KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGA UDARA
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 606 TAHUN 2015
TENTANG
PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA INSPEKTUR PENERBANGAN
DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,
Menimbang :
a. bahwa dalam rangka peningkatan pelaksanaan fungsi
pengendalian, pengawasan dan investigasi terhadap
keselamatan, keamanan dan pelayanan penerbangan
perlu dilakukan perencanaan sumber daya manusia
Inspektur Penerbangan yang berkualitas dan profesional
sesuai dengan kebutuhan;
b. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud
pada
huruf
a,
perlu
menetapkan
Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
tentang Perencanaan Sumber Daya Manusia Inspektur
Penerbangan
Di
Lingkungan
Direktorat
Jenderal
Perhubungan Udara;
Mengingat
:
1. Undang-Undang
Nomor
1
Tahun
2009
tentang
Penerbangan (Lembaran Negara
Repubhk Indonesia
Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4956);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 47, Tambahan
Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3149)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2013 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 51);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003 (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4332);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2013 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 98
Tahun 2000 Tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5467);
7. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
8. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);
9. Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 75/M.PAN/7/2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil;
10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 68 Tahun 2013; 11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 41 Tahun
2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas Bandar Udara;
12. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM. 40 Tahun 2012 tentang Pedoman Analisis Beban Kerja Kementerian Perhubungan;
13. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM. 90 Tahun 2014 tentang Hari dan Jam Kerja dilingkungan Kementerian Perhubungan;
14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 22 Tahun 2015 tentang Peningkatan Fungsi Pengendalian dan Pengawasan oleh Kantor Otoritas Bandar Udara;
15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 59 Tahun 2015 tentang Kriteria, Tugas, dan Wewenang Inspektur Penerbangan;
16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 118 Tahun 2015 tentang Inspector Training System bagi Inspektur Penerbangan di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
17. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 459 Tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 41 Tahun 2011 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Otoritas Bandar Udara;
18. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Perhubungan Udara Nomor KP. 509 Tahun 2015 tentang Pedoman Pencegahan Benturan Kepentingan
(Conflict of Interest) bagi Inspektur Penerbangan;
19. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP. 522 Tahun 2015 tentang Standar Minimal Ruang Kerja dan Peralatan Penunjang Inspektur Penerbangan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN
UDARA TENTANG PERENCANAAN SUMBER DAYA
MANUSIA INSPEKTUR PENERBANGAN DI LINGKUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA.
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Perencanaan Sumber Daya Manusia adalah proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan sumber daya manusia pada suatu organisasi dalam bentuk penyusunan formasi, pengembangan dan pemberhentian sumber daya
manusia.
2. Inspektur Penerbangan adalah personel yang diberi
tugas, tanggung jawab dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pengendalian, pengawasan dan investigasi kejadian terhadap keselamatan, keamanan dan pelayanan penerbangan.
3. Inspektur Angkutan Udara adalah personil yang diberi
tugas, tanggung jawab dan hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan
pengendalian
dan
pengawasan
terhadap
penyelenggaraan pelayanan angkutan udara.
4. Inspektur Bandar Udara adalah personil yang diberi
tugas, tanggung jawab dan hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan
pengendalian,
pengawasan dan
investigasi
terhadap
kegiatan
bidang
operasi
dan
kelaikan
fasilitas
bandar udara.
5. Inspektur Keamanan Penerbangan adalah personil yang
diberi tugas, tanggung jawab dan hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan
pengendalian,
pengawasan dan investigasi terhadap
penyelenggaraan
bidang
aviation
security,
bidang
penanganan barang berbahaya, serta bidang PKP-PK dan Salvage.
6. Inspektur Navigasi Penerbangan adalah personil yang
diberi tugas, tanggung jawab dan hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan
pengendalian dan pengawasan terhadap penyelenggaraan bidang Air Traffic Services (ATS), bidang Communication Navigasi Surveillance (CNS), bidang Aeronautical Information Services (AIS), bidang Procedure Of Air Navigation Services-Aircraft Operations (PANS-OPS), bidang Meteorologi Penerbangan (MET) dan bidang Pencarian dan Pertolongan (SAR).
7. Inspektur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara adalah personil yang diberi tugas, tanggung jawab dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pengendalian dan pengawasan terhadap penyelenggaraan kelaikudaraan, pengoperasian pesawat udara, dan medis penerbangan.
8. Formasi Pegawai Negeri Sipil adalah jumlah dan susunan pangkat yang diperlukan dalam suatu satuan organisasi untuk mampu melaksanakan tugas pokok dalam jangka waktu tertentu.
9. Analisis Beban Kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan kerja dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi dengan kapasitas kerja perorangan persatuan waktu.
10. Beban Kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh Inspektur Penerbangan profesional dalam satu tahun dalam satu kegiatan pengawasan dan pengendalian.
11. Pengembangan Sumber Daya Manusia Inspektur Penerbangan adalah seperangkat aktivitas yang sistematis dan terencana yang dirancang dalam memfasilitasi para Inspektur Penerbangan dengan kecakapan yang dibutuhkan untuk memenuhi tuntutan pekerjaan, baik saat ini maupun masa yang akan datang.
12. Inspector Training System adalah suatu program pelatihan terpadu yang disiapkan sebagai panduan untuk pengembangan dan pembinaan Inspektur Penerbangan mulai dari pengangkatan pertama dalam jabatan sebagai Inspektur Penerbangan sampai dengan
diberhentikan.
13. Kompensasi Sumber Daya Manusia Inspektur Penerbangan adalah segala sesuatu yang diterima oleh pegawai dalam bentuk flnansial dan fasilitas penunjang sebagai imbalan atas jasa atau tenaga yang diberikan dalam jabatannya sebagai Inspektur Penerbangan.
14. Pola Karir Sumber Daya Manusia Inspektur Penerbangan adalah pola pembinaan yang menggambarkan alur pengembangan karir yang menunjukkan keterangan dan keserasian antara jabatan, pangkat, diklat kepemimpinan, diklat kompetensi, serta masa jabatan seorang Pegawai Negeri Sipil sejak pengangkatan pertama dalam jabatan tertentu sampai dengan pensiun.
15. Pemberhentian Sumber Daya Manusia Inspektur Penerbangan adalah pemberhentian yang mengakibatkan yang bersangkutan kehilangan jabatannya sebagai Inspektur penerbangan.
