KATALOG BPS: 9202.3503
Produk Domestik Regional Bruto
Kabupaten Trenggalek
Menurut Lapangan Usaha
2006 - 2010
KABUPATEN TRENGGALEK
Gross Regional Domestic Product
Of Trenggalek Regency
By Industrial Origin
2006 - 2010
Kerjasama
Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek
Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Trenggalek Tahun 2011
PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO (PDRB)
KABUPATEN TRENGGALEK
MENURUT LAPANGAN USAHA
2006 - 2010
Katalogus Dalam Terbitan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006 ‐ 2010 Katalog BPS : 9202.3503 Ukuran Buku : A4 (21 Cm x 29 Cm) Jumlah halaman : x + 76 Naskah : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Trenggalek Penyunting : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Grafik : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Perancang Sampul : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Trenggalek Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
KATA PENGANTAR
Publikasi “Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006 ‐ 2010” merupakan hasil
kerjasama antara Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Trenggalek dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek. Para pelaku ekonomi baik pemerintah, perusahaan maupun masyarakat dapat memperoleh informasi dari publikasi ini.
Angka yang tercantum pada PDRB diperoleh dari perhitungan berdasarkan atas dasar harga berlaku (adhb) maupun atas dasar harga konstan (adhk) 2000, dan disajikan dalam satuan uang rupiah. Sebagai indikator ekonomi disusun tabel‐tabel yang digunakan untuk keperluan analisis sederhana. Hal tersebut bertujuan agar para pengguna data dapat memanfaatkan publikasi ini sebaik mungkin.
Kami menyadari bahwa publikasi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pengguna data untuk meningkatkan mutu penyajian PDRB pada masa mendatang. Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi ini, terutama kepada para responden data primer maupun sekunder baik dari instansi pemerintah, swasta maupun masyarakat. Trenggalek, Agustus 2011 KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN TRENGGALEK KABUPATEN TRENGGALEK Ir. YUDI SUNARKO, M.Si DANDUT SUPRIYANTO, SP NIP. 19620409 198903 1 006 NIP. 196004161981011001
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006 - 2010 iv
BUPATI TRENGGALEK
SAMBUTAN
Assalamu ’alaikum Warohmatullahi WabarokatuhPuji Syukur ke Hadirat Allah SWT. Publikasi “Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006 ‐ 2010” ini dapat diselesaikan.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Trenggalek Tahun 2006‐2010 memuat Indikator Makro Ekonomi yang dapat menggambarkan kinerja perekonomian dan sebagai alat ukur keberhasilan pembangunan ekonomi Kabupaten Trenggalek pada tahun 2006‐2010, informasi ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para konsumen data baik pemerintah, swasta maupun masyarakat Kabupaten Trenggalek sebagai acuan untuk evaluasi hasil‐hasil pembangunan dan sebagai sumber informasi untuk menyusun strategi kebijakan perekonomian regional dimasa yang akan datang.
Akhir kata kepada semua pihak yang telah memberikan data dasar maupun data pendukung dalam menyusun publikasi ini saya ucapkan terima kasih. Wassalamu ’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Trenggalek, Agustus 2011 BUPATI TRENGGALEK DR. IR. MULYADI W.R., MMT
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ... iii SAMBUTAN BUPATI ... iv DAFTAR ISI ... v DAFTAR TABEL LAMPIRAN ... viii DAFTAR GRAFIK ... x BAB I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 2 1.2. Maksud dan Tujuan ... 4 1.3. Ruang Lingkup ... 4 1.4. Sistematika Penulisan ... 5 BAB II. KONSEP DAN DEFINISI ... 7 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 8 2.2. Istilah‐istilah Dalam PDRB ... 9 2.3. Agregat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) . 11 BAB III METODOLOGI ... 14 3.1. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ... 15 3.1.1. Metode Langsung ... 15 3.1.2. Metode Tidak Langsung ... 17 3.2. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan ... 18 3.3. Angka Indeks ... 21 BAB IV KELOMPOK KEGIATAN EKONOMI ... 24 4.1. Klasifikasi Lapangan Usaha ... 25 4.2. Klasifikasi Sektor ... 27 BAB V URAIAN SEKTORAL ... 29Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006 - 2010 vi 5.1. Sektor Pertanian ... 30 5.1.1. Tanaman Bahan Makanan ... 30 5.1.2. Tanaman Perkebunan ... 30 5.1.3. Peternakan dan Hasil ‐ hasilnya ... 31 5.1.4. Kehutanan ... 31 5.1.5. Perikanan ... 32 5.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ... 32 5.3. Sektor Industri Pengolahan ... 32 5.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ... 33 5.4.1. Listrik ... 33 5.4.2. Air Bersih ... 33 5.5. Sektor Konstruksi/Bangunan ... 33 5.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 34 5.6.1. Perdagangan ... 34 5.6.2. Hotel ... 34 5.6.3. Restoran ... 35 5.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 35 5.7.1. Pengangkutan ... 35 5.7.1.1. Angkutan Jalan Raya ... 35 5.7.1.2. Jasa Penunjang Angkutan ... 35 5.7.2. Komunikasi ... 36 5.7.2.1. Pos dan Telekomunikasi ... 36 5.7.2.2. Jasa Penunjang Komunikasi ... 36 5.8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 36 5.8.1. Bank ... 36 5.8.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank ... 37 5.8.3. Sewa Bangunan ... 37 5.8.4. Jasa Perusahaan ... 37 5.9. Sektor Jasa ‐ jasa ... 38 5.9.1. Jasa Pemerintahan Umum ... 38 5.9.2. Jasa Swasta ... 38 5.9.2.1. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan ` 38
DAFTAR GRAFIK
HalamanGrafik 1 PDRB adhb dan PDRB adhk Kabupaten Trenggalek,
2006‐2010 (Milyar Rupiah) ... 42 Grafik 2 Kontribusi Sektoral PDRB Atas Dasar Harga
Berlaku Kabupaten Trenggalek, 2010 (persen) ... 49 Grafik 3 Struktur Ekonomi Kabupaten Trenggalek, Tahun
2009 ... 50 Grafik 4 Struktur Ekonomi Kabupaten Trenggalek, Tahun
2010 ... 51 Grafik 5 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Trenggalek, Tahun
2006‐2010 (Persen) ... 53 Grafik 6 Share Sektor Lapangan Usaha Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten Trenggalek, Tahun 2010
(Persen) ... 58 Grafik 7 Laju Inflasi PDRB Kabupaten Trenggalek (Persen),
