT) MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 18 JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO)

TABEL 19 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 20 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN (LANJUTAN)

TABEL 21 JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 22 KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 23 PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 24 CAKUPAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH MENURUT JENIS KELAMIN

(8)

vii

TABEL 25 CAKUPAN PEMERIKSAAN OBESITAS MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 26 CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN METODE IVA DAN KANKER PAYUDARA DENGAN

PEMERIKSAAN KLINIS (CBE)

TABEL 27 JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

TABEL 28 KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI DESA/KELURAHAN YANG DITANGANI < 24 JAM

TABEL 29 CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS

TABEL 30 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL

TABEL 31 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR

TABEL 32 JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN FE3

TABEL 33 JUMLAH DAN PERSENTASE PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DAN KOMPLIKASI NEONATAL

TABEL 34 PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI

TABEL 35 PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI

TABEL 36 JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF

TABEL 37 BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) MENURUT JENIS KELAMIN

(9)

viii

TABEL 38 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 39 JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 40 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 41 CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI

TABEL 42 CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B < 7 HARI DAN BCG PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 43 CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB/DPT-HB-Hib, POLIO, CAMPAK, DAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 44 'CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI, ANAK BALITA, DAN IBU NIFAS MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 45 JUMLAH ANAK 0-23 BULAN DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 46 CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 47 JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 48 CAKUPAN KASUS BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 49 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN) SISWA SD & SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 50 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT JENIS KELAMIN

(10)

ix

SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 52 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT

MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 53 CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN MENURUT JENIS JAMINAN DAN JENIS KELAMIN

TABEL 54 JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN , RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN

TABEL 55 ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

TABEL 56 INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT

TABEL 57 PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (BER-PHBS)

TABEL 58 'PERSENTASE RUMAH SEHAT

TABEL 59 PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS (LAYAK)

TABEL 60 PERSENTASE KUALITAS AIR MINUM DI PENYELENGGARA AIR MINUM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN

TABEL 61 DESA YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

TABEL 62 PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI YANG LAYAK (JAMBAN SEHAT) MENURUT JENIS JAMBAN

TABEL 63 PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM MEMENUHI

SYARAT KESEHATAN

TABEL 64 TEMPAT PENGELOLAAN MAKAN (TPM) MENURUT STATUS HIGIENE SANITASI

(11)

x

TABEL 65 TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN DIBINA DAN DIUJI PETIK

TABEL 66 PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN

TABEL 67 JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN

TABEL 68 PERSENTASE SARANA KESEHATAN RS DENGAN

KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR) LEVEL I

TABEL 69 JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA

TABEL 70 JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA

MASYARAKAT (UKBM)

TABEL 71 JUMLAH DESA SIAGA

TABEL 72 JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN

TABEL 73 JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI FASILITAS

KESEHATAN

TABEL 74 JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN FASILITAS KESEHATAN

TABEL 75 JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN

KESEHATAN LINGKUNGAN DI FASILITAS KESEHATAN

TABEL 76 JUMLAH TENAGA GIZI DI FASILITAS KESEHATAN

TABEL 77 JUMLAH TENAGA TEKNISI MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN

TABEL 78 JUMLAH TENAGA TEKNISI MEDIS DAN FISIOTERAPIS DI FASILITAS KESEHATAN

TABEL 79 JUMLAH JUMLAH TENAGA KESEHATAN LAIN DI

FASILITAS KESEHATAN PENGELOLA PROGRAM

KESEHATAN

(12)

xi

TABEL 80

TABEL 81

KESEHATAN

ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

(13)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 1

BAB I

PENDAHULUAN

Undang-Undang RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 17 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pada pasal 168 juga menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang dilakukan melalui sistem informasi dan melalui kerjasama lintas sektor. Sedangkan pada pasal 169 disebutkan bahwa pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Salah satu luaran dari sistem informasi ini adalah Profil Kesehatan, yang merupakan paket penyajian data/informasi kesehatan yang lengkap, berisi data/informasi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan data/informasi terkait lainnya. Profil Kesehatan Provinsi disusun berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan hasil pembangunan kesehatan yang diselenggarakan provinsi, termasuk hasil lintas sektor terkait. Profil Kesehatan Provinsi ini dapat digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal yang telah dilakukan oleh kabupaten/kota serta Provinsi.

Profil Kesehatan Provinsi diterbitkan secara berkala setiap setahun sekali. Penerbitan Profil Kesehatan berdasarkan data tahun kelender yaitu Profil Kesehatan Tahun 2015 berisi data bulan Januari s/d Desember 2014. Ada 2 (dua) tahap dalam

(14)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 2 penyusunan profil ini yaitu tahap pertama kumpulan lampiran-lampiran atau tabel (draft) dan tahap kedua berupa narasi dan kumpulan lampiran (finalisasi).

Dalam setiap penerbitan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera barat, selalu dilakukan berbagai upaya perbaikan, baik dari segi materi, analisis maupun bentuk tampilan fisiknya, sesuai masukan dari para pengelola program di Dinas Kesehatan Provinsi maupun Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan para pemakai pada umumnya.

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2015, diharapkan dapat menjadi salah satu media untuk memantau dan mengevaluasi hasil penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta memberikan data yang dibutuhkan oleh para penentu kebijakan sebagai suatu bukti untuk dapat dilakukannya pengambilan keputusan berdasarkan fakta (evidence based decision

making). Untuk itu penyusunan profil kesehatan yang berkualitas, terbit lebih cepat,

menyajikan data yang lengkap, akurat, konsisten dan sesuai kebutuhan, menjadi harapan kita bersama. Selain itu, Profil Kesehatan ini dapat digunakan sebagai sarana penyedia data dan informasi dalam rangka pembinaan dan pengawasan pelaksanaan upaya kesehatan di kabupaten/kota sebagai mana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, maupun yang telah diuraikan dalam UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dimana kesehatan merupakan salah satu urusan Wajib Pemerintah Daerah.

(15)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 3 Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat membahas beberapa topik yang terdapat dalam setiap bab yang disajikan dalam urutan sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Provinsi Sumatera Barat, yang meliputi letak geografis, administrasi dan informasi umum lainnya. Bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan meliputi kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, perilaku dan lingkungan.

BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Bab ini berisi uraian tentang tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat. Angka kematian pada bayi, balita, dan maternal pada profil kesehatan Provinsi Sumatera Barat ini menggunakan data laporan dari seluruh sarana pelayanan kesehatan yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Angka kematian neonatal, bayi dan balita bersifat fluktuatif selama 5 tahun terakhir.

BAB 4 SITUASI UPAYA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya

(16)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 4 BAB 5 SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya pembangunan kesehatan lainnya.