16. Pengadaan Sumber Daya Manusia Inspektur Penerbangan adalah kegiatan untuk mengisi formasi Inspektur Penerbangan yang dibutuhkan.
17. Otoritas Bandar Udara adalah lembaga pemerintah yang diangkat oleh Menteri dan memiliki kewenangan untuk menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjamin keselamatan, keamanan, dan pelayanan penerbangan.
18. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara.
19. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal
Perhubungan Udara.
20. Sekretaris Direktorat Jenderal adalah Sekretaris Direktur Jenderal Perhubungan Udara.
Pasal 2
Perencanaan sumber daya manusia Inspektur Penerbangan di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara berlaku untuk Inspektur Penerbangan di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan Kantor Otoritas
Bandar Udara.
Pasal 3
Perencanaan sumber daya manusia Inspektur Penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi:
a. Formasi sumber daya manusia Inspektur Penerbangan; b. Pengembangan sumber daya manusia Inspektur
Penerbangan; dan
c. Pemberhentian sumber daya manusia sebagai Inspektur Penerbangan.
Pasal 4
(1) Penyusunan perencanaan sumber daya manusia Inspektur Penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 digunakan sebagai pedoman dalam rangka pembinaan Inspektur Penerbangan yang lebih berkualitas dalam melaksanakan tugas dan fungsi pengendalian, pengawasan dan investigasi terhadap keselamatan, keamanan dan pelayanan penerbangan. (2) Maksud dan tujuan penyusunan perencanaan sumber
daya manusia Inspektur Penerbangan yaitu:
a. untuk menentukan kualitas dan kuantitas
Inspektur Penerbangan sesuai dengan kompetensi dan kebutuhan;
b. untuk menjamin tersedianya sumber daya manusia Inspektur Penerbangan pada masa sekarang maupun masa mendatang;
c. untuk menghindari tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas dan fungsi;
d. untuk pemenuhan Inspektur Penerbangan secara proporsional di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan Kantor Otoritas Bandar Udara;
e.
untuk menjadi pedoman dalam menetapkan program
penarikan,
seleksi,
pengembangan,
kompensasi,
pemeliharaan,
kedisiplinan
dan
pemberhentian
Inspektur Penerbangan serta pedoman mutasi baik
secara horizontal, vertikal maupun diagonal; dan
f.
untuk digunakan sebagai dasar dalam melakukan
penilaian kinerja Inspektur Penerbangan.
Pasal 5
Formasi
sumber
daya
manusia
Inspektur
Penerbangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, terdiri dari:
a.
tata cara perhitungan
kebutuhan jumlah Inspektur
Penerbangan; dan
b. mekanisme pemenuhan Inspektur Penerbangan.
Pasal 6
(1)
Tata
cara
perhitungan
kebutuhan
jumlah
Inspektur Penerbangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf a dilakukan dengan menyusun analisis beban kerja masing-masing Inspektur Penerbangan yang
meliputi
perhitungan
jumlah
kebutuhan
Inspektur
Angkutan Udara, Inspektur Bandar Udara, Inspektur
Keamanan Penerbangan, Inspektur Navigasi Penerbangan, serta Inspektur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara.
(2)
Hasil
perhitungan
kebutuhan
jumlah
Inspektur Penerbangan sebagaimana dimaksud dalam
ayat
(1)
disiapkan
dalam
perencanaan
pemenuhan
Inspektur Penerbangan dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun.
(3) Perencanaan pemenuhan Inspektur Penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akan dilakukan evaluasi setiap tahun.
(4) Analisis beban kerja Inspektur Penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan jumlah indikator obyek pengendalian, pengawasan dan investigasi, waktu efektif kerja dalam 1 (satu) tahun, serta frekuensi pengendalian, pengawasan dan investigasi kejadian.
(5) Ketentuan waktu efektif kerja dalam 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah sebagai berikut :
a.
jam kerja efektif per hari = 1 hari x 5,5 jam =
5,5 jam atau 330 menit;
b. jam kerja efektif per minggu = 5 hari x 5,5 jam =
27,5 jam atau 1650 menit;c.
jam kerja efektif per bulan = 19 hari x 5,5 jam =
105 jam atau 6300 menit; dan
d. jam kerja efektif per tahun = 228 hari x 5,5 jam = 1250 jam atau 75.000 menit.
(6)
Tata
cara
perhitungan
kebutuhan
jumlah
Inspektur
Penerbangan
di
Lingkungan
Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan ini.
(7)
Hasil analisis beban kerja Inspektur Penerbangan di
Lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Peraturan ini.
Pasal 7
Mekanisme pemenuhan inspektur penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b dilakukan melalui:
a. pengadaan calon Inspektur Penerbangan; dan b. peningkatan kompetensi Inspektur Penerbangan.
Pasal 8
Pengadaan calon Inspektur Penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a dapat dilakukan melalui: a. pengadaan calon Pegawai Negeri Sipil; dan
b. pengadaan pegawai dengan perjanjian kerja.
Pasal 9
(1) Pengadaan calon Inspektur Penerbangan melalui pengadaan calon Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a dilakukan oleh
Direktorat Jenderal bersama dengan Kementerian negara yang meyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur, mulai dari perencanaan, pengumuman, pelamaran, penyaringan, pengangkatan calon Inspektur Penerbangan sampai dengan pengangkatan menjadi Inspektur Penerbangan.
(2) Persyaratan pengadaan jabatan calon Inspektur Penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil.
(3) Calon Inspektur Penerbangan sebagaimana dimaksud
pada
ayat
(2)
yang
telah
memenuhi
persyaratan
administrasi berhak mengikuti ujian penyaringan.
(4) Ujian penyaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
terdiri dari:
a. tes kompetensi dasar; dan b. tes kompetensi bidang.
Pasal 10
(1) Materi tes kompetensi dasar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (4) huruf a dan pengolahan hasil tes
kompetensi
dasar
dilaksanakan
sepenuhnya
oleh
Kementerian negara yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur.
(2) Materi tes kompetensi bidang sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal 9
ayat
(4)
huruf b
ditetapkan
oleh
Kementerian
negara yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan
di
bidang
pendayagunaan
aparatur
berdasarkan
materi
yang
disusun
oleh
Direktorat Jenderal.
(3)
Pengolahan hasil tes kompetensi bidang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Kementerian
negara yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendayagunaan aparatur.