Tahun 2006‐2010 ... 59
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006 - 2010 vii 5.9.2.2. Jasa Hiburan dan Rekreasi .... 39 5.9.2.3. Jasa Perorangan & Rumahtangga . 40 BAB VI Tinjauan PDRB Kabupaten Trenggalek ... 41 6.1. Tinjauan umum PDRB adhb dan PDRB adhk ... 42 6.2. Peranan/Kontribusi Sektor Ekonomi ... 46 6.2.1. Kontribusi Sektoral PDRB ... 46 6.2.2. Pergeseran Kelompok Sektor ... 49 6.2.3. Struktur Ekonomi dan Tenaga Kerja ... 51 6.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi ... 53 6.4. Laju Inflasi PDRB ... 58 6.5. PDRB Perkapita ... 59 TABEL LAMPIRAN ... 63
DAFTAR TABEL LAMPIRAN
Halaman Tabel 1 PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006‐2010 Atas Dasar Harga Berlaku ... 64 Tabel 2 PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006‐2010 Atas Dasar Harga Konstan 2000 ... 65 Tabel 3 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten TrenggalekMenurut Lapangan Usaha Tahun 2006‐2010 Atas
Dasar Harga Berlaku ... 66 Tabel 4 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Trenggalek
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006‐2010 Atas
Dasar Harga Konstan 2000 ... 67 Tabel 5 Indeks Berantai PDRB Kabupaten Trenggalek
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006‐2010 Atas
Dasar Harga Berlaku ... 68 Tabel 6 Indeks Berantai PDRB Kabupaten Trenggalek
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006‐2010 Atas
Dasar Harga Konstan 2000 ... 69 Tabel 7 Indeks Perkembangan PDRB Kabupaten Trenggalek
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006‐2010 Atas
Dasar Harga Berlaku ... 70 Tabel 8 Indeks Perkembangan PDRB Kabupaten Trenggalek
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006‐2010 Atas
Dasar Harga Konstan 2000 ... 71 Tabel 9 Indeks Harga Implisit PDRB Kabupaten Trenggalek
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006‐2010 ... 72
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi sistem pemerintahan yang desentralisasi, melahirkan otonomi daerah yang memiliki tujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah daerah memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan. Namun, urusan tersebut masih tetap berada dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Tujuan dari Pembangunan Nasional adalah untuk membangun tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta mewujudkan kemajuan di segala bidang terutama bidang ekonomi yang demokratis, berkeadilan sosial, melindungi hak asasi manusia, menegakkan supremasi hukum dalam tatanan masyarakat dan bangsa yang beradab, berakhlak mulia, mandiri, bebas, maju dan sejahtera. Untuk melaksanakan Pembangunan Nasional perlu mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal, agar dapat mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju dan kukuh kekuatan moral dan etikanya.
Pembangunan daerah merupakan usaha untuk melakukan perubahan keadaan daerah menuju perbaikan, agar berkelanjutan menuju
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006 - 2010 3 peningkatan keadaan daerah terutama keadaan masyarakatnya. Oleh karena itu, perencanaan pembangunan harus dibuat secara terarah dan berkelanjutan sehingga dapat diikuti dengan implementasi dan evaluasi untuk perencanaan pembangunan berikutnya.
Berbagai macam data diperlukan dalam perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah sebagai dasar untuk menentukan strategi dan kebijakan, agar sasaran pembangunan dapat dicapai dengan tepat. Strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi yang telah diambil sebelumnya perlu dipantau dan dilihat hasil‐hasilnya. Berbagai data statistik yang merupakan ukuran kuantitas sangat diperlukan sebagai gambaran tentang keadaan pada masa lalu, masa sekarang, dan sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan datang.
Pada dasarnya, pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha dan kebijakan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.
Untuk mencapai tujuan diatas maka diperlukan perencanaan yang teliti dan evaluasi terhadap hasil‐hasil pembangunan yang telah dicapai. Salah satu indikator ekonomi makro yang digunakan untuk perencanaan dan evaluasi pembangunan ekonomi secara makro adalah statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Sehingga, dapat dikatakan tujuan dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara mantap, dan dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat, perlu disajikan statistik pendapatan nasional/regional secara berkala, yang digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan nasional atau regional khususnya dibidang ekonomi. Angka‐angka pendapatan nasional/regional dapat dipakai sebagai bahan evaluasi dari
hasil pemantauan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik pemerintah pusat/daerah, maupun swasta.
Untuk mendapatkan Data Statistik Pendapatan Regional, maka perlu diadakan kegiatan‐kegiatan berupa pengumpulan data sekunder dari dinas/instansi yang terkait, serta data primer melalui Survei Khusus Pendapatan Regional dan pengolahan dari data tersebut.
1.2. Maksud dan Tujuan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu sajian data untuk memantau perkembangan kemajuan di segala bidang, khususnya bidang ekonomi. Tuntutan akan tersedianya data statistik ekonomi makro seperti yang telah tertuang dalam penghitungan pendapatan regional sangat diperlukan dalam pelaksanaan otonomi daerah. Sehingga bila pendapatan regional suatu daerah diketahui, maka dapat dilihat struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita dari daerah tersebut, yang nantinya merupakan suatu tolok ukur dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan.
Tujuan dari penyusunan publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006‐ 2010 adalah untuk memenuhi kebutuhan terhadap indikator makro ekonomi yang digunakan dalam evaluasi hasil‐hasil pembangunan ekonomi dalam pengambilan kebijakan pembangunan di Kabupaten Trenggalek.
1.3. Ruang Lingkup
Dalam penghitungan PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006–2010, mencakup semua unit produksi atau kegiatan usaha baik swasta maupun pemerintah (baik pusat maupun daerah) yang beroperasi di wilayah Kabupaten Trenggalek.