BAB 6 KESIMPULAN

Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2013. Selain keberhasilan-keberhasilan, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

LAMPIRAN

Pada lampiran berisi tabel resume/angka pencapaian kabupaten/kota dengan 81 tabel data kesehatan dan yang terkait kesehatan yang responsif gender, dan berdasarkan definisi operasional petunjuk tekhnis Profil 2013 dari Kementerian Kesehatan RI

(17)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 5

BAB II

GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

Sumatera Barat yang terletak di sebelah barat pulau Sumatera mempunyai letak geografis yang strategis antara kawasan sebelah utara dan kawasan timur pulau Sumatera dengan pulau Jawa di sebelah selatan. Provinsi Sumatera Barat mempunyai luas 42.229.730 km2 dengan topografi yang datar dan bergelombang sampai bergunung yang merupakan bagian dan jajaran pegunungan Bukit Barisan dengan luas perairan laut diperkirakan ± 186.500 Km2.

Batas wilayah Provinsi Sumatera Barat terletak disepanjang pinggiran pantai barat pulau Sumatera yang berada antara 0 - 54’ Lintang Utara sampai 3 - 30’ Lintang Selatan serta antara 98 36’ sampai 101 53’ Bujur Timur. Provinsi Sumatera Barat yang

terdiri dari 19 kabupaten/kota (12 Kabupaten dan 7 Kota) diantaranya Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki wilayah terluas, yaitu 6.001,00 Km2 atau sekitar 14,21 % dari luas Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan kota Padang Panjang memiliki luas daerah terkecil, yakni 23,00 Km2 (0,05 %). Provinsi Sumatera Barat terletak di sebelah barat pulau Sumatera dan sekaligus berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera barat

Iklim Sumatera Barat tergolong iklim tropis dengan rata-rata suhu 25,5 derajat Celcius dan rata kelembaban yang tinggi yaitu 86,17 % dengan tekanan udara rata-rata berkisar 997,03 mb.

(18)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 6

A.

KEADAAN PENDUDUK

Sesuai dengan data dari BPS Provinsi Sumatera Barat, jumlah penduduk Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2014 tercatat sebesar 5.079.451 jiwa, dengan tingkat kepadatan 120 jiwa per km2 (tabel 1). Kepadatan penduduk Provinsi Sumatera Barat tidak merata, kepadatan penduduk tertinggi adalah di Kota Bukittinggi dengan kepadatan penduduk 4.774 jiwa/km2. Komposisi penduduk Provinsi Sumatera Barat menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (<15 tahun) sebesar 30,61 %, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 63,58 % dan yang berusia tua (>65 tahun) sebesar 5,46 %. Komposisi penduduk perempuan berusia produktif 15 – 35 tahun 825.597 jiwa

B. ADMINISTRASI

Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2014 mempunyai wilayah administrasi terdiri atas 12 (dua belas) Kabupaten dan 7 (tujuh) Kota, dengan 176 kecamatan, jumlah nagari sebanyak 755 nagari, 260 kelurahan, 125 desa dan 3.640 jorong / kampung * (SDBA)

C. KEADAAN LINGKUNGAN DAN PERILAKU

Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus karena lingkungan merupakan media penularan penyakit. Untuk itu maka penanganan lingkungan perlu dilakukan. Disini dapat dilihat gambaran keadaan lingkungan terutama dari indikator-indikator persentase rumah sehat dan persentase tempat-tempat umum serta tempat pengelolaan makanan sehat. Disamping itu ada juga indikator lain yang sangat menunjang keadaan suatu lingkungan yang sehat antara lain persentase keluarga yang memiliki akses terhadap air bersih, gambaran masing-masing indikator lingkungan

(19)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 7

diantaranya Cakupan Rumah Sehat, Cakupan Tempat-Tempat Umum (TTU) Sehat, Cakupan Tempat Pengelolan Makanan (TPM) Sehat

GRAFIK 2.1 CAKUPAN RUMAH SEHAT PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014

Dari tabel 58 (lampiran) terlihat cakupan rumah yang memenuhi syarat 62 % masih jauh dari target 83 % pada umumnya semua Kab/Kota masih dibawah target, Rumah sehat ini banyak faktor yang mempengaruhinya tingkat ekonoman dan tingkat pendidikan masyarakat akan mempengaruhi dari perilaku masyarakat itu sendiri dan masyarakat lebih mementingkan untuk kehidupannya untuk makan dari pada kebersihan diri dan lingkungannya (Rumah sehat, limbah, sampah dan jamban keluarga serta air bersih). Sebagaiman kita ketahui bahwa rumah yang dikatakan memenuhi syarat kesehatan selain keadaan rumah, lingkungan disekitar rumah juga termasuk harus memenuhi syarat kesehatan seperti pegelolaan sampah, pengelolaan limbah, jamban dan kandang ternak yang ada disekitar rumah. kalau dilihat keadaan rumah seperti ventilasi pada umumnya sudah memenuhi syarat akan tetapi untuk pemcemaran disekitar rumah pada umumnya yang belum memenuhi syarat kesehatan seperti sampah, limbah yang belum dikelola dengan baik dan kandang ternak yang dekat dengan rumah, ini yang

(20)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 8 akan berdampak terhadap rumah menjadi tidak sehat. Untuk meningkatkan cakupan rumah sehat ini perlu dilakukan peningkatan penyuluhan dan pemantauan ke lapangan dengan menggunakan kartu rumah, sehingga dapat merobah perilaku masyarakat dalam pengelolaan lingkungan rumah

GRAFIK 2.2 CAKUPAN TEMPAT-TEMPAT UMUM (TTU) SEHAT PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014

Tempat-tempat umum ini merupakan tempat berkumpulnya orang banyak sehingga agak susah untuk pengelolaannya terutama untuk kebersihan lingkungannya seperti pasar, tempat wisata, bioskop hotel , penginapan dan lain-lain. Untuk tempat-tempat umum ini yang menjadi masalah terutama air bersih dan sanitasi dasar (jamban, sampah dan limbah). Untuk TTU cakupan tahun 2014 mencapai 74 % dengan target 83% Pada umumnya untuk kota sudah mendekati target, dipengelolanya, Tempat-tempat umum ini yang paling susah mengelolanya adalah sampah , ini sangat tergantung juga dengan perilaku dari masyarakat pengunjungnya dimana telah disediakan tempat sampah akan tetapi masyarakat masih membuang sampah disembarangan tempat seperti di pasar dan daerah wisata. Dan juga penyediaan air bersih yang masih banyak yang kurang sehinga mengakibatkkan jamban umum akan kotor , karena air tidak mencukupi, serta perilaku masyarakat dalam penggunakan jamban umum tidak merasa

(21)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 9 tanggung jawab terhadap kebersihan jamban (WC umum ) ini mengingat kebersihan WC umum ini ada yang mengelolanya

Untuk meningkatkan cakupan ini lebih ditingkatkannya koordinasi lintas sektor terkait dengan tempat dan adanya perda dalam penertiban pengelolaan tempat –tempat umum penyuluhan kepada masyaraakat pengguna Tempat-Tempat Umum

GRAFIK 2.3 CAKUPAN TEMPAT PENGELOLAN MAKANAN (TPM) SEHAT PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014

Yang termasuk dalam Tempat Pengelolaan makanan ini antara lain : restoran/rumah makan, jasa boga, depot air minum, makanana jajanan. Cakupan untuk tahun 2014 baru mencapai 33 % dengan target 73% , hal ini juga masih didominasi oleh kota yang pada umumnya sudah mencapai target. Tempat pengelolaan makanan ini yang sering menjadi masalah adalah perilaku pengelola TPM untuk menyediakan tempat sampah, limbah dan kamar mandi/jamban. Hal ini berdasarkan hasil tinjauan / pengawasan lapangan sangat erat hubungannya dengan perilaku dari pengelola tempat makanan tersebut. Untuk TPM ini masih dikelola oleh masing-masing pribadi, disini para pelaku TPM masih mementingkan faktor keuntungan penjualan dari pada faktor

(22)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 10 kesehatan lingkungannya, mengingat umumnya TPM ini merupakan mata pencarian golongan ekonomi menengah kebawah.