Pasal 11
Pengadaan calon Inspektur Penerbangan melalui pengadaan
pegawai dengan perjanjian kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 huruf b dapat dilakukan apabila:
a. ketersediaan jumlah Inspektur Penerbangan
terbatas;
dan/atau
b. belum
tersedianya
sumber
daya
manusia
Inspektur
Penerbangan.
Pasal 12
Peningkatan
kompetensi
Inspektur
Penerbangan
sebagaimana dimaksud pada pasal 7 huruf b dilakukan
untuk
pemenuhan
kebutuhan
Inspektur
Penerbangan
Pasal 13
(1) Pendidikan formal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 merupakan peningkatan kompetensi Inspektur Penerbangan melalui jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal.
(2) Pendidikan non formal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 merupakan peningkatan kompetensi Inspektur Penerbangan yang dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang di luar pendidikan formal yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal maupun non formal.
Pasal 14
Pengembangan sumber daya manusia Inspektur Penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b meliputi:
a. pendidikan dan pelatihan Inspektur Penerbangan berbasis kompetensi;
b. pengaturan kompensasi Inspektur Penerbangan; dan c. pengaturan pola karir Inspektur Penerbangan.
Pasal 15
Pendidikan dan Pelatihan Inspektur Penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a dilaksanakan melalui Inspector Training System (ITS) yang meliputi pelatihan wajib dan pelatihan spesialisasi, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 16
Pengaturan kompensasi Inspektur penerbangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 huruf b dilakukan melalui
penetapan sebagai jabatan fungsional tertentu, peningkatan kelas jabatan, serta pemenuhan fasilitas kerja dan penunjangnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 17
(1) Pola karir Inspektur Penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf c dapat dilakukan secara berjenjang vertikal, horizontal dan diagonal.
(2) Pola karir berjenjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai dari jenjang jabatan terendah sampai dengan jabatan tertinggi secara berurutan.
(3) Pola karir secara vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan peningkatan jenjang dari terampil ke ahli sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. (4) Pola karir secara horizontal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan peralihan dari jabatan fungsional umum dan/atau jabatan fungsional tertentu lainnya ke jabatan Inspektur Penerbangan sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan.
(5) Pola karir secara diagonal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perpindahan pegawai dari jabatan struktural ke jabatan Inspektur Penerbangan atau sebaliknya sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
Pasal 18
(1) Pemberhentian sebagai Inspektur Penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c terdiri atas pemberhentian dari jabatan Inspektur Penerbangan dan pemberhentian dari Pegawai Negeri Sipil.
(2) Pemberhentian dari jabatan Inspektur Penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan apabila Inspektur Penerbangan beralih jabatan atau melakukan pelanggaran kewajiban sebagai Inspektur Penerbangan. (3) Pemberhentian dari Pegawai Negeri Sipil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilakukan apabila Inspektur Penerbangan mengundurkan diri dari Pegawai Negeri Sipil, memasuki batas usia pensiun, dan/atau melakukan pelanggaran disiplin pegawai.
(4) Prosedur pemberhentian sebagai Inspektur Penerbangan dari jabatan Inspektur Penerbangan dan pemberhentian dari Pegawai Negeri Sipil dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 19
Pemberhentian Inspektur Penerbangan dengan perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dapat dilakukan apabila:
a. kontrak kerja tidak diperpanjang atau masa berlaku perjanjian kerja telah habis;
b. mengundurkan diri dari jabatan Inspektur Penerbangan; c. melakukan pelanggaran kewajiban sebagai Inspektur
Penerbangan; dan
d.
telah terpenuhi kebutuhan Inspektur Penerbangan dari
Pegawai Negeri Sipil.Pasal 20
Sekretaris Direktorat Jenderal melakukan evaluasi
perencanaan sumber daya manusia Inspektur Penerbangan setiap 2 (dua) tahun sekali.
Pasal 21
Direktur Jenderal melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan ini.
Pasal 22
Peraturan ini berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 15 OKTOBER 2015
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
TTD
SUPRASETYO
Salinan Peraturan ini disampaikan kepada Yth. :
1. Menteri Perhubungan;
2. Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan; 3. Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan; 4. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
5. Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; 6. Para Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara.
Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Hukum dan Humas,
HEMI PAMURAHARJO
Pembina Tk. I / (IV/b)
Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Nomor : KP 606 TAHUN 2015
Tanggal : 15 OKTOBER 2015
TATA CARA PERHITUNGAN
KEBUTUHAN JUMLAH INSPEKTUR PENERBANGAN
DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
A. Rumus Penghitungan Jumlah Kebutuhan Inspektur Penerbangan
I. Inspektur Angkutan Udara
Hal - hal yang menjadi dasar pertimbangan adalah sebagai berikut:
a. Inspektur angkutan udara melaksanakan kegiatan pengendalian
dan pengawasan di bidang angkutan udara, antara lain terdiri
dari
proses
merencanakan
program
pengendalian
dan
pengawasan, melakukan analisis dan evaluasi badan usaha
angkutan udara dan pelayanan jasa angkutan udara,
serta
menyusun laporan kegiatan pengendalian dan pengawasan di
bidang angktan udara;b. Jenis kegiatan pengendalian dan pengawasan di bidang angkutan
udara dibagi menjadi 3 (tiga) kegiatan yaitu: inspeksi, evaluasi,
dan ijin usaha.