Publikasi PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006‐2010 ini menyajikan angka‐angka untuk periode tahun 2006,
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006 - 2010 5 2007, 2008, 2009 dan 2010 yang masing‐masing disusun menurut lapangan usaha baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun 2000. Penyajian atas dasar harga konstan penting untuk melihat kenaikan PDRB secara riil, baik dalam bentuk sektoral, keseluruhan, maupun perkapita dari tahun ke tahun karena meniadakan faktor inflasi yang ikut mempengaruhi kenaikan PDRB tersebut. Dari angka‐angka PDRB didapat nilai turunan yang berupa angka indeks dan agregat‐agregat yang banyak digunakan untuk indikator ekonomi keberhasilan suatu pembangunan di daerah.
1.4. Sistematika Penulisan
Dalam pembuatan publikasi PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006‐2010, sistematika yang digunakan adalah :
Bab I Pendahuluan
Menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan sistematika publikasi PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006‐2010.
Bab II Konsep dan Definisi
Menjelaskan konsep dan definisi secara teoritis dan sangat mendasar untuk dapat memahami hasil penghitungan PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006‐2010.
Bab III Kelompok Kegiatan Ekonomi
Menjelaskan Kelompok Kegiatan Ekonomi yang tercakup dalam penghitungan PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006‐2010.
Bab IV Metodologi
Menjelaskan tentang berbagai metodologi yang digunakan dalam penghitungan PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006‐2010.
Bab V Uraian Sektoral
Menguraikan penjelasan sektoral yang mencakup cara yang digunakan untuk masing‐masing sektor yang tercakup dalam penghitungan PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006‐2010.
Bab VI Uraian Singkat PDRB
Menguraikan secara singkat PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006‐2010 yang berisi penjelasan tentang angka‐angka hasil penghitungan PDRB.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2005 - 2009 ix Tabel 10 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Trenggalek
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006‐2010 ... 73 Tabel 11 Laju Inflasi PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2006‐2010 ... 74 Tabel 12 Perkembangan Beberapa Agregat Pendapatan dan
Pendapatan Regional Kabupaten Trenggalek Tahun
2006‐2010 ... 75 Tabel 13 Laju Pertumbuhan Beberapa Agregat Pendapatan dan
Pendapatan Regional Kabupaten Trenggalek
Tahun 2006‐2010 ... 76
BAB II
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006 - 2010 8
BAB II
KONSEP DAN DEFINISI
Untuk memperoleh gambaran sebagai dasar analisis mengetahui potensi ekonomi suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) secara menyeluruh dapat dilihat dari neraca ekonominya. Dalam bab ini akan diuraikan konsep dan definisi yang digunakan untuk menghitung pendapatan regional.
Konsep dan definisi menjadi amat penting untuk memahami lebih lanjut mengenai data yang tersedia. Arti, wujud fisik, karakteristik, batasan dan sifat kegiatan tentang eksistensi, perubahan dan perpindahan suatu barang dan jasa harus tercermin jelas dalam konsep dan definisi. Definisi yang berbeda akan menghasilkan data yang berbeda pula. Perlu diingat bahwa konsep dan definisi yang terdapat dalam buku ini pada dasarnya bertujuan untuk menyusun neraca regional.
2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Definisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Trenggalek adalah jumlah seluruh nilai produksi barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan‐kegiatan ekonomi yang beroperasi di wilayah Kabupaten Trenggalek dalam kurun waktu satu tahun dikurangi dengan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, tanpa memperhatikan apakah faktor‐faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh penduduk Kabupaten Trenggalek. Dengan kata lain, PDRB adalah jumlah semua nilai tambah bruto (NTB) yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dari seluruh kegiatan ekonomi dari seluruh lapangan usaha disuatu daerah dalam kurun waktu satu tahun.
Dalam buku teks yang relevan, sering disebutkan bahwa besaran PDRB dapat dihitung melalui pengukuran arus sirkular
(circular flow), dan pengukurannya dapat dibedakan menjadi 3
cara, yaitu metode total keluaran, metode pengeluaran atas pengeluaran dan metode pendapatan dari produksi. Secara populer, pendekatan penghitungan PDRB dengan metode yang pertama dikenal dengan sebutan pendekatan produksi, yang kedua dikenal dengan pendekatan pengeluaran, dan yang terakhir dikenal dengan pendekatan pendapatan.
2.2. Istilah ‐ istilah dalam PDRB
Mengawali penjelasan mengenai konsep dan definisi, berikut ini dijelaskan mengenai beberapa istilah yang berhubungan dengan penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu output, biaya antara, dan nilai tambah bruto. Kejelasan pengertian dari tiga istilah ini sangat penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan PDRB. Disamping itu akan dijelaskan juga konsep dan definisi lain yang digunakan dalam PDRB.
Barang dan Jasa.
Barang dan jasa sebagai sarana pemenuhan kebutuhan manusia ada yang dapat digunakan secara langsung dan ada yang harus mengalami proses terlebih dahulu, sehingga barang dan jasa dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu:
- barang dan jasa sebagai permintaan antara yaitu barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi.
- barang dan jasa sebagai permintaan akhir yaitu barang dan jasa yang langsung dikonsumsi.
Output.
Output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai lapangan usaha kegiatan ekonomi dalam suatu periode waktu tertentu. Pada dasarnya nilai output = O diperoleh dari perkalian kuantum produksi (Quantum = Q) dan harganya (Price =
P). Dengan demikian besaran output dapat diperoleh melalui
rumus:
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006 - 2010 10 Biaya Antara Biaya antara merupakan nilai barang dan jasa yang digunakan sebagai bahan untuk memproduksi output dan terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang digunakan dalam proses oleh unit‐ unit produksi dalam domestik tertentu pada rentang waktu tertentu, biasanya satu tahun. Biaya antara terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Nilai Tambah Bruto (NTB)
Pengertian Nilai tambah bruto (gross Added Values) ini sangat penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan PDRB, yang tak lain merupakan penjumlahan dari seluruh besaran nilai
tambah bruto dari seluruh unit produksi yang berada pada wilayah (region) tertentu dalam rentang waktu tertentu (biasanya satu tahun). Dengan kata lain, Nilai Tambah Bruto (NTB) merupakan
pengurangan dari nilai output dengan biaya antara, atau bila dirumuskan : . Penyusutan.
Barang‐barang yang dipakai dalam proses produksi selalu mengalami kerusakan dan pada suatu waktu tertentu tidak berfungsi lagi sehingga akhirnya akan menjadi barang bekas dan jika dijual tidak akan memberikan nilai yang berarti. Para pelaku usaha selayaknya menyediakan/menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk mengganti barang modalnya yang setiap saat mengalami penurunan nilai dari nilai ekonomis barang tersebut.