(23)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 11

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya. Situasi derajat kesehatan masyarakat dapat tercermin melalui angka morbiditas, mortalitas dan status gizi. Pada bab berikut ini situasi derajat kesehatan di Provinsi Sumatera Barat digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka morbiditas beberapa peyakit.

Mortalitas merupakan angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya.

A. MENINGKATKAN UMUR HARAPAN HIDUP

Umur atau Angka Harapan Hidup adalah perkiraan rata-rata tambahan umur seseorang yang diharapkan dapat terus hidup atau rata-rata jumlah tahun yang akan dijalani seseorang sejak orang tersebut lahir. Umur harapan hidup merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam menentukan Human Development Index (HDI). Peningkatan kesejahteraan ditandai dengan peningkatan derajat kesehatan seluruh masyarakat. Jika dilihat pada tahun 2011 Umur Harapan Hidup mencapai 69,76 tahun dan meningkat menjadi 70,02 tahun pada tahun 2012. Umur harapan hidup baru dapat tercapai jika 15 program langsung yang menjadi faktor pendukung terealisasi dengan

(24)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 12 baik yaitu: a. Penurunan AKI b. Penurunan AKABA c. Penurunan AKB d. Prevalensi BBLR

e. Prevalensi gizi kurang pada ballita f. Prevalensi stunting pada anak balita . g. Persalinan dengan tenaga kesehatan

h. Anak di bawah usia 1 tahun mendapat imunisasi lengkap i. Penduduk dengan sanitasi dasar

j. Penduduk dengan sarana air bersih

k. Tersedianya obat esensial di pelayanan kesehatan dasar l. Kasus malaria / 100.000 penduduk

m. Kasus TBC / 100.000 penduduk

n. Rata-rata pertahun konsumsi rokok pada orang dewasa o. Anggaran kesehatan untuk pelayanan publik

B. ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB)

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia di bawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. AKB merupakan salah satu indikator yang menentukan derajat kesehatan dan merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu MDGꞌs 4 yaitu mengurangi kematian Bayi menjadi 23/1000 kelahiran hidup. Hasil SDKI 2007 dan SDKI 2012, AKB di Indonesia sudah mengalami penurunan dari 34/1000 KH pada tahun 2007 menjadi 32/1000 KH pada tahun 2012. AKB di Provinsi Sumatera Barat

(25)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 13 dibandingkan Provinsi lain di Indonesia sudah memperlihatkan penurunan yang cukup bermakna meskipun secara target Provinsi hanya mencapai 66%. AKB di Sumatera Barat turun 47/1000 KH pada tahun 2007 menjadi 27/1000 KH pada tahun 2012. Indikator yang digunakan untuk memantau keberhasilan program antara lain Persentase Kunjungan Neonatus Lengkap dan Persentase Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi sebagaimana tertera pada tabel di bawah ini.

TABEL 3.1 INDIKATOR PENURUNAN AKB PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014

N o

Indikator Target Realisasi % Pencapaian

1 Angka Kematian Bayi

(AKB) 18/.000 KH

27/1000 KH

(SDKI 2012) 27/1.000 KH (SDKI 2012) 2 Persentase Kunjungan

neonatus lengkap 86 87.84 102.1

Sumber data : proram gizi kesga

C. ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. AKI merupakan salah satu indikator dari derajat kesehatan juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium (MDGꞌs) yaitu tujuan MDGꞌs 5a yaitu Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga 3/4 dalam kurun waktu 1990-2015 dimana ditargetkan AKI pada tahun 2015 sebesar 102/100.000 KH.

Berdasarkan SDKI 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 228/100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan Survey Fakultas Kedokteran Universitas

(26)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 14 Andalas tahun 2008, AKI Provinsi Sumatera Barat sebesar 212/100.000 kelahiran hidup. Jika dilihat perkembangannya angka ini sudah mengalami penurunan, namun angka tersebut masih jauh di bawah target Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai pada tahun 2015 yaitu menjadi 102/100.000 Kelahiran Hidup.

TABEL. 3.2 INDIKATOR PENURUNAN AKI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014

No Indikator Target Realisasi % Pencapaian

1 Persentase ibu bersalin yang

ditolong oleh Nakes terlatih (PN) 90 90,02 100,02 2 Persentase ibu hamil mendapat

pelayanan antenatal/ K4 89 89,01 100,01

Sumber data : proram gizi kesga

D. JUMLAH KEMATIAN NEONATAL

Kematian 0 – 6 hari neonatal merupakan gambaran pelayanan kesehatan. Resiko terbesar kematian neonatal terjadi 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupan. Bayi yang berusia kurang dari 1 bulan merupakan golongan umur yang paling rentan atau memiliki resiko gangguan kesehatan yang paling tinggi. Grafik berikut ini menunjukkan bahwa jumlah kematian neonatal 0-28 hari di Prov. Sumbar sebesar 689 orang.

(27)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 15 GRAFIK.3.1 JUMLAH KEMATIAN NEONATAL PROVINSI SUMBAR

TAHUN 2014

E. JUMLAH KEMATIAN BAYI

Jumlah kematian Bayi di Propinsi Sumatera Barat sebanyak 681 orang yang tersebar di 19 Kab/Kota dengan penyumbang kematian tertinggi dari Kota Padang sebanyak 108 orang. Grafik berikut ini menunjukkanKematian Bayi Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014.

GRAFIK. 3.2 JUMLAH KEMATIAN BAYI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014

(28)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 16 F. JUMLAH KEMATIAN BALITA.

Jumlah kematian Balita di Propinsi Sumatera Barat sebanyak 856 orang yang tersebar di 19 Kab/Kota dengan penyumbang kematian tertinggi dari Kota Padang sebanyak 125 orang. Grafik berikut ini menunjukkan Kematian Anak Balita Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014.

GRAFIK. 3.3 JUMLAH KEMATIAN ANAK BALITA

PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014

G. MENURUNNYA ANGKA GIZI KURANG (BB/TB)

Perbaikan gizi masyarakat di Provinsi Sumatera Barat dibandingkan Provinsi lain di Indonesia secara nyata telah memperlihatkan hasil yang cukup bermakna. Keberhasilan program gizi selama ini dapat dilihat dalam 3 tahun terakhir dimana terjadinya penurunan status gizi kurang pada balita (BB/TB) dari 15,7 % tahun 2007 menjadi 8,2 % tahun 2010, status gizi kurang (BB/U) 19,9 % tahun 2007 menjadi 17,9 % tahun 2010 dan balita pendek (TB/U) dari 36,2 % tahun 2007 menjadi 32,8 % tahun

(29)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 17 2010 (Data RISKESDAS 2010). Angka ini sudah berada di bawah angka yang ditetapkan MDGS tahun 2014 yaitu status gizi kurang balita setinggi-tingginya 15 % dan balita pendek 32 % .