c. Untuk
mempermudah
perhitungan
kebutuhan
Inspektur Angkutan Udara berdasarkan analisis beban kerja,
maka
klasifikasi
beban
kerja
kegiatan
pengendalian
dan
pengawasan di bidang angkutan udara dibedakan menjadi 2 (dua)
yaitu perhitungan beban kerja Inspektur Angkutan Udara Kantor
Pusat dan beban kerja Inspektur Angkutan Udara Kantor Otoritas
Bandar Udara yang berfungsi sebagai perpanjangan tangan dari
Kantor Pusat dalam melakukan pengawasan di wilayah operasi
bandar udara di seluruh Indonesia.d. Indikator perhitungan kebutuhan jumlah Inspektur Angkutan
Udara sebagai berikut:
1) Obyek pengawasan terdiri dari :
a) jumlah rute penerbangan dalam dan luar negeri;
b) frekuensi penerbangan dalam dan luar negeri;
c) tipe pesawat penerbangan dalam dan luar negeri;
d) jadwal penerbangan dalam dan luar negeri;
e) nomor penerbangan dalam dan luar negeri;
f)
slot time penerbangan dalam dan luar negeri;
g) flight approval berjadwal dan tidak berjawal dalam dan luar
negeri;
h) extra flight penerbangan luar negeri;
i)
charterflight penerbangan luar negeri;
j) delay manajemen;
k) code share badan usaha angkutan udara niaga untuk rute
penerbangan dalam dan luar negeri;
1) kelayakan dokumen rute penerbangan berjadwal;
m) izin terbang lintas (overflying) berjadwal luar negeri;
o) angkutan haji dalam negeri dan luar negeri;
p) badan usaha angkutan udara niaga tidak berjadwal dan
bukan niaga luar negeri;
q) badan usaha angkutan udara niaga tidak berjadwal dan
bukan niaga dalam negeri;
r) badan usaha angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri
dan luar negeri;
s) badan usaha pengguna tenaga kerja asing;
t) badan
usaha
pengguna
hak
angkut
dan
kerjasama
angkutan udara;u) bandar udara yang melaksanakan FAL; v) rute perintis;
w) tarif penumpang angkutan udara niaga berjadwal;
x) agen penjualan umum; dan y) Notice of Airport Capacity (NAC). 2) Objek pengendalian terdiri dari:
a) izin usaha; b) izin kegiatan;
c) izin agen penjualan umum angkutan udara asing ( General
Sales Agent -GSA);
d) izin SIUAUNB parsial; dan e) izin SIUAUNB komprehensif.
e. Dari perumusan tersebut maka dapat dilakukan perhitungan jumlah kebutuhan dengan rumus sebagai berikut :
1) Hitung per masing - masing waktu yang diperlukan pada objek
yang diawasi dengan rumus sebagai berikut :
Jumlah objek yang diawasi x waktu rata-rata per obyek
2) Jumlahkan waktu pada masing - masing objek pengawasan untuk mendapatkan total waktu keseluruhan yang diperlukan 3) Bagikan total waktu keseluruhan yang diperlukan dengan
jumlah jam per tahun (1250 jam) dengan rumus sebagai
berikut :
Total waktu keseluruhan : 1250 jam = jumlah inspektur yang diperlukan
4) Lakukan pembulatan berapapun angka dibelakang koma, karena hal ini dilakukan dalam rangka menghitung orang. II. Inspektur Navigasi Penerbangan
Hal - hal yang menjadi dasar pertimbangan adalah sebagai berikut : a. Inspektur Navigasi Penerbangan melakukan pengawasan
(inspeksi, audit, pengamatan dan pemantauan) terhadap personel navigasi penerbangan, prosedur dan fasilitas di bidang navigasi penerbangan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan navigasi penerbangan dengan melihat pemenuhan terhadap ketentuan peraturan perundang - undangan yang telah ditetapkan.
b. Unit pelayanan navigasi penerbangan terdiri atas unit pelayanan
navigasi penerbangan di bandar udara, unit pelayanan navigasi
pendekatan, dan unit pelayanan navigasi penerbangan jelajah.
Unit pelayanan navigasi penerbangan di bandar udara terdiri dari
TWR, AFIS dan AS. Sehingga penyusunan perumusan
perhitungan
kebutuhan
Inspektur
Navigasi
Penerbangan
ditetapkan berdasarkan unit pelayanan tersebut.
c. Untuk
mempermudah
perumusannya
maka
mengacu
pada
wilayah kerja 10 (sepuluh) Kantor Otoritas Bandar Udara. Dalam
hal ini bukan berarti untuk memenuhi kebutuhan InspekturNavigasi Penerbangan pada Kantor Otoritas Bandar Udara tetapi
untuk pemenuhan kebutuhan seluruh Indonesia.
d. Untuk
layanan
ACC
dengan
benchmarking
adalah
pada
Bandar Udara Soekarno-Hatta, layanan APP benchmarking adalah
Bandar Udara Surabaya, tower dengan benchmarking Bandar
Udara Lampung dan AFIS dengan Bandar Udara Cilacap. Untuk
unattended karena tidak ada layanan navigasi penerbangan maka tidak dilakukan pengawasan.
e. Dari bandar udara yang dijadikan benchmarking tersebut akan
dijadikan dasar atau acuan dalam menetapkan jumlah personel
navigasi,
jumlah
peralatan
/
fasilitas
telekomunikasi
penerbangan, prosedur yang ada di bandara tersebut untuk
layanan lainnya dengan jenis yang sama.
f.
Dari beberapa bandar udara sebagai benchmarking tersebut maka
ditetapkan perumusan sebagai berikut :
No.
Objek Yang Diawasi
Unit Layanan Navigasi Penerbagan
ACC APP TWR AFIS
1 Personel navigasi penerbangan 210 130 45 8 2 Fasilitas pengamatan penerbangan 8 4 1
-3 Fasilitas bantu navigasi penerbangan 18 4 3 3 4 Fasilitas komunikasi penerbangan 86 21 14 6 5 Prosedur fasilitas pengamatan penerbangan 8 4 1
-6 Prosedur fasilitas bantu
navigasi penerbangan 18 4 5 3 7 Prosedur fasilitas komunikasi penerbangan 86 21 14 6 8 Prosedur operasional ACC/APP/TWR/AFIS 1 1 1 1
g. Frekuensi pengawasan dalam satu tahun ditetapkan sebagai
berikut:
1. Unit layanan ACC 2. Unit layanan APP
3. Unit TWR 4. Unit AFIS
3 kali dalam satu tahun 2 kali dalam satu tahun 2 kali dalam satu tahun
1 kali dalam satu tahun
Disamping hal
tersebut juga tidak
menutup kemungkinan
dilakukan pengawasan secara insidentil.
Ketentuan pengawasan yang dilakukan adalah :
1. Personel navigasi penerbangan membutuhkan waktu 2 hari;
2. Fasilitas
pengamatan
penerbangan
membutuhkan
waktu
5 hari;
3. Fasilitas bantu navigasi penerbangan membutuhkan waktu
5 hari;4. Fasilitas
komunikasi
penerbangan
membutuhkan
waktu
2 hari;5. Prosedur
fasilitas pengamatan penerbangan membutuhkan
waktu 3 hari;6. Prosedur fasilitas bantu navigasi penerbangan membutuhkan waktu 3 hari;
7. Prosedur fasilitas komunikasi penerbangan membutuhkan waktu 1 hari;
8. Prosedur operasional membutuhkan waktu 2 hari;
9. Prosedur fasilitas komunikasi, pengamatan dan bantu navigasi
penerbangan terdiri dari prosedur pemasangan, prosedur
pengoperasian
dan
prosedur
pemeliharaan,
sedangkan
prosedur pengoperasian unit layanan terdiri dari 20 prosedur.
h. Dari perumusan tersebut maka dapat dilakukan perhitungan
jumlah kebutuhan dengan rumus sebagai berikut:
1. Hitung per masing - masing total waktu yang diperlukan pada
objek yang diawasi dengan rumus sebagai berikut :
Jumlah objek yang diawasi x hari x jam efektif / hari (5,5 jam)
x jumlah prosedur2. Jumlahkan total waktu pada masing - masing objek pengawasan untuk mendapatkan total waktu keseluruhan yang diperlukan.