Output (O) = Quantum (Q) x Price (P).
Penyediaan biaya ini dalam penghitungan pendapatan regional disebut penyusutan barang modal.
Pajak tak langsung neto.
Pajak tak langsung neto terdiri atas dua komponen yaitu
pajak tak langsung dan subsidi. Selisih antara pajak tak
langsung neto dan subsidi disebut sebagai pajak tak langsung neto.
- Pajak tak langsung terdiri dari iuran wajib yang dibayarkan perusahaan kepada pemerintah daerah atau pusat sebagai biaya atas kegiatan produksi, penjualan, pembelian atau penggunaan barang dan jasa oleh perusahaan.
- Subsidi adalah dana bantuan yang diberikan pemerintah kepada perusahaan misalnya untuk mengganti kerugian operasional dan mempertahankan harga pada tingkat tertentu. Bantuan pemerintah kepada perusahaan untuk tujuan investasi atau menutupi kerugian akibat bencana tidak dianggap sebagai subsidi.
2.3. Agregat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Variabel harga (price) yang digunakan dalam penghitungan PDRB dibedakan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Penghitungan atas dasar harga berlaku akan menghasilkan PDRB atas dasar harga berlaku (PDRB adhb) dan penghitungan atas dasar harga konstan akan menghasilkan PDRB atas dasar harga konstan (PDRB adhk). Dari PBRB adhb dan PDRB adhk dapat diturunkan lagi indikator‐indikator yang muaranya adalah untuk mendapatkan pendapatan regional perkapita.
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku / PDRB adhb
(Gross Regional Domestic Product at Current Prices)
adalah jumlah nilai produk atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006 - 2010 12 Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan /
PDRB adhk (Gross Regional Domestic Product at Constant Prices) adalah jumlah nilai produk atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas dasar harga tetap suatu tahun tertentu. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar (Gross Regional Domestic Product at Market Prices )
merupakan penjumlahan nilai tambah bruto dari lapangan usaha, termasuk didalamnya balas jasa faktor produksi (upah dan gaji, surplus usaha) dan pajak tak langsung netto. Produk Domestik Regional Netto atas dasar harga berlaku /
PDRN adhb (Net Regional Domestic Product at Current Prices) adalah selisih antara PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penyusutan barang modal dari seluruh lapangan usaha.
Produk Domestik Regional Netto atas dasar biaya faktor / PDRN adbf
(Net Regional Domestic Product at Factor Cost)
Perbedaan mendasar antara konsep atas dasar biaya faktor dan konsep atas dasar harga berlaku adalah adanya pajak tak langsung netto. Selisih antara PDRN adhb dengan pajak tak langsung netto akan menghasilkan PDRN adbf.
PDRN adhb = PDRB adhb - Penyusutan
Pendapatan Regional Perkapita (Regional Income)
Perlu diketahui bahwa sulit untuk menghitung pendapatan penduduk suatu daerah tertentu. Hal ini dikarenakan ada sebagian pendapatan yang diterima oleh penduduk suatu daerah yang diperoleh karena memiliki faktor produksi pada perusahaan/usaha yang beroperasi di daerah lain dan demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, pendapatan regional adalah PDRN adbf ditambah selisih antara pendapatan yang diterima penduduk daerah tersebut (pendapatan masuk) dengan pendapatan yang diterima penduduk daerah lain (pendapatan keluar). Dengan asumsi bahwa selisih pendapatan masuk dan pendapatan keluar adalah nol, maka PDRN adbf sama dengan pendapatan regional. Apabila pendapatan regional tersebut dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun, maka akan dihasilkan rata‐rata pendapatan regional per kapita penduduk daerah tersebut. Pendapatan Regional Pendapatan Regional per Kapita =
BAB III
METODOLOGI
BAB III
METODOLOGI
3.1. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB adhb)
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB adhb) dapat dihitung melalui dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan sebagai berikut.
3.1.1 Metode langsung
Yang dimaksud metode langsung adalah metode penghitungan dengan menggunakan data yang bersumber dari daerah yang bersangkutan, terpisah dengan data propinsi atau data nasional, sehingga hasil penghitungannya memperlihatkan seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan daerah tersebut. Metode langsung akan memperlihatkan karakteristik sosial ekonomi setiap daerah.
Metode langsung dapat diperoleh dengan menggunakan tiga macam pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan.
a. Pendekatan Produksi
Pendekatan dari segi produksi adalah menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari masing‐masing nilai produksi bruto tiap‐tiap lapangan usaha atau sub lapangan usaha. Pendekatan ini dapat juga disebut dengan pendekatan nilai
tambah.
PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi disuatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit‐unit produksi
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006 - 2010 16 tersebut dalam penyajiannya dikelompokan menjadi sembilan (9) sektor lapangan usaha yaitu: [1]. Pertanian; [2]. Pertambangan dan Penggalian; [3]. Industri Pengolahan; [4]. Listrik, Gas dan Air minum; [5]. Konstruksi; [6]. Perdagangan, Hotel dan Restoran; [7]. Pengangkutan dan Komunikasi; [8]. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; dan [9]. Jasa‐jasa. Lapangan usaha ‐ lapangan usaha tersebut dapat dirinci lagi dalam berbagai sub lapangan usaha. Pembagian lapangan usaha menjadi sub lapangan usaha disajikan dalam penerbitan BPS yaitu Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI).
b. Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan pengeluaran bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa dalam suatu daerah. PDRB adalah semua komponen permintaan akhir, seperti: [1]. Pengeluaran konsumsi rumah tangga; [2]. Pengeluaran konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung; [3]. Konsumsi pemerintah; [4]. Pembentukan modal tetap bruto; [5]. Perubahan Stok, dan [6]. Ekspor Neto; c. Pendekatan Pendapatan
Dalam pendekatan pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud
adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian Produk Domestik Regional Bruto, kecuali faktor pendapatan termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jumlah semua komponen pendapatan ini persektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah dari Nilai Tambah Bruto seluruh sektor (lapangan usaha).
Dari ketiga pendekatan tersebut diatas, secara konsep seyogyanya jumlah pengeluaran tadi harus sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor‐faktor produksinya.