H. MORBIDITAS

Morbiditas adalah angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.

Data angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat (comunity based

data) salah satunya dapat di peroleh dari hasil pengumpulan data dari Dinas Kesehatan

Kab/Kota dan sarana pelayanan kesehatan lainnya (facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan

1. Tuberkulosis

Hasil angka penjaringan suspek per kabupaten/kota pada tahun 2012 sampai dengan 2014 dapat dilihat sebagai berikut :

Peningkatan angka penjaringan suspek mempunyai range 5.75 - 436.73 per 100.000 penduduk. Kabupaten/Kota dengan penurunan angka penjaringan suspek tertinggi adalah Kota Padang Panjang (menjadi 454.48 per 100.000 penduduk) dan kenaikan tertinggi adalah Kabupaten Pasaman Barat (menjadi 436.73 per 100.000 penduduk).Hasil angka penjaringan suspek per kabupaten/kota pada tahun 2012 sampai dengan 2014 dapat dilihat sebagai berikut:

(30)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 18 TABEL 3.3 ANGKA PENJARINGAN SUSPEK TB SUMATERA BARAT

2012-2014 No KAB/KOTA 2012 2013 2014 Trend 1 Padang Pariaman 868.05 1,552.15 879.96 (672.19) 2 Kab. Solok 628.29 670.75 565.51 (105.24) 3 Tanah Datar 445.80 771.95 662.12 (109.83) 4 Sijunjung 916.69 790.79 654.54 (136.25) 5 Agam 845.60 794.40 937.60 143.21 6 Pessel 1,019.00 1,271.28 1295.86 24.58 7 50 Kota 740.96 732.48 604.65 (127.83) 8 Pasaman 887.59 1,002.67 1192.92 190.25 9 Padang 571.98 947.15 623.06 (324.09) 10 Bukittinggi 940.40 2,171.37 1007.32 (1,164.05) 11 Payakumbuh 1,064.40 1,062.62 1000.61 (62.01) 12 Padang Panjang 623.30 2,473.70 454.48 (2,019.22) 13 Kota Solok 488.26 1,247.58 592.64 (654.94) 14 Sawahlunto 1,441.99 1,072.65 1054.15 (18.50) 15 Kep. Mentawai 865.19 794.23 376.97 (417.26) 16 Kota Pariaman 923.05 1,496.70 1019.49 (477.21) 17 Pasaman Barat 760.70 874.94 1311.67 436.73 18 Solok Selatan 354.86 597.82 395.17 (202.65) 19 Dharmasraya 1,440.84 780.02 785.77 5.75 Sumbar 1,006.41 1,648.52 1,016.56 (631.96)

(31)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 19 2. HIV AIDS

TABEL 3.4 PENCAPAIAN INDIKATOR PROSES PROGRAM PENANGGULANGAN HIV TAHUN 2014

No Indikator Target Realisasi % Pencapaian

1 Persentase ODHA yang diobati 100% 100% 100% 2 Sarana kesehatan yang memberikan pelayanan ART 3 5 133,3%

3

Persentase orang dewasa dan anak-anak dengan infeksi HIV lanjut dan memenuhi syarat untuk ART yang mendapatkan ARV

90% 94,5% 105%

Sumber data : Laptah Dinkes

Dari tabel diatas terlihat bahwa target-target indikator output dan outcome yang digunakan untuk mencapai sasaran ini telah dapat dicapai dengan tingkat capaian 100% bahkan lebih. Selain dari itu, jika dilihat dari trend kinerja dari tahun 2008 sampai tahun 2013 dapat dilihat beberapa indikator masih fluktuatif, namun beberapa indikator mengalami peningkatan yang cukup berarti.

Rincian peningkatan indikator dapat dilihat pada tabel berikut ini:

TABEL 3.5 TREND PENCAPAIAN INDIKATOR PROSES PROGRAM PENANGGULANGAN HIV TAHUN 2008 SD TAHUN 2014

No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1 Persentase ODHA yang diobati 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

2 Sarana kesehatan yang memberikan

pelayanan ART 1 2 2 3 4 4 133,3%

3

Persentase orang dewasa dan anak-anak dengan infeksi HIV lanjut dan memenuhi syarat untuk ART yang mendapatkan ARV

87,2% 92,5% 93% 94% 105%

(32)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 20 Jika dilihat dari Case rate (jumlah kasus per 100.000 penduduk), maka case rate yang tertinggi adalah di Kota Bukittinggi (150.57/100.000 penduduk), diikuti Kota Padang, Kota Solok, Kota Payakumbuh dan Kota Pariaman.Pada tahun 2014, jika dikelompokkan per kabupaten kota, penyumbang kasus AIDS terbanyak dilaporkan masih dari Kota Padang (116 kasus) dan Kabupaten Agam (16 kasus). Diikuti Kota Bukittinggi (23 kasus), Kota Payakumbuh (20 kasus), Kabupaten Pesisir Selatan (11 kasus), dan Kabupaten Agam (10 kasus. Di samping jumlah penduduk yang lebih banyak dibandingkan kabupaten/kota lainnya, status Kota Padang sebagai sentra ekonomi, pendidikan dan pariwisata menjadi faktor salah satu pendukung tingginya kasus HIV-AIDS di kedua kota besar di Sumatera Barat tersebut. Oleh sebab itu berbagi tindakan pengendalian, pencegahan penularan serta program dukungan perawatan lainnya harus terus diintensifkan terutama di kabupaten kota tersebut.

GRAFIK 3.4 JUMLAH KASUS AIDS MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA BARAT, TAHUN 2014

9 5 11 10 4 3 3 2 1 1 116 23 20 8 3 5 0 20 40 60 80 100 120 140 Ka bu pa te n Pa da ng Ka bu pa te n Ta na h Da ta r Ka bu pa te n Pe si si r Ka bu pa te n Ag am Ka bu pa te n 50 K ot a Ka bu pa te n Pa sa m an Ka bu pa te n Pa sa m an Ka bu pa te n Si ju nj un g Ka bu pa te n Ka bu pa te n So lo k Ka bu pa te n So lo k Ka bu pa te n M en ta wa i Ko ta P ad an g Ko ta B uk itt in gg i Ko ta P ay ak um bu h Ko ta P ad an g Pa nj an g Ko ta S ol ok Ko ta S aw ah lu nt o Ko ta P ar ia m an

(33)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 21 3. ISPA

Penyakit ISPA yang paling menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat adalah pneumonia, karena penyakit ini merupakan penyakit yang paling banyak (80-90%) menyebabkan kematian khususnya pada balita diantara penyakit ISPA lainnya. Oleh karena itu disini akan difokuskan pada penyakit Penumonia Balita, selain program penanggulangan pandemi flu burung.Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).

ISPA khususnya Pneumonia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutama pada Balita. Menurut hasil Riskesdas 2007, pneumonia merupakan pembunuh nomor dua pada Balita (15,5%) setelah diare (25,2%). Jika dibandingkan dengan hasil penelitian oleh Rudan,et al (2004) di negara berkembang termasuk Indonesia insidens pneumonia sekitar 36% dari jumlah Balita. Faktor risiko yang berkontribusi terhadap insidens pneumonia tersebut antara lain gizi kurang, ASI ekslusif rendah, polusi udara dalam ruangan, kepadatan, cakupan imunisasi campak rendah dan BBLR.Sejak tahun 2000, angka cakupan penemuan pneumonia Balita berkisar antara 17.35% sd 35.55%. Angka cakupan tersebut masih jauh dari target nasional yaitu 80%

(34)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 22 GRAFIK 3.5 CAKUPAN PNEUMONIA BALITA

DI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014

Pada tahun 2014 cakupan penemuan pneumonia Sumatera Barat baru mencapai 27 %. Masih rendahnya capaian indikator ini disebabkan masih rendahnya penemuan kasus pneumonia di Kabupaten Kota

4. Penanggulangan Dan Pemberantasan Diare Dan ISPL

1). Angka Penemuan Penderita (Case Detection Rate /CDR)

Pada tahun 2014 jumlah kasus diare yang datang kesarana kesehatan sebanyak 106.205 kasus. Dari grafik diatas terlihat bahwa angka sangat fluktuatif, akan tetapi menunjukkan trend meningkat. Jumlahkasus tahun 2014 sedikit menurun dibandingkan kasus tahun 2013 sebesar 112.986.

2). Cakupan Pelayanan

Adalah prosentase jumlah penderita diare yang dilayani dalam satu tahun dibagi target penemuan penderita pada tahun yang sama.

(35)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 23 GRAFIK 3.7 PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN DIARE DI PROVINSI

(36)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 24

BAB IV

PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER

BINATANG (P2B2)

a. Penanggulangan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue

Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis diseluruh Kota/Kabupaten di Indonesia. Sejak tahun 1968 hingga saat ini terjadi peningkatan kasus dan meluasnya penyebaran penyakit serta angka kematian DBD yang masih relatif tinggi dan berpotensi terjadi KLB. Pada tahun 2013 jumlah kasus DBD yang dilaporkan sebanyak 2.959 (IR: 62.55/100.000 penduduk) dengan 31 kematian (CFR : 1.05%). Di Penghujung tahun 2014 jumlah kasus telah mencapai 2.311 (IR: 47.75/100.000 penduduk) dengan 10 kematian (CFR : 0.43%)

Peningkatan kasus dan KLB DBD dipengaruhi oleh mobilitas penduduk dan arus urbanisasi yang tidak terkendali, kurangnya peran serta masyarakat dalam pengendalian DBD, kurangnya jumlah dan kualitas SDM pengelola program DBD di setiap jenjang administrasi, kurangnya kerjasama serta komitmen lintas program dan lintas sektor dalam pengendalian DBD, sistem pelaporan dan penanggulangan DBD yang terlambat dan tidak sesuai dengan SOP, perubahan iklim yang cenderung menambah jumlah habitat vektor DBD, infrastruktur penyediaan air bersih yang tidak memadai, serta letak geografis Indonesia di daerah tropik mendukung perkembangbiakan vektor dan pertumbuhan virus.

(37)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 25 GRAFIK 3.8 JUMLAH KASUS DBD PER KABUPATEN KOTA TAHUN 2014

Jumlah penderita DBD yang dilaporkan pada tahun 2014 sebanyak 2.282 kasus dengan jumlah kematian 12 orang (IR= 45.75 per 100.000 penduduk dan CFR= 1%). Selama tahun 2014 lebih kurang terdapat 4 kabupaten/kota yang melaporkan terjadinya KLB DBD yaitu Kota Padang, Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Sijunjung.

Terdapat 18 kabupaten kota yang mempunyai kasus pada tahun 2014. Kasus tertinggi ada di Kota Padang (660 kasus), diikuti Kabupaten Pesisir Selatan (282 kasus), Kabupaten Tanah Datar (279 kasus) dan Kasus terendah adalah di Kota Padang Panjang (7 kasus), hanya Kabupaten Kepulauan Mentawai yang tidak punya kasus. Kabupaten-kabupaten tersebut memiliki jumlah penduduk yang besar dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi sehingga merupakan salah satu faktor resiko penyebaran DBD.

Terdapat 5 kabupaten kota yang mempunyai kematian DBD pada tahun 2014, tertinggi ada di Kota Padang (6 kematian), Kabupaten Tanah Datar (3 kematian) dan Kabupaten Sijunjung dan Kabupaten 50 Kota dan Kabupaten Pesisir Selatan (masing-masing 1 kematian).

(38)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 26 GRAFIK 3.9 JUMLAH KEMATIAN DBD PER KABUPATEN KOTA

TAHUN 2014

b. Penanggulangan Dan Pemberantasan Malaria

Pada tahun 2014 ini target indikator kinerja menurunnya kasus Malaria (Annual Paracite Index-API) menjadi 1 per 1.000 penduduk. Capaian program API tahun 2014 ini 0.20 per 1.000 penduduk, semakin kecil dari target <1 per 1.000 penduduk dibandingkan API tahun 2013 (0.25 per 1.000 penduduk). Hal ini menggambarkan bahwa kita berhasil menekan kasus malaria pada tahun ini dan selangkah lebih dekat menuju eliminasi malaria di Sumatera Barat. Grafik berikut menggambarkan keberhasilan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat menurunkan API dari tahun-tahun.

Secara epidemiologi, dengan API kita saat ini Provinsi Sumatera Barat berada pada status daerah endemis ringan. Untuk dapat mencapai status epidemi sekarang ini telah dilakukan upaya-upaya pengendalian lingkungan dan vektor serta penguatan 3M

(39)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 27 dan kelambunisasi di daerah endemis sedang dan diikuti dengan intensifikasi upaya pengendalian malaria yang salah satu hasilnya adalah peningkatan cakupan pemeriksaan sediaan darah atau konfirmasi laboratorium. Harapannya adalah API Sumatera Barat bisa terus ditekan hingga mencapai status eliminasi malaria (API 0 per 1.000 penduduk) pada tahun 2020. Namun ada satu Kabupaten Kota yang API nya masih > 1 per 1.000 penduduk yaitu Kabupaten Kepulauan Mentawai (5,61).