3. Bagikan total waktu keseluruhan dengan jumlah jam pertahun (1250 jam) dengan rumus sebagai berikut :
Total waktu keseluruhan :1250 jam = jumlah inspektur yang diperlukan
4. Lakukan pembulatan berapapun angka dibelakang koma, karena hal ini dilakukan dalam rangka menghitung orang. 5. Perhitungan tersebut dilakukan untuk masing - masing unit
i. Dari rumusan tersebut diatas selanjutnya dilakukan perhitungan
terhadap jenis unit layanan navigasi penerbangan yang ada di
Indonesia berdasarkan wilayah pengawasan pada 10 (sepuluh)
Kantor Otoritas Bandar Udara.
III. Inspektur Bandar Udara
1. Inspektur Bandar Udara Bidang Operasi
Hal -
hal yang menjadi dasar pertimbangan adalah sebagai
berikut:
a. Inspektur
Bandar
Udara
bidang
operasi
melakukan
pengawasan
(audit,
investigasi,
dan
evaluasi),
dan
pengendalian
(pengujian
dalam
rangka
penerbitan,
perpanjangan,
peningkatan,
dan
validasi)
lisensi/rating
personel dan/atau sertifikat organisasi di
bidang operasi
bandar udara. Selain itu Inspektur Bandar Udara bidangoperasi
turut
melakukan
memberikan
tindakan
korektif
terhadap hasil laporan kegiatan pengendalian dan pengawasan di bidang operasi bandar udara, dan inspektur bandar udara dapat memberikan sanksi atas tidak terpenuhinya peraturan operasi bandar udara.
b. Untuk mempermudah perhitungan kebutuhan Inspektur Bandar Udara bidang operasi berdasarkan analisis beban kerja, maka klasifikasi beban kerja kegiatan pengendalian dan pengawasan di bidang operasi bandar udara dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu perhitungan beban kerja Inspektur Bandar Udara bidang operasi Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan beban kerja Inspektur Bandar Udara bidang operasi di Kantor Otoritas Bandar Udara yang berfungsi sebagai perpanjangan tangan dari Kantor Pusat dalam melakukan pengawasan di wilayah operasi bandar udara di
seluruh Indonesia.
c. Indikator perhitungan kebutuhan jumlah Inspektur Bandar Udara bidang operasi - Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sebagai berikut :
1) Sertifikat/ register Bandar udara (airport ARC 4, ARC 3, ARC 2, register bandar udara khusus/register waterbase, register heliport/airport ARC1);
2) Sertifikat Lembaga Diklat Personel Bandar Udara ( initial dan audit perpanjangan);
3) Sertifikat Lembaga Inspeksi Keselamatan (initial dan audit perpanjangan);
4) Lisensi Personel Bandar Udara (teknik bandar udara, elektronika bandar udara, listrik bandar udara, mekanikal bandar udara, AMC, GSE operator, marshaller, garbarata, HLO);
5) Izin Badan Usaha Bandar Udara (initial dan perpanjangan); 6) Izin Jasa Kebandarudaraan (initial dan perpanjangan);
7) Izin Operasi Penyelenggaraan Bandar Udara (initial dan perpanjangan);
8) Sertifikat kegiatan jasa terkait bandar udara (initial dan
perpanjangan);
9) Three Letter Code Bandar Udara (initial);
10) Perubahan status bandar udara khusus ke umum atau
penggunaan bandara khusus menjadi umum (initial);
11) Evaluasi
level of service bandar udara dalam rangka
penyesuaian tarif (initial);
12) Perumusan
teknis
peraturan
perundang-undangan
(perumusan teknis peraturan baru, kajian revisi peraturan);
13) ITS untuk Inspektur (training plan, training programme,
training record);
14) OJT untuk Inspektur (OJT program, evaluasi dan pelaporan OJT);
15) ITS
Administration
(administrasi,
dokumentasi,
pemuktahiran training record, kordinasi pelaksanaan OJT Inspektur); dan
16) OJT Instruktur untuk Inspektur (bimbingan dan pelatihan OJT Inspektur).
d. Indikator perhitungan kebutuhan jumlah Inspektur Bandar Udara bidang operasi - Kantor Otoritas Bandar Udara sebagai berikut :
1) Penetapan (penggunaan bandar udara khusus untuk umum terdiri dari: inspeksi, pengamatan, dan pemantauan);
2) Izin (pengusahaan bandar udara komersial dan kegiatan jas terkait bandar udara terdiri dari: inspeksi, pengamatan, pemantauan);
3) Pengesahan (aerodrome manual, AEP, buku pedoman SMS yang terdiri dari: inspeksi, pengamatan, dan pemantuan); 4) Rekomendasi (ketinggian gedung/ bangunan dalam KKOP
terdiri dari pengamatan dan pemantauan, teknis pembangunan heliport terdiri dari inspeksi, pengamatan, pemantauan);
5) Lisensi Personel (perpanjangan rating terdiri dari: teknik bandar udara, elektronika bandar udara, listrik bandar udara, mekanikal bandar udara, AMC, GSE operator, marshaller, garbarata, HLO); dan
6) ITS Administration (administrasi, dokumentasi, pemuktahiran training record, kordinasi pelaksanaan OJT Inspektur).
e. Dari analisis beban kerja berdasarkan objek kerja Inspektur Bandar Udara bidang operasi, dapat dilakukan perhitungan jumlah kebutuhan dengan rumus sebagai berikut :
1) Hitung masing-masing waktu yang diperlukan pada objek yang diawasi dengan rumus sebagai berikut :
Jumlah objek yang diawasi x waktu rata-rata per obyek 2) Jumlahkan waktu pada masing-masing objek pengawasan
untuk mendapatkan total waktu keseluruhan yang diperlukan
3) Bagikan total waktu keseluruhan yang diperlukan dengan
jumlah jam per tahun (1250 jam) dengan rumus sebagai
berikut :
Total waktu keseluruhan : 1250 jam = jumlah inspektur
yang diperlukan4) Lakukan pembulatan berapapun angka dibelakang koma,
karena hal ini dilakukan dalam rangka menghitung orang.