3.1.2. Metode Tidak Langsung
Yang dimaksud metode tidak langsung adalah metode alokasi, yaitu yang penghitungannya dengan cara mengalokasikan pendapatan nasional/regional provinsi untuk tiap kabupaten/kotanya dengan menggunakan alokator‐alokator tertentu. Cara ini ditempuh karena data yang tersedia tidak ada atau adanya kerahasiaan dari data yang tidak bisa diketahui oleh banyak orang, misalnya data mengenai perbankan dan data tentang pertahanan keamanan. Sektor‐ sektor yang dihitung dengan menggunakan cara ini antara lain adalah sektor perbankan dan sektor pemerintahan umum. Alokator yang dapat dipergunakan dapat didasarkan atas : a. Nilai produksi bruto atau netto b. Jumlah produksi fisik c. Tenaga kerja d. Penduduk e. Alokator lain yang dianggap cocok untuk daerah tersebut.
Dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari alokator tersebut dapat dihitung persentase bagian masing‐masing
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006 - 2010 18 kebupaten/kota terhadap nilai tambah setiap sektor atau subsektor.
3.2. Metode Penghitungan PDRB atas Dasar Harga Konstan (PDRB adhk)
Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku dari tahun ke tahun menggambarkan perkembangan yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan perubahan dalam tingkat harganya. Oleh karenanya untuk dapat mengukur perubahan volume produksi atau perkembangan produktifitas secara nyata, faktor pengaruh atas perubahan harga perlu dihilangkan dengan cara menghitung PDRB atas dasar harga konstan.
Penghitungan atas dasar harga konstan ini berguna antara lain dalam perencanaan ekonomi, proyeksi dan untuk menilai pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral. Produk Domestik menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan apabila dikaitkan dengan data mengenai tenaga kerja dan barang modal yang dipakai dalam proses produksi dapat memberikan gambaran tentang tingkat produktifitas dan kapasitas dari masing‐masing lapangan usaha.
Produk riil perkapita juga dipakai sebagi indikator untuk menggambarkan perubahan tingkat kemakmuran ekonomi dari tahun ke tahun. Untuk perencanaan dan proyeksi pada masa yang akan datang, atau ramalan dan penentu target, selalu bertitik tolak dari penghitungan atas dasar harga konstan.
Secara konsep nilai atas dasar harga konstan dapat juga mencerminkan kuantum produksi pada tahun yang berjalan yang dinilai atas dasar harga pada tahun dasar. Dari segi nilai statistik, suatu nilai atas dasar harga konstan dapat diperoleh dengan berbagai cara, yaitu revaluasi, ekstrapolasi, deflasi, dan deflasi berganda.
a. Revaluasi.
Dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing‐masing tahun dengan harga pada tahun dasar (2000). Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan 2000. Selanjutnya nilai tambah harga bruto atas dasar harga konstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara atas dasar harga konstan 2000.
Dalam prakteknya, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang sangat beragam, disamping daftar harga yang tersedia tidak memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu, biaya antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masing‐masing tahun dengan ratio (tetap) biaya antara terhadap output pada tahun dasar atau dengan ratio biaya antara terhadap output pada tahun berjalan.
b. Ekstrapolasi
Nilai tambah masing‐masing tahun atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2000 dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing‐masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang
dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang sedang dihitung. Ekstrapolasi juga dapat dilakukan terhadap output atas dasar
harga konstan, kemudian dengan menggunakan ratio nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006 - 2010 20
c. Deflasi
Nilai tambah masing‐masing tahun atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku masing‐masing tahun dengan indeks harganya. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen, indeks harga perdagangan besar dan sebagainya, tergantung indeks mana yang lebih cocok. Indeks harga tersebut dapat pula dipakai sebagai inflator, yang berarti nilai tambah atas dasar harga yang berlaku diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut.
d. Deflasi Berganda
Dalam deflasi berganda ini, yang dideflasikan adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil pendeflasian tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar.
Kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, disamping karena komponennya terlalu banyak, juga karena sulit dicari indeks harga yang cukup mewakili sebagai deflator. Oleh karena itu, dalam penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak dipakai.
Penghitungan komponen penggunaan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan menggunakan cara‐cara diatas, tetapi mengingat terbatasnya data yang tersedia maka cara Deflasi dan Ekstrapolasi lebih banyak dipakai.
3.3. Angka Indeks
PDRB dalam publikasi ini juga disajikan dalam bentuk peranan sektoral, angka‐angka indeks, inflasi sektoral dan laju pertumbuhan yang masing‐masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Peranan Sektoral, diperoleh dengan cara membagi nilai masing‐
masing sektor/sub sektor dengan nilai total seluruh sektor PDRB dikalikan 100 pada tahun yang bersangkutan (baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun tertentu). Penghitungan peranan sektoral dapat dirumuskan sebagai berikut: Keterangan : Pi = Peranan sektor i PDRBi = PDRB sektor i i = Sektor 1, …, sektor 9
Dalam tabulasi penyajiannya, peranan sektor diberi judul distribusi persentase Produk Domestik Regional Bruto.
