• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. setiap peneliti di Jurusan Bahasa dan Sastra Indinseia, khususnya penelitian mengenai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. setiap peneliti di Jurusan Bahasa dan Sastra Indinseia, khususnya penelitian mengenai"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya

Secara umum, penelitian mengenai kesusastraan bukanlah hal yang baru bagi setiap peneliti di Jurusan Bahasa dan Sastra Indinseia, khususnya penelitian mengenai Feminisme. Berangkat dari hasil penelusuran tentang penelitian alienasi kaum perempuan pada novel PRCM karya Pramoedya Ananta Toer ini belum pernah dilakukan. Adapun kajian yang relevan dengan tulisan ini yaitu.

Erna Tri Astuti, meneliti Tentang novel PRCM karya Pramoedya Ananta Toer (Suatu Kajian Psikologi Sastra) pada tahun 2008. Kajian dalam penelitan ini dilakukan dengan tujuan (1) mengetahui penokohan tokoh utama, (2) mendeskripsikan kepribadian yang dimiliki tokoh utama, (3) mendeskripsikan konflik yang dialami tokoh utama dalam novel PRCM.

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka diperoleh hasil penelitian bahwa: (1) Penokohan tokoh utama memakai teknik langsung dan tidak langsung. Penokohan secara langsung lebih sedikit digunakan dari pada teknik tidak langsung dan fungsinya yaitu melukiskan kualitas tokoh secara sederhana. Teknik tidak langsung memuat tujuh teknik yaitu teknik cakapan, tingkah laku, pikiran dan perasaan, arus kesadaran, reaksi tokoh, reaksi tokoh lain, dan pelukisan latar, (2) kepribadian extroverts yang dimiliki tokoh utama meliputi: mudah bergaul dan bersikap positif terhadap masyarakatnya, sedangkan kepribadian introverts yang dimiliki tokoh utama meliputi: penyesuaian dengan dunia luar kurang baik, jiwanya tertutup, dan

(2)

penyesuaian dengan hatinya sendiri baik, (3) konflik psikologis yang dialami tokoh utama dalam novel PRCM karya Pramoedya Ananta Toer dibedakan menjadi dua yaitu (a) konflik eksternal yaitu konflik yang terjadi antara manusia dengan manusia, tokoh utama Mulyati mengalami empat konflik eksternal (konflik Mulyati dengan Sarony, konflik Mulyati dengan Mate Temon Latun atau suaminya, konflik Mulyati dengan kepala adat, dan konflik Mulyati dengan Karno), (b) konflik internal yaitu konflik yang terjadi dalam diri seseorang.

Terlihat jelas persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitiErna Tri Astuti, sama-sama menggunakan objek yang diteliti yaitu novel PRCM karya Pramoedya Ananta Toer, sedangkan perbedaannya terletak pada kajian yang digunakan, peneliti sebelumnya menggunakan kajian psokologi sastra dan pada penelitian kali ini menggunakan kajian feminis sastra. Kemudian penelitian ini difokuskan pada alienasi kaum perempuan pada novel PRCM karya Pramoedya Ananta Toer dengan melihat tiga aspek, yakni aspek sosial, ekonomi dan aspek budaya.

Jadi, untuk penelitian sastra khususnya novel yang berjudul Perawan Remaja Dalam Cengkraman Militer (PRCM) karya Pramoedya Ananta Toer dengan menganalisis masalah Alienasi kaum perempuan menggunakan kajian feminisme belum pernah diteliti sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan khususnya di Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo.