2. Inspektur Bandar Udara Bidang Kelaikan Fasilitas
Hal - hal yang menjadi dasar pertimbangan adalah sebagai
berikut:
a. Inspektur Bandar Udara bidang kelaikan fasilitas melakukan pengawasan (audit, investigasi, dan evaluasi) dan pengendalian
(pengujian dalam rangka penerbitan, perpanjangan) izin dan
sertifikat fasilitas bandar udara dan/atau organisasi di bidang
kelaikan fasilitas bandar udara. Selain itu Inspektur Bandar Udara bidang kelaikan fasilitas turut melakukan memberikan
tindakan
korektif
terhadap
hasil
laporan
kegiatan
pengendalian dan pengawasan di bidang kelaikan fasilitas bandar udara, dan Inspektur Bandar Udara bidang kelaikan
fasilitas dapat memberikan sanksi atas tidak terpenuhinya
peraturan kelaikan fasilitas bandar udara.b. Untuk
mempermudah
perhitungan
kebutuhan
Inspektur
Bandar Udara bidang kelaikan fasilitas bandar udara
berdasarkan analisis beban kerja, maka klasifikasi beban kerja
kegiatan pengendalian dan pengawasan di bidang kelaikan
fasilitas bandar udara dibedakan menjadi 2
(dua) yaitu
perhitungan beban kerja Inspektur Bandar Udara bidang
kelaikan fasilitas bandar udara Kantor Pusat DirektoratJenderal Perhubungan Udara dan beban kerja Inspektur
Bandar Udara bidang kelaikan fasilitas bandar udara di Kantor
Otoritas Bandar Udara yang berfungsi sebagai perpanjangan
tangan dari Kantor Pusat dalam melakukan pengawasan di
wilayah operasi bandar udara di seluruh Indonesia.c. Indikator perhitungan kebutuhan jumlah Inspektur Bandar
Udara bidang kelaikan fasilitas - Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sebagai berikut:
1) Penetapan (penetapan lokasi bandara baru, rencana induk bandara eksisting);
2) Izin (izin peletakan lokasi fasilitas bangunan yang tidak
sesuai dengan rencana induk,
rekomendasi ketinggian
bangunan di dalam KKOP);
3) Penerbitan bukti laik prasarana bandar udara (prasarana
sisi udara, prasarana sisi darat);
4) Penerbitan sertifikat baru peralatan dan utilitas bandar
udara
(peralatan
bantu
pendaratan
visual,
peralatan
kelistrikan bandar udara, peralatan mekanikal bandar
udara, peralatan pemeliharaan bandar udara, peralatan
pelayanan darat pesawat udara (GSE), utilitas bandar
udara);5) Perumusan
teknis
peraturan
perundang-undangan
(rumusan teknis peraturan baru, kajian revisi peraturan); 6) Perumusan dokumen teknis (rumusan kerangka acuan
kerja, revisi kerangka acuan kerja, perumusan rancangan kerja dan spesifikasi teknis);
7) Pengesahan dokumen teknis pembangunan dan pengembangan bandar udara (rancangan teknik terinci prasarana bandar udara dan/atau gambar rencana pembangunan dan pengembangan prasarana bandar udara, rencangan teknik terinci prasarana bandar udara dan/atau gambar rencana pembangunan dan pengembangan peralatan dan utilitas bandar udara, rekomendasi penerbitan dan/atau pencabutan izin mendirikan bangunan bandar udara (IMBBU), persetujuan teknis usulan pembangunan /pengembangan prasarana bandar udara danaAPBN);
8) Pengawasan teknis kelaikan fasilitas bandar udara (evaluasi teknis, penelitian/pemeriksaan teknis hasil kegiatan dana APBN, audit kelaikan fasilitas bandar udara);
9) ITS untuk Inspektur/ training manager ITS (training plan, training programme, training record);
10) OJT untuk Inspektur/ OJT manager (OJT program, evaluasi dan pelaporan OJT);
11) ITS Administration (administrasi, dokumentasi, pemutakhiran training record, koordinasi pelaksanaan OJT inspektur); dan
12) OJT Instruktur untuk Inspektur (bimbingan dan pelatihan OJT Inspektur).
d. Indikator perhitungan kebutuhan jumlah Inspektur Bandar Udara bidang kelaikan fasilitas - Kantor Otoritas Bandar Udara sebagai berikut :
1) Penetapan (lokasi bandar udara umum: pengamatan dan pemantauan, bandar udara international: inspeksi dan pengamatan);
2) Izin (membangun bandar udara umum: inspeksi dan pengamatan, membangun bandar udara khusus: inspeksi dan pengamatan);
3) Rekomendasi (ketinggian gedung/bangunan dalam KKOP: pengamatan, teknis pembangunan heliport: inspeksi, pengamatan);
4) Uji ulang dalam rangka perpanjangan sertifikat peralatan dan utilitas bandar udara (peralatan bantu pendaratan visual, peralatan kelistrikan bandar udara, peralatan mekanikal bandar udara, peralatan pemeliharaan bandar udara, peralatan sistem informasi dan elektronika bandar udara, peralatan pelayanan darat pesawat udara (GSE), utilitas bandar udara);
5) ITS Administration (administrasi, dokumentasi, pemutakhiran training record, koordinasi pelaksanaan OJT inspektur); dan
6) OJT Instruktur untuk Inspektur (bimbingan dan pelatihan OJT Inspektur).