b. Indeks Perkembangan, diperoleh dengan membagi nilai‐nilai
pada masing‐masing tahun dengan nilai pada tahun dasar, dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan agregat dari tahun ke tahun terhadap tahun dasarnya. Indeks perkembangan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
%
100
9 1X
PDRB
PDRB
P
i i i i
%
100
0X
PDRB
PDRB
IP
i it
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006 - 2010 22 Keterangan : IP = Indeks perkembangan PDRBit = PDRB sektor i pada tahun ke t; PDRBio = PDRB sektor i pada tahun dasar i = sektor 1, …, sektor 9
c. Indeks Berantai, diperoleh dengan membagi nilai pada masing‐masing tahun dengan nilai pada tahun sebelumnya. Apabila angka ini dikalikan dengan angka 100 dan hasilnya dikurangi 100, maka angka ini menunjukkan tingkat pertumbuhan agregat produksi untuk masing‐masing tahun. Metode penghitungan ini dapat pula digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan sektoral. Apabila penghitungan ini dirumuskan, maka rumus penghitungannya adalah : Keterangan : IB = Indeks berantai PDRBit = PDRB sektor i pada tahun ke t; PDRBi(t‐1) = PDRB sektor i pada tahun t‐1 i = sektor 1, …, sektor 9
d. Indeks Harga Implisit, diperoleh dengan membagi nilai atas
dasar harga berlaku dengan nilai atas dasar harga konstan untuk masing‐masing tahunnya, dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar. Selanjutnya dari indeks harga implisit ini dibuatkan indeks berantainya (dengan rumus indeks berantai), akan terlihat tingkat perkembangan harga setiap tahun terhadap tahun sebelumnya. Indeks ini secara berkala juga dapat menunjukkan besaran inflasi yang mencakup seluruh barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah penghitungan
%
100
) 1 (X
PDRB
PDRB
IB
t i it
PDRB. Indeks harga implisit dapat menggunakan rumus berikut ini : Keterangan : IHI = Indeks Harga Implisit PDRB it(ADHB) = PDRB sektor i pada tahun t atas dasar harga berlaku; PDRB it(ADHK) = PDRB sektor i pada tahun t atas dasar harga konstan; i = sektor 1, …, sektor 9
e. Inflasi PDRB, diperoleh dari indeks harga implisit dengan
membuat indeks berantainya dari tahun ke tahun, dikalikan 100. Angka ini menunjukkan tingkat perkembangan harga setiap tahun terhadap tahun sebelumnya. Inflasi PDRB dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut ini : Keterangan :
IHI it = Indeks Harga Implisit Lapangan Usaha ke‐i tahun t;
IHI it‐1 = Indeks Harga Implisit Lapangan Usaha ke‐i tahun (t‐1);
i = sektor 1, …, sektor 9
%
100
) ( ) (X
PDRB
PDRB
IHI
ADHK it ADHB it
%
100
1X
IHI
IHI
B
InflasiPDR
it it
BAB IV
KELOMPOK KEGIATAN
EKONOMI
BAB IV
KELOMPOK KEGIATAN EKONOMI
Kegiatan ekonomi yang terjadi di suatu negara/daerah beraneka ragam sifat dan jenisnya. Berbagai kegiatan yang bercorak ragam ini perlu dikelompokkan sesuai dengan jenis kegiatan yang sama, sehingga dengan demikian dapat ditentukan apakah suatu kegiatan termasuk dalam kelompok kegiatan ekonomi tertentu misalnya seperti pertanian, industri, jasa‐jasa dan sebagainya. Pengelompokan kegiatan ekonomi sering pula disebut klasifikasi sektor lapangan usaha.
Pembagian kegiatan ekonomi ke dalam sektor didasarkan pada kesamaan dan kebiasaan satuan ekonomi dalam cara berproduksi, sifat dan jenis barang dan jasa yang dihasilkan oleh masing‐ masing sektor dan penggunaan barang dan jasa bersangkutan. Yang dimaksud cara berproduksi dalam penyusunan klasifikasi ini adalah yang berkaitan dengan proses, teknologi dan organisasi dalam menghasilkan barang dan jasa tersebut.
4.1. Klasifikasi Lapangan Usaha
Keseragaman klasifikasi diperlukan dalam rangka
keterbandingan antara data yang dihasilkan, sehingga gambaran mengenai perkembangan dan perbedaan antar wilayah, antar waktu atau antar karakteristik tertentu dapat dilakukan. Untuk pengumpulan data secara nasional, BPS menerbitkan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) yang menjadi pegangan bagi pengumpulan statistik di Indonesia. Dalam penyusunan pendapatan regional, klasifikasi sektor yang dipakai terdiri dari 9 sektor sebagai berikut :
1. Pertanian
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006 - 2010 26 1.b Tanaman Perkebunan 1.c Peternakan dan hasil‐hasilnya 1.d Kehutanan 1.e Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 2.a Minyak dan Gas Bumi 2.b Pertambangan Tanpa Migas 2.c Penggalian 3. Industri Pengolahan 3.a. Industri Migas 3.a.1 Pengilangan Minyak Bumi 3.a.2 Gas Alam Cair 3.b. Industri Tanpa Migas 3.b.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 3.b.2 Tekstil, Barang dari kulit dan Alas kaki 3.b.3 Barang dari kayu dan Hasil hutan lainnya 3.b.4 Kertas dan Barang cetakan 3.b.5 Pupuk, Barang kimia dan Barang dari karet 3.b.6 Semen dan Barang galian bukan logam 3.b.7 Logam dasar, Besi dan Baja 3.b.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 3.b.9 Industri Barang lainnya 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 4.a. Listrik 4.b. Gas 4.c. Air Bersih 5. Konstruksi/Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 6.a Perdagangan Besar dan Eceran 6.b Hotel
6.c Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 7.a. Pengangkutan 7.a.1 Angkutan Rel 7.a.2 Angkutan Jalan raya 7.a.3 Angkutan Laut 7.a.4 Angkutan Sungai, Danau 7.a.5 Angkutan Udara 7.a.6 Jasa Penunjang Angkutan 7.b. Komunikasi 7.b.1 Pos dan Telekomunikasi 7.b.2 Jasa Penunjang Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 8.a Bank 8.b Lembaga Keuangan Bukan Bank 8.c Jasa Penunjang Keuangan 8.d Sewa Bangunan 8.e Jasa Perusahaan 9. Jasa‐jasa 9.a. Pemerintahan Umum 9.a.1 Pemerintahan Umum dan Pertanahan 9.a.2 Jasa Pemerintahan Lainnya 9.b. Swasta 9.b.1 Jasa Sosial dan Kemasyarakatan 9.b.2 Jasa Hiburan dan Rekreasi 9.b.3 Jasa Perorangan dan Rumahtangga 4.2. Klasifikasi Sektor Dalam analisis lebih lanjut, kesembilan lapangan usaha dalam PDRB dikelompokkan lagi menjadi tiga kelompok besar yang masing‐ masing disebut dengan kelompok sektor, yaitu:
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006 - 2010 28 Sektor Primer Yang termasuk dalam sektor primer adalah - Lapangan usaha Pertanian - Lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian Sektor Sekunder Yang termasuk dalam sektor sekunder adalah - Lapangan usaha Industri Pengolahan - Lapangan usaha Listrik, Gas dan Air Minum - Lapangan usaha Bangunan/Konstruksi Sektor Tersier Yang termasuk dalam sektor tersier adalah - Lapangan usaha Perdagangan, Hotel dan Restoran - Lapangan usaha Pengangkutan dan Komunikasi - Lapangan usaha Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan - Lapangan usaha Jasa‐jasa.