GRAFIK 3.10 API DI PROVINSI SUMATERA BARAT MENURUT KABUPATEN KOTA TAHUN 2014

0 1 2 3 4 5 6 Kota Pad ang Kota Par iam an Kota Buk ittin ggi Kota Pad ang Panj ang Kota Sol ok Kota Saw ahlu nto Kota Pay akum buh Kab. Pes isir Sela tan Kab. Pad ang Paria man Kab. 50 Kota Kab. Aga m Kab. Siju njun g Kab. Sol ok Kab. Tan ah D atar Kab. Pas aman Kab. Pas aman Bar at Kab. Sol ok S elat an Kab. Dha rmas raya Kab. Kep . Men tawa i Sum bar 0 .0 7 0 .0 0 0 .1 0 0 .0 0 0 .0 0 0 .0 2 0 .0 0 0 .9 4 0 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 .0 6 0 .0 0 0 .0 7 0 .0 0 0 .0 5 0 .1 7 0 .3 3 5 .6 1 0 .2 0 API

Sumber data : Laptah Dinkes

Daerah endemis malaria Di Provinsi Sumatera Barat dibagi menjadi :

a. Endemis Tinggi adalah API > 5 per 1.000 penduduk yaitu di Kabupaten Kepulauan Mentawai

b. Endemis Sedang adalah API berkisar antara 1–5 per 1.000 penduduk tidak ada. c. Endemis Rendah adalah API 0-1 per 1.000, diantaranya Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Pasaman

(40)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 28 Barat, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan, Kota Bukittinggi dan Kota Padang.

d. Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria (Daerah pembebasan malaria) atau API = 0, yaitu Kota Pariaman, Kota Padang Panjang, Kota Solok, Kota Payakumbuh, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Agam, Kabupaten Solok dan Kabupaten Pasaman.

c. Penanggulangan Dan Pemberantasan Filariasis

Penyakit kaki gajah merupakan salah satu penyakit yang terabaikan (NTD/Neglelected Tropical Disease).Dapat menyebabkan kecacatan, stigma, psikososial dan penurunan produktivitas penderitanya dan lingkungannya. Diperkirakan kerugian ekonomi mencapai 43 trilyun rupiah (Kementerian Kesehatan, 2009), jika tidak dilakukan Pemberian Obat Massal Pencegahan filariasis.

Dengan berbagai akibat tersebut, saat ini penyakit kaki gajah telah menjadi salah satu penyakit yang diprioritaskan untuk dieliminasi, Di prakarsai oleh WHO sejak 1999, pada tahun 2000 diperkuat dengan keputusan WHO dengan mendeklarasikan “The

Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by the Year 2020”. Indonesia sepakat untuk memberantas filariasis sebagai bagian dari

eliminasi filariasis global melalui dua pilar kegiatan yaitu :

- Pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis kepada semua penduduk di Kabupaten endemis filariasis dengan menggunakan DEC 6 mg/kg BB dikombinasikan dengan Albendazole 400 mg sekali setahun selama minimal 5 tahun berturut-turut, guna memutus rantai penularan.

(41)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 29 Dari tabel dibawah ini terlihat bahwa ada 16 kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Barat yang mempunyai kasus filariasis. Survei darah jari sudah dilakukan disemua kabupaten/kota yang memiliki kasus. Dari hasil Survei Darah Jari (SDJ) yang dilakukan pada tahun 2012, ada 3 Kabupaten/Kota yang memulai POMP pada tahun ini yaitu Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Sijunjung dan Kota Sawahlunto.

TABEL 3.6 PERKEMBANGAN KASUS FILARIASIS DAN ENDEMISITAS MASING-MASING KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI

SUMATERA BARAT TAHUN 2014

Lama Baru Total

1 KAB. PASAMAN 3 0 3 0 SDJ 2012

2 KAB. AGAM 58 0 58 7,3-8,7 Endemis

3 KAB. LIMA PULUH KOTA 14 0 14 0,73-1,43 Endemis

4 KAB. PADANG PARIAMAN 20 6 26 Endemis

5 KAB. PES.SELATAN 38 0 38 1-2,42 Endemis

6 KAB. TANAH DATAR 11 0 11 0 SDJ 2005

7 KAB. SOLOK 4 0 4 0 SDJ 2012

8 KAB. SIJUNJUNG 6 0 6 1 Endemis

9 KOTA PADANG 35 0 35 1,12 Endemis

10 KOTA BUKITTINGGI 11 0 11 1,42 Endemis

11 KOTA PAYAKUMBUH 1 0 1 0 SDJ 2012

12 KOTA SOLOK 0 0 0 0 SDJ 2012

13 KOTA PD.PANJANG 0 0 0 No Cases

14 KOTA SAWAHLUNTO 2 0 2 >1 Endemis

15 KAB. KEP. MENTAWAI 24 0 24 2,92 Endemis

16 KOTA PARIAMAN 0 0 0 0 SDJ 2012

17 KAB. PASAMAN BARAT 49 0 49 Endemis

18 KAB. DHARMASRAYA 13 1 14 0 SDJ 2012

19 KAB. SOLOK SELATAN 2 0 2 0 SDJ 2012

291 7 298

Jumlah Kasus Status

Wilayah

JUMLAH

No Kabupaten/Kota Mf Rate (awal)

(42)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 30

BAB V

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Secara umum upaya kesehatan terdiri dari dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat serta swasta untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, peningkatan kesehatan keluarga, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif dalam makanan dan minuman serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan

TABEL 4.1 TARGET DAN CAPAIAN INDIKATOR KES IBU 2014

No Indikator Kinerja Target Hasil

Capai an (%)

1 Angka Kematian Ibu (AKI) 190,40/

100.000 KH

212/100.000KH (Survey FKUA, 2008)

2 Persentase ibu bersalin yang ditolong

oleh Nakes terlatih (PN) 90 90,02

100,0 2

3 Persentase ibu hamil mendapat

pelayanan antenatal care/ K1 99 99,00 100

4 Persentase ibu hamil mendapat

pelayanan antenatal/ K4 89 89,01

100,0 1

5 Persentase ibu nifas yang mendapatkan

pelayanan (KF) 90 90,00 100

6

Persentase ibu hamil, bersalin, nifas yg dapat penanganan komplikasi

kebidanan (PK)

75 74,74 99,65

7 Persentase faskes yang memberikan

(43)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 31

8 Persentase Pasangan Usia Subur yang

menjadi peserta KB Aktif (CPR) 65 73,75

113.4 6

9 Persentase puskesmas rawat inap yang

mampu PONED 100 100 100

10

Persentase puskesmas rawat inap mampu Pelayanan Kesehatan

Reproduksi Essensial (PKRE) terpadu

100 63.1 63.1

Sumber Data : Laptah Dinkes

a. Persentase Ibu Hamil yang mendapat pelayanan Antenatal Care/K1

K1 adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat. Hasil pencapaiannya dapat dilihat pada grafik berikut.

GRAFIK 4.1 CAKUPAN K1 PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014

Cakupan Kunjungan Pertama (K1) ibu hamil ke petugas kesehatan tahun 2014 sebesar (95%). Angka ini belum mencapai target yang ditetapkan yaitu 99%. K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak pertama ini

(44)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 32 harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama sebaiknya minggu ke 8 dan pada saat kunjungan ini ibu juga diberikan buku KIA sebagai pedoman para ibu dimulai dari kehamilan sampai setelah melahirkan.

b. Persentase Ibu Hamil mendapatkan pelayanan antenatal (K4)

Pencapaian cakupan ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal (K4) tahun 2014 sebesar 83 % belum mencapai target yang ditetapkan sebesar 89%. K4 adalah kontak ibu hamil sebanyak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak empat kali ini dilakukan dengan rincian satu kali pada trimester I (kehamilan hingga 12 minggu) dan trimester kedua ( >12 -24 minggu), kemudian minimal 2 kali kontak pada trimester ketiga dilakukan setelah minggu ke 24 sampai umur 36. Kunjungan antenatal ini bisa lebih dari 4 kali sesuai dengan kebutuhan dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan.Hasil pencapaiannya dapat dilihat pada grafik berikut

(45)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 33 c.Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga Kesehatan Terlatih

Pencapaian persalinan oleh tenaga kesehatan di Prop. Sumbar tahun 2014 adalah 79% belum mencapai target yang ditetapkan yaitu 90 %. Pada beberapa daerah masih ada persalinan yang ditolong oleh dukun, tetapi sudah dilakukan pertemuan Kemitraan Bidan dan Dukun di beberapa Kab/Kota, namun masih perlu Orientasi dan peningkatan pelaksanaan Kemitraan Bidan dan Dukun, penyediaan fasilitas

d. Persentase Ibu Hamil, Bersalin, Nifas yang dapat Penanganan Komplikasi

Kebidanan (PK)

Penanganan Komplikasi (PK) adalah penanganan komplikasi kebidanan, penyakit menular, maupun penyakit tidak menular serta masalah gizi yang terjadi pada waktu hamil bersalin dan nifas. Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi. Pencapaian Penanganan Komplikasi ibu hamil, bersalin dan nifas di Prov. Sumatera Barat tahun 2014 sebesar 58,0 %, angka ini belum mencapai target yang ditetapkan sebesar 75%.Hasil pencapaiannya dapat dilihat pada grafik berikut.

GRAFIK 4.3 CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014

(46)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 34 Kab/Kota yang cakupannya jauh di bawah target disebabkan karena masih minim/kurangnya tenaga kesehatan yang kompeten/terampil dalam penanganan komplikasi kebidanan,dan belum seluruh puskesmas PONED yang sudah dilatih berfungsi secara maksimal, disamping sarana yang masih kurang dan akses ke pelayanan kesehatan yang jauh.

e. Persentase Pasangan Usia Subur yang menjadi Peserta KB Aktif

Hasil pencapaian Pasangan Usia Subur yang menjadi Peserta KB Aktif dapat dilihat pada grafik berikut.

GRAFIK 4.4 CAKUPAN PELAYANAN KB SESUAI STANDAR PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014

(47)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 35 f. Jumlah Kematian Ibu di Prov. Sumatera Barat tahun 2014

Jumlah Kematian ibu tahun 2014 sebanyak 118 orang, meningkat dibanding tahun sebelumnya, dapat dilihat pada grafik berikut.

GRAFIK 4.5 JUMLAH KEMATIAN IBU PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014

g. Imunisasi Rutin

Sasaran bayi 0-11 bulan pada tahun 2014 adalah 102.040 bayi. Pencapaian program Imunisasi pada tahun 2014 secara Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2014, beberapa indikator sudah dapat dicapai, akan tetapi masih ada beberapa yang belum tercapai.Trend Jangkauan Program dilihat dari cakupan imunisasi kontak pertama, yaitu Hb0: 86.62 %, BCG: 92,63 %, DPT-HB3: 86 %. Sementara itu target Kontak pertama pada tahun 2014 adalah 95%. Apabila dibandingkan pencapaian dengan target kontak pertama terlihat belum ada satupun yang mencapai target, hal ini disebabkan masih adanya di beberapa kalangan masyarakat mitos bahwa imunisasi haram

(48)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 36 GRAFIK 4.6 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI HB 0 PROVINSI

SUMBAR, TAHUN 2014

Imunisasi BCG (Bacillus Celmette-Guerin) sebanyak 1 (satu) kali dilakukan untuk mencegah penyakit tuberkulosis. Imunisasi BCG diberikan segera setelah bayi lahir di tempat pelayanan kesehatan atau mulai 1 (satu) bulan di Posyandu.

GRAFIK 4.7 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI BCG PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014

(49)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 37 Imunisasi DPT-HB sebanyak 3 (tiga) kali untuk memberi kekebalan pada penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus dan Hepatitis B. Imunisasi ini pertama kali diberikan pada usia bayi 2 (dua) bulan. Kemudian imunisasi berikutnya selisihnya 4 minggu.

GRAFIK 4.8 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DPTHB 3 PROVINSI SUMATERA BARAT, 2014

Pada saat ini pemberian imunisasi DPT dan Hepatitis B dalam program imunisasi dilakukan bersamaan dengan menggunakan vaksin DPT-HB. Trend Perlindungan Program dilihat dari cakupan imunisasi lengkap, yaitu: Polio 4: 87.91%, DPT-HB3: 85,52%, Campak: 86,77 %. Semua antigen tidak mencapai target karena masih lemahnya pencatatan dan koordinasi lintas program di kabupaten kota dan mitos-mitos negatif terhadap imunisasi.

(50)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 38 GRAFIK 4.9 CAKUPAN IMUNISASI POLIO 4

PROVINSI SUMATERA BARAT, TAHUN 2014

Imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak. Imunisasi campak diberikan pada bayi umur 9 bulan.

GRAFIK 4.10 CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK

(51)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 39 GRAFIK 4.11 CAKUPAN IMUNISASI DASAR LENGKAP,

PROVINSI SUMATERA BARAT, TAHUN 2014

h. Wanita Usia Subur (15-39 tahun), Bumil dan Catin

GRAFIK 4.12 CAKUPAN IMUNISASI TT BUMIL TAHUN 2014

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kota Solok Kab.S olok S elata n Kota Pada ng Kota Paya kumb uh Kota Buk ittin ggi Kota Pada ng Pa njan g Kab.P asam an B arat Kab.K ep.M enta wai Kab.P asam an Kab.P esisi r Sela tan Kota Paria man Kab.D harm asra ya Kota Sawa hlun to Kab.T anah Dat ar Kab. Pada ng Pa riama n Kab.S ijunj ung Kab.A gam Kab.5 0 Kot a Kab.S olok PROV INSI 93 .2 0 66 .1 2 66 .1 0 53 .7 5 53 .0 5 48 .5 9 45 .8 6 44 .2 5 43 .4 5 40 .8 7 40 .1 0 39 .5 6 38 .2 8 38 .1 3 34 .0 6 33 .6 2 33 .2 9 29 .8 1 17 .8 8 43 .5 9

(52)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 40 Rendahnya pencapaiaan TT2 + Bumil, disebabkan masih belum optimalnya sistim pencatatan dan pelaporan dimana Program telah mengacu ke pencatatan TT 5 dosis sedangkan dilapangan masih banyak yang menggunakan K1 dan K4.Demikian juga rendahnya cakupan TT WUS, karena masa transisi dari sistim pencatatan dan pelaporan dari TT2+ menjadi TT5 dosis. Hal ini ini terjadi dimana ada beberapa Kabupaten/Kota yang belum pernah melaksanakan MNTE (Maternal & Neonatal Tetanus Elimination) sehingga perlu sosialisasi dan kesepakatan dalam model pencatatan dana pelaporan dari TT2 dan TT Ulang menjadi TT1, TT2, TT3, TT4 dan TT5.

i. Desa UCI

Cakupan UCI secara Provinsi mengalami penurunan yang sangat signifikan, masih banyak kabupaten/kota, bahkan Puskesmas/Kelurahan/Jorong/Desa banyak yang belum mencapai target UCI. Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan). Idealnya, seorang anak mendapatkan seluruh imunisasi dasar sesuai umurnya, sehingga kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat optimal.Pencapaian UCI di Provinsi Sumatera Barat sangat fluktuatif, angka terendah adalah pada tahun 2001 yaitu 64.6% dan tertinggi pada tahun 2010 yaitu 97.0% (berdasarkan laporan tahunan dinkes)

(53)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 41 GRAFIK 4.13 CAKUPAN DESA UCI PROVINSI SUMATERA BARAT,

TAHUN 2008-2014 64.6 66.3 69.7 72.8 69.8 75.7 67.7 65.8 95.5 97.0 86.6 91.0 71.2 77.4 0 20 40 60 80 100 120 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber data : Laptah Dinkes

Sedangkan untuk Desa UCI cakupan tahun 2014 hanya mencapai 69,8%, akan tetapi sudah menunjukan trend meningkat dibandingkan 2013 hanya 71.2%. Hasil akhir data cakupan per kabupaten/kota hanya Kota Padang panjang dan Kota Solok yang mencapai target (100%), sebagai berikut:

(54)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 42 Untuk menilai pencapaian program pada suatu periode tertentu, indikator UCI merupakan salah satu alat ukur yang sudah baku dalam program Imunisasi. Secara bertahap cakupan UCI harus meningkat dan merata keseluruh Jorong/kelurahan/Desa, sehingga akhir tahun 2014, diharapkan semua Kelurahan/Jorong/Desa sudah mencapai UCI, namun dalam kenyataan dilapangan pencapaian UCI selalu berfluktuasi sehingga akan memperlambat target pencapaian UCI Kelurahan/Jorong/Desa.

Tidak dicapainya target UCI disuatu wilayah pada umumnya karena distribusi jumlah sasaran yang tidak merata, ada yang terlalu rendah dan ada yang terlalu tinggi. Sehingga mempengaruhi jumlah cakupan UCI Kelurahan/Jorong/Desa. Untuk itu diharapkan bagi Kabupaten/Kota agar memvalidasi jumlah data sasaran pada tahun 2014, sehingga jumlah distibusi sasaran benar-benar valid sampai ke tingkat Jorong/Kelurahan/ Desa.

Peningkatan dan pemerataan UCI ini sepertinya juga masih menemui banyak kendala di lapangan, baik dengan alasan topografi daerah yang sulit dijangkau, keengganan masyarakat dalam menerima imunisasi, logistik pendukung, maupun tingginya biaya operasional yang disediakan untuk menjangkau sasaran di daerah terpencil.

j. Promosi Kesehatan

Pelaksanaan kegiatan Promosi Kesehatan & Pemberdayaan masyarakat mengacu pada beberapa indikator dimana program pemberdayaan masyarakat merupakan kegiatan yang keberadaannya dirasakan oleh masyarakat yaitu:

(55)

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 43 1. Persentase RT yang menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan target sebesar 70 % pada tahun 2014, realisasi sebesar 56,16 % kalau dibandingkan dari tahun 2013 (70,30 %) turun sekitar 14,14 %.

Tabel 4.2 DATA PHBS RUMAH TANGGA KAB/ KOTA TAHUN 2014

NO KABUPATEN/KOTA RUMAH TANGGA JUMLAH JUMLAH DIPANTAU % DIPANTAU JUMLAH BER- PHBS % BER- PHBS 1 2 3 4 5 6 7 1 DHARMASRAYA 47.044 41.132 87 25.508 62 2 AGAM 103.764 60.784 59 26.635 44 3 PADANG 162.359 37.746 23 25.495 68 4 PASAMAN 62.908 58.371 93 42.806 73 5 PESISIR SELATAN 93.039 3.570 4 1.138 32 6 BUKITTINGGI 23.551 5.040 21 984 20 7 PAYAKUMBUH 27.594 24.554 89 6.758 28 8 SAWAHLUNTO 16.442 11.509 70 3.802 33 9 KAB SOLOK 82.594 15.985 19 9.452 59 10 KEPULAUAN MENTAWAI 4.299 594 14 297 50 11 SOLOK SELATAN 38.190 10.142 27 7.737 76 12 KAB SIJUNJUNG 48.322 33.948 70 23.140 68 13 PADANG PARIAMAN 93.589 46.983 50 26.459 56

14 LIMA PULUH KOTA

88.257 14.685 17 6.174 42 15 PADANG PANJANG 5.566 5.566 100 3.788 68 16 PASAMAN BARAT 88.381 50.029 57 23.071 46 17 PARIAMAN 16.647 13.471 81 4.473 33 18 SOLOK 12.504 1.296 10 655 51 19 TANAH DATAR 103.578 4.830 5 1.444 30 JUMLAH (KAB/KOTA) 1.118.628 440.235 39 239.816 54

2. Persentase Posyandu dengan strata mandiri baru mencapai 17,73 % masih dibawah target yang direncanakan 20 %. Kalau dibandingkan dengan tahun lalu 13,99 % sudah naik sekitar 3,74 %.

Referensi

Dokumen terkait

Marilah kita sentiasa bersifat berani, dan bersedia berdiri membela kepercayaan kita, dan jikalau perlu berdiri sendiri pada perjalanannya, marilah kita berbuat begitu dengan

Indikator mutu area manajerial adalah cara untuk menilai mutu atau kualitas dari suatu kegiatan dalam hal ini mutu pelayanan di rumah sakit yang

BIDANG CIPTA KARYA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2014.. Jalan

Untuk mengembangkan citra destinasi wisata Kota Padang taktik yang dilakukan PR dalam menawarkan janji (informasi daerah tujuan) dalam mengembangkn citra destinasi

Hasil dari penelitian ini menunjukkan seluruh dimensi dari budaya organisasi yakni inovasi, penghargaan kepada orang lain, orientasi hasil, orientasi terhadap hal

Dalam kritik objektif, karya sastra dilihat sebagai sebuah “benda jadi” yang utuh, yang terbangun dari beberapa unsur, dan unsur-unsur tersebut secara bersama-sama

Saya menyatakan dengan sungguh-sungguh, bahwa tesis yang telah saya susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Psikologi Profesi kekhususan Klinis Anak

Melalui penerapan metode pembelajaran Problem Solving berbantuan media audio bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa mata pelajaran IPS pada dasarnya merupakan cara