e. Dari
analisis
beban
kerja
berdasarkan
objek
kerja
Inspektur Bandar Udara bidang kelaikan
fasilitas,
dapat
dilakukan
perhitungan jumlah kebutuhan
dengan
rumus
sebagai berikut:1) Hitung masing-masing waktu yang diperlukan pada objek
yang diawasi dengan rumus sebagai berikut :
Jumlah objek yang diawasi x waktu rata-rata per obyek
2) Jumlahkan waktu pada masing-masing objek pengawasan untuk mendapatkan total waktu keseluruhan yang diperlukan
3) Bagikan total waktu
keseluruhan
dengan jumlah jam
pertahun (1250 jam) dengan rumus sebagai berikut :
Total waktu keseluruhan : 1250 jam = jumlah inspektur yang diperlukan
4) Lakukan pembulatan berapapun angka dibelakang koma,
karena hal ini dilakukan dalam rangka menghitung orang.IV. Inspektur Keamanan Penerbangan
Hal
-
hal yang menjadi
dasar
pertimbangan
pada Inspektur
Keamanan Penerbangan pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara adalah sebagai berikut :
a. Inspektur Keamanan Penerbangan melakukan pengawasan
(audit) terhadap Badan Usaha Bandar Udara (BUBU) , Badan
Usaha Angkutan Udara (BUAU), Regulated Agent dan Lembaga diklat di bidang keamanan penerbangan serta melaksanakan pengendalian terhadap penerbitan lisensi, seritfikasi,
penyusunan, tabulasi dan evaluasi personel, bimbingan teknis
dan pembinaan personel, penerbitan dan evaluasi izin serta kerjasama internasional.
b. Indikator beban kerja Inspektur Keamanan Penerbangan :
1. Audit dilakukan 1 kali dalam setiap 3 tahun, sedangkan investigasi terkait dengan PKP-PK dan Salvage serta investigasi terkait dengan barang berbahaya dilakukan di setiap kejadian; 2. Jumlah Badan Usaha Bandar Udara (BUBU);
3. Jumlah Badan Usaha Angkutan Udara (BUAU); 4. Jumlah Regulated Agent;
5. Jumlah Badan Diklat;
6. Jumlah penerbitan per tahun; 7. Jumlah penyusunan per tahun; 8. Jumlah Bimtek per tahun; 9. Jumlah pengesahan per tahun;
10. Jumlah penerbitan dan evaluasi per tahun; dan
11. Jumlah pelaksanaan kegiatan kerjasama internasional per tahun.
c. Dari perumusan tersebut maka dapat dilakukan perhitungan jumlah kebutuhan dengan rumus sebagai berikut :
1. Hitung masing - masing waktu yang diperlukan pada objek yang diawasi dengan rumus sebagai berikut :
Jumlah objek yang diawasi x waktu rata-rata per obyek
2. Jumlahkan waktu pada masing-masing objek pengawasan untuk mendapatkan total waktu keseluruhan yang diperlukan. 3. Bagikan total waktu keseluruhan dengan jumlah jam pertahun
(1250 jam) dengan rumus sebagai berikut :
Total waktu keseluruhan : 1250 jam = jumlah inspektur yang diperlukan
4. Lakukan pembulatan berapapun angka dibelakang koma, karena hal ini dilakukan dalam rangka menghitung orang. Hal - hal yang menjadi dasar pertimbangan pada Inspektur Keamanan Penerbangan pada Kantor Otoritas Bandar Udara adalah sebagai berikut :
a. Inspektur Keamanan Penerbangan pada Kantor Otoritas Bandar Udara melakukan pengawasan (inspeksi, survey dan test) terhadap Badan Usaha Bandar Udara (BUBU) , Badan Usaha Angkutan Udara (BUAU), Regulated Agent dan Lembaga diklat di bidang keamanan penerbangan dan juga melaksanakan pengendalian terhadap evaluasi lisensi personel.
b. Indikator beban kerja inspektur keamanan penerbangan :
1. Inspeksi, survey dan test dilakukan secara berkala per tahun; 2. Jumlah Badan Usaha Bandar Udara (BUBU);
3. Jumlah Badan Usaha Bandar Udara (BUAU); 4. Jumlah Regulated Agent;
5. Jumlah Lembaga Diklat; dan 6. Jumlah evaluasi lisensi per tahun.
c. Dari perumusan tersebut maka dapat dilakukan perhitungan jumlah kebutuhan dengan rumus sebagai berikut :
1. Hitung per masing - masing total waktu yang diperlukan pada objek yang diawasi dengan rumus sebagai berikut :
Jumlah objek yang diawasi x waktu rata-rata obyek yang diperlukan
2. Jumlahkan total waktu pada masing - masing objek pengawasan untuk mendapatkan total waktu keseluruhan yang diperlukan
3. Bagikan total waktu keseluruhan dengan jumlah jam pertahun (1250 jam) dengan rumus sebagai berikut :
Total waktu keseluruhan : 1250 jam = jumlah inspektur yang
diperlukan
4. Lakukan pembulatan berapapun angka dibelakang koma,
karena hal ini dilakukan dalam rangka menghitung orang.
V. Inspektur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara
Hal - hal yang menjadi dasar pertimbangan adalah sebagai berikut:
a. Inspektur
kelaikudaraan
dan
pesawat
udara
melakukan
pengawasan (audit dan investigasi) terhadap pesawat sebagai
obyeknya dengan berpedoman pada Staff Instruction (SI) 8400
Flights Operation Inspector's Handbook.
b. Staff Instruction (SI) 8400 memberikan pedoman sebagai berikut:
1. Cabin Safety Inspector mempunyai standar kerja 30 pesawat
dan 30 organisasi untuk 1 (satu) orang Flight Operation
Inspector,
2. Flight Operation Inspector mempunyai
standar kerja 10
pesawat dan 30 organisasi untuk 1 (satu) orang Flight
Operation Inspector, dan
3. Flight Operation Officer Inspector mempunyai standar kerja 40
pesawat dan 40 organisasi untuk 1 (satu) orang Flight
Operation Inspector.c. Sesuai
dengan
Airworthiness Inspector Manual mempunyai
standar kerja 5 pesawat dan 5 organisasi untuk 1 (satu) orang
Airworthiness Inspector,
d. Dari perumusan tersebut maka dapat dilakukan perhitungan
jumlah kebutuhan Inspektur Kelaikudaraan dan Pengoperasian
Pesawat Udara dengan rumus sebagai berikut:
1. Hitung jumlah pesawat yang dilakukan pengawasan oleh
Inspektu Penerbangan.