BAB V
URAIAN SEKTORAL
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006 - 2010 30
BAB V
URAIAN SEKTORAL
Uraian sektoral yang akan disajikan dalam bab ini meliputi ruang lingkup dan definisi dari masing‐masing sektor dan sub sektor, cara‐cara penghitungan nilai tambah, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan dengan tahun dasar 2000.5.1. Sektor Pertanian
5.1.1. Tanaman bahan makanan
Subsektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedelai, sayur‐sayuran, buah‐buahan, dan tanaman pangan lain serta hasil‐hasil produk ikutannya.
Nilai tambah bruto atas dasar harga yang berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan setiap jenis kuantum produksi dengan masing‐masing harganya; kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga yang berlaku. Biaya antara tersebut diperoleh dengan menggunakan rasio biaya antara terhadap output yang diperoleh dari hasil survei khusus. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan kuantum produksi masing‐masing tahun dengan harga pada tahun 2000, kemudian dikurangi biaya antara atas dasar harga konstan 2000.
5.1.2. Tanaman Perkebunan
a. Tanaman Perkebunan Rakyat
Komoditi yang dicakup adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti kelapa, kopi, kapuk, tebu, tembakau dan cengkeh. Nilai tambah bruto atas dasar harga
berlaku dihitung dengan cara pendekatan produksi, sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi.
b. Tanaman Perkebunan Besar
Kegiatan yang dicakup dalam sektor ini adalah kegiatan yang memproduksi komoditi perkebunan yang diusahakan oleh perusahaan perkebunan besar seperti karet, teh, kopi, tebu dan tanaman lainnya. Cara penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000 sama seperti penghitungan pada tanaman perkebunan rakyat.
5.1.3. Peternakan dan Hasil‐hasilnya
Subsektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas maupun hasil‐hasil ternak seperti sapi, kerbau, kambing, babi, susu, telur, kulit dan hasil ternak lainnya. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong ditambah perubahan stok populasi ternak.
Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara mengalikan nilai produksi dengan rasio nilai tambah berdasarkan hasil survei khusus pendapatan regional.
5.1.4. Kehutanan
Subsektor kehutanan mencakup penebangan kayu, pengambilan hasil hutan lainnya dan perburuan. Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu gelondongan, kayu bakar, arang dan bambu; sedangkan hasil kegiatan pengambilan hasil hutan lainnya berupa rotan, damar, nipah dan sebagainya. Nilai tambah bruto subsektor ini sama seperti penghitungan subsektor lainnya dalam sektor pertanian.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006 - 2010 32
5.1.5. Perikanan
Komoditi yang dicakup adalah semua hasil dari kegiatan perikanan laut, perairan umum, kolam, serta pengolahan sederhana (pengeringan dan penggaraman ikan). Perhitungan nilai tambah bruto dilakukan dengan mengalikan rasio nilai tambah bruto terhadap output. Rasio nilai tambah ini diperoleh dari survei khusus.
5.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Komoditi yang dicakup dalam sektor ini adalah segala jenis hasil penggalian. Barang‐barang galian berupa batu kali, batu marmer, batu kapur, pasir dan barang galian lainnya. Nilai output merupakan perkalian antara produksi dengan masing‐masing harganya.
5.3. Sektor Industri Pengolahan
Sektor ini terdiri dari sub sektor industri besar/sedang dan subsektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga. Untuk kelompok industri besar/sedang penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku berdasarkan hasil survei tahunan. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dihitung melalui cara ekstrapolasi dengan indeks produksi triwulanan barang‐barang industri yang digunakan sebagai ekstrapolator.
Output dan nilai tambah subsektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga diperoleh dengan pendekatan produksi yaitu dengan mengalikan rata‐rata output per tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja di subsektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga.
Sektor industri pengolahan dirinci menurut KLUI, rincian subsektor dalam industri pengolahan terdiri dari 9 (sembilan) subsektor berikut ini:
1. Industri makanan, minuman dan tembakau
3. Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya 4. Industri kertas dan barang cetakan 5. Industri pupuk, barang kimia dan barang dari karet 6. Industri semen dan barang galian bukan logam 7. Industri logam dasar, besi dan baja 8. Industri alat angkutan, mesin dan peralatannya 9. Industri pengolahan lainnya. 5.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 5.4.1. Listrik
Subsektor listrik mencakup semua kegiatan kelistrikan, baik yang diusahakan oleh PLN maupun non‐PLN. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian produksi dengan harga yang berlaku pada masing‐masing tahun, sedangkan ouput atas dasar harga konstan 2000, diperoleh dengan cara revaluasi.
5.4.2. Air Bersih
Subsektor air minum mencakup semua kegiatan yang diusahakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum. Output atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000, sama dengan penghitungan untuk subsektor listrik.
5.5. Sektor Konstruksi/Bangunan
Sektor konstruksi mencakup semua kegiatan pembangunan fisik konstruksi, baik berupa gedung, jalan, jembatan, irigasi, jaringan listrik, air minum, telepon dan sebagainya. Nilai tambah bruto dihitung dengan menggunakan pendekatan produksi.
Output diperoleh dari penjumlahan nilai pembangunan prasana fisik dari segi pendanaan dibiayai dari APBN, APBD dan pembangunan‐pembangunan yang dilakukan oleh pihak swasta maupun swadaya masyarakat murni.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006 - 2010 34
Persentase nilai tambah bruto diperoleh dari survei khusus. Output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara deflasi, deflatornya adalah Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) bahan bangunan dan konstruksi.
5.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
5.6.1. Perdagangan
Perhitungan nilai tambah subsektor perdagangan dilakukan dengan pendekatan arus barang (commodity flow), yaitu dengan menghitung besarnya nilai komoditi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri serta komoditi impor yang diperdagangkan. Dari nilai komoditi yang diperdagangkan, diturunkan nilai margin perdagangan yang merupakan output perdagangan yang selanjutnya dipakai untuk menghitung nilai tambahnya. Rasio besarnya barang‐ barang yang diperdagangkan, margin perdagangan dan persentase nilai tambah didasarkan dari data hasil survei khusus.
Nilai produksi bruto atas dasar harga konstan 2000, dihitung dengan mengalikan rasio‐rasio diatas dengan output atas dasar harga konstan 2000 dari sektor‐sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri serta impor. Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan 2000 dihitung berdasarkan perkalian antara rasio nilai tambah dengan outputnya.
5.6.2. Hotel
Kegiatan subsektor ini mencakup semua hotel dan berbagai jenis penginapan. Output dihitung dengan cara mengalikan jumlah malam tamu dan tarifnya. Dalam hal ini tamu dianggap sebagai kuantum dari output. Persentase nilai tambah diperoleh dari survei khusus, sedangkan nilai tambah atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 dihitung berdasarkan perkalian antara persentase nilai tambah dengan outputnya.
5.6.3. Restoran
Data jumlah restoran, depot, rumah makan, warung dan sebagainya diperoleh dari pengumpulan data yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Trenggalek. Output per usaha diperoleh dari survei khusus. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi, menggunakan indeks harga konsumen makanan jadi dan minuman sebagai deflator.
5.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
5.7.1. Pengangkutan
5.7.1.1. Angkutan Jalan Raya
Subsektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum, baik bermotor ataupun tidak bermotor seperti bis, truk, MPU, ojek, becak, dokar dan sebagainya. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dengan menggunakan pendekatan produksi dan hasil survei khusus. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi.
5.7.1.2. Jasa Penunjang Angkutan
Meliputi kegiatan pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan berkaitan dengan kegiatan pengangkutan seperti terminal, parkir, keagenan barang dan penumpang, ekspedisi, pergudangan dan jasa penunjang angkutan lainnya.
Data output untuk kegiatan jasa penunjang angkutan ini diperoleh dari pengumpulan data sekunder oleh BPS Kabupaten Trenggalek. Struktur biaya diperoleh dari survei khusus. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara deflasi memakai indeks harga konsumen biaya transportasi.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006 - 2010 36
5.7.2. Komunikasi
5.7.2.1. Pos dan Telekomunikasi
a. Pos dan Giro
Kegiatan ini meliputi pemberian jasa pos dan giro seperti pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan dan sebagainya. Perkiraan nilai tambah atas dasar harga berlaku didasarkan pada data produksi dan struktur biaya. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara ekstrapolasi, menggunakan indeks gabungan dari jumlah surat yang dikirim dan jumlah uang yang digirokan.
b. Telekomunikasi
Kegiatan ini mencakup pemberian jasa dalam hal pemakaian hubungan telepon, telegrap dan teleks. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan indeks produksi gabungan tertimbang yang meliputi jumlah menit lokal/interlokal dan banyaknya pengguna telepon.
5.7.2.2 Jasa Penunjang Komunikasi
Kegiatan subsektor ini mencakup pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang kegiatan komunikasi seperti, wartel, warpostel, telepon seluler .
5.8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
5.8.1. Bank
Angka nilai tambah bruto subsektor bank atas dasar harga berlaku diperoleh dari Bank Indonesia cabang Kediri. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara ekstrapolasi dengan indeks kredit yang diberikan bank tiap‐tiap tahun.
5.8.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank
Kegiatan lembaga keuangan bukan bank meliputi kegiatan asuransi, koperasi, yayasan dan pegadaian. Perhitungan output dan nilai tambah atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi. Output diperoleh dengan cara perkalian indikator produksi dengan indikator harga, sedangkan nilai tambah bruto diperoleh dengan cara mengurangkan nilai biaya antara dari nilai output. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi.
5.8.3 Sewa Bangunan
Sektor ini mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan rumah bangunan sebagai tempat tinggal rumah tangga dan bukan sebagai tempat tinggal, tanpa memperhatikan apakah bangunan itu milik sendiri atau disewa. Perkiraan nilai tambah bruto pada tahun 2000 didasarkan kepada data pengeluaran konsumsi rumah tangga, khususnya pengeluaran untuk sewa rumah. Perkiraan semacam untuk bangunan bukan tempat tinggal didasarkan kepada hasil survei ‐ survei khusus.
Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperkirakan dengan cara ekstrapolasi menggunakan jumlah bangunan tempat tinggal dan bukan sebagai tempat tinggal sebagai ekstrapolatornya, sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperkirakan dengan cara menginflate nilai bangunan dan tempat tinggal.
5.8.4. Jasa Perusahaan
Subsektor ini meliputi jasa pengacara, jasa akuntan, biro arsitektur, jasa pengolahan data, jasa periklanan, dan sebagainya. Perkiraan output dan nilai tambah bruto dan rata‐ rata output per tenaga kerja diperoleh dari survei khusus, seangkan persentase nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006 - 2010 38
5.9. Sektor Jasa ‐ jasa
5.9.1. Jasa Pemerintahan Umum
Nilai tambah bruto subsektor jasa pemerintahan umum terdiri dari upah dan gaji rutin pegawai pemerintah pusat dan daerah. Upah dan gaji yang dihitung mencakup upah dan gaji di belanja rutin dan sebagian dari belanja pembangunan. Perkiraan penyusutan adalah sebesar 5 persen dari total upah dan gaji yang telah dihitung. Data yang dipakai adalah realisasi pengeluaran pemerintah pusat, pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten, dan pemerintah desa diperoleh dari BPS Propinsi Jawa Timur. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks jumlah pegawai negeri.
5.9.2. Jasa Swasta
5.9.2.1. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan
Subsektor ini mencakup jasa pendidikan, jasa kesehatan, serta jasa kemasyarakatan lainnya seperti jasa penelitian, jasa palang merah, panti asuhan, panti wredha, yayasan pemeliharaan anak cacat, dan rumah ibadat. Kegiatan‐kegiatan jasa sosial dan kemasyarakatan hanya terbatas yang dikelola oleh swasta saja, sedangkan kegiatan sejenis yang dikelola oleh pemerintah termasuk dalam sektor pemerintahan. Berikut dijelaskan penghitungan agregat ‐ agregat subsektor.
a. Jasa Pendidikan
Data yang digunakan untuk memperkirakan nilai tambah bruto subsektor jasa pendidikan adalah jumlah murid sekolah swasta menurut jenjang pendidikan. Data output per murid dan persentase nilai tambah diperoleh dari kegiatan survei khusus. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara revaluasi.