(3)

2.2 Landasan Teori

Adapun landasan teori pada penelitian ini akan diuraikan berdasarkan teori atau pendapat para ahli tentang (1) alienasi kaum perempuan, (2) hakikat novel yang terdiri atas pengertian novel dan jenis-jenis novel, (3) pendekatan feminisme yang akan diuraikan sebagai berikut:

2.2.1 Alienasi Kaum Perempuan

Penggunaan kata alienasi pada penelitian ini disesuaikan dengan masalah yang akan dianalisis, sebab alienasi merupakan keterasingan atau terisolasi, dan penarikan diri atau pengasingan diri dari kelompok atau masyarakat. Kemudian kaum perempuan pada penelitian ini disesuaikan dengan objek yang akan dianalisis dalam hal ini adalah novel, pada penelitian ini novel yang digunakan adalah novel yang menceritakan kehidupan perempuan pada masa penajajahan Jepang. Jadi, alienasi kaum perempuan menceritakan keterasingan kaum perempuan pada masa penjajahan Jepang. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan berdasarkan pendapat pakar.

Alienisi atau dalam Bahasa Indonesiadapat diartikan menjadi proses menuju keterasingan, adalah teori yang dikeluarkan oleh Karl Marx tentang munculnya sebuah keadaan di mana buruh atau proletar mendapatkan sebuah keadaan yang terasing dari kehidupanya. Ia percaya bahwa Alienisasi adalah hasil dari eksploitasi Kapitalisme terhadap buruh dengan mengartikanya sebagai modal. Menurut Karl Marx, (Ritzer, 2011:54) Alienasi merupakan proses historis dimana manusia semakin

(4)

terasing dari alam dan produk dari aktifitas mereka sendiri yang kemudian oleh generasi selanjutnya dipandang sebagai kekuatan yang lepas dan tertindas, yakni realitas yang teralienasi. Pandangan ini didasarkan pada dampak dari proses produksi dalam industri kapitalis.

Alienasi sebuah gambaran tentang perasaan terasing dari masyarakat kelompok, kultur, atau diri sendiri yang umumnya dirasakan oleh orang yang tinggal di masyarakat industri yang kompleks terutama kota besar. Berdasarkan pandangan Karl Marx di atas, secara terang-terangan alienasi menceritakan adanya hubungan yang inheren antara kerja dan sifat dasar manusia, di mana manusia dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Marx menganalisis bahwa hubungan kita dengan kerja kita berada di bawah kapitalisme. Kita tidak lagi melihat kerja kita sebagai sebuah ekspresi dari tujuan kita.Tidak ada objektifitas. Malah, kita berkerja berdasarkan tujuan kapitalis yang menggaji dan mengupah kita. Di dalam kapitalisme kerja tidak lagi menjadi tujuan pada dirinya sendiri-sebagai ungkapan dari kemampuan dan potensi kemanusiaan-melainkan tereduksi menjadi sarana untuk mencapai tujuan, yaitu memperoleh uang. Pendapat ini sesuai dengan objek kajian peneliti dalam mengungkap berbagai macam persoalan alienasi baik dari aspek sosial, ekonomi dan budaya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa alienasi atau pengasingan dapat terjadi pada seluruh aspek kehidupan terutama pada aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Alienasi pada aspek sosial nampak adanya kesenjangan antara penjajah jepang dan sekutu, terjadi penyesatan terhadap kaum perempuan perawan

(5)

remaja, masyarakatnya tidak mengenal dunia pendidikan, tidak mendapat perlindungan dari lembaga sosial maupun pihak pemerintahan. Pada aspek ekonomi dikarenakan seluruh lapisan masyarakat hidup dalam kekurangan, kelaparan dan kemiskinan yang menghimpit keadaan pada masa itu, kurangnya peluang kerja untuk menghasilkan uang sebagai pemenuhan kebutuhan hidup. Kemudian pada aspek budaya adanya kepunahan pada budaya asal, dan melestarikan budaya Buru.

2.2.2 Hakikat Novel 1) Pengertian Novel

Novel berasal dari bahasa Itali Novello, yang berarti ‘sebuah benda baru yang kecil’ menurut Aziez dan Hasim (dalam Didipu,2012:66), novel adalah sebuah genre sastra yang memiliki bentuk utama prosa, dengan panjang kurang lebih bisa untuk mengisi satu atau dua volume kecil, yang menggambarkan kehidupan nyata dalam suatu plot yang cukup kompleks. Novel juga merupakan sebuah karya sastra yang hadir dalam bentuk cerita. Karya sastra yang hadir daam bentuk penceritaan sering disebut juga sebagai prosa fiksi. Fiksi sering dianggap bersinonim dengan novel (Abrams, 1971:61). Jadi, novel merupakan sebuah karya sastra yang hadir dalam bentuk cerita. Karya sastra yang hadir dalam bentuk penceritaan sering disebut juga sebagai prosa fiksi. Menurut Lewis (dalam Tuloli 2000: 26) fiksi dapat diartikan sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antarmanusia. Walaupun fiksi dikatakan hanya berdasarkan khayalan, namun tidak dapat dikatakan

(6)

lamuanan belaka, karena di dalamnya terdapat model-model kehidupan manusia yang diidealkan oleh pengarang, sekaligus menunjukkan bahwa karya itu adalah karya seni yang mengandung unsur estetika. Penceritaannya bersifat imajinatif yang mengungkap persoalan kehidupan sosial kultur masyarakat dan juga tidak terlepas dari kehidupan pengarang yang sesungguhnya, sehingga novel dianggap sebagai cerminan atau gambaran dari kehidupan masyarakat.

Novel memiliki kompleksitas dalam penceritaan, memiliki keleluasan dalam menyajikan berbagai peristiwa yang tejadi ditengah-tengah kehidupan sosial, akan tetapi masih ada batasan dalam penyajiannya, artinya batasan yang dimaksud adalah fokus pada apa yang dianggap menarik dan perlu untuk diungkap oleh pengarang.

Pada dasarnya novel digunakan sebagai media untuk mengungkap realitas kehidupan sosiokultur masyarakat tertentu. Oleh karena itu novel dipandang sebagai sarana untuk menyampaikan pesan oleh seorang pengarang, akan tetapi tidak secara terang-terangan dalam penyajiannya jadi novel merupakan cermin dari kehidupan masyarakat tertentu. Disamping itu pula fiksi (novel) memiliki manfaat bagi pengguna atau pembaca itu sendiri. Menurut Hussain (dalam Tuloli, 2000: 27) karya fiksi dapat digunakan untuk medidik mendesak atau membangkitkan semangat. Penulisan fiksi bagi pengarang adalah juga untuk menggambarkan pandangannya terhadap sesuatu, karena yang dapat mengungkap segala aspek kehidupan manusia ke dalam suatu karya sastra adalah novel.

Kebenaran dalam fiksi (novel) merupakan kebenaran yang diyakini oleh pengarang. Kebenaran itu sesuai dengan pandangan hidupnya. Sebab setiap teks fiksi

(7)

menciptakan suatu dunia sendiri namun tetap berkaitan dan berdampingan dengan dunia yang nyata.

Menurut Nurgiantro (2010: 2) novel sebagai karya imajiner, fiksi menawarkan beragai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Novel mengungkap berbagai permasalahan yang timbul dari rangsangan lingkungannya dengan penuh keseriusan.

Adapun yang digambarkan oleh pengarang pada kajian ini, menceritakan bahwa perempuan pada zaman penjajahan Jepang pemerintah Dai menyerukan kepada setiap orang tua yang mempunyai anak gadis agar segera mendaftarkan kepada pemerintah akan anak gadisnya. Maksud pendaftaran tersebut menurut keterangan pemerintah Dai Nippon pada waktu itu, mereka para gadis remaja rupawan dijanjikan untuk di sekolahkan. Mereka memberikan kesempatan belajar sebagai bidan, dan sebagai jururawat. Jadi, ketika Indonesia merdeka nanti dengan didikan para Dai Nippon supaya mereka bisa mengabdikan diri dalam kemerdekaan usaha untuk mempersiapkan rakyat Indonesia.

2) Jenis-Jenis Novel

Novel merupakan rangkain carita yang menggambarkan kehidupan masyarakat melalui imaji pengarang dalam bentuk rekaan maupun berdasarkan kenyataannya. Novel terbagi dalam dua jenis, yakni novel viksi dan novel non viksi. (1) Novel viksi merupakan novel yang mengisahkan hal yang fiktif dan tidak pernah terjadi, pada tokoh, alur maupun latar belakang pengarangnya hanya rekaan penulis saja. Misalnya novel Harry Potter, dan Twillight. Sedangkan novel non viksi adalah

(8)

novel yang bercerita tentang hal-hal yang bersifat nyata yang sudah pernah terjadi. Bisa dikatakan jenis novel ini berdasarkan pengalaman seseorang, kisah nyata atau kisah yang berdasarkan sejarah masa lampau. Contoh Tuhan Izinkan Aku Jadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan dan Laskar Pelangi karya Andrea Hirata

Adapun novel yang menjadi objek kajian pada penelitian ini adalah jenis novel non viksi yakni bercerita tentang hal-hal yang benar-benar terjadi, novel yang berisikan tentang sejarah serta berdasarkan pengalaman seseorang.

2.2.3 Pendekatan Feminisme Sastra

Penelitian ini menggunakan teori pengkajian feminisme sastra sebagai pendekatan analisis untuk menguak berbagai aspek yang terkandung dalam karya sastra. Pendekatan feminisme inilah yang dapat membantu memecahkan masalah mengenai perempuan. Menurut Sugihastuti (2002: 17) untuk meneliti sastra dalam perspektif feminis penelitian ini berkedudukan sebagai salah satu disiplin ilmu sastra, yaitu kritik sastra feminis. Kritik sastra feminis merupakan salah satu disiplin ilmu kritik sastra yang lahir sebagai respons atas berkembang luasnya feminisme di berbagai penjuru dunia. Moeliono, dkk. (dalam Sugihastuti, 2002: 61) menyatakan bahwa feminisme adalah gerakan kaum perempuan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan laki-laki. Persamaan hak itu meliputi semua aspek kehidupan, baik dalam bidang politik, ekonomi maupun sosial budaya.

Feminisme merupakan kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak dan kepentingan perempuan. Jika perempuan sederajat dengan laki-laki, berarti

(9)

mereka mempunyai hak untuk menentukan dirinya sendiri sebagaimana yang dimiliki oleh kaum laki-laki selama ini. Secara umum orang beranggapan bahwa feminisme merupakan gerakan pemberontakan terhadap kaum laki-laki dalam upaya melawan pranata sosial yang ada, misalnya institusi rumah tangga, perkawinan maupun usaha pemberontakan perempuan untuk mengingkari kodratnya. Maka dengan kesalahpahaman seperti ini tidak saja kurang mendapat tempat dikalangan kaum perempuan, bahkan secara umum ditolak oleh masyarakat.

Secara etimologis, feminis berasal dari kata femme (woman), yang berarti perempuan (tunggal) yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak) sebagai kelas sosial Ratna (dalam Didipu, 2012: 150).Dalam bidang sastra teori feminisme sastra atau disebut juga kritik satra feminis berhubungan dengan eksistensi perempuan dalam karya sastra. Feminisme berasal dari kata Latin ‘femina’ yang berarti memiliki sifat keperempuanan. Feminisme diawali oleh persepsi tentang ketimpangan posisi perempuan dibandingkan laki-laki di masyarakat. Akibat dari persepsi ini, maka timbul berbagai upaya untuk mengkaji penyebab ketimpangan tersebut untuk mengeliminasi dan menemukan formula penyetaraan hak perempuan dan laki-laki dalam segala bidang sesuai dengan potensi mereka sebagai manusia. Nugroho, (2008: 31) mengemukakan feminisme bukanlah hanya memperjuangkan emansipasi dari kaum perempuan terhadap kaum laki-laki saja, karena mereka juga menyadari bahwa laki-laki khususnya kaum proletar mengalami penderitaan yang diakibatkan oleh dominasi, eksploitasi, dan represi dari sistem yang tidak adil.

(10)

Kemunculan feminisme diawali dengan gerakan emansipasi perempuan, yaitu proses pelepasan diri kaum perempuan dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah serta pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju Moeliono, dkk. (dalam Sugihastuti, 2002: 62). Pada masa Sitti Nurbaya istilah emansipasi perempuan, feminis, dan feminisme belum ada, tetapi esensinya sudah berkembang dalam masyarkat. Menurut Fakih (dalam Sugihatuti:63) gerakan feminisme merupakan perjuangan dalam rangka mentransformasikan sistem dan struktur sosial yang tidak adil menuju keadilan bagi kaum laki-laki dan perempuan.

Feminisme, apapun alirannya dan di mana pun tempatnya, muncul sebagai akibat dari adanya prasangka gender yang cenderung menomorduakan kaum perempaun.Perempuan dinomorduakan karena adanya anggapan bahwa secara universal laki-laki berbeda dengan perempuan. Perbedaan itu tidak hanya terbatas pada kriteria biologis, melainkan juga sampai pada kriteria sosial dan budaya Susilastuti (dalam Sugihastuti: 63).

Feminisme hadir karena perempuan telah mampu membuktikan diri sebagai gender yang derajatnya sama dan mungkin labih baik dari pada laki-laki. Perempuan telah membuktikan diri sebagai gender yang berhasil dalam pendidikan, dalam pekerjaan, dan dalam segi-segi kehidupan bermasyarakat. Darma (207:218) mengemukakan bahwa karena feminisme mula-mula hanya termasuk dalam ilmu-ilmu sosial. dalam penelitian timbullah misalnya kesamaan hak untuk memperoleh pendidikan, masalah keamanan hak untuk masuk ke lapangan kerja, kesamaan hak

(11)

untuk memperoleh upah yang sama, dan lain-lain. Feminisme berusaha untuk menaikkan status perempuan dengan mengurangi hak-hak laki-laki.

Tujuan utama pendekatan feminisme adalah meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau sejajar dengan kedudukan derajat laki-laki, perjuangan serta usaha feminisme untuk mencapai tujuan ini untuk mencakup berbagai cara, termasuk melalui bidang sastra Djajanegara (Tuloli, 2000:85).

Dengan demikian, sastra dapat membantu megungkap segala aspek yang terkandung dalam kehidupan masyarakat. Bahasa sastra bersifat simbolis dan konotatif. Sebab, sastra berisi realitas kehidupan manusia. Realistas kehidupan tersebut ada yang dikemukakan oleh pengarang sastra secara lugas dengan menggunakan bahasa-bahasa yang denotatif, namun ada juga yang diungkapkan secara simbolik dengan menggunakan bahasa-bahasa yang konotatif. Menurut Didipu (2012: 25) eksistensi sastra tidak dapat dipisahkan dari realitas kehidupan sosial karena sastra tidak lain adalah tiruan realitas sosial. Hal ini sesuai dengan pandangan Wellek dan Werren yang menyatakan bahwa sastra “manyajikan kehidupan” dan “kehidupan” sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga “meniru” alam dan dunia subyektif manusia.

Selanjutnya pandangan Wolf (dalam Sofia, 2009: 13) mengartikan feminisme sebagai sebuah teori yang mengungkapkan harga diri pribadi dan harga diri semua perempuan.Istilah “menjadi feminis”, bagi Wolf, harus diartikan dengan “menjadi manusia”. Pada pemahaman yang demikian, seorang perempuan akan percaya pada diri mereka sendiri. Sementara itu, Budianta (dalam Sofia, 2009: 13) mengartikan

(12)

feminisme sebagai suatu kritik ideologis terhadap cara pandang yang mengabaikan permasalahan ketimpangan dan ketidakadilan dalam pemberian peran dan identitas sosial berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Istilah feminisme dalam penelitian ini berarti kesadaran akan adanya ketidakadilan jender yang menimpa kaum perempuan, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Kesadaran itu harus diwujudkan dalam tindakan yang dilakukan baik oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut.

Berdasarkan beberapa pandangan di atas, maka pada kajian ini lebih difokuskan pada pandangan Wollf mengenai feminisme. Sebab ia melihat bahwa feminisme dapat mengungkapkan harga diri pribadi dan harga diri semua perempuan. Wollf juga membagi pendekatan feminisme dalam dua hal, yaitu feminisme korban dan feminisme kekuasaan.Namun, pada penerapan pendekatan penelitian ini lebih difokuskan pada pendekatan feminisme korban. Feminisme korban melihat perempuan dalam peran seksual yang murni dan mistis, di pandu oleh naluri untuk mengasuh dan memelihara, serta menekankan kejahatan-kejahatan yang terjadi atas perempuan sebagai jalan untuk menuntut hak-hak perempuan. Di dalam penerapan penelitian ini akan mengkaji bagaimana alienasi kaum perempuan ditinjau dari aspek sosial, ekonomi dan budaya dalam novel PRCM karya Pramoedya Ananta Toer.

Melihat masalah yang diungkapkan dalam novel PRCM terdapat berbagai macam persoalan yang sangat menyentuh hati, baik dari aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Di mana penguasa penjajah Jepang tidak mengindahkan apa yang mereka propagandakan pada masyarakat kecil yang dijajah, khususnya kaum perawan remaja

(13)

yang rupawan. Apa yang menjadi harapan mereka pada masa itu tidak berbuah baik. Sehingga terjadinya proses alienasi atau pengasingan yang dilakukan oleh penguasa penjajah Jepang pada perang dunia ke-II sebelum masa kemerdekaan. Hal inilah yang perlu dilakukan pengkajian secara meluas dan mendalam guna untuk mengungkap berbagai macam persoalan yang belum jelas hingga saat ini. Melalui pendekatan feminisme sastra akan melihat bagaimana persoalan alienasi kaum perempuan pada aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang diceritakan dalamnovel PRCM karya Pramoedya Ananta Toer. Karena teori feminisme yang dapat mengungkap masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, feminisme mampu mengungkap harga diri dan harga diri semua perempuan. Penelitian ini melihat karya sastra sebagai aset sosial yang mampu mengugkap ciri-ciri zamannya.

Adapun langkah-langkah penerapan feminisme pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Melihat perempuan yang dijadikan objek oleh laki-laki sebagai korban kekuasaan.

2) Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan alienasi aum perempuan pada objek yang akan diteliti sesuai dengan masalah yang akan dianalis.

3) Menekankan kejahatan-kejahatan yang terjadi atas perempuan sebagai jalan untuk menuntut hak-hak perempuan.

4) Mengklasifikasi hal-hal yang berkaitan dengan alienasi kaum perempuan pada masalah yang akan dianalis.

Referensi

Dokumen terkait

Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan tingkat pertama, yang dalam melaksanakan kegiatannya Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan

Majelis Jemaat (MJ) telah merekomendasikan kepada Session/Board of Management (BOM) ORPC untuk kelanjutan proses pemanggilan Pdt. Martianus Zega sebagai calon Pengerja di GPO

Administrator adalah pengguna yang dipercaya untuk mengelola data master seperti data operator, biaya kendaraan, parkir gratis, slot parkir, parkir keluar, dan

Jenis elektroda ini adalah jenis elektroda selaput selulosa yang dapat dipakai untuk pengelasan dengan penembusan yang dalam. Pengelasan dapat pada segala posisi dan terak yang

usulan pengangkatan dan/atau pemindahan PNS dan Calon PNS dalam Jabatan Pelaksana di lingkungan kerja masing-masing. Usulan sebagaimana dimaksud pada huruf a

Hasil rekapitulasi di tingkat PPK Kecamatan Samarinda yang ditolak oleh para saksi dari partai-partai politik termasuk PDK, tidak pernah diperbaiki dan hal ini telah

Apakah jenis bahan yang sesuai digunakan untuk meminyakkan bahagian gear dan pengetuk dalam loceng basikal.. A Minyak tanah B Minyak pelincir C

Analisa teknikal memfokuskan dalam melihat arah pergerakan dengan mempertimbangkan indikator-indikator pasar yang berbeda dengan analisa fundamental, sehingga rekomendasi yang