2. Bagikan dengan standar kerja rata-rata yang ada.
3. Lakukan pembulatan berapapun angka dibelakang koma,
karena hal ini dilakukan dalam rangka menghitung orang.
e. Untuk Inspektur Medis Penerbangan perhitungan analisa beban
kerja berdasarkan jumlah obyek kerja dan waktu.
f. Yang menjadi obyek pengawasan
pada
Inspektur Medis
Penerbangan adalah : 1. Medical Examiner; 2. Fasilitas Kesehatan;
3. Operator Penerbangan; dan 4. Flying School.
g. Dari perumusan tersebut dapat dilakukan perhitungan jumlah
kebutuhan Inspektur Medis Penerbangan dengan rumus sebagai
berikut:
1. Hitung jumlah obyek kerja yang dilakukan pengawasan;
2. Hitung
total
waktu
rata-rata
yang
diperlukan
untuk
mengawasi satu obyek per tahun;3. Hitung waktu yang diperlukan untuk masing-masing obyek
dengan cara :Jumlah objek yang diawasi x waktu rata-rata per tahun
4. Jumlahkan total waktu yang didapatkan;5. Bagikan total waktu keseluruhan dengan jumlah jam pertahun
(1250 jam) dengan rumus sebagai berikut :Total waktu keseluruhan : 1250 jam = jumlah inspektur yang diperlukan
6. Lakukan pembulatan berapapun angka dibelakang koma,
karena hal ini dilakukan dalam rangka menghitung orang.
B. Perhitungan Keseimbangan Persediaan Dan KebutuhanKebutuhan formasi yang telah dihitung, selanjutnya diperbandingkan dengan persediaan (bezettingj pegawai yang ada. Perbandingan antara kebutuhan dengan persediaan akan memperlihatkan kekurangan, kelebihan, atau kecukupan dengan jumlah yang ada.
Oleh karena itu, dalam pengambilan kebijakan dalam formasi keseimbangan antara kebutuhan dan persediaan agar ditabulasikan sebagai berikut :
Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia Inspektur Penerbangan
NO JENIS INSPEKTUR PENERBANGAN JUMLAH INSPEKTUR PENERBANGAN SAAT INI JUMLAH KEBUTUHAN INSPEKTUR JUMLAH KELEBIHAN INSPEKTUR JUMLAH KEKURANGAN INSPEKTUR PERENCANAAN KEBUTUHAN SDM INSPEKTUR PENERBANGAN (5 TAHUN) 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9 2 0 2 0 1 2 3 4 5 6 7 1 Inspektur Angkutan Udara 27 65 - 38 10 8 7 7 6 2 Inspektur Navigasi Penerbangan 147 219 - 72 23 18 16 12 3 3 Inspektur Bandar Udara : a. Inspektur Bandar Udara Bidang Operasional b. Inspektur Bandar Udara Bidang Kelaikan Fasilitas 68 47 135 185 -67 138 22 45 17 36 14 25 10 17 4 15
1 2 3 4 5 6 7 4 Inspektur Keamanan Penerbangan : a. Inspektur AVSEC b. Inspektur PKP-PK dan Salvage c. Inspektur Dangerous Good 102 26 23 395 251 138 - 293 225 115 98 92 47 76 70 30 54 42 16 41 12 10 24 9 4 5 Inspektur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara : a. Inspektur Kelaikaudaraan b. Inspektur Pengoperasian c. Inspektur Medis Penerbangan 97 51 0 224 184 10 - 127 133 10 45 48 3 32 37 3 24 26 3 16 13 1 10 9 0 keterangan: 1) Persediaan (kolom 3) Penerbangan yang ada.
2) Kebutuhan (kolom 4) adalah merupakan total Inspektur Penerbangan yang dibutuhkan dari hasil penghitungan.
3) Kelebihan (kolom 5) adalah persediaan Inspektur Penerbangan melebihi kebutuhan yang ada yaitu kolom 3 dikurangi kolom 4. 4) Kekurangan (kolom 6) adalah kebutuhan lebih besar dari
persediaan yang ada yaitu • kolom 4 dikurangi kolom 3.
5) Perencanaan kebutuhan SDM Inspektur Penerbangan - 5 tahun (kolom 7) adalah proyeksi pengadaan SDM Inspektur Penerbangan selama 5 tahun yang disesuaikan dengan perhitungan kebutuhan SDM Inspektur Penerbangan.
adalah bezetting atau Inspektur
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Hukum dan Humas,
HEMI PAMURAHARJO
Pembina Tk. I / (IV/b)
NIP. 19660508 199003 1 001
TTD
Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Nomor : KP 606 TAHUN 2015
Tanggal : 15 OKTOBER 2015
HASIL ANALISIS BEBAN KERJA INSPEKTUR PENERBANGAN DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA 1. HASIL ANALISIS BEBAN KERJA INSPEKTUR ANGKUTAN UDARA
-KANTOR PUSAT DAN -KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
NO KEGIATAN HASIL
KERJA/OUTPUT JUMLAH SATUAN
WAKTU RATA-RATA (JAM) JUMLAH WAKTU YANG DIBUTUH KAN JUMLAH ORANG YANG DIBUTUH KAN 1 2 3 4 5 6 7 8 1 pemantauan terhadap kegiatan angkutan udara haji dalam negeri
laporan hasil
pemantauan
kegiatan angkutan
haji dalam negeri (berangkat dan pulang) 15 Laporan 200.5 3007.5 2.406 2. pemantauan terhadap kegiatan angkutan udara haji luar negeri
laporan hasil
pemantauan
terhadap kegiatan angkutan haji luar
negeri 1 Laporan 328 328 0.2624 3. inspeksi terhadap kegiatan angkutan udara niaga tidak berjadwal dan
bukan niaga luar
negeri
laporan inspeksi kegiatan angkutan
udara niaga tidak
berjadwal dan bukan niaga luar negeri 25 Laporan 68.5 1712.5 1.37 4. inspeksi terhadap kegiatan angkutan udara niaga tidak berjadwal dan bukan niaga dalam negeri laporan inspeksi kegiatan angkutan
udara niaga tidak berjadwal dan bukan niaga dalam
negeri 25 Laporan 70 1750 1.4 5. Inspeksi terhadap kegiatan angkutan udara perintis laporan Inspeksi kegiatan angkutan udara perintis 15 Laporan 53.5 802.5 0.642 6. inspeksi standar pelayanan minimal Badan Usaha Angkutan Udara Niaga berjadwal laporan inspeksi standar pelayanan minimal Badan Usaha Angkutan Udara Niaga berjadwal 20 Laporan 35.5 710 0.568 7. pemantauan tarif penumpang angkutan udara niaga berjadwal laporan pemantauan tarif penumpang angkutan udara niaga berjadwal 10 Laporan 41.5 415 